Mahfudzot Kelas 1 KMI Gontor Beserta Syarah Penjelasannya (1-70)
Mahfudzot Kelas 1 KMI Gontor Beserta Syarah Penjelasannya (1-70)
Mahfudzot Kelas 1 KMI Gontor Beserta Syarah Penjelasannya (1-70)
Maksudnya di dalam menapaki kehidupan ini kita harus istiqamah berjalan pada jalan
yang benar supaya kita sampai pada tujuan hakiki hidup kita, yaitu kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
Kecerdasan itu penting, namun kesungguhan itu jauh lebih penting. Orang yang
cerdas namun tidak sungguh-sungguh akan kalah dan ditinggal oleh orang yang
kecerdasannya biasa-biasa saja namun sungguh-sungguh.
3. ص َب َر َظف َِر
َ َْمن
Di dalam kehidupan ini seringkali kita menghadapi ujian dan cobaan, namun hanya
orang yang bersabar yang akan berhasil dan beruntung.
4. ص ِد ْيقُ ُه
َ َّ َمنْ َقل َّ صِ دْ قُ ُه َقل
5. اء
ِ الو َف ِّ َ ِس َأهْ ل
َ الصدْ ِق َو ْ َجال
Karena teman dan lingkungan tempat kita bergaul adalah salah satu unsur dalam
pembentukan karakter kita. Maka menjadi sangat penting bagi kita untuk memilih
teman yang baik karena akhlak seseorang itu tercermin dari akhlak teman dekatnya.
Bergaul dengan orang-orang yang jujur dan menepati janji akan membuat hidup kita
tenteram dan akan membentuk karakter kita menjadi lebih baik.
6. الض ْي ِق
ِّ الص ِد ْي ِق َت ْظ َه ُر َو ْق َت
َّ َُم َودَّ ة
Jika engkau ingin mengetahui teman setiamu yang sesungguhnya, maka lihatlah siapa
yang menemanimu tatkala susah.
7. ب
ِ َو َما ال َّل َّذةُ ِإالَّ َب ْعدَ ال َّت َع
Kenikmatan yang didapatkan tanpa usaha dan pengorbanan adalah kenikmatan sesaat
yang akan segera hilang, namun kenikmatan yang didapatkan setelah melalui
perjuangan akan selalu dikenang.
9. ار ًفا
ِ َج ِّر ْب َوالَح ِْظ َت ُكنْ َع
Ini adalah kaidah di dalam menuntut ilmu, bahwasannya kita tak boleh takut untuk
mencoba.. Yang harus kita tanamkan di dalam diri kita adalah lebih baik salah ketika
mencoba daripada tak pernah mencoba sama sekali..
Menuntut ilmu itu tak ada batasannya, karena menuntut ilmu itu tidak terbatas oleh
tempat dan waktu, ia bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Karena ilmu adalah
kebutuhan mutlak manusia sejak lahir hingga akhir hayatnya.
Emas dan harta yang habis masih bisa dicari, namun waktu dan kesempatan yang
berlalu tak akan pernah bisa kembali lagi.
Tak dapat dipungkiri bahwa kesehatan jasmani seseorang itu sedikit atau banyak
pasti mempengaruhi kesehatan rohaninya.
14. اب
ٌ ان ِك َت َّ ِس في
ِ الز َم ٍ َخ ْي ُر َجلِ ْي
Ini sejalan dengan ayat pertama yang diturunkan di dalam Al-Quran yang berbunyi
“bacalah!”.. Maka sudah seharusnya bagi kita untuk memanfaatkan waktu-waktu kita
dengan membaca dan menelaah.
15. ْصد
ُ َمنْ َي ْز َر ْع َي ْح
Banyak orang tertipu dan menyangka bahwa teman terbaik adalah yang selalu
mendukung apapun yang kita lakukan baik itu benar maupun salah. Namun ketahuilah
bahwa teman sejati itu adalah yang selalu menginginkan kebaikan untuk kita
walaupun dengan cara memarahi kita tatkala kita berbuat kesalahan. Karena yang ia
inginkan hanyalah menunjukkan jalan kebaikan kepada kita.
