Gerakan Filsafat Modern
Gerakan Filsafat Modern
Gerakan Filsafat Modern
Beserta Tokohnya.
Disusun untuk memenuhi tugas.
Mata kuliah: Pengantar filsafat.
Dosen pengampu: Dr (Cand). Dyah Febria Wardhani, S.Pd, M.Pd
Dibuat Oleh:
M. Kaspul Anwar 230104040212
M. Rizal Kurniawan 230104040211
ii
KATA PENGANTAR
Gerakan filsafat modern, yang menggema dari abad ke-14 hingga abad ke-17, menghadirkan suatu era
kebangkitan kebudayaan dan intelektual di Eropa, di mana manusia mulai meneliti kembali warisan
filsafat klasik Yunani dan Romawi serta mengeksplorasi potensi kreatif manusia dalam seni, sains,
dan humaniora. Gerakan filsafat modern seperti Renaisans dan Rasionalisme muncul dengan tujuan
mengeksplorasi dan memahami sifat akal, pengetahuan, dan kebenaran. Filsafat Renaisans, baik di
Italia maupun di luar, berfokus pada berbagai aspek termasuk sains, matematika, metodologi,
metafisika, dan filsafat moral dan politik.
Rasionalisme, di sisi lain, menekankan kekuatan akal atas iman, emosi, atau naluri. Ia berusaha untuk
menetapkan kepastian dan memprioritaskan rasio dalam mengungkapkan kebenaran. Rasionalisme
memperlakukan nalar sebagai nilai tinggi, tidak hanya secara kognitif tetapi juga secara moral.
Gerakan-gerakan ini bertujuan untuk melepaskan diri dari pemikiran skolastik dan membangun cara-
cara baru untuk memahami dunia dan keberadaan manusia. Mereka memunculkan tokoh-tokoh
berpengaruh seperti Descartes, Spinoza, Locke, dan Hobbes, yang berkontribusi pada pengembangan
ide dan perspektif filosofis.
Melalui analisis yang mendalam terhadap pemikiran dan kontribusi para tokoh utama dalam gerakan
Renaissance dan rasionalisme, makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana kedua gerakan
tersebut tidak hanya membentuk landasan penting bagi perkembangan filsafat modern, tetapi juga
relevan dan inspiratif bagi konteks zaman kita yang penuh dengan tantangan dan kompleksitas.
Dengan memahami kembali nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan pandangan dunia yang diusung oleh
gerakan filsafat ini, kita dapat menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan masa kini dengan
landasan pemikiran yang kuat dan inspiratif. Saya berharap makalah ini dapat memberikan wawasan
baru dan memicu refleksi mendalam tentang bagaimana warisan intelektual masa lalu dapat menjadi
sumber inspirasi yang tak tergantikan dalam menjawab persoalan zaman kita.
Akhir kata, saya ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi yang berarti dalam perbincangan filsafat kontemporer dan meningkatkan
pemahaman kita tentang kompleksitas dan keindahan pemikiran manusia.
Penyusun
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sejarah pemikiran manusia telah diwarnai oleh berbagai gerakan intelektual yang menggiring
peradaban menuju pencerahan dan kemajuan. Dua gerakan yang memiliki dampak yang sangat
besar dalam menentukan arah perkembangan filsafat modern adalah gerakan Renaissance dan
rasionalisme. Kedua gerakan ini, masing-masing mencuat pada periode yang berbeda.
Gerakan Renaissance, yang lahir di Italia pada abad ke-14 dan menyebar ke seluruh Eropa
hingga abad ke-17, menandai kebangkitan kebudayaan yang luar biasa. Renaissance tidak hanya
menghidupkan kembali minat pada warisan filosofis klasik Yunani dan Romawi, tetapi juga
menciptakan semangat eksplorasi baru dalam seni, sains, dan humaniora. Tokoh-tokoh seperti
Leonardo da Vinci, Michelangelo, dan Niccolò Machiavelli tidak hanya menggubah karya-karya
abadi dalam seni, tetapi juga memperkaya pemikiran manusia dalam bidang politik dan moral.
