Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

17d10115 Zesika Indah Pertiwi Walangadi B

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 97

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DENGAN SUBARACHNOID
BLOCK DI RSU NEGARA

ZESIKA INDAH PERTIWI WALANGADI

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DENGAN SUBARACHNOID
BLOCK DI RSU NEGARA

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar D-IV Keperawatan Anestesiologi


(S.Tr.Kes) Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

Diajukan Oleh :
ZESIKA INDAH PERTIWI WALANGADI
NIM. 17D10115

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021

ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat


Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan Subarachnoid Block di RSU Negara”,
telah mendapatkan persetujuan pembimbing dan disetujui untuk diajukan ke
hadapan Tim Penguji Sripsi pada Program Studi D-IV Keperawatan Anestesiologi
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali.

Denpasar, 04 Desember 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Made Rismawan, S.Kep., MNS Ns. Ni Wayan Kesari Dharmapatni, S.Kep.,MNS
NIDN. 0820018101 NIR. 15118

iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Studi D IV
Keperawatan Anestesiologi Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali pada Tanggal
15 Juni 2021

Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Rektor ITEKES Bali

Nomor : DL.02.02.1820.TU.IX.20

Ketua : Ns. NLP Dina Susanti, S.Kep.,M.Kep

NIDN. 0808117701

Anggota :

1. Ns. Made Rismawan, S.Kep.,MNS


NIDN. 0820018101

2. Ns. Ni Wayan Kesari Dharmapatni, S.Kep.,MNS


NIR. 15118

iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat


Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan Subarachnoid Block di RSU Negara”,
telah disajikan di depan dewan penguji pada tanggal 15 Juni 2021 telah
diterima serta disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi dan Rektor Institut
Teknologi Dan Kesehatan Bali.
Denpasar, 10 Juni 2021
Disahkan oleh:
Dewan Penguji Skripsi

1. Ns. NLP Dina Susanti, S.Kep.,M.Kep


NIDN. 0808117701

2. Ns. Made Rismawan, S.Kep.,MNS


NIDN. 0820018101

3. Ns. Ni Wayan Kesari Dharmapatni, S.Kep.,MNS


NIR. 15118
Mengetahui

Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali Program Studi D IV Keperawatan


Rektor, Anestesiologi
Ketua,

I Gede Putu Darma Suyasa., S.Kp., M.Ng.,Ph.D dr. Agus Shuarsedana, Sp.An
NIDN. 0823067802 NIR. 17131

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Terapan Keperawatan Anestesiologi di Intitut Teknologi dan Kesehatan Bali.
Terlaksananya penelitian dan selesainya penulisan skripsi ini adalah berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, dalam kesempatan inii saya
mengucapkan terima kasih yang terbesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada
:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D selaku Rektor
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan
kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Ni Luh Dina Susanti, S.Kep., M.Kep selaku Wakil Rektor I Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor II
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan
kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas
Kesehatan yang memberikan dukungan kepada penulis.
5. Bapak dr. Agus Shuarsedana, Sp.An. selaku Ketua Program Studi D-IV
Keperawatan Anestesiologi yang memberikan dukungan moral dan
perhatian kepada penulis.
6. Bapak Ns. Made Rismawan, S.Kep., MNS selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Ns. Ni Wayan Kesari Dharmapatni, S.Kep.,MNS selaku pembimbing
II yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Bapak I Gede Galang Surya Pradnyana, S.Pd.,M.Pd selaku wali kelas yang
selalu memberikan motivasi dan dukungan moral kepada penulis

vi
9. Seluruh keluarga Marlina Razak (Ibu), Hermanto Walangadi (Ayah),
Rizkyanto Walangadi (Kakak), Anisa Walangadi (Adik) dan Nayla Putri
Aisyah (Adik) yang telah banyak memberikan dukungan serta dorongan
moral dan materil hingga selesainya skripsi ini.
10. Kepada teman-teman penulis (Dita Rahma, Muliani Dewi, Intan Ayu,
Dysa Immanuella, Odhe Sintya, Mutia Fatikha, Nofia Candra, Rafael, Dea
Agasha, Rion Bagista) yang selalu membantu, memberi dukungan dan
memberikan semangat kepada penulis
11. Teman-teman yang jauh (Fanda Dude, Meity Nete, Jalna Detuage, Windi
Anggita, Yolan Pakona dan Tauhid Butolo) yang selalu memberikan
semangat dan dukungan dari jauh.
12. Teman-Teman angkatan 2017 yang berjuang bersama-sama dan saling
memberikan bantuan serta dukungan
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis sadar skripsi ini jauh dari sempurna,
tetapi penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 04 Desember 2020

Penulis

vii
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi dengan Subarachnoid Block Di RSU Negara

Zesika Indah Pertiwi Walangadi


Fakultas Kesehatan
Program Studi D IV Keperawatan Anestesiologi
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali
Email: zesikawalngadi17@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Kecemasan merupakan respon fisiologi dan psikologi terhadap


individu yang akan melakukan operasi, respon ini dapat menyebabkan penundaan
tindakan operasi. Untuk itu individu yang akan melakukan tindakan operasi dan
anestesi harus dipersiapkan, baik itu dukungan berupa informasi, motivasi,
instrumental dan emosional.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi dengan Subarachnoid Block di Rumah Sakit Umum
Negara.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain
penelitian potong lintang (Cross Sectional). Alat pengumpul data berupa
kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang akan menjalani
operasi dengan tindakan Subarachnoid Block di RSU Negara. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah
sampel penelitian 53. Analisa data menggunakan uji Pearson.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dukungan keluarga yang
didapatkan oleh pasien pre operasi tergolong tinggi dan baik dengan presentasi
yang sempurna yaitu 100%. Kemudian hasil dari tingkat kecemasan pasien pre
operasi menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan berat
50,9% dan penelitian ini juga menemukan bahwa tidak adanya hubungan yang
signifikan dengan nilai signifikansi 0,130 dengan tingkat korelasinya sangat
rendah.
Kesimpulan: Sebagian responden di Rumah Sakit Umum Negara memiliki
tingkat kecemasan yang tinggi dengan dukungan keluarga yang baik. Hal ini
disebabkan karena persepsi individu tentang operasinya sehingga ada dukungan
keluarga tidak dapat mempengaruhi kecemasan responden.

Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Kecemasan, Pre Operasi

viii
THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND ANXIETY
LEVELS OF PREOPERATIVE PATIENTS WITH SUBARACHNOID
BLOCK AT NEGARA GENERAL HOSPITAL

Zesika Indah Pertiwi Walangadi


Faculty of Health
Diploma IV Nursing Anesthesiology Program
Institute of Technology and Health Bali
Email: zesikawalngadi17@gmail.com

ABSTRACT

Background: Anxiety is a physiological and psychological response to


individuals who will perform surgery and this response can cause delays in
surgery. For this reason, individuals who will perform surgery and anesthesia
must be prepared. The preparation could be support in the form of information,
motivation, instrumental and emotional.
Aim: To determine the correlation between family support and anxiety levels of
preoperative patients with Subarachnoid Block at Negara General Hospital.
Method: This study was a quantitative descriptive study with a cross-sectional
design. There were 53 patients who underwent surgery with a subarachnoid block
recruited as the sample through total sampling technique. The data were collected
using a questionnaire and analyzed by using the Pearson test.
Finding: The finding indicated that the family support obtained by preoperative
patients was high and good with a perfect presentation of 100%. Then the result of
the anxiety level of preoperative patients showed that the majority of the
respondents experienced severe anxiety 50.9% and this study also found that there
was no significant correlation with a significance value of 0.130 with a very low
correlation level.
Conclusion: The majority of the respondents have a high level of anxiety with
good family support. This is due to the individual's perception of the operation; so
that, some family supports cannot affect the respondent's anxiety.

Keywords: Family Support, Anxiety, Preoperation

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DENGAN SPESIFIKASI................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................ iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN ........................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 7
A. Tinjauan Dukungan Keluarga ......................................................................... 7
B. Tinjauan Kecemasan ...................................................................................... 10
C. Tinjauan Operasi ............................................................................................ 17
D. Penelitian Terkait ........................................................................................... 23
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL
PENELITIAN .......................................................................................................... 28
A. Kerangka Konsep ........................................................................................... 28
B. Hipotesis ......................................................................................................... 29
C. Variabel Penelitian ......................................................................................... 30
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 32
A. Desain Penelitian ........................................................................................... 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 32
C. Populasi-Sampel-Sampling ........................................................................... 32
D. Pengumpulan Data ......................................................................................... 34
BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................... 45

x
A. Gambaran Umum Penelitian ......................................................................... 45
B. Karakteristik Responden ............................................................................... 46
C. Gambaran Dukungan Keluarga Pada Pasien Pre Operasi ........................... 47
D. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi..................................... 48
E. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi ................................................................................................................... 49
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 50
A. Dukungan Keluarga Pre Operasi .................................................................. 50
B. Tingkat Kecemasan Pre Operasi ................................................................... 51
C. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi ................................................................................................................... 52
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 54
BAB VII PENUTUP................................................................................................ 55
A. Kesimpulan..................................................................................................... 56
B. Saran ............................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Dukungan Keluarga ................................................................... 9

Tabel 2.2 Aturan Puasa ............................................................................................. 18

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan


Tingkat Kecemasan Pasien Pre Op Dengan Tindakan Subarachnoid Block ......... 32

Tabel 4.1 Pedoman Keeratan Hubungan ................................................................. 42

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden (n=53) ..... 46

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Pasien Pre


Operasi Dengan Tindakan Subarachnoid Block di RSU Negara ........................... 47

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien Pre


Operasi Dengan Tindakan Subarachnoid Block di RSU Negara ........................... 48

Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada


Pasien Pre Operasi Dengan Tindakan Subarachnoid Block di RSU Negara ......... 49

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan ................................................................ 12


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi dengan Subarachnoid Block .................. 28

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Instrumen Penelitian

Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5. Lembar Pernyataan Face Validity

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian Dari Rektor ITEKES Bali

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian Dari Badan Penanaman Modal Dan Perizinan
Provinsi Bali

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian Dari Badan Penanaman Modal Kabupaten


Jembrana

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian Rumah Sakit Umum Negara

Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian Dari Komite Etik

Lampiran 11. Penggunaan APD Di Kamar Operasi

Lampiran 12. Hasil Analisa Data

Lampiran 13. Lemabar Pernyataan Persetujuan Pelaksanaan Penelitian

xiv
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

GA : General Anestesi
RA : Regional Anestesi
LA : Lokal Anestesi
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
IBS : Instalasi Bedah Sentral
EKG : Elektrokardiogram
ASA : American Society of Anesthesiologis
PDPH : Post Dural Puncture Headache
APAIS : Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
ITEKES Bali : Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Ha : Hipotesis Alternatif

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecemasan merupakan suatu respon emosional, reaksi kebingungan


dan kekhawatiran terhadap suatu penyebab yang tidak jelas dan penilaian
intelektual yang berbahaya serta dapat mengancam. Kecemasan ini juga
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Stuart, 2008
dalam Taravella, 2019). Tindakan pembedahan selalu mendatangkan perasaan
takut dan cemas pada setiap orang yang akan menghadapinya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2017) didapatkan 80% dari semua pasien
yang akan menjalani operasi mengalami kecemasan, yang hasilnya
menunjukkan terdapat peran negatif dari stress berupa kecemasan, dalam
mempengaruhi kesehatan individu yang akan menjalani operasi.
Tingkat kecemasan pasien pre operasi mencapai 534 juta jiwa dan di
perkirakan angka terus meningkat setiap tahunnya (Organization, 2015).
Berdasarkan data WHO tahun 2007, Amerika Serikat menganalisis data dari
35.539 pasien operasi dirawat di unit perawatan intensif antara 10 Oktober
2003 sampai 30 September 2006, dari 8.922 pasien (25,1%) mengalami
kondisi kejiwaan dan 2.473 pasien (7%) mengalami kecemasan sebelum
operasi (WHO, 2007). Kemudian sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gea
(2014) di salah satu RS di Jakarta menemukan bahwa 70% pasien mengalami
kecemasan pre operasi.
Pada prosedur operasi tidak akan terlepas dari pemilihan tindakan jenis
anestesi yang akan dilakukan. Anestesi adalah usaha untuk menghilangkan
nyeri dengan teknik-teknik yang dipakai dalam tindakan operasi. Anestesi
dapat dilakukan dengan general anestesi (GA), regional anestesi (RA) salah
satunya spinal, dan lokal anestesi (LA). Anestesi spinal atau Block
subarakhnoid ialah blok regional yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan
obat anestetik local kedalam ruang subarachnoid melalui tindakan fungsi
lumbal. Teknik ini sederhana, cukup efektif, dan mudah dikerjakan (Mangku

