Laprak Acara2 PudjiMaharani A1D023012
Laprak Acara2 PudjiMaharani A1D023012
Laprak Acara2 PudjiMaharani A1D023012
PRAKTIKUM
AGRONOMI
(PNA231209)
ACARA II
PERSEMAIAN
Oleh:
Pudji Maharani
A1D023012
Rombongan 1
PJ Asisten:
Nadi Indra Firmansyah
Apriliani Dwi Rahayu
A. Latar Belakang
2
mengoptimalkan pertumbuhan pada masa-masa awal tanaman.Proses persemaian
ini dipengaruhi oleh tiga faktor. Faktor pertama ialah intensitas penyiraman yang
dilakukan. Faktor kedua ialah benih yang digunakan pada saat persemaian. Faktor
ketiga dan yang terakhir ialah komposisi media tanam yang digunakan untuk
persemaian. Ketiga faktor tersebut memiliki hubungan antara satu dengan yang
lainnya dan sangat erat kaitannya dalam menentukan proses persemaian akan
berhasil ataukah tidak.
3
B. Tujuan
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Benih adalah biji tanaman yang tumbuh menjadi suatu tanaman baru yang
kemudian akan menghasilkan suatu hasil dari tanaman. Jadi bibit adalah tanaman
yang tumbuh atau berasal dari biji atau benih. Benih yang akan ditanam ini harus
melalui proses persemaian yang akan tumbuh menjadi tanaman baru, sehingga
setelah persemaian memindahkan ke lahan yang sudah siap untuk ditanami dan
tinggal melakukan perawatan tanaman tersebut. Benih yang akan ditanam harus
melalui proses pemilihan benih agar benih yang ditanam akan tumbuh dengan
optimal dan tanpa ada kelainan saat persemaian(Permana, 2016).
Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan
pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami.
Hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan
ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang
diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati (Diniyati
2017).
Penyemaian adalah cara untuk mendapatkan bibit dengan cara penanaman
benih melalui penyebaran dengan tempat yang telah di sediakan. Tempat yang di
sediakan ini harus diolah dengan cara yang tepat agar tempat persemaian dapat
menjadi tempat persemaian yang baik. Tempat yang paling cocok tanahnya
gembur dan tidak terlalu banyak air agar bibit tidak kelebihan air sehingga bibit
akan tumbuh dengan baik. Bibit akan muncul atau tumbuh 4 hari setelah
dilakukan penyemaian, namun perawatan saat di persemaian harus rutin agar tidak
terdapat penyakit ataupun hama yang menyerang bibit(Larios et al, 2014).
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses
benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam
dilapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari
kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci
pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan (Dyah, 2015).
Persemaian adalah suatu tempat menyemai bahan pertanaman atau biji atau
bahan vegetatif untuk mendapatkan bibit, dimana tanaman muda itu dipelihara
5
sampai dapat dipindahkan ke tempatnya yang tetap di kebun pertanaman
(Soediyanto dkk, 2016). Maksud dan tujuan dilakukannya persemaian adalah (1)
Untuk memperoleh benih atau bibit yang bermutu tinggi dalam, jumlah yang
memadai dan tata waktu yang tepat.; (2) Untuk meningkatkan produktivitas
maupun kualitas hasil hutan berupa pohon/kayu yang sesuai dengan kondisi
tempat tumbuh, dengan menggunakan bibit yang berkualitas tinggi dari jenis-jenis
yang diinginkan.; dan (3) Untuk meningkatkan daya hidup/survival tanaman dapat
dilakukan dengan cara: (a) Mengontrol vegetasi lain yang berkompetisi dengan
tanaman inti.; (b) Menghilangkan gangguan fisik terhadap pertumbuhan pohon;
(c) Pengolahan tanah untuk memperbaiki struktur tanah; (d) Memperbaiki
drainase pada daerah basah (Anonim, 2015 dalam Murdiono, 2017).
Menurut Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K)
Kementerian Pertanian (2014); Persemaian adalah tempat atau areal untuk
kegiatan memproses benih menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan.
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak
langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian.
Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji
(benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaanya melimpah.
Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat
dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap ditanam).