Manusia itu derajatnya bisa melebihi Malaikat dan bisa juga lebih rendah dari
binatang sekalipun, semuanya bergantung kepada amal dan perbuatan. Adapun ilmu
di dalam hidup ini berperan sebagai penuntun bagi anak manusia untuk tidak
terjerumus ke dalam perbuatan yang membawanya menuju lembah kehancuran.
Karena itulah kita dituntut untuk menuntut ilmu sepanjang hayat.
Maka sungguh benar sekali jika dikatakan bahwa hal yang paling dekat dari kita
adalah kematian karena ia bisa datang kapan saja, dan hal yang paling jauh dari diri
kita adalah masa lalu, karena ia tak akan pernah kembali lagi.
Jelas sekali bahwa ilmu yang tak diamalkan itu adalah kesia-siaan yang nyata. Orang
yang menghabiskan siang dan malamnya untuk menuntut ilmu namun ternyata tidak
diamalkannya, sama saja dengan petani yang tiap hari membanting tulang untuk
menanam pohon buah, namun ternyata pohon itu tak memberikan buah sedikitpun.
22. اح
ِ اس ال َّن َج
ُ سَ اال ِّت َحا ُد َأ
Kita semua tahu bahwa salah satu penyebab dijajahnya negara kita oleh
negara-negara asing adalah akibat terpecah belahnya suku bangsa kita ketika itu.
Karena tanpa persatuan, sebuah perkumpulan, organisasi ataupun negara akan
gampang sekali hancur dan bubar. Karena itu jika ingin mencapai kesuksesan, hal
pertama yang perlu diperhatikan adalah membangun persatuan.
Janganlah engkau menghina orang miskin, akan tetapi jadilah penolong baginya.
Karena pada hakikatnya semua harta benda yang kita miliki di dunia ini hanyalah
titipan semata yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali oleh Allah, Sang Pemiliknya.
Maka karena itu sungguh tak pantas bagi kita untuk memandang rendah kepada
orang lain yang kebetulan diberikan harta yang lebih sedikit dari kita. Harusnya kita
tolong orang itu karena pada harta benda yang kita miliki sebenarnya ada hak orang
lain yang harus kita bagikan.
24. ب
ِ س ِ َف ِباَألد
َ ب الَ ِبال َّن َّ ال
ُ ش َر
Kemuliaan itu adalah dengan adab (budi pekerti), bukan dengan keturunan.
25. ان
ِ سَ ان فيِ ِح ْفظِ ال ِّل
ِ سَ سالَ َم ُة اِإل ْن
َ
Keselamatan manusia itu dalam menjaga lidahnya (perkataannya).
Ada banyak orang yang hancur hidupnya hanya karena tidak bisa menjaga mulutnya,
karena itu sangat penting bagi kita untuk berpikir dahulu sebelum berkata, dan
hendaknya tidak berbicara kecuali untuk kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik
ataupun diam saja.” (HR. Bukhari – Muslim)
Ia, karena yang bernilai di sisi Allah adalah Iman, amal dan akhlaknya. Bukan harta
bendanya. Lagipula kemuliaan seseorang itu tidaklah dilihat dari harta kekayaannya,
akan tetapi dilihat dari perangai dan perbuatannya.
Maksudnya adalah bahwa segala bentuk akhlak buruk cenderung lebih cepat
menyebar dan ditiru oleh orang banyak daripada akhlak baik. Karena di dalam diri
manusia itu ada nafsu yang selalu mendorong manusia untuk berbuat keburukan.
Karena itu, hendaklah kita memilih lingkungan yang baik untuk tinggal karena
walaupun kita sendiri tidak terpengaruh oleh rusaknya budi pekerti di lingkungan
sekitar kita, namun bagaimana nasib anak cucu kita nanti?