1
2

& Senapathi, 2010). Sebuah penelitian yang dilakuakan oleh Siswatiningsih


(2018) di Instalasi Bedah Sentral menunjukan bahwa jumlah tindakan bedah
dengan anestesi spinal bulan Agustus 2018 sebanyak 203 pasien dan
meningkat pada bulan September 2018 sebanyak 235 pasien. Namun
tindakan pembedahan dengan teknik spinal anestesi dapat mendatangkan
ancaman tehadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang, selain itu juga dapat
menimbulkan kecemasan bagi pasien (Artini dkk, 2017).
Ada berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien
dalam menghadapi tindakan pembedahan yaitu takut nyeri setelah
pembedahan, takut terjadi perubahan fisik menjadi buruk rupa dan tidak
berfungsi mengalami kondisi yang sama, takut mengahadapi ruang operasi,
peralatan bedah dan petugas, takut mati saat dilakukan anastesi, dan takut
akan gagal (Perry dan Potter, 2005). Menurut Durand & Barlow dalam
Nurwulan (2017) terdapat tiga faktor yang berkontribusi terhadap kecemasan,
yaitu biologis, psikologis dan sosial. Menurut Apollo & Cahyadi (2012)
Bahwa sumber-sumber dukungan social adalah orang yang memiliki
hubungan yang berarti bagi individu. Seperti keluarga, teman dekat, pasangan
hidup, rekan kerja, saudara, teman-teman dan tetangga. Sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Melisa (2012) menemukan bahwa faktor eksternal yang
paling besar menyebabkan kecemasan adalah faktor dukungan sosial (14,2%).
Salah satu dukungan sosial diperoleh melalui dukungan keluarga.
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi
perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat–sakit) klien. Keluarga
merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan
kita. Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu
merupakan bagiannya dan keluarga juga dapat diekspresikan tanpa hambatan
yang berarti (Suprajitno, 2004 dalam Haqiki, 2013). Dukungan keluarga
merupakan faktor penting yang dibutuhkan seseorang dalam menghadapi
masalah dan suatu strategi koping yang sangat baik untuk mengurangi rasa
cemas yang berlebihan. Dukungan keluarga dan melibatkan orang terdekat
selama perawatan berpengaruh terhadap mental seseorang dan dapat
3

meminimalkan efek gangguan psikososial (Saryono, 2008 dalam Winda,


2014). Dukungan keluarga bisa diwujudkan dalam bentuk dukungan
emosional melalui rasa empati, dukungan penghargaan melalui dorongan
maju, dukungan instrumental melalui bantuan langsung baik harta maupun
benda, serta dukungan informatif melalui pemberian nasehat maupun
petunjuk. (Supartini, 2004 dalam Liandi, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haqiki (2013) menemukan
bahwa dari 32 orang responden terdapat 14 (7,9%) orang dengan dukungan
keluarga yang kurang mengalami kecemasan sedang, ada 14 (7,9%) orang
dengan dukungan keluarga yang baik mengalami kecemasan ringan dan
terdapat 4 (12,3%) orang mengalami kecemasan sedang. Berdasarkan hasil
literature review, ditemukan bahwa beberapa penelitian menunjukan adanya
hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre
operasi (Haqiki, 2013; Kurniawan, 2016; Nurwulan, 2017). Namun beberapa
penelitian lain menemukan hasil sebalikya bahwa tidak ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi (Winda,
2014; Liandi, 2011). Dari hasil penelitian ini bisa kita dapatkan bahwa masih
ada hasil penelitian yang tidak konsisten atau inkonsistensi penelitian
sebelumnya dan juga kejadian kecemasan pasien pre operasi masih sering
terjadi. Salah satu factor yang mempengaruhi kecemasan yaitu berupa
dukungan social seperti keluarga, untuk itu dukungan keluarga sangat
berpengaruh pada pasien yang akan menjalani operasi, Semakin baik
dukungan yang diberikan oleh keluarga maka kecemasan pasien pre operatif
akan berkurang.
Berdasarkan data dan laporan dari RSU Negara yang saya dapatkan
bahwa kejadian kecemasan masih sering terjadi di RSU Negara. Oleh karena
itu peneliti melakukan penelitian di rumah sakit yang bersangkutan untuk
melihat apakah dukungan keluarga memiliki hubungan dengan kejadian
kecemasan di RSU Negara. Pemilihan tempat ini dikarenakan di Rumah Sakit
ini belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga
4

dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi, selain itu juga karena kejadian
kecemasan masih ditemukan di Rumah Sakit ini.
Dari pernyataan diatas bisa kita liat bahwa tingkat kecemasan pasien
pre operasi memiliki keterkaitan dengan dukungan dari keluarga. Dampak
yang bisa ditimbulkan dari kecemasan pre operasi diantaranya saat kondisi
cemas vital sign pasien akan mengalami gangguan khususnya pada tekanan
darah yang mengalami peningkatan, dada sesak, serta emosi tidak stabil
(Efendy, 2008 dalam Gea, 2014). Akibat dari kecemasan pasien pre operasi
yang sangat hebat maka ada kemungkinan operasi tidak bisa dilaksanakan,
karena pada pasien yang mengalami kecemasan sebelum operasi akan muncul
kelainan seperti tekanan darah yang meningkat sehingga apabila tetap
dilakukan operasi akan mengakibatkan kesulitan dan bahkan setelah operasi
pun akan mengganggu proses penyembuhan.
Respon kecemasan sering muncul pada klien yang akan menjalani
operasi (fase pre operasi) dikarenakan fase pre operasi merupakan pengalaman
baru bagi klien yang akan menjalani operasi. Kecemasan klien pre operasi
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah dukungan social
khususnya dukungan keluarga. Salah satu sikap perawat dalam menangani
kecemasan pasien pre operasi yaitu dengan pemberian premedikasi untuk
mengurangi kecemasan pasien dan mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas
dalam untuk mengatasi kecemasannya. Berdasarkan penelitian Riniasih (2015)
rata- rata tingkat kecemasan responden sebelum diberikan terapi nafas dalam
32,11 dan sesudah di berikan terapi nafas dalam menjadi 20,83 yang artinya
pemberian terapi nafas dalam terbukti efektive dalam penurunan tingkat
kecemasan pasien.
Sesuai penjelasan dan data yang ditemukan diatas masih ada kasus
kecemasan pada pre operasi, peningkatan tingkat kecemasan dan penelitian
yang tidak konsisten. Jika hal ini tidak ditanggulangi akan menghambat dan
mengganggu jalannya operasi, oleh karena itu peran keluarga merupakan salah
satu factor yang berpengaruh dalam menanggulangi kecemasan pasien,
sehingga peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Hubungan Antara
5

Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan


Subarachnoid Block di Ruang IBS RSU Negara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang


dapat diambil yaitu “Apakah Ada Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan Subarachnoid Block
di Ruang IBS RSU Negara”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan Subarachnoid Block.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Dukungan Keluarga Pada Pasien Pre Operasi
b. Mengidentifikasi Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi
c. Menganalisis Adanya Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
kemajuan di bidang Kesehatan khususnya dalam ilmu keperawatan dan
juga bisa di jadikan acuan bagi peneliti selanjutnya terutama penelitian
tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pre
operasi pada pasien dengan tindakan subarachnoid block.
6

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai bahan pertimbangan bagi petugas kesehatan dalam
menekankan kepada keluarga untuk menekankan pentingnya dukungan
keluarga pada pasien yang akan menjalani operasi.
b. Bagi Keluarga
Memberikan masukan dan menanamkan pada keluarga tentang
manfaat dukungan keluarga yang dapat mengurangi kecemasan pasien
sebelum operasi.
c. Bagi Instansi Kesehatan
Menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan bisa dijadikan sebagai
gambaran mata kuliah untuk dukungan social salah satunya dukungan
keluarga sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan pasien
operasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Dukungan Keluarga

1. Pengertian
Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap
anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan.
2. Bentuk atau Fungsi Dukungan Keluarga
Menurut Harnilawati (2013) keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan
yaitu :
a. Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk
memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan
strategi koping yang dapat digunakan dalam mengahadapi stressor.
Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi
penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai
seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi
melalui ekspresi pengharapan positif individu kepada individu lain,
penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang
dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang
yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu
meningkatkan strategi koping individu dengan startegi-strategi
alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek
yang positif.

7
8

b. Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata
(Instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda
atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk
didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau
meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan
pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit
ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan
masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan
mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai
sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.
c. Dukungan Informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung
jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari maslah,
memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa
yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi
dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan
tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Individu yang
mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan
masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed
back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun
informasi dan pemberian informasi.
d. Dukungan Emosional
Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara
emosiaonal, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi
mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai.
Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa
dicintai, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.
9

3. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga


Menurut Friedman (2010) ada beberapa factor yang mempengaruhi
dukungan keluarga yaitu :
a. Keluarga Besar dan Keluarga Kecil
Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak
perhtian daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih
b. Usia Orang Tua (Ibu)
Ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau
mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris di bandingkan
ibu-ibu yang lebih tua.
c. Kelas Ekonomi Orang Tua
Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih
demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas
bawah, hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi.
d. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi
dukungan yang diberikan pada keluarga yang sakit.
4. Instrumen Dukungan Keluarga
Menurut Arikunto (2011) dalam Nurwulan (2017), untuk mengungkap
variable dukungan keluarga, menggunakan skala dukungan keluarga yang
diadaptasi dan dikembangkan dari teori House. Aspek-aspek yang
digunakan untuk mengukur dukungan keluarga adalah dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan
informatif.
Tabel 2.1 Indikator Dukungan Keluarga
No Indikator
1. Dukungan Emosional
2. Dukungan Penghargaan
3. Dukungan Instrumental
4. Dukungan Informatif
10

Pada pengisian skala ini, sampel diminta untuk menjawab pertanyaan yang
ada dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban
yang tersedia. Instrumen ini menggunakan model likert yang terdiri dari 4
alternatif jawaban yaitu : 1 : Tidak Pernah, 2 : Kadang-Kadang, 3 : Sering,
4 : Selalu.
5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan
Pengaruh dukungan sosial terhadap kesehatan dapat diterangkan
melalui hipotesis penyangga (Buffer hypotesis) dan hipotesis efek
langsung (Direct Effect Hypotesis). Menurut hipotesis pengganggu,
dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan melindungi individu
terhadap efek negatif dari stres yang berat. Orang dengan dukungan sosial
yang tinggi akan kurang menilai situasi penuh stres, sedangkan dengan
dukungan sosial yang rendah akan mengubah respon mereka terhadap
sumber stres. Hipotesis efek tidak langsung berpendapat bahwa dukungan
sosial itu bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan, tidak peduli
banyaknya stres yang dialami. Contohnya: orang yang dengan dukungan
sosial tinggi dapat memiliki penghargaan lebih tinggi. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa dukungan social terhadap kesehatan berkaitan
dengan fungsi melindungi seseorang terhadap gangguan psikologi.
(Liandi, 2011).

B. Tinjauan Kecemasan
1. Pengertian
Anxiety atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan
kecemasan, merupakan salah satu faktor psikologis yang tidak dapat lepas
dari kehidupan manusia. Kata dasar anxiety dalam Bahasa Indonesia
Jerman adalah “angh” yang dalam bahasa Latin berhubungan dengan kata
“angustus, ango, angor, anxius, anxietas, angina”. Nietzal berpendapat
bahwa kecemasan berasal dari Bahasa Latin (anxius) dari bahasa Jerman
(anst) yaitu suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif
11

dan rangsangan fisiologis (Gufron dan Risnawati, 2010 dalam Nurwulan,


2017).
Menurut Herdman (2010) dalam Taravella (2019), Kecemasan dapat
didefinisikan sebagai suatu perasaan takut dari seseorang sebagai respon
terhadap ancaman yang bersifat samar dan tidak spesifik. Kecemasan
biasanya ditunjukan sebagai perasaan tidak nyaman atau tegang yang
disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis dan parasimpatis, sistem endokrin
dan adanya kenaikan hormon katekolamin sebagai respon terhadap stress
yang mengakibatkan takikardi hipertensi dan hemodinamik yang tidak
stabil. Kecemasan juga dapat menggangu dalam proses pre anestesi
maupun intra anestesi, respon fisiologis yang berlebihan cenderung
menyulitkan dan mempengaruhi tindakan anestesi, respon–respon tersebut
dapat mempengaruhi sistem tubuh seperti kardiovaskuler yang dapat
menyebabkan palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa
ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
2. Klasifikasi Kecemasan
Menurut Stuart (2016) klasifikasi kecemasan dibagi menjadi 4
tingkatan, yaitu :
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan adalah kecemasan normal yang memotivasi
individu setiap hari untuk melakukan aktivitas dan menangani
masalah. Batasan karakteristik kecemasan ringan meliputi
ketidaknyamanan ringan, gelisah, insomnia ringan, perubahan ringan
pada nafsu makan, iritabilitas, mengulang pertanyaan, perilaku
mencari perhatian, peningkatan kesiagaan, peningkatan persepsi dan
pemecahan masalah, mudah marah, berfokus pada masalah masa
depan dan gerakan tidak tenang.
b. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang adalah kecemasan yang mengganggu pembelajaran
baru dengan menyempitkan lapang persepsi sehingga individu
menangkap lebih sedikit. Batasan karatkeristik kecemasan sedang
12

meliputi perkembangan cemas ringan, perhatian selektif pada


lingkungan, suara gemetar, perubahan puncak suara, takipnea,
takikardi, tremor, peningkatan tegangan otot, ketidakmampuan
berkonsentrasi, panik, rasa bersalah, malu dan menangis.
c. Kecemasan berat
Selama episode kecemasan berat, lapang persepsi menyempit sampai
titik ketika seseorang tidak dapat memecahkan masalah atau belajar.
Fokusnya hanya pada detail kecil dan pola komunikasi terganggu.
Batasan karakteristik kecemasan berat meliputi sakit kepala, spasme
otot, mengeluarkan napas panjang dan dalam, hiperventilasi, dyspnea.
Perubahan pada gastrointerstinal seperti mual, muntah, diare atau
konstipasi.
d. Tingkat panik
Kecemasan meningkat sampai tahap membahayakan diri sendiri atau
orang lain dan dapat menjadi imobilisasi atau menyerang secara acak.
Batasan karakteristik tingkat panik meliputi hiperaktivitas atau
imobilisasi berat, rasa terisolasi yang ekstrem, disintegrasi kepribadian,
ketidakmampuan berkomunikasi dengan kalimat lengkap, penilaian
yang tidak realitas dengan lingkungan atau ancaman, upaya melarikan
diri dan perilaku menyerang.
3. Rentang Respon Kecemasan
Sumber : Stuart (2016)

