Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

MIKROBIOLOGI LIMBAH-Kelompok 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN II
(MIKROBIOLOGI LIMBAH, PENGOLAHAN LIMBAH,
DAN BIOREMEDIASI)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Mata Kuliah


Mikrobiologi Lingkungan

Yang diampu oleh:


Dr. Agus Sutanto, M.Si.
Dr. Handoko Santoso, M.Pd.

Disusun Oleh:
Akhmad Syaferi (23230002)
Tago Alam (23230018)

PENDIDIKAN BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya


kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Mikrobiologi dengan
materi “Mikrobiologi Limbah, Pengolahan Limbah, dan Bioremediasi”.
Penyusunan tugas makalah ini dapat selesai tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Agus Sutanto, M.Si dan Dr. Handoko Santoso, M.Pd. selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Mikrobiologi Lingkungan.
2. Orang tua dan keluarga yang memotivasi, mendukung kami sehingga
tugas makalah ini dapat selesai dengan baik.
3. Teman-teman satu kelas yang saling memberikan motivasi.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penyusun mengharapkan saran serta kritik yang membangun guna perbaikan
makalah di kemudian hari. Akhir kata penyusun berharap semoga Allah SWT,
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca dan penyusun.

Metro, 19 Maret 2024


Penyusun,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... v
MIND MAPPING................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 6
A. Pengertian Mikribiologi Limbah..................................................................... 6
B. Pemanfaatan dan Pengelolaan Limbah Sampah......................................... 17
C. Pengertian Bioremediasi............................................................................... 31
D. Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Mikrobiologi Lingkungan................. 46

BAB III PENUTUP........................................................................................... 50


A. Kesimpulan................................................................................................... 50
B. Saran............................................................................................................ 50

DAFTAR LITERATUR...................................................................................... 51

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kandungan Bahan Limbah Berbentuk Kotoran Manusia........................... 15
2. Sampah berbentuk sisa-sisa tanaman....................................................... 15
3. Faktor-faktor yang dibutuhkan dalam bioremediasi................................... 42

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Sampah Domestik...................................................................................... 8
2. Limbah Padat, Gas, dan Cair..................................................................... 11
3. Contoh Limbah B3 Batu Baterai................................................................. 12
4. Limbah Organik.......................................................................................... 13
5. Limbah Anorganik....................................................................................... 13
6. Data Timbulan Sampah Provinsi Lampung................................................ 14
7. Komposisi Sampah..................................................................................... 14
8. Proteus mirabilis......................................................................................... 16
9. Entamoeba histolytica sebagai Bakteri Pathogen...................................... 16
10. Entamoeba histolytica sebagai Bakteri Pathogen...................................... 16
11. Escherichia coli merupakan Jasad Pencemar............................................ 17
12. Pembuatan Pupuk Kandang....................................................................... 18
13. Pembuatan Biogas..................................................................................... 20
14. Proses Dekomposisi................................................................................... 23
15. Proses rantai degradasi senyawa-senyawa............................................... 24
16. Sistem pengolahan limbah cair.................................................................. 28
17. Sistem pengolahan limbah cair.................................................................. 28
18. Proses Pengolahan Limbah Gas................................................................ 30
19. Tumpahan Minyak Pertamina di Balikpapan………………………………… 31
20. Skema Bioremediasi Limbah Tahu dengan EM4....................................... 41
21. Sebuah mesin tambang emas liar di Jambi................................................ 44

v
MIND MAPPING

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas konsumsi manusia
merupakan kontributor utama peningkatan residu atau limbah yang dihasilkan
oleh aktivitas manusia. Sampah yang disebut merupakan masalah lingkungan
yang serius karena mempengaruhi kualitas lingkungan. Selain itu, keberadaan
limbah industri mengancam kelestarian ekosistem lingkungan. Masalah
penduduk Indonesia tidak hanya terjadi dari jumlah penduduk yang besar, tetapi
juga karna pertumbuhan yang tinggi. Adanya pertambahan penduduk maka akan
berakibat pada meningkatnya jumlah konsumsi masyarakat, sehingga
menyebabkan semakin meningkatnya jumlah sampah, baik sampah rumah
tangga, sampah pertokoan, sampah industri maupun sampah besar. Dengan
pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, maka akan membawa akibat
kepada tekanan yang kuat terhadap sumber daya alam. Seperti meningkatnya
kebutuhan pangan, air bersih, pemukiman dan sebagainya. Sehingga
menimbulkan ketidakseimbangan antara persediaan sumber daya alam dengan
kebutuhan manusia. (Akhirul dkk., 2020).
Mikrobiologi limbah merupakan cabang dari mikrobiologi, yang khusus
mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan limbah. Mikrobiologi
limbah penting dipelajari karena dapat menangani masalah limbah dan sampah
yang merupakan salah satu masalah di dunia sekarang. Evolusi pembangunan di
Indonesia, khususnya di sektor industri, dapat terus mendorong kemakmuran
dan meningkatkan kesempatan kerja di masyarakat kita. Perkembangan industri,
di sisi lain, berdampak pada peningkatan kuantitas dan kualitas limbah yang
dihasilkan, termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah B3
yang tidak dikelola dengan baik dan benar dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik dari industri, rumah tangga maupun dari rumah sakit yang kehadirannya
bisa berdampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia sehingga diperlukan
penanganan terhadap limbah tersebut. Limbah biasanya terdiri dari bahan kimia
organic dan anorganik, faktor yang memperngaruhi kualitas yaitu volume limbah
dan kandungan bahan pencemar juga frekuensi pembuangan limbah. Limbah

1
juga tidak memiliki nilai ekonomi dan daya guna, melainkan bisa sangat
membahayakan jika sudah mencemari lingkungan sekitar. Terutama untuk
limbah yang mengandung bahan kimia yang tidak mudah terurai oleh bakteri
(Nadjmi, 2020).
Sampah merupakan masalah yang tidak boleh diabaikan. Karena dalam
setiap bidang kehidupan, selalu ada pemborosan selain produk utama. Sampah
terus bertambah seiring dengan banyaknya aktivitas manusia yang mengiringi
pertumbuhan penduduk. Sampah adalah padatan sisa dari proses industri atau
sebagai hasil sampingan dari kegiatan rumah tangga. Sampah menimbulkan
banyak masalah, terutama di negara berkembang. Masalah yang sering timbul
akibat adanya limbah, seperti timbulnya bau yang tidak sedap dan dampak
pencemaran lingkungan seperti pengolahan air, berbahaya dan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Juga kurang baik dari segi estetika (kumuh).
Namun, dengan pengelolaan yang baik dan benar, sampah dapat dimanfaatkan
sebagai sumber daya alam yang bermanfaat. Pengolahan sampah merupakan
bagian dari penanganan sampah dan menurut UU no 18 Tahun 2008
didefinisikan sebavai proses perubahan bentuk sambah dengan mengubah
karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Pengolahan sampah merupakan
kegiatan yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah, disamping
memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri (bahan
daur ulang, produk lain, dan energi) (Ismail, 2019).
Penanganan masalah sampah dan limbah perlu diketahui sifat, bentuk
sumber, dan jumlahnya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui
bagaimana penanganan yang tepat dan tidak mengganggu lingkungan. Apalagi
limbah yang ditimbulkan merupakan limbah yang berbahaya yaitu limbah yang
mempunyai sifat-sifat mudah terbakar, korosif, mudah menular, reaktif dan
beracun. Kaitannya dengan limbah berbahaya, salah satu cara pengolahan
buangan atau sampah yaitu dengan pengomposan aerobik maupun non-aerobik.
Kedua cara tersebut bekerja sama untuk saling mendukung dengan
memproduksi pupuk organik yang disebut kompos.
Limbah dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu limbah padat,
limbah cair, dan limbah gas. sehingga diperlukan penanganan terhadap limbah
dengan metode pengolahan yang berbeda-beda. Upaya pengelolaan Sampah
bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan pengetahuan tentang unsur-
unsur yang dikandungnya serta cara membuangnya agar tidak mencemari

2
lingkungan. Perlu keterampilan mengelola sampah secara ekonomis dan
mengurangi jumlah sampah yang terbuang secara alami, contohya dengan car
a bioremediasi.
Bioremediasi adalah penggunaan agens hayati untuk menetralkan tanah
dan air yang tercemar menjadi zat-zat yang tidak membahayakan lingkungan
atau kesehatan manusia. Agen biologis yang digunakan dapat berupa enzim, sel
mikroba, atau tanaman. Pada prinsipnya semua zat alami dapat terurai secara
hayati oleh mikroba. Biodegradasi merupakan proses dalam bioremidiasi oleh
xenobiotik suatu senyawa buatan (sintetis) yangdiubah menjadi zat yang tidak
beracun. Mineralisasi diartikan sebagai dekomposisi yaitu ion anorganik dan
karbon dioksida dari xenobiotik. Ini biasanya terjadi di hampir semua situasi
karena merupakan produk akhir yang tidak beracun.
Firman ALLAH SWT tentang mikrobiologi lingkungan diantaranya:
1. Al-Qur’an Surah Ar-Ruum 30: 41

Artinya, telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).
2. QS Al Baqarah 2 : 11-12

Artinya: Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat


kerusakan di muka bumi (11) ". Mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-
orang yang Mengadakan perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar (12).

3. QS. Ali Imron 3 : 63

3
‫َفِاْن َت َو َّلْو ا َف ِاَّن َهّٰللا َع ِلْي ٌمۢ ِباْلُم ْف ِس ِد ْي‬
Artinya: Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), Maka sesunguhnya
Allah Maha mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.

4. QS. Asy-Syu’raa 42: 183

Artinya: Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan


janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;

5. QS. Muhammad 47: 22

Artinya: Maka Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat
kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?

6. QS. Al Baqarah 2: 26

‫ِاَّن الّٰل َه اَل َيْس َتْحٖٓي َاْن َّيْض ِرَب َمَثاًل َّما َبُعْوَضًة َف َم ا َف ْوَق َه ا ۗ َفَاَّم ا اَّل ِذ ْيَن‬
‫ٰا َمُنْوا َف َيْع َلُمْوَن َاَّنُه اْل َحُّق ِم ْن َّرِّبِهْم ۚ َوَاَّما اَّلِذ ْيَن َك َفُرْوا َف َيُق ْوُل ْوَن َم اَذٓا َاَراَد‬
‫الّٰل ُه ِبٰه َذا َمَثاًل ۘ ُيِض ُّل ِب ٖه َك ِثْي ًرا َّوَيْه ِد ْي ِب ٖه َك ِثْي ًرا ۗ َوَم ا ُيِض ُّل ِب ٖٓه ِااَّل‬
٢٦ - ‫اْل ٰف ِسِق ْيَۙن‬
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor
nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman,
mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata,
“Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu
banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang
yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan
(perumpamaan) itu selain orang-orang fasik.
Dalam QS. Al Baqarah ayat 26 Allah SWT menyebut kata “ba’udhah”
yang dalam bahasa Indonesia diartikan “seekor nyamuk” dan dalam bahasa
inggris diartikan “the lowest of creature” dan oleh ahli tafsir kata-kata tersebut
dihubungkan dengan “suatu makhluk yang sangat lemah dan memiliki

4
kecerdasan yang menakjubkan”. Terkait dengan hal tersebut, dalam hal ini
penulis menghubungkan kata-kata “bau’dhah atau the lowest/weakest of
creature, suatu makhluk yang sangat lemah dan memiliki kecerdasan yang
menakjubkan” dengan sifat-sifat bakteri dan virus. Seperti bakteriofage, sampai
300 nm sedangkan virus memiliki ukuran yang sangat kecil dan lemah karena
virus memiliki ukuran antara 27 nm. Oleh sebab itu hal ini juga menguatkan akan
signifikannya peran makhluk kecil yang disanjung Allah dan dijadikannya
pelajaran bagi orang yang berakal.

7. QS. Al Imran 3:27

‫ُتْو ِلُج اَّلْي َل ِفى الَّن َه اِر َو ُتْو ِلُج الَّن َه اَر ِفى اَّلْي ِل َو ُتْخ ِر ُج اْل َح َّي ِمَن اْلَمِّيِت َو ُتْخ ِر ُج‬

٢٧ - ‫اْلَم ِّي َت ِمَن اْلَح ِّي َو َت ْر ُز ُق َم ْن َتَش ۤا ُء ِبَغْي ِر ِحَس اٍب‬


Artinya: Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang
ke dalam malam. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan
Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau berikan rezeki
kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah kajian pada mikrobiologi limbah?
2. Bagaimana pemanfaatan dan pengolahan limbah?
3. Apa pengertian Bioremediasi?
4. Apa sajakah ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan mikrobiologi
lingkungan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kajian mikrobiologi limbah
2. Mengetahui cara pemanfaatan dan upaya pengolahan limbah
3. Mengetahui pengertian bioremediasi

5
4. Mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan mikrobiologi
lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mikrobiologi Limbah


Mikrobiologi limbah merupakan bidang mikrobiologi yang mengkhususkan
diri dalam penelitian masalah-masalah yang berkaitan dengan limbah (domestik
dan non domestik) termasuk sampah. Keberadaan mikroorganisme secara alami
di berbagai jenis sampah, air limbah, tempat pembuangan sampah terbuka dan
tertutup mengawali proses degradasi sampah. Meskipun tidak terlihat,
mikroorganisme memainkan peran penting dalam tahap degradasi fermentasi,
biodegradasi minyak dan daur ulang berbagai nutrisi dan bahan limbah. Berbagai
jenis mikroba melakukan degradasi berbagai jenis bahan limbah. Keuntungan
degradasi mikroba dibandingkan proses lainnya adalah ramah lingkungan dan
menghasilkan sejumlah energi potensial dalam bentuk biogas yang digunakan
untuk keperluan rumah tangga dan keperluan lainnya. Degradasi mikroba juga
mengurangi unsur-unsur kimia berbahaya ke tingkat yang sangat rendah dan
dapat diterima, atau mengubahnya menjadi unsur-unsur tidak beracun (Godbole
dkk., 2023).
Penanganan masalah sampah dan limbah perlu sumber, bentuk, jenis,
jumlah dan sumbernya. Apalagi limbah yang ditimbulkan merupakan limbah yang
berbahaya. Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.
Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang
dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan
sumberdaya (Philip:2002) Berikut adalah definisi dari limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3), yaitu merupakan limbah yang mempunyai sifat-sifat yaitu:
1. Limbah yang mudah terbakar adalah limbah yang mudah menyala atau
menyala dengan adanya api, percikan api, gesekan, atau sumber penyulutan
lainnya, dan jika tersulut, terus menyala dengan hebat untuk waktu yang lama.
2. Korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi kulit atau korosi baja dengan
pH 2,0 atau kurang untuk limbah asam dan 12,5 atau lebih untuk limbah basa.

