Keputusasaan
Keputusasaan
Keputusasaan
Dosen Pengampu :
Dr. Ns. Wahyu Kirana, M.Kep, Sp. Kep.J
NIDN.1106097501
Disusun oleh :
Kelompok V
1. Mulyani (821221067)
2. Melanie Putri Angraini (821221057)
3. Lulu Halda Rahmawati (821221053)
4. Lili Susilawati (821221052)
5. Muhammad Sad’rival (821221035)
6. Syarifah lidya ( 821221101)
7. Muhammad Khairul (821221066)
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim.
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah dengan penuh kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan dengan
baik.Shalawat serta salam semoga terlimpah curahan kepada baginda tercinta yakni Nabi
Muhammad SAW. Makalah ini memuat mengenai " Askep klien dengan masalah psikososial ;
keputusasaaan ” Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dr. Ns. Wahyu Kirana,
M.Kep, Sp. Kep.J
sebagai dosen pengampu mata kuliah keperawatan kesehatan jiwa dan psikososial yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Walaupun makalah ini kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup bagi
pembaca. Semoga makalah ini memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan
kritiknya. Terimakasih
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Tujuan...................................................................................................................................4
C. Sistematika penulisan...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS......................................................................................................6
A. Konsep Dasar Keputusasaan...................................................................................................6
1. Definisi..............................................................................................................................6
2. Proses Terjadinya Masalah...............................................................................................6
B. Asuhan Keperawatan Keputusasaan...................................................................................14
1. Proses Keperawatan...........................................................................................................14
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................19
A. Proses keperawatan.............................................................................................................19
B. Strategi pelaksanaan...........................................................................................................19
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................25
A. Kesimpulan.........................................................................................................................25
B. Saran...................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................26
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keputusasaan merupakan pernyataan subjektif dimana individu memandang
adanya keterbatasan, tidak ada jalan ataupun pilihan yang bisa dipilih, serta tidak mampu
menyelesaikan masalahnya secara mandiri,dengan tanda-tanda antara lain pola tidur yang
tidak efektif, tidak berekspresif, penurunan kontak mata, nafsu makan berkurang, tidak
berinisiatif, respon stimulus yang diakibatan stres kronis, menjaga jarak dengan lawan
bicara, kepasifan, mengangkat bahu sebagai respon bicara, mengungkapkan “tidak bisa”,
serta sering mengeluh (Herdman, (2018).
Putus asa merupakan keinginan negatif serta ketidakberdayaan, berdasarkan hasil
yang negatif dapat dikelompokan dilihat dalam 3 dimensi yaitu dimensi kognitif, dimensi
afektif dan dimensi motivasi. Dimensi emosional meliputi pandangan negatif tentang
masa depan, diantaranya kurangnya harapan, antusiasme, atau kepercayaan. Dimensi
motivasi berfokus pada pikiran serta perasaan negatif tentang kemampuan individu dalam
mengubah ataupun meningkatkan kebahagiaan dimasa depan (Istiqomah,2021).
Gambaran Perubahan fisik yang disebabkan oleh keputusasaan meliputi
kelelahan, mual muntah dan tidak bisa tidur. Perasaan kelelahan disampaikan oleh
penderita dalam bentuk ekstrimitas semakin lemah, loyo serta tidak memiliki
kekuatan .Beberapa situasi mereka merasa marah, takut sedih dan tertekan serta
seringkali mengalami perubahan suasana hati. Gejala kecemasan yang dialami pasien
keputusasaan meliputi keluhan kelelahan, marah secara emosional, kurang tidur, kesal,
agresif, merasa putus asa, sulit menerima penyakit/ keadaan, merasa membebani keluarga
karena tidak bisa dalam hal apapun, serta berfikir negatif tentang dirinya (Pertiwi. D. I
2022).
Dampak masalah psikososial keputusaasaan adalah Pasien yang didiagnosis
keputusasaan mengalami masalah dengan pemenuhan kebutuhan dan mengalami
masalah yang meliputi area emosional, psikologis, dan spiritual. Spiritual pada pasien
keputusaasaan dapat mempengaruhi kecemasan dan depresi dan meningkatkan rasa
ketidak kenyamanan. Kecemasan yang berlebihan dapat menyebabkan daya tahan tubuh
menurun, sehingga risiko tertular virus ini akan semakin tinggi . Masalah psikologis
3
pasien keputusaasaan banyak mengalami gangguan kecemasan, depresi, keresahan akan
munculnya komplikasi lain, ketakutan menjalani pemeriksaan, kekambuhan penyakit,
dan kematian. Kecemasan merupakan gangguan psikologi yang disebabkan karena pasien
menghadapi ketidakpastian, kekhawatiran tentang diri nya, Beberapa situasi mereka
merasa marah, takut sedih dan tertekan serta seringkal mengalami perubahan suasana
hati. (Dan et al., 2024).