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan


13

a. Respons Adaptif
Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan
mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan,
motivasi yang kuat untuk menyelesaikan masalah dan merupakan
sarana untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif
biasanya digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain
dengan berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan
menggunakan teknik relaksasi.
b. Respons Maladaptif
Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan
mekanisme koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan
dengan yang lainnya. Koping maladaptive mempunyai banyak jenis
termasuk perilaku agresif, bicara tidakjelas isolasi diri, banyak makan,
konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat terlarang.
4. Faktor-faktor Kecemasan
Menurut (Lutfa dan Maliya, 2008 dalam Nurwulan, 2017), faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan operasi adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor intrinsik, antara lain:
1) Usia Pasien
Gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada usia dewasa dan
lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada
umur 21-45 tahun.
2) Pengalaman
Pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan sangat
menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.
Apabila pengalaman individu tentang pengobatan kurang, maka
akan cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan saat
menghadapi tindakan pengobatan selanjutnya.
14

3) Konsep diri dan peran


Konsep diri adalah ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketetahui individu terhadap dirinya dan mempengaruhi individu
untuk berhubungan dengan orang lain.
Peran adalah pola, sikap, perilaku dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Banyak faktor
yang mempengaruhi peran seperti kejelasan perilaku dan
pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang
lain yang berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan
antara peran yang dialaminya, serta keselarasan budaya dan
harapan individu terhadap perilaku peran. Pasien yang mempunyai
peran ganda baik di dalam keluarga atau di masyarakat akan
cenderung mengalami kecemasan yang berlebih disebabkan
konsentasi terganggu.
b. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain :
1) Kondisi medis
Terjadinya kecemasan yang berhubungan dengan kondisi medis
sering ditemukan, walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk
masing-masing kondisi medis.
Misalnya : pada pasien yang mendapatkan diagnosa operasi akan
lebih mempengaruhi tingkat kecemasan pasien dibandingkan
dengan pasien yang didiagnosa baik.
2) Tingkat pendidikan
Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir,
pola bertingkah laku dan pola pengambil keputusan. Tingkat
pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi
stressor dalam diri sendiri maupun dari luarnya.
3) Akses informasi
Akses informasi merupakan pemberitahuan tentang sesuatu agar
orang membentuk pendapat berdasarkan sesuatu yang
diketahuinya. Informasi yang akan didapatkan pasien sebelum
15

pelaksanaan tindakan operasi terdiri dari tujuan, proses, resiko dan


komplikasi serta alternatif tindakan yang tersedia, serta proses
administrasi.
4) Adaptasi
Dijelaskan bahwa tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh
stimulus internal dan eksternal dan membutuhkan respon perilaku
yang terus menerus. Proses adaptasi sering menstimulasi individu
untuk mendapatkan bantuan dari sumber-sumber dimana individu
berada. Perawat merupakan sumber daya yang tersedia dirumah
sakit yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk
membantu pasien mengembalikan atau mencapai keseimbangan
diri dalam menghadapi lingkungan yang baru.
5) Tingkat sosial ekonomi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat kelas
sosial ekonomi rendah memililki prevalensi gangguan psikiatrik
yang lebih banyak. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa keadaan ekonomi yang rendah atau tidak dapat
mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien menghadapi
tindakan operasi.
6) Tindakan operasi
Adalah klasifikasi tindakan terapi medis yang dapat mendatangkan
kecemasan karena terdapat ancaman pada integritas tubuh dan jiwa
seseorang (Muttaqin, 2009;72 dalam Nurwulan, 2017).
7) Lingkungan
Menurut (Ramaiah, 2003 dalam Nurwulan, 2017) lingkungan atau
tinggal mempengaruhi cara berfikir. Disebabkan pengalaman
dengan keluarga, sahabat, rekan sejawat dan lain-lain. Kecemasan
wajar timbul jika anda merasa tidak aman terhadap lingkungan.
8) Keluarga
Gangguan ansietas berlangsung pada dukungan keluarga.
Ganggguan panik diperkirakan sekitar 40%. Seseorang yang
16

memiliki riwayat keluarga dan gangguan jiwa, tiga kali lebih


mungkin untuk mengalami Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD) setelah peristiwa traumatik.
5. Alat Ukur Kecemasan
Menurut (Firdaus, 2014) untuk mengetahui sejauh mana derajat
kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat, atau berat sekali orang
akan menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan :
Amsterdam preoperative anxiety and information Scale (APAIS). Alat
ukur ini terdiri dari 6 item kuestioner yaitu :
1) Mengenai anestesi
a) Saya merasa cemas dengan tindakan anestesi.
b) Anestesi selalu dalam pikiran saya.
c) Saya ingin mengetahui banyak hal mengenai anestesi.
2) Mengenai pembedahan/ operasi
a) Saya cemas mengenai prosedur operasi.
b) Prosedur operasi selalu dalam pikiran saya
c) Saya ingin mengetahui banyak hal mengenai prosedur
Dari quisioner tersebut, untuk setiap item mempunyai nilai 0-4 dari
setiap jawaban yaitu: 0 = tidak, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat, 4 =
panik. Jadi dapat diklasifiikasikan sebagai berikut :
a) 1-6 : Tidak ada kecemasan.
b) 7-12 : Kecemasan ringan.
c) 13-18 : Kecemasan sedang.
d) 19-24 : Kecemasan berat.
e) 25-30 : Kecemasan berat sekali/panik
Pada penelitian ini peneliti lebih memilih menggunakan kuesioner
APAIS karena kuesioner APAIS dirancang khusus untuk mengukur
kecemasan pasien pre anestesi dan pre operasi.
17

C. Tinjauan Operasi
1. Pre Operasi
Operasi adalah tindakan pengobatan invasif melalui sayatan untuk
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan
diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat, 2010).
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh.
Pre operasi adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi
atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja
operasi untuk tindakan selanjutnya. Dalam pre operasi ini terdapat
pengkajian pre operasi mengenai status fisik, psikologis dan social pasien,
rencana keperawatan mengenai persiapan pasien untuk pembedahannya
dan implementasi intervensi keperawatan yang telah direncanakan.
(Smeltzer and Bare, 2002 dalam Haqiki, 2013).
2. Pre Anestesi
Anestesi (an = tidak, aestesia = rasa) merupakah cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari tatalaksana untuk me “matikan” rasa, baik
rasa nyeri, takut dan rasa tidak nyaman yang lain sehingga pasien nyaman
dan ilmu yang mempelajari tatalaksana untuk menjaga atau
mempertahankan hidup dan kehidupan pasien selama “kematian” akibat
obat anestesi (Mangku, 2018).
Tindakan anestesi adalah usaha untuk menghilangkan seluruh
modalitas dari sensasi nyeri, rabaan, suhu, posisi yang meliputi pra, intra,
dan post anestesi (Pramono, 2015).
Tujuan dari pre anestesi adalah mengetahui status fisik klien pre
operatif, mengetahui dan menganalisis jenis operasi, memilih jenis/teknik
anestesi yang sesuai, mengetahui kemungkinan penyulit yang mungkin
akan terjadi selama pembedahan dan atau pasca bedah, mempersiapkan
obat/alat guna menanggulangi penyulit yang dimungkinkan. Menurut
Mangku (2018) persiapan praanestesi dapat dilakukan di poliklinik, ruang
perawatan, ruang persiapan IBS, dan kamar operasi.
18

a. Persiapan di poliklinik
1) Persiapan psikis yaitu diberikan penjelasan terkait rencana anestesi
dan pembedahan agar pasien dan keluarga bisa tenang.
2) Persiapan fisik yaitu menghentikan kebiasaan seperti merokok,
minuman keras dan obat-obatan, melepas segala macam aksesoris,
tidak mempergunakan cat kuku atau cat bibir, pasien disuruh
untuk puasa pada dewasa 6-8 jam.
3) Membuat persetujuan tindakan medis.
4) Tidak memepergunakan kosmetik misalnya cat kuku atau cat bibir.
5) Puasa, dengan aturan sebagai berikut :
Tabel 2.2 Aturan Puasa
Usia Makanan padat Cairan jernih
susu formula/ASI tanpa partikel
< 6 bulan 4 jam 2 jam
6 – 36 bulan 6 jam 3 jam
>36 bulan 8 jam 3 jam

6) Diharuskan agar pasien mengajak ikut serta salah satu keluarga


atau orang tuanya atau teman dekatnya untuk menemaninya atau
menunggu selama/setelah mengikuti rangkaian prosedur
pembedahan dan pada saat kembali pulang untuk menjaga
kemungkinan penyulit yang tidak diinginkannya.
7) Membuat surat persetujuan tindakan medis
8) Mengganti pakaianyang dipakai dari rumah dengan pakaian khusus
kamar operasi.
b. Persiapan di ruang perawatan
1) Persiapan psikis yaitu diberikan penjelasan terkait rencana anestesi
dan pembedahan agar pasien dan keluarga bisa tenang. Pemberian
obat sedative dapat dilakukan secara: Oral, pada malam hari
menjelang tidur dan pada pagi hari, 60-90 menit sebelum ke IBS
19

2) Persiapan fisik yaitu menghentikan kebiasaan seperti merokok,


minuman keras dan obat-obatan, melepas segala macam aksesoris,
tidak mempergunakan cat kuku atau cat bibir, pasien disuruh untuk
puasa pada dewasa 6-8 jam.
3) Membuat persetujuan tindakan medis
4) Persiapan lain yang bersifat khusus praanestesia seperti : transfusi,
dialysis, fisioterapi, dan lain-lain sesuai degan prosedur tetap
tatalaksana masing-masing penyakit yang diderita pasien.
c. Persiapan di ruang persiapan IBS meliputi evaluasi ulang status pasien,
ganti pakaian dengan pakaian khusus kamar operasi, memberikan
premedikasi dan memasang infus.
d. Persiapan di kamar operasi meliputi persiapan mesin anestesi, meja
operasi, alat-alat resusitasi, obat-obat anestesi, alat-alat pemantau
tekanan darah, suhu dan EKG, dll.
Bagi perawat anestesi, perawatan pra anesthesia dimulai saat pasien
berada di ruang perawatan atau dapat juga dimulai pada saat pasien
diserah-terimakan di ruang operasi dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke meja operasi. Evaluasi pra anesthesia dan reanimasi
adalah langkah awal dari rangkaian tindakan anesthesia yang
dilakukan terhadap pasien yang direncanakan untuk menjalani
tindakan operatif.
Sebelum operasi, ahli anestesi akan menilai keadaan pasien dan
merancang suatu rencana umtuk anestesi berdasarkan hal-hal berikut :
a. Kondisi pasien (klasifikasi ASA) yang ditentukan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang
American Society of Anesthesiologist (ASA) membuat klasifikasi
status fisik praanestesi menjadi lima (5) kelas, yaitu :
ASA 1 : Pasien penyakit bedah tanpa disertai penyakit
sistemik
20

