Ipa Lanjutan Kel 3
Ipa Lanjutan Kel 3
Ipa Lanjutan Kel 3
IPA LANJUTAN
Tentang
Disusun Oleh
Kelompok 3
Dosen Pengampu
Dwi Nur Umi Rahmawati, M.Pd
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendekatan Pembelajaran IPA ................................................ 3
B. Strategi Pembelajaran IPA ...................................................... 9
C. Model Pembelajaran IPA ........................................................ 12
D. Metode Pembelajaran IPA ...................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan alam dalam bahasa Inggris di sebut dengan istilah
natural science yang digunakan sebagai definisi untuk menjelaskan rumpun
ilmu yang objeknya adalah benda-benda alam dengan hukum yang pasti dan
umum. Sedangkan orang-orang yang menemukan bidan ilmu pengetahuan
alam tersebut dapat disebut dengan istilah Saintis atau seorang saintis.
Kata Sains (science) diambil dari kata lain scientia yang makna
harfiahnya adalah pengetahuan. Sain juga disebut dengan kumpulan
pengetahuan dan proses serta kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
meraih dan mengunakan pengetahuan tersebut.
Pada tingkat MI/SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata
pelajaran yang urgent. Karena peran IPA adalah untuk menambah
pengetahuan serta pengalaman peserta didik. Dalam hal ini mata pelajaran IPA
merupakan sebuah proses pembelajaran yang menekankan pada pengalaman
seorang peserta didik yang akan berpengaruh terhadap pengembangan
kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar secara alamiah.
Untuk memperoleh tujan pendidikan dengan hasil yang memuaskan,
perlu diambil berbagai strategi untuk mengapainya. Strategi untuk mengapai
tersebut dengan menggunakan pendekatan serta metode tertentu, ketepatan
terhadap pemilihan pendekatan yang tepat terhadap bidang studi yang
diajarkan merupakan bagian dari komponen dari strategi pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka kita dapat menyimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran IPA?
2. Bagaimana strategi pembelajaran IPA?
1
3. Bagaimama model pembelajaran IPA?
4. Bagaimana metode pembeajaran IPA?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran IPA
2. Untuk mengetahui strategi pembelajaran IPA
3. Untuk mengetahui model pembelajaran IPA
4. Untuk mengetahui metode pembelajaran IPA
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Endang Titik Lestari, Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar, (Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2020), h. 3
3
c. Peserta didik belum dibiasakan dalam berdiskusi kelompok
d. Peserta didik belum mampu mengembangkan pengetahuan baru secara
aktif
e. Peserta didik belum mampu mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dalam proses pembelajaran
f. peserta didik belum dihadapkan pada keadaan yang menimbulkan
konflik di dalam pikiran peserta didik
g. peserta didik belum dihadapkan dalam pemecahan masalah saat proses
pembelajaran.
h. guru belum menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik dapat mengaplikasikan pemahaman faktualnya
i. guru belum mampu membangun interpretasi peserta didik berdasarkan
pengalaman belajar.
2
Adriantoni, Altika Syafitri, Pengaruh Pendekatan Kontruktivisme terhadap Hasil Belajar
IPA di Kelas V SDN 33 Kalumbuk Kota Padang, vol IX Edisi 1, Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, 2019,
h. 53-55
4
pembelajaran berakhir, siswa diharapkan dapat memahami materi
dengan benar dan siswa dapat mengungkapkan kembali materi yang
telah diuraikan.
b. Pendekatan Inkuiri
Pendekatan ini lebih bersifat "mencari tahu". Artinya siswa
sangat aktif mencari sendiri informasi yang ia perlukan. Dalam
pendekatan ini dominasi guru lebih sedikit. Dari penjelasan tersebut,
dapat kita ketahui bahwa pendekatan inkuiri bertolak belakang dengan
pendekatan ekspositori. Pendekatan ini menginginkan keaktifan siswa
untuk memperoleh informasi sampai menemukan. konsep-konsep IPA.