Sementara itu, gerakan rasionalisme yang mencapai puncaknya pada abad ke-17
menggarisbawahi kepentingan moral dan penalaran rasional dalam mencari kebenaran. Tokoh-
tokoh seperti René Descartes, Baruch Spinoza, dan Gottfried Wilhelm Leibniz menegaskan peran
sentral akal dalam proses pengetahuan dan menantang otoritas agama dalam domain pemikiran.
Dalam konteks zaman kita yang modern, di mana kompleksitas sosial, politik, dan teknologi
semakin meningkat, pemahaman terhadap nilai-nilai dan pemikiran yang diusung oleh gerakan
Renaissance dan rasionalisme memiliki relevansi yang tak terbantahkan. Keduanya mengajarkan
kita pentingnya pemikiran kritis, penelitian, dan pengembangan potensi manusia dalam
menghadapi tantangan zaman.
iv
3. Membahas dampak pemikiran rasionalisme dalam memperkuat pemisahan antara agama dan
ilmu pengetahuan serta mendorong lahirnya pemikiran sekuler dan humanis.
4. Merumuskan relevansi dan aplikasi konsep-konsep Renaissance dan rasionalisme dalam
konteks tantangan dan permasalahan sosial, politik, dan etis yang dihadapi oleh masyarakat
kontemporer.
5. Mengidentifikasi keterkaitan antara pemikiran filosofis Renaissance dan rasionalisme
dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan penemuan terkini.
v
BAB 2
RENAISSANCE: KEMBALINYA KEMANUSIAN
Filsafat Renaisans mengacu pada gagasan dan konsep filosofis yang muncul selama periode
Renaisans. Selama waktu ini, ada minat baru pada dasar-dasar filsafat, dengan fokus pada norma-
norma etika dan pencarian makna dalam hidup (von Devivere, 2021) . Historiografi filosofis
memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman Renaisans, dengan aktor intelektual
menggunakan Renaisans sebagai subjek studi dan persaingan antara tradisi dan institusi
intelektual yang berbeda (König-Pralong, 2022). Renaisans tidak terbatas pada Eropa, tetapi juga
berdampak pada budaya Afrika, yang mengarah pada perkembangan Renaisans Afrika dan
eksplorasi pemikiran filosofis Afrika (Chukwujekwu, 2019). Dalam hal konsepsi waktu, pemikir
Renaisans menantang definisi waktu Aristotelian dan mengeksplorasi sifat ontologis waktu, serta
perbedaan antara waktu dan durasi (Dubouclez, 2022). Utopia Renaisans, di sisi lain, mewakili
hubungan antara zaman kuno klasik dan Pencerahan, membahas isu-isu kritis seperti demokrasi,
hukum kodrat, dan distribusi barang (Ojeda Déniz, 2022).
Kontribusi Leonardo da Vinci terhadap Renaisans filsafat sangat signifikan. Dia tidak
hanya mengamati dan dengan setia mencerminkan alam dalam seninya, tetapi juga
berusaha untuk mencerminkan kehidupan sosial yang nyata dan semangat manusia,
melampaui tiruan belaka (Cao, 2023). Selain itu, pemahaman da Vinci tentang otak dan
persepsi sensorik berkembang dari waktu ke waktu, seperti yang terlihat dalam sketsa dan
gambar-gambarnya yang akurat secara anatomis, berkontribusi pada sejarah awal ilmu
saraf (Kron & Krishnan, 2019) . Selanjutnya, hubungan revolusionernya antara seni dan
anatomi mendefinisikan kembali lanskap peradaban Barat yang diwarisi dari Abad
Pertengahan, membentuk persepsi dan pengetahuan yang lebih akurat dan naturalistik
(Cambiaghi & Hausse, 2019) . Gagasan dan metode kreatif Da Vinci, yang berpusat pada
vi
ekspresi manusia dan dunia spiritual batinnya, menempati tempat penting dalam sejarah
estetika dan layak dipelajari dari (Dong, 2023).
