Organisme Pengg
Organisme Pengg
Organisme Pengg
Agroteknologi/Faperta-Undana
Dunia binatang ( Animal Kingdom ) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing
disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi menjadi golongan-golongan yang
lebih kecil yang disebut Klas. Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian
Famili (suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis).
Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes
(nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga,
tunggau, dan lain-lain). Dalam uraian berikut akan dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat
morfologi luar anggota filum tersebut.
a. Filum Nematoda
Sastrosuwignyo (1990) menyatakan bahwa tidak semua anggota Nematoda berperan sebagai hama
tanaman atau bersifat parasitik, namun ada juga yang bersifat saprofag yang tidak merugikan tanaman.
Nematoda sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah, misalnya dalam air, tanah,
tanaman, binatang, dan manusia.
Nematoda berukuran sangat kecil, berbentuk silindris, tidak berwarna (transparan), bilateral simetris,
tidak beruas, mempunyai rongga tubuh semu (pseudocoelomates), bagian kepala agak tumpul,
sedangkan bagian ekornya agak runcing. Selama hidupnya nematoda dapat mengalami pegantian kulit
sebanyak empat kali.
Nematoda parasitik ditandai dengan adanya stilet yang berfungsi mencucuk dan mengisap jaringan
tanaman. Sementara itu, nematoda saprofag tidak mempunyai alat ini. Ada dua jenis stilet, yaitu
Odontostilet dan Stomatostilet. Odontostilet adalah stilet yang berbentuk seperti pisau tanpa knobb
(pompa) pada bagian pangkal. Sedangkan stomatostilet berbentuk seperti pisau dengan knobb pada
bagian pangkalnya. Tipe odontostilet terdapat pada ordo Dorylaimida, sedangkan tipe stomatostilet
terdapat pada ordo Tylenchida.
a. Ektoparasit, yaitu menyerang dari luar jaringan tanaman, misalnya Criconemoides sp dan
Xiphinema sp.
b. Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam jaringan tanaman. Ada yang bersifat sedentary
(menetap), misalnya nematoda puru akar (Meloidogyne spp.), dan ada yang bersifat migratory
(berpindah), misalnya Pratylenchus sp.
d. Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh tanaman, kemudian sebagian
tubuhnya keluar dari jaringan tanaman, misalnya Heterodera sp.
Akibat serangan nematoda, maka tanaman akan mengalami gejala kerusakan yang beragam, tergantung
jenis nematodanya. Berdasarkan gejala kerusakannya, nematoda dibedakan menjadi :
a. Nematoda puru/bengkak (gall nematodes), misalnya Anguina tritici penyebab puru pada daun dan
biji gandum.
c. Nematoda daun (leaf nematodes), misalnya Aphelenchoides besseyi yang menyebabkan pucuk
daun memutih pada tanaman padi.
Nematoda dapat berperan sebagai vektor penyakit, misalnya dari ordo Dorylaimida yaitu nematoda
jarum (Longidorus sp.) dan nematoda keris (Xiphinema sp.). Keduanya bersifat ektoparasit dan dapat
menularkan penyakit virus. Nematoda ini menyerang tanaman dengan cara mencucuk dan mengisap
cairan sel akar. Luka tusukan tersebut sering diikuti oleh serangan mikroorganisme sekunder (bakteri
dan cendawan) sehingga menimbulkan pembusukan. Akibatnya pertumbuhan tanaman merana dan
perkembangannya terhambat.
b. Filum Mollusca
Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca yang banyak berperan sebagai
hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada yang dilindungi oleh cangkang (shell), adapula
yang tidak. Sebagai contoh yaitu bekicot (Achatina fullica Bowd.), Semperula maculata, siput bugil
(Parmarion pupillaris Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt.).
