Ciri Ciri Model Pembelajaran
Ciri Ciri Model Pembelajaran
Ciri Ciri Model Pembelajaran
Nim :8216118007
POR B 2021
TR 3
Untuk memperkuat kesahihan pengertian model pembelajaran berikut ini adalah beberapa
pengertian model pembelajaran menurut para ahli. Menurut Trianto (2015, hlm. 51) Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.”
Sedangkan menurut Hamiyah dan Jauhar (2014, hlm. 58) ciri-ciri model pembelajaran adalah
sebagai berikut.
Oleh karena itu pemilihan model sangat dipengaruhi sifat dari materi yang akan
dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat
kemampuan peserta didik. Ihwal sifat dan materi yang dibelajarkan tersebut, model pembelajaran
juga dapat dikategorikan berdasarkan beberapa jenis yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Menurut Joyce & Weil dalam buku Suprihatiningrum (2013, hlm. 186) model-model
mengajar (pembelajaran) terbagi menjadi empat kategori sebagai berikut.
B. Personal Model (Model Pribadi) Sesuai dengan namanya, model mengajar dalam rumpun
ini berorientasi kepada perkembangan diri individu. Implikasi model ini dalam
pembelajaran adalah guru harus menyediakan pembelajaran sesuai dengan minat,
pengalaman, dan perkembangan mental siswa. Model-model mengajar dalam rumpun ini
sesuai dengan paradigma student centered atau pembelajaran yang berpusat pada
siswa/peserta didik.
C. Social Interaction Model (Model Interaksi Sosial) Rumpun model mengajar social
interaction model menitikberatkan pada proses interaksi antar individu yang terjadi dalam
kelompok. Model-model mengajar disetting dalam pembelajaran berkelompok. Model ini
mengutamakan pengembangan kecakapan individu dalam berhubungan dengan orang
lain.
D. Behavioral Model (Model Perilaku) Rumpun model ini sesuai dengan teori belajar
behavioristik. Pembelajaran harus memberikan perubahan pada perilaku si pembelajar ke
arah yang sejalan dengan tujuan pembelajaran. Kemudian, perubahan yang terjadi harus
dapat diamati. Sehingga, guru dapat menguraikan langkah-langkah pembelajaran yang
konkret dan dapat diamati dalam upaya evaluasi perkembangan peserta didiknya.
E. Model Pembelajaran Inquiry Model inquiry (inkuiri) menggunakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis serta analitis kepada peserta
didik agar mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan secara mandiri melalui penyelidikan ilmiah.
F. Model Pembelajaran Kontekstual Merupakan model dengan konsep belajar yang
membuat guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata.
Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas peserta didik, peserta didik melakukan
dan mengalami, tidak hanya monoton dan mencatat. Model mengajar ini juga dapat
mengembangkan kemampuan sosial peserta didik karena dihadapkan pada situasi dunia
nyata. Ada tujuh komponen utama dari pembelajaran kontekstual yang membuatnya khas
jika dibandingkan dengan model yang lain, yakni sebagai berikut.
1. Kontruktivisme, mendorong peserta didik agar bisa mengkonstruksi pengetahuannya
melalui pengamatan dan pengalaman.
2. Inquiry, didasarkan pada penyingkapan, penyelidikan atau pencarian dan penelusuran;
3. Bertanya, sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu.
4. Learning community, dilakukan dengan membuat kelompok belajar.
5. Modeling, dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh peserta
didik.
6. Refleksi, proses pengkajian pengalaman yang telah dipelajari.
7. Penilaian nyata, proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar peserta didik.
N. Model Pembelajaran Kelas Rangkap Pembelajaran kelas rangkap menekankan dua hal
utama, yakni penggabungan kelas secara integrative dan pembelajaran terpusat pada
peserta didik, sehingga Guru tidak harus mengulang kembali untuk mengajar pada dua
kelas yang berbeda dengan program yang berbeda pula. Efisiensi adalah kunci dari model
pembelajaran ini. Merangkapkan beberapa rombongan belajar dapat meningkan efisiensi
pembelajaran.