6
3. Mudah meledak adalah limbah yang dapat menghasilkan gas panas
bertekanan tinggi yang dapat dengan cepat merusak lingkungan melalui
reaksi kimia.
4. Limbah penyebab kebakaran bersifat reaktif karena melepaskan atau
menyerap oksigen dan peroksida organik yang panas dan tidak stabil.
5. “Leachate” (beracun) adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya
bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menyebabkan kematian atau
penyakit jika masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit, atau mulut.

1. Sampah
Sampah adalah materi sisa yang berasal dari hewan, tumbuhan maupun
manusia yang mana tidak terpakai lagi dan dilepaskan ke dalam bentuk padat,
cair maupun gas. Sampah yang tidak terpakai lagi tersebut akan dilakukan
pengelolaanya, baik pengelolaan yang dilakukan manusia maupun yang
dilakukan oleh makhluk hidup lain ataupun oleh alam itu sendiri yang nantinya
sampah tersebut dapat terurai dan padat digunakan oleh makhluk hidup lain.
Oleh sebab itu, sampah perlu dilakukan pengelolaanya.
Di Indonesia penggolongan sampah yang sering digunakan yaitu sampah
organik atau sampah basah yang terdiri dari daun-daunan, kayu, kertas, tulang,
sisa-sisa makanan ternak sayur, buah dan lainnya, sampah anorganik atau
sampah kering yang terdiri atas kaleng, plastik, besi dan logam-logam, mika dan
lainnya. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa mahkluk hidup
yang mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia untuk
dapat terurai. Sampah organik bisa dikatakan sebagai sampah ramah lingkungan
bahkan sampah bisa diolah kembali menjadi suatu yang bermanfaat bila dikelola
dengan tepat. Tetapi sampah bila tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan
penyakit dan bau yang kurang sedap hasil dari pembusukan sampah organik
yang cepat.
Sampah anorganik adalah sampah yang sudah tidak dipakai lagi dan sulit
terurai. Sampah anorganik yang tertimbun di tanah dapat menyebabkan
pencemaran tanah karena sampah anorganik tergolong zat yang sulit terurai dan
sampah itu akan tertimbun dalam tanah dalam waktu lama, ini menyebabkan
rusaknya lapisan tanah (Batubara dkk., 2022).

7
Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui bagaimana penanganan
yang tepat dan tidak mengganggu lingkungan.
a. Sampah dapat dibagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan sumber
sampah:
1) Sampah domestik
Sampah rumah tangga (domestik) adalah sampah yang dihasilkan setiap
hari sebagai akibat langsung dari aktivitas manusia. Misalnya sampah rumah
tangga, sampah pasar, sampah sekolah, sampah pusat massa, sampah kota,
sampah rumah sakit dan sebagainya. Sampah domestik terbagi menjadi dua,
yaitu sampah domestik padat dan sampah domestik cair. Sampah domestik yang
terakumulasi dan tidak dibuang dengan benar tentu dapat menyebabkan
masalah yang mengancam jiwa bagi organisme lain. Sampah jenis ini biasanya
dihasilkan setiap hari dan jumlahnya bisa cukup besar tergantung dari banyaknya
anggota keluarga dan tingkat konsumsi serta penggunaan barang-barang di
dalam rumah. Cara memilah sampah di rumah bisa dimulai dengan menyediakan
tempat sampah berbeda untuk setiap jenis sampah. Biasanya, orang
menggunakan tiga warna tempat sampah berbeda, yaitu hijau untuk organik, biru
untuk anorganik, dan hitam untuk residu (Afriani dkk., 2019).

Gambar 1. Sampah Domestik


(sumber: kompas.com)

2) Sampah non domestik


Sampah non domestik adalah sampah yang dihasilkan sehari-hari oleh
aktivitas manusia, tidak secara langsung. Misalnya penumpukan dan luapan
sampah dari kegiatan seperti pabrik, industri, peternakan, perikanan, kehutanan
dan transportasi. Dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan bentuk sampahnya.
a) Sampah (Limbah) Padat

8
Sekitar 70% limbah padat yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia
setiap tahun dikirim ke tempat pembuangan sampah terbuka, yang berdampak
negatif pada kesehatan lingkungan dan masyarakat setempat (Purwanti, 2018).
Limbah padat yaitu limbah dari tanaman lain, hewan, tanah atau padatan lainnya.
Limbah padat sering disebut sampah atau hasil sisa industri atau kegiatan dalam
negeri. Sampah sendiri merupakan hasil sisa dari aktivitas sehari-hari dari
aktivitas manusia. Biasanya berupa sampah biologis, plastik, kaleng, botol, dll.
Bentuk, jenis dan komposisi sampah dipengaruhi oleh taraf hidup masyarakat,
dan jumlah sampah dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan jumlah
penduduk. Semakin padat penduduk, semakin banyak sampah. Sampah padat
diklasifikasikan menjadi organik dan anorganik. Limbah padat dan puing-puing
melebihi standar kualitas lingkungan untuk tingkat pencemaran air, tanah dan
udara.
b) Sampah (Limbah) Cair
Limbah berupa cairan ini biasanya terdiri dari bahan kimia organik
maupun anorganik yang memiliki konsentrasi dan kuantitas tertentu. Tentu saja
dampaknya juga tidak baik bagi lingkungan apalagi jika tidak melalui pengolahan
terlebih dahulu. Biasanya limbah berupa cairan ini dibuang ke saluran khusus air,
kolam, sungai, ataupun perairan bebas lainnya, sehingga akan berakibat fatal
dan merugikan. Jika sampai terjadi kesalahan dalam prosedur pengolahannya,
zat beracun pada cairannya bisa membahayakan ekosistem perairan maupun
makhluk hidup sekitar (Nuraini dkk., 2019). Limbah cair bisa berasal dari
buangan pabrik, industri, pertanian, peternakan, atau air seni. Limbah cair adalah
semua limbah yang berwujud cair dengan komposisi 99,9% air dan 0,1% bahan
buangan yang terlarut maupun tersuspensi didalamnya. Contohnya, air bekas
pencelupan warna baju, dan mencuci baju dll. Limbah cair juga dapat diartikan
yaitu sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas domestik yang berupa
cairan. Limbah cair dapat berupa air bersama dengan limbah lain yang tercampur
(tersuspensi) atau terlarut dalam air. Limbah cair dapat diklasifikasikan ke dalam
empat kelompok berikut.
(1) Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan
dari perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran.
Contohnya yaitu: air sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja.

9
(2) Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan
industri. Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air
dari industri pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.
(3) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal
dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair
melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukan. Air
limbah dapat merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang
pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran
yang membuka atau yang terhubung kepermukaan. Contohnya yaitu: air
buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan
dan industri, serta pertanian atau perkebunan.
1) Air hujan (rainwater), yaitu limbah cair yang dihasilkan dari aliran air hujan di
permukaan bumi. Aliran air hujan di permukaan tanah dapat disebut limbah
cair karena dapat diangkut melalui partikel limbah padat atau cair.
c) Sampah (Limbah) Gas
Yaitu sampah yang berasal dari kenalpot kendaraan bermotor, cerobong
pabrik, asap hasil pembakaran. Penyumbang terbesar gas buang yaitu
pembakaran bahan bakar fosil seperti bensin, solar dan minyak tanah yang
menghasilkan CO2 sebagai penyebab pemanasan global.
Limbah gas adalah limbah yang menggunakan udara sebagai medianya.
Udara secara alami mengandung unsur-unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2 dan
H2. Menambahkan lebih banyak gas daripada kandungan udara alami ke udara
akan mengurangi kualitas udara. Limbah gas yang berlebihan dapat mencemari
udara dan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Polutan di atmosfer dibagi
menjadi dua bagian: partikel dan gas. Partikel adalah partikel halus dan dapat
dilihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut, asap.
Pencemaran gas, di sisi lain, hanya dapat dideteksi sebagai bau (untuk gas
tertentu) atau sebagai akibat langsungnya.
Limbah gas yang dilepaskan ke atmosfer biasanya mengandung partikel
zat padat atau cair yang sangat kecil dan ringan yang mengapung di dalam gas
tersebut. Padatan dan cairan ini disebut partikulat. Gas buang yang dihasilkan di
pabrik dapat dikeluarkan dalam bentuk asap, partikel, debu, dll. Jika ini tidak
ditangkap oleh alat, ia menggunakan angin untuk menciptakan jangkauan
pengotoran yang lebih luas. Sifat dan sifat masing-masing jenis sampah
tergantung dari sumber sampahnya.

10
Karbon monoksida (CO) merupakan contoh limbah gas yang pertama.
Karbon monoksida sangat beracun karena dapat mengganggu penyerapan dan
pengangkutan oksigen oleh sel darah merah. Tak hanya membahayakan
kesehatan, karbon monoksida juga merupakan gas rumah kaca. Karbon
monoksida merupakan limbah gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan
bakar fosil, seperti penggunaan bensin oleh kendaraan bermotor dan juga mesin
industri.
Contoh limbah gas berikutnya adalah karbon dioksida. Karbon dioksida
dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, kebakaran, gunung meletus
pembusukan, dan juga industri seperti pembuatan semen. Karbon dioksida
adalah limbah gas yang bisa menyebabkan pemanasan global karena
merupakan gas rumah kaca yang memerangkap panas matahari lebih banyak.
Contoh limbah gas berikutnya adalah nitrogen oksida. nitrogen oksida ini
dihasilkan oleh kendaraan bermotor, pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil,
kereta api, dan pabrik penghasil energi fosil. Diketahui, nitrogen oksida
merupakan limbah gas yang berbahaya karena menginfeksi sistem pernapasan,
membentuk kabut, dan membentuk hujan asam.
Metana juga merupakan contoh dari limbah gas selanjutnya. Metana
termasuk limbah gas yang berbahaya karena merupakan gas rumah kaca dan
dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Metana merupakan gas
limbah yang dihasilkan dari sistem pembakaran minyak dan gas alam, kegiatan
pertanian, pengolahan air limbah, pembuangan tempat sampah, dan proses
industri tertentu (Hafizah dkk., 2023).

Gambar 2. Limbah Padat, Gas, dan Cair


(Sumber: www.pengelolaanlimbah.wordpress.com)

d) Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

11
merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain (PP No. 18
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun).
Contoh limbah B3 yang dihasilkan rumah tangga domestik) di antaranya bekas
pengharum ruangan, pemutih pakaian, deterjen pakaian, pembersih kamar
mandi, pembesih kaca/jendela, pembersih lantai, pengkilat kayu, pembersih
oven, pembasmi serangga, lem perekat, hair spray, dan batu baterai.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
(1) Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Limbah ini tidak berasal dari proses
utama, melainkan dari kegiatan pemeliharaan alat, inhibitor korosi, pelarutan
kerak, pencucian, pengemasan dan lain-lain.
(2) Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah ini berasal dari proses suatu industri
(kegiatan utama).
(3) Limbah B3 dari sumber lain. Limbah ini berasal dari sumber yang tidak
diduga, misalnya prodak kedaluwarsa, sisa kemasan, tumpahan, dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Gambar 3. Contoh Limbah B3 Batu Baterai


(Sumber: its.ac.id)

b. Berdasarkan jenisnya, ada dua jenis kelompok sampah:


1) Sampah organik
Sampah organik adalah jenis sampah yang terutama tersusun atas
senyawa organik (sisa-sisa tumbuhan, hewan, atau feses). Karena sampah
organik mengandung unsur karbon, pembakaran menghasilkan jelaga dan tanda
hitam sebagai tanda pembakaran karbon. Sampah organik mudah terurai oleh
mikroorganisme, sehingga mudah terurai. Contoh sampah organik antara lain

12
sisa makanan, sisa makanan olahan, sisa sayur, sisa buah, sisa tanaman, sisa
kotoran manusia atau hewan, daging busuk dan banyak lagi.
2) Sampah An-Organik
Sampah anorganik mengandung unsur kimia anorganik yang sulit diurai
oleh mikroorganisme, sehingga jika tidak dikelola akan menumpuk dan
memenuhi areal (landfill). Oleh karena itu, sampah anorganik harus dikelola
dengan baik melalui proses daur ulang. Contoh sampah anorganik antara lain
besi tua, kaleng bekas, kaca, karet dan plastik detergen. Contohnya termasuk
jenis sampah yang terdiri dari senyawa anorganik (plastik), botol, logam, dan
sebagainya. Sampah anorganik mengandung unsur kimia anorganik yang sulit
diurai oleh mikroorganisme sehingga jika tidak dikelola akan menumpuk dan
memenuhi area tersebut. Oleh karena itu, sampah anorganik harus dikelola
tanpa atau melalui proses daur ulang.

