Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

5 - Pemadatan Tanah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 41

MEKANIKA TANAH 1

PROGRAM DIPLOMA 4
Putera Agung MA & Sony Pramusandi
PEMADATAN TANAH
TUJUAN PENGAJARAN
 Mahasiswa diharapkan mampu memahami
prinsip – prinsip dasar pemadatan tanah.
 Mahasiswa diharapkan mampu mengerti
proses pemadatan tanah dalam pekerjaan
konstruksi.
 Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan
pekerjaan‐pekerjaan pemadatan tanah di
lapangan.
A. Umum

1. Kegunaan pemadatan.
Meningkatkan berat volume tanah, yang berarti :
• Meningkatkan kekuatan tanah untuk mendukung
beban.
• Menaikkan stabilitas lereng.
• Mengurangi pemampatan tanah.

2. Pengaruh kadar air ( Wc ) terhadap pemadatan :


 Kepadatan tanah meningkat dengan meningkatnya kadar
air  air berfungsi sebagai “pelumas”.
Tapi :penambahan air yang berlebihan  kepadatan
menurun.
Karena :air mengambil alih tempat-tempat yang semula
ditempati oleh butiran.
 Kadar air dimana kepadatan tanah maksimum dinamakan
 Kadar air optimum ( wc-opt ).
B. Test Pemadatan di Laboratorium

1. Kegunaan Test Pemadatan


Test pemadatan dilakukan untuk menentukan kepadatan
maksimum (γd-max) dan kadar air optimum (wc-opt).

2. Jenis test pemadatan ( lihat Gambar 4.1a dan 4.1b )


a. Standard Proctor Test.
b. Modified Proctor Test.

3. Energy Pemadatan.

 Jml .tumb .  Berat  Ting . Jatuh 


@ lapis  x Jml .lapis  x  Pemukul  x  Penumbuk 
E      
(Volume Cetakan )
Gambar 4.1a Photo alat pemadatan Proctor
Handle

collar
(mould
extension)
Sleeve guide

Cylindrical
soil mould
Hammer for
compacting
soil
Base plate

Gambar 4.1b Sketsa alat pemadatan Proctor


a. Standard Proctor Test.

• Cara pelaksanaan test :


- ASTM Test D-698
- AASHTO Test T-99
• Volume cetakan : 1/30 ft3 = 943.3 cm3
• Diameter cetakan = 4” = 101.6 mm.
• Berat palu pemukul = 5.5 Lb = 2.5 Kg.
• Tinggi jatuh palu = 12” = 304.8mm
• Tanah diletakkan didalam cetakan = 3 Lapis.
• Jumlah tumbukan @ lapis = 25 pukulan.
b. Modified Proctor Test.

• Cara pelaksanaan test :


– ASTM test D-1557.
– AASHTO test T-180
• Volume cetakan : 1/30 ft3 = 943.3 cm3
• Berat palu pemukul = 10 lb = 4.54 kg
• Tinggi jatuh palu = 18” = 457.2 mm.
• Tanah diletakkan didalam cetakan = 5 lapis.
• Jumlah tumbuhkan @ lapis = 25 pukulan.
B. Test Pemadatan di Laboratorium (lanjutan)

4. Cara menggambar kurva hasil test pemadatan.

• Data yang didapatkan dari test pemadatan :


– Kadar air, wc
– Berat volume, g.
• Hitung kepadatan (gd) untuk masing-masing wc


d 
1  wc
• Gambar kurva hubungan antara d dengan wc
(Gambar 4.2)
• Dari kurva (Gambar 4.2), tentukan kepadatan tanah
maksimum, (d-max) dan kadar air optimum (wc-opt)
(dry)
Dry unit weight

max

wc
opt

Moisture content

Gambar 4.2 : Kurva hubungan antara berat volume


kering ( dry) dengan kadar air (wc).
B. Test Pemadatan di Laboratorium (lanjutan)

5. Menggambar kurva ZAV (zero air void)


– Zero Air Void  Saturated (Jenuh)
– Menghitung :

Gs  w
 d ( zav ) 
1 e
SR.e = Gs.wc  SR = 100%  e = Gs wc

Gs  w
 d ( zav ) 
1  Gs wc
 Hitung gd(zav) untuk wc tertentu
– Gambar kurva antara wc dan d(zav) yang saling
bersesuaian (Gambar 4.3)
Gambar 4.3
Kurva “Zero Air Voids” yang di plot bersama hasil pemadatan
dengan Standard Proctor dan Modified Proctor
B. Test Pemadatan di Laboratorium (lanjutan)

6. Dry side Wc-opt. dan wet side wc-opt :


a. Dry side wc-opt bila wc < wc-opt
b. Wet side wc-opt bila wc > wc-opt

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan.