Maksudnya jika seseorang benar-benar berniat dan bertekad kuat untuk melakukan
sesuatu, niscaya akan terbuka jalan baginya. Namun sebaliknya, jika seseorang tidak
pernah berniat untuk melakukan sesuatu, niscaya akan tampak baginya 1000 alasan
untuk tidak bisa melakukannya.
Jangan menghina seseorang yang lebih rendah daripada kamu, karena segala
sesuatu itu mempunyai kelebihan.
Setiap orang terlahir ke dunia ini dengan potensi, sifat, dan kemampuan yang
berbeda-beda, ada yang fisiknya kuat namun lemah akalnya, ada yang akalnya cerdas
namun lemah fisiknya, dan ada juga yang kuat fisiknya, cerdas akalnya, namun
ternyata memiliki kekurangan lain.. Intinya kita tidak boleh memandang orang lain
sebelah mata, karena bisa jadi di balik kekurangan seseorang, terdapat kelebihan
lain yang tidak kita ketahui.
31. اس
ُ صلُ ْح َل َك ال َّن ْ َأ
َ صل ِْح َن ْف
ْ س َك َي
Kita sering mendengar orang berkata: “Orang baik akan bertemu dengan orang
baik”. Memang demikianlah adanya, biasanya memang orang yang baik akan selalu
dikelilingi oleh orang-orang yang baik pula. Maka jika kita ingin orang-orang yang
berada di sekitar kita berlaku baik, yang perlu kita perhatikan terlebih dahulu
adalah memperbaiki diri sendiri.
Manusia diberikan akan oleh Allah supaya dapat berpikir dan mempertimbangkan
segala hal yang akan ia lakukan, karena itu pula segala amal perbuatannya akan
dipertanggungjawabkan pada hari kiamat nanti. Maka sudah selayaknya bagi kita
untuk berpikir matang-matang sebelum melakukan sesuatu.
Maksudnya adalah bahwasanya perjalanan hidup kita ini sebenarnya panjang dan
berliku-liku, maka hendaklah kita mempersiapkan diri kita untuk menghadapi segala
hal yang mungkin akan terjadi ke depannya. Prinsip ini berlaku pula bagi orang yang
akan memulai sebuah pekerjaan yang berat, maka hendaklah ia mempersiapkan
dirinya matang-matang agar pekerjaannya itu tidak kandas di tengah jalan.
Hal ini senada dengan firman Allah SWT di dalam surah As-Syura ayat 40 :
س ِّيَئ ٌة ِّم ْثلُ َها
َ س ِّيَئ ٍة
َ َو َج َزا ُء
Karena itulah kita sering melihat orang yang melakukan sesuatu untuk mencelakakan
orang lain, tapi ternyata malah mencelakakan dirinya sendiri.
Karena teman yang bodoh terkadang malah menjerumuskan kita kepada langkah
yang salah yang akhirnya membuat kita merugi. Adapun musuh yang pandai, malah
memberikan kita semangat untuk meningkatkan kemampuan diri kita agar mampu
bersaing ataupun mengalahkannya.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa orang yang sering berbuat baik kepada orang lain
akan disukai olah banyak orang. Demikian pula sebaliknya, orang yang sering berbuat
keburukan, pasti akan dijauhi oleh orang lain.
Ini adalah sebuah prinsip hidup yang patut untuk kita pegang, karena manusia itu
cenderung lupa dan waktu itu terus berjalan tanpa pernah berhenti. Jika pekerjaan
hari ini ditunda hingga esok hari, bisa jadi pekerjaan itu akan terlupakan atau bisa
jadi esok hari akan muncul pekerjaan lain yang akan membuat pekerjaan kita
semakin bertumpuk.
Sebaik-baik manusia itu adalah yang paling baik budi pekertinya dan yang
paling bermanfaat bagi manusia.
Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang artinya ia harus dapat berinteraksi
dengan orang-orang di sekitarnya dengan baik. Karena itu ia harus berperan penting
di dalam masyarakat dengan memberikan manfaat ataupun dengan berakhlak baik
sehingga terciptalah suasana yang rukun dan harmoni.
Tidak hati-hati dan tergesa-gesa adalah dua hal yang sangat berbahaya. Sering
sekali kita mendengar kisah orang-orang yang celaka karena 2 hal ini. Contoh yang
paling sering kita dengar adalah kecelakaan lalu lintas -Naudzubillah min dzalik-
sering terjadi akibat sikap pengemudi kendaraan yang kurang hati-hati dan
tergesa-gesa.
Buah kecerobohan itu adalah penyesalan, dan buah kecermatan itu adalah
keselamatan.
Maksud dari Mahfuzhat ini kurang lebih sama seperti Mahfuzhat sebelumnya. Kita
hendaknya selalu menghindari sikap ceroboh. Hendaknya semua perbuatan kita
dilakukan dengan hati-hati, tidak terburu-buru dan harus dengan perhitungan yang
matang.
Berlemah lembut kepada orang yang lemah itu adalah salah satu perangai orang
yang mulia (terhormat).
Dalam Islam kita diajarkan untuk selalu berlemah lembut kepada orang yang lemah,
Rasulullah SAW adalah contoh paling sempurna dalam hal ini. Banyak sekali ayat
yang menyebutkan bagaimana kelembutan akhlak Nabi Muhammad SAW,
diantaranya adalah firman Allah SWT yang artinya:
“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159)
Kalau kita perhatikan lagi ayat ini, sikap lemah lembut Rasulullah SAW ini adalah
salah satu kunci kesuksesan dakwah beliau, karena andai saja beliau tatkala itu
berlaku kasar, pastinya banyak orang yang tak tertarik dengan Islam.
Mahfuzhat ini serupa dengan salah satu ayat Al-Quran, yaitu surah As-Syura ayat
40 yang berbunyi:
ِين َّ َُّو َج َزا ُء َس ِّيَئ ٍة َس ِّيَئ ٌة م ِْثلُ َها ۖ َف َمنْ َع َفا َوَأصْ َل َح َفَأجْ ُرهُ َع َلى هَّللا ِ ۚ ِإ َّن ُه اَل ُيحِب
َ الظالِم
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa
memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya
Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
Maksudnya adalah apabila ada seseorang yang menzalimi orang lain, maka orang yang
dizalimi itu punya hak untuk membalasnya (Qisash) dengan cara yang serupa, tidak
boleh melebihi itu. Artinya jiwa dibalas jiwa, luka dibalas dengan luka serupa, dan
seterusnya.
Namun perlu dicatat bahwa dalam hukum Islam, pelaksanaan Qisash ini hanya boleh
dilakukan di hadapan hakim atau pihak yang memiliki otoritas, jadi tidak boleh
dilakukan secara personal, karena malah akan menjadi perang antar keluarga, suku,
dst.
Adapun jika orang tersebut memaafkan, maka itu lebih baik dan ada pahala baginya
di sisi Allah. Maka sikap memaafkan ini adalah sikap yang paling utama.
45. اب
ٌ الجاه ِِل َج َو
َ لىَ ب َع َ َت ْر ُك
ِ الج َوا
Tidak menjawab terhadap orang yang bodoh itu adalah sebuah jawaban.
Jangan salah kaprah dalam memahami kalimat di atas. Maksud dari orang “bodoh” di
sini adalah orang yang tak punya keinginan untuk menerima kebenaran, bukan bodoh
dalam artinya orang yang belum atau tak punya pengetahuan.