Dalam pendekatan ini guru membimbing siswa menemukan sendiri
konsep-konsep itu melalui kegiatan belajarnya Pembelajaran IPA
berbasis inkuiri dideskripsikan dengan mengajak siswa dalam kegiatan
yang akan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep IPA sebagaimana para saintis mempelajari dunia alam. Pada
saat siswa melakukan kegiatan inkuiri guru melakukan observasi untuk
setiap kinerja siswa sepert presentasi siswa di kelas, interaksi dengan
teman, penggunaan komputé penggunaan alat-alat laboratorium.
Tidak semua guru sains menerapkan strategi inkuiri ini.
Faktanya, temuan empiris membuktikan bahwa pembelajaran sains
harus didasarkan pada pembelajaran berbasis inkuiri (Capps, &
Crawford, 2013). Pembelajaran inkuiri merupakan strategi dimana
guru dan siswa mempelajari fenomena ilmiah dengan pendekatan
saintifik. Kesemuanya terdiri dari beberapa aspek seperti proses
berpikir dimana siswa mengamati, memprediksi, menyarankan,
merencanakan penelitian, merumuskan hipotesis, menafsirkan data,
variabel kontrol, menguji, mengkomunikasikan, dan menyimpulkan-
nya (Nuangchalerm, 2014).
5
Bruner menyatakan empat alasan menggunakan pembelajaran
berbasis inkuiri, yaitu potensi kecerdasan, motif intrinsik, heuristik
pembelajaran inkuiri, dan konservasi memori. Dengan adanya potensi
kecerdasan, Bruner menyampaikan bahwa seseorang belajar dan
mengembangkan pemikirannya dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya. Bruner menekankan bahwa hanya orang yang belajar
melalui pembelajaran berbasis inkuiri yang mempunyai peluang untuk
melakukan hal ini. Pembelajaran berbasis inkuiri dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu inkuiri terbimbing, inkuiri bebas, dan modifikasi
penyelidikan (Spencer & Tracy, 2012). Dalam kaitannya dengan
pembelajaran di Sekolah Dasar, inkuiri terbimbing cukup cocok untuk
merancang sebuah instruksi. Inkuiri terbimbing memanfaatkan tahapan
SE dari Magee dan Ryan (2012). Tahapannya adalah terlibat,
mengeksplorasi, menjelaskan, menguraikan, dan mengevaluasi. Ini
adalah konsep pengajaran yang jelas dan atributif. Strategi ini
menggunakan proses ini untuk memungkinkan siswa membuat definisi
sendiri dari pemahamannya terhadap suatu konsep sebagai berikut. 1.
Keterlibatan. Guru menyampaikan satu atau lebih pertanyaan
sederhana, namun secara perlahan mengarahkannya ke pertanyaan
yang lebih kompleks. Misalnya, guru memulai dengan. “Tahukah
kamu kalau minyak dan gas berasal dari fosil?” 2. Eksplorasi. Pada
fase ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan
percobaan ilmiah. Struktur dan desain ini membantu siswa untuk
mengamati bagaimana lapisan bumi dan bahan bakar fosil 3.
Penjelasan. Guru menjelaskan bagaimana bahan bakar fosil terbentuk
dengan mengacu pada teks, artikel jurnal, atau internet sumber. 4.
Elaborasi. Tahap ini meliputi pembuatan jejak fosil, perbandingan
fosil, dan pembuatan model simulasi proses bagaimana bahan bakar
fosil tercipta. Evaluasi. Fase ini berfokus pada mengakses pemahaman
6
siswa melalui segala cara yang memungkinkan seperti kuesioner,
jurnal, atau catatan lapangan3
c. Pendekatan Proses
Pendekatan ini senada dengan pendekatan inkuiri, karena
pendekatan ini menginginkan keaktifan siswa dan guru tidak dominan
dalam proses pembelajaran tetapi bertindak sebagai organisator dan
fasilitator saja. Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya
adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus
pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan
has belajar (Conny, 1992).
d. Pendekatan Konsep
Konsep adalah suatu ide yang menghubungkan beberapa fakta.