Tujuan persemaian adalah untuk memperoleh keberhasilan. penanaman dari hasil
bibit-bibit di persemaian yang siap tanam dengan kualitas dan kuantitas yang
diharapkan.
6
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan: Sebidang lahan, tanah, pupuk kandang, benih yang akan disemai
(padi untuk persemaian basah dan alba untuk persemaian kering), jerami, dan air.
Alat: Cangkul, ember, polybag, tali rafia, label, patok, meteran, dan kamera.
B. Prosedur Kerja
1. Persemaian Basah
a. menyiapkan lahan persemaian dengan ukuran tertentu sesuai kebutuhan (1× 2
meter), dengan kedalaman 20 cm.
b. kemudian diolah (dibuat lumpur/ mecak- mecak) dengan mencampurkan pupuk
kandang, setelah itu benih disebarkan diatas permukaan bedengan/ lahan.
c. jerami/ sresah daun disebar diatas permukaan lahan yang sudah disebar benih
dengan merata hingga menutupi bedengan.
d. lakukan pengamatan dan dicatat.
2. Persemaian kering kantong plastik/ polybag
a. siapkan polybag ukuran 0,5 kg dan 1 kg (disesuaikan ukuran benih) masing-
masing 10 polybag dan 2, dan lubangi polybag/kantung pelastik secukupnya.
b. buat media campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandiangan 2:1,
kemudian isi dalam polybag
c. tanam benih yang akan disemai dengan kedalaman 2-3 cm dan tutup tipis
dengan tanah.
d. siram dan amati selama 2 minggu, kemudian hasil pengamatan dicatat.
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
8
4. Polybag diberi lebel
nama,rombongan,kelompok dan reaksi
basah atau kontrol.
9
Tabel 2.2 Pengamatan pertumbuhan benih albasia
No. Sempel ke- Hari ke- Foto
1 2 3 4 5 6 7
1. Kontrol 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
H2
2. Kontrol 2 0 0 0 1 2 3 4
cm cm cm cm
0 0 0 0 0 0 2
daun
H7
3. PAP 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
H2
4. PAP 2 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
H7
10
Tabel 2.3 Pengamatan pertumbuhan benih semangka
No. Sempel ke- Hari ke- Foto
1 2 3 4 5 6 7
1. Kontrol 1 0 0 0 0 0 1 5
cm cm
0 0 0 0 0 0 0
H2
2. Kontrol 2 0 0 0 0 3 6,5 10
cm cm cm
0 0 0 0 0 0 0
H7
3. PAP 1 0 0 0 0 0,5 4 5
cm cm cm
0 0 0 0 0 0 0
H2
4. PAP 2 0 0 0 0 4,5 10 11
cm cm cm
0 0 0 0 0 2 2
daun daun
H7
11
B. Pembahasan
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau
bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan.
Persemaian didefinisikan sebagai suatu tempat yang digunakan untuk
menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan selama
periode waktu yang telah ditetapkan. Tujuan utama pembuatan persemain adalah
sebagai upaya penyediaan bibit yang berkualitas baik dalam jumlah yang
memadai, sesuai dengan rencana penanaman. Persemaian dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, misalnya persemaian basah, persemaian kering,
persemaian polybag. persemaian tetap, persemaian kotak, persemaian semnetara,
dan sebagainya.
Persemaian merupakan tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih
atau bagian tanaman lain menjadi bibit siap ditanam ke lapangan. Benih yang baik
apabila diproses dengan teknik persemaian yang baik akan menghasilkan bibit
yang baik pula, tetapi benih yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang baik
apabila diproses dengan teknik persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila
teknik persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku
(Danu, 2015). Menurut Sirajudin (2014) Persemaian merupakan tempat atau
lokasi pembibitan yang digunakan untuk mengembangbiakkan tanaman/bibit yang
berasal dari biji (generatif) atau anakan (vegetatif) sampai bibit siap tanam.