Bekicot berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan ini memiliki panjang tubuh 10 cm-13 cm. Cangkang
bekicot berbentuk kerucut berulir, berwarna coklat-kekuningan dengan bercak coklat kehitaman yang
memanjang. Tubuh berwarna coklat, berlendir dan perutnya berfungsi sebagai kaki. Mempunyai dua
pasang sungut (antena), yaitu sungut depan yang berfungsi sebagai peraba dan sungut di belakang yang
berfungsi sebagai mata. Bekicot dan anggota Gastropoda yang lain menggunakan gigi parut (radula)
untuk menggigit dan mengunyah bagian tanaman yang berdaging tebal dan berair. Biasanya menyerang
tanaman pada malam hari, dan banyak ditemukan di tempat-tempat yang berair dan mempunyai
kelembaban tinggi (Rukmana dan Saputra, 1997).
Semperula maculata banyak ditemukan menyerang daun tembakau yang masih muda, anggrek dan
karet. Tubuhnya berwarna kelabu kehijauan, berukuran sebesar kelingking (Kalshoven, 1981).
Siput bugil (Parmarion pupillaris Humb.), tubuhnya tidak dilindungi cangkang. Warna cokelat
kekuningan, abu-abu atau hitam, dengan panjang tubuh 3 cm-5 cm. Biasanya siput ini menyerang daun
tembakau muda, daun teh (menggulung daun teh), dan pucuk tanaman karet (Rukmana dan Saputra,
1997).
Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt) memiliki pelindung (rumah) berbentuk silindris, kecil, berwarna kuning
muda. Panjang tubuhnya ± 11 mm. Sumpil sering merusak persemaian bermacam-macam sayuran dan
tanaman hias (Rukmana dan Saputra, 1997).
c. Filum Chordata
Filum Chordata mempunyai banyak anggota, namun tidak semuanya berperan sebagai hama tanaman.
Anggota filum ini yang banyak berperan sebagai hama adalah Kelas Mamalia (hewan menyusui) dan
kelas Aves (burung).
Dari kelas mamalia, ordo Rodentia (binatang mengerat) merupakan ordo yang paling merugikan,
misalnya tupai (Callosciurus notatus) dan tikus sawah (Rattus rattus argentiventer). Disamping itu
kelelawar, musang, landak, dan satwa liar seperti gajah, kera, babi hutan, rusa, dan beruang juga dapat
berperan sebagai hama yang merugikan. Sedangkan dari kelas aves yang berperan sebagai hama
misalnya burung pipit (Lonchura leucogastroides (Horsf. dan Moore)).
Tupai banyak merusak buah kelapa dengan cara mengerat, baik pada waktu siang maupun malam.
Tubuh tupai berwarna kelabu sampai hitam pada bagian perut sampai kepalanya, dan di bagian
punggung berwarna hitam pada pangkal dan kuning di ujung. Tupai betina mempunyai 6 pasang kelenjar
susu dan satu tahun mampu beranak 8 kali (Kalshoven,1981).
Tupai menyerang buah kelapa yang sudah tua, dengan ciri serangan terdapat lubang bekas gigitan pada
ujung buah dengan sisi yang rapi/rata (Rukmana dan Saputra, 1997).
Tikus merupakan hama paling penting dibandingkan dengan hama-hama dari golongan mamalia lainnya.
Perkembangbiakan tikus sangat cepat, dan tanaman yang disukainya cukup banyak. Tikus dapat
menyebabkan kerusakan tanaman padi pada areal yang luas sejak di persemaian sampai menjelang
panen. Disamping itu tikus juga menyerang tanaman lainnya yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, ubi
jalar, tebu, kelapa, dan kelapa sawit (Kalshoven,1981).
Pada umumnya tikus menyerang tanpa mengenal tempat, sejak di persemaian, pertanaman sampai di
tempat penyimpanan. Tikus aktif menyerang tanaman pada malam hari. Tikus yang lapar akan memakan
hampir semua benda yang dijumpainya. Jika makanan cukup tersedia, tikus akan memilih jenis makanan
yang paling disukai, seperti padi yang sedang bunting, dan jagung muda. Pada saat makanan banyak
tersedia, perkembangbiakan tikus berlangsung sangat cepat (Rukmana dan Saputra, 1997).
Menurut Priyambodo (1995), terdapat 8 spesies tikus yang berperan sebagai hama, yaitu :
Pada umumnya tekstur rambut/bulu tikus agak kasar, kecuali pada mencit yang lembut dan halus.