Dalam pencapaian atau pembentukan konsep biasanya peserta didik
memerlukan benda-benda konkrit untuk diotak-atik, eksplorasi fakta-
fakta dan ide-ide secara mental. Pendekatan konsep memerlukan lebih
dari sekedar menghafal lebih menunjukkan gambaran yang lebih tepat
tentang IPA. Agar dapat memahami suatu konsep, suatu proses
pembelajaran memerlukan objek yang konkrit, eksplorasi, dan
mendapatkan fakta. Pada umumnya para ahli mengembangkan
kurikulum berdasarkan ide besar berupa skema konseptual, konsep dan
subkonsep. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan IPA berkembang
sangat cepat.
3
Dek ngurah laba laksana, The Effectivenes of Inquiry Based Learning for Natural, Science,
Learning in Elementary School, Vol 1 (1), Jurnal of Education Technology, 2017, h. 2
7
model pembelajaran STM/SETS guna untuk menjembatani
kesenjangan antara kemajuan sains dan teknologi dan kebutuhan
masyarakat sebagai pengguna sains dan teknologi.
Pendekatan ini diyakini oleh para pakar pendidikan IPA di
Amerika sebagai pendidikan IPA yang paling tepat sebab
mempersiapkan murid-murid untuk menghadapi abad ke 21 yaitu abad
ketergantungan manusia kepada sains dan teknologi. Rasional dari
pendekatan ini adalah segala penemuan dalam bidang sains dan
teknologi dapat untuk kesejahteraan manusia. Didalam pendekatan
IPA dengan pendekatan STM, guru membantu murid- murid
mempelajari sains dengan menggunakan isu-isu dalam masyarakat
yang merupakan dampak sains dan teknologi sebagai pembelajaran
IPA.
f. Pendekatan Factual
Pendekatan ini menekankan penemuan fakta-fakta dalam IPA
contoh informasi yang didapatkan murid dengan pendekatan ini,
misalnya ular termasuk golongan reptil, merkurius adalah planet yang
terdekat dengan matahari. Metode yang digunakan dalam pendekatan
ini adalah membaca, mengulang, melatih dan lain- lain. Pada dasamya
pembelajaran IPA dengan pendekatan ini akan menimbulkan
kebosanan pada diri murid-murid dan tidak memberikan gambaran
yang benar tentang IPA.
g. Pendekatan lingkungan
Pendekatan lingkungan dalam mengajarkan ipa adalah dengan
mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan
lingkungan secara bijaksana dengan memahami faktor polintis,
ekonomi, sosial-budaya, ekologis yang mempengaruhi manusia dalam
memperlakukan lingkungan tersebut (Saptriati, 2014).
8
h. Pendekatan sejarah
Pendekatan sejarah merupakan cara pembelajaran IPA dengan
menyajikan berbagai penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwant
atau ahli IPA dan tentang perkembangan temuan-temuan dalam IPA.
Hampir sama dengan pendekatan faktual dan konseptual, pendekatan
ini lebih pada penyampaian produk atau hasil IPA hanya sedikit yang
menjelaskan mengenai proses dalam mendapatkan temuan tersebut.
Proses pembelajaran siswa dengan pendekatan ini adalah dengan
membaca buku teks atau mendengar penjelasan dari guru.4
4
Azmi AL Bahiji, Pengembangan Pembelajaran IPA SD , (Jakarta Selatan: Fakultas Ilmu
Pendidikan UMJ, 2017, h. 45-47
9
atau merupakan teks terprogram seperti modul, atau bahkan oleh peserta
didik sendiri.
b. Pembawa materi: siapa yang membawakan maten? Perorangan,
berkelompok, atau dipelajari sendiri.
c. Pendekatannya: bagaimana cara materi itu disajikan dengan pendekatan
deduktif dan induktif atau yang lain?
d. Penerima materi: bagaimana dan berapa jumlah penerima materi? Per-
orangan, kelompok kocil, kelompok besar, kelompok heterogen atau
homogen.