Keputusasaan menjadi salah satu masalah psikososial keperawatan yang menarik
karena sering menyebabkan memburuknya keadaan fisik klien, oleh karena itu sebagai
perawat perlu untuk memberikan penggambaran mengenai masalah keperawatan
psikososial keputusasaan. Berdasarkan uraian di atas menyimpulkan bahwa keputusasaan
adalah masalah psikososial yang umum terjadi terhadap pasien penderita penyakit
menular, dan pasien yang putus asa, faktor kehilangan,selalu gagal, faktor lingkungan,
orang yang berada disekitarnya, kondisi kesehatan ,munculkan stressor hidup, kurang
percaya diri.
B. Tujuan
A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan teoritis pada klien dengan masalah
psikososial keputusaasaan.
B. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar keputusasaan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan teoritis pada klien dengan
Masalah psikososial keputusasaan
c. Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Masalah psikososial keputusasaan
C. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan umum dan khusus, serta
sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini membahas tentang teori mulai
4
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam bab ini yang pertama ada pengkajian,diagnosa,intervensi tindakan, serta strategi
pelaksanaan komunikasi pada pasien yang mengalami keputusasaan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini membahas kesimpulan materi yang dibahas
BAB II
5
TINJAUAN TEORITIS
6
tubuh, factor keseimbangan cairan. Depresi biasa nya dicetuskan oleh trauma fisik seperti
penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan, serta factor psikis, seperti
kehilangan kasih sayang serta harga diri (Khofifah. L. 2021).
a. Faktor Predisposisi
Menurut Imelisa. R : ( 2020 ) Faktor predisposisi masalah keputusasaaan sebagai
berikut :
1) Teori kehilangan
Teori ini berhubungan dengan faktor perkembangan misalnya kehilangan orang
tua pada masa anak-anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang
dicintai. Teori ini menjelaskan bahwa seseorang tidak berdaya dalam mengatasi
kehilangan.
2) Teori kepribadian
Teori ini menjelaskan ada kepribadian seseorang yang menyebabkan seseorang
rentan terhadap rasa putus asa (keputusasaan).
3) Model kognitif
Model ini menjelaskan bahwa putus asa merupakan masalah kognitif yang
didominasi oleh penilaian negatif seseorang terhadap diri sendiri, lingkungan,
dan masa depan.
4) Model belajar ketidakberdayaan
Putus asa dimulai dari kehilangan kendali diri kemudian menjadi pasif dan tidak
mampu menyelesaikan masalah. Setelah itu, pada individu timbul keyakinan
akan ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga tidak berupaya
mengembangkan respons yang adaptif.
5) Model perilaku
Putus asa terjadi karena kurang pujian (reinforcement) positif selama
berinteraksi dengan lingkungan.
6) Model biologis
Pada keadaan ini, dalam tubuh seseorang terjadi penurunan zat kimiawi yaitu
ketokolamin, tidak berfungsinya endokrin dan terjadi peningkatan sekresi dari
kortisol
7
b. Faktor presipitasi
Menurut Agustine Ramic. (2022). Faktor presipitasi masalah keputusasaan
sebagai berikut :
1) Faktor biologis
Bila seseorang mengalami gangguan fisik yang diakibatkan karena penyakit
tertentu, seperti kanker, atau TBC yang memerlukan waktu pengobatan yang
lama akan menyebabkan seseorang mengalammi kondisi putus asa.
2) Faktor psikologis
Bila seseorang kehilangan kasih sayang dari seseorang yang dicintainya atau
kehilangan harga dirinya akan menyebabkan kondisi putus asa
3) Faktor psikososial budaya
Bila seseorang mengalami kehilangan peran karena adanya perceraian atau
kehilangan pekerjaan karena pemutusan pekerjaan dari perusahaannya secara
sepihak akan menyebabkan kondisi putus asa (Dan et al., 2024)
c. Penilaian terhadap stressor
Pemahaman tentang keputusasaan dapat dilakukan dengan mengintegrasikan
pengetahuan dari berbagai sumber. Model adaptasi stres (Stuart & Laraia, 2015)
mengintegrasikan data dari konsep psikoanalisis, interpersonal, perilaku, genetik dan
biologis. Berbagai konsep tersebut akan menjelaskan tentang penilaian stressor
seseorang ketika mengalami keputusasaan yang meliputi kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku dan sosial.
