Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Diskusi_233_061224120048

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 39

EVIDENCE BASED

PRACTICE DALAM
KEPERAWATAN ANC,
INC, POST PARTUM
KELOMPOK 1

C a h y a n i Ay u Wu l a n d a r i L e t s o i n ( 2 4 0 1 0 4 3 )
Chantika Risky Juniar (2401044)
Maria Melissa Esperanzaporsiana (2401048)
Riadi Lanangawa (2401056)
Ta u f i q u r r a h m a n ( 2 4 0 1 0 3 7 )
A n n i s a F a u z i a h Yu s r i ( 2 4 0 1 0 3 9 )
Aulia Saputri (2401041)
Muhammad Fikrirachim (2401049)
Fitri Ramadhani (2401046)
Nasrianti Syarifuddin S (2401050)
Andi Fajriah Patra (2401064)
Evidenced Based Practice Dalam Keperawatan
Antenatal Care
1. Pengaruh Kunjungan Antenatal Care

Pemeriksaan antenatal care (ANC) merupakan setiap kegiatan atau


serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi
hingga sebelum mulai proses persalinan yang diberikan kepada seluruh
ibu hamil.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama
kehamilan untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap
kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu
dan memantau keadaan janin.
Evidenced Based Practice Dalam Keperawatan
Antenatal Care
1. Pengaruh Kunjungan Antenatal Care

Kunjungan ANC ibu hamil sudah dianjurkan yaitu minimal 6x selama


kehamilan yaitu K1 sampai dengan K6. Kenyataannya, tidak semua ibu
hamil melakukan kunjungan ANC secara berkala sehingga cakupan K1
dan K6 menjadi rendah. Pentingnya kunjungan ANC ini belum menjadi
prioritas utama bagi sebagian ibu hamil terhadap kehamilannya di
Indonesia. Upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil dan bayi
yang belum maksimal ini menyebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) masih tergolong tinggi.
Evidenced Based Practice Dalam Keperawatan
Antenatal Care
2. Preeklampsia

Preeklampsia merupakan penyakit multi sistemik ditandai dengan adanya


hipertensi setelah 20 minggu kehamilan, dengan adanya proteinuria, edema.
Komplikasi preeclampsia mengakibatkan ibu, dan janin mengalami pembatasan
pertumbuhan intauterin, hipoperfusi plasenta, gangguan plasenta premature atau
penghentian kehamilan dan kematian janin dan ibu (Peres, et al 2018).
Preeklampsia yaitu hipertensi dalam kehamilan yang muncul pada.usia kehamilan.
20 minggu dengan proteinuria yang signifikan. Preeklampsia diperbedakan menjadi
dua preeclampsia ringan, dan preeclampsia berat (Raynor, Maureen.Jayene E.,
2017).
Evidenced Based Practice Dalam Keperawatan
Antenatal Care
2. Preeklampsia
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya preeclampsia adalah riwayat
Antenatal Care. Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang bertujuan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga ibu mampu
menghadapi persalinan serta didapatkan ibu dan bayi yang sehat melalui standar
pelayanan (Ningsih, 2020).
Kunjungan ibu hamil kepelayanan kesehatan dianjurkan yaitu 2 kali pada trimester 1, 1
kali pada trimester II dan minimal 3 kali pada trimester III (Kemenkes, 2020).
Hasil Riskesdes tahun 2018 melaporkan wanita hamil yang mengunjungi fasilitas
kesehatan selama kurun kehamilannya yaitu yang berkunjung sekali (K1) meliputi 99%
dan yang berkunjung empat kali (K4) hanya 80%.
Evidenced Based Practice Dalam Keperawatan
Antenatal Care
3. Tingkat Kecemasan dan kepatuhan ANC

Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Kehamilan dapat merupakan sumber stresor kecemasan, terutama pada
seorang ibu yang labil jiwanya (Videbeck, 2012).
Faktor yang bisa mempengaruhi kecemasan adalah salah satunya kepatuhan ibu
memeriksakan kehamilannya. Ketika seorang calon ibu melakukan kunjungan
antenatal secara teratur maka calon ibu akan mendapatkan informasi mengenai janin,
medeteksi kompliksi dan berperilaku sehat. Salah satu upaya telah dilakukan tenaga
kesehatan untuk menurunkan angka kecemasan pada ibu hamil yaitu Pendidikan
kesehatan pada saat antenatal care.
Evidenced Based Practice Dalam Keperawatan
Antenatal Care
3. Tingkat Kecemasan dan kepatuhan ANC

Ibu hamil dapat terhindar dari resiko-resiko buruk akibat kehamilan dengan cara
melakukan pengawasan dengan baik terhadap kehamilanya itu ibu melakukan
kunjungan antenatal secara teratur dan rutin (Komariyah, 2014 ).
Pelaksanan antenatal dikatakan baik atau tidak bila ibu yang melakukan
kunjungan antenatal sesuai dengan jumlah kunjungan antenatal yaitu pada
trimester I minimal melakukan 1 kali kunjungan, pada trimester II minimal
melakukan 1 kali kunjungan dan pada trimester III minimal melakukan 2 kali
kunjungan (Siringo-ringo, 2012).
Evidenced Based Practice Dalam Keperawatan
Antenatal Care
4. Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan petugas kesehatan berpengaruh terhadap praktik antenatal care. Ibu hamil
yang mendapatkan dukungan petugas kesehatan dengan baik memiliki presentase
lebih besar dalam melakukan praktik anc dengan baik dibandingkan dengan ibu hamil
yang mendapatkan dukungan yang buruk dari petugas kesehatan. Hal ini sejalan dengan
Nurmawati dan Indrawati bahwa dukungan petugas berhubungan dengan
tercapainya angka cakupan anc. 19 Alasan ini diperkuat oleh Ariyanti bahwa ada
hubungan antara tindakan petugas kesehatan yang baik terhadap pemeriksaan kehamilan
trimester III dan berpeluang 4 kali lebih besar melakukan pemeriksaan kehamilan
dibandingkan pada ibu hamil yang menerima tindakan petugas kesehatan secara buruk.
Namun tidak sejalan dengan Tasliyah bahwa dukungan petugas kesehatan tidak
berhubungan dengan kunjungan anc pada hamil karena petugas kesehatan tidak
mengedukasi ibu hamil mengenai bahaya kehamilan dan petugas tidak
memningatkan ibu hamil untuk mengikuti kelas hamil.
Evidenced Based Practice Dalam Keperawatan
Antenatal Care
5. Penerapan Komunikasi Efektif Upaya Peningkatan Keteraturan ANC
Komunikasi yaitu alat yang sangat penting dalam menciptakan hubungan terapeutik
antara tenaga kesehatan dan pasien yang bisa berpengaruh terhadap mutu
pelayanan tenaga kesehatan. Komunikasi efektif yang baik akan menciptakan rasa
puas pada pasien, dimana pada akhirnya bisa berpengaruh terhadap kepatuhan
pasien terhadap jadwal pemeriksaan kehamilan. Komunikasi efektif sangat dianjurkan
dan merupakan komunikasi yang dilaksanakan secara terencana, sadar dan terarah
yang ditujukan untuk kesembuhan pasien. Semua perilaku dan informasi kesehatan
yang diberikan bidan harus bersifat terapeutik bagi pasien. Komunikasi efektif juga
mengembangkan hubungan interpersonal antara pasien dan bidan, dimana bidan
memiliki keterampilan khusus dan harus memperhatikan setiap interaksi dan perilaku
non verbal. Komunikasi yang buruk merupakan masalah utama bagi bidan dan pasien
(Herlina, et al., 2020).
Evidenced Based Practice Dalam Keperawatan
Antenatal Care
5. Penerapan Komunikasi Efektif Upaya Peningkatan Keteraturan ANC
Komunikasi efektif bidan bisa berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku
pasien, dalam hal ini adalah perilaku kepatuhan pasien dalam melaksanakan
pemeriksaan kehamilan, karena kondisi kehamilannya dirasa sangat penting untuk
terus dipantau oleh bidan. Peran bidan sebagai tenaga kesehatan sangat penting
dalam memberikan bimbingan yang mestinya diajarkan saat ibu hamil melakukan
konsultasi atau kunjungan antenatal. Ketidakteraturan ibu hamil dalam melakukan
pemeriksaan akan menyebabkan tidak diketahui kelainan atau komplikasi yang bisa
saja terjadi dan tidak terkontrolnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan. Kenyataan bahwa kunjungan Antenatal masih sering diabaikan oleh ibu
hamil dapat berakhir pada kematian (Komariyah, et al., 2022).
Evidenced Based Practice Dalam
Keperawatan Intranatal Care
1. Efektifitas Inisiasi menyusui Dini

WHO menyatakan bahwa pemberian ASI Eksklusif mengurangi angka kematian


anak dan memiliki manfaat kesehatan yang meluas hingga dewasa.
Berdasarkan data pada populasi, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
pertama kehidupan adalah cara yang disarankan untuk memberi makan
pertama bagi bayi, diikuti dengan menyusui lanjutan dengan makanan
pendamping yang sesuai hingga dua tahun atau lebih.
WHO dan UNICEF juga merekomendasikan agar anak-anak memulai menyusui
pada jam pertama kelahiran dan diberikan ASI eksklusif selama enam bulan
pertama kehidupan. Bukti terkini menunjukkan bahwa kontak kulit kekulit antara
ibu dan bayi segera setelah lahir membantu untuk memulai menyusui dini dan
meningkatkan kemungkinan pemberian ASI eksklusif untuk satu hingga empat
bulan kehidupan serta durasi menyusui secara keseluruhan. Bayi yang
melakukan kontak kulit awal dengan ibu mereka juga tampak lebih banyak
berinteraksi dengan ibu mereka dan lebih jarang menangis.
1. Efektifitas Inisiasi menyusui Dini

WHO telah merekomendasikan paket intervensi termasuk menyusui untuk


mengurangi kematian neonatal. Menyusui adalah praktik pemberian makan
yang unik dan penting pada masa neonatus yang diharapkan dapat
menurunkan angka kematian neonatus dan mencegah morbiditas seperti
diare, pneumonia dan sepsis neonatal. Diperkirakan 11,6% kematian bayi
dan 21,9 juta tahun yang dapat disesuaikan dengan disabilitas dapat
dicegah dengan program promosi menyusui skala besar. Rekomendasi
menyusui global adalah untuk menempatkan semua bayi yang baru lahir
dalam kontak kulit kekulit dengan ibu mereka segera setelahlahir, untuk
mendukung inisiasi menyusui dalam waktu 1 jam setelah kelahiran
(didefinisikan sebagai inisiasi menyusui dini) dan untuk berikan ASI
eksklusif kepada anak hingga usia 6 bulan. (Belawati, 2021)
2. Efektifitas Posisi Miring Kiri Terhadap
Kemajuan `Persalinan
Pada saat proses persalinan bisa terjadi persalinan menjadi lama dan sulit
yang mengakibatkan komplikasi pada ibu dan bayinya. Penatalaksanaan
persalinan yang lama bergantung kepada penyebab dan bisa dilakukan
dengan merubah posisi ibu bersalin, pemberian induksi persalinan,
kelahiran forcep, ekstrasi vakum, dan kelahiran seksio sesaria. Posisi ibu
bersalin dalam persalinan dapat mempengaruhi lamanya proses
persalinan sebelum persalinan berlangsung. Saat melahirkan ada 5 posisi
yang dapat dilakukan oleh sang ibu,sang ibu dapat memilih posisi
persalinan yang dirasakan paling nyaman. Berbagai posisi yang bisa
dipilih oleh ibu bersalin dan dirasakan membantu, termasuk posisi
setengah duduk, berbaring, berdiri, berlutut dan merangkak. Posisi miring
kiri bisa menyebabkan oksigenasi janin maksimal karena dengan miring
kiri sirkulasi darah ibu kejanin lebih lancar, memberi rasa santai bagi ibu
yang letih dan mencegah terjadinya laserasi.
2. Efektifitas Posisi Miring Kiri Terhadap
Kemajuan `Persalinan

Berdasarkan hasil analisis bivariat terdapat perbedaan yang signifikan


antara ibu bersalin primipara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.Hal ini bermakna bahwa posisi upright dapat dijadikan standar
untuk pertolongan persalinan normal karena dapat membantu ibu
bersalin mempersingkat lamanya kala I persalinan dan mengurangi
rasa nyeri serta mencegah terjadinya komplikasi persalinan seperti
partus lama. Posisi upright ini sebagai intervensi keperawatan yang
sangat relevan digunakan di Rumah Bersalin atau Rumah Sakit yang
melayani ibu bersalin dengan proses fisiologis (normal). Diharapkan
dengan posisi upright ini kesejahteraan ibu dan bayi dalam proses
persalinan normal berjalan dengan aman dan nyaman. (Ijabah et al.,
2023)
3. Bounding Attachment

Ikatan kasih saying anak dan ibu terbentuk sejak dalam alam
kandungan, berlanjut bayi lahir terjadilah keterkaitan antara ibu dan
anak ini menjadi lebih kuat, ibu dapat memandang anak,
menyentuhnya dan membelai anak secara langsung. Bounding
attachment dapat dikatakan juga sebagai sebuah ikatan batin antara
bayi dan ibu, keterkaitan ini lebih dalamnya berkaitan erat dengan
perkembangan dan pertumbuhan psikilogi yang sehat termasuk
tumbuh kembang bayi itu sendiri. Dari hasil statistik yang
menggunakan uji statistic dengan uji Wilcoxon diperoleh Asym.
Signifikansi sebesar 0.000 < dari α (0.05) Ho ditolak yang berarti
terdapat keefektifan bounding attachment melalui inisiasi menyusu
dini.
3. Bounding Attachment

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses bounding


attachment, diantaranya kesehatan emosional orang tua,
keterampilan dalam berkomunikasi dan member asuhan yang
kompeten, dukungan sosial serta kecocokan bayi dengan orang tua.
Adapun factor penghambat dalam proses bounding attachment
diantaranya support keluarga, ibu dengan resiko (ibu sakit) dan bayi
dengan resiko (bayisakit) sehingga harus dirawat secara terpisah.
Kehadiran bayi dapat membuat pasangan suami istri memiliki
keterikatan dan tanggung jawab untuk membesarkan, merawat dan
mencintai bayi sehingga berpengaruh terhadap bounding
attachment.
4. Deep Back Massage

Mulainya persalinan di tandai dengan penurunan kadar progesterone, teori


oxytocin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori prostaglan
(Fatwiany & Nadrah, 2020). Masalah yang sering mucul yaitu nyeri yang
timbul pada tahap kala I yang berasal dari kontraksi uterus dan dilatasi
serviks. Makin bertambah lama durasi dan frekuensi kontraksi uterus, maka
nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat (Nafiah et al., 2018). Nyeri yang
terjadi dapat memengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, rasa takut,
khawatir dan menimbulkan stress (Lestari, 2015). Nyeri yang tidak dapat
teratasi dapat menyebabkan dapat menimbulkan hiperventilasi sehingga
kebutuhan oksigen meningkat, naiknya tekanan darah, denyut jantung
meningkat yang menyebabkan aliran darah dari oksigen ke plasenta
terganggu, berkurangnya motilitas usus dan vesika urinaria (Fitrianingsih &
Prianti, 2017).
4. Deep Back Massage

Keadaan ini merangsang peningkatan katekolamin yang dapat


menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga
terjadi inersia uteri yang dapat mengakibatkan kematian ibu saat
melahirkan (Llewllyn, 2013).
Hasil penelitian Rosita & Lowa (2020) diketahui bahwa tingkat nyeri
persalinan kala I fase aktif pada ibu primipara yaitu paling banyak
berada pada tingkat nyeri berat (skala nyeri 7-9) dan hebat (skala
nyeri 10). Pengelolaan nyeri persalinan yang dapat di gunakan pada
ibu melahirkan salah satunya yaitu massage (RR & Mander, 2013).
4. Deep Back Massage

Deep back massage adalah penekanan pada sacrum yang dapat mengurangi
ketegangan sendi sacroiliakus dari posisi oksiput posterior janin. Metode deep
back massage merupakan metode massase dan sentuhan untuk membantu ibu
lebih rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu
yang dipijat selama 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih
bebas dari rasa sakit, karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa
endorphin yang merupakan pereda sakit alami dan menciptakan perasaan
nyaman (Fitriana & Putri, 2017). Massage endorphin merupakan sebuah terapi
sentuhan/pijatan ringan yang cukup penting diberikan pada wanita hamil, di
waktu menjelang hingga saatnya melahirkan (Azizah et al., 2011). Hal ini
disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa
endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan
nyaman (W & Machfudloh, 2018).
5. Kebutuhan Zat Gizi Pada Masa Kehamilan

Untuk menunjang kesehatan ibu hamil dan pertumbuhan janin,


diperlukan asupan makronutrien dan mikronutrien yang adekuat
selama kehamilan. Kebutuhan zat gizi ibu hamil di Indonesia
berpedoman pada angka kecukupan gizi (AKG) Indonsia tahun 2004.
Kebutuhan makronutrien meliputi kalori, protein dan lemak. Kalori
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan tumbuh kembang janin dan
membentuk jaringan penunjang selama kehamilan dengan rata-rata
tambahan kebutuhan kalori per hari sebesar 100 kkal untuk trimester
pertama dan sebesar 300 kkal untuk trimester kedua dan ketiga.
Protein diperlukan untuk membentuk struktur sel dan jaringan serta
penyusun enzim.
5. Kebutuhan Zat Gizi Pada Masa Kehamilan

Kebutuhan protein selama kehamilan rata-rata ditambah sebesar 17


gram per hari. Kebutuhan protein meningkat terutama pada trimester
ketiga. Lemak merupakan salah satu sumber energi tubuh dan
sebagai pelarut vitamin larut lemak. Kebutuhan lemak tergantung
pada kebutuhan energi untuk peningkatan berat badan. Kebutuhan
lemak meliputi asam lemak esensial jenis long chain polyunsaturated
fatty acid (LC PUFA) antara lain asam linoleat dan asam linolenat.
Pemberian suplementasi vitamin dan mineral diindikasikan pada
keadaan defisiensi, namun selama ini suplementasi tetap diberikan
pada ibu hamil untuk menjamin kecukupan mikronutrien selama
kehamilan. (Yulizawati, 2020)
6. Penerapan Birth Ball Exercise Terhadap
Kontrol Nyeri Pada Kala I
Birth ball merupakan salah satu manajemen nyeri secara non farmakologis
lebih efektif dibandingkan dengan metode farmakologi yaitu bersifat murah,
simple, efektif, dan tanpa efek yang merugikan (Paninsari & Situmorang, 2021).
Birth ball sendiri banyak digunakan ibu inpartu kala I untuk membantu
kemajuan persalinan dan mengontrol nyeri persalinan kala I. Hal ini sesuai
dengan penelitian Maria Ulfah & Rosmaria (2021) menyebutkan bahwa
penggunaan birth ball dengan posisi duduk dibola untuk mengontrol nyeri
persalinan kala I. Dengan melakukan gerakan duduk di bola dan bergoyang-
goyang membuat rasa nyaman sehingga dapat mengontrol nyeri persalinan
(Ulfah & Rosmaria, 2021). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa
penggunaan birth ball yang dilakukan ibu bersalin dengan cara duduk dengan
santai dan bergoyang di atas bola selama kontraksi dapat membantu ibu dalam
mengurangi rasa nyeri saat persalinan (Sutriningsih et al., 2019).
6. Penerapan Birth Ball Exercise Terhadap
Kontrol Nyeri Pada Kala I
Kemudian dari penelitian juga menyebutkan bahwa penggunaan birth ball yang
dilakukan ibu bersalin dengan melakukan duduk dan bergoyang diatas bola
selama kontraksi dapat membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri saat
persalinan (Paninsari et al., 2021).
Manfaat yang didapatkan dengan menggunakan birth ball selama persalinan
yaitu dapat mengontrol rasa nyeri selama kontraksi uterus dan kecemasan,
membantu proses penurunan kepala janin, mengurangi durasi persalinan kala I.
Latihan birth ball dapat meningkatkan mobilitas panggul ibu inpartu. Latihan ini
dilakukan dalam posisi duduk, yang diyakini untuk mendorong persalinan dan
mendukung perineum untuk relaksasi dan mengontrol nyeri persalinan. Menurut
peneliti latihan birth ball dapat bekerja secara efektif dalam proses persalinan.
(Kurniawati et al., 2017). Penggunaan birth ball selama persalinan mencegah
ibu dalam posisi terlentang secara terus-menerus.
Evidenced Based Practice Dalam
Keperawatan Post Partum
1. Pijat Oksitosin
Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi yang paling baik bagi bayi baru lahir sampai
menginjak usia 6 bulan. Diperlukan adanya upaya mengelurkan ASI untuk
beberapa ibu post partum. Pijat oksitosin adalah salah satu solusi untuk
mengatasi ketidak lancaran produksi ASI. Pijat oksitosin yaitu pemijatan
disepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam
dan merupakan usaha untuk merangsang hormon oksitosin setelah melahirkan.
Berdasarkan Tabel 2 yang menunjukkan bahwa didapatkan adanya perubahan
jumlah responden sebelum dilakukan perlakuan pijat oksitosin Sebagian besar
pengeluaran ASI kurangya itu jumlah 47 ibu (100%) sedangkan jumlah
responden setelah dilakukan perlakuan pijat oksitosin Sebagian besar
responden pengeluaran ASI lancer sejumlah 43 ibu (91,5%). Hasil penelitian
tersebut diperkuat oleh hasil perbedaan melalui nilai uji beda Wilcoxon
didapatkan p valuese besar 0.000. Nilai p value penelitian ini menunjukkan nilai
p value < α (0,05) yang artinya adanya pengaruh pijat oksitosin terhadap
kelancaran ASI.
1. Pijat Oksitosin
Oksitosin merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak masuknya
ion kalsium kedalam intrasel. Keluarnya hormone oksitosin akan
memperkuat ikatan aktin dan myosin sehingga kontraksi uterus sekaim kuat
dan proses involusi uterus semakin bagus. Pada table menunjukkan bahwa
ada pengaruh Tindakan pijat oksitosin pada kelompok perlakuan setelah
dilakukan pijat oksitosin yang mengalami involusi uterus normal sebanyak
10 orang (66.7%). Pada kelompok control yang tidak dilakukan Tindakan
pijat ositosin dan hanya di observasimen dapatkan nilai normal lebih sedikit
sebanyak 5 orang (33.3%). Berdasarkan uji statistic dengan uji Mann-
Whitney menunjukkan bahwa p=0,002 ≤α = 0,05, maka keputusannya
adalah H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada perbedaan pada
kelompok perlakuan dan kelompok control pada pengaruh pijat oksitosin
terhadap involusi uterus pada post partum. Hal ini sama artinya bahwa ada
pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu post partum.
2. Manajemen Nyeri Non Invasive