 Jenis tanah yang dipadatkan


 Distribusi ukuran butiran
 Kadar air
 Energi yang dipakai untuk memadatkan
C. Perubahan Sifat Tanah Akibat Pemadatan

1. Perubahan struktur butiran akibat pemadatan


( Lihat Gambar 4.4 ).
a. Pada titik a  struktur butiran : “flocculate”(acak).
Karena : wc rendah  diffuse double layer tidak
berkembang sepenuhnya.
Akibatnya : gaya tolak menolak antar butir kecil.
b. Pada titik b  diffuse double layer bertambah.
c. Pada titik c  gaya tolak-menolak antar butir besar
 susunan partikel  “dispersed”.
Gambar 4.4
Pengaruh pemadatan terhadap struktur tanah
2. Sifat tanah
lempung yang
dipadatkan.

Parameter tanah yang


berubah akibat
pemadatan (Gambar 4.5):
• Daya rembes.
• Kekuatan tanah
• Kompressibilitas.

Gambar 4.5a
Perubahan daya rembes
tanah dengan kadar air
saat pemadatan
Gambar 4.5b
Perubahan
kemampumampatan tanah
dengan kadar air saat
pemadatan
D. Pemadatan Tanah di Lapangan

1. Alat yang umum digunakan :


a. Smooth-wheel roller (Gambar 4.6)
b. Rubber-tired roller (Gambar 4.7)
c. Sheepfoot roller (Gambar 4.8)
d. Dynamic compaction (Gambar 4.9)
e. Vibratory roller (Gambar 4.10)
2. Spesifikasi pemadatan lapangan
a. End Product Specification (EPS).
b. Method Specification (MS).
D. Pemadatan Tanah di Lapangan (lanjutan)

Gambar 4.6 Photo smooth wheel roller


Gambar 4.7 Gambar 4.8a
Photo rubber tired roller Photo sheepfoot roller

Gambar 4.8b
Photo sheepfoot roller
type lain
Gambar 4.9 Photo vibro compaction dan dynamic compaction
Gambar 4.10
Photo vibratory roller/alat pemadat dengan getaran
D. Pemadatan Tanah di Lapangan (lanjutan)

a. End Product Specification.


Yang Ditentukan :
- Prosentase Kepadatan Akhir Yang Dicapai Dilapangan :
Relative Compaction Atau Kepadatan Relative (R ).
 d lapang
R(%)  x 100% Atau :
 d max lab

  d lapang   d min    d max 


DR    x 
   
 d max d min   d lapang 
Ro  d min
R  Ro 
1  DR (1  Ro )  d lapang
D. Pemadatan Tanah di Lapangan (lanjutan)

b. Method Specification.
Yang ditentukan :
- Type dan berat alat pemadat.
- Jumlah lintasan alat pemadat.
- Ketebalan lapisan tanah yang dipadatkan.

Kontraktor hanya menjalankan “SPESIFIKASI”


Hasil akhir  bukan tanggung jawab kontraktor.
E. Test Pemadatan Lapangan

1. Jenis Test Kepadatan Lapangan

Kepadatan di Lapangan dapat


ditentukan dengan Melakukan Test :
a. Sand Cone ( Gambar 4.11).
b. Rubber Balloon (Gambar 4.12).
c. Nuclear Density Meter (Gambar 4.13).
E. Test Pemadatan Lapangan (lanjutan)

a. Sand Cone (Gambar 4.11)

Kepadatan lapangan dapat dihitung dengan cara:


• Menentukan berat tanah yang digali, dengan urutan:
- Tentukan berat botol + corong + pasir ottawa = W1.
- Tentukan berat tanah galian = W2
- Tentukan kadar air tanah galian = wc
- Hitung berat kering tanah galian = W3,
dengan formula sebagai berikut :

W2
W 3 
1  wc
Sand Cone (lanjutan)
• Menentukan volume tanah yang digali, dengan cara:
Tentukan berat botol + corong + sisa pasir Ottawa = W4.
Tentukan berat pasir yg mengisi lubang & corong = W5
W5 = W1 – W4

W6 = Berat pasir pengisi corong


W7 = Berat pasir pengisi lubang
W7 = W5 – W6

Hitung volume Galian dengan formula :

W7
V 
 d  pasir
Sand Cone (lanjutan)

Gambar 4.11
Sketsa alat Sand Cone
E. Test Pemadatan Lapangan (lanjutan)

b. Rubber Balloon (Gambar 4.12)


Sama seperti sand cone.
Hanya : volume galian ditentukan dengan cara :
memasukkan karet dalam lubang galian
dan diisi dengan cairan yang sudah
diketahui berat volumenya.