Hidung tikus berbentuk kerucut, kecuali tikus wirok dan tikus cokelat hidungnya berbentuk kerucut
terpotong. Tikus wirok, tikus cokelat, tikus sawah, dan mencit ladang, disebut hewan terestrial dengan
ciri-ciri : ekor pendek, panjangnya sama dengan panjang tubuh, ujung jari halus, tonjolan pada telapak
kaki kecil dan halus. Sedangkan tikus pohon, tikus rumah, tikus huma, dan mencit rumah, disebut hewan
arboreal dengan ciri-ciri : ekor panjang lebih panjang dari ukuran tubuh, ujung jari kasar, tonjolan pada
telapak kaki besar dan kasar. Tikus pohon merupakan hama utama kelapa, biasanya melubangi buah
kelapa yang masak/tua dengan lubang tidak teratur di dekat tangkai (Priyambodo, 1995).
Tiga jenis tikus yang sering merusak tanaman pertanian menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai
berikut :
1. Panjang dari hidung sampai ujung ekor antara 270 mm – 370 mm.
3. Panjang ekor ± 95 persen panjang badan (dari kepala sampai pangkal ekor).
4. Tikus betina mempunyai 12 puting susu, yaitu terdiri atas tiga pasang di bagian dada dan tiga
pasang di bagian perut.
5. Warna badan kelabu gelap, sedang bagian dada dan perutnya berwarna keputih-putihan.
1. Panjang dari hidung sampai ujung ekor antara 220 mm – 370 mm.
2. Panjang ekor sama atau lebih panjang 105 persen dari panjang badan (hidung sampai pangkal
ekor).
3. Tikus betina mempunyai puting susu 10 buah, yaitu terdiri dari dua pasang di bagian dada dan tiga
pasang di bagian perut.
4. Warna bulu badan bagian atas dan bagian bawah cokelat tua kelabu.
5. Makanan tikus rumah diperoleh dari sisa makanan manusia, atau makanan yang disimpan tidak
rapi, dan hasil pertanaman yang disimpan di gudang atau tanaman-tanaman yang berada di kebun dekat
rumah.
1. Ekor lebih panjang 110 persen dari panjang badan (hidung sampai pangkal ekor).
2. Jumlah puting susu betina 10 buah yaitu terdiri atas dua pasang di bagian dada dan tiga pasang di
bagian perut.
3. Warna bulu badan pada bagian punggung kemerah-merahan, sedangkan pada bagian perut hampir
seluruhnya putih.
Kelelawar merusak tanaman dengan cara memakan buah-buahan yang sudah masak di pohon, seperti
buah pisang, mangga, pepaya, durian, dan jambu-jambuan. Waktu penyerangan kelelawar pada
umumnya terjadi malam hari (Rukmana dan Saputra, 1997).
Landak biasanya membuat sarang pada tebing-tebing berupa lubang-lubang atau gua kecil seperti tikus.
Aktif pada malam hari dan menyerang akar tanaman umbi-umbian, dapat pula menyerang jagung,
ketela pohon, nenas, dan tebu (Kalshoven, 1981).
Satwa liar yang dapat berperan sebagai hama antara lain : gajah (Elephas maximus L.), babi hutan (Sus
vitatus), banteng (Bos sondaicus), rusa (Rusa timorensis), beruang (Helarctos malayanus) (Triharso,
1994). Bahkan hewan ternak seperti kambing, domba, dan sapi yang tidak diikat atau dimasukkan ke
dalam kandang dapat berpotensi sebagai hama.
Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves (burung) pada umumnya tubuhnya ditutupi kulit dan
berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik. Anggota bagian depan pada burung yang berupa
sayap digunakan untuk terbang. Meskipun demikian, ada golongan burung yang tidak bisa terbang,
misalnya kasuari, kiwi, dan unta (Rukmana dan Saputra, 1997).