10
b. Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip, dan aturan
umum itu sehingga memungkinkan peserta didik menyusun hipotesis
yang bersifat umum.
c. Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan
tujuan membenarkan atau menyangkal hipotesis yang dibuat peserta
didik
d. Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan yang telah terbukti
berdasarkan langkah-langkah tersebut baik dilakukan peserta didik atau
guru.
11
d. Akhirnya, perlu disajikan bukti-bukti membenarkan atau menolak ke-
simpulan tertentu (deduktif5
5
Asih Widi Wisudawati, Eka Sulistyowati, Metodologi Peembelajaran IPA, (Jakarta: PT
Bumi Askara, 2013), h. 138-142
6
Helmita, Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2010), h. 19
12
Ada beberapa model yang biasa digunakan dalam pembelajaran IPA,
berikut contoh model pembelajaran dalam pembelajaran IPA:
a. Model pembelajaran CLIS (Children Learning InScience) Model ini
dikembangkan oleh kelompok Children Learning In Science di Inggris.
Adapun langkah pembelajaran model ini adalah (Samatowa, 2011):
1) Orientasi
kegiatan memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari
dengan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
2) Pemunculan gagasan
upaya untuk memunculkan konsepsi siswa misalnya dnegan cara
menuliskan apa yang diketahui oleh siswa. Tahapan ini dapat
dikatakan sebagai eksplorasi materi
3) Penyusunan Ulang Gagasan
pada tahap ini merupakan tahap mengkonstruksi pemahaman siswa
dan memperjelas penguasaan materi siswa. Misalnya siswa melakukan
diskusi, hasil diskusi tidak disalahkan atau dibenarkan. Namun siswa
membuktikan konsepsi hasil diskusi mereka dengan konsepsi yang ada
di buku. Selanjutnya siswa juga dapat melakukan percobaan dan
observasi.
4) Penerapan gagasan.
5) Tahap ini siswa diminta untuk mengembangkan gagasan yang telah
didapatkannya, dengan cara misalnya dengan pemberian masalah pada
konteks yang baru. Sehingga siswa mengaitkan konsep yang
dimilikinya dengan konteks yang baru.
6) Pemantapan Gagasan
Tahap ini merupakan tahap pemberian umpan balik bagi siswa untuk
memantapkan materi yang didapatkan.
13
IPA dari dampak teknologi yang ada di lingkungan sekitar. Binadja dalam
Wisudawati, 2015) model pembelajaran SETS merupakan suatu model
yang menghubungkan sains dengan unsur lain, yaitu teknologi, lingkungan
maupun masyarakat. Pembelajaran SETS ini dapat mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan agama siswa. Menurut
Wisudawati (2015) Sistem sosial yang dikembangkan dalam model
pembelajaran ini adalah sikap peduli lingkungan kerjasama, toleransi
dalam hidup bermasyarakat.
14
pendapat Trianto (2007:13) yang menyatakan bahwa belajar merupakan
kegiatan aktif siswa membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya.
Siswa menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru sesuai dengan pengetahuan awal dan
merevisinya apabila pengetahuan awal itu tidak sesuai. Sedangkan, peran
guru hanya sebagai fasilitator, motivator, serta memberikan contoh melaui
peragaan- peragaan (modeling) yang dapat ditiru oleh setiap siswa
sehingga konsep pembelajaran yang akan ditemukan menjadi lebih terarah
dan mudah tercapai.7
7
Farida nur kamala, Pembelajaran IPA sekolah Dasar, (Malang: Penerbit Ediide
Infografika, 2016), h. 58-61
8
Muhammad afandi DKK, Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah, (Semarang:
UNISSULA PRESS, 2013), h. 16
15
berpusat pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam
terhadap suatu topic.