Gam
Gambar 4. Limbah Organik bar 5. Limbah Anorganik
(Sumber: pakmono.com) (Sumber: ilmulingkungan.com )

c. Berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua kelompok:


1) Sampah yang bersifat Degradabel
Jenis sampa ini merupakan sampah (sampah organik) dengan sifat alami
yang mudah terurai atau mudah terurai oleh mikroorganisme hidup, dan
umumnya sampah organik mudah terurai.
2) Sampah yang bersifat Non Degradabel
Limbah jenis ini pada dasarnya sulit atau sangat sulit diurai oleh
mikroorganisme. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh penduduk lokal, regional
dan nasional tergantung pada kondisi berikut:
(a) Lokasi, misalnya di pusat pinggiran kota atau di pedesaan.
(b) Bentuk dan sifat tempat. misalnya, perumahan mewah, perumahan di sekitar
pusat komersial, desa padat, dll.
(c) Bentuk, budaya, dan sifat penduduknya. Misalnya dari segi pendidikan,
profesi, suku, adat istiadat, dll.

13
Besarnya penduduk yang ada di Indonesia menyebabkan masalah
sampah yang tidak terselesaikan karena tidak terangkutnya sampah-sampah
karena kesadaran warga yang kurang seperti membuang sampah sembarangan
buka pengumpulkannya dan di buang di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir).
Sampah yang dibuang ke lingkungan akan menimbulkan masalah bagi
kehidupan dan Kesehatan lingkungan, sehingga perlu pengolahan sampah yang
baik agar masalah bisa terselesaikan.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui Sistem Informasi Pengelolaan


Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada
tahun 2023, didapatkan informasi bahwa ada 3 kabupaten yang datanya sudah
masuk ke dalam database SIPSN dan dari ketiga kabupaten tersebut. Kota
Bandar Lampung menjadi kota dengan sumbangsih terbesar dalam hal timbulan
sampah di Provinsi Lampung, dengan timbulan sampah sebesar 786,46 ton
perhari, sedangkan sebesar 287.057,55 ton pertahun terhitung tahun 2023.
Adapun secara terperinci dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.

Gambar 6. Data Timbulan Sampah Provinsi Lampung


(Sumber: sipsn.menlhk.go.id)

Kemudian dari besaran timbulan sampah yang diperoleh terdapat


komposisi sampah berdasarkan jenis sampah yang telah diketahui. Data ini
mengambil sampel salah satu kota penyumbang sampah terbesar di Provinsi
Lampung, yakni Kota Bandar Lampung. Dari informasi yang didapatkan dari
sumber yang sama, diperoleh informasi bahwa beberapa komposisi sampah
tersebut antara lain sisa makanan, kayu/ranting, kertas/karton, plastik, logam,
kain, karet/kulit, kaca, dan lainnya, dengan sisa makanan menjadi penyumbang
sampah terbesar dengan 40,4%

14
Gambar 7. Komposisi Sampah
(Sumber: sipsn.menlhk.go.id)
2. Kandungan Bahan dalam Limbah
Limbah mengandung senyawa seperti air, bahan organik, dan bahan
anorganik, tergantung dari jenis dan jenisnya. Komposisi kimia limbah adalah
sebagai berikut:
a. Limbah Berbentuk Kotoran Manusia
Tabel 1. Kandungan Bahan Limbah Berbentuk Kotoran Manusia

Kandungan Tinja (%) Urine (%)


Air 66 – 80 93 – 96
Senyawa organik 88 – 97 65 – 85
Nitrogen 5–7 15 – 19
Fosfor 3–6 2,5 – 5
Kalium 1–5 3–5
Kapur 4–5 4,5 – 6
Karbon 40 – 55 11 – 17
(Sumber: www.pintarbiologi.com)

b. Kandungan kimia sampah berbentuk kotoran manusia sebagai berikut :


Tabel 2. Sampah berbentuk sisa-sisa tanaman
Komposisi Persentasi
Air 10 – 60
Senyawa Organik 25 – 35
Nitrogen 0,4 – 1,2
Fosfor 0,2 – 0,6
Kalium 0,8 – 1,5
Kapur 4–7

15
Karbon 12– 17

c. Kandungan jasad hidup dalam sampah sebagai berikut :


1) Kelompok jasad pengurai
Golongan ini umumnya terdiri dari bakteri dan jamur yang dapat
menguraikan senyawa organik menjadi senyawa atau unsur yang lebih
sederhana. Proteus dan Clostridium merupakan contoh bakteri pengurai yang
umum ditemukan. Clostridium tetani pada umumnya ditemukan di tanah sebagai
pengurai senyawa organik, tetapi dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan
menjadi agen penyakit tetanus (Amin dkk., 2020).

Gambar 8. Proteus mirabilis


(Sumber: wikipedia.com)

2) Kelompok jasad Patogen


Kelompok patogen ini umumnya terdiri dari bakteri, jamur, virus, dan
protozoa yang dapat menyebabkan penyakit saluran cerna, dan pernapasan.
Contohnya,Entamoeba histolytica penyebab penyakit Amebiasis (infeksi parasit
pada usus).

Gambar 9. Entamoeba histolytica sebagai Bakteri Pathogen


(Sumber: pelajaranilmu.blogspot.co.id)

3) Kelompok Jasad Penghasil Racun

16
Kelompok organisme penghasil toksin umumnya terdiri dari bakteri dan
jamur, yang dapat menyebabkan keracunan air dan makanan.
Contohnya,Clostridium perfringens (bakteri yang menyebabkan keracunan dalam
pangan).

Gambar 10. Entamoeba histolytica sebagai Bakteri Pathogen


(Sumber: pelajaranilmu.blogspot.co.id)
4) Kelompok Jasad Pencemar
Kelompok ini biasanya ada ketika limbah terkena kotoran manusia atau
hewan, atau ketika ada lumpur atau air sekolah. Contohnya, Escherichia coli
yang dikeluarkan oleh manusia berupa kotoran, tercampur dalam sampah.

Gambar 11. Escherichia coli merupakan Jasad Pencemar


(Sumber: pelajaranilmu.blogspot.co.id)

Limbah, seperti air saluran, air sungai, atau limbah lainnya, memiliki
beberapa kelompok mikroorganisme yang terdapat di air jernih (tetapi tidak
steril), dan kelompok lainnya, yaitu:
a. Sekelompok patogen, seperti tifus, kolera, dll. Kelompok penghasil toksin,
misalnya mikroorganisme penghasil toksin yang menyebabkan keracunan
makanan
b. Sekelompok bakteri pencemar, seperti kelompok Kori. Jika ada di dalam air,
itu mungkin menunjukkan bahwa air tersebut terkontaminasi dengan kotoran
(kotoran manusia dan hewan).

17
c. Kelompok bakteri pengguna, kelompok bakteri yang dapat menguraikan suatu
senyawa tertentu. Beberapa kelompok bakteri diketahui menjadi konsumen
residu pestisida, residu minyak bumi, residu deterjen, dll.

B. Pemanfaatan dan Pengolahan Limbah Sampah


Limbah dari segala jenis dan kualitas mengandung senyawa yang
dibutuhkan manusia secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini,
seberapa banyak manusia dapat menggunakannya adalah penting.
1. Pemanfaatan Sampah
penggunaan dan pemanfaatan sampah untuk manusia sudah sejak lama
telah dilakukan, antara lain:

a. Sumber Pupuk Organik


Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah
mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme
(bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut
seperti daun, rumput, jerami, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan,
rerontokan kembang, air seni hewan, dan lain-lain (Murbandono, 2000). Kompos
merupakan jenis pupuk organik yang sangat dibutuhkan, khususnya oleh petani
sayur. Kompos banyak dibuat dari sampah rumah tangga (sisa makanan atau
bekas sayuran).
Dalam konteks yang sama di bidang pengelolaan limbah organik semisal
dari limbah nanas, karet, dan tanaman lain, dapat dihasilkan pupuk organic cair
yang selain menyelesaikan persoalan limbah dengan bantuan bahan organik
hidup lain seperti bakteri, dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat (Fadli
dkk., 2017). Kehadiran senyawa organik dalam bentuk humus di dalam tanah
dapat mempertahankan sifat fisik tanah. Dengan sifat fisik yang baik, maka
kemampuan tanah menyerap dan mempertahankan air dapat terjadi dengan
baik.
Saat ini popularitas pupuk organik semakin naik seiring meningkatnya
kesadaran untuk hidup sehat dan menjaga keseimbangan lingkungan. Salah
satu bahan pembuat pupuk organik yang paling terkenal adalah kotoran sapi.
Limbah kandang sapi ini lebih dikenal dengan nama pupuk kandang. Pupuk
kandang berfungsi memperbaiki struktur tanah dan menyediakan unsur hara

18
tanah. Penggunaannya terkadang dikombinasikan dengan pupuk anorganik yang
berperan untuk meningkatkan produktivitas tanaman pertanian melalui perbaikan
struktur dan penyediaan unsur hara (Tallo & Sio, 2019).

Gambar 12. Pembuatan Pupuk Kandang


(Sumber: fpp.umko.ac.id)
Pemberian pupuk kandang dalam jangka waktu yang lama berguna untuk
memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan aerasi tanah. Berbanding terbalik
dengan penggunaan pupuk anorganik, penggunaan yang dilakukan secara terus-
menerus dapat mengeraskan tanah sehingga daya responsnya cenderung turun.
b. Media Produksi PST (Protein Sel Tunggal)
PST adalah protein jenis baru yang dibuat secara teknologi dengan
menggunakan mikroorganisme (mikroalgae, jamur, dan bakteri). Menurut
perhitungan para ahli, protein sel tunggal akan menjadi sumber protein
penyelamat di masa yang akan datang bila produksi protein secara konvensional
(melalui peternakan, pertanian, dan perikanan) tidak mencukupi. Ternyata
mikroorganisme penghasil PST sangat subur di dalam media yang terbuat dari
sampah.
c. Pengisi Tanah
Sudah bukan aneh lagi bila kota-kota besar sekarang tumbuh tempat-
tempat pemukiman baru, rumah toko (ruko), kompleks, perbelanjaan baru, yang
asalnya dari rawa-rawa atau bahkan dari tempat-tempat pembuangan sampah.
d. Media Penanaman Jamur
Sampah dapat juga digunkan sebagai media penanaman jamur
menggunakan media ini ternyata telah memberikan hasil yang memuaskan.
Misalnya, media jamur merang, jamur “shittake” dan jamur tiram putih tumbuh
dengan baik dengan bahan organik pada kompos.

19
e. Bahan Pembuat Biogas
Salah satu manfaat sampah adalah membantu program hemat energi dan
dalam bahwa pencarian sumber energi baru. Mengingat bahwa sumber energi
yang berbahan baku bakar fosil merupakan sumber daya alam yang terbatas.
Oleh karena itu sampah dapat dijadikan alternatif untuk keperluan tersebut.
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari limbah organik, seperti kotoran hewan
dan sisa makanan. Ketika organik ini rusak dengan bantuan bakteri, mereka
memfermentasi dan melepaskan gas seperti metana serta karbon dioksida.
Metana yang ada dalam biogas mudah terbakar, artinya dapat digunakan untuk
memberikan energi. Biogas terbentuk dari proses penguraian bahan-bahan
organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup tanpa udara). Secara umum,
semua jenis bahan organik yang diuraikan dapat menghasilkan gas ini, tetapi
hanya bahan organik yang padat dan cair homogen, seperti kotoran urin hewan
ternak yang sesuai untuk sistem yang sederhana. Ada tiga jenis bahan baku
yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku biogas di Indonesia,
yaitu kotoran hewan dan manusia, sampah organik, dan limbah cair. Ada
beberapa bakteri yang berperan dalam proses pembentukan biogas, yaitu:
Steptococci, Bacteriodes, Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria,
dan Methanococcus (Hendrasarie & RP, 2021).

Gambar 13. Pembuatan Biogas


(Sumber: fpp.umko.ac.id)

f. Penyubur Plankton
Plankton merupakan makanan utama ikan yang biasaya terdiri dari
hewan dan tanaman bersel tunggal. Kolam ikan yang banyak planktonnya akan
sangat subur. Suburnya plankton ini dapat menyebabkan pertumbuhan yang

20
cepat pula pada ikan-ikan yang dipelihara, misalnya di kolam-kolam. Suburnya
plankton karena pemasukkan bahan-bahan organik dari sampah.
g. Media produksi Vitamin
Salah satu jenis mikroorganisme penghasil vitamin (B12) ternyata sangat
subur pertumbuhannya di dalam media yang dicampur dengan ekstrak sampah.
Telah banyak lembaga penelitian mencoba meneliti lebih lanjut peranan sampaj
sebagai bahan media pertumbuhan jasad renik penghasil vitamin.
h. Bahan Makan Ternak
Sampah sebagai bahan makanan ternak scera langsung (yang masih
segar) dan melalui proses fermentasi telah digunkan dimana-mana dengan hasil
yang baik.