ASA 2 : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit


sistemik ringan sampai sedang
ASA 3 : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit
sistemik berat yang disebabkan karena berbagai
penyebab tetapi tidak mengancam nyawa
ASA 4 : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit
sistemik berat yang secara lagsung mengancam
kehidupannya
ASA 5 : Pasien penyakit bedah yang disertai dengan
penyakit sistemik berat yang sudah tidak mungkin
di tolong lagi, dioperasi ataupun tidak dalam 24 jam
pasien akan meninggal
Apabila tindakan pembedahannya dilakukan secara darurat,
dicantumkan tanda E (Emergency) di belakang angka, misalnya
ASA 1 E.
b. Kesulitan pembedahan yang akan dilakukan.
c. Kepentingan prosedur (darurat atau elektif).
Tujuan dilakukan premedikasi atau obat praoperasi adalah :
1. Mengurangi rasa cemas sebelum operasi (sedatif, hipnotik)
2. Mengurangi sekresi dari saluran pernafasan dan mulut (anti
kolinergik)
3. Mengurangi dan menghilangkan nyeri (narkotik)
4. Mengurangi metabolisme agar jumlah obar anestesi yang
diperlukan lebih sedikit.
3. Subarachnoid Block (Spinal)
a. Pengertian
Anestesi regional yaitu anestesi yang dilakukan untuk
memblok rasa nyeri di sebagian area tubuh. Area yang mengalami mati
rasa lebih besar/lebih lebar dibandingkan pada anestesi local yang
hanya pada bagian yang ingin di operasi. Ada beberapa jenis anestesi
21

regional , yakni blok saraf perifer, epidural dan subarachnoid block


(spinal) (Mathar, 2018).
Menurut Mangku (2018) Anestesi spinal atau Block
subarakhnoid ialah blok regional yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestetik local kedalam ruang subarachnoid
melalui tindakan fungsi lumbal. Teknik ini sederhana, cukup efektif,
dan mudah dikerjakan.
Anestesi subarachnoid block atau spinal merupakan teknik
anestesi regional yang dihasilkan dengan menghambat saraf spinal di
dalam ruang subaraknoid oleh zat-zat anestetik lokal. Teknik anestesia
spinal banyak digunakan karena merupakan teknik yang sederhana,
efektif, dan aman terhadap sistem saraf (Hunter dkk, 2014).
b. Lokasi Penyuntikan
Secara anatomis dipilih segmen L2 ke bawah pada penusukan
oleh karena ujung bawah daripada medulla spinalis setinggi L2 dan
ruang intersegmental lumbal ini relative lebih lebar dan datar
dibandingkan dengan segmen-segmen lainnya. Lokasi interspace ini
dicari dengan cara menghubungkan crista iliaca kiri dan kanan, maka
titik pertemuan dengan segmen lumbal merupakan processus spinosus
L4 atau interspace L4-L5 (Morgan Edwar, 2017)
c. Indikasi
Menurut Gwinnutt (2012) beberapa hal yang harus diperhatikan pada
indikasi dan kontraindikasi pada spinal anestesi yaitu :
1) Bedah ekstremitas bawah
2) Bedah panggul
3) Tindakan sekitar rectum-perineum
4) Bedah obstetric-ginekologi
5) Bedah urologi
6) Bedah abdomen bawah
7) Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatric biasanya
dikombinasikan dengan anestesi umum ringan.
22

d. Kontraindikasi
1) Pasien menolak
2) Pasien tidak kooperatif
3) Infeksi pada tempat suntikan
4) Hypovolemia berat, syok
5) Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan
6) Tekanan intracranial meninggi
7) SIRS (Systematic Inflammatory Response Syndrome)
8) Kurang pengalaman/ tanpa didampingi konsultan anesthesia
9) Kelainan tulang belakang (termasuk artritis dan kelainan anatomi
tulang belakang.
e. Komplikasi
Menurut Keat (2013) komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien
yang menjalani operasi dengan anestesi spinal antara lain :
1) Sakit kepala terjadi sebagai komplikasi anestesi, beberapa faktor
yang terlibat dalam insiden sakit kepala antara lain ukuran jarum
spinal yang digunakan, kebocoran cairan dari spasium
subarakhnoid melalui letak pungsi dan status hidrasi pasien.
2) Jika anestesi spinal naik hingga ke dada, mungkin terjadi stress
pernapasan.
3) Mual dan muntah dapat terjadi akibat traksi di dalam rongga
abdomen.
4) Penurunan tekanan darah dapat terjadi dengan cepat karena terjadi
akibat blok anestesi pada saraf saraf simpatis dan serat saraf nyeri
motorik menimbulkan vasodilatasi yang luas.
5) Menurunnya motilitas gastrointestinal dapat menimbulkan ileus
paralitik yang mengakibatkan akumulasi gas dan distensi abdomen.
f. Teknik Subarachnoid Block (Spinal)
Pasien diposisikan lateral decubitus ataupun posisi duduk.
Anestesi spinal dilakukan dengan menyuntikkan larutan bupivakain
(10-15mg) atau lidokain (50-60mg) hiperbarik intratekal. Jarum spinal
23

ukuran 27-gauge atau lebih kecil dengan ujung pencil-point akan


menurukan insiden dari post dural puncture headache (PDPH).
Penambahan obat adjuvant seperti fentanyl akan meningkatkan
intensitas obat anestesi lokal, morfin akan memperpanjang durasi efek
analgesia pascabedah hingga 24 jam. Bila terjadi hipotensi anestesi
spinal, penggunaan phenylephrine dihubungkan dengan insiden
asidosis fetal yang lebih kecil dibandingkan ephedrine. Anestesi spinal
juga cukup aman digunakan pada pasien preeklamsia. (Rehatta, 2019)
Sebelum penyuntikan obat lokal anestesi, dilakukan aspirasi
cairan serebrospinal 0,1 ml untuk memastikan posisi jarum, kemudian
obat diinjeksikan. Selama injeksi perlu dilakukan aspirasi cairan
serebrospinal untuk memastikan jarum masih berada diruang
subarakhnoid. Teknik ini menguntungkan untuk pasien-pasien yang
tidak dapat fleksi sama sekali yaitu pasien hamil, lanjut usia, obesitas.
Pada paramedian ada dua ligamen yang tidak dilalui yaitu ligamen
supra dan intraspinosum, sehingga meminimalisir terjadi trauma pada
pada ligamen yang bisa menyebabkan kebocoran liquor.

D. Penelitian Terkait
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis terinspirasi dari referensi
penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan latar belakang dan
masalah yang diambil penulis. Berikut sumber penelitian sebelumnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Hasil literature menemukan bahwa dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien tentunya memiliki hubungan. hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Edi (2016) tentang “Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara
Medan” dengan tujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga
dengan kecemasan pasien pre operatif di RSU Sari Mutiara Medan. Design
penelitian yang digunakan yaitu cross sectional. Tempat dan waktu penelitian
di RSU Sari Mutiara Medan tahun 2016. Populasi yang digunakan yaitu
24

semua pasien pre operasi mayor dengan besar sample 36 orang. Teknik
sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Metode pengumpulan
dengan lembar kuisioner. Hasil yang didapatkan bahwa 83% responden
mendapatkan dukungan yang baik dari keluarganya, 17% responden
mendapatkan dukungan yang cukup dari keluarganya dan tidak ada responden
yang mendapatkan dukungan kurang atau tidak ada dari keluarganya.
Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman, didapatkan nilai r - 0,493 dengan
tingkat signifikansi 0,000 (α < 0,05). Parameter negatif ( - ) menunjukkan arah
hubungan yang terbalik dengan kekuatan korelasi sedang. Sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima. Jadi ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Nurwulan (2017) tentang
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre
Anestesi Dengan Tindakan Spinal Anestesi Di RSUD Sleman” dengan tujuan
untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan
pre anestesi dengan tindakan spinal anestesi di RSUD Sleman. Design
penelitian yang digunakan yaitu cross sectional. Tempat dan waktu penelitian
ini dilaksanakan di RSUD Sleman Kabupaten Sleman, pada tanggal 15 Mei
sampai 19 Juni 2017. Populasi yang digunakan yaitu semua pasien yang
dilakukan operasi dengan tindakan spinal anestesi di ruang rawat inap RSUD
Sleman dengan besar sample 38 orang. Teknik sampling yang digunakan yaitu
accidental sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner
kecemasan dan kuisioner dukungan keluarga. Hasil yang didapatkan yaitu
Hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 2 orang (5,3%) mengalami
kecemasan berat dengan kategori dukungan keluarga ringan, 25 orang (65,8%)
mengalami kecemasan sedang dan 1 orang (2,6%) mengalami kecemasan
berat dengan kategori dukungan keluarga sedang, 2 orang (5,3%) mengalami
kecemasan ringan, 7 orang (18,4%) mengalami kecemasan sedang dan 1 orang
(2,6%) mengalami kecemasan berat dengan kategori dukungan keluarga tinggi
dan setelah dilakukan uji statistik didapatkan hubungan antara dukungan
keluarga dengan tingkat kecemasan pre anestesi dengan tindakan spinal
25

anestesi pada dengan menggunakan uji Spearman Rank, didapatkan hasil


koefisien korelasi -0,510 dan hasil P Value adalah 0,001 yang artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan.
Kemuduian penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Suci (2013)
tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi Di Ruang Perawatan Bedah Baji Kamase 1 Dan 2 Rumah Sakit
Labuang Baji Makassar” dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruangan
bedah baji kamase 1 dan 2 di RSUD Labuang Baji Makassar. Design penlitian
yang digunakan yaitu cross sectional. Tempat dan waktu penelitian di ruang
perawatan bedah Baji Kamase 1 dan 2 Rumah Sakit Labuang Baji Makassar
yang dilakukan sejak 7 Juni sampai dengan 7 Juli 2013. Populasi yang
digunakan dengan besar sampel 32 orang. Teknik sampling yang digunakan
yaitu purposive sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah lembar
kuesioner. Hasil penelitian diperoleh bahwa dukungan keluarga yang terbesar
adalah kategori kurang 56,2% dan paling sedikit adalah kategori baik 43,8%.
Untuk tingkat kecemasan kategori tertinggi adalah sedang 56,2% dan yang
paling sedikit adalah kategori ringan 43,8%. Berdasarkan uji chi square di
dapat p-value = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi di ruang perawatan bedah Baji Kamase 1 dan 2
RSUD Labuang Baji Makassar.
Namun hasil penelitian diatas tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Winda, dkk (2014) tentang “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi yang Dirawat di Rsud
Arifin Achmad Pekanbaru” dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. Design
penelitian yang digunakan yaitu cross sectional. Tempat dan waktu penelitian
di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru pada bulan Mei hingga bulan Juni tahun
2014. Populasi yang digunakan Semua pasien yang dioperasi selama masa
26

studi dengan besar sample sebanyak 30 orang. Teknik sampling yang


digunakan yaitu teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data yaitu
dengan memilih sampel dari populasi tersedia sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan oleh peneliti, dengan menggunakan instrument kuisioner. Hasil penelitian
ditemukan bahwa hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan
didapatkan p value 0,127 > α 0,05. Hal ini berarti Ho gagal ditolak, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan kecemasan responden. Peneliti mengasumsikan bahwa hal ini
dikarenakan responden yang mendapatkan dukungan keluarga tinggi masih
memiliki kekhawatiran terkait tindakan yang akan dihadapinya, meski
dukungan keluarga telah diterima responden. Responden menganggap ada
ancaman terhadap integritas biologi yang akan datang.
Sesuai uraian di atas maka semua penelitian-penelitian sebelumnya
dilakukan sebelum tahun 2020 sedangkan penelitian yang akan peneliti
lakukan yaitu di tahun 2021 sehingga ini akan mampu memberikan data
terbaru tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pasien pre operasi dengan tindakan spinal anestesi. Selain itu penelitian ini
akan dilaksanakan di Propinsi Bali karena sebagian besar penelitian
sebelumnya dilaksanakan di luar Propinsi Bali. Hal ini akan sangat bermanfaat
untuk melihat perilaku masyarakat terhadap pemberian dukungan kepada
keluarganya dalam mengatasi kecemasan khususnya di Propinsi Bali dan bisa
dibandingkan dengan propinsi lainnya. Kebaruan dari penelitian ini terletak
pada subjek penelitian, karakteristik usia dan lokasi penelitian yang berbeda.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan dari
sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari hubungan variabel –
variabel yang diteliti (Swarjana, 2015). Berdasarkan latar belakang masalah
dan tinjauan teori yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka skema
kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Operasi
1. Pre Operasi
2. Intra Operasi
3. Post Operasi
Spinal Anestesi

Dukungan Keluarga Tingkat Kecemasan

Faktor yang berpengruh :


Faktor yang Berpengruh :
1. Faktor Instrinsik
1. Keluarga Kecil dan a. Usia pasien
Keluarga Besar b. Konsep diri dan peran
2. Usia Orang Tua (Ibu) c. Pengalaman di rawat di rumah sakit
3. Kelas Ekonomi Orang 2. Faktor ekstrinsik
Tua a. Kondisi medis
4. Tingkat Pendidikan b. Tingkat pendidikan
c. Akses informasi
d. Proses adaptasi
e. Tingkat social ekonomi
f. Jenis tindakan
g. Lingkungan
h. Keluarga

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan


Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi dengan Subarachnoid Block

28
29

Keterangan gambar 3.1 :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak di teliti

: Alur pikir
Penjelasan :
Berdasarkan kerangka konsep diatas dijelaskan bahwa factor-faktor
penyebab kecemasan terdiri dari factor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor
intinsik yaitu usia pasien, konsep diri dan peran dan pengalaman di rawat di
rumah sakit, sedangkan factor ekstrinsik yaitu kondisi medis, tingkat
pendidikan, akses informasi, proses adaptasi, tingkat social ekonomi, jenis
tindakan, lingkungan dan keluarga. salah satu factor yang mempengaruhi
kecemasan yaitu keluarga yang berupa dukungan dari keluarga dalam
mengatasi kecemasan pasien. Variable bebas (Independent) dalam penelitian
ini dukungan keluarga dan variable terikatnya (Dependent) adalah tingkat
kecemasan pasien pre op.