Pendekatan Project Based Learning telah menjadi pendekatan
pendidikan yang semakin banyak dilekatkan karena maraknya pendidikan
yang berpusat pada siswa dalam beberapa tahun terakhir. Landasan
pendekatan ini erat kaitannya dengan teori konstruktivisme. Dewey, dalam
bukunya "Experience and Education", menganggap belajar sambil
melakukan proyek sebagai sarana hubungan sebab akibat antara objek dan
konsep. Dewey menyebutkan pentingnya rekonstruksi serupa atas
pengetahuan dan pengalaman yang dipelajari dalam kasus dan waktu lain;
dan penggunaannya dalam menafsirkan dan menganalisis berbagai kasus
(Dewey, 2013). Gagasan bahwa pendekatan konstruktivis mengungguli
pendekatan pembelajaran tradisional dalam hal kelanggengan
pembelajaran telah dikemukakan oleh banyak ahli teori pendidikan,
khususnya Dewey. Dalam pendekatan pembelajaran konstruktivis, dimana
siswa berperan aktif, mode partisipasi aktif seperti berdiskusi,
mempertahankan ide, membentuk hipotesis dan berbagi pendapat daripada
membaca dan mendengarkan secara pasif. Dalam pendekatan ini, interaksi
individu menjadi sangat penting. Peserta didik tidak menerima informasi
sebagaimana adanya tetapi mereka menemukan atau membentuknya
(Perkins, 1999).9
9
Burcu Gulay Tasci, Project Based Learning From Elementary School to College, vol 2 no
1, Procedia Social and Behavioral Sciences, 2014, h. 77
16
Selama diskusi berlangsung guru membimbing siswa mengambil
kesimpulan yang tepat. Jika siswa membuat kesalahan dalam kegiatan
diskusi, maka guru akan segera memberikan arahan kepada siswa.
Kegiatan diskusi ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Depdiknas
(2003), bahwa siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila
dapat mengkomunikasikan gagasannya dengan siswa lain atau guru.
Dengan kata lain, siswa membangun pemahaman melalui interaksi
lingkungan sosialnya yaitu teman dan guru. Gunarsa mengemukakan
dalam Soeparwoto (2004) lingkungan merupakan faktor penentu dalam
pertumbuhan dan perkembangan nilai-nilai, moral dan sikap individu.
Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa
melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan.
Metode experiential learning juga dapat meningkatkan rasa
keingintahuan, minat dan ketekunan siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil
penelitian yang menunjukkan peningkatan signifikan hasil belajar afektif
siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran.10
3) Metode Ceramah
Ceramah merupakan penuturan bahan pelajaran yang disampaiakan
secara lisan (Sudjana, 2013). Metode ini tidak selamanya jelek jika
digunakan dalam pembelajaran. Metode ini lebih sesuai jika diberikan
pada materi yang berbentuk pengetahuan faktual ataupun deklaratif.
Metode ini akan mendapatkan hasil yang baik jika didukung dengan
menggunakan media dan skenario pembelajaran yang tepat.
4) Metode diskusi-Presentasi
Metode ini merupakan metode dengan cara menyampaikan tujuan
pembelajaran IPAdengan komunikasi interaktif dalam menyampiakan ide
atau pendapat dalam suatu forum ilmiah untuk membahas suatu
10
Munif,DKK, Penerapan Metode Experiential Learrning Pada pembelajaran IPA untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar, Vol 5, Jurnal pendidikan fisika Indonesia,
2009, h. 81-82
17
permasalahan IPA (wisudawati, 2015). Menurut Sudjana (2013) Metode
diskusi pada dasarnya merupakan kegiatan tukar menukar informasi,
pendapat dan unsur – unsur pengalaman secara teratur dengan maksud
mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang
seusatu. Metode ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk bekerja
secara kooperatif dimana siswa saling bekerja sama dan saling
menghargai.
5) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang sering digunakan
guru IPA dalam mendemontrasikan sesuatu hal. Metode ini dilakukan
dengan memperagakan barang, kejadian aturan atau suatu tahapan
menggunakan media atau alat peraga yang ada yang disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran.
6) Metode simulasi
Metodesimulasi merupakan metode yang digunakan dalam
pembelajaran IPA untuk mengabstraksi kenyataan yang ada dengan
pemeranan yang hadir dalam bentuk peran (Wisudawati, 2012). Metode
ini merupakan metode yang menyenangkan yang membuat siswa merasa
IPA sebagai pembelajaran yang menyulitkan, karena siswa merasa
memerankan sesuatu hal. Tugas pemeranan ini membuat siswa merasa
percaya diri, kreatif dan senang sehingga dapat memotivasi siswa dalam
belajar.
7) Metode eksperimen
Metode ini membantu siswa dalam memahami materi sesuai
dengan fakta yang sebenarnya, karena siswa dapat mengamati secara
langsung fakta yang ada pada sesuatu benda atau suatu proses.
18
8) Metode karyawisata
Metode karyawisata dalam hal ini bukan hanya karyawisata
kunjungan ke tempat yang jauh atau ke tempat wisata, namun karyawisata
disini dapat diartikan kunjungan atau belajar diluar kelas, misalnya siswa
diajak guru untuk melakukan pendataan ke dinas kesehatan setempat
untuk mengetahui jumlah pasien yang menderita penyakit peredaran darah
seperti serangan jantung, stroke, varises dan lain lain.11
11
Farida nur kamala, op., cit, h. 66-74
19
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran adalah suatu rangkaian tindakan
pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filosofi, psikologi,
didaktis, dan ekologis) yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan
melatari metode pembelajaran tertentu.
Kata Sains (science) diambil dari kata lain scientia yang makna
harfiahnya adalah pengetahuan. Sain juga disebut dengan kumpulan
pengetahuan dan proses serta kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
meraih dan mengunakan pengetahuan tersebut.
Pada tingkat MI/SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan mata
pelajaran yang urgent. Karena peran IPA adalah untuk menambah
pengetahuan serta pengalaman peserta didik. Dalam hal ini mata pelajaran IPA
merupakan sebuah proses pembelajaran yang menekankan pada pengalaman
seorang peserta didik yang akan berpengaruh terhadap pengembangan
kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar secara alamiah.
Untuk memperoleh tujan pendidikan dengan hasil yang memuaskan,
perlu diambil berbagai strategi untuk mengapainya. Strategi untuk mengapai
tersebut dengan menggunakan pendekatan serta metode tertentu, ketepatan
terhadap pemilihan pendekatan yang tepat terhadap bidang studi yang
diajarkan merupakan bagian dari komponen dari strategi pembelajaran.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, kami sadari makalah yang kami
buat ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami sebagai penulis makalah ini
mohon saran yang membangun, agar kami dapat membuat makalah yang lebih
baik di masa yang mendatang. Kami ucapkan terimakasih juga kepada dosen
pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia Lanjutan yang telah membimbing
kami hingga terselesaikannya makalah ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
Bahiji azmi al. 2017. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta Selatan:
Fakultas ilmu Pendidikan UMJ.
Kamala nur farida. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Malang: Ediide
Infografika.
Laksana Dek Ngurah Laba. (2017). “The Effectivenes of Inquiry Based Learning
for Natural Science Learning in Elementary School.” Jurnal of Education
Technology 1(1) 2.
Tasci Gulay burcu. (2014). “Project based Learning From Elementary School to
Collage.” Procedial Social and Behavioral Sciences 77.
Wisudawati asih widi dan eka sulistyowati. 2013. Metodologi pembelajaran IPA.
Jakarta: PT Bumi Askara.
21