2.2.3. Michel de Montaigne
Michel de Montaigne memberikan kontribusi signifikan terhadap kebangkitan filsafat. Dia
menciptakan genre sastra baru yang disebut esai, yang menjadi bentuk ekspresi filosofis
yang menonjol (Llano-Alonso, 2023) . Esai Montaigne mencerminkan tema
eksistensialnya, kritik terhadap filsafat spekulatif, dan keengganan untuk membangun
sistem filosofis (Marrero González, 2021). Dia menganjurkan toleransi agama, dialog, dan
relativisme budaya, menjadikannya pembela prinsip-prinsip ini (Baszczyk, 2020) .
Skeptisisme dan kritik Montaigne terhadap indera dan akal sebagai sumber pengetahuan
memiliki dampak mendalam pada filsuf seperti Descartes (Sotysiak, 2020) . Dia secara
terbuka mendiskusikan ketakutannya sendiri dan menggunakan terapi filosofis, terutama
dari tradisi Pyrrhonian yang skeptis, untuk mengatasinya. Pendekatan dan penerimaan
non-partisan Montaigne untuk meningkatkan kesejahteraan emosional dan pengetahuan
mencerminkan perspektif uniknya tentang kehidupan (Starkstein, 2018).
Penekanan pada kreativitas dalam pemikiran manusia selama Renaisans dapat dilihat baik dalam
domain filosofis maupun artistik. Para filsuf selama periode ini mengakui sifat kreatif filsafat itu
sendiri dan mengeksplorasi konsep kreativitas dalam kaitannya dengan kemungkinan dan
tantangan baru saat itu (Tereschenko, 2022a). Transisi dari ketertarikan dengan ilmu alam ke
aktivitas estetika menyebabkan transformasi filsafat seni, di mana aktivitas estetika dianggap
sebagai zona lindung fenomena irasional dan mistis kehidupan sosial
(Galushko & Drannyk, 2023)
. Pergeseran pemikiran ini juga mempengaruhi praktik artistik dan kreatif, yang
mencerminkan perasaan dan interpretasi periode sejarah yang ditandai dengan krisis dan
kehancuran hubungan sosial (Celenza & Gouwens, 2006) . Renaisans menandai terobosan
signifikan dalam gagasan dan bentuk yang mengakar, dan filsafat dan kreativitas artistik
berfungsi sebagai komponen penting dari budaya spiritual masyarakat selama ini (Dacey, 2011).
Kreativitas memainkan peran penting dalam inovasi modern, terutama jika dilihat melalui lensa
filsafat Renaisans. Sintesis seni dan sains, seperti yang ditekankan dalam cita-cita Renaisans,
menawarkan pendekatan yang kuat untuk inovasi. Sintesis interdisipliner ini memungkinkan
integrasi disiplin budaya, memungkinkan perspektif kreatif dan holistik dalam penelitian dan
praktik (Miyakawa & Cha, 2015) . Pemahaman kreativitas sebagai tipe ko-evolusi, membentuk
pandangan dunia khusus, juga penting dalam masyarakat modern (Kazakova & Coenen, 2022) .
Selain itu, sifat kreatif filsafat itu sendiri relevan, karena berkontribusi pada prospek budaya dan
menantang gagasan “kematian filsafat” (Tereschenko, 2022b). Dengan meninjau kembali refleksi
berpengaruh pada kreativitas, seperti yang berasal dari filsafat dialektika, perspektif baru dapat
diperoleh untuk Studi Sains dan Teknologi (STS). Secara keseluruhan, penekanan filsafat
Renaisans pada sintesis disiplin ilmu dan pengakuan peran kreativitas dalam filsafat dan
masyarakat memberikan wawasan berharga tentang peran kreativitas dalam inovasi modern
(Miyakawa & Cha, 2015).
vii
BAB 3
RASIONALISME: PEMBENARAN MELALUI AKAL.