Menurut Harahap dan Tjahjono (1994) beberapa jenis burung/aves yang berpotensi sebagai hama
adalah sebagai berikut :
Nama lainnya adalah bondol uban. Kepalanya berwarna putih keabu-abuan seperti sorban haji. Bulu
tubuhnya berwarna hitam kecoklatan. Warna leher putih dan secara bertahap berubah warna menjadi
coklat merah ke arah bagian dadanya. Matanya berwarna coklat hitam. Ukurannya sebesar burung
gelatik. Burung jantan dan betina seukuran dan serupa.
Daerah penyebarannya adalah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan lain-
lain mengikuti pola penyebaran pertanaman padi. Penyebaran secara vertikal belum diketahui.
Burung pipit haji ini hidup berkelompok. Membuat sarang dari alang-alang, batang padi atau rumput-
rumputan lainnya. Dalam satu sarang terdapat lima ekor burung. Bentuk sarang seperti tabung
memanjang, lebih kecil dari sarang burung manyar. Pada umumnya pipit haji membuat sarang bersama-
sama pada satu pohon atau tempat sampai berjumlah puluhan. Burung ini bertelur dua kali setahun.
Jumlah telur yang dihasilkan 4-5 butir tiap kali bertelur.
Kerusakan ditimbulkan oleh gerombolan burung pada saat padi sedang menguning. Pada umumnya
gerombolan burung ini terdiri atas kurang dari 50 ekor dan datang berkali-kali.
Daerah penyebarannya adalah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan lain-
lain mengikuti pola penyebaran pertanaman padi. Penyebaran secara vertikal belum diketahui.
Burung pipit ini membuat sarang dari alang-alang, batang padi atau rumput-rumputan lainnya. Hidupnya
selalu bergerombol dan lebih sering berpasangan. Bersarang tidak saja dalam hutan, tetapi juga di dekat
rumah peduduk bahkan pada pohon-pohon yang rendah. Dalam satu sarang terdapat 5 ekor burung.
Masa bertelur sepanjang tahun. Dalam satu kali masa bertelur dapat menghasilkan 4-6 butir telur. Saat
mengeram mereka tidak terganggu oleh suara manusia, cahaya lampu dan sebagainya.
Burung menyukai lingkungan yang bersemak-semak, hutan sekunder, persawahan, atau pekarangan
terutama yang berdekatan dengan pertanaman padi. Pada saat padi menguning burung pipit ini datang
bergerombol berkali-kali untuk makan padi yang sudah masak. Di Jawa burung ini pernah menjadi hama
padi yang sangat potensial. Demikian pula di Nusa Tenggara Timur, burung pipit ini termasuk hama
potensial pada pertanaman padi.
Warna bulu burung ini coklat kehitaman dengan tungging berwarna putih dan bercak di dada berwarna
kuning tua. Ekor berwarna kuning tua dan bintik-bintik putih. Pada umumnya sebesar burung gelatik
atau burung gereja. Burung jantan dan betina seukuran dan serupa.
Daerah penyebaran adalah India, Kepulauan Andaman, Nicober, Cina Selatan, Taiwan dan Sumatra,
pada ketinggian 50 – 600 mdpl.
Sarang dibuat dari daun alang-alang, batang padi atau batang rumput-rumput lainnya, berbentuk genta
dengan lubang membuka ke bawah. Sarangnya dibuat pada pepohonan di tengah atau di pinggir sawah
dan semak-semak yang berdekatan dengan persawahan. Dalam satu sarang biasanya terdapat 5-6 ekor
burung.
Burung ini mempunyai potensi sebagai hama padi karena selalu datang secara bergerombol mencari
makanan berupa butiran-butiran padi.
Panjang tubuh burung peking 10 – 11 cm. Warna punggung, dagu dan leher merah coklat. Bulu dada dan
perut berwarna putih dengan pinggir coklat hitam. Mata berwarna coklat merah.
Burung peking hidup bergerombol, bersarang pada pohon-pohon tinggi, misalnya pada pohon-pohon
aren. Pada satu pohon terdapat lebih dari satu sarang. Sarang terbuat dari rumput-rumputan, kadang-
kadang bersarang diantara buah pisang. Di daerah Nusa Tenggara Timur, burung ini juga berpotensi
sebagai hama pada pertanaman padi.