Penyemaian adalah cara untuk mendapatkan bibit dengan cara penanaman
benih melalui penyebaran dengan tempat yang telah di sediakan. Tempat yang di
sediakan ini harus diolah dengan cara yang tepat agar tempat persemaian dapat
menjadi tempat persemaian yang baik. Tempat yang paling cocok tanahnya
gembur dan tidak terlalu banyak air agar bibit tidak kelebihan air sehingga bibit
akan tumbuh dengan baik. Bibit akan muncul atau tumbuh 4 hari setelah
dilakukan. penyemaian, namun perawatan saat di persemaian harus rutin agar
tidak terdapat penyakit ataupun hama yang menyerang bibit (Larios, 2014),
Tujuan utama perbuatan persemaian oleh para pengusaha bibit adalah untuk
penjualan dan persediaan jangka panjang. Usaha persemaian oleh masyarakat
12
umumnya dilaksanakan pada areal sempit, dimana tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Tujuan lain dari persemaian ini adalah untuk
memudahkan benih tumbuh agar tidak bersaing dengan tanaman lain (Idrus 2015).
Menurut Prihatiningrum (2015) persemaian dibuat dengan tujuan utama
menyediakan bibit atau membuat stok bibit yang jumlahnya mencukupi kebutuhan
setiap saat diperlukan untuk penanaman serta untuk menyediakan bibit yang
berkualitas baik.
Jenis persemaian itu bermacam-macam, ada yang memakai kotak
persemaian. persemaian lapangan, kantung plastik (polibag) dan sebagainya.
Tanah yang dipakai untuk persemaian adalah tanah yang subur dan bebas dan
hama dan penyakit. Persemaian jika dengan kantong plastik (polibag), maka lebih
baik mencampur tanah dengan pupuk kandang atau kompos yang telah jadi tanah
tidak panas (Sunarjono, 2018).
Persemaian digolongkan menjadi 2 jenis/tipe yaitu persemaian sementara
danpersemaian tetap. Persemaian sementara biasanya berukuran kecil dan terletak
di dekat daerah yang akan ditanami. Persemaian sementara ini biasanya
berlangsung hanya untuk beberapa periode panenan (bibit/semai) yaitu paling
lambat hanya untuk waktu 5 tahun, biasanya berukuran (luasnya) besar dan
lokasinya menetap di suatu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas
(Liliefna et al., 2018).
Persemaian dapat dilakukan dengan du acara yaitu persemaian basah dan
kering. Persemaian basah adalah persemaian yang langsung dilakukan di lahan
pertanian, seperti pada sistem konvensional. Sementara persemaian kering yaitu
persemaian yang menggunakan wadah berupa kotak/besek/wonca/pipiti.
Penggunaan wadah ini dimaksudkan untuk memudahkan pengangkutan dan
penyeleksian benih. Persemaian basah adalah persemaian yang dilakukan pada.
lahan sawah diluar areal yang akan dipanen. Persemaian ini harus dijada kadar
airnya agar tidak tergenang ataupun tidak kekeringan. Persemaian kering adalah
teknologi persemaian dalam kotak semai plastik. Kotak semai dapat berupa
plastik. biasa ataupun polybag. Persemaian basah biasanya digunakan untuk padi,
sedangkan persemaian kering untuk tanaman perkebunan misalnya kelapa sawit.
13
Persemain ini dapat dilakukan dengan berbagai lahan baik lahan basah dan
lahan kering. Lahan basah harus dijaga kadar airnya harus dijaga agar tidak
tergenang tanamannya sehingga tanaman tidak kelebihan kadar airnya, untuk
lahan kering irigasinya harus dijaga agar bibit tidak kekurangan air dan bibit tetap
tumbuh dengan optimal. Persemaian di lahan basah lebih mudah daripada lahan
kering. namun persemaian dilahan kering harus memilih spesies bibit atau
tanaman yang tahan terhadap kekeringan akan mengurangi biaya pemeliharaan
dan penyiraman, dan dapat meningkatkan daya tahan dan kelangsungan hidup
tanaman (Sevik & Catin, 2015).
Persemaian basah memerlukan tempat yang lebih luas dari pada persemian
kering. Persemiaan basah dilakukan disawah sehingga pengawasannya lebih sulit.
persemaian kering dilakukan disekitar rumah sehingga pengawasannya lebih
mudah. Persemaian kering dapat menghemat waktu dan biaya karena persemaian.
dapat dilakukan sebelum waktu panen, persemaian yang lebih kecil akan
membutuhkan tenaga yang lebih sedikit. Persemaian kering dapat disesuaikan
dengan tray mesim tanam transplanter. Tanaman yang dapat disemai baik di lahan
basah maupun lahan kering adalah padi (Despita et al., 2017).