2. Pengolahan Limbah Sampah Padat


Pengelolaan limbah sampah mempunyai beberapa tujuan yang sangat
mendasar yaitu meningkatkan Kesehatan lingkungan dan masyarakat,
melindungi sumber daya alam, melindungi fasilitas sosial ekonomi, dan
menunjang pembangunan sektor strategis.
Berbagai cara dan usaha untuk mengelola sampah agar lingkungan
menjadi bersih, sehat, dan nyaman telah banyak dilakukan. Berbagai macam
proses yang dilakukan untuk mengelola sampah antara lain:
b. Pengurangan Limbah
Banyaknya limbah yang ada dapat dikurangi dengan mengurangi jumlah
pemakaian limbah. Salah satu contoh yang mudah dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari adalah penggunaan botol air minum untuk mengurangi sampah botol
plastik dan penggunaan tas belanja untuk mengurangi sampah kantong plastik.
c. Daur ulang
Beberapa jenis limbah dapat didaur ulang sehingga menghasilkan barang
lain yang dapat digunakan. Sebagian besar limbah yang dapat didaur ulang
adalah limbah anorganik seperti botol plastik, kaleng bekas, kain perca, pecahan
kaca atau keramik dan lain sebagainya. Daur ulang limbah jika dilakukan oleh
orang-orang yang mempunyai kreativitas maka akan menghasilkan barang-
barang baru yang berguna serta memiliki nilai estetika tinggi seperti daur ulang
limbah menjadi kerajinan tangan. Selain limbah anorganik, daur ulang juga dapat

21
dilakukan terhadap limbah organik. Sisa-sisa makanan maupun dedaunan kering
jika ditimbun didalam tanah maka akan menghasilkan pupuk kompos untuk
tanaman.
Tidak semua limbah merupakan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali. Usaha yang dapat kita lakukkan untuk mengurangi jumlah limbah yang
banyak, salah satunya yaitu dengan menerapkan program 3R yaitu reduce,
reuse, recycle.
Reduce yaitu mengurangi atau mereduksi sampah yang akan terbentuk,
memakai barang-barang dengan efesien sehingga mengurangi jumlah sampah
yang dibuang. Reuse artinya penggunaan kembali sampah-sampah yang masih
dan dapat dimanfaatkan tanpa dilakukan pengolahan khusus. Recycle artinya
daur ulang atau penggunaan kembali limbah yang masih dapat dimanfaatkan,
tetapi harus diberikan pengolahan tertentu sehingga hasil akhrinya menjadi
barang yang berbeda dengan fungsi yang sama atau berbeda. Selain tersebut di
atas, hal lain yang perlu ditambahkan dari 3R adalah:
1) Replace
Kegiatan untuk mengganti pemakaian suatu barang atau memakai
barang alternatif yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan
kembali. Upaya ini dinilai dapat mengubah kebiasaan seseorang yang
mempercepat produksi sampah. Contohnya adalah mengubah penggunaan
kertas tisu dengan menggunakan sapu tangan, dll.
2) Replant
Kegiatan penanaman kembali, sering juga disebut reboisasi. Contohnya
adalah melakukan kegiatan reboisasi hutan, mangrove, pemanfaatan
pekarangan secara optimal untuk mengurangi global warming. Secara garis
besar, reboisasi adalah upaya penghijauan kembali daerah atau kawasan hutan
yang telah gundul, rusak atau sering ditebang. Pengertian, tujuan dan manfaat
reboisasi harus diperhatikan dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Sebab,
saat ini banyak sekali penebangan liar yang tentu saja merugikan bagi manusia.
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang menurut data Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2023 memiliki hutan dengan luas
105.860.850,1 Ha (Alfaris dkk., 2021).
d. Pembuangan Limbah
Limbah yang tidak memiliki nilai guna atau dengan kata lain tidak dapat
dimanfaatkan lagi, maka limbah tersebut dapat dibuang. Sebelum dibuang ke

22
alam, limbah harus melalui proses pengolahan agar bahan-bahan berbahaya
yang terkandung didalamnya hilang. Hal tersebut bertujuan agar limbah yang
dibuang tidak berdampak negatif bagi lingkungan. Salah satu pengolahan
buangan atau sampah adalah dengan cara pengomposan, baik secara aerobik
maupun secara non aerobik. Kedua cara tersebut akan berjalan saling
menunjang dengan menghasilkan pupuk organik yang disebut kompos.
1. Pengomposan
Berjuta-juta ton senyawa organik dihasilkan oleh tanaman dari proses
fotosintesis, dan kemudian didegradasi oleh mikroorganisme. Hasil degradasi
disimpan dalam tanah dalam bentuk humus. Proses degradasi berjalan lambat
baik secara aerobik maupun non aerobik dengan memerlukan persyaratan
lingkungan tertentu, dan secara keseluruhan proses dinamakan dekomposisi.

Gambar 14. Proses Dekomposisi


(Sumber: kompas.com)
a. Proses dasar pengomposan
Proses dekomposisi senyawa organik oleh mikroorganisme merupakan
proses berantai. Senyawa organik yang bersifat heterogen bercampur dengan
kumpulan jasad renik yang berasal dari udara, tanah, air dan sumber lainnya
dalam proses pengomposan yang terjadi adalah proses-proses mikrobiologis.
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju
pengomposan, karena mikroorganisme perombak masing-masing memiliki suhu
optimum dalam aktivitasnya. Suhu pengomposan yang paling baik adalah 10 oC-
45oC. Pada penelitian ini dilakukan proses pengomposan secara anaerob, proses
anaerob ini merupakan proses yang dingin sehingga dibutuhkan tambahan suhu
dari luar sebesar 30oC untuk meningkatkan suhu pengomposan. Nilai pH selama
masa pengomposan sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan
mikrooorganisme perombak. Nilai pH yang terlalu tinggi akan membuat unsur

23
nitrogen dalam bahan kompos berubah menjadi ammonia (NH3). Sebaliknya,
nilai pH yang terlalu rendah akan menyebabkan sebagian mikroorganisme
perombak mati sehingga dapat mengganggu proses pengomposan (Ekawandani
& Kusuma, 2019).
Proses dekomposisi senyawa organik senyawa organik berlangsung pada
temperatur di atas 370 C, serta perubahan pH yang berbeda, maka kandungan
mikroba didalamnya akan terdiri dari bakteri, aktinomycetes, protozoa, nematode,
virus, dan sebagainya. Pada umumnya baik pegurai ataupun mikroba penghuni
kompos, jasad-jasad renik di dalamnya banyak bersifat termofilik, yakni masih
dapat hidup pada suhu sampai 850C.
Berikut ini proses rantai degradasi senyawa-senyawa organik menjadi
kompos yang dilakukan mikroorganisme.

Mikroorganisme Kelembaban

Protein
CO2
Asam amino
H2O
Lipida
karbohidrat
Selulosa
Metabolit
Lignin intermediet

Abu

Siklus N
N organik

Massa sel baru

Energi Panas
Humus atau kompos

Gambar 15. Proses rantai degradasi senyawa-senyawa


organik menjadi kompos oleh mikroorganisme.

24
Diawali dari permulaan penyesuaian Ph, suhu atau kelembaban dan
nutrient-nutrient yang menjadi sumber energi mikroba (protein atau asam amino,
lipida, karbohidrat, selulosa, lignin abu, dan lain-lain). Sehingga dapat melakukan
metabolisme. Setelah itu masuk pada fase mesofilik, bateri mesofilik bekerja
optimum pada suhu 10-450-C yang menghasilkan asam organik.
Kemudian jika suhu naik di atas suhu optimal maka bakteri mesofilik
terhenti dan memasuki fase termofilik, bakteri dan jenis jamur aktinomisetes yang
bekerja optimal pada suhu 45-650-C yang aktif dan menghasilkan amoniak dan
gas nitrogen dan pH menjadi basa kembali. Saat suhu mencapai maksimum
lebih dari 800C maka hampir seluruh kehidupan di dalamnya mengalami
kematian dan temperature akan turun kembali (fase pendinginan) dan hasil
kompos siap digunakan.

b. Populasi mikroba dalam kompos


Proses pengomposan atau membuat kompos adalah proses biologis.
Selama proses berlangsung sejumlah jasad hidup yang dinamakan microbe,
seperti bakteri dan jamur berperan aktif. Beberapa microbe yang berperan aktif
dalam proses pengomposan adalah mikroorganisme dan mikrofauna. Microbe
dalam kompos terdiri dari bakteri, aktinomisetes, jamur, microalgae dan virus.
Sedangkan mikrofaunanya terdiri dari protozoa, nematode, cacing dan serangga.
Mikroorganisme merupakan faktor terpenting dalam proses
pengomposan karena mikroorganisme ini yang merombak bahan organik
menjadi kompos. Spesies mikroorganisme terutama bakteri, jamur, dan
actinoycetes berperan dalam proses dekomposisi bahan organic. Sebagian
besar dari mikroorganisme yang melakukan dekomposisi berasal dari bahan
organik yang digunakan dan sebagian lagi berasal dari tanah pengomposan.
Populasi mikroorganisme selama berlangsungnya perombakan bahan organic
akan terus berubah. Mikroorganisme ini dapat diperbanyak dengan
menambahkan starter atau aktivator.
c. Manfaat pengomposan
Adapun manfaat dari pengomposan antara lain yaitu:
1) Bidang pertanian
Kompos mengembalikan bahan organik ke tanah dan meningkatkan
kesuburannya. Tanah yang subur dapat menahan air lebih baik dan memberikan
nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Kandungan nutrisi dalam

25
kompos seperti nitrogen, fosfor, dan kalium dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman. Tanaman yang mendapatkan nutrisi yang cukup cenderung tumbuh
lebih cepat dan lebih sehat. Tanah yang diberikan pupuk kompos menghasilkan
tanaman yang lebih sehat dan berkualitas. Tanaman yang tumbuh dalam kondisi
tanah yang subur dan akan dikonsumsi cenderung memiliki hasil yang lebih baik
dari segi rasa, tekstur, maupun kualitas nutrisi (Susilo dkk., 2021).
2) Bidang kebersihan
Sampah atau sisa dan kotoran yang biasanya berserakan di pekarangan
rumah akan menyebabkan gangguan kesehatan. Kalau sampah dibakar asapnya
akan menggangu pernafasan dan apabila sampah dibuang diselokkan akan
menghambat alliran air terutama pada musim hujan. Hal – hal tersebut di atas
akan menyebabkan pekarangan kotor, banyak lalat dan bau tidak sedap.

3) Bidang kesehatan
Sampah yang tidak terurus akan mengakibatkan bau-bauan yang tidak
mengundang lalat dan nyamuk. Kedua jasad tersebut merupakan penyebab
penyakit yang berbahaya seperti, muntaber, tifus, disentri, dan kolera.
4) Bidang sanitasi
Berbagai kasus yang sangat merugikan serta sering terjadi adalah
masalah sampah yang tidak dikelola sebagaimana mestinya. Seperti terjadinya
keracunan makanan, perpecepatan kerusakan bahan makanan yang disimpan,
dan cepat membusuknya buah- buahan.

2. Pengolahan Limbah Cair


Terjadinya limbah cair disebabkan oleh:
a. Adanya pemakaian air bersih akan menimbulkan adanya limbah cair
b. Kegiatan rumah tangga dan perkotaan umumnya jumlah limbah cair adalah ±
60-80% dari pemakaian air
c. Sumber limbah cair:
1) kegiatan domestik
2) komersial
3) fasilitas umum
4) industri
d. Karakteristik serta jumlah limbah cair domestik dan industri berbeda

26
Karena pemakaian air berfluktuasi, maka timbulah limbah cair juga
berfluktuasi mempengaruhi sistem penyaluran dan pengolahan.
Limbah cair merupakan salah satu jenis limbah yang sering dihasilkan
dari proses produksi industri, sehingga limbah identik dengan sampah industri.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk pengolahan limbah cair, yaitu (Pobas
dkk., 2020):
a. Input Air Limbah
Air limbah dialirkan melalui saluran air menuju bak input. Disini akan
dilakukan proses screening system yang bertujuan untuk memisahkan air limbah
dari kotoran dan padatan yang terikut.
b. Equalisasi
Dari bak input kemudian air limbah dialirkan ke bak equalisasi dengan
tujuan untuk meminimumkan dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair baik
kualitas maupun kuantitas yang berbeda dan meng-homogenkan konsentrasi
limbah cair.
c. Netralisasi
Jika limbah cair bersifat asam maka diperlukan proses kimia netralasi
limbah cair dengan ditambahkan bahan kimia basa, misalnya coustik soda
sebagai basa dan asam sulfat sebagai asam. Selain itu juga terdapat pH
analyzer yang bertujuan untuk mengontrol pH.
d. Anaerob
Proses anaerob adalah proses penguraian yang menggunakan bakteri
anaerob sehingga didapatkan unsur-unsur yang lebih sederhana dan pada
proses anaerob ini akan menghasilkan gas metan yang akan dibakar secara
otomatis di unit biogas flare.
e. Aerasi
Air limbah masih mengandung zat-zat pencemar lain yang tidak dapat
diuraikan dengan proses anaerob maka dilakukanlah proses penguraian organik
menggunakan mikroorganisme aerob atau proses aerasi, dengan menggunakan
mikroba yaitu bakteri filamen yang berfungsi untuk mereduksi zat-zat pencemar
yang tersisa. Bakteri aerobik memerlukan oksigen untuk menunjang
kehidupannya, suplay oksigen didapatkan 4 unit motor aerator yang secara
langsung menyuntikan oksigen ke dalam bak aerasi.
f. Klarifikasi

27
Klarifikasi adalah unit proses untuk memindahkan bahan padatan
tersuspensi dalam limbah cair dengan prinsip gravitasi. Air limbah akan diuraikan
menjadi 2 fraksi yaitu fraksi supernatant dan fraksi padatan/lumpur. Supernatant
secara visual telihat agak jernih dan sedikit pengandung padatan tersuspensi
sedangkan sebagian padatan/lumpur yang mengendap di bawah clarifier akan
dikembalikan ke bak aerasi sebagai Return Actifated Sludge menggunakan RAS
pump dan sebagian dialirkan ke bak pengeringan lumpur.
g. Output Air Limbah
Supernatant kemudian mengalir secara over flow ke bak penampungan
air output limbah yang didalamnya ditanamkan ikan sebagai indikator kualitas air
output limbah, sehingga air output limbah sudah memenuhi baku mutu yang
telah ditentukan. Unit pengkondisian air hasil olahan terhadap lingkungan
dengan didalamnya terdapat kolam ikan fungsinya adalah agar dapat diamati
kehidupannya, baru kemudian air output limbah dialirkan menuju sungai. Jumlah
air buangan dapat terekam oleh alat ukur flow meter.