Merupakan jenis binatang yang biasa hidup di laut, sungai dan di danau. Ciri-cirinya antara lain adalah
bulu berwarna hitam, warna bulu pada bagian perut agak kehitaman, paruhnya mirip dengan bebek/itik
peliharaan dan bentuknya mirip dengan ayam.
Dengan adanya kebiasaan petani di daerah Nusa Tenggara Timur menggunakan sistem tabela yaitu
langsung menebar benih padi pada areal yang telah diolah tanpa tahap pembibitan, hal ini dapat
memberi pelaung bagi bebek manila untuk memakan biji padi tersebut terutama pada saat air dalam
keadaan kering. Disamping itu juga menyerang bibit padi yang baru tumbuh atau yang masih muda.
Disamping jenis-jenis burung di atas juga terdapat beberapa burung yang mengganggu tanaman padi,
tetapi bukan merupakan hama potensial di Nusa Tenggara Timur. Jenis-jenis burung tersebut, misalnya :
burung perkutut (Geopeli striata Linnaeus), manyar bintik (Amandava sp.), gelatik (Pada oryzivora
Linnaeus), bondol hijau (Erythrura prasina Sparman), burung gereja (Passer montanus malacensis
Dubois) dan burung baya (Ploceus philippinus Linnaeus).
d. Filum Arthropoda
Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota filum Arthropoda. Filum ini
mempunyai ciri yang sangat khas yaitu :
4. Dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara periodik dilepas dan diperbaiki/diganti.
Anggota filum Arthropoda yang berperan sebagai hama berasal dari Kelas Acharina dan Insecta
(serangga) (Ananda, 1983).
1. Kelas Arachnida
Menurut Ananda (1983), anggota kelas Arachnida ada yang berperan sebagai hama tanaman, dan
adapula yang berperan sebagai predator hama tanaman. Salah satu contoh jenis yang berperan sebagai
hama tanaman adalah tungau merah Tetranichus bimaculatus yang menyerang tanaman ketela pohon
terutama pada musim kemarau. Gejala yang ditimbulkannya berupa bercak-bercak kekuningan, karena
cairan sel daun diisapnya. Daun ini akhirnya kering dan rontok. Contoh yang berperan sebagai predator
adalah laba-laba.
Ciri khas Arachnida adalah :
1. Kaki empat pasang yang terdiri atas tujuh ruas, yaitu coxa, trochanter, patela, femur, tibia,
metatarsus dan tarsus.
2. Tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu gabungan kepala dan dada (cephalothorax) serta
abdomen.
Anggota kelas insecta disebut juga hexapoda karena memiliki 6 kaki. Anggota kelas ini menempati
peringkat paling atas dalam hal peranannya sebagai hama tanaman. Ciri khas kelas insecta menurut
Ananda (1983). adalah :
1. Tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen).
2. Mempunyai 3 pasang kaki yang terdiri atas 6 ruas, yaitu coxa, trochanter, femur, tibia, metatarsus
dan tarsus.
3. Sayap satu pasang atau dua pasang dan adapula yang tidak bersayap.
Beberapa jenis ordo dari kelas insecta atau hexapoda yang menjadi hama penting adalah sebagai berikut
:
1. Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata orthos yang berarti lurus dan pteron artinya sayap. Golongan serangga ini
pada waktu istirahat berperilaku khas, yaitu sayap belakangnya dilipat lurus di bawah sayap depan. Alat
mulut nimfa dan imagonya penggigit-pengunyah. Perkembangan hidup hama ini termasuk tipe
paurometabola (telur-nimfa-imago). Nimfa dan imago hidup pada habitat yang sama. Stadium nimfa dan
imago bersifat merusak tanaman. Beberapa jenis serangga hama yang termasuk ke dalam ordo
Orthoptera adalah :
2. Ordo Hemiptera
Hemi berarti setengah dan pteron artinya sayap. Golongan serangga yang termasuk ordo Hemiptera ini
mempunyai sayap depan yang mengalami modifikasi sebagai hemelitron, yaitu setengah bagian di
daerah pangkal menebal, sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput, dan sayap belakangnya mirip
selaput tipis (membran). Tipe perkembangan hidup ordo Hemiptera adalah paurometabola (telur-nimfa-
imago). Tipe alat mulut, baik nimfa maupun imago pencucuk-pengisap, dan keduanya hidup dalam
habitat yang sama. Stadium serangga yang merusak tanaman adalah nimfa dan imago. Jenis serangga
yang termasuk ordo Hemiptera, antara lain :
a. Hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii)
3. Ordo Homoptera
Homo artinya sama dan pteron berarti sayap. Serangga golongan ini mempunyai sayap depan
berstruktur sama, yaitu seperti selaput (membran). Sebagian dari serangga ordo Homoptera ini
mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun Aphis sp.