Respon fisiologis dibangun dari konsep neurobiologis yang menyiapkan
seseorang dalam mengatasi bahaya. Evolusi mempengaruhi neurobiologis untuk
mencegah stimulus yang mengancam. Respon perilaku dan sosial dibangun dari
belajar pengalaman sosial pada masa kanak-kanak hingga dewasa khususnya dalam
menghadapi keputusasaan. Respon afektif dipengaruhi oleh ketidakmampuan jangka
panjang terhadap situasi yang membahayakan sehingga mempengaruhi
kecenderungan respon terhadap keputusasaan. Fungsi kognitif terfokus pada
antisipasi terhadap reaksi keputusasaan yang dipengaruhi oleh intelegensi dan
introspeksi.
8
Penilaian terhadap stressor dapat bersifat adaptif dan maladaptif. Penilaian
stressor yang adaptif akan menjadi faktor penguat yang perlu dilakukan dalam
intervensi keperawatan. Sedangkan penilaian stressor yang maladaptive akan
menjadi dasar penggunaan terapi keperawatan dalam melatih disfungsi ketrampilan
yang dialami individu dalam menilai keputuasaan.
Penilaian terhadap stresor yang dialami oleh klien dan caregiver dengan
keputusasaan meliputi respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada
umumnya klien yang memiliki anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah
sakit akan merasa bingung dan kaget dengan kondisi kesehatan anggota keluarga
yang tiba-tiba terganggu. Klien akan merasa bingung untuk menjalankan berbagai
peran individunya baik dalam keluarga, kelompok maupun masyarakat
( mundzakir,2022).
d. Sumber koping
Menurut Handayani. R. (2023). Sumber koping masalah keputusasaan sebagai
berikut :
1) Personal ability
Kurang komunikatif, hubungan interpersonal yang kurang baik, kurang memiliki
kecerdasan dan bakat tertentu, mengalami gangguan fisik, perawatan dirı yang
kurang baik, tidak kreatif.
2) Social support
Hubungan yang kurang baik dengan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, kurang terkibat dalam organisasi sosial/kelompok sebayaada konflik
nilai budaya
3) Material asset
Penghasilan kurang, sulit memperoleh layanan kesehatan, tidak memiliki
pekerjaan/posisi.
4) Positif belief
Tidak memiliki keyakinan dan nilai positif, kurang memiliki motivasi, kurang
berorientasi pada pencegahan (lebih senang melakukan pengobatan)
e. Mekanisme koping
9
Menurut Daryaswanti. P. I (2023). Mekanisme koping pada masalah keputusasaan
sebagai berikut :
1) Penerimaan dan Kesadaran Diri
Mengajarkan pentingnya hidup di masa kini dan menerima keadaan tanpa terlalu
menghakimi atau berusaha melawan emosi negatif.
2) Reframing Kognitif
Mengajarkan cara mengubah pola pikir negatif dengan mengenali dan
menggantikan pikiran yang merusak dengan yang lebih positif dan realistis.
3) Dukungan emosinal
Menekankan pentingnya mencari dukungan dari teman, keluarga, dan komunitas
serta memahami bahwa mengakui kerentanan adalah kunci untuk hubungan yang
lebih kuat.
4) Aktivitas Fisik dan Meditasi
Mendorong praktik mindfulness dan meditasi sebagai cara untuk menenangkan
pikiran dan tubuh, serta menemukan ketenangan dalam diri sendiri.
5) Terapi dan Konseling
Menguraikan konsep logoterapi, yang berfokus pada menemukan makna hidup
bahkan dalam situasi paling sulit dan bagaimana ini dapat menjadi sumber
kekuatan.
6) Pengaturan Tujuan dan Aktivitas Positif
Menyediakan strategi untuk membangun kebiasaan positif yang dapat membantu
memperbaiki suasana hati dan memberikan rasa pencapaian.
7) Jurnal dan Ekspresi Diri
Menyediakan panduan untuk menulis jurnal sebagai cara mengekspresikan
perasaan dan menemukan inspirasi baru dalam hidup.
8) Pemahaman dan Perubahan Lingkungan
Mengajarkan bagaimana membuat perubahan dalam lingkungan untuk
mendukung perilaku positif dan mengurangi stres.
f. Rentang respon
10
Respon individu terhadap konsep diri dimulai dari respon adaptif dan maladaptif.
Menurut (Stuart, 2015) rentang respon keputusasaan digambarkan sebagai berikut
Keterangan :
1) Respons emosional : tingkatan perasaann diri mengenai cara berperilaku, bisa
diutarakan baik lisan ataupun tulisan mengenai keadaan diri sendiri.
2) Reaksi berduka : perasaan sedih yang mendalam dan sulit maju ketahap
berikutnya.
3) Supresi emosi : secara sadar tindakan yang dapat dipilih guna menutupi pikiran,
perasaan ataupun dukungan dengan adanya perasaan marah, kecewa dan kesal.