Peran Baruch Spinoza dalam filsafat rasionalisme sangat signifikan karena kontribusinya
dalam mengembangkan pemikiran rasionalis yang berpusat pada penggunaan akal sebagai
sarana utama untuk memperoleh pengetahuan tentang alam semesta dan eksistensi Tuhan
(Kryshtop & Malla, 2022; La Torre, 2023) ). Spinoza memperkenalkan pandangan
monisme substansial, yang menyatakan bahwa alam semesta adalah satu substansi yang
terdiri dari satu substansi dasar, yaitu Tuhan atau alam semesta itu sendiri . Dalam
viii
karyanya yang terkenal, "Etika", Spinoza merumuskan sebuah sistem etika yang
didasarkan pada rasionalitas dan determinisme, yang menekankan pentingnya pemahaman
dan penerimaan terhadap alam semesta yang teratur dan teratur secara rasio
(La Torre, 2023)
. Pemikiran Spinoza memberikan fondasi filosofis untuk pemahaman rasional
tentang alam semesta, memperkuat keyakinan bahwa segala sesuatu dapat dipahami secara
logis dan sistematis melalui akal budi manusia (McDonough, 2022). Dengan demikian,
peran Spinoza dalam filsafat rasionalisme tidak hanya membantu mengembangkan
paradigma epistemologis dan metafisik pada masa modern, tetapi juga memberikan
kontribusi penting dalam memperkuat fondasi filsafat ilmiah dan pemikiran modern
(GÜLTEKN, 2022; Schulz, 2018) .
3.3. Pengaruh pada Metode Ilmiah dan Pemikiran Filosofis pada Pengembangan Teknologi
Pengaruh filsafat rasionalisme terhadap Metode Ilmiah dan pemikiran filosofis dalam
pengembangan teknologi sangatlah signifikan. Rasionalisme menekankan pentingnya
penggunaan akal dan pemikiran rasional dalam menemukan kebenaran dan memahami alam
semesta (NIKITIN, 2022; Vergeles et al., 2020a) . Hal ini tercermin dalam Metode Ilmiah, di
mana penggunaan observasi, eksperimen, dan penalaran logis menjadi landasan utama untuk
menyelidiki fenomena alam dan mengembangkan pengetahuan baru (NEOFET, 2019). Secara
filosofis, rasionalisme mempengaruhi pandangan terhadap teknologi dengan menekankan
pentingnya pemikiran kritis dan analitis dalam merancang solusi untuk permasalahan teknis
maupun sosial (Ranaweera, 2022). Dengan demikian, filsafat rasionalisme memberikan dasar
yang kuat bagi Keterkaitan filsafat dan sains terbukti dalam cara para filsuf berkontribusi pada
pengembangan teori dan metode ilmiah. Secara keseluruhan, studi teknologi dan hubungannya
dengan sains telah menjadi semakin penting dalam wacana filosofis kontemporer.
(Rozman, 2022)
.
ix
BAB 4
RELEVANSI FILSAFAT MODERN
4.1. Hubungan Filsafat Modern dengan perkembangan kotemporer
Penerapan konsep filsafat modern dalam kehidupan modern sangatlah relevan dan beragam
(Muh. Bahrul Afif, 2023)
. Prinsip-prinsip rasionalisme dan empirisme, misalnya, telah menjadi dasar
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melandasi kehidupan sehari-hari,
seperti dalam bidang kedokteran, teknologi informasi, dan transportasi (Vergeles et al., 2020b) .
Pemikiran eksistensialisme juga memengaruhi cara individu memahami makna hidup dan
menentukan nilai-nilai serta tujuan dalam kehidupan mereka (Beiser, 2023). Selain itu, filsafat
politik modern memberikan kerangka kerja untuk pembentukan sistem pemerintahan yang
demokratis dan hak asasi manusia yang dijunjung tinggi dalam masyarakat modern
(Dingmeixi, 2023b)
. Dengan menerapkan konsep-konsep filsafat modern ini, kehidupan modern dapat terus
berkembang sesuai dengan tuntutan zaman dan nilai-nilai yang dijunjung
(BAURINA et al., 2022)
.