sejak menetas sampai dewasa tidak bersayap. Tetapi bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi
membentuk sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tipe perkembangan
hidup ordo Homoptera adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Kutu daun bersifat partenogenetik,
yaitu embrio berkembang di dalam imago betina tanpa pembuahan terlebih dahulu. Jenis serangga dari
ordo Homoptera ini antara lain :
k. Kutu sisik atau kutu perisai hijau pada kopi dan cengkeh (Coccus viridis Gr.)
4. Ordo Lepidoptera
Lepidos berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo Lepidoptera mirip membran
yang penuh denagn sisik. Sisik-sisik ini sebenarnya merupakan modifikasi dari rambut biasa. Bila sisik
tersebut dipegang akan mudah menempel pada tangan. Serangga dewasa dibedakan atas dua macam,
yaitu kupu-kupu dan ngengat. Kupu-kupu aktif pada siang hari, sedangkan ngengat aktif pada malam
hari. Perkembangbiakan serangga ordo Lepidoptera adalah holometabola
(telur-larva/ulat-pupa/kepompong-imago). Alat mulut larva tipe penggigit-pengunyah, sedangkan alat
mulut imagonya bertipe pengisap. Srtadium serangga yang sering merusak tanaman adalah larva,
sedangkan imagonya hanya mengisap nektar (madu) dari bunga-bungaan. Jenis serangga hama yang
termasuk ordo Lepidoptera, antara lain:
5. Ordo Coleoptera
Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau sayap. Serangga dari ordo Coleoptera
ini memiliki sayap depan yang mengalami modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang. Sayap
depan atau seludang ini berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan bagian tubuhnya. Sayap depan
yang bersifat demikian disebut elitron, sedangkan sayap belakang strukturnya tipis seperti selaput. Pada
saat terbang kedua sayap depan tidak berfungsi, namun pada waktu istirahat sayap belakang dilipat di
bawah sayap depan. Perkembangbiakan hidup serangga ordo Coleoptera adalah holometabola (telur-
larva-pupa-iamgo). Tipe alat mulut larva dan imago memiliki struktur yang sama, yaitu penggigit-
pengunyah. Coleoptera adalah ordo serangga yang paling besar di antara ordo-ordo serangga hama.
Oleh karena itu, ordo serangga ini banyak bentuknya. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian
ada yang merusak tanaman, namun adapula yang bersifat predator. Serangga ordo Coleoptera yang
berperan sebagai hama/perusak tanaman, antara lain :
6. Ordo Diptera
Di artinya dua dan pteron berarti sayap. Diptera artinya serangga yang hanya mempunyai sepasang
sayap depan sebab sepasang sayap belakangnya telah berubah bentuk menjadi bulatan (halter). Sayap
ini berfungsi sebagi alat keseimbangan pada saat terbang, alat untuk mengetahui arah angin, dan juga
alat pendengaran. Stadium larva Diptera disebut tempayak atau belatung atau set. Larva tidak
mempunyai kaki, dan hidupnya menyukai tempat-tempat yang lembab dan basah. Perkembangan hidup
ordo Diptera adalah holometabola (telur-larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva penggigit-pengunyah,
sedang imagonya memiliki tipe alat mulut penjilat-pengisap. Jenis serangga ordo Diptera yang sering
merusak tanaman antara lain adalah :
7. Ordo Thysanoptera
Thysanos artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Serangga dari ordo Thysanoptera ini berukuran
sangat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang dengan bentuk memanjang, sempit, membranus, dan
pada bagian tepinya terdapat rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan hidup serangga
Thysanoptera adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut nimfa dan imago pencucuk-
pengisap. Serangga dari ordo ini dapat merusak daun, bunga, dan buah tanaman. Daun yang terserang
menjadi keriting atau salah bentuk. Bunga yang terserang menjadi salah bentuk atau gugur, sedangkan
serangan pada buah menyebabkan bercak-bercak atau gugur. Jenis serangga dari ordo Thysanoptera
yang sering merusak tanaman antara lain :
Kerusakan (kerugian) yang ditimbulkan oleh hama tanaman menurut Rukmana dan Saputra (1997),
antara lain sebagai berikut :
1. Kerugian secara kuantitas (berkurangnya hasil atau produksi) antara lain sebagai berikut :
a. Serangan kumbang daun Aulacophora similis Oliver dengan cara memakan daun dan bunga pada
famili Cucurbitaceae (semangka, melon, mentimun, dan pare) menyebabkan produksi tanaman tersebut
menurun (rendah).