Persemaian merupakan proses awal perkembangan suatu tanaman. Dalam
tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman
mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang
menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Proses
persemaian adalah tahap awal sebelum tanaman tersebut siap dipindah tanam atau
yang biasa disebut transplanting dikarenakan persemaian hanya mengoptimalkan
pertumbuhan pada masa-masa awal tanaman. Proses ini memakan waktu sekitar
dua minggu.
Proses persemaian ini dipengaruhi oleh tiga faktor :
1. ialah intensitas penyiraman yang dilakukan.
2. ialah benih yang digunakan pada saat persemaian.
3. dan yang terakhir ialah komposisi media tanam yang digunakan untuk
persemaian.
14
Ketiga faktor tersebut memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya
dan sangat erat kaitannya dalam menentukan proses persemaian akan berhasil
ataukah tidak.
15
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Budi, S. W., Sukendro, A., & Karlinasar, L. 2015. Penggunaan pot berbahan dasar
organik untuk pembibitan Gmelina arborea Roxb. di persemaian. Jurnal
Agronomi Indonesia, 40 (3): 239-245.
Diniyati, Dian 2016. Pengembangan Hutan Terung. Jurnal Analisis Kebijakan
Kehutanan. 8 (1):1-3
Despita, R., Marfuah, C., Salim, A., Majid, F. A. & Mau. A. Q. 2017.
Pertumbuhan benih padi ciherang pada berbagai jenis media persemaian.
Prosiding Seminar Nasional Malang, 153-158.
Fandeli, C. 2014, Ilmu Tehnik Persemaian. UGM Press. Yogyakarta.
Fatimah, S. & Handarto, B. M. 2018. Pengaruh komposisi media tanam terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman sambiloto. Jurnal Embryo, 5 (2): 133-148.
Hardjana, A. & Rayan. 2015. Pertumbuhan bibit tengkawang (Shorea spp.) asal
biji dari populasi hutan alam Kalimantan di persemaian B2PD Samarinda.
Jurnal Penelitian Dipterokarpa, 5 (2): 61-73.
Idrus, Hidayah, A. K. & Bakrie, I. 2015. Analisa finansial pada usaha persemaian
bibit ulin oleh masyarakat di desa Sungai Merdeka Kecamatan Samboja.
Jurnal Agrifor, 14 (1): 45-61.
Kurniaty, R. & Danu. 2017. Teknik Persemaian. Balai Penelitian Teknologi
Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor.
Larios, E., Bu Rquez, A., Becerra, J. X., & Venable, D. L. 2014. Natural selection
on seed size through the life cycle of a desert annual plant. Journal Ecology,
95 (11): 3213-3220.
Lesilolo, M. K., Riry, J., & Matatula, E. A. 2014. Pengujian viabilitas dan vigor
benih beberapa jenis tanaman di Pasaran Kota Ambon. Jurnal Agrologia,
2(1):1-9.
Liliefna, D., Maail R., Papilaya, P., Irwanto, Parera, E., Siruru, H., & Loppies, R.
2018. Pelatihan Penanaman Hutan Regional Maluku & Maluku Utara. BPFT
UNPATTI. Ambon.
17
Larios., E, A. Bu´ Rquez, J. X. Becerra, And D. L. Venable. 2014. Natural
Selection On SeedSize Through The Life Cycle Of A Desert
Annual Plant. Ecology. 95(11): 3213-3220
Pahan, 1. 2019. Panduan Lengkap Kelapa Sawit (Manajemen Agribisnis Hulu
hingga Hilir). Penebar Swadaya. Jakarta
Prayudyaningsih, R. 2015. Mikoriza dalam pengelolaan hama-penyakit terpadu di
persemaian. Info Teknis Eboni, 9 (1): 55-75..
Permana,. N. D, dan U. S. Rustiani. 2016. Identifikasi Cendawan Penyebab
Penyakit Tanaman. Jakarta: Depublish.
18
LAMPIRAN
Lampiran ACC
19
20
Lampira Dokumentasi
2.1 Bahan dan alat yang digun- 2.2 Membuat media tanam
akan untuk persemaian.
21