Konsep filsafat modern tidak luput dari tantangan dan kritik dalam era kontemporer ini. Salah
satu tantangan utamanya adalah kritik terhadap kesempurnaan akal manusia dalam memahami
alam semesta secara menyeluruh, terutama dengan munculnya paradigma baru dalam ilmu
pengetahuan seperti fisika kuantum dan teori kompleksitas (Stackhouse, 2022; Taylor, 2017) .
Selain itu, kritik terhadap filsafat modern mencakup argumen bahwa pendekatan rasionalis dan
empiris seringkali gagal memperhitungkan dimensi emosional, spiritual, dan sosial dalam
pengalaman manusia (Nenon, 2016) . Kritik juga datang dari pemikiran postmodern yang
meragukan keabsahan klaim universalitas dan kebenaran dalam filsafat modern, mengutuknya
sebagai narasi yang menguntungkan elit dan menekan sudut pandang alternatif (Kaiserfeld, 2015).
Dengan demikian, tantangan dan kritik terhadap konsep filsafat modern menantang paradigma
tradisional tersebut untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan dinamika kompleksitas dunia
kontemporer (Haq, 2023).
x
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dalam kesimpulan, kita dapat merangkum bahwa gerakan filsafat modern, termasuk Renaissance
dan rasionalisme, serta tokoh-tokohnya seperti Leonardo da Vinci, Descartes, Spinoza, dan
Leibniz, telah memberikan kontribusi yang mendalam terhadap perkembangan pemikiran
manusia dan fondasi pemahaman kita tentang alam semesta, pengetahuan, dan eksistensi.
Renaissance memunculkan kembali minat pada warisan filosofis klasik dan memperkuat
hubungan antara seni, sains, dan filsafat, sementara rasionalisme menegaskan peran penting akal
budi manusia dalam mencari kebenaran dan memahami alam semesta. Konsep-konsep seperti
monisme substansial dan teori monad memberikan landasan teoretis yang kokoh untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran filosofis modern. Lebih dari sekadar menjadi
peristiwa sejarah, pemikiran-pemikiran ini tetap relevan dalam menanggapi tantangan dan
permasalahan kontemporer, memperluas cakupan rasionalitas dalam pemahaman manusia
tentang alam semesta dan eksistensi. Dengan memahami dan menghargai warisan filsafat modern
ini, kita dapat melihat bagaimana pemikiran filosofis masa lalu terus membentuk dan
memberdayakan pemikiran dan tindakan kita dalam menghadapi dunia yang semakin kompleks
ini.
5.2. Saran
Sebagai saran setelah membaca makalah ini, pembaca diundang untuk mendalami pemikiran
tokoh-tokoh penting dalam gerakan filsafat modern, merenungkan relevansi konsep-konsep
tersebut dalam konteks masa kini, melanjutkan penelitian dan kajian lebih lanjut, menerapkan
pendekatan analitis dalam memahami pemikiran tokoh-tokoh Renaissance dan rasionalisme,
serta menginspirasi tindakan dan pemikiran yang lebih mendalam. Dengan demikian, pembaca
diharapkan dapat memperoleh manfaat maksimal dari pembacaan makalah ini dan melanjutkan
eksplorasi serta pemahaman mereka tentang warisan filsafat modern serta relevansinya pada
kehidupan kontemporer.
xi
DAFTAR PUSTAKA
Allard-Tremblay, Y. (2021). Rationalism and the silencing and distorting of Indigenous voices. Critical
Review of International Social and Political Philosophy, 24(7), 1024–1047.