B. Hipotesis
Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari
sebuah penelitian (Swarjana, 2015). Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah
maka hipotesis yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah:
1. Hipotesis alternative (Ha) yaitu Ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.
2. Hipotesis (Ho) yaitu Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.
30

C. Variabel Penelitian
1. Variabel penelitian
Variabel adalah sebuah konsep yang dioperasionalkan, diaplikasikan dan
menjadi properti dari objek (Swarjana, 2015). Penelitian ini terdiri dari 2
variabel yaitu :
a. Variabel independen adalah variabel yang menyebabkan adanya suatu
perubahan terhadap variabel yang lain. Maka variabel ini disebut
sebagai variabel bebas (Swarjana, 2015). Variable bebas dalam
penelitian ini adalah dukungan keluarga.
b. Variabel dependen adalah variabel yang mengalami perubahan sebagai
akibat dari perubahan variabel independen. Maka variabel dependen
ini sering dikenal sebagai variabel terikat atau variabel tergantung
(Swarjana, 2015). Variable dependen dalam penelitian ini adalah
tingkat kecemasan pasien pre operasi.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah definisi terhadap variabel berdasarkan
konsep teori namun bersifat operasional, agar variabel tersebut dapat
diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh peneliti maupun penelitian lain
(Swarjana, 2015).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan


Tingkat Kecemasan Pasien Pre Op Dengan Tindakan Subarachnoid
Block

No. Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala


Operasional
1. Dukungan Dukungan yang Untuk dukungan Penilain dukungan Interval
Keluarga diberikan keluarga keluarga diukur keluarga diberikan
dalam bentuk dengan kuisioner dengan nilai kategori
dukungan menggunakan (Nurwulan, 2017) :
penilaian, kuisioner 1. Skor < 20 :
dukungan dukungan Dukungan
31

instrumental keluarga yang Keluarga Rendah


dukungan digunakan dari 2. Skor 21-39 :
informasional, dan penelitian Dukungan
dukungan sebelumnya yang Keluarga Sedang
emosional, kepada telah di uji 3. Skor > 40 :
pasien pre operasi validitas dan Dukungan
dengan tindakan reliabilitas. Keluarga tinggi.
subarachnoid block
2 Kecemasan Kecemasan adalah Pengukuran Berdasarkan hasil Interval
Pasien Pre perasaan khawatir, tingkat penjumlahan skor pada
Op perasaan tidak kecemasan kuisioner APAIS versi
nyaman atau diukur dengan Indonesia. Penilain
ketakutan tidak kuisioner kecemasan diberikan
jelas dan gelisah menggunakan dengan nilai kategori
berlebihan yang alat ukur (Firdaus, 2014) :
dirasakan oleh Amsterdam a. 1-6: Tidak ada
pasien yang Preoperatif kecemasan.
diungkapkan Anxiety and b. 7-12: Kecemasan
melalui pertanyaan Information ringan.
dalam kuesioner Scale (APAIS) c. 13-18: Kecemasan
versi Indonesia sedang.
d. 19-24: Kecemasan
berat.
e. 25-30: Kecemasan
berat sekali/panik
1.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu blueprint untuk melakukan penelitian
yang dapat memaksimalkan control atas factor-faktor yang dapat mengganggu
hasil studi. Jenis desain mengarahkan pada pemilihan populasi, prosedur
pengambilan sampel, metode pengukuran dan rencana pengumpulan data dan
analisa data. Dalam pemilihan desain penelitian tergantung pada apa yang
diketahui dan tidak diketahui tentang masalah penelitian, keahlian penelitian,
tujuan penelitian, dan niat untuk menggeneralisasi temuan (Grove & Jennifer
R., 2019)
Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan yaitu penlitian
kuantitatif yang menggunakan jenis analitik korelatif, karena dalam penelitian
ini peneliti menghubungkan dua variable kelompok sampel yaitu hubungan
antara dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pasien.
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai jenis penelitian yang
dilakukan yaitu dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional
adalah penelitian yang dilakukan dalam satu waktu atau satu titik waktu (at
one point time) dan tidak ada follow up, desain ini digunakan untuk mencari
hubungan antara variable independen dengan variabel dependen.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di RSU Negara. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan 10 Februari – 30 Maret 2021.

C. Populasi-Sampel-Sampling
1. Populasi
Populasi adalah semua elemen baik individu, objek, atau zat yang
memenuhi kriteria tertentu untuk dimasukan ke dalam penelitian (Grove &

32
33

Jennifer R., 2019). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien yang akan menghadapi operasi dengan tindakan
subarachnoid block di RSU Negara. Berdasarkan data yang di dapatkan
dari Rumah Sakit Umum Negara perbulannya sebanyak 35 pasien yang
menghadapi operasi dengan tindakan spinal anestesi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk studi tertentu dan
anggota sampel adalah partisipan (Grove & Jennifer R., 2019). Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 53 pasien yang akan
menghadapi operasi dengan tindakan spinal anestesi.
a. Besar Sample
Besar sample pada penelitian ini, peneliti menggunakan seluruh pasien
yang menjalani operasi dengan Subarachnoid Block (Spinal) di ruang
pre operasi RSU Negara.
b. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik atau persyaratan umum yang
diharapkan peneliti untuk bisa memenuhi subjek penelitiannya
(Sani, 2018).
a) Pasien yang akan menjalani operasi dan bersedia menjadi responden.
b) Pasien operasi dengan tindakan Subarachnoid Block
c) Pasien yang dapat membaca,menulis, dan berkomunikasi
dengan baik.
2) Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi adalah suatu karakteristik dari populasi yang
dapat menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi namun
tidak dapat disertakan menjadi subjek penelitian (Sani, 2018).
a) Pasien dengan general anestesi
b) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden
34

3. Sampling
Sampling adalah sebuah strategi yang digunakan untuk memilih elemen
atau bagian dari populasi atau proses untuk memilih elemen populasi
untuk diteliti (Swarjana, 2015). Cara pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan non-probability, yang prinsipnya bahwa pengambilan
sampel mengutamakan ciri atau kriteria tertentu dan setiap sample tidak
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai subyek penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling atau biasa
disebut sample jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua populasi
digunakan sebagai sampel atau semua anggota populasi di jadikan sampel.
Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang
atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil.

D. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan self-completed
questionnaire merupakan metode pengumpulan data yang mana responden
mengisi sendiri kuisioner yang diberikan (Swarjana, 2015). Dalam
penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan lembar kuisioner
tingkat kecemasan dan kuisioner dukungan keluarga.
2. Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini
adalah lembar kuisioner. Kuesioner merupakan form yang berisikan
pertanyaan – pertanyaan yang telah ditentukan dan digunakan untuk
mengumpulkan informasi (data) tentang orang – orang sebagai bagian dari
sebuah survey (Swarjana, 2015).
a. Lembar Kuisioner Kecemasan
Instrument penelitian yang digunakan berupa kuisioner untuk
mengukur hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pada pasien pre operasi dengan tindakan spinal anestesi, penelitian ini
35

menggunakan alat ukur dukungan keluarga dan tingkat kecemasan


yaitu :
1) Kuisioner A : Kuisioner tingkat kecemasan pasien dengan
Amsterdam Preoperatif Anxiety and information Scale (APAIS),
alat ukur ini lebih spesifik untuk tindakan anestesi dan operasi.
Kuisioner ini dikembangkan dalam penelitian oleh Firdaus (2014).
Nilai validitas kuisioner ini di dapatkan 70,79% dengan nilai
korelasi >0,7 maka pernyataan dinyatakan valid sedangkan nilai
reliabilitasnya yaitu 0,825 dapat disimpulkan bahwa uji reliabilitas
kuesioner ini termasuk dalam reliabel. Alat ukur ini terdiri dari 6
item kuestioner yaitu :
a) Mengenai anestesi
(1) Saya merasa cemas dengan tindakan anestesi.
(2) Anestesi selalu dalam pikiran saya.
(3) Saya ingin mengetahui banyak hal mengenai anestesi.
b) Mengenai pembedahan/ operasi
(1) Saya cemas mengenai prosedur operasi.
(2) Prosedur operasi selalu dalam pikiran saya
(3) Saya ingin mengetahui banyak hal mengenai prosedur
Dari quisioner tersebut, untuk setiap item mempunyai nilai 0-4
dari setiap jawaban yaitu : 0 = tidak, 1 = ringan, 2 = sedang, 3
= berat, 4 = panik. Jadi dapat diklasifiikasikan sebagai berikut:
Jadi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) 1-6 : Tidak ada kecemasan.
b) 7-12 : Kecemasan ringan.
c) 13-18 : Kecemasan sedang.
d) 19-24 : Kecemasan berat.
e) 25-30 : Kecemasan berat sekali/panic.
2) Kuisioner B : Kuisioner dukungan keluarga ini dikembangkan
dalam penelitian oleh Suhayat (2015). Nilai validitas kuisioner ini
di dapatkan 0,90 maka pernyataan dinyatakan valid sedangkan
36

nilai reliabilitasnya yaitu 0,822 dapat disimpulkan bahwa uji


reliabilitas kuesioner ini termasuk dalam reliabilitas tinggi.
Kuisioner ini memiliki total 16 item pernyataan. nilai untuk tingkat
dukungan keluarga yaitu :

a) < 20 : Dukungan keluarga rendah


b) 21-39 : Dukungan keluarga sedang
c) > 40 : Dukungan keluarga tinggi
3. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa tahap pengumpulan data yang perlu dilakukan saat melakukan
penelitian, antara lain :
a. Tahap Persiapan
1) Peneliti menyiapkan proposal lengkap terlebih dahulu
2) Peneliti mencari surat rekomendasi penelitian dari Rektor Institusi
Teknologi dan Kesehatan Bali (ITEKES BALI) yang ditujukan ke
Diklat Rumah Sakit Umum Negara
3) Kemudian surat dari Diklat Rumah Sakit Umum Negara di tujukan
kepada kepala badan penanaman Modal dan Perijinan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali
4) Kemudian surat dari penanaman Modal dan Perijinan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali diteruskan ke Kesbangpol dan
Linmas Kabupaten Negara
5) Peneliti akan menyerahkan surat izin penelitian dari Kesbangpol
dam Linmas Kabupaten Negara kepada Rumah Sakit Umum
Negara
6) Kemudian peneliti mengajukan surat permohonan ethical
clearance yang ditanda tangani oleh Rektor ITEKES Bali yang
ditujukan ke komisi etik Institut Teknologi dan Kesehatan Bali.
Setelah mendapatkan izin, surat diserahkan ke Kaprodi Sarjana
Terapan Keperawatan Anestesiologi ITEKES Bali sebagai
pemberitahuan bahwa peneliti akan melakukan penelitian di
Rumah Sakit Umum Negara.
37

7) Kemudian peneliti menyerahkan surat etik ke Diklat Rumah Sakit


Umum Negara
8) Setelah peneliti mendapatkan surat izin melakukan penelitian dari
Rumah Sakit Umum Negara dan izin dari Kepala Instalasi Bedah
Sentral (IBS) Rumah Sakit Umum Negara lalu peneliti akan
memproses lanjut detail waktu pelaksanaan pengumpulan data
9) Kemudian peneliti menyiapkan lembar permohonan menjadi
responden dan lembar persetujuan (Informed Consent) untuk
menjadi responden terkait penelitian.
10) Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam
pengumpulan data.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Sebelum ke responden peneliti mengecek jadwal operasi, peneliti
mencari calon responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
2) Kemudian peneliti melakukan kontrak dengan pasien, peneliti
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian sekaligus meminta persetujuan untuk menjadi
responden.
3) Apabila responden bersedia, peneliti memberikan lembar
persetujuan (informed consent form) yang menyatakan bahwa
responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
4) Peneliti menjelaskan perihal pengisian kuesioner penelitian
5) Peneliti memberi kesempatan kepada responden untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas dimengerti.
6) Penelitian membagikan kuisioner APAIS sebagai instrument
pengukuran tingkat kecemasn dan kuisioner dukungan keluarga
sebelum pasien dilakukan operasi.
7) Peneliti melakukan pengambilan data dengan kuisioner selama
kurang lebih 15 menit
8) Peneliti mengucapkan salam dan terima kasih kepada responden
atas partisipasinya dalam penelitian ini
38

9) Setelah lembar kuisioner telah di isi dan dikumpulkan kembali


peneliti mengecek apakah semua item pernyataan sudah diisi oleh
responden.
10) Setelah semua terkumpul kemudian peneliti mencatat skor masing-
masing responden.
11) Data responden di dokumentasikan dan ditulis dalam lembar
pengumpulan data.
c. Tahap Penyelesaian
1) Peneliti melakukan pengolahan data setelah semua data terkumpul
sesuai dengan teknik pengolahan data dengan program SPSS.
2) Melakukan konsultasi bersama pembimbing mengenai hasil
penelitian, pembahasan dan menyusun laporan akhir.
4. Analisa Data
a. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan (Nursalam, 2015). Ada 6 teknik pengolahan
data, yaitu :
1) Editing / memeriksa
Editting adalah memeriksa kelengkapan data yang telah terkumpul.
Pada tahap ini peneliti memeriksa kelengkapan data identitas
responden, informed consent, dan hasil rekap data yang meliputi
umur, klasifikasi pembedahan, pengalaman operasi, pendidikan,
status paritas dan tingkat kecemasan.
2) Scoring
Scoring adalah pemberian skor untuk masing-masing variable.
Penelitian melakukan scoring pada kuisioner dukungan keluarga:
a) 1 : Tidak pernah
b) 2 : Kadang-kadang
c) 3 : Sering
39

d) 4 : Selalu.