Amr bin Hisyam diberikan gelar “Abu Jahal” (Bapak kebodohan), bukanlah karena ia
bodoh dalam artian tak punya ilmu, malah sebaliknya ia adalah salah satu pemuka
suku Qurays di Makkah yang sangat dihormati dan bahkan dianggap sebagai orang
yang bijak kala itu. Namun karena hatinya tertutup dan tak mau menerima
kebenaran –walaupun ia tahu bahwa yang disampaikan itu adalah kebenaran- lah ia
dijuluki sebagai Abu Jahal.
Adapun orang yang bertanya kepada kita karena ia benar-benar tidak tahu dan ingin
mempelajarinya dari kita maka justru wajib bagi kita menjawab pertanyaannya
tersebut.
Manusia itu secara fitrahnya menyukai keindahan, termasuk juga keindahan dalam
bertutur kata, karena itulah secara alami orang yang tutur katanya baik, pasti
disenangi banyak orang, dan sebaliknya orang yang kata-katanya selalu membuat
orang sakit hati pasti akan dijauhi.
Demikianlah sikap orang-orang bijak, mereka bukanlah tipe orang yang banyak
bicara. Adapun jika mereka berbicara mereka hanya membicarakan hal-hal yang
perlu saja.
Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa: “Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia berkata baik, ataupun diam”. (Muttafaq Alaih).
Barang siapa mencari teman yang tidak bercela, maka ia akan tetap tidak
mempunyai teman.
“Tak ada gading yang tak retak”, demikianlah pepatah mengajari kita bahwa tak ada
satu pun orang yang tak punya kekurangan, karena itu jika kita hanya mau berteman
dengan orang yang tak punya cela, maka kita selamanya tak akan punya teman.
Selain itu, dalam bergaul kita juga perlu melihat sisi positif dari seseorang, karena
dibalik kekurangannya, ia pasti ia punya kelebihan. Karena itu pula dalam hubungan
keluarga, para suami diperintahkan untuk bersabar atas kekurangan pasangannya.
Iya, ini adalah prinsip yang benar jika dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat.
Perlu kita ingat bahwa dalam berbicara, selain benar, kita juga harus bijak, kita
harus mengenal lawan bicara kita. Misalnya ketika bertemu dengan orang yang
melakukan kesalahan lantas kita menegurnya secara langsung tanpa retorika bicara
yang baik, alih-alih teguran kita tersebut membuat orang itu sadar, yang ada malah
membuatnya marah dan membenci kita.
Artinya kita harus bisa memilih kata-kata yang tepat agar dapat dipahami dan
diterima oleh lawan bicara kita. Nah setelah waktu dan tempatnya dirasa tepat,
barulah kita bisa menyampaikan sebuah kebenaran yang walaupun pahit untuk
disampaikan.
Ini adalah pedoman dasar bagi kita dalam memenuhi kebutuhan hidup. Maka ketika
kita hendak membeli sesuatu, yang menjadi pertimbangan utama kita hendaknya
adalah segi manfaatnya. Karena banyak sekali sesuatu yang menarik hati kita namun
ternyata tak bermanfaat sama sekali bagi kita.
Maksud dari Mahfuzhat ini adalah bahwa kita hendaklah menjauhi Ifrath (Terlalu
berlebihan) dan Tafrith (Terlalu kurang) dalam setiap hal. Misalnya, berlebihan
dalam beribadah sampai mengabaikan hak-hak tubuh untuk beristirahat bukanlah
hal baik, demikian pula terlalu meremehkan ibadah juga bukanlah hal yang baik.
Ingatlah hadits Nabi SAW yang menceritakan tentang salah seorang sahabat yang
menyebutkan bahwa ia semalaman tidak akan tidur demi sholat Sunnah, yang lainnya
berkata dia akan selalu berpuasa tiap hari, sementara sahabat yang lain mengatakan
bahwa ia akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah.