https://doi.org/10.1080/13698230.2019.1644581
xii
Dingmeixi. (2023a). THE PHILOSOPHICAL THINKING OF MODERN DANCE ART AND THE
APPLICATION OF MARXIST PHILOSOPHY IN ITS CREATION. European Journal for
Philosophy of Religion, 15(2). https://doi.org/10.24204/ejpr.2021.3876
Dingmeixi. (2023b). THE PHILOSOPHICAL THINKING OF MODERN DANCE ART AND THE
APPLICATION OF MARXIST PHILOSOPHY IN ITS CREATION. European Journal for
Philosophy of Religion, 15(2). https://doi.org/10.24204/ejpr.2021.3876
Dong, J. (2023). Leonardos Influence on Anatomy and Art during the Renaissance. Communications in
Humanities Research, 3(1), 367–373. https://doi.org/10.54254/2753-7064/3/20220341
Dubouclez, O. (2022). Time in Renaissance Philosophy. In Encyclopedia of Renaissance Philosophy (pp.
3259–3263). Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-14169-5_980
Felgner, U. (2023). Rationalism (pp. 135–149). https://doi.org/10.1007/978-3-031-27304-9_10
Galushko, М., & Drannyk, V. А. (2023). Philosophical thought and artistic creativity of western europe at
the turn of the ХІХ – ХХ centuries. HUMANITARIAN STUDIOS: PEDAGOGICS, PSYCHOLOGY,
PHILOSOPHY, 14(1). https://doi.org/10.31548/hspedagog14(1).2023.182-188
GÜLTEKİN, A. (2022). Spinoza’nın Bilgi Anlayışı: Bir Onto-Epistomoloji Okuması. Social Sciences
Studies Journal, 8(95), 663–672. https://doi.org/10.26449/sssj.3871
Gutschmidt, H. (2020). Rationalismus (I): René Descartes. In Handbuch Ontologie (pp. 66–70). J.B.
Metzler. https://doi.org/10.1007/978-3-476-04638-3_7
Hao Li, & Yang, S. X. (n.d.). From modern philosophy to intelligent robot. Proceedings of the 4th World
Congress on Intelligent Control and Automation (Cat. No.02EX527), 1280–1285.
https://doi.org/10.1109/WCICA.2002.1020788
Haq, Z. U. (2023). Modern Western Thought and Islamic Reformism: Intellectual Challenges, Prior
Discourse, and Future Prospects. Religions, 14(3), 308. https://doi.org/10.3390/rel14030308
Heleno, J. M. (2022). Leibniz. Intuitio, 15(1), e39835. https://doi.org/10.15448/1983-4012.2022.1.39835
Ivanchuk, A. (2021). FORMATION OF PHILOSOPHY AS A MEANS OF HUMAN DEVELOPMENT.
Collection of Scientific Papers of Uman State Pedagogical University, 2, 182–189.
https://doi.org/10.31499/2307-4906.2.2021.236682
Kaiserfeld, T. (2015). Modernity and Its Critics. In Beyond Innovation (pp. 102–110). Palgrave Macmillan
UK. https://doi.org/10.1057/9781137547125_12
Kazakova, A., & Coenen, C. (2022). Creativity in Engineering - Classics of Modern Dialectical Philosophy
Revisited (pp. 3–10). https://doi.org/10.1007/978-3-030-89708-6_1
König-Pralong, C. (2022). La Renaissance dans l’histoire. L’historiographie philosophique française du
XIXe siècle. In L’institution philosophique française et la Renaissance : l’époque de Victor Cousin
(pp. 11–43). BRILL. https://doi.org/10.1163/9789004513211_003
Kron, T., & Krishnan, P. (2019). Leonardo DaVinci’s contributions to medical physics and biomedical
engineering: celebrating the life of a ‘Polymath.’ Australasian Physical & Engineering Sciences in
Medicine, 42(2), 403–405. https://doi.org/10.1007/s13246-019-00757-2
Kryshtop, L. E., & Malla, M. (2022). Spinoza in the Light of Classical and Contemporary Western
Philosophy. RUDN Journal of Philosophy, 26(2), 402–417. https://doi.org/10.22363/2313-2302-2022-
26-2-402-417
La Torre, M. (2023). Spinoza, Baruch (pp. 347–357). https://doi.org/10.1007/978-3-031-19542-6_46
xiii
Lane, T. J. (2017). Rationality and its Contexts. In Rationality (pp. 3–13). Elsevier.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-804600-5.00001-5
LEE, J. (2023). Copernicus’ Philosophical Situation and the Problem of Humanity - Renaissance,
Descartes, and after that -. Korean Journal of Philosophy, 154, 1–26.