Penelitian melakukan scoring pada kuisioner tingkat kecemasan:


a) 1 : Tidak sama sekali
b) 2 : Tidak terlalu
c) 3 : Sedikit
d) 4 : Agak
e) 5 : Sangat
3) Coding
Coding adalah memberikan kode pada masing-masing responden
sehingga peneliti dapat secara tepat memasukkan data sesuai
kelompok. Dalam penelitian ini, pemberian coding adalah sebagai
berikut :
a) Dukungan Keluarga
Kode 1 : Dukungan keluarga rendah
Kode 2 : Dukungan keluarga sedang
Kode 3 : Dukungan keluarga tinggi
b) Kecemasan
Kode 1 : Tidak ada kecemasan.
Kode 2 : Kecemasan ringan.
Kode 3 : Kecemasan sedang.
Kode 4 : Kecemasan berat.
Kode 5 : Kecemasan berat sekali
c) Jenis Kelamin
Kode 1 : Laki-laki
Kode 2 : Perempuan
d) Umur
Kode 1 : < 25 tahun (Remaja akhir)
Kode 2 : 26-35 tahun (Dewasa awal)
Kode 3 : 36-45 tahun (Dewasa akhir)
Kode 4 : > 45 tahun (Lansia awal)
40

e) Pengalaman Operasi
Kode 1 : Pernah
Kode 2 : Belum Pernah
f) Jenis Pekerjaan
Kode 1 : Mahasiswa/siswa
Kode 2 : PNS
Kode 3 : Karyawan/pegawai kontrak
Kode 4 : Wiraswasta/pedagang
Kode 5 : Petani
Kode 6 : Ibu rumah tangga
g) Tingkat Pendidikan
Kode 1 : SD
Kode 2 : SMP
Kode 3 : SMA/SMK
Kode 4 : Perguruan tinggi
4) Entry Data
Entry data adalah proses memasukan dan memindahkan data-data
seperti karakteristik responden, nilai dukungan keluarga, nilai
APAIS / tingkat kecemasan dan anestesi. Dimana data tersebut
sebelumnya sudah di coding ke dalam table. Program yang sering
digunakan dalam entry data pada penelitian yaitu program SPSS.
5) Cleaning
Cleaning adalah proses pembersihan ulang data yang dilakukan
untuk memeriksa apakah data yang dimasukan sudah layak
dianalisa. Data yang telah dimasukan (entry) dicek kembali untuk
memastikan bahwa data telah bersih dari kesalahan dalam
pembacaan kode. Untuk itu data tersebut diharapkan benar-benar
siap untuk dianalisa.
6) Tabulating (tabulasi)
Tabulating/tabulasi adalah tahap yang meliputi pemasukan data
menurut variable yang dianalisis, yaitu berupa data dukungan
41

keluarga dan tingkat kecemasan. Selain itu dilakukan tabulasi juga


antara karakteristik responden dengan tingkat kecemasan. Setelah
itu data disusun dalam bentuk table distribusi dan digunakan dalam
pembahasan.
b. Teknik Analisa Data
1) Analisa Univariat
Analisis univariat atau analisis diskripstif adalah analisis yang
menggambarkan suatu data yang dibuat baik sendiri maupun
kelompok dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya
untuk mengetahui karakteristik responden (Nursalam, 2015).
Analisa univariat dilakukan terhadap distribusi karakteristik
responden yang meliputi: Jenis kelamin, umur, pengalaman
operasi, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi dan proposinya untuk
mengetahui karakteristik dari responden.
2) Analisa Bivariat
Analisa bivariate adalah analisa yang dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi dengan tindakan spinal anestesi yaitu
menggunakan uji korelasi Pearson. Variabel bebas dan variabel
terikat dalam penelitian ini menggunakan skala data interval oleh
karena itu analisa data menggunakan uji Pearson. Sudah dilakukan
uji normalitas menggunakan Kolmogorov-smirnov dan
mendapatkan nilai 0,200 yang artinya data tersebut berdistribusi
normal.
a) Nilai signifikan hipotesis
Menurut (Swarjana, 2015) nilai signifikan yaitu :
(1) Apabila nilai signifikan α < (0,05) berarti H₀ ditolak dan
Hₐ diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang
bermakna antar variable yang diuji.
42

(2) Apabila nilai signifikan a > (0,05) berarti H₀ diterima dan


Hₐ ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
korelasi yang bermakna antar variable yang diuji.
Tabel 4.1 Pedoman Keeratan Hubungan
Rentang Nilai Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,790 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat

5. Etika Penelitian
Penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, oleh
karena itu etik penelitian harus diperhatikan (Swarjana, 2015). Masalah
etik yang harus diperhatikan yaitu :
a) Ijin Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat izin
penelitian kepada Kaprodi Sarjana Terapan Keperawatan
Anestesiologi. Peneliti meminta persetujuan penelitian dari Rektor
ITEKES Bali. Setelah itu surat permohonan izin penelitian dari
ITEKES Bali yang sudah ditandatangani oleh Rektor ITEKES Bali
yang akan ditujukan kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali. Setelah peneliti mendapatkan surat
rekomendasi dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Bali, kemudian peneliti akan membawa surat
tersebut ke Badan Kesbang Pol dan Linmas Kota Denpasar.
Kemudian, surat izin yang didapatkan dari Badan Kesbang Pol dan
Linmas Kabupaten Negara akan disampaikan kepada Rektor
ITEKES Bali dan Ketua Prodi Sarjana Terapan Keperawatan
Anestesiologi ITEKES Bali.
43

b) Ethical Clearance
Peneliti mengajukan surat permohonan ethical clearance yang
ditandatangani oleh Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan
(ITEKES) Bali yang ditujukan kepada Ketua Komisi Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Setelah mendapatkan izin, surat
akan diserahkan kepada Diklat Rumah Sakit Umum Negara Bali
sebagai pemberitahuan bahwa peneliti akan melakukan penelitian di
RSU Negara.
c) Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan adalah lembar yang berisikan permintaan
persetujuan kepada calon responden bahwa dia bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini dengan disertakan tanda tangan pada
lembar informed consent/persetujuan. Lembar persetujuan ini berisi :
patisipasi responden, tujuan dilakukannya pengumpulan data,
potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, biaaya
dan lain-lain. Pada penelitian ini peneliti memberikan lembar
persetujuan dan menerima responden yang bersedia untuk
menandatangani lembar informed consent secara langsung sebagai
bentuk persetujuan bahwa responden secara sukarela bersedia
menjadi bagian dari penelitian ini.
d) Anonymity (Tanpa nama)
Merupakan etika penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil yang disajikan. Pada penelitian
ini, peneliti menjelaskan kepada responden untuk tidak
mencantumkan nama tapi hanya diminta untuk menuliskan inisial
nama depan saja dengan dua huruf.
e) Confidently (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah etik yang memberikan jaminan kerahasiaan hasil
dari penelitian, baik informasi maupun masalah yang lainnya.
Peneliti bertanggung jawab atas semua kerahasiaan data responden.
44

Peneliti menyimpan jawaban responden dan tidak memperlihatkan


kepada orang lain dan hasil pengelolaan data dilaporkan secara
general dan data hanya dapat diakses oleh peneliti dan pembimbing
analisa data.
f) Beneficence
Merupakan sebuah prinsip untuk memberi manfaat pada orang lain,
bukan untuk membahayakan orang lain. Pada proses penelitian saat
sebelum pengisian kuisioner peneliti telah menjelaskan lebih dulu
tentang manfaat penelitian serta keuntungan pada responden.
Manfaat yang dijelaskan kepada responden adalah responden dapat
mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operasi dan tenaga
kesehatan dapat melakukan intervensi untuk mengatasi kecemasan
pada pasien pre operasi.
BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilaksanakan di Rumah


Sakit Umum Negara yang berlangsung dari bulan Februari – Maret 2021.
Penelitian ini melibatkan sebanyak 53 responden. Setelah dilakukan analisa data,
selanjutnya dapat disajikan hasil penelitian berupa karakteristik responden,
gambaran dukungan keluarga pasien pre op, gambaran tingkat kecemasan pasien
pre op dan hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien
pre operasi dengan tindakan subarachnoid block di Rumah Sakit Umum Negara.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat


kecemasan pasien pre operasi dengan Subarachnoid Block dimulai pada
tanggal 10 Februari – 30 Maret 2021 di Rumah Sakit Umum Negara. Rumah
Sakit ini memiliki Instalasi Bedah Sentral yang di dalamnya memiliki 4
ruangan operasi namun hanya 3 yang aktif beroperasi, ruang persiapan operasi
(pre op) dan ruang pemulihan (post op). Ruang persiapan operasi dilengkapi
alat monitor, oksigen sentral, tiang infus dan bed pasien. Ruang pemulihan
dilengkapi dengan monitor, oksigen sentral, troly emergency, bed pasien dan
tiang infus. Ruang dahlia merupakan ruangan bedah untuk pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi (pre operasi) dan pasien selesai operasi (post
operasi). Saat pengumpulan data peneliti membagikan kuesioner ke responden
yang telah diberikan penjelasan tentang tujuan dan maksud dari penelitian ini,
kemudian peneliti menyerahkan lembar persetujuan kepada pasien atau
keluarga pasien sebagai perwakilan pasien yang bersedia menjadi responden,
setelah itu peneliti membagikan kuesioner ke pasien dan peneliti memberikan
waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

45
46

B. Karakteristik Responden
Penelitian tentang “Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi dengan Tindakan Subarachnoid
Block” telah dilaksanakan di ruang bedah dahlia RSU Negara dengan 53
orang responden yang berpartisipasi dan bersedia menjadi responden.
Karakteristik dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan dan yang diamati lainnya yaitu pengalaman
operasi. Berikut diuraikan karakteristik responden dalam bentuk table.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Responden (N=53)
No. Kategori Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Jenis Kelamin
a. Perempuan 29 54,7
b. Laki-laki 24 45,3
2. Usia
a. < 25 tahun 14 26.4
b. 26-35 tahun 16 30,2
c. 36-45 tahun 8 15,1
d. > 45 tahun 15 28,3
3. Tingkat Pendidikan
a. SD 10 18,9
b. SMP 8 15,1
c. SMA 25 47,2
d. Perguruan Tinggi 10 18,9
4. Jenis Pekerjaan
a. Mahasiswa/Siswa 5 9,4
b. PNS 4 7,5
c. Karyawan/Pegawai Kontrak 5 9,4
d. Wiraswasta/Pedagang 21 39,6
e. Petani 5 9,4
47

f. Ibu Rumah Tangga 13 24,5


5. Pengalaman Operasi
Pernah 14 26,4
Belum Pernah 39 73,6

Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.1 mengenai distribusi frekuensi berdasarkan


karakteristik responden diatas menunjukan bahwa dari jenis kelamin,
responden yang paling banyak mendominasi yaitu perempuan sebanyak 29
responden (54,7%) dan laki-laki 24 responden (45,3%). Dilihat dari usia
terdapat 16 responden (30,2%) dalam rentang usia 26-35 tahun (dewasa awal)
dan yang paling sedikit berada pada rentang usia 36-45 tahun (dewasa akhir)
sebanyak 8 responden (15,1%). Pada tingkat pendidikan memiliki mayoritas
pendidikan terakhir SMA sebanyak 25 responden (47,2%) dan paling sedikit
memiliki pendidikan terakhir SMP sebanyak 8 responden (15,1%). Sebanyak
21 responden (39,6%) bekerja sebagai Wiraswasta/Pedagang dan yang paling
sedikit bekerja sebagai Petani, Karyawan/Pegawai Kontrak dan berstatus
sebagai Mahasiswa/Siswa sebanyak 5 responden (9,4%), dan berdasarkan
pengalaman operasi diaptkan sebagian besar responden belum pernah
memiliki pengalaman operasi yaitu 39 responden (73,6%) dan yang sudah
pernah yaitu 14 responden (26,4%) dari jumlah responden.

C. Gambaran Dukungan Keluarga Pada Pasien Pre Operasi


Hasil penelitian gambaran dukungan keluarga pada pasien operasi
dengan tindakan subarachnoid block di OK RSU Negara yang telah
dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut.
48

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga


Pasien Pre Operasi Dengan Tindakan Subarachnoid Block di RSU
Negara
Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 53 100

Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.2 mengenai distribusi responden berdasarkan


dukungan keluarga diatas dari total responden sebanyak 53 orang ditemukan
bahwa seluruh responden yang akan melaksanakan operasi memiliki
dukungan keluarga yang tinggi yaitu 53 responden (100,0%). Untuk dukungan
keluarga rendah dan sedang tidak ditemukan.

D. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi


Hasil penelitian gambaran tingkat kecemasan pada pasien operasi
dengan tindakan subarachnoid block di OK RSU Negara yang telah
dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi Dengan Tindakan Subarachnoid Block di RSU
Negara
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)
Ringan 1 1,9
Sedang 10 18,9
Berat 27 50,9
Berat Sekali 15 28,3
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.3 mengenai distribusi responden berdasarkan


tingkat kecemasan pre operasi diatas dari total responden sebanyak 53 orang
ditemukan bahwa sebanyak 27 (50,9%) responden yang mengalami
49

kecemasan berat, 15 (28,3%) responden yang mengalami kecemasan berat


sekali, 10 (18,9%) responden yang mengalami kecemasan sedang dan 1
(1,9%) responden yang mengalami kecemasan ringan.

E. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien


Pre Operasi
Hasil penelitian hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pada pasien operasi dengan tindakan subarachnoid block di OK
RSU Negara yang telah dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 5.4 Tabel Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pre Operasi Dengan Tindakan Subarachnoid Block di
RSU Negara
Kecemasan Dukungan Keluarga
Corelation 1,000 0.192
Kecemasan
Sig. 000 0.169
N 53 53
Corelation 0.192 1,000
Dukungan
Keluarga Sig. 0.169 000
N 53 53
Berdasarkan tabel 5.4 mengenai distribusi silang antara dukungan
keluarga dengan tingkat kecemasan pasie pre operasi. Pada penelitian ini
berdasarkan hasil uji normalitas ditemukan data tidak berdistribusi normal,
sehingga untuk analisa lebih lanjut menggunakan uji pearson. Berdasarkan
hasil uji dengan menggunakan uji pearson diperoleh nilai signifikannya
adalah 0,164 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari nilai alpa (α) 0,05
sehingga hasil tersebut memberikan makna bahwa hipotesis alternative (Ha)
ditolak atau hipotesis nol diterima, sedangkan untuk nilai korelasinya yaitu
0,192. Dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi tidak
memiliki hubungan yang bermakna, tidak adanya hubungan yang signifikan
50

dengan tingkat korelasi sangat rendah. Tingkat korelasi ini di dukung


berdasrkan buku dari I Ketut Swarjana (2015) yang mana tingkat korelasi
sangat rendah ada pada nilai 0,00 – 0,199.
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang dukungan keluarga, tingkat kecemasan pasien


dan hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre
operasi dengan tindakan subarachnoid block di Rumah Sakit Umum Negara dan
juga membahas tentang keterbatasan dari penelitian.

A. Dukungan Keluarga Pre Operasi


Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga
yang diberikan oleh keluarga kepada pasien yang akan melakukan operasi.
Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa seluruh responden (100%)
memiliki dukungan keluarga dalam kategori tinggi atau baik. Hal ini terjadi
karena keluarga selalu membantu dan menemani pasien selama pasien di
rumah sakit baik membantu dalam hal materi dan kebutuhan kebutuhan
lainnya yang dibutuhkan oleh pasien menjelang operasi. Responden yang
mendapatkan dukungan keluarga kategori sedang dan tinggi mendapatkan
dukungan emosional yang tinggi pula dari keluarga, ditandai dengan keluarga
yang selalu menunggu pasien ketika di rumah sakit, keluarga yang selalu
memperhatikan keadaan pasien selama sakit, keluarga yang selalu berusaha
mendengarkan setiap kali pasien mengeluh mengenai penyakitnya atau
keadaannya dan keluarga selalu ramah dalam membantu pasien dalam
memenuhi kebutuhan pasien (Nurwulan, 2017). Dukungan anggota keluarga
dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga.
Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu
siap memberikan pertolongan dan bantuan kapanpun jika diperlukan
(Friedman dkk, 2014).
Hasil temuan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang menemukan bahwa dukungan keluarga yang didapatkan
sebagian besar dalam kategori tinggi atau baik yaitu sebanyak 92% (Edi,
2016) penelitian ini juga di dukung oleh penelitian-penelitian lain (Miftakhul,

50
51

2017; Rizky, 2014). Studi-studi tentang dukungan keluarga telah


mengkonseptualisasi dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik
dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat
bermanfaat. Dukungan sosial keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan,
tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat
ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan sosial keluarga internal antara lain
dukungan dari suami atau istri, dari saudara kandung, atau dukungan dari anak
(Setiadi, 2008). Dapat dikatakan bahwa dari beberapa hasil penelitian ini
menunjukan bahwa tidak terdapat responden yang memiliki dukungan
keluarga yang rendah, responden cenderung memiliki dukungan keluarga
yang tergolong baik.

B. Tingkat Kecemasan Pre Operasi


Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan
yang dialami oleh pasien yang akan menjalani operasi. Berdasarkan penelitian
ini ditemukan bahwa 27 orang responden atau sekitar 50,9% memiliki tingkat
kecemasan berat, ini terjadi di karenakan responden belum siap untuk
menghadapi tindakan operasi yang akan dilakukan pada dirinya sehingga
mengakibatkan perubahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Winda (2014) yang menjelaskan bahwa responden menganggap ada
ancaman terhadap integritas biologi yaitu meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas
sehari-hari akibat trauma fisik yang dialami, perubahan peran, dan perubahan
lingkungan. Hal ini juga sejalan dengan teori Stuart yang mengatakan
kecemasan berat cenderung memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik.
Kecemasan merupakan kondisi emosional yang ditandai dengan kekhawatiran
yang berlebihan terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.
Kecemasan tersebut sulit dikendalikan dan berhubungan dengan gejala
somatic, seperti ketegangan otor, iritabilitas, kesulitan tidur dan kegelisahan
(Vellyana, 2017).
52

Hasil temuan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian


sebelumnya yang menemukan bahwa tingkat kecemasan pasien pre operasi
didapatkan sebagian besar berada pada kecemasan berat (Nurpeni, 2013).
Kecemasan tersebut dapat terjadi dikarenakan responden yang memiliki
kekhawatiran tinggi tentang hal-hal yang tidak diinginkan mungkin terjadi dan
juga pengalaman operasi yang berbeda-beda serta pengetahuan tentang
tindakan operasi. Dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini menunjukan
bahwa, responden yang mengalami kecemasan sedang hanya sedikit,
sedangkan responden cenderung menunjukan kecemasan berat yaitu 31,7%.

C. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre


Operasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada hubungan atau tidak ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre
operasi. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi dengan tindakan
subarachnoid block. Namun berdasarkan hasil analisa data ditemukan tidak
ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada
pasien pre operasi dengan tindakan subarachnoid block di RSU Negara,
dengan nilai p value (0,162) lebih besar dari nilai alpha (0,05). Dengan nilai
korelasi 0,192 yang berarti memiliki tingkat korelasi yang sangat rendah dan
arah korelasinya yaitu korelasi positif yang artinya dukungan keluarga yang
didapatkan oleh responden baik namun tingkat kecemasan beberapa responden
tidak terpengaruh sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara dua
variable menunjukan arah yang sama atau searah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winda (2014) bahwa hal
ini bisa saja terjadi karena responden yang memiliki dukungan keluarga yang
tinggi masih memiliki kekhawatiran pada dirinya sendiri terkait penyakit dan
tindakan operasi yang akan dilakukannya, meskipun semua aspek dukungan
keluarga telah diterimanya. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurwulan (2017) yang dilakukan di
53

RSUD Sleman Yogyakarta menemukan bahwa terdapat hubungan yang


signifikan anatara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre
operasi dengan nilai p value 0,001.
Pada penelitian sebelumnya bahwa dukungan keluarga dapat
mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang akan melakukan operasi.
Namun hasil penelitian ini justru menjawab hal yang berbeda, walaupun
dukungan keluarga dalam aspek apapun sudah diberikan oleh keluarga, tetapi
tingkat kecemasan dari setengah atau sebagian responden tetap sama.
Penelitian ini tidak ada hubungan atau tingkat korelasinya rendah. Tidak dapat
dipungkiri, hasil seperti ini dapat terjadi. Hasil temuan ini sejalan dengan
beberapa penelitian lain, yaitu hasil yang ditemukan bahwa tidak ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre
operasi dengan nilai p value 0,127 > α 0,05 (Winda, 2014). Berdasarkan
penelitian tersebut dijelaskan bahwa hal ini terjadi karena responden
menganggap ada ancaman terhadap integritas biologi yaitu meliputi
ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas
untuk melakukan aktivitas sehari-hari akibat trauma fisik yang dialami,
perubahan peran, dan perubahan lingkungan. Hasil penelitian ini juga searah
dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan
menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan pasien pre operasi dengan nilai p value 0,525 (Herlina,
2012). Berdasarkan penelitian tersebut dijelaskan bahwa hal ini terjadi karena
jumlah sampel yang relatif sedikit dibandingkan dengan hasil studi serupa
sebelumnya.
Dapat disimpulkan bahwa pasien atau responden mendapatkan
dukungan keluarga yang tinggi dan baik namun ada beberapa factor yang
membuat responden menganggap bahwa ancaman yang diterimanya baik
biologi dan ketidakmampuan fisiologi dari tindakan operasi yang dijalaninya
dapat mendatangkan perubahan pada dirinya sendiri seperti factor pengalaman
operasi yang dirasakan oleh responden sendiri. Disamping itu juga
kekhawatiran tentang perubahan fisik dan perubahan/penerimaan lingkungan.
54

Kemudian hal ini dapat terjadi karena jumlah sampel yang sedikit seperti yang
dijelaskan oleh Herlina (2012).
Hal tersebut juga diperkuat dengan studi yang dilakukan sebelumnya
menyimpulkan bahwa factor yang penting yang dapat mengurangi tingkat
kecemasan pasien preoperasi adalah bukan banyaknya informasi yang
diberikan tapi kejelasan informasi (Eberhardt, n.d. dalam Winda, 2014).
Dukungan keluarga juga berkaitan dengan tingkat kecemasan seseorang
dimana peran keluarga adalah sesuatu yang diharapkan secara normatife dari
seseorang dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan–harapan pasien
(Haqiki, 2013). Berdasarkan hasil yang ditemukan, hipotesis pada penelitian
ini tidak terbukti yaitu tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi dengan tindakan subarachnoid
block.

D. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan penelitian. Keterbatasan
pertama adalah pada jumlah sampel. Sebelum penelitian ini dilaksanakan,
peneliti merencanakan untuk mengumpulkan sampel kurang lebih sebanyak
100 atau lebih, namun kenyataannya peneliti hanya berhasil mengumpulkan
53 sampel. Keterbatasan ini terjadi karena sedikitnya jumlah operasi
perbulannya akibat kekhawatiran masyarakat untuk mengunjungi fasilitas
kesehatan karena adanya pandemi. Hal ini didukung penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Yustina (2020) menemukan bahwa 71,8% responden
mengaku tidak pernah mengunjungi rumah sakit ataupun klinik sejak adanya
pandemic. Untuk mengatasi keterbatasan ini peneliti melakukan perpanjangan
waktu untuk memenuhi jumlah sampel, namun peneliti hanya bisa
mengumpulkan 53 sampel.

Keterbatasan kedua yaitu keterbatasan pada waktu pengumpulan data.


Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti merencanakan untuk
melaksanakan pengumpulan data selama 4 minggu ata sekitar 1 bulan. Tetapi
pada kenyataannya peneliti menghabiskan waktu selama 6 minggu untuk
55

melaksanakan pengumpulan data. Keterbatasan ini terjadi karena jumah


operasi perbulannya hanya berkisar 30 orang dan juga diakibatkan karena
pandemic Covid-19 yang mngakibatkan penurunan jumlah pasien
perbulannya. Hal ini didukung berdasarkan pernyataan kepala OK RSU
Negara dan data yang didapatkan perbulannya. Untuk mengatasi hal ini
peneliti menambah waktu pengumpulan data.
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pasien pasien pre operasi dengan tindakan subarachnoid block di
Rumah Sakit Umum Negara, seluruh pasien yang bersedia menjadi responden
telah menjawab seluruh kuesioner yang telah dibagikan. Karakteristik
responden dalam penelitian ini lebih di dominasi oleh jenis kelamin
perempuan, dengan rentang usia lebih banyak pada usia 26-35 tahun,
mayoritas pendidikan terakhir yaitu SMA, pekerjaan lebih ke
wiraswasta/pedagang dan berdasarkan pengalaman operasi lebih banyak yang
sudah pernah melakukan operasi sebelumnya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dukungan keluarga yang
didapatkan oleh pasien pre operasi tergolong tinggi dan baik dengan presentasi
yang sempurna yaitu 100%. Kemudian hasil dari tingkat kecemasan pasien pre
operasi berada pada kategori cemas berat dengan presentasi yaitu 50,9% dan
penelitian ini juga menemukan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan
dengan nilai signifikansi 0,169 dengan tingkat korelasinya sangat rendah dan
arah korelasinya yaitu korelasi positif yang artinya hubungan antara dua
variable menunjukan arah yang sama atau searah.

B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan penelitian di atas, maka dapat diberikan saran
sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Berdasarkan keterbatasan penelitian, peneliti selanjutnya agar dapat
mengidentifikasi jumlah sampel atau responden dengan jumlah yang lebih
banyak serta memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi penelitian
dan dapat menentukan dengan lebih tepat berapa lama waktu yang
dibutuhkan. Disarankan juga untuk penelitian selanjutnya lebih

56
57

mengutamakan untuk memakai kuesioner APAIS untuk penelitian yang


menilai tingkat kecemasan pasien pre operasi.
2. Bagi Penata Anestesi
Diharapkan dapat mengoptimalkan dalam memberikan penjelasan
dan pemahaman yang baik tentang rencana pembiusan, efek, dan
informasi mengenai anestesi dan operasi pada pasien pre operasi yang
mengalami kecemasan dengan memperhatikan aspek psikologi pasien pre
operasi.
3. Bagi Rumah Sakit
Bagi Rumah Sakit diharapkan dapat memberikan segala informasi
yang jelas untuk mengurangi kecemasan pasien dan tentang pentingnya
dukungan keluarga dalam penyampaian informasi terhadap tingkat
kecemasan pasien pre operasi sebelum dilakukan operasi.
4. Bagi Institusi
Bagi institusi hasil penelitian yang ditemukan dapat menjadi suatu
bahan masukan dan sumber informasi bagi ilmu kesehatan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi mata ajar Keperawatan
Dasar pada dukungan social.
DAFTAR PUSTAKA

Apollo, & Cahyadi, A. (2012). Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah Yang
Bekerja Ditinjau Dari Dukungan Sosial Keluarga. 000(02), 230–239.