4) Reaksi berduka tertunda : upaya untuk menghindari distress hebat yang berkaitan
dengan berduka terkait pada peggambaran dalam penggunaan mekanisme
pertahanan penyangkalan dan supresi yang berlebihaan.
5) Depresi : suasana hati yang terganggu atau perasaan sedih yang mendalam dan
rasa tidak perduli.
Adaptif Maladaptif
11
a. Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): Membantu individu mengidentifikasi
dan mengubah pola pikir negatif serta perilaku yang berkontribusi pada
keputusasaan.
b. Terapi Interpersonal (IPT): Fokus pada meningkatkan hubungan
interpersonal dan keterampilan komunikasi yang dapat membantu
mengurangi perasaan keputusasaan.
c. Terapi Berbasis Mindfulness: Mengajarkan individu untuk lebih hadir
dalam momen dan mengurangi fokus pada pemikiran negative
(Sugiyono,2023).
2. Farmakoterapi
a. Antidepresan: Obat seperti SSRI (Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors) atau SNRI (Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors)
dapat diresepkan untuk mengatasi depresi yang mendasari keputusasaan.
b. Antipsikotik: Pada kasus yang parah atau jika terdapat gejala psikosis,
antipsikotik mungkin diperlukan (Sugiyono,2023).
3. Dukungan Sosial
a. Kelompok Dukungan: Partisipasi dalam kelompok dukungan dapat
memberikan rasa keterhubungan dan mengurangi isolasi sosial.
b. Keluarga dan Teman: Dukungan dari orang-orang terdekat sangat
penting untuk memberikan stabilitas emosional (Sugiyono,2023).
4. Perubahan Gaya Hidup
a. Olahraga: Aktivitas fisik teratur telah terbukti dapat meningkatkan
mood dan mengurangi gejala depresi.
b. Diet Seimbang: Nutrisi yang baik dapat mempengaruhi kesehatan
mental secara positif.
c. Tidur yang Cukup: Pola tidur yang teratur dan cukup sangat penting
untuk kesejahteraan emosional (Sugiyono,2023).
5. Intervensi Kritis
a. Konseling Krisis: Layanan konseling krisis dapat membantu individu
yang berada dalam keadaan keputusasaan akut.
12
b. Intervensi Darurat: Jika terdapat risiko bunuh diri atau tindakan melukai
diri sendiri, intervensi darurat seperti rawat inap mungkin diperlukan
(Sugiyono,2023).
6. Teknik Relaksasi dan Manajemen Stres
a. Meditasi: Dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi stres.
b. Yoga: Mengombinasikan latihan fisik dan mental yang dapat
meningkatkan kesejahteraan keseluruhan.
c. Teknik Pernapasan: Membantu dalam mengelola kecemasan dan stres
yang bisa berkontribusi pada keputusasaan ( Sugiyono,2023).
b. Penatalaksaan Modalitas
Penatalaksanaan modalitas untuk keputusasaan mencakup berbagai
pendekatan yang dirancang untuk membantu individu mengatasi perasaan putus
asa dan mengembalikan harapan serta kesejahteraan emosional mereka. Berikut
adalah beberapa modalitas yang dapat digunakan: (Sutrisno,2015).
1. Terapi Kelompok :
a. Memberikan dukungan sosial dan kesempatan untuk berbagi
pengalaman dengan orang lain yang menghadapi masalah serupa, yang
dapat membantu mengurangi perasaan isolasi dan putus asa (Sawab,
2021).
2. Terapi Keluarga :
a. Melibatkan anggota keluarga dalam sesi terapi untuk memperbaiki
dinamika keluarga dan menyediakan dukungan yang lebih baik bagi
individu yang mengalami keputusasaan (Sawab, 2021).
3. Intervensi Krisis :
a. Untuk individu yang mengalami keputusasaan yang parah dan mungkin
berisiko bunuh diri, intervensi krisis seperti hotline krisis, layanan darurat,
atau rawat inap sementara dapat diperlukan (Sawab, 2021).
4. Aktivitas Fisik :
13
a. Olahraga teratur dapat membantu meningkatkan suasana hati dan
mengurangi gejala depresi, yang pada gilirannya dapat mengurangi
keputusasaan (Sawab, 2021).
5. Pendekatan Holistik :
a. Teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, dan akupunktur dapat
membantu individu merasa lebih tenang dan terkendali (Sawab,2021).
6. Pendidikan dan Kesadaran :
a. Memberikan informasi dan pendidikan tentang keputusasaan dan cara-
cara mengatasinya dapat memberdayakan individu untuk mencari bantuan
dan menerapkan strategi koping yang efektif (Sawab,2021).