https://doi.org/10.18694/KJP.2023.2.154.1
Llano-Alonso, F. H. (2023). Montaigne, Michel de (pp. 241–248). https://doi.org/10.1007/978-3-031-
19542-6_32
Marrero González, C. M. (2021). A propósito de “De Caníbales”, de Michel de Montaigne: un pionero en el
relativismo cultural. Cultura de Los Cuidados, 59. https://doi.org/10.14198/cuid.2021.59.13
McDonough, J. K. (2022). Spinoza’s Ethics. In Saints, Heretics, and Atheists (pp. 140-C15.P35). Oxford
University Press. https://doi.org/10.1093/oso/9780197563847.003.0015
Miyakawa, Y., & Cha, S.-R. (2015). Roles of University and Paradigm toward Creative Innovation on the
Global Scene - Locus: Regional Renaissance and Civilization of Smart Sustainable Polis -. World
Technopolis Review, 4(4), 182–221. https://doi.org/10.7165/wtr2015.4.4.182
Muh. Bahrul Afif. (2023). Jalan Hidup Filosofis Muḥammad Ibn Zakariyyā Al-Rāzī dan Relevansinya
dengan Problem Psikologis Manusia Modern. Refleksi Jurnal Filsafat Dan Pemikiran Islam, 23(1).
https://doi.org/10.14421/ref.v23i1.3958
Nenon, T. (2016). Confrontations with Modernity (pp. 49–57). https://doi.org/10.1007/978-3-319-27775-
2_4
NEOFET, G. (2019). Philosophy of Science, Technique and Technology. Logos Universality Mentality
Education Novelty: Philosophy and Humanistic Sciences, 7(2), 1–6.
https://doi.org/10.18662/lumenphs/22
NIKITIN, V. I. (2022). PHILOSOPHY OF TECHNOLOGY: MAIN DIRECTIONS AND APPROACHES.
Bulletin of Science and Research Center of Construction, 34(3), 144–153.
https://doi.org/10.37538/2224-9494-2022-3(34)-144-153
Ojeda Déniz, P. (2022). El sol del Renacimiento que alumbra las utopías: un estudio comparativo de la
teoría política de Moro, Campanella y Bacon. Revista de Filosofía Laguna, 51, 45–63.
https://doi.org/10.25145/j.laguna.2022.51.03
Ranaweera, D. (2022). History and Philosophy of Science and Technology: The Driving force of
Developing Innovative Creativity. Advances in Technology, 221–223.
https://doi.org/10.31357/ait.v2i2.6042
Rationalism. (2022). In The Quest for Knowledge in International Relations (pp. 86–102). Cambridge
University Press. https://doi.org/10.1017/9781009106573.007
Rowan Scott, J. (2018). Descartes, Gödel and Kuhn: Epiphenomenalism Defines a Limit on Reductive
Logic (pp. 33–52). https://doi.org/10.1007/978-3-319-96661-8_4
Rozman, I. (2022). PHILOSOPHY AND METHODOLOGY: DYNAMICS OF SCIENCE
DEVELOPMENT. Scientific Bulletin of Uzhhorod University. Series: «Pedagogy. Social Work»,
1(50), 242–244. https://doi.org/10.24144/2524-0609.2022.50.242-244
Rutkowski, B., Muszytowski, M., & Ostrowski, J. (2011). Nicolaus Copernicus: not only a great
astronomer but also a physician. Journal of Nephrology, 24(Suppl. 17), 25–32.