Artini, N. M., Praptil, N. K. G., & Putu, I. G. N. (2017). Hubungan Terapeutik


Perawat-Pasien Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi.
Community of Publishing in Nursing (COPING), 5(3), 147–152.

Firdaus, F. M. (2014). Uji Validasi Konstruksi Dan Reliabilitas Instrumen the


Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (Apais) Versi
Indonesia. Universitas Indonesia, November 1990, 78841818.

Gea, N. K. (2014). Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penuruan Tingkat


Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Rsud Kota Bekasi Tahun 2013. 1–7.

Haqiki, S. A. N. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat


Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruang Perawatan Bedah Baji Kamase 1
Dan 2 Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

Hardiani, C. A. (2012). Kecemasan dalam menghadapi masa bebas pada


narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo. (Skripsi)
Yogyakarta. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Herlina, L. (2011). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat


Kecemasan Pasien Praoperasi Di Ruang Bedah Kelas Iii Rumah Sakit
Umum Daerah 45 Kuningan.

Liandi, R. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan


Pre Operasi Pada Anak Usia Sekolah Di Rs Pku Muhammadiyah
Yogyakarta. xiii, 83.

Nurpeni, R. K. M., Prapti, N. K. G., & Kusmarjathi, N. K. (2013). Hubungan


Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker
Payudara (Ca Mammae) Di Ruang Angsoka Iii Rsup Sanglah Denpasar.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Nurwulan, D. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Anestesi Dengan Tindakan Spinal Anestesi Di
Rsud Sleman. 1–11.

Organization, W. H. (2007). World Health Statistics. World Health Organization

Organization, W. H. (2015). World Health Statistics 2015. World Health


Organization.

Riniasih, W., & Natassia, K. (2015). Efektivitas Tehnik Relaksasi Napas Dalam
Dan Dzikir Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre
Operasi Bph Di RSUD Dr. Raden Soedjati Soemodiardjo Purwodadi. Jurnal
Kesehatan, 1(4), 41–48.

Riwidikdo, H. (2012). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Madika

Rizky Ika Winda, Fathra Annis Nauli, Y. H. (2014). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien Fraktur Tulang Panjang Pra
Operasi Yang Dirawat Di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. 1–10.

Siswatiningsih, D. S. (2018). Hubungan Pengetahuan tentang Prosedur Anestesi


Spinal dengan Kecemasan Pasien Intraoperatif di RSUD Mardi Waluyo
Blitar. http://repository.phb.ac.id/405/

Swarjana, I. K., & Bali, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan [Edisi


Revisi]: Tuntunan Praktis Pembuatan Proposal Penelitian untuk Mahasiswa
Keparawatan, Kebidanan, dan Profesi Bidang Kesehatan Lainnya. Penerbit
Andi.

Taravella, D. (2019). Hubungan Pengetahuan Operasi Dengan Tingkat


Kecemasan Pre Operasi Pasien Dengan Tindakan Spinal Anestesi Di Rumah
Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Poltekkes kemenkes Yogyakarta.

Ulfa, M. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan


Pada Pasien Pre Operasi Terencana Di Rsu Dr. Saiful Anwar Malang.
Yusnita, E. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Penurunan Kunjungan
ke Faskes. Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia.
file:///C:/Users/62812/Downloads/tugas%20psikologi%20kesehatan.pdf
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

BULAN

NO KEGIATAN Okt. November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Penyusunan
1
Proposal

ACC
2
Proposal

Penyebaran
3
Proposal

Ujian
4
Proposal

Ujian Ulang
5
Proposal
Pengumpulan
6
Data

Penyusunan
7 Hasil
Penelitian

Penyebaran
8
Skripsi

9 Ujian Skripsi

Ujian Skripsi
10
Ulang

Perbaikan
11 dan
Pengumpulan
Lampiran 2

KUESIONER

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DENGAN
SUBARACHNOID BLOCK DI RSU NEGARA
A. Petunjuk
1. Perhatikan dan bacalah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan
seksama dan cermat
2. Berikan tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda
3. Setiap butir pernyataan harus dijawab dan tidak boleh dikosongkan
4. Jawaban harus sesuai dengan apa yang ada dalam kenyataan
5. Jawaban yang anda berikan dijamin kerahasiaannya.
B. Data Umum
Nama (Inisial) :
Umur :
Jenis Kelamin : L P
Pendidikan :
Pekerjaan :
Pengalaman operasi :
C. Kuesioner Tingkat Kecemasan
Berilah tanda (√) pada kolom pilihan yang sesuai dengan yang anda rasakan.
1. Tidak sama sekali
2. Tidak terlalu
3. Sedikit
4. Agak
5. Sangat
Jawaban

No Pertanyaan Tidak Tidak Sedikit Agak Sangat


Sama terlalu
sekali

1. Saya takut tentang


pembiusannya

2. Saya terus menerus


memikirkan tentang
pembiusan

3. Saya ingin tahu sebanyak


mungkin tentang prosedur
pembiusan saya

4. Saya takut tentang


tindakan operasi saya

5. Saya terus menerus


memikirkan tentang
operasi

6. Saya ingin tahu sebanyak


mungkin tentang tindakan
operasi saya

Jumlah

Jumlah total
D. Kuesioner Dukungan Keluarga
Berilah tanda (√) pada kolom pilihan yang sesuai dengan yang anda rasakan.
1 = Tidak Pernah : Jika Tidak Sama Sekali Dilakukan.
2 = Kadang-Kadang : Jika Pernah Dilakukan Namun Hanya Beberapa Kali
3 = Sering : Jika Kerap Kali Dilakukan
4 = Selalu : Jika Dilakukan Terus-menerus

No. Dukungan Tidak Kadang- Sering Selalu


pernah kadang
Dukungan Informasional
1. Keluarga memberitahu bahwa
penyakit saya bisa sembuh bila
menjalani operasi.
2. Keluarga memberi penjelasan setiap
saya bertanya hal-hal yang tidak jelas
tentang penyakit saya.
3. Keluarga menanyakan hasil
pemeriksaan dan pengobatan saya
kepada dokter atau perawat.
4. Keluarga menunjukan tempat
pelayanan kesehatan yang tepat untuk
operasi yang akan saya jalani.
Dukungan Penilaian
5. Keluarga menguatkan saya dalam
menghadapi penyakit.
6. Keluarga menginginkan saya
memberitahu tentang kondisi
kesehatan saya saat menjelang
operasi.
7. Keluarga memberikan perhatian
kepada saya agar tetap kuat untuk
menjalani operasi.
8. Keluarga mengharapkan tindakan
operasi yang saya jalani merupakan
pilihan yang tepat
Dukungan Instrumental
9. Keluarga mendampingi saya sebelum
dan sesudah operasi
10. Keluarga memperhatikan
perkembangan kesehatan saya
11. Keluarga berperan aktif dalam
persiapan operasi saya
12. Keluarga membantu biaya perawatan
dan operasi saya
Dukungan Emosional
13. Keluarga mendengarkan keluh kesah
saya menjelang operasi
14. Keluarga mengkhawatirkan kondisi
saya menjelang operasi
15. Keluarga peduli terhadap perasaan
takut yang saya alami
16. Keluarga meyakinkan saya bahwa
operasi akan berjalan dengan lancar
Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Yth.
Di Negara
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Zesika Indah Pertiwi Walangadi
NIM : 17D10115
Pekerjaan : Mahasiswa semester VII Program Studi DIV Keperawatan
Anestesiologi
Alamat : Jalan Tukad Balian Gang Dwi Indah No. 182 B
Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk bersedia
menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul “Hubungan Antara
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan
Subarachnoid Block di Rumah Sakit Umum Negara” yang pengumpulan
datanya akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan Subarachnoid Block di
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Negara. Saya akan tetap menjaga
segala kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan.
Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerjasama dari
kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.

Negara, 01 Januari 2021

Peneliti

Zesika Indah Pertiwi Walangadi


NIM. 17D10115
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh
Saudara Zesika Indah Pertiwi Walangadi, Mahasiswa semester VII Program Studi
DIV Keperawatan Anestesiologi – ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi Dengan Subarachnoid Block di Rumah Sakit Umum Negara”, maka
dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian
tersebut, secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.
Demikian persetujuan ini saya berikan agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya

Negara,
Responden
Lampiran 5

LEMBAR PERNYATAAN FACE VALIDITY

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ns. I Putu Gede Yudara Sandra Putra,S.Kep.,M.Kep
NIDN : 0820068301
Menyatakan bahwa mahasiswa yang disebutkan sebagi berikut :
Nama : Zesika Indah Pertiwi Walangadi
NIM : 17D10115
Judul Proposal : Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan Subarachnoid
Block di RSU Negara
Menyatakan bahwa dengan ini bahwa telah selesai melakukan bimbingan face
validity terhadap instrumen penelitian yang bersangkutan.
Demikian surat ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 03 Februari 2021


Face Validator

( Ns. I Putu Gede Yudara Sandra Putra,S.Kep.,M.Kep )


NIDN. 0820068301
LEMBAR PERNYATAAN FACE VALIDITY

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ketut Sudiana, S.S.T.,M.Kes
NIDK : 8870460018
Menyatakan bahwa mahasiswa yang disebutkan sebagi berikut :
Nama : Zesika Indah Pertiwi Walangadi
NIM : 17D10115
Judul Proposal : Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan Subarachnoid
Block di RSU Negara
Menyatakan bahwa dengan ini bahwa telah selesai melakukan bimbingan face
validity terhadap instrumen penelitian yang bersangkutan.
Demikian surat ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 31 Januari 2021


Face Validator

( Ketut Sudiana, S.S.T.,M.Kes)


NIDK. 8870460018
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12

HASIL ANALISA DATA

Jenis Kelamin

Frequency Precent Valid Cumulative


Precent Precent

Valid Laki-laki 24 45.3 45.3 45.3

Perempuan 29 54.7 54.7 100.0

Total 53 100.0 100.0

Umur

Frequency Precent Valid Cumulative


Precent Precent

Valid < 25 tahun (Remaja 14 26.4 26.4 26.4


Akhir)

26-35 tahun (Dewasa 16 30.2 30.2 56.6


Awal)

36-45 tahun (Dewasa 8 15.1 15.1 71.7


Akhir)

> 45 tahun (Lansia) 15 28.3 28.3 100.0

Total 53 100.0 100.0


Pekerjaan

Frequency Precent Valid Cumulative


Precent Precent

Valid Mahasiswa/Siswa 5 9.4 9.4 9.4

PNS 4 7.5 7.5 17.0

Karyawan/Pegawai 5 9.4 9.4 26.4


Kontrak

Wiraswasta/Pedagang 21 39.6 39.6 66.0

Petani 5 9.4 9.4 75.5

Ibu Rumah Tangga 13 24.5 24.5 100.0

Total 53 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Frequency Precent Valid Cumulative


Precent Precent

Valid SD 10 18.9 18.9 18.9

SMP 8 15.1 15.1 34.0

SMA 25 47.2 47.2 81.1

Perguruan Tinggi 10 18.9 18.9 100.0

Total 53 100.0 100.0

Pengalaman Operasi

Frequency Precent Valid Cumulative


Precent Precent

Valid Pernah 14 26.4 26.4 26.4

Belum Pernah 39 73.6 73.6 100.0


Total 53 100.0 100.0

Tingkat Kecemasan

Frequency Precent Valid Cumulative


Precent Precent

Valid Cemas Ringan 1 1.9 1.9 1.9

Cemas Sedang 10 18.9 18.9 20.8

Cemas Berat 27 50.9 50.9 71.7

Cemas Berat Sekali 15 28.3 28.3 100.0

Total 53 100.0 100.0

Dukungan Keluarga

Frequency Precent Valid Cumulative


Precent Precent

Valid Dukungan Keluarga 53 100.0 100.0 100.0


Tinggi

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 53

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 6.24765590

Most Extreme Differences Absolute .080

Positive .080
Negative -.080

Test Statistic .080

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.200c,d

Korelasi Dukungan Keluarga dan Tingkat Kecemasan

Correlation

Tingkat Dukungan
Kecemasan Keluarga

Pearson Tingkat Correlation 1.000 0.192


Kecemasan Coefficient
Sig. (2-tailed) 000 0.169

N 53 53

Dukungan Correlation 0.192 1.000


Keluarga Coefficient
Sig. (2-tailed) 0.169 000

N 53 53
Lampiran 13

PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Proposal penelitian dengan judul “Hubungan Antara Dukungan


Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Dengan
Subarachnoid Block di RSU Negara”, telah mendapatkan persetujuan
pembimbing dan Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali untuk
dilaksanakan sesuai dengan rencana penelitian yang tertuang dalam
proposal penelitian.

Denpasar, 04 Desember 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Made Rismawan, S.Kep.,MNS Ns. Ni Wayan Kesari Dharmapatni,S.Kep.,MNS


NIDN. 0820018101 NIR. 15118

Menyetujui,

Rektor

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D


NIDN. 0823067802

Anda mungkin juga menyukai