O. Model Pembelajaran Portofolio Model pembelajaran portofolio menitikberatkan pada
pengumpulan karya terpilih dari satu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara
kooperatif membuat kebijakan untuk memecahkan masalah. Prinsip dasar model
pembelajaran portofolio, yaitu prinsip belajar peserta didik aktif dan kelompok belajar
kooperatif untuk menghasilkan produk portofolio secara bersama.
P. Model Pembelajaran Tematik Merupakan pembelajaran dengan suatu kegiatan
pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa pelajaran dalam satu tema/topik
pembahasan sesuai dengan kebutuhan lingkungan peserta didik yang akan menjadi lahan
dunia nyata bagi dirinya.Pembelajaran tematik mempunyai beberapa prinsip dasar, yaitu:
1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan;
2. Bentuk belajar dirancang agar peserta didik menemukan tema;
3. Efisiensi (terdiri dari beberapa pelajaran sekaligus).
DAFTAR PUSTAKA
Model ini memiliki pandangan bahwa para siswa dapat membangun tubuh yang sehat dan
memiliki gaya hidup aktif dengan cara melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-
harinya. Namun kenyataan tersebut tidak mungkin dicapai tanpa adanya usaha karena sebagian
besar anak dan remaja tidak memiliki kebiasaan hidup aktif secara teratur dan aktivitas fisiknya
menurun secara drastis setelah dewasa. Untuk itu, program penjas di sekolah harus membantu
para siswa untuk tetap aktif sepanjang hidupnya. Kesempatan membantu para siswa untuk tetap
aktif sepanjang hidupnya menurut model ini masih tetap terbuka sepanjang merujuk pada alasan
individu melakukan aktivitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa alasan
individu melakukan aktivitas fisik adalah (1) aktivitas fisik meyenangkan, (2) dapat dilakukan
rame-rame, (3) dapat meningkatkan keterampilan, (4) dapat memelihara bentuk tubuh, dan (5)
nampak lebih baik. Beberapa alasan individu melakukan aktivitas fisik tersebut harus menjadi
dasar dalam menerapkan model kebugaran ini.
Dengan menggunakan dasar penerapan di atas, model ini diharapkan dapat mengembangkan
skill, kebugaran jasmani, pengetahuan, sikap, dan perilaku yang dapat menggiring siswa
memiliki gaya hidup aktif dan sehat (active-healthy lifestyles). Model pembelajaran ini
berkeyakinan bahwa keberhasilan pendidikan jasmani berawal dari tertanamnya kesenangan
siswa terhadap berbagai aktivitas fisik. Oleh karena itu, berbagai pembekalan seperti skill,
kebugaran jasmani, sikap, pengetahuan, dan perilaku sehari-hari harus selalu berorientasi pada
kesenangan dan keyakinan individu dalam rangka pembentukan gaya hidup aktif yang sehat di
masa yang akan dating.
2. Karakteristik
Model kebugaran ini pada dasarnya merupakan model yang berorientasi pada materi ajar
(subject oriented model), yang berlandaskan pada orientasi nilai penguasaan materi (disciplinary
mastery value orientation). Namun, pada perkembangan sekarang ini, model ini seringkali
merefleksikan orientasi nilai aktualisasi diri (self-actualization) atau perpaduan lingkungan
(ecological integration). Beberapa program dari model ini, karenanya, mengintegrasikan
pendidikan jasmani dengan konsep gaya hidup sehat (healthy lifestyle) yang lebih luas dengan
komponen-komponen sosio-kultural (Jewett, dkk., 1995).
Peranan guru dalam penerapan model ini lebih ditekankan pada upaya untuk membimbing
siswa pada program kegiatan kesegaran jasmani, mengajar keterampilan dalam pengelolaan dan
pembuatan keputusan, menanamkan komitmen terhadap gaya hidup yang aktif, dan
mengadministrasi program asesmen kesegaran jasmani individu siswa. Mengingat kritik yang
mengatakan bahwa ruang lingkup dari program ini sangat terbatas pada aktivitas kebugaran saja,
maka program ini berisikan pengembangan berbagai variasi keterampilan dan pengalaman yang
memungkinkan siswa dapat berpartisipasi dalam aneka ragam olahraga dan aktivitas fisik.
Model pendidikan olahraga yaitu model yang menganut sistem pendekatan yang bersifat
tradisional, yang menekankan pengajaran hanya pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar
suatu cabang olahraga. Anak dituntut harus bisa melakukan suatu keterampilan dengan benar.
Model ini lebih mengarahkan siwa kepada arah prestasi dalam model inipun menciptaakan suatu
kompetisi antar siswa. Pendekatan teknik-teknik dan bermain dengan peraturan yang sebenarnya.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama
peserta didik dalam kegiatan belajar. Seperti yang dikemukakan Huda (2015, hlm. 32)
pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam
kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Melengkapi penjelasan di atas, menurut
Rusman (2018, hlm. 202) Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Artinya, kelompok belajar yang
disusun haruslah beragam dan tidak pandang bulu. Sehingga sistem pengacakan dalam
menentukan kelompok mungkin dibutuhkan. Intinya, jangan biarkan siswa membentuk
Pendekatan taktis mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan.
Masalah ini pada hakikatnya berkenaan dengan peberapan keterampilan teknik dalam situasi
permainan. Dengan demikian siswa makin memahami kaitan antara teknik dan taktik.
Keuntungan lainnya, pendekatan ini tepat untuk mengajarkan keterampilan bermain sesuai
dengan keinginan siswa. Tujuan utama dari pendekatan taktis dalam pengajaran permainan
adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep bermain.
6. Model Inkuiry
Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973) sebagai:
Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri;
dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan
simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang
satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan
orang lain.
Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana
guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan
jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada
siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang
digariskan secara jelas (Hamalik, 1991).
Wilson (Trowbridge, 1990) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model
proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara
mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan
pengetahuan berpikir rasional (Bruce & Bruce, 1992). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce ,
Cleaf (1991) menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas
yang berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada
siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Proses
tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-
masalah dan menemukan informasi.
Sementara itu, Trowbridge (1990) menjelaskan model inkuiri sebagai proses
mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut.
Lebih lanjut, Trowbridge mengatakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata
lingkungan/suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan
secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.
Senada dengan pendapat Trowbridge, Amien (1987) dan Roestiyah (1998) mengatakan
bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih
dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap
objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu
proses yang ditempuh mahasiswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi,
dalam model inkuiri ini mahasiswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu
permasalahan yang diberikan dosen. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para
ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang
lain.
7. Direct Instruction/ Model Pengajaran Langsung Model pengajaran langsung ( Direct
Instruction ) adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah ( Arends, 1997 ). Dapat diartikan juga sebuah pengajaran
yang diberikan dengan cara pendekatan kepada peserta didik dengan pendekatan deduktif.
Deduktif memiliki arti pemikiran yang bersifat umum kepada hal yang bersifat khusus.
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pengajar memberikan atau mentransfer
informasi kepada peserta didik.
Model TPSR mendorong hubungan sesama anak untuk saling berinteraksi satu sama lain. Seperti
yang diungkapkan oleh Nicole “…the TPSR model prompted a number of resulting in the
development of relationships with the children”(Nicole IVY et al., 2019, p. 14). Pratt
mengungkapkan bahwa“The TPSR youth development model reinforces the importance of
teaching personal and social responsibility during childhood…” (Pratt, 2019, p. 18). Berdasarkan
ungkapan tersebut, maka siswa fokus untuk mengembangkan sikap tanggung jawab pribadi dan
sosial terhadap satu sama lain. Hal ini menjadi alasan peneliti untuk menerapkan model
pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran pendidikan jasmani tentunya dapat diterapkan model
TPSR ini, hal ini diungkapkan oleh Sheppard yaitu “Physical activity, sport, and physical
education have all been determined as the essential environments in which the TPSR model can
be implemented” (Sheppard & McDougall, 2014, p. 33). Hemphill menguatkan pernyataan di
atas bahwa “Physical educators have often used the TPSR model as a resource for addressing
responsibility in their classroom” (Hemphill, 2011, p. 75).