b. Serangan kumbang penggerek buah kapas Amorphoidea sp. dapat menyebabkan buah tersebut
gugur sebelum masak.
c. Serangan serangga Amrasca flavescens F. atau Empoasca flavescens F. pada tanaman kapas yang
masih muda dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut tidak normal sehingga produksi
menurun.
d. Serangan ulat tanah Agrotis ipsilon Hufn. yang memakan berbagai jenis tanaman (polifag),
terutama tanaman muda, dapat menyebabkan tanaman terkulai (layu) atau mati.
2. Kerugian secara kualitas (menurunnya mutu hasil), antara lain sebagai berikut :
a. Perubahan warna pada beberapa macam produk tanaman (ubi, daun, bunga, maupun
buah), misalnya :
1. Ubi jalar Ipomoea batatas L. yang terserang hama lanas Cylas formicarius Fabr. akan
berwarna cokelat kehitam-hitaman.
2. Biji kedelai yang terserang kepik hijau Nezara viridula L. dan kepik polong atau kepik cokelat
Riptortus linearis F. akan berwarna kehitam-hitaman.
3. Daun dan buah pada beberapa jenis tanaman yang terserang hama penggerek batang akan
mengalami perubahan warna menjadi lebih pucat daripada warna asli (normal), dan buah masak
sebelum waktunya ataupun berguguran.
1. Ubi jalar yang terserang hama lanas Cylas formicarius Fabr. rasanya menjadi pahit.
2. Buah durian yang terserang hama penggerek Tirathaba ruptilinea Wlk. rasanya menjadi kemasam-
masaman.
1. Daun kangkung yang terserang walang sangit Leptocorisa oratorius Thumb. akan menunjukkan
gejala berbintik-bintik hitam atau kecokelat-cokelatan.
2. Kulit biji kedelai ataupun kacang hiaju yang terserang kepik hijau Nezara viridula L. akan
berbercak-bercak cokelat.
1. Daun kedelai yang terserang ulat jengkal Chrysodeixis chalcites Esp. akan menjadi berlubang-
lubang (Gambar 1.1).
2. Umbi kentang yang terserang nematoda Meloidogyne sp. akan berbintil-bintil (abnormal), atau
berlubang dan membusuk akibat serangan hama uret.
3. Daun tembakau yang terserang Thrips spp., Myzus persicae Sulz. dan Bemisia tabaci akan menjadi
keriting dan ukurannya kecil-kecil.
4. Buah tomat yang terserang ulat penggerek buah Helicoverpa armigera Hbn. akan menjadi
berlubang-lubang.
5. Krop kubis yang terserang ulat titik tumbuh Crocidolomia binotalis Zeller akan tampak berlubang-
lubang dan rusak, sehingga menyebabkan berkurangnya hasil atau produksi (Gambar 1.2).