Gambar 16. Sistem pengolahan limbah cair


(Sumber: taufanyanuar.com)

28
Gambar 17. Sistem pengolahan limbah cair
(Sumber: detik.com)
Air limbah atau air yang tercemar dimasukan kedalam grit tank/tangki
penampungan, kemudian dimasukan ke dalam tangki sistem yang terdiri dari
aeration tank/tangki angin penyaringan pada lapisan pertama kemudian arang
pada lapisan bawahnya, dan kemudian dipanaskan oleh UV dan klorin dan diberi
digester obat pencerna yang dipanaskan oleh listrik lagi baru air siap untuk
digunakan.
2. Pengolahan Limbah Gas
Dampak pemanasan global telah meluas dan menjadi perhatian dunia
sehingga dibentuk United Nations Framework Convention on Climate Change,
Conference of the Parties (COP) dari badan tersebut menghasilkan Protokol
Kyoto yang salah satu isinya adalah kesepakatan untuk mengurangi gas rumah
kaca. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan kadar emisi gas
rumah kaca sebesar 26% di tahun 2020. Pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional untuk
melaksanakan komitmen tersebut. Peningkatan kadar CO2 di atmosfer cukup
signifikan. Kadar CO2 di atmosfer cukup stabil pada 280 ppm pada masa
sebelum revolusi industri (tahun 1700 M) dan pada bulan April 2012 konsentrasi
tersebut meningkat menjadi 394,01 ppm (http://www.ncdc.noaa.gov). Laju
pertumbuhan konsentrasi CO2 dalam tahun 2000- 2006 mencapai 1,93 ppm per

29
tahun (Boer dkk., 2012). Sektor Industri merupakan salah satu penyumbang
emisi gas CO2. Salah satu industri tersebut adalah industri amoniak. Faktor emisi
gas CO2 yang berasal dari industri amoniak adalah 3,273 ton CO2/ton amoniak
(sobah dkk., 2013)

Limbah gas merupakan limbah yang disebabkan oleh sumber alami


maupun sebagai hasil aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul
gas.Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat
bantu yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara
sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang
terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara
menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang
terbawah bersamanya.

a. Mengontrol Emisi Gas Buang


Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida,
dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas
sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar
dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).
Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon
monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat
dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter)
untuk menyempurnakan pembakaran.
Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang juga dapat
dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber
bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang
merupakan polutan.
b. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
1) Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau
stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih saja
yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap
diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus
segera diganti dengan yang baru.
2) Pengendap Siklon

30
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu
yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu.
Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara /
gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon
sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.Ukuran partikel / debu
/ abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u – 40 u. Makin besar
ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
3) Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip
kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara yang kotor dari
bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka
debu akan ikut semprotan air turun ke bawah.

Gambar 18. Proses Pengolahan Limbah Gas


(Sumber: www.airlimbah.com)
C. Bioremediasi
Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu bio dan remediasi yang dapat
diartikan sebagai proses dalam menyelesaikan masalah. Menurut Munir (2006),
bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan
dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran.
Menurut Sunarko (2001), bioremediasi mempunyai potensi untuk menjadi salah
satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan paling murah untuk
mengantisipasi masalah-masalah lingkungan.
Salah satu masalah lingkungan yang perlu di perhatikan adalah
tumpahan minyak di laut atau perairan seperti yang pernah terjadi di Balikpapan,
Kalimantan Timur. Tumpahan minyak terjadi pada 30 April 2018, berasal dari
putusnya pipa Pertamina RU V Balikpapan yang tersangkut oleh jangkar kapal

31
MV Ever Judger yang sedang memuat 74.808 metrik ton batu bara dari dermaga
PT. Dermaga Perkasa Pratama (Balikpapan Coal Terminal). Putusnya pipa
mengakibatkan bocornya 44 ribu barel minyak mentah ke laut atau setara
6.995.441 liter. Daya rusak yang ditimbulkan oleh tumpahan minyak itu sangat
luas hingga mencapai 12 ribu hektar area pesisir Balikpapan dan Penajam Paser
Utara. Tidak hanya kerugian atas rusaknya lingkungan, bahkan petaka tiga tahun
silam itu juga turut merenggut lima nyawa warga Balikpapan. Diperkirakan
terdapat 162 nelayan tidak bisa melaut, 17 ribu hektare lahan bakau terpapar
minyak, dan empat kawasan terumbu karang rusak akibat peristiwa itu (Anugrah
Andriansyah, 2021).

Gambar 19. Tumpahan Minyak Pertamina di Balikpapan


(Sumber: https://www.voaindonesia.com)
Waluyo, L. (2018) menyatakan bahwa bioremediasi adalah suatu strategi
atau proses detoksifikasi polutan yang terdapat dalam lingkungan dengan
bantuan mikroba, tumbuhan atau biokatalisator (enzim) baik enzim mikroba
ataupun enzim tumbuhan. Detoksifikasi merupakan proses menurunkan tingkat
meracun. Saat bioremediasi terjadi, enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut.
Peristiwa ini dinamakan biotransformasi. Proses biotransformasi pada banyak
kasus berujung pada biodegradasi dimana polutan beracun terdegradasi
strukturnya menjadi tidak kompleks dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak
berbahaya dan tidak beracun. Bioremediasi dapat juga dikatakan sebagai proses
degradasi biologis dari sampah organik dari kondisi terkontrol menjadi suatu
bahan yang tidak berbahaya atau konsentrasinya berada dibawah batas yang
ditentukan oleh lembaga yang berwenang. Bioremediasi merupakan
pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan
proses biologi dalam mengendalikan pencemaran dan cukup menarik karena

32
selain hemat biaya dapat juga dilakukan secara in situ langsung ditempat dan
prosesnya alamiah.
Jadi bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi
masalah lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi), yeast,
alga dan bakteri yang berfungsi sebagai agen bioremediator. Selain dengan
memanfaatkan mikroorganisme, bioremediasi juga dapat pula memanfaatkan
tanaman air.
Tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir
komponen-komponen tertentu di dalam perairan dan sangat bermanfaat dalam
proses pengolahan limbah cair (misalnya menyingkirkan kelebihan nutrien, logam
dan bakteri patogen). Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah
fitoremediasi. Bioremediasi juga dapat dikatakan sebagai proses penguraian
limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali.
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi
oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur
kimia polutan. Peristiwa ini disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, saat polutan beracun terdegradasi,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak
berbahaya dan tidak beracun.
Sejak abad dua puluh, orang-orang sudah menggunakan mikroorganisme
untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah berkembang
pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang
sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri.
Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat (merkuri,
stronsium, kadmium), petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik
terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, CFC, dan lain-lain. Banyak aplikasi-
aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang
sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh
pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi
oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikrob yang baru dan bermanfaat,
dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik.
Teknologi genetika molekuler sangat penting untuk mengidentifikasi gen-
gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari

33
gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang
bagaimana mikrob-mikrob memodifikasi polutan beracun menjadi tidak
berbahaya.
Selain dengan memanfaatkan mikroorganisme, bioremediasi juga dapat
pula memanfaatkan tanaman air. Tanaman air memiliki kemampuan secara
umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu di dalam perairan dan
sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair (misalnya
menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan bakteri patogen). Penggunaan
tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah fitoremediasi. Bioremediasi juga dapat
dikatakan sebagai proses penguraian limbah organik atau anorganik polutan
secara biologi dalam kondisi terkendali.

1. Tujuan dan Kriteria Bioremediasi


Bioremediasi merupakan teknologi ramah lingkungan yang hanya
mengandalkan produk alami. Ini adalah pendekatan berkelanjutan yang tidak
beracun dan hemat biaya untuk mendekontaminasi lingkungan yang tercemar.
Namun teknik ini dibatasi hanya pada senyawa yang dapat terbiodegradasi.
Bioremediasi merupakan teknologi yang menjanjikan, ekonomis, dan ramah
lingkungan di antara semua solusi inovatif yang ada (Amelia & Sulistiyaning,
2021).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air)
atau dengan kata lain mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan
pencemar dari lingkungan. Secara konsep bioremediasi dapat berupa
biodegradasi, mineralisasi dan kometabolisme. Biodegradasi yakni pengubahan
atau detoksifikasi polutan oleh organisme dan proses perubahannya dapat
sebagian atau seluruhnya. Mineralisasi yaitu konversi secara lengkap suatu
kontaminan organik menjadi penyusun anorganiknya oleh spesies
mikroorganisme tunggal atau konsorsium (kelompok) mikroorganisme.
Kometabolisme yaitu transformasi suatu kontaminan tanpa penyediaan karbon
atau energi untuk mikroorganisme degradasi. Teknologi bioremediasi dalam
penerapannya harus memenuhi beberapa kriteria. Kriteria yang harus digunakan
untuk penggunaan tindakan teknologi bioremediasi yaitu faktor organisme,
kontaminan, tempat atau lokasi dan biaya. Jasad hidup yang dipakai harus
memiliki kemampuan metabolisme yakni mampu menguraikan polutan dengan

34
kecepatan yang cukup . dampaknya bisa membuat konsentrasi polutan menjadi
dibawah ambang batas peraturan yang ada. Polutan yang akan didegradasi
harus tersedia untuk proses biologis. Syarat yang lainnya yakni lokasi
dilakukannya bioremediasi harus memiliki kondisi lingkungan yang cocok untuk
perkembangbiakan mikroorganisme atau tumbuhan atau untuk aktivitas
biokatalisator (Waluyo, L. :2018.)

2. Jenis-jenis Mikroorganisme yang berperan dalam bioremediasi


Teknik pengolahan limbah jenis bahan berbahaya dan beracun dengan
teknik bioremediasi umumnya menggunakan agen bioremediator mikrobe, yakni
khamir, fungi, dan bakteri. Kecepatan biotransformasi dan biodegradasi dapat
ditingkatkan dengan cara, seeding dan feeding. Seeding adalah suatu proses
membuat optimal jumlah aktivitas mikrobe indigen dan atau dengan cara
menambahkan mikrobe eksogen. Proses yang pertama dinamakan bioremediasi
instrinsik sedangkan cara yang kedua bioaugmentasi. Teknik lainnya dalam
pengolahan limbah dengan cara memodifikasi lingkungan yang dinamakan
feeding. Teknik feeding dapat dibagi menjadi biostimulasi dengan cara
menambahkan nutrisi dan bioventing merupakan cara dengan menambahkan
oksigen. Banyak hal yang dapat mempengaruhi proses bioremediasi. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi yaitu kadar makanan,ketersediaan
oksigen,tingkat keasaman (pH) dan kelembaban. Hal ini bertujuan supaya
mikrobe yang dipakai dalam proses bioremediasi dapat tumbuh dan berkembang
biak dengan baik dan optimal. Hal lainnya yang perlu diperhatikan yaitu
keberadaan unsur fosfor dan nitrogen sebagai faktor pembatas pertumbuhan
mikroba Waluyo, L. (2018). Mikroorganisme akan mendegradasi zat pencemar
atau polutan menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun.

a) Pseudomonas sp
Pseudomonas sp merupakan salah satu bakteri yang memanfaatan
bakteri menjadi biosurfaktan. Dengan demikian, jenis bakteri ini dapat
dimamanfaatkan dengan baik dalam melakukan bioremediasi dengan
hidrokarbon.
b) Bakteri Nictobacter

35
Bakteri ini merupakan bakteri probioaktif yang mampu bekerja
menguraikan bahan organik protein, karbohidrat, dan lemak secara biologis.
Bermanfaat dalam menguraikan NH3 dan NO pada sampah, tinja, dan kotoran
hewan ternak, dan dapat menekan populasi bakteri patogen pada penampung
tinja yang menyebabkan sumber air tanah akan terkontaminasi jika air rembesan
tinja bercampur dengan sumber air tanah.
c) Bakteri Endogenous
Tidak hanya mengendalikan senyawa amoniak dan nitrit, teknik
bioremediasi dengan menggunakan bakteri endogenus juga bertujuan untuk
mengendalikan senyawa H2S (Hidrogen sulfide) yang banyak menumpuk di
sedimen tambak.
d) Bakteri Nitrifikasi
Nitirifikasi untuk menjaga keseimbangan senyawa nitrogen anorganik
(amonia, nitrit dan nitrat) di sistem tambak. Pendekatan bioremediasi ini
diharapkan dapat menyeimbangkan kelebihan residu senyawa nitrogen yang
berasal dari pakan, dilepaskan bempa gas N2 1 N2O ke atmosfir. Peran bakteri
nitrifikasi adalah mengoksidasi amonia menjadi nitrit atau nitrat, sedangkan
bakteri denitrifikasi akan mereduksi nitrat atau nitrit menjadi dinitrogen
oksida (N2O) atau gas nitrogen (Nz).
Mikroorganisme akan mendegradasi zat pencemar atau polutan menjadi
bahan yang kurang beracun atau tidak beracun. Polutan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan pencemar organik dan sintetik (buatan). Bahan
pencemar dapat dibedakan berdasarkan kemampuan terdegradasinya di
lingkungan yaitu :
a. Bahan pencemar yang mudah terdegradasi (biodegradable pollutant), yaitu
bahan yang mudah terdegradasi di lingkungan dan dapat diuraikan atau
didekomposisi, baik secara alamiah yang dilakukan oleh dekomposer (bakteri
dan jamur) ataupun yang disengaja oleh manusia, contohnya adalah limbah
rumah tangga. Jenis polutan ini akan menimbulkan masalah lingkungan bila
kecepatan produksinya lebih cepat dari kecepatan degradasinya.
b. Bahan pencemar yang sukar terdegradasi atau lambat sekali terdegradasi
(nondegradable pollutant), dapat menimbulkan masalah lingkungan yang
cukup serius. Contohnya adalah jenis logam berat seperti timbal (Pb) dan
merkuri. Logam berat dari residu pertanian maupun industri biasa dijumpai
dalam jumlah yang kecil namun sangat sulit terurai sehingga dalam jangka

36
waktu tertentu akan terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup yang meracuni
makhluk hidup (Montazeri et al., 2009). Pencemaran logam berat di lahan
sekitar penambangan, industri dan pertanian akan sangat meningkatkan
kandungan logam berat didalam tanah karena residu maupun akibat tindakan
dari kegiatan tersebut akan dibuang ataupun di timbun didalam tanah. Dalam
jumlah yang sedikit tanah dapat mengurai logam berat, namun secara terus
menerus tanah akan terakumulasi dan tercemar logam berat tersebut
(Priyanto dan Joko, 2010). Kegiatan Pertambangan emas diyakini dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup berarti. Salah satu masalah
yang paling meresahkan bagi masyarakat di sekitar lokasi Penambangan
Emas Tanpa Izin (PETI) adalah logam berat yang dihasilkan dari aktivitas
pertambangan emas seperti logam Cd yang berasal dari pelarutan logam
secara alami karena kegiatan penggalian tanah dan penghancuran batuan.
Akumulasi logam berat Cd yang melebihi batas yang diperbolehkan dapat
menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan menyebabkan luka pada saluran
hidung dan kulit (Darmono, 2006). Selain logam berat yang dihasilkan
kegiatan PETI tersebut, anion seperti nitrat juga akan membahayakan
kesehatan manusia (Hatika, 2022).

3. Proses Bioremediasi
Proses utama pada bioremediasi adalah biodegradasi, biotransformasi
dan biokatalis. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia
polutan tersebut. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara menurunkan
energi aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi. Pada
proses ini terjadi biotransformasi atau biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi
senyawa yang kurang toksik atau tidak toksik. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi.
Degradasi senyawa kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan proses
yang sangat penting untuk mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya di
lingkungan, yang berlangsung melalui suatu seri reaksi kimia yang cukup
kompleks dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak
beracun. Misalnya mengubah bahan kimia menjadi air dan gas yang tidak
berbahaya misalnya CO2. Dalam proses degradasinya, mikroba menggunakan
senyawa kimia tersebut untuk pertumbuhan dan reproduksinya melalui berbagai

37
proses oksidasi. Enzim yang dihasilkan juga berperan untuk mengkatalis reaksi
degradasi, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai
keseimbangan.
Lintasan biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat
dimengerti berdasarkan lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami
seperti hidrokarbon, lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari
prosesnya, terutama tahap akhir metabolisme umumnya berlangsung melalui
proses yang sama.
Supaya proses tersebut dapat berlangsung optimal, diperlukan kondisi
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangangbiakan mikroorganisme. Tidak terciptanya kondisi yang optimum
akan mengakibatkan aktivitas degradasi biokimia mikroorganisme tidak dapat
berlangsung dengan baik, sehingga senyawa-senyawa beracun menjadi
persisten di lingkungan. Agar tujuan tersebut tercapai diperlukan pemahaman
akan prinsip-prinsip biologis tentang degradasi senyawa-senyawa beracun,
pengaruh kondisi lingkungan terhadap mikroorganisme yang terkait dan reaksi-
reaksi yang dikatalisnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan bioremediasi adalah melalui
teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk
mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi.
Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman
kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi
tidak berbahaya.

4. Jenis-jenis Bioremediasi
Adapun jenis-jenis bioremediasi dapat dibedakan menjadi, berikut ini:
a. Biostimulasi
Biostimulasi adalah memperbanyak dan mempercepat pertumbuhan
mikroba yang sudah ada di daerah tercemar dengan cara memberikan
lingkungan pertumbuhan yang diperlukan, yaitu penambahan nutrien dan
oksigen. Jika jumlah mikroba yang ada dalam jumlah sedikit, maka harus
ditambahkan mikroba dalam konsentrasi yang tinggi sehingga bioproses dapat
terjadi. Mikroba yang ditambahkan adalah mikroba yang sebelumnya diisolasi
dari lahan tercemar kemudian setelah melalui proses penyesuaian di
laboratorium di perbanyak dan dikembalikan ke tempat asalnya untuk memulai

38
bioproses. Namun sebaliknya, jika kondisi yang dibutuhkan tidak terpenuhi,
mikroba akan tumbuh dengan lambat atau mati. Secara umum kondisi yang
diperlukan ini tidak dapat ditemukan di area yang tercemar (Suhardi, 2010).
Tujuan dari biostimulasi untuk menstimulus pertumbuhan dan aktivitas
mikrorganisme indigen meremediasi dalam tanah atau air. Proses ini dengan
penambahan hara, seperti nitrogen dan fosfor kedalam air atau tanah yang
tercemar.
b. Bioaugmentasi
Bioaugmentasi merupakan penambahan produk mikroba komersial ke
dalam limbah cair untuk meningkatkan efisiensi dalam pengolahan limbah secara
biologi. Cara ini paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di
suatu tempat. Hambatan mekanisme ini yaitu sulit untuk mengontrol kondisi situs
yang tercemar agar mikroba dapat berkembang dengan optimal. Selain itu
mikroba perlu beradaptasi dengan lingkungan tersebut (Uwityangyoyo, 2011).
Menurut Munir (2006), dalam beberapa hal, teknik bioaugmentasi juga diikuti
dengan penambahan nutrien tertentu. Para ahli belum sepenuhnya mengerti
seluruh mekanisme yang terkait dalam bioremediasi. Di samping itu mikroba
yang dilepaskan ke lingkungan yang asing kemungkinan sulit beradaptasi dan
kemungkinan dapat mengalami kematian.
c. Bioremediasi pasif atau Intrinsik
Bioremediasi pasif adalah bioremediasi yang bersifat alami terdapat suatu
lokasi terkontaminasi dengan memakai mikroba indigen (setempat/asli),
beberapa polutan yang dapat diuraikan oleh mikroba indigen. Kelemahan dari
bioremediasi intrinsik memiliki kecepatan penguraian sangat lambat pada
keadaan tertentu.
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang
tercemar. Bioremediasi berdasarkan lokasi terdapat 2 macam yaitu:
1) In-situ, yaitu dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar ( proses
bioremediasi yang digunakan berada pada tempat lokasi limbah tersebut).
Proses bioremadiasi in situ pada lapisan surface juga ditentukan oleh faktor
bio-kimiawi dan hidrogeologi
2) Ex-situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah
tersebut lalu ditreatment ditempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke
tempat asal. Lalu diberi perlakuan khusus dengan memakai mikroba.
Bioremediasi ini bisa lebih cepat dan mudah dikontrol dibanding in-situ, ia

39
pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih
beragam.
d. Fitoremediasi
Fitoremediasi merupakan proses teknologi yang menggunakan tumbuhan
untuk memulihkan tanah yang tercemar oleh bahan polutan secara in situ.
Teknologi ini dapat ditunjang dengan peningkatan perbaikan media tumbuh dan
ketersediaan mikroba tanah untuk meningkatkan efesiensi dalam proses
degradasi bahan polutan. Proses fitoremediasi bermula dari akar tumbuhan yang
menyerap bahan polutan yang terkandung dalam air. Kemudian melalui proses
transportasi tumbuhan, air yang mengandung bahan polutan dialirkan keseluruh
tubuh tumbuhan, sehingga air yang menjadi bersih dari polutan. Tumbuhan ini
dapat berperan langsung atau tidak langsung dalam proses remediasi
lingkungan yang tercemar.
Tumbuhan tertentu dapat digunakan melenyapkan, menyerap,
membersihkan dan mengubah berbagai polutan, proses ini dinamakan
fitoremediasi. Polutan yang dapat diremediasi dapat berupa senyawa
hidrokarbon, seperti minyak, logam berat, bahan peledak dan pestisida.
Fitoremediasi dapat dibagi menjadi beberapa mekanisme yakni :
1. Fitoekstraksi, polutan dapat diserap oleh akar tumbuhan kemudian polutan
tersebut di translokasi, dikumpulkan dan disebarkan ke bagian-bagian tumbuhan
yang lain, misalnya batang, akar dan daun.
2. Rizofiltrasi yakni proses penyerapan, pengendapan dan penyaringan logam-
logam berat sebagai polutan dengan menggunakan akar tumbuhan. Mekanisme
ini hanya dapat dilakukan pada air dan lahan basah.
3. Fitodegradasi, polutan-polutan dapat diserap dan didegradasi (diuraikan) oleh
tumbuhan. Proses penguraian polutan ini dapat dibantu oleh metabolisme enzim
yang terdapat pada tumbuhan tersebut. Enzim berfungsi sebagai biokatalisator
dalam proses degradasi senyawa polutan dalam tubuh tumbuhan.
4. Fitotransformasi, polutan-polutan yang terdapat dalam tanah dan dalam air
tanah dapat diserap oleh akar tumbuhan kemudian proses selanjutnya terjadi
proses metabolisme dalam tubuh tumbuhan
5. Fitostabilisasi, fitostabilisasi merupakan salah satu proses mekanisme
fitoremediasi. Prosesnya dengan cara adanya produksi senyawa kimia yang
berasal dari daerah perakaran tumbuhan dan berfungsi menstabilkan polutan.

40
6. Fitovolatilisasi, volatil artinya adalah mudah menguap sedangkan fito adalah
tumbuhan. Fitovolatilisasi adalah proses pendegradasian polutan sebelum
melewati daun. Hal ini dapat terjadi pada saat terjadi serapan polutan dan
kemudian polutan tersebut dilepaskan keudara dengan bantuan daun
(Waluyo,L.2018).
e. Landfarming
Landfarming merupakan penerapan dengan mencampurkan polutan atau
limbah kedalam permukaan tanah yang tidak tercemar. Caranya dengan
pemberian lapisan tanah liat dengan tujuan pencegahan pencucian polutan
masuk ke air tanah. Tahap berikutnya pengolahan tanah diolah dengan tujuan
perbaikan kelengasan dan aerasi tanah. Proses mengolah tanah juga berfungsi
menurunkan polutan dapat dibantu dengan proses biostimulasi atau
bioaugmentasi dan akan menghasilkan inokulan yang sama. (Waluyo, L. 2018).
f. Pembuatan kompos
Mikroba dalam proses pengomposan memiliki kemampuan tahan
terhadap suhu yang tinggi dan bersifat aerobik penggunaan mikroorganisme
termofilik aerob pada timbunan tanah dengan tujuan menguraikan polutan.
Aktivitas mikrobe dalam mendegradasi kompos dapat dirangsang dengan cara
mencampur tanah dan membasahinya secara periodik (Waluyo, L. 2018).

1) Contoh Bioremediasi Limbah Tahu dengan EM4


Limbah cair tahu adalah bahan organik yang dapat cepat terurai oleh
mikroorganisme sehingga akan menimbulkan bau yang sangat tidak sedap yang
dikareanakan adanya pembusukan oleh bakteri. Limbah cair yang dihasilkan dari
industri tahu dapat mencemari lingkungan perairan dikarenakan sebelum
dibuang ke badan air tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu, hal ini
dikarenakan sebagian besar industri tahu masih belum mempunyai instalasi
pengolahan limbah cair karena biaya pengolahan limbahnya mahal dan
kurangnya pengetahuan tentang teknologi untuk mengolah limbah cair tahu,
sehingga beberapa industri tahu membuang limbah cair langsung ke saluran
pembuangan, sungai ataupun badan air. Limbah cair industri tahu memiliki kadar
BOD dan COD sangat tinggi. Sehingga menimbulkan efek negatif yaitu seperti
bau busuk yang sangat menyengat sehingga dapat mengganggu kesehatan.
BOD merupakan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme hidup untuk menguraikan ataupun mengoksidasi bahan-bahan

41
buangan yang ada di alam air. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah
oksigen yang diperlukan sebagai pengurai semua bahan organik yang ada pada
air. Selisih untuk nilai COD ataupun BOD dapat memberikan penjelasan
besarnya bahan organik yang sulit terurai yang terdapat pada perairan.
Mikroorganisme (EM4) lebih mampu mendegradasi senyawa-senyawa
organik dalam limbah cair tahu lebih cepat dari pada hanya menggunakan
mikroorganisme alami yang terdapat dalam limbah tersebut. Selain itu penurunan
kadar BOD dapat terjadi dikarenakan adanya kerjasama antara bakteri asam
laktat yang terdapat pada larutan Effective Microorganism-4 (EM4) dengan jamur
fermentasi untuk memfermentasikan bahan organik menjadi senyawa yang lebih
sederhana sehingga prosesnya lebih cepat jika dibandingkan dengan proses
penguraian senyawa organik secara alamiah pada limbah cair tahu. Adanya
larutan Effective Microorganism-4 (EM4) juga dapat menurunkan kadar COD
dikarenakan adanya enzim protase yang dihasilkan dari berbagai jenis mikroba
yang terdapat pada EM4 (Jasmiyati dkk., 2012).

