Makalah Pendidikan Agama Islam
Makalah Pendidikan Agama Islam
Makalah Pendidikan Agama Islam
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan
kita kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Penciptaan
Manusia dalam Perspektif Islam". Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memahami konsep penciptaan manusia dalam pandangan agama Islam
berdasarkan sumber-sumber utama, yaitu Al-Qur'an dan Hadis.
Dalam Islam, penciptaan manusia tidak hanya dipandang sebagai proses
fisik, melainkan juga mencakup dimensi spiritual, moral, dan tujuan hidup
manusia sebagai khalifah di muka bumi. Makalah ini akan membahas
bagaimana Al-Qur'an menggambarkan asal usul penciptaan manusia, proses
pembentukannya, serta tugas dan tanggung jawab manusia di dunia sesuai
dengan kehendak Allah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan di
masa mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
mendalam tentang penciptaan manusia dalam perspektif Islam dan
bermanfaat bagi para pembaca yang ingin mendalami ilmu agama.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penulisan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar…………………………………………………………………………… I
2. BAB I : Pendahuluan…………………………………………………………………… 1
2.1 .Latar Belakang…………………………………………………………………………. 1
2.2 .Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 1
2.3. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………… 2
3 BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………………… 3
3.1 Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Quran………………………….. 3
3.2 Penciptaan Manusia dari Tanah serta Potensi Kesombongan……… 4
4 Bab III PENUTUP…………………………………………………………………………. 8
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………. 8
5 Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….. 9
BAB I
2. PENDAHULUAN
iii
2.3) Tujuan Penulisan:
1. Menjelaskan konsep penciptaan manusia menurut Al-Qur'an dan Hadis.
2. Menggambarkan hakikat penciptaan manusia dari sudut pandang Islam,
yang mencakup dimensi fisik dan spiritual.
3. Menganalisis kedudukan manusia sebagai khalifah di bumi dan
hubungannya dengan tanggung jawab yang diberikan Allah SWT.
4. Memberikan pemahaman tentang implikasi penciptaan manusia dalam
kehidupan sehari-hari, terutama dalam menjalankan tugas sebagai
khalifah dan menghindari sifat sombong.
BAB II
3. PEMBAHASAN
3.1) Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur'an
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan akal, hati, dan rupa yang paling
baik. Proses penciptaan manusia dalam Al-Qur'an tercantum dalam surat Al-
Mu'minun ayat 12-14.
Bunyi dalil tentang proses penciptaan manusia tersebut di antaranya sebagai
berikut :
.
v
air mani yang hina kemudian terbentuklah manusia yang berakal dan memiliki
hati.
Selain itu, manusia pun diciptakan lewat pencampuran sel sperma dan sel telur
dari sepasang. Hal ini berkaitan dengan penjabaran sains dan disebutkan juga
dalam hadits Musnad Ahmad.
Hadits tersebut bersumber dari Husain ibn al- Hasan yang telah menceritakan
kepada kami Abu Kudainah dari Ata ibn as-Sa'ib dari al-Qasim ibn
Abdurrahman dari Ayahnya dari Abdullah. Kemudian ia berkata,
"Seorang Yahudi lewat di depan Rasulullah SAW. yang saat itu sedang
berbincang dengan para sahabatnya. Lalu orang-orang Quraisy berkata, "Hai
Yahudi, orang ini mengaku sebagai Nabi!" Yahudi itu pun berkata, "Sungguh,
aku akan menanyakan sesuatu padanya, yang tidak diketahui kecuali oleh
seorang Nabi."Yahudi itu lalu menghampiri beliau dan duduk di dekatnya
seraya bertanya, "Wahai Muhammad, dari apa manusia diciptakan?"
Nabi lalu menjawab," Wahai Yahudi, setiap manusia itu diciptakan dari nutfah
(air mani) seorang lelaki dan nutfah seorang wanita. Nutfah laki-laki sifatnya
lebih keras dan nantinya dia akan berubah menjadi tulang dan urat saraf.
Adapun nutfah wanita sifatnya lebih halus dan nantinya dia akan membentuk
daging dan darah." Orang Yahudi itu lalu berdiri dan berkata, "Beginilah yang
dikatakan nabi-nabi sebelummu."
( Asal artikel: detikhikmah/ Minggu, 15 Jan 2023 )
Allah menciptakan manusia dari unsur tanah. Dalam salah satu hadist
disebutkan “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari gumpalan tanah yang
diambil dari seluruh tempat yang ada di bumi”. Jika Allah menghendaki bisa
saja manusia diciptakan dari unsur yang lain. Tentu sangatlah mudah bagi
Allah. Bisa saja diciptakan manusia dari unsur cahaya seperti malaikat atau dari
api seperti bangsa iblis atau dari unsur lain seperti emas, perak, tembaga atau
dari bahan plastik biar sangat lentur dan panjang umur seribu tahun atau bisa
saja dari unsur yang belum pernah kita tahu manusia, tentu Allah yang maha
kuasa sangat mampu. Tetapi justru manusia diciptakan dari tanah yang kita
pijak setiap saat. Menurut pemahaman keislaman kita tidaklah mungkin Allah
ciptakan manusia berasal dari unsur tanah tanpa maksud dan rahasia tertentu,
luar biasanya Allah menyebut penciptaan ini adalah sebaik-baik ciptaan (Al
Quran surat at-Tin : 4).
Hadis yang disebutkan di atas sinkron dengan temuan penelitian bahwa
unsur-unsur yang terdapat pada tubuh manusia juga terdapat di dalam tanah.
Tubuh manusia terdiri atas air (kadarnya antara 54-70%), lemak (14-26%),
protein (11-17%), karbohidrat (10%), dan unsur-unsur anorganik (5-6%). Jika
kandungan itu diurai ke dalam unsur-unsur dasarnya maka akan didapat hasil
bahwa tubuh manusia terdiri atas oksigen (65%), karbon (18%), hydrogen
(10%), nitrogen (3%), kalsium (1,40%), fosfor (0,70%), sulfur (0,20%), potassium
(0,18%), sodium (0,10%), klor (0,10%), magnesium (0,054%), dan beberapa
unsur lain (0,014%), seperti yodium, fluor, brom, besi, tembaga, mangan, seng,
krom, kobalt, nikel, molihdenum, vanadium, silicon, dan aluminium. Unsur-
unsur kimia yang dikandung tanah tidak berbeda dengan unsur-unsur kimia
yang terdapat pada tubuh manusia. Sesuai dengan teks Al-Quran surah al
Mukminun ayat 12 menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari sari pati
tanah (Al Quran surah almukminun: 12). Tubuh manusia secara jasmaniah oleh
Quran sendiri dikatakan lemah (Quran surat an-Nisa ayat 28) terbukti bahwa
tubuh yang terbungkus oleh daging sangat rentan kepada alam sekitarnya,
mudah sakit, kotor, sesudah mati mudah sekali membusuk.
Patut direnungkan bahwa selama 34 kali di dalam sholat wajib sehari
semalam kepala bagian tubuh paling mulia di tubuh manusia harus
“menyungkurkan diri” dengan bersujud ke atas tanah tempat asal muasal
kejadiannya, belum termasuk sholat-sholat sunnah. Semua ini pasti
mengandung pelajaran untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Pasti ada
rahasia tertentu mengapa ibadah yang diberikan kepada manusia lebih banyak
gerakan meletakkan kepala yang dimuliakan kepada tanah yang menjadi asal
usul kejadiannya tempatnya berpijak kemanapun. Jawaban yang sering kita
dengan adalah sebagai perwujudan kehambaan kita kepada sang Khalik. Tetapi
secara hakiki semua ibadah apapun Allah tidak memerlukannya karena Allah
maha sempurna dan tidak bergantung kepada apapun termasuk sujudnya
manusia. Jadi sebenarnya pelajaran yang terbaik dari sujud itu sendiri adalah
untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.
vii
Kalau kita feedback bahwa ketika manusia diciptakan malaikat sedikit
“protes” kepada Allah taala sementara iblis bukan hanya protes tapi
membangkang tidak mau sujud kepada manusia meski dia harus terdepak dari
surga akibat kesombongan dan keangkuhannya atau sikap takabbur dalam
bahasa syariat. Perbuatan iblis hanya karena kesombongan asal kejadiannya yg
terbuat dari api. Tetapi benarkah iblis paling sombong dan paling dholim.
Jawabannya tentu tidak. Sesombong sombongnya iblis tidak ada yang sampai
memaklumatkan dirinya sebagai tuhan seperti Raja Firaun, sifat sombong
karena kekayaannya seperti Qarun. Iblis hanya tergelincir menjadi durhaka
karena sombong pada asal kejadiannya yang dianggapnya lebih mulia dari
pada manusia.
Rahasia sesungguhnya penciptaan manusia dari tanah, tempat kematian
ke tanah, sujudpun ke tanah, sesungguhnya memang Allah yang maha tahu
Tetapi dari ayat ayatNya dapat diketahui bahwa manusia punya watak untuk
menyombongkan diri yang luar biasa, semua menjadi bahan kesombongan,
sombong karena harta, keturunan, pangkat jabatan dan sering berlaku dholim
atau melampaui batas. Jika kebaikan yang diperolehnya manusia sangat bakhil
dan jika keburukan yang didapat manusia selalu berkeluh kesah.