7. Konseling Spiritual :
a. Bagi beberapa individu, konseling dengan pemimpin agama atau
pembimbing spiritual dapat memberikan dukungan emosional dan makna
yang membantu mengurangi keputusasaan (Sawab,2021).
B. Asuhan Keperawatan Keputusasaan
1. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
Identitas terdiri dari nama pasien, umur, alamat dan nama penangguang jawab
klien
2) Keluhan utama
3) Factor predisposisi
Menurut Stuart, (2015) antara lain :
a) Faktor Genetik : sikap optimisme terhadap masalah akan sulit dikembangkan
pada individu yang terlahir dan besar dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi.
b) Kesehatan Mental : seseorang dengan gangguan kejiwaan terutama pada
riwayat depresi yang ditandai dengan ketidakberdayaan dan pesimisme, akan
selalu dibayangi masa depan yang suram, biasanya sangat sensitif terhadap
masalah dan sering merasa putus asa.
14
c) Kesehatan Jasmani : Individu dengan kondisi fisik yang sehat dan gaya hidup
yang baik akan memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatasi stres
dibandingkan orang yang berpenyakit fisik.
d) Struktur Kepribadian : seseorang dengan konsep negatif dan harga diri yang
rendah menimbulkan rasa kepercayaaan diri yang rendah dan obyektif pada
tekanan yang dihadapinya.
4) Fisik
Pemeriksaan fisik TTV meliputi tekanan darah, suhu,pernafasan, nadi , tinggi
badan disertai berat badan.
5) Genogram
Genogram mendeskripsikan hubungan pasien pada keluarga yang berisi
minimal tiga generasi.
6) Faktor Presipitasi
a) Faktor biologis
Kaji mengenai status imunisasi, nutrisi, dan latihan fisik.
b) Faktor psikologis dan sosiol budaya
Psikoseksual tanyakan kepada klien tentang kepuasan fase oral, fase
phalik, fase anal, fase laten dan fase genital.
- Psikososial
Kaji tentang masalah psikososial klien mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan rasa percaya, meningkatkan otonomi, merangsang inisiatif,
mengembangkan percaya diri, pembentukan identitas, keintiman dengan
orang lain, produktifitas serta kepuasan hidup.
- Kognitif
Kaji mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rangsangan sensori pada usia
bayi, mengembangkan berfikir konkritl, dan formal operasional (hubungan
sebab-akibat).
- Moral
Nilai moral klien mengenai pengajaran nilai-nilai agama dan norma social
budaya, memberikan hadiah terhadap ketaatan, hubungan terhadap
pelanggaran, dan melatih disiplin diri.
15
7) Penilaian pada stressor
Kaji adanya stimulasi tumbang, perilaku sosial yang tampak pada klien,
persepsi individu terhadap masalah, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
8) Sumber koping
Kaji adanya kemampuan personal dalam problem solving sklill, semangat,
sosial skill, dan intelegensia pengetahuan. Kaji pengetahuan dalam tumbuh
kembang sistem pendukung, koping, pola asuh, konsep diri. Dukungan sosial,
asset material, dan keyakinan.
9) Kebiasaan koping yang digunakan
Kaji kebiasaan koping yang digunakan seperti berbicara dengan orang lain,
aktivitas konstruktif, menyelesaikan masalah, olah raga, orientasi ego.
b. Analisa data
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016) Analisa data Keputusasaan dapat
diperoleh dari :
1) Data Subyektif :
a) Mengungkapkan keputusasaan
b) Sulit tidur
c) Selera makan menurun
2) Data Obyektif :
a) Berperilaku pasif
b) Kurang inisiatif
c) Mengacuhkan lawan bicara
d) Kurang atau tidak berpartisipasi pada tindakan perawatan
c. Diagnosa Keperawatan
1) Keputusasaan D. 0088
2) Ketidakberdayaan D. 0092
3) harga diri rendah kronis D. 0086
Berdasarkan observasi dan wawancara, perawat dapat merumuskan masalah
keperawatan yaitu Keputusasaan.