c. Nuclear Density Meter (Gambar 4.13)


Dioperasikan dipermukaan tanah atau didasar
lubang galian.
Yang diukur :
– Berat tanah basah per-sat. volume.
– Berat air yang dikandung per-sat volume.
E. Test Pemadatan Lapangan (lanjutan)

Gambar 4.12 Gambar 4.13


Water Displacement-Rubber Balloon Nuclear densitymeter
E. Test Pemadatan Lapangan (lanjutan)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepadatan


Lapangan

- Jenis Tanah.
- Distribusi Ukuran Butiran
- Kadar Air.
- Energi Untuk Memadatkan.
- Tebal Lapisan Yang Dipadatkan.
- Intensitas Tekanan Pada Permukaan.
- Luas Daerah Yang Dipadatkan.
E. Test Pemadatan Lapangan (lanjutan)

3. Pepadatan Spesial di Lapangan

a. Tanah berbutir kasar


- Dynamic compaction
- Vibro floatation
- Blasting.
b. Tanah berbutir halus :
- Preloading
- Dewatering.
F. Metode Rasio Daya Dukung California (CBR = California Bearing Ratio)

 Metode ini mula‐mula diciptakan oleh O.J. Porter,


kemudian dikembangkan oleh California State Highway
Departement.
 ASTM D 1883‐87 (1961), AASTHO T 193‐74 (1972)
 Di Indonesia percobaan ini telah distandarisasi melalui SNI
dan standar Bina Marga PB‐0113‐76
 Metode ini mengkombinasikan percobaan pembebanan
penetrasi di laboratorium atau di lapangan dengan
rencana empiris (empirical design charts) untuk
menentukan tebal lapisan perkerasan.
F. Metode Rasio Daya Dukung California (CBR = California Bearing Ratio)

CBR (California Bearing Ratio), adalah merupakan suatu


perbandingan antara beban penetrasi (penetration load) dari
bahan tertentu terhadap beban standar (standard load), untuk
kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu dan dinyatakan
dalam prosen (%).

PT
CBR  x100 % (3.14)
PS

dimana :
PT = beban penetrasi (penetration load)
PS = beban standar (standard load)
F. Metode Rasio Daya Dukung California (CBR = California Bearing Ratio)

Jika dilakukan di laboratorium maka sebagai sumber beban


digunakan mesin beban (load frame) lihat pada Gambar 3.15

3.15 Percobaan CBR di Laboratorium


G. Penetrasi Kerucut Dinamis (DCP, Dynamic Cone Penetration)

 Nilai CBR lapangan dapat juga diperoleh dengan menggunakan


hasil pemeriksaan Dynamic Cone Penetrometer (DCP).
 DCP mulai dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1985/1986.
 Pemeriksaan dengan DCP menghasilkan data kekuatan tanah
sampai kedalaman 90 cm di bawah tanah dasar.
 Penetrasi kecucut dinamis (DCP) merupakan salah satu jenis
pengujian yang dilakukan di lapangan, yang secara tidak
langsung dapat dipakai untuk menentukan nilai CBR lapangan
dari tanah dasar (subgrade).
 Pelaksanaan percobaan ini sangat mudah dan hasilnya dapat
diperoleh secara cepat, sehingga lebih ekonomis jika
dibandingkan dengan pengujian CBR lapangan secara
konvensional.
G. Penetrasi Kerucut Dinamis (DCP, Dynamic Cone Penetration)

Jenis alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah versi Scala
seperti pada Gambar 3.16, dengan berat penumbuk 9,072 kg (20
lb) dijatuhkan dari ketinggian 50,8 cm (20 inci), serta ujung kerucut
dengan sudut puncak 30.

Keterangan :

a. Saat penumbuk akan ditarik ke atas

b. Saat penumbuk akan dijatuhkan

c. Ujung konus masuk sedalam D1 ke dalam tanah

Gambar 3.16 Alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer)


G. Penetrasi Kerucut Dinamis (DCP, Dynamic Cone Penetration)

Hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan :


a. Penetrabilitas Skala Penetrometer (Scale of Penetrometer
Penetrability = SPP) yang menyatakan mudah atau tidaknya
melakukan penetrasi ke dalam tanah. Dinyatakan dalam :
cm/tumbukan.
b. Tahanan Skala Penetrasi (Scale of Penetration Resistance = SPR)
yang menyatakan sukar atau tidaknya melakukan penetrasi ke
dalam tanah. Dinyatakan dalam tumbukan/cm.
1
SPR  3.18
SPP
G. Penetrasi Kerucut Dinamis (DCP, Dynamic Cone Penetration)

Gambar 3.18 Grafik hasil pemeriksaan alat DCP


TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai