ID018
ID018
ID018
ABSTRAK
Permasalahan dalam sektor industri yang sering dijumpai adalah masalah antrian. Antrian terjadi ketika
kemampuan layanan lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan akan layanan. Adanya antrian yang panjang
akan menggangu sebuah proses produksi dalam sebuah perusahaan. Proses Produksi pada UMKM Kilat
Makmur Furniture sering dijumpai adalah penumpukan produk (WIP) pada beberapa stasiun kerja. Analisis
sistem produksi dapat dilakukan dengan simulasi untuk melihat kondisi proses dalam sebuah model. Simulasi
arena dapat mempresentasikan sebuah sistem produksi dan membangun model untuk menyatakan proses atau
logika dalam sistem. Setelah dilakukan simulasi maka akan terlihat dimana produk (WIP) paling sering
menumpuk karena antrian, dari hasil simulasi terlihat number queue pada pengamplasan adalah terbesar yaitu
sebesar 27 unit, kemudian usulan perbaikan untuk menambah stasiun pengamplasan sebanyak 2 stasiun kerja
untuk mengurangi number queue, setelah dilakukan perbaikan number queue pada stasiun pengamplasan
menjadi berkurang rata-rata sebesar 9 unit. Berdasarkan analisis biaya total pada stasiun kerja pengamplasan
dengan 3 stasiun kerja total biayanya lebih kecil dibandingkan menggunakan 1 stasiun kerja.
Kata Kunci:Antrian, Furniture, Queue Number, Simulasi Arena
1. Pendahuluan
Menurut Siagian (1987), antrian merupakan suatu garis tunggu dari orang atau barang yang
memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan). Kondisi mengantri merupakan
kondisi dimana sekumpulan objek berupa orang, komponen, atau mesin yang menunggu dalam
suatu urutan tertentu untuk mendapatkan layanan. Antrian terjadi ketika kemampuan layanan lebih
kecil dibandingkan dengan kebutuhan akan layanan. Antrian yang tidak terkontrol akan
mengakibatkan waktu tunggu panjang yang mengakibatkan penumpukan material pada stasiun
tertentu (bottleneck). Kondisi tersebut akan mengurangi produktivitas dan merugikan perusahaan.
Menurut Gunawan (2013) tujuan utama perusahaan adalah mencapai keefektifan dan keefisienan
proses produksi dengan harapan mampu meningkatkan produktivitas dan mampu bersaing dengan
perusahaan-perusahaan lainnya. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan
mengatasi masalah antrian dan mengambarkan proses produksi dengan cara simulasi.
Kilat Makmur Furniture adalah industri kecil yang bergerak dalam produksi furniture kayu.
UMKM ini memproduksi rak, kursi dan meja dari kayu. Jumlah karyawan ada 3-4 orang yang
bekerja pada bagian pemotongan, assembly dan finishing. Tahapan proses produksi yaitu
kedatangan bahan baku, bahan baku kemudian dipotong sesuai desain dan ukuran, assembly,
inspeksi, finishing (pendempulan dan pengecatan), dan inspeksi akhir. Proses di dalam sistem
produksi dijalankan menggunkan mesin dan manusia. Masalah yang paling sering dijumpai pada
UMKM ini adalah penumpukan produk pada beberapa stasiun kerja. Penumpukan yang terjadi
mengakibatkan terganggu nya proses produksi yaitu barang jadi menjadi lebih lama karena proses
antrian yang panjang sehingga memerlukan waktu yang lama untuk prosesnya. Selain itu antrian
yang panjang pada salah satu stasiun menyebabkan stasiun lain menjadi terganggu baik menjadi
menganggur atau bahkan berhenti karena menunggu barang dari stasiun yang mengalami antrian
yang panjang (Mulyono,1991). Analisis sistem produksi dapat dilakukan dengan simulasi untuk
melihat kondisi proses dalam sebuah model (Setiawan,1991). Simulasi dengan arena dapat
mempresentasikan sebuah sistem produksi dan membangun model eksperimen dengan
menggunakan model-model yang menyatakan proses atau logika dalam system
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC ISSN: 2579-6429 2018
Surakarta, 7-8 Mei 2018
(Wahyani,2014).Dalam penelitian ini, Arena akan digunakan untuk menganalisis sistem antrian
pada sebuah UMKM furniture, yaitu Kilat Makmur Furniture.
1. Metodologi Penelitian
1.1 State Of The Art
Penyusunan paper ini mengambil beberapa referensi penelitian sebelumnya termasuk jurnal-
jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian pertama, dilakukan oleh Widhy Wahyani
(2014) yang menganalisis terjadinya bottle neck pada produk sarung tenun dengan pendekatan
simulasi ARENA.
1.2 Tahapan Penelitian
Tahapan pertama adalah tahap identifikasi awa studi literatur dengan menggunakan beberapa
jurnal untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya adalah
penentuan latar belakang dan perumusan masalah serta penentuan tujuan dan batasan dan asumsi.
Tahap selanjutnya adalah pengumpulan dan pengolahan data, pada tahap ini pengumpulan
data dilakukan melalui observasi pengamatan lansungbaik (direct maupun indirect observation)
pada proses pembuatan furniture yaitu data waktu proses pemotongan, proses assembly, proses
pengamplasan, proses pengecatan dan proses rework. Data pengamatan didapat dengan melakukan
pengambilan sample pada jam dan rentang waktu tertentu. Setelah data terkumpul selanjutnya
melakukan pengolahan data dengan MS exceldan data analyst pada aplikasi ARENA untuk
mengetahui jenis distribusi dari data pengamatan yang diambil.Tahapan ini dilakukan dengan
melakukan uji keseragaman data dan uji disiribusi.
Tahapan selanjutnya adalah pembuatan model simulasi dengan menggunakan ARENA.
Penggambaran proses produksi dilakukan dengan memasukan data kedatangan entitas, data proses
pengerjaan entitas, data keluarnya entitas dan jenis distribusi dari setiap tahapan pengerjaan entitas.
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data:
1. Waktu Proses Pemotongan
2. Waktu Proses Assembly
3. Waktu Proses Amplas
Tahap Pengumpulan dan 4. Waktu Proses Pengecatan
Pengolahan data 5. Waktu Proses Rework
Pengolahan Data
Selesai
kayu akan dipotong sesuai ukuran dan bentuk yang furniture yang akan dibuat. Tahapan
selanjutnya adalah proses assembly atau perakitan menjadi bentuk meja, kursi atau rak. Tahapan
berikutnya adalah proses pemeriksaan (inspeksi) untuk mengetahui kelayakan kualitas dari produk,
pada tahapan ini akan ditentukan mana produk yang dimasukan dalam produk siapfinishing
finishing atau
masuk produk reject atau produk rework. Produk yang masuk dalam kategori siap finishing
selanjutnya akan dilakukan proses pengamplasan dan pengecatan. Produk yang masuk kategori
cacat akan dikerjakan ulang (rework)
rework) menjadi produk yang sama atau produk lain yang kualitasnya
lebih rendah. Berikut merupakan contoh dari data proses yang diambil pada pembuatan rak buku.
Tabel 1.Data
Data waktu pemotongan, inspeksi dan assembly pada pembuatan rak buku
(Sumber :Pengolahan
Pengolahan Data Excel 2017)
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC ISSN: 2579
2579-6429 2018
Surakarta, 7-8 Mei 2018
Tabel 2.Pengolahan
Pengolahan uji distribusi waktu pemotongan, inspeksi dan assembly pada pembuatan rak buk
buku
Model simulasi proses produksi kemudian dirunning dan menghasilkan beberapa keluaran
yang dapat dilihat pada summary arena software sebagai berikut:
A. Report Category Overview
1. Banyak produk yang bisa dilayani mencapai 100% dilihat dari item Number In dan Number
Out, dimana keduanya menampilkan angka 1350. Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku
masuk adalah 1350 unit dan yang keluar dari system juga 1350 unit. Dengan
membandingkan banyaknya unit barang masukdan unit barang yang selesai dilayani bisa
disimpulkan bahwa tidak barang yang belum selesai diproses.
2. Dari item wait time terlihat bahwa waktu tunggu produk sebelum dilayani minimal adalah
0,00 menit dan maksimum 4,1453 jam dengan rata-rata 0,5612 jam. Ini menunjukkan
bahwa, raw material akan menunggu dikerjakan dengan rata-rata waktu 0,5612 jam dan
waktu antrinya tidak akan melibihi 4,1453 jam. Total pengerjaan berhenti adalah 2130,01
jam untuk 1350 unit produk.
3. Dari item WIP terlihat bahwa waktu yang diperlukan oleh unit part kayu pada pengerjaan di
setiap stasiun minimal adalah 0,00 menit dan maksimum adalah 45 jam dengan rata-rata 1,25
jam.