d. Intervensi keperawatan
Sesuai dengan standar asuhan keperawatan diagnosa psikososial oleh (Rochmawati
et al., 2020) rencana keperawatan terhadap pasien keputusasaan antara lain:
16
1) Intervensi Generalis Pada Pasien
a) Tujuan
- Dapat mengetahui masalah putus asa
- Dapat mengeksplorasi diri terhadap kegiatan
- Dapat memanfaatkan keluarga sebagai pendukung
b) Tindakan Keperawatan
1. SP 1 Pasien
- menciptakan hubungan saliing percaya antara klien dengan perawat
- Buat kontrak pertemuan untuk latihan pengendalian keputusasaan
- Bantu klien mengenali keputusasaannya
- Ajari cara berfikir positif dengan harapan serta penemuan makna hidup
2. SP 2 Pasien
- Pertahankan rasa percaya klien
- Buat kontrak ulang
- Mendiskusikan aspek positif dalam individu
- Mendiskusikan kemampuaan positif
- Melatih kemampuan positif
- Anjurkan bahwa kegiatan positif berpengaruh
dalam membangun harapan serta makna hidup
2) Intervensi Generalis Pada Keluarga
a) Tujuan
- Keluarga bisa mengetahui problem keputusasaan terhadap anggota
keluarganya
- Keluarga bisa menangani anggota keluarga yang menderita keputusasaan
- Keluarga bisa memfollow up anggota keluarga yang menderita
keputusasaan
b) Tindakan Keperawatan
1. SP 1 Keluarga
- Bina hubungan saling percaya
- Buat kontrak latihan cara menangani pasien keputusasaan
- Membantu keluarga mengenali keputusasaan
17
2. SP 2 Keluarga
- Pertahankan rasa percaya dengan keluarga
- Buat kontrak ulang
- Sertakan keluarga dalam melatih klien kemampuan positif
- Mendiskusikan pada keluarga follow up serta keaadaan klien yang
perlu segera ditangani.
e. Implementasi
Implementasi merupakan Tindakan keperawatan untuk mengaplikasikan dari
rencana yang telah disusun berdasarkan intervensi, dimana tujuan implementasi ini
yaitu untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Imlpementasi dalam kasus
sudah dapat dilaksanakan, namun dalam implementasi ada beberapa Tindakan yang
tidak bisa dilaksanakan karena menyesuaikan dengan keadaan ruangan dan
keterbatasan waktu peneliti dalam perawatan pasien ( Fajariyah. N :2024).
Pada diagnosa keputusasaan untuk tindakan keperawatan dapat melakukan
sesuai pada rencana yang sudah ditentukan. Waktu pelaksanaan selama 3x30 menit
dilaksanakan dengan mengajarkan klien sesuai SP.
f. Evaluasi
Menurut Fajariyah. N (2024). evaluasi merupakan proses akhir dalam asuhan
keperawatan, dapat diartikan sebagai perbandingan sistematis serta terencana dari
hasil akhir yang diamati dengan tujuan ataupun kriteria hasil yang ditetapkan
selama imtervensi. Evaluasi dilaksanakan berkesinambungan dengan
mengikutsertakan klien serta perawat. apabila evaluasi menggambarkan pencapaian
yang sesuai dengan tujuan serta kriteria hasil, assesment dinyatakan masalah
teratasi. Sebaliknya, apabila tujuan serta kriteria hasil tidak terpenuhi, maka
assessment masalah belum teratasi sehingga perlu dilakukan analisa data ulang.
18
BAB III
2. Diagnosa keperawatan
a. Keputusasaan D. 0088
b. Ketidakberdayaan D. 0092
c. harga diri rendah kronis D. 0086
3. Tujuan khusus
a. klien dapat mengubah kebiasaan buruk makan makanan manis
b. klien dapat menerima riwayat penyakit Diabetes Melitus nya
c. klien mampu menjalani terapi rendam kaki air hangat
4. Tindakan keperawatan
19
b. Mengidentifikasi prilaku klien
c. Membantu klien mengenali penyakit nya
d. Mengidentifikasi kemampuan klien untuk melakukan terapi secara mandiri
B. Strategi pelaksanaan
Kasus
seorang wanita berusia 20 tahun, bernama maya di bawa ke RS. Yarsi pontianak
oleh keluarganya, hasil pengkajian pasien lemas, tampak bekeringat dingin, pucat dan
gelisah, kelurga pasien mengatakan pasien suka makan makanan manis mempunyai riwayat
diabetes melitus, pasien tidak mau makan, menangis dan merasa putus asa setelah
mengetahui riwayat penyakit nya. Pasien mengatakan tidak mau di rawat dan pasien tampak
tidak punya semangat hidup.
1. Fase orientasi
Ners : assalamualikum bu selamat pagi, perkenalakan saya perawat (…….) yang
bertugas pada pagi hari ini dari jam 7 sampai jam 2 siang nanti. Siapa nama
ibu ?
ortu : waalaikumsalam ners pagi, nama saya (……)
Ners : bagaimana kabar ibu hari ini ?
Ortu : baik ners
Ners : alhamdullilah ya bu, bagaimana kabar anak ibu ?
Ortu : ya seperti itu ners dia nangis, tidak mau makan dia minta di bawa pulang terus
ners , saya khawatir kalau dibawa pulang nnti makin parah kondisi nya dia
stres dan saya juga takut dia melakukan hal” yg tidk di inginkan ners
Ners : baik bu ibu tenang dulu ya, saya kan coba berbicara pada anak ibu insyallah
anak ibu mau di rawat di sini
20
Ortu : iya ners tolong bantu anak saya,dia sempat ingin melukai tangannya karena dia
putus asa dengan penyakit yang dideritanya.