https://doi.org/10.5301/JN.2011.6490
xiv
Schulz, O. (2018). Baruch de Spinoza. In Schopenhauer-Handbuch (pp. 210–214). J.B. Metzler.
https://doi.org/10.1007/978-3-476-04559-1_16
Scribano, E. (2022). Descartes in Context. Oxford University PressNew York.
https://doi.org/10.1093/oso/9780197649558.001.0001
Shestakova, I. G., Bezzubova, O. V., & Rybakov, V. V. (2022). Philosophy in a technical university:
development strategies in the digital age. Perspectives of Science and Education, 55(1), 186–199.
https://doi.org/10.32744/pse.2022.1.12
Sołtysiak, M. (2020). Założenia ontologiczne i epistemologiczne sceptycyzmu Montaigne’a. Studia
Philosophica Wratislaviensia, 14(4), 69–87. https://doi.org/10.19195/1895-8001.14.4.4
Stackhouse, J. G. (2022). Modern challenges. In Evangelicalism: A Very Short Introduction (pp. 85–108).
Oxford University PressNew York. https://doi.org/10.1093/actrade/9780190079680.003.0005
Starkstein, S. (2018). Montaigne’s Essays: A Humanistic Approach to Fear. In A Conceptual and
Therapeutic Analysis of Fear (pp. 91–123). Springer International Publishing.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-78349-9_4
Steinberger, P. J. (2022). Rationalism in Politics. Cambridge University Press.
https://doi.org/10.1017/9781009204446
Święczkowska, H. (2020). Leibnizjańska idea języka uniwersalnego. Studia z Historii Filozofii, 11(1), 61.
https://doi.org/10.12775/szhf.2020.005
Taylor, C. (2017). Converging Roads Around Dilemmas of Modernity. In Charles Taylor, Michael Polanyi
and the Critique of Modernity (pp. 15–26). Springer International Publishing.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-63898-0_2
Tereschenko, N. A. (2022a). Philosophy as Creativity. International Journal of Criminology and Sociology,
9, 2380–2384. https://doi.org/10.6000/1929-4409.2020.09.288
Tereschenko, N. A. (2022b). Philosophy as Creativity. International Journal of Criminology and Sociology,
9, 2380–2384. https://doi.org/10.6000/1929-4409.2020.09.288
Tietz, S. (2013). Leibniz, Gottfried Wilhelm. In Encyclopedia of Life Sciences. Wiley.
https://doi.org/10.1002/9780470015902.a0025062
Vergeles, K. M., Kulish, P. L., Shkolnikova, T. Yu., & Vergeles, T. M. (2020a). PHILOSOPHY OF
SCIENCE AND TECHNOLOGY IN MODERN WORLD. Вісник Житомирського Державного
Університету Імені Івана Франка. Філософські Науки, 0(2(88)), 71–79.
https://doi.org/10.35433/PhilosophicalSciences.2(88).2020.71-79
Vergeles, K. M., Kulish, P. L., Shkolnikova, T. Yu., & Vergeles, T. M. (2020b). PHILOSOPHY OF
SCIENCE AND TECHNOLOGY IN MODERN WORLD. Вісник Житомирського Державного
Університету Імені Івана Франка. Філософські Науки, 0(2(88)), 71–79.
https://doi.org/10.35433/PhilosophicalSciences.2(88).2020.71-79
von Devivere, B. (2021). Die Renaissance der Philosophie im 21. Jhdt. In Sinn und Arbeit (pp. 163–172).
Springer Berlin Heidelberg. https://doi.org/10.1007/978-3-662-63384-7_12
Zaуtseva, N. V. (2021). Rene Descartes and secular salons of the XVII century. Философия и Культура, 4,
1–12. https://doi.org/10.7256/2454-0757.2021.4.35905
Zielinska, T. (n.d.). Nicolaus Copernicus (1473–1543). In Distinguished Figures in Mechanism and
Machine Science (pp. 117–134). Springer Netherlands. https://doi.org/10.1007/978-1-4020-6366-4_5
xv
xvi