Ternyata komentar Rasulullah SAW atas perkataan mereka ketika itu adalah:
“Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa
kepada-Nya, akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan aku pun tidur,
dan aku menikahi wanita. Siapa yang membenci sunnahku, maka dia bukan termasuk
golonganku”. (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Artinya kita harus seimbang dalam segala hal, tidak terlalu berlebihan, dan tidak
pula terlalu kurang atau meremehkan.
Tiap-tiap tempat ada kata-katanya yang tepat, dan pada setiap kata ada
tempatnya yang tepat.
Dalam bertutur kata, ada seni yang harus kita perhatikan. Selain memastikan bahwa
apa yang kita ucapkan itu adalah sesuatu yang benar, kita juga harus memastikan
bahwa perkataan itu juga disampaikan di tempat dan waktu yang tepat.
Apabila engkau tidak malu, maka berbuatlah sekehendakmu (apa yang engkau
kehendaki).
Mahfuzhat ini diambil dari Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
dengan redaksi lengkap sebagai berikut:
Selain itu, makna yang terkandung adalah bahwa rasa malu adalah sebagian dari hal
yang disepakati sejak masa Nabi terdahulu hingga masa Rasulullah SAW. Karena itu,
dalam hadis Nabi yang lain disebutkan juga bahwasanya malu adalah salah satu
cabang dari Iman.
Namun perlu diperhatikan juga bahwa rasa malu ini hendaknya tidak menghalangi
kita untuk melakukan hal yang benar, karena di dalam Al-Quran Allah SWT
berfirman, yang artinya: “ Dan Allah tidak malu dari kebenaran “ (Al-Ahzab : 53).
Bukanlah cela itu bagi orang yang miskin, tapi cela itu terletak pada orang yang
kikir.
Iya, kefakiran bukanlah hal yang tercela sepanjang orang itu berusaha untuk
mendapatkan rezeki yang halal, karena memang tiap orang sudah ditentukan nasib
dan rezekinya oleh Allah SWT.
Adapun kebakhilan atau kekikiran, maka ia adalah perilaku yang amat tercela, bukan
hanya dibenci oleh Allah, namun juga dibenci oleh manusia.
Bukanlah anak yatim itu yang telah meninggal orang tuanya, tapi (sebenarnya)
yatim itu adalah yatim ilmu dan budi pekerti.
Maksudnya adalah bahwa orang yang yatim (tidak memiliki) ilmu dan budi pekerti itu
sebenarnya nasibnya lebih menyedihkan dari orang yang kehilangan orang tuanya.
Sebab kehilangan orang tua, walaupun ia adalah hal yang sangat menyedihkan namun
ia bukanlah sesuatu yang aib. Adapun kehilangan ilmu dan budi pekerti, maka ia
adalah hal yang sangat menyedihkan, sekaligus sebuah aib yang harus segera
dibenahi.
Setiap pekerjaan itu ada balasannya, dan setiap perkataan itu ada jawabannya.
Artinya tidak ada hal yang sia-sia, semua yang kita lakukan, baik berupa pekerjaan
maupun berupa perkataan pasti akan mendapat ganjaran. Adapun makna yang lain
dari Mahfuzhat di atas adalah tak ada pertanyaan yang tak memiliki jawaban, dan
tak ada masalah yang tak punya solusi.
Dan selalu pergaulilah orang-orang dengan apa-apa yang engkau sukai daripada
mereka.
Contoh nyatanya adalah: jika kita ingin dihormati, maka hormatilah orang lain. Jika
kita tak suka dicandai berlebihan, maka janganlah bercanda berlebihan dengan
orang lain, dan seterusnya.
58. ُف َقدْ َره ْ َه َل َك
ْ ام ُرٌؤ َل ْم َي ْع ِر
Seorang pelajar yang terus bermain-main dan berleha-leha padahal ia tahu bahwa ia
akan segera menghadapi sebuah ujian akhir, adalah contoh dari orang yang “tidak
mengetahui kadar dirinya”. Artinya ia tidak tahu bahwa dirinya masih bodoh dan
perlu belajar.
Dalam hidup ini, kita harus selalu bermuhasabah diri, introspeksi diri, dan mengenal
kelebihan dan kekurangan diri kita. Kita harus selalu membekali diri kita dengan apa
yang kita butuhkan di kemudian hari. Jika tidak, maka kita tidak akan mampu
bertahan menghadapi tantangan-tantangan yang terkadang datang tiba-tiba di
kemudian hari.
Biasanya, orang yang melakukan sebuah kebohongan akan berusaha untuk menutupi
kebohongan itu, dan tak jarang jalan yang ditempuh adalah dengan menutup
kebohongan itu dengan kebohongan-kebohongan yang lainnya. Sehingga satu
kesalahan itu pun membuahkan kesalahan-kesalahan baru sehingga ia pun menjadi
sebuah dosa yang besar.
‘Siapa yang menzalimi seseorang dalam hal sejengkal tanah, pada hari kiamat kelak
ia akan dikalungi tujuh bumi.‘ (HR Al-Bukhari dan Muslim).”
Naudzubillah min dzalik, semoga kita semua terhindar dari kezaliman orang lain dan
juga terhindar dari berbuat kezaliman terhadap orang lain. Aamiin Yaa Rabb.
Kata pepatah Inggris: “Don’t judge a book by its cover”, maksudnya janganlah kita
menilai sebuah buku hanya dengan melihat covernya saja.
Demikian pula dengan hubungan kita sesama manusia, kita sering kali menilai orang
hanya dari penampilan luarnya saja. Kita lupa bahwa keindahan yang ada di dalam diri
seseorang yaitu keindahan yang dihasilkan oleh adanya ilmu dan perangai yang baik
itu jauh lebih berharga dari keindahan lahiriah yang akan pudar seiring berjalannya
waktu.
Adapun sisi lain yang dapat kita tarik dari Mahfuzhat ini adalah bahwasanya ilmu
juga harusnya disertai dengan budi pekerti yang baik.
Artinya ilmu yang banyak namun tak diiringi dengan adanya budi pekerti yang baik
itu laksana pohon tak berbuah.
62. س َر
َّ سا َف ُت َك َ اَل َت ُكنْ َر ْط ًبا َف ُت ْع
ِ ص َر َواَل َي
ً اب
Janganlah engkau bersikap lemah sehingga engkau akan diperas, dan janganlah
pula bersikap keras, sehingga engkau akan dipatahkan.
Maksud dari Mahfuzhat ini adalah kita harus seimbang dalam segala urusan, kita
harus menghindari Ifrath (berlebihan) dan Tafrith (terlalu kurang).
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering melihat ada orang yang terlalu kasar
sehingga dimusuhi banyak orang, namun ada pula orang yang terlalu “lembek”
sehingga malah menjadi objek Bullying ataupun dipermainkan oleh orang-orang di
sekitarnya. Karena itu dalam Mahfuzhat lain juga dikatakan “Sebaik-baik perkara
adalah pertengahannya”.
“Tolonglah saudaramu baik ketika ia sedang berbuat zalim maupun ketika ia sedang
dizalimi”.
“Ya Rasulallah, aku paham bahwa orang yang dizalimi harus aku tolong, namun
bagaimana dengan menolong orang yang berbuat zalim?”
“Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya itulah bentuk pertolongan
baginya”. (Muttafaq ‘Alaih)
64. اج ِت َها ٌد َود ِْر َه ٌم ْ ص َو ٍ سُأ ْن ِب ْي َك َعنْ َت ْفصِ ْيلِ َها ِب َب َي
ٌ َذ َكا ٌء َوح ِْر:ان َ َأخِي َلنْ َت َنال َ ال ِع ْل َم ِإالَّ ِبسِ َّت ٍة
ٍ ص ْح َب ُة ُأ ْس َتا ٍذ َو ُط ْول ُ َز َم
ان ُ َو
Saudaraku! Kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara,
akan aku beritahukan perinciannya dengan jelas :
1). Kecerdasan
2). Ketamakan (terhadap ilmu)
3). Kesungguhan
4). Harta benda (bekal)
5). Mempergauli guru (bermuamalah dengan baik)
6). Waktu yang panjang
Maksudnya adalah sering kali sesuatu itu terlihat sulit sebelum ia dikerjakan,
padahal ketika sudah dilakukan ia akan menjadi mudah.