Ners : baik bu, tenang ya bu.kalau begitu saya ingin berbincang” pada anak ibu
Ortu : iya ners silahkan
Ners : baik ibu kita kan berbincang” di sini untuk waktu nya kurang lebih 30 menit ya
Ya bu
Ortu : baik sus
2. Fase kerja
Ners : perkenalakan saya perawat …….. yang bertugas pada pagi hari ini dari jam 7
sampai jam 2 siang nanti. Mohon maaf nama kakak siapa? (memegang gelang
nama
pasien)
Klien : (tidak menjawab)
Ortu : ….. ners
Ners : oh dengan kak….. bisa disebutkan tanggal lahirnya kak?
Ortu : 14 Februari 1999
Ners : gimana kak ……. kabarnya hari ini?
Klien : (hanya diam dan merenung)
Ortu : kk itu suster nya tanya lho
Ners : kok makanannya belum di makan? Mau saya bantu?
Klien : saya tidak mau diganggu, pergi saja sana (berontak)
Ners : tenang-tenang kak (sambil mengusap punggung pasien), saya Cuma mau
berbincang-bincang saja kok.
Klien : (sedikit tenang dan menangis)
Ners : sebenamya apa yang di rasakan kk …….? Jika ada yang ingin kk….ceritakan.
saya siap mendengarkannya.
Klien : begini ners, saya tidak mau di rawat percuma ners, saya rasa saya sudah tidak
berguna lagi. saya tidak akan bisa hidup karena penyakit saya ini. Saya ingin mati
saja (putus asa)
21
Ners : kk tenang jangan seperti ini kasian ibu kk, kenapa kk tidak mau di rawat ?
Klien : untuk apa ners hidup saya sudah tidak lama lagi, saya sudah tidak berguna lagi
(sambil menangis ).
Ners : kk jangan bicara seperti itu, disini kami akan bantu kk dan dokter juga akan
membantu. sebelum nya saya ingin bertanya bgaimana pola makan kk sehari-hari
nya ?
22
Bunuh diri bukanlah solusinya, Jangan langsung ambil keputusan tanpa pikir
Panjang.
Klien : hmm, saya hanya nyusahin orang tua saja, saya tidak berguna jadi anak
Ners : jangan salah paham dulu dek. Orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk
anaknya. Kalau kk ingin bunuh diri, pasti orang tua akan sedih kehilangan
anaknya.
Klien : oh iya ya sus. Ko saya terpikirkan sampai situ ya. Coba saya pikir panjang dulu,
kalau saya semangat menjalaninys pasti orang tua tidak terlalu khawatir dan
kepikiran
Ners : yausudah tidak perlu disesali lagi, yang lalu biarkan saja berlalu. Setelah ini
kk makan dulu ya, supaya keadaannya menjadi lebih baik dan orangtua
tidak cemas lagi.
Klien :baik sus, terimakasih sudah membuat saya menjadi semngat dan percaya diri
Ners : baik kk sama-sama disini saya akan mengajarkan terapi rendam kaki air hangat
ini tujuan nya
untuk meningkat kan aliran darah dan juga meningkatkan perfusi jaringan perifer
pada pasien diabetes, dan juga bisa merilekskan badan kk , tindakan ini
memerlukan waktu kurang lebih 15 menit apakah kk bersedia ?
Klien : iya ners
Ners : baik mba disini saya sudah menyiapkan baskom yg berisi air hangat dengan
suhu
30-37 nnti mba mba rendam kaki mba dalam baskom ini selama 10-15 menit.
Apakah kk mengerti ?
Klien : mengerti ners
Ners : ibu juga bisa lihat nnti ibu bisa bntu anak nya untuk melakukan nya secara
mndiri
di rumah
Ortu : baik ners
Ners : baik mari kita lakukan bersama ya rendam kaki selama 10-15 menit
Klien : baik ners
Ners : nah sekarang kk bisa lakukan sendiri saya ingin melihat nya
23
Klien : iya ners
Ners : baik bagus sekali mba nya bisa ya, nati mba bisa melakukan nya sendiri di
rumah
ketika mba merasa lemas, berkeringat dingin, atau tanda” seperti biasa mba
merasa
tidak nyaman.
Klien : baik ners
Ners : baik ibu kk cukup ya pertemuan kita saat ini, dan saya juga sudah mengajar kan
mba terapi rendam kaki air hangat, mba sudah paham kan dan bisa melakukan
secara mandiri di rumah
Klien : bisa ners
3. Fase Terminasi
Ners : bagaiman perasaan kk setelah melakukan terapi ini ?
Klien : baik sus, saya sudah agak tenang
Ners : alhamdulillah kalau begitu , sebelum saya kembali ke ruangan, apakah ada yang
ingin di tnyakan ?
Ortu :sepertinya tidak ada ners
Ners : kk apakah ada yg mba ingin tnyakan ?
Klien : tidak ners
Ners : baik jika tidak ada yang ingin di tnyakan saya akan kembali keruangan nnti jika
ada perlu bantuan bisa hubungi kami atau panggil kami di ruang perawat,
terimaksih asssalamualaikum
Klien : waalaikum salam
Ortu : waalaikum salam terimaksih ners
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keputusasaan pada klien dapat juga disebabkan oleh gejala psikosomatik yang dialami
oleh klien, yang diperberat dengan penyakit fisik yang menyertainya yaitu keputusasaan .
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah psikososial pada klien yaitu
mengenal keputusasaan, mengembangkan harapan positif, melatih kemampuan positif dalam
diri klien dan pemberian infomasi sesuai dengan kebutuhan klien.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
25
Bagi Lembaga Pendidikan sebaiknya memperbanyak referensi buku- buku keperawatan
jiwa terbitan baru di perpustakaan, karena buku yang tersedia merupakan buku terbitan
lama. Dengan tersedianya buku terbitan baru diharapkan mampu meningkatkan kualitas.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Untuk Profesi Keperawatan agar memberikan asuhan keperawatan jiwa dan perhatian
pada klien keputusasaan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
3. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat sabagai informasi pentingnya pemahaman mengenali potensi diri yang
dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Khofifah linda, ( 2021) asuhan keperawatan jiwa pada ny.h dengan keputusasaan di desa
sidokumpul guntur demak, : semarang.
Stuard, G. W. (2015), Principles and Practice of Psychiatric Nursing (9 ed.). Missouri:
Mosby, inc
Dan, K., Terhadap, D., & Kanker, P. (2024). 1,2,3,4. 6, 1067–1075.
Lailatussa’adah. U (2021). Karya tulis ilmiah.ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.R
DENGAN KEPUTUSASAAN DI DESA
LOIRENG SAYUNG DEMAK
26
Herdman, T. H. dan S. K. (2018). Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020 (Edisi 11). Jakarta: EGC
Imelisa. R, et. al (2020). KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PSIKOSOSIAL. Anggota
IKAPI No. 352/Anggota Luar Biasa/JBA/2020
Pertiwi. D. I (2022). TESIS EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK DALAM MENURUNKAN
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN KANKER PAYUDARA
YANG MENJALANI KEMOTERAPI :A SYSTEMATIC REVIEW. UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
Istiqomah (2021). Karya tulis ilmiah. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.L
DENGAN MASALAH KEPUTUSASAAN DI DESA BANGO DEMAK
PROVINSI JAWA TENGAH. UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Mundakir (2022). KEPERAWATAN PSIKOSOSAIL. UM Surabaya Publishing, 2022 : 17,6 x
25 cm, viii +279 halaman. : 978-623-433-068-7
Agustine Ramic. (2022). MEKANISME KOPING, PENGETAHUAN DAN KECEMASAN
IBU HAMIL PADA MASA PANDEMI COVID-19. viii, 52 hlm, Uk: 15.5x23 cm
ISBN:978-623-02-5064-4
Handayani. R. (2023). Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik, Manajemen Stres Kerja, dan
Caring dalam Keperawatan. Penerbit NEM - Anggota IKAΡΙ
Daryaswanti. P. I (2023). TEORI DALAM KEPERAWATAN. ISBN: 978-623-09-2160-5.
Anggota IKAPI: 006/JB1/2023
Fajariyah. N (2024). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEPUTUSASAAN. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa I Seri II
Ramdhonia, rahmawati (2022) asuhan keperawatan jiwa pada ny. U masalah utama gangguan
konsep diri: harga diri rendah dengan diagnosa medis undifferentiated schizophrenia di
ruang flamboyan rumah sakit jiwa menur surabaya. Other thesis, stikes hang tuah
surabaya
Sawab, S., & Windiarti, S. E. (2021). Terapi Suportif Berpengaruh terhadap Keputusasaan dan
Perilaku Stroke Survivor. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(4), 801-808.
Sutrisno, I. K. (2015). Tinjauan Kritis Terhadap Keputusasaan dan Terapinya Dalam Pemikiran
Soren Kierkegaard (Doctoral dissertation, Driyarkara School of Philosophy)
27
Sugiyono, I. E. A. (2023). Keputusasaan Menurut Kierkegaard dalam The Sickness Unto
Death. Jurnal Filsafat Indonesia, 6(1), 90-97.
28