Gambar 20. Skema Bioremediasi Limbah Tahu dengan EM4


(Sumber: Deffy., dkk, 2020)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bioremediasi


Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi proses bioremediasi, yang
meliputi kondisi tanah, temperature, oksigen, dan nutrient yang tersedia.

42
a. Kondisi Tanah
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung
kelancaran aliran nutrien, enzim-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran
tersebut akan mengakibatkan terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses
biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif. Karakteristik tanah yang cocok untuk
bioremediasi adalah mengandung butiran pasir ataupun kerikil kasar sehingga
dispersi/penguraian oksigen dan nutrien dapat berlangsung dengan baik.
Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi nutrien dan
substrat di dalam tanah.
b. Lingkungan
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung
kelancaran aliran nutrient, enzim-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran
tersebut akan mengakibatkan terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses
biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif. Karakteristik tanah yang cocok untuk
bioremediasi in situ adalah mengandung butiran pasir ataupun kerikil kasar
sehingga dispersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik.
Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi nutrien dan
substrat di dalam tanah.
c. Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40˚C.
Ladislao, et. al. (2007) mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada
suhu 38˚C bukan pilihan yang valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris
untuk mengontrol mikroorganisme patogen. Pada temperatur yang rendah,
viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai
pendek yang bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat
sehingga proses biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh
terhadap lokasi tempat dilaksanakannya bioremediasi.
d. Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun
kapang adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan
demikian tersedianya oksigen merupakan syarat keberhasilan degradasi
hidrokarbon minyak. Ketersediaan oksigen di tanah tergantung pada (a)
kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c) kehadiran
substrat lain yang juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya oksigen,
merupakan salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon minyak

43
e. pH.
Pada tanah umumnya merupakan lingkungan asam, alkali sangat jarang
namun ada yang melaporkan pada pH 11. Penyesuaian pH dari 4,5 menjadi 7,4
dengan penambahan kapur meningkatkan penguraian minyak menjadi dua kali.
Penyesuaian pH dapat merubah kelarutan, bioavailabilitas, bentuk senyawa
kimia polutan, dan makro & mikro nutrien. Ketersediaan Ca, Mg, Na, K, NH 4+, N
dan P akan turun, sedangkan penurunan pH menurunkan ketersediaan NO3- dan
Cl-. Cendawan yang lebih dikenal tahan terhadap asam akan lebih berperan
dibandingkan bakteri asam.
f. Keberadaan zat nutrisi
Baik pada in situ & ex situ. Bila tanah yang dipergunakan bekas pertanian
mungkin tak perlu ditambah zat nutrisi. Untuk hidrokarbon ditambah nitrogen &
fosfor, dapat pula dengan makro & mikro nutrisi yang lain. Mikroorganisme
memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energi dan keseimbangan
metabolisme sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya dilakukan
penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga proses
degradasi oleh mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhannya
meningkat.
g. Interaksi antar Polusi
Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam
mengoptimalkan aktivitas mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi
antara beberapa galur mikroorganisme di lingkungannya. Salah satu bentuknya
adalah kometabolisme. Kometabolisme merupakan proses transformasi senyawa
secara tidak langsung sehingga tidak ada energy yang dihasilkan.

Tabel 3. Faktor-faktor yang dibutuhkan dalam bioremediasi


Mikroorganisme
Sumber Energi Akseptor Elektron
Kelembaban Ph
Nutrien Temperatur
Tidak Terdapa Toksisitas Pemusnahan Metabolit
Bioremediasi Tidak Terdapat Organisme Kompetitif

h. Faktor Manusia dan Penegakan Hukumnya

44
Sektor pertambangan adalah sektor pemanfaatan sumber daya alam
(mineral dan batubara) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional dan daerah. Aktivitas pertambangan yang ideal harus menerapkan
prinsip penambangan yang baik dan benar (good mining practice). Sebab, ada
lingkungan yang harus dijaga supaya meminimalisir kerusakan yang disebabkan
oleh aktivitas pertambangan. Untuk itu, sebuah penambangan harus memiliki izin
menjalankan usaha dan beroperasi sesuai dengan standarisasi pengolaan
limbah. Apabila perusahaan tambang beroperasi tanpa izin atau ilegal, dapat
beresiko merusak lingkungan karena tidak memiliki standar yang ditetapkan. Di
bawah ini akan dibahas mengenai standar perizinan dan dampak bahaya yang
disebabkan oleh penambangan ilegal terhadap lingkungan.
Penambangan ilegal yang tak dilakukan sesuai standar perlindungan
lingkungan dapat merusak vegetasi tanah dan profil genetik tanah yang ada,
sehingga tanah yang awalnya subur dapat berubah kering dan tandus.
Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai juga dapat mengubah topogafi umum
kawasan tambang secara permanen yang dapat berakibat longsong maupun
banjir (Jefri Anthoni dkk., 2020).

Gambar 21. Sebuah mesin tambang emas liar di Jambi


(Sumber: Bangun Santoso/Liputan6.com)

6. Kelebihan dan Kekurangan Bioremediasi


Kelebihan bioremediasi sebagai berikut :
1) Proses pelaksanaan dapat dilakukan langsung di daerah tersebut dengan
lahan yang sempit sekalipun.
2) Mengubah polutan bukan hanya memindahkannya.
3) Proses degradasi dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang cepat.

45
4) Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba yang
secara alamiah sudah ada dilingkungan (tanah).
5) Bioremediasi tidak menggunakan/menambahkan bahan kimia berbahaya.
Bioremediasi umumnya memiliki daya perlindungan terhadap lingkungan yang
lebih baik daripada proses pengolahan berbasis proses penggalian
6) Teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah biaya. Biaya yang
dibutuhkan pengolahan situs limbah berbahaya menggunakan teknologi
bioremediasi bisa jauh lebih rendah dari yang untuk metode pengolahan
konvensional: vacuuming, absorbing, burning, dispersing, atau proses
memindahkan material.
Adapun Kekurangan bioremediasi sebagai berikut :
1) Tidak semua bahan kimia dapat diolah secara bioremediasi.
2) Membutuhkan pemantauan yang ekstensif.
3) Membutuhkan lokasi tertentu.
4) Polutannya bersifat toksik.
5) Berpotensi menghasilkan produk yang tidak dikenal.
6) Dapat digabung dengan teknik pengolahan lain.

7. Manfaat Bioremediasi
Bioremediasi ini bisa menjadi solusi bagi penguraian material yang
sebagai berikut:
a. Produk Minyak yang bisa ter-bio-degradasi (gas, diesel, bahan bakar minyak)
1) Senyawa minyak mentah (benzena, toluena, xilena, naftalena)
2) Beberapa pestisida (malathion)
3) beberapa pelarut industri
4) senyawa batubara (fenol, sianida dalam ter batu bara dan limbah kokas )
b. Sebagian ter-degradasi/ Persistent
1) TCE (trichloroethylene) yanga akan mencemari air tanah
2) PCE (perchlorethlene) pelarut dry cleaning
3) PCB (telah terdegradasi di laboratorium, tetapi tidak dalam kerja lapangan)
4) Arsen, Chromium, Selenium
5) Tidak degradable / Recalcitran

Manfaat Bioremediasi yang luar biasa pada berbagai bidang, diantaranya


yaitu sebagai berikut:

46
a. Bidang Lingkungan
Pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan bahkan mengubah
limbah tersebut menjadi ramah lingkungan. Contoh bioremediasi dalam
lingkungan yakni telah membantu mengurangi pencemaran dari limbah pabrik,
misalnya pencemaran limbah oli di laut Alaska berhasil diminimalisir dengan
bantuan bakteri yang mampu mendegradasi oli tersebut.
b. Bidang Industri
Bioremediasi telah memberikan suatu inovasi baru yang membangkitkan
semangat industri sehingga terbentuklah suatu perusahaan yang khusus
bergerak dibidang bioremediasi, contohnya adalah Regenesis Bioremediation
Products, Inc., di San Clemente, Calif.
c. Bidang Ekonomi
Karena bioremediasi menggunakan bahan-bahan alami yang hasilnya
ramah lingkungan, sedangkan mesin-mesin yang digunakan dalam pengolahan
limbah memerlukan modal dan biaya yang jauh lebih, sehingga bioremediasi
memberikan solusi ekonomi yang lebih baik.
d. Bidang Pendidikan
Penggunaan mikroorganisme dalam bioremediasi dapat membantu
penelitian terhadap mikroorganisme yang masih belum diketahui secara jelas.
Pengetahuan ini akan memberikan sumbangan yang besar bagi dunia
pendidikan sains.

D. Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan


Firman Allah SWT, tentang mikrobiologi lingkungan diantaranya:
1. Q.S Ar-ruum 30 : 41

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).”
Telah tampak kerusakan di darat disebabkan terhentinya hujan dan
menipisnya tumbuh-tumbuhan (dan di laut) maksudya di negeri-negeri yang

47
banyak sungainya menjadi kering (disebabkan perbuatan tangan manusia)
berupa perbuatan-perbuatan maksiat (supaya Allah merasakan kepada mereka)
dapat dibaca liyudziiqahum dan linudziiqahum; kalau dapat dibaca linudziiqahum
artinya supaya kami merasakan kepada mereka (sebagian dari akibat perbuatan
mereka) sebagai hukumannya (agar mereka kembali) supaya mereka bertobat
dari perbuatan-perbuatan maksiat.
2. QS Al Baqarah 2 : 11-12

Artinya:
11. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi[24]". mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang
Mengadakan perbaikan."
12. Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
Berdasarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah sungguh telah men
gingatkan umat manusia untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Karena m
anusia yang sejatinya diciptakan sebagai khalifah yang seharusnya menjaga bu
mi dengan sebaik-baiknya. Karena jika bumi ini rusak, yang akan menanggung h
al tersebut juga adalah manusia itu sendiri.
3. QS. Ali Imron 3 :63

‫فَِاْن َت َو َّلْو ا َفِاَّن َهّٰللا َع ِلْي ٌمۢ ِباْلُم ْف ِس ِد ْي َن‬


Artinya: “Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), Maka sesunguhnya
Allah Maha mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Jika mereka berpaling) tidak mau beriman (maka sesungguhnya Allah
Maha mengetahui akan orang-orang yang berbuat keruksan) mereka akan
diberi-Nya balasan. Di sini kata-kata lahir ditempatkan pada kata-kata mudhmar.
4. QS. Asy-Syu’raa 42 : 183

Artinya: “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan


janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;”

48
Ketika kita merusak bumi sama denga kita merugikan hak-hak manusia
lain. Terkadang satu manusia yang membuat kerusakan, dampaknya bisa
dirasakan oleh seluruh manusia di sekitarnya. Lafal Ta’tsau ini berasal dari
‘Atsiya yang artinya membuat kerusakan; dan lafal Mufsidiina merupakan Hal
atau keterangan keadaan daripada ‘Amilnya, yaitu lafal Ta’tsau.
5. QS. Muhammad 47 : 22

Artinya: “Maka Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat
kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?”
Maka apakah sekiranya) dapat dibaca `Asaitum atau `Asiitum, di dalam
ungkapan ini terkandung ungkapan Iltifat dari Ghaibah kepada Mukhathab;
maksudnya barangkali kalian (jika kalian berpaling) memalingkan diri dari iman
(kalian akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan) maksudnya, kalian akan kembali kepada akhlak jahiliyah, yaitu
gemar mengadakan kerusakan dan peperangan.
6. QS. Al Baqarah 2: 26

‫ِاَّن الّٰل َه اَل َيْس َتْحٖٓي َاْن َّيْض ِرَب َمَثاًل َّما َبُعْوَضًة َف َما‬
‫َف ْوَق َها ۗ َفَاَّما اَّل ِذ ْيَن ٰا َمُن ْوا َف َيْع َلُم ْوَن َاَّن ُه اْل َح ُّق ِم ْن‬
‫َّرِّبِهْم ۚ َوَاَّم ا اَّل ِذ ْيَن َك َف ُرْوا َف َيُق ْوُل ْوَن َم اَذٓا َاَراَد الّٰل ُه‬
‫ِبٰه َذا َمَثاًل ۘ ُيِضُّل ِب ٖه َك ِثْي ًرا َّوَيْه ِد ْي ِب ٖه َك ِثْي ًرا ۗ َوَم ا‬
٢٦ - ‫ُيِضُّل ِبٖٓه ِااَّل اْل ٰف ِسِق ْيَۙن‬
Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau
yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu
bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud
Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang
yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya
petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain
orang-orang fasik.

49
Dalam QS. Al Baqarah ayat 26 Allah SWT menyebut kata “ba’udhah”
yang dalam bahasa Indonesia diartikan “seekor nyamuk” dan dalam bahasa
inggris diartikan “the lowest of creature” dan oleh ahli tafsir kata-kata tersebut
dihubungkan dengan “suatu makhluk yang sangat lemah dan memiliki
kecerdasan yang menakjubkan”. Terkait dengan hal tersebut, dalam hal ini
penulis menghubungkan kata-kata “bau’dhah atau the lowest/weakest of
creature, suatu makhluk yang sangat lemah dan memiliki kecerdasan yang
menakjubkan” dengan sifat-sifat bakteri dan virus. Seperti bakteriofage, sampai
300 nm sedangkan virus memiliki ukuran yang sangat kecil dan lemah karena
virus memiliki ukuran antara 27 nm. Oleh sebab itu hal ini juga menguatkan akan
signifikannya peran makhluk kecil yang disanjung Allah dan dijadikannya
pelajaran bagi orang yang berakal.
Allah Swt dalam ayat lain juga menekankan agar manusia selalu menjaga
alam dan menghindari segala bentuk perusakan. Sebagaimana yang termaktub
dalam Q.S Al-A’raf ayat 56:

ۚ ‫َواَل ُتْف ِس ُد و۟ا ِفى ٱَأْلْرِض َبْع َد ِإْص َٰل ِح َه ا َو ٱْدُع وُه َخ ْو ًفا َو َطَم ًعا‬
‫ِإَّن َرْح َم َت ٱلَّلِه َق ِريٌب ِّم َن ٱْلُم ْح ِسِنيَن‬
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat
Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

50
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mikrobiologi limbah merupakan salah satu cabang dari mikrobiologi, yang
khusus mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan limbah
(domestik dan non domestik) termasuk sampah. Mikrobiologi limbah lebih
penting dipelajari karena masalah limbah dan sampah merupakan salah satu
masalah dunia sekarang.
2. Pengolahan limbah diantaranya pengolahan limbah padat dengan cara
pengomposan, pengolahan limbah infeksius, pengolahan limbah cair,
pengolahan limbah gas, pengolahan limbah (B3), pengolahan limbah secara
mikrobiologis, bioremediasi, biodegradasi, biogas, biofilter, dan tangki septik
3. Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi
oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah
struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut
biotransformasi.
4. Ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan masalah mikribiologi limbah
diantaranya Qs Ar-Ruum 30:41, QS Al Baqarah: 11-12, QS Ali Imron: 63, QS.
Asy-Syu’araa: 183, QS. Muhammad: 22. QS Al Baqarah: 26 dan QS. Ali
Imran: 27.

B. Saran
1. Hendaknya manusia bersyukur atas bumi dan segala isi nya yang telah Allah
cipatakan untuk manusia, dan berhenti merusak lingkungan.
2. Alih-alih menjadi salah satu aktor perusak lingkungan, sebaiknya dimulai dari
diri sendiri dan kalangan akademisi dan praktisi Pendidikan untuk
menerapkan hidup yang lebih berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
(eco-green mindset).
3. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa terdapat kekurangan
dalam penyusunan bahkan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami
membutuhkan saran yang sifatnya memotivasi untuk perbaikan makalah ini.

51
DAFTAR LITERATUR

Aini, Dian Nur. Sampah Plastik. Diakses pada hari Jumat, 1 April
2022.https://www.ilmulingkungan.com
Afriani, I. P., Fadilla, N. M., & Ihsan, T. (2019). POTENSI KOMPOS SAMPAH
DOMESTIK NAGARI AIR HITAM MELALUI PENYULUHAN DAN
PEMANFAATAN SAMPAH. BULETIN ILMIAH NAGARI MEMBANGUN,
2(4), 261–267. https://doi.org/10.25077/bina.v2i4.112
Akhirul, A., Witra, Y., Umar, I., & Erianjoni, E. (2020). DAMPAK NEGATIF
PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN DAN UPAYA
MENGATASINYA (Vol. 1, Nomor 3, hal. 76–84).
http://jkpl.ppj.unp.ac.id/index.php/JKPL/article/view/82
Alfaris, M. R., Rafiqi, R., & Zulyadi, R. (2021). Peran Dinas Kehutanan Dalam
Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Illegal Logging Di Kabupaten
Langkat (Studi Kasus: Dinas Kehutanan Kabupaten Langkat). JUNCTO:
Jurnal Ilmiah Hukum, 3(2), 147–154.
https://doi.org/10.31289/juncto.v3i2.494
Amelia, N., & Sulistiyaning, T. H. (2021). Kajian Pengaruh Penggunaan
Biosurfaktan Rhamnolipida dan Surfaktin pada Proses Bioremediasi Tanah
Tercemar Crude Oil. Jurnal Teknik ITS, 10(2).
https://doi.org/10.12962/j23373539.v10i2.64012
Amin, H., Saida, S., Suriyanti, S., Suherah, S., & Gani, M. S. (2020). ISOLASI
DAN KARAKTERISASI BAKTERI PROBIOTIK PENDEGRADASI
SENYAWA ORGANIK DARI SALURAN PENCERNAAN AYAM KAMPUNG
(Gallus domesticus) (Vol. 1, Nomor 1, hal. 75–81).
https://mail.jurnal.fp.umi.ac.id/index.php/agrotekmas/article/view/109/0
Anugrah Andriansyah. (2021). Kasus Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan,
Koalisi Masyarakat Ajukan Kasasi. https://www.voaindonesia.com.
Batubara, R., Mardiansyah, R., & Sukma A.M, A. (2022). PENGADAAN TONG
SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK DIKELURAHAN INDRO
KECAMATAN KEBOMAS GRESIK. DedikasiMU : Journal of Community
Service, 4(1), 101. https://doi.org/10.30587/dedikasimu.v4i1.3797
Ekawandani, N., & Kusuma, A. A. (2019). PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK
(KUBIS DAN KULIT PISANG) DENGAN MENGGUNAKAN EM4. Jurnal
TEDC; Vol 12 No 1 (2018): Jurnal TEDC.
https://ejournal.poltektedc.ac.id/index.php/tedc/article/view/129
Fadli, R. M., Sutanto, A., & Pratiwi, D. (2017). Pengaruh Variasi Dosis Pupuk
Cair Lcn Terhadap Pertumbuhan Sawi Pakcoy Brassica Rappa. 288–292.
Godbole, A., Wadetwar, R. N., Lawal, T. O., Mahady, G. B., & Raut, N. A. (2023).
Microbiology of waste. In 360-Degree Waste Management, Volume 1 (hal.
159–184). Elsevier. https://doi.org/10.1016/b978-0-323-90760-6.00008-4
Hafizah, A., Ayu Pratiwi, D., Nada Rizky Nuzlan, D., & Hasibuan, A. (2023).
ANALISIS DAMPAK SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TPA TERJUN DI
KOTA MEDAN. ZAHRA: JOURNAL OF HEALTH AND MEDICAL
RESEARCH, 3(3 SE-Articles), 320–329.
https://adisampublisher.org/index.php/aisha/article/view/426

52
Hatika, R. G. (2022). Kandungan Logam Berat dalam Tanah pada Daerah
Sekitar Penambangan Emas di Sungai Kuantan Assessment of Heavy
Metal Content in Soil in Gold Mining Area. XI(1), 95–103.
Hendrasarie, N., & RP, E. (2021). PELATIHAN PEMBUATAN BIOGAS DARI
LIMBAH RUMAH MAKAN DAN TINJA. ABDIMAS UNWAHAS, 6(2).
https://doi.org/10.31942/abd.v6i2.5687
Ismail, Y. (2019). Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. ACADEMICS IN
ACTION Journal of Community Empowerment, 1(1), 50–63.
https://doi.org/10.33021/aia.v1i1.742
Jasmiyati, null, Anita, S., & Thamrin, null. (2012). BIOREMEDIASI LIMBAH
CAIR INDUSTRI TAHU MENGGUNAKAN EFEKTIF MIKROORGANISME
(EM4) (Vol. 4, Nomor 02, hal. 148–158).
https://jil.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIL/article/download/338/332
Jefri Anthoni, Hendrich Jut Abert, & Ety Sandora. (2020). Tambang Ilegal di
Kabupaten Kutai Kartanegara Terkait Dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Collegium Studiosum
Journal, 3(2 SE-Articles), 95–100. https://doi.org/10.56301/csj.v3i2.476
Nadjmi, N. (2020). Pemberdayaan Masyarakat Pulau Wisata Lakkang Melalui
Desain Dan Pemanfaatan Bahan Limbah Menjadi Industri Kreatif. JURNAL
TEPAT : Applied Technology Journal for Community Engagement and
Services, 3(1), 47–57. https://doi.org/10.25042/jurnal_tepat.v3i1.118
Nuraini, E., Fauziah, T., & Lestari, F. (2019). PENENTUAN NILAI BOD DAN
COD LIMBAH CAIR INLET LABORATORIUM PENGUJIAN FISIS
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA. Zenodo (CERN European Organization
for Nuclear Research). https://doi.org/10.5281/zenodo.3490306
Pobas, M., Marsono, D., & Gunawan, T. (2020). RANCANGAN TAPAK
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca
cajuputi subsp. Cajuputi Powell) DENGAN REAKTOR HIBRID ANAEROB
(Kasus Pabrik Minyak Kayu Putih Gelaran, Gunung Kidul). PARTNER,
25(1), 1202–1216. https://doi.org/10.35726/jp.v25i1.425
Purwanti, A. A. (2018). The Processing of Hazardous and Toxic Hospital Solid
Waste in Dr. Soetomo Hospital Surabaya. JURNAL KESEHATAN
LINGKUNGAN, 10(3), 291–298. https://doi.org/10.20473/jkl.v10i3.2018.291-
298
sobah, S., Sulistyo, H., Syamsiah, S., Teknik Kimia, J., & Tinggi Teknologi
Industri Bontang Jl Brigjend Katamso No, S. (2013). Pengolahan Gas CO 2
Hasil Samping Industri Amoniak Melalui Gasifikasi Batubara yang Telah
dipirolisis dengan Menambahkan Ca(OH) 2. Jurnal Rekayasa Proses, 7(1),
26.
Susilo, E., Novita, D., Warman, I., & Parwito, P. (2021). PEMANFAATAN
LIMBAH PERTANIAN UNTUK MEMBUAT PUPUK ORGANIK DI DESA
SUMBER AGUNG KECAMATAN ARMA JAYA KABUPATEN BENGKULU
UTARA. PAKDEMAS : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1 SE-
Articles). https://doi.org/10.58222/pakdemas.v1i1.10
Tallo, M., & Sio, S. (2019). The Effect Of Old Fermentation On The Quality Of

53
Solid Waste Bokashi Fertilizer. JAS, 4(1 SE-Original research article).
https://doi.org/https://doi.org/10.32938/ja.v4i1.646
Hikmat. 2015. Pengertian Pengomposan dan Fungsinya. Diakses pada hari
Jumat, 1 April 2022. https://kliksma.com/2015/03/pengertian-
pengomposan-dan-fungsinya.html
Indra Syahrul. Jenis Sampah. Diakses pada hari Jumat, 1 April 2022
https://www.pintarbiologi.com.
Murbandono, L. 2000. Membuat Kompos Edisi Revisi. Penebar Swadaya.
Jakarta. Diakses 5 April 2022
http://www.ampl.or.id/digilib/read/membuat-kompos-edisi-revisi/549
Moch. Agus. Kelompok Jasad Pathogen. Diakses pada hari Jumat, 1 April 2022
https://www.pelajaranilmu.blogspot.co.id
Mono, Abdullah. Sampah Organik. Diakses pada hari Jumat, 1 April 2022.
https://www.pakmono.com.
Napoleon, A. Proses Pengomposan. Diakses pada hari Jumat, 1 April 2022.
https://http://www.sci-news.com
Ni Wayan Sri. Limbah Mudah Meledak. Diakses pada hari Jumat, 1 April 2022.
https://www.abunajmu.wordpress.com
Nur, Thoyib. Pengolahan Limbah. Diakses pada hari Jumat, 1 April 2022.
https://www.airlimbah.com
Philip kristanto,Ir.2002. Ekologi Industri. Universitas Kristen Petra Surabaya
Ramadani, pangestu. Limbah Domestik Rumah Tangga. Diakses pada hari
Jumat, 1 April 2022. https://www.ramadanipangestu. co.id
Shinta. 2012. Anaerobic Filter Reactor. Diunduh dari
www.airlimbah.com/2012/10/anaerobic-filter-reactor pada Jumat, 1 April
2022
Shovitr. Pencemaran Lingkungan. Diakses pada hari Jumat, 1 April 2022.
https://www.pengelolaanlimbah.wordpress.com.
Silvia. 2017. Jurnal Teknik Lingkungan.Padang: Universitas Andalas.Di akses
pada Jumat, 1 April 2022 pukul 21.00 WIB.
Susilowati, Ari. Limbah Bersifat Korosif. Diakses pada hari Jumat, 1 April 2022.
https://www.hitamdanorange.wordpress.com
Sutanto, Agus. Dan Santoso, Handoko. 2016. Mikrobiologi Lingkungan. Metro:
Pascasarjana UM Metro.
Waluyo, L. (2018). Bioremediasi Limbah: Limbah (Vol. 1). UMMPress.
Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.
Yunus, Ahmad.Limbah Mudah Terbakar. Diakses pada hari Jumat, 1 April 2022..
https://www.bisakimia.com
Zulaika. Limbah Non Domestik. Diakses pada hari Jumat, 1 April 2022.
https://www.gempitanews.com

54

Anda mungkin juga menyukai