6. Biji kacang panjang berlubang-lubang akibat serangan hama gudang Callosobruchus chinensis L.
(Gambar 1.3)
Organisme yang berperan sebagai hama tanaman menurut Rasdiman (1994), meliputi filum
Nemathelminthes/Aschelminthes termasuk nematoda, Mollusca, Arthropoda, dan Chordata. Filum
Nemathelminthes, Mollusca , dan Arthropoda, karena tidak bertulang belakang dimasukkan ke dalam
kelompok Invertebrata, sedangkan filum Chordata yang bertulang belakang dimasukkan ke dalam
kelompok Vertebrata. Dari fila tersebut, maka filum Arthropodalah yang paling berperan sebagai hama,
terutama dari kelas insekta (serangga).
Serangga dan tanaman inang mempunyai hubungan yang erat sekali, karena serangga membutuhkan
tempat berlindung, kawin, meletakkan telur dan nutrisi yang dapat diperolehnya dari tanaman.
Kecenderungan serangga hama dalam memilih tanaman sebagai inang sangat ditentukan oleh sifat-sifat
yang terkandung dalam tanaman tersebut. Apabila tanaman memiliki sifat-sifat yang disukai oleh
serangga hama, maka ada kecenderungan bahwa tanaman mengalami kerusakan yang lebih berat.
Hama merusak tanaman secara langsung, yaitu menyerang bagian-bagian tanaman seperti akar, batang,
daun, bunga, buah atau tanaman seluruhnya. Pengertiannya adalah bahwa ada jenis hama yang
menyerang satu bagian tanaman, atau menyerang bagian tanaman tertentu, namun mengakibatkan
tanaman tidak dapat dipanen. Sebagai contoh adalah hama penggerek batang padi kuning Tryporyza
incertulas yang menyerang titik tumbuh tanaman padi. Akibatnya akan timbul gejala mati pucuk (dead
heart) atau sundep pada tanaman padi pada fase pertumbuhan vegetatif. Pada fase generatif, hama ini
menimbulkan gejala beluk, yaitu bulir-bulir tanaman padi yang terserang akan tegak, kosong dan
berwarna keabu-abuan. Tanaman padi yang terserang hama tersebut tidak akan pernah diharapkan
hasilnya.
Tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat hama dalam cara
menyerangnya. Beberapa jenis hama hanya menyerang sasaran utama bagian daun atau batang, dahan,
akar, ubi, bunga, buah, dan biji, namun ada pula hama yang menyerang lebih dari satu bagian tanaman.
Berikut ini contoh jenis hama yang menyerang bagian tertentu dari tanaman.
1. Ordo Coleoptera
2. Ordo Hemiptera
3. Ordo Homoptera
4. Ordo Lepidoptera
5. Ordo Orthoptera
6. Ordo Thysanoptera
1. Ordo Coleoptera
a. Penggerek batang keluarga Myrtaceae Nothopeus himipterus Ol
2. Ordo Lepidoptera
3. Ordo Homoptera
1. Golongan Aves
2. Ordo Hemiptera
3. Ordo Homoptera
f. Ulat pemakan segala tanaman melubangi buah-buahan Heliothis armigera Hubner (= Helicoverpa
armigera Hubner)
5. Golongan Mamalia
1. Ordo Coleoptera
2. Ordo Lepidoptera
1. Wereng hijau Nephotettix spp. penular virus tungro dan penyakit kerdil kuning pada tanaman padi
2. Wereng cokelat Nilaparvata lugens Stil., penular virus kerdil rumput, dan kerdil hampa pada
tanaman padi
3. Kutu daun Diaphorina citri Kuw., penular penyakit CVPD pada tanaman jeruk
4. Wereng zigzag Recilia dorsalis, penular penyakit kerdil puru dan penyakit daun jingga pada
tanaman padi
6. Kutu kebul Bemisia tabaci, penular penyakit virus pada tanaman kedelai, cabai, dan tembakau.
Berbagi
3 komentar:
Selamat kepada Kelompok 3, Anda telah berhasil membuat blog. Terus menulis, sebab blog Anda akan
dibaca banyak orang
Balas
Balasan
Organisme Pengganggu Tanaman21 April 2012 21.19
Balas
Hebat sekali blog ini karena menjelaskan tiga hama tanaman, sayangnya di sini masih minim sekali
gambarnya.
Balas
Beranda
PERLINDUNGAN TANAMAN
Foto saya