Tabiat kesombongan dan keangkuhan manusia telah ada sejak ketika
Allah menawarkan kepada semua makhluk yang ada untuk memegang amanah
menjalankan syariat namun tidak satupun yg sanggup memegang amanah ini,
kecuali manusia. Bumi, langit, gunung-gunung semua tak sanggup mengemban
amanah kholifah fil ardh, sebagaimana firman Allah surah al Ahzab 72 “
sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu dholim dan amat bodoh”. Potensi
kesombongan yang bernaung di dalam diri manusia tersebut sejalan dengan
hakikat diri manusia yang tercipta dari tanah, perintah untuk bersujud ke tanah
dan jika mati dikembalikan ke tanah agar manusia senantiasa sadar dia
tercipta dari tanah dan sari pati tanah yang hina. Dengan begitu potensi
tersebut tidak berkembang menjadi jadi. Itu juga belum cukup menyelamatkan
manusia dari sikap kesombongannya kecuali senantiasa memohon
perlindungan dan hidayah Allah.
Dalam salah satu hadist qudsi disebutkan “Allah berfirman sifat
sombong itu selendangKu dan keagungan itu pakaianKu. Barangsiapa
menentangKu dari keduanya maka Aku akan masukkan ia ke neraka jahannam
(HR. Muslim, Abu Dawud dan Ahmad). Dari hadist tersebut dapat dipahami
demikian sangat benci dan murkanya Allah kepada sifat sombong yang ada
pada diri manusia. Oleh karena itu sangat korelatif sekali antara potensi
kesombongan manusia dan hakikat penciptaan manusia dari tanah, sujud ke
tanah dan kembali ke tanah agar manusia bisa dapat meredam potensi
kesombongan tadi selamanya. Utamanya di saat bulan Ramadhan karena
kwantitas mensujudkan diri kepada tanah tempat asal muasalnya diciptakan
lebih di banding bulan-bulan yang lain.
Sebaliknya dibalik potensi kesombongan keangkuhan manusia tersebut
manusia adalah makhluk paling mulia dengan kesempurnaan akal dan kalbu
serta fitrah kesucian yang mampu mengakomodirdan mengantisipasi semua
gejolak dan amarah nafsu yang dapat mengangkatnya mencapai derajat mulia
dari semua makhluk ciptaan Allah. Para Rasul, anbiya, waliyullah, orang
beriman yang soleh dan syuhada adalah manusia pilihan yang mengalahkan
kemulian makhluk Allah yang lain. Rosul Muhammad sebagai manusia telah
mendapatkan posisi puncak sebagai kekasih Allah (khabibullah) bukannya
malaikat yang tugasnya hanya beribadah saja. Demikian semoga Ramadhan
dapat menempa diri kita menjadi orang yang berakhlakul karimah jauh dari
sikap sombong karena kita hanyalah tercipta dari saripati tanah atau air yang
hina. Subhanallah wallahu a’lam.
ix
BAB III
4. PENUTUP
4.1) Kesimpulan
Penciptaan manusia dalam perspektif Islam memberikan gambaran yang
mendalam tentang asal-usul manusia, proses penciptaannya, serta tujuan
hidup yang harus dijalani. Dalam Al-Qur'an, manusia disebut diciptakan dari
tanah, kemudian diberi ruh oleh Allah, yang menandakan bahwa manusia tidak
hanya makhluk fisik tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang menjadikannya
berbeda dari makhluk lain.
Dalam pandangan Islam, manusia diberi amanah sebagai khalifah di bumi,
dengan tugas menjaga, memelihara, dan memakmurkan alam sesuai dengan
syariat Allah. Sebagai makhluk yang berakal dan memiliki hati, manusia harus
bertanggung jawab atas tindakannya, baik kepada sesama maupun kepada
alam, dengan berlandaskan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.
Kesadaran akan asal-usul penciptaan dari tanah juga mengingatkan manusia
akan hakikat kerendahannya di hadapan Allah dan pentingnya menjauhi sifat
sombong dan angkuh. Pada akhirnya, tujuan hidup manusia adalah untuk
beribadah kepada Allah, menjalani hidup sesuai perintah-Nya, serta
mempersiapkan diri menuju kehidupan abadi di akhirat.
Dengan memahami penciptaan manusia dari perspektif Islam, kita diajak untuk
merenungkan hakikat hidup, tugas sebagai hamba dan khalifah Allah, serta
bagaimana menjalani kehidupan dunia dengan penuh kesadaran akan
tanggung jawab spiritual yang kita emban.
5. DAFTAR PUSTAKA
● Al-Qur'an, Surah Al-Mu'minun ayat 12-14.
● Al-Qur'an, Surah At-Tin ayat 4.
● Al-Qur'an, Surah An-Nisa ayat 28.
● Al-Qur'an, Surah Al-Ahzab ayat 72.
● La Ode, Ilman Tobroni, Ishomudin, Khozin. Literasi Al-Qur'an di Sekolah
Negeri.
● Hadis Qudsi (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad).
● Zulkarnain, Drs. M.H./KMS. Langsa. Rahasia Penciptaan Manusia dari
Tanah.
xi