Misalnya ada seseorang yang ingin membangun sebuah usaha, dalam pikirannya usaha
yang akan ia bangun tersebut adalah sebuah usaha yang sangat sulit dijalankan,
butuh banyak biaya, persaingan ketat, dan lain sebagainya.
Namun ternyata setelah dijalani, ia pun merasa bahwa ternyata usaha tersebut
tidaklah sesulit yang ia bayangkan dulu.
Di sini lah letak kuncinya, bahwa di dalam sebuah pergerakan itu ada berkah:
Pelajaran yang dapat kita ambil adalah bahwa menuntut ilmu itu adalah sebuah
kewajiban bagi kita, karena itu kita dianjurkan untuk berkelana mencari ilmu
walaupun sampai ke tempat yang jauh.
Dulu, Imam Bukhari bahkan pernah melakukan perjalanan dari kota Bukhara di Asia
tengah hingga ke Baghdad yang berjarak sekitar 2000 km, hanya untuk mengecek
kesahihan sebuah hadis.
Demikianlah semangat para ulama terdahulu dalam mencari ilmu yang hendaknya
menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus bersemangat dalam menuntut ilmu.
Kalimat ini bukanlah sebuah hadis, namun maknanya mirip dengan sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi:
Thuhuur itu mencakup kebersihan secara Hissi (Kebersihan yang dapat diperhatikan
oleh indra), dan juga kebersihan secara Maknawi (kebersihan jiwa). Sedangkan
Nazhaafah sendiri hanyalah mencakup kebersihan secara Hissi saja (kebersihan
lahiriyah).
Karena itulah, semua hal yang suci itu pasti bersih, namun tidak semua hal yang
bersih itu suci.
Yang pertama: Bahwa sebuah permintaan tolong yang membutuhkan usaha yang
besar untuk menunaikannya pasti hanya akan mendapatkan segelintir orang yang
bersedia untuk membantu. Karena memang tidak banyak orang yang bisa membantu.
Ini adalah normal dan tidak ada yang salah dengan hal ini.
Kedua: adapun arti lain dari kalimat ini adalah bahwa orang yang terlalu sering
meminta bantuan orang lain (menjadikan itu sebagai kebiasaan), lambat laun akan
kesulitan menemukan orang yang bersedia menolongnya.
Misalnya ada seseorang yang sangat manja sehingga apa pun keperluannya selalu
minta tolong kepada orang lain (sebenarnya ia mampu untuk melakukannya sendiri),
maka orang seperti ini lambat laun tak akan dihiraukan oleh masyarakat, sehingga
tatkala ia benar-benar membutuhkan pertolongan, orang-orang akan enggan untuk
menolongnya lantaran sikapnya yang terlalu gampang untuk meminta tolong.
Terkait hal ini, Rasulullah SAW adalah contoh teladan, beliau selalu mengerjakan
sendiri segala keperluan beliau selama beliau mampu untuk mengerjakannya sendiri.
Maksudnya adalah ketika kita hendak melakukan sesuatu, kita hendaknya selalu
memikirkan konsekuensi ataupun akibat dari perbuatan tersebut. Apakah ia akan
menjadi kebaikan ataukah keburukan bagi kita di kemudian hari.
Jangan sampai sesuatu yang akan kita lakukan tersebut hanya nampak indah di awal,
namun membawa penyesalan kepada kita di kemudian hari.