4. Pada report 2 waktu tunggu (waiting time) dilihat dari rata-ratanya, waktu tunggu paling
kecil adalah pada stasiun assembly 2 dengan rata-rata 0,00051487 jam, sedangkan waiting
time terbesar adalah stasiun pengamplasan dengan rata-rata menunggu 0,6282 jam.
5. Pada report 3 number waiting jika dilihat dari nilai rata-rata dan nilai maksimum, stasiun
pengamplasan menjadi memiliki nilai number waiting yang paling besar dengan rata-rata
0,2042 dan nilai maksimumnya 27.
6. Pada pengunaan resource(pekerja) pada report dapat dilihat operator pengamplasan dan
pendempulan memiliki rata-rata tingkat utilitas, kesibukandan penjadwalan yang paling
besar yaitu 0,0699.
Berdasarkan hasil dari model awal yang telah dilakukan, terjadi penumpukan antrian pada
stasiun pengamplasan dan pendempulan. Oleh karena itu, dibuat skenario model simulasi antrian
pada stasiun operasi pengamplasan dan pendempulan di UMKM Kilat Makmur dengan menambah
dua stasiun kerja menjadi stasiun pengamplasan dan pendempulan 2 dan 3. Berikut adalah model
usulan simulasi antriannya menggunakan software Arena for Student.
Biaya menunggu dihitung berdasarkan waktu yang dihabiskan pada proses stasiun pengerjaan
pengamplasan dan pendempulan. Dengan menggunakan 1 stasiun, biaya pelayanan per unit sebesar
Rp 23.176,13 dan biaya menunggu per unit sebesar Rp 10.631.250. Menggunakan 3 stasiun, biaya
pelayanan per unit Rp 69.528,41 dan biaya menunggu per unit sebesar Rp 3.543.750. Biaya total
per unit menggunakan 1 stasiun adalah Rp 10.654.426,13 dan jika menggunakan 3 stasiun sebesar
Rp 3.613.278,41. Dilihat dari biaya total, menggunakan 3 stasiun lebih baik dibandingkan
menggunakan 1 stasiun.
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa biaya total per unit menggunakan 3 stasiun
kerja lebih kecil dibandingkan dengan 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya usulan
perbaikan yaitu menambah stasiun kerja pengamplasan dan pendempulan menjadi 3 stasiun maka
akan mengurangi biaya total yang akan dikeluarkan oleh UMKM Kilat Makmur Furniture untuk
mengatasi masalah antrain.
3. Simpulan
Kesimpulan dari simulasi antrian yang telah dilakukan pada UMKM Kilat Makmur Furniture,
antara lain:
1. Berdasarkan item Number In dan Number Out terlihat banyak bahan baku yang bisa
diproses/ dilayani mencapai 100%.
2. Dari item number waiting terlihat bahwa number waiting terbesar terdapat pada proses
pengamplasan yaitu sebesar 27.
3. Setelah dilakukan perbaikan yaitu penambahan stasiun pengamplasan menjadi total 3 buah
maka pada item number waiting terlihat bahwa number waiting turun dari 27 menjadi rata-
rata 9.
4. Berdasarkan analisis biaya yang dikeluarkan pada stasiun pengamplasan dan pendempulan
ketika membuat 1350 unit produk didapat bahwa pengguaan 1 stasiun, biaya pelayanan per
unit sebesar Rp 23.176,13 dan biaya menunggu per unit sebesar Rp 10.631.250.
Menggunakan 3 stasiun, biaya pelayanan per unit Rp 69.528,41 dan biaya menunggu per
unit sebesar Rp 3.543.750. Biaya total per unit menggunakan 1 stasiun adalah Rp
10.654.426,13 dan jika menggunakan 3 stasiun sebesar Rp 3.613.278,41. Dilihat dari biaya
total, menggunakan 3 stasiun lebih kecil dibandingkan menggunakan 1 stasiun.
Daftar Pustaka
Aman, M& Gunawan M.H.(2014). Analisis Sistem Manufaktur Finger Joint Laminating Board;
Studi Kasus PT Dharma Stya Nusantara Gersik. Program Studi Teknik Industri Universitas
Muhammadiyah Malang
Gunawan&Haryanto.M. (2013). Optimasi Sistem Produksi pada Perusahaan Timbangan Pertim
Malang dengan Metode Simulasi, Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi
Sepuluh November, Surabaya, 2002
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC ISSN: 2579-6429 2018
Surakarta, 7-8 Mei 2018