(Vasra & Suprida, 2021) Intervensi non-invasif seperti pijat wajah (pijat
effleurage) dan interaksi dengan bayi terbukti efektif dalam mengurangi
nyeri post partum. Pijat wajah membantu mengendurkan ketegangan
otot di area yang sering mengalami nyeri, sedangkan interaksi dengan
bayi memberikan efek positif melalui pengalihan perhatian dari rasa
sakit. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi teknik ini dapat
mempercepat proses pemulihan ibu dalam fase puerperium.
Penerapan pendekatan evidence-based practice dalam manajemen
nyeri non-invasif pada ibu postpartum menunjukkan hasil yang positif
dan tetap diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi efek
jangka panjang dari interaksi ibubayi terhadap pengurangan nyeri dan
pemulihan pasca persalinan secara keseluruhan.
3. Pengaruh Massage Terhadap penurunan Nyeri
(Cholifah, 2019) Pijat Hoku point berfungsi merangsang produksi
endorfin yang membantu mengurangi persepsi nyeri. Interaksi dengan
bayi selama pijatan juga berperan sebagai distraksi yang dapat
meningkatkan kenyamanan emosional ibu. Penelitian sebelumnya
mendukung temuan ini dengan menunjukkan bahwa teknik non-invasif
seperti pijat dapat secara signifikan mengurangi nyeri post partum.
Penerapan evidence-based practice melalui pijat Hoku point terbukti
efektif dalam mengurangi nyeri after pain pada ibu post partum
multipara. Rekomendasi untuk praktik klinis termasuk pengintegrasian
teknik pijat ini dalam program perawatan post partum untuk
meningkatkan kualitas hidup ibu setelah melahirkan.
4. Pengaruh Aroma Terapi Lemon Pada Post Partum
Beberapa upaya yang dapat dilakukan pada ibu nifas yang mengalami
gangguan psikologis antara lain adalah memberikan dukungan sosial
dari suami, keluarga, teman, sahabat, rekan kerja, tenaga kesehatan
dan beberapa alternative pengobatan nonfarmakologi berupa
aromaterapi yang dikenal dapat memberikan relaksasi. Aromaterapi
merupakan pengobatan alternatif dengan memanfaatkan hasil ekstraksi
suatu tanaman yang berupa minyak essensial, yang memiliki berbagai
khasiat pada kondisi kesehatan seperti mengurangi stress, relaksasi
tubuh, pengaturan emosional, insomnia, kecemasan serta dapat
meningkatkan kekebalan tubuh, pernapasan dan sistem peredaran
darah. Aromaterapi dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan
bagi penggunanya. Salah satu minyak essensial yang dapat digunakan
sebagai aromaterapi pada masa post partum atau nifas adalah
aromaterapi lemon.
4. Pengaruh Aroma Terapi Lemon Pada Post Partum
Terapi nonfarmakologi aromaterapi lemon yang dimaksudkan adalah
dengan menggunakan minyak essensial dari buah lemon yang
bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga
menjadi lebih baik. Ketika minyak essensial dihirup, molekul masuk
kerongga hidung dan merangsang sistem limbik di otak. Sistem limbik
adalah daerah yang memengaruhi emosi dan memori serta secara
langsung terkait dengan adrenal, kelenjar hipofisis, hipotalamus,
bagianbagian tubuh yang mengatur denyut jantung, tekanan darah,
stres, memori, keseimbangan hormon,dan pernafasan.
Beberapa manfaat dari penggunaan aromaterapi lemon pada masa
postpartum yaitu, untuk mengurangi rasa nyeri pasca persalinan,
menurunkan kecemasan, menurunkan kelelahan, meningkatkan
produksi ASI, dan sebagai pencegahan postpartum blues. (Nurlaili et
al., 2024)
5. Kombinasi Terapi Komplementer Herbal Kompress
Ball dengan Aroma Terapi Jasmine
Salah satu bentuk terapi komplementer yang telah lama digunakan dalam
praktik pengobatan tradisional adalah herbal kompress ball. Herbal
kompress ball, yang dikenal sebagai "Luk Pra Kob" dalam budaya
Thailand, mengandung campuran berbagai ramuan herbal yang memiliki
sifat analgesik dan antiinflamasi. Penggunaan kompres ini dipercaya dapat
membantu mengurangi nyeri dan mempercepat proses penyembuhan
setelah persalinan Herbal kompres ball, yang dikenal sebagai "Luk Pra
Kob" dalam pengobatan tradisional Thailand, adalah sebuah teknik terapi
yang menggunakan bola kain berisi campuran berbagai ramuan herbal.
Terapi ini telah digunakan selama berabad-abad dalam budaya Thailand
untuk mengurangi nyeri, meningkatkan sirkulasi darah, dan mempercepat
proses penyembuhan setelah cedera atau melahirkan.
5. Kombinasi Terapi Komplementer Herbal Kompress
Ball dengan Aroma Terapi Jasmine
Penggunaan herbal kompres ball memiliki berbagai manfaat, antara lain:
1) Pengurangan Nyeri: Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri otot, nyeri
sendi, dan nyeri pasca persalinan (afterpain) melalui kombinasi efek
termal, penyerapan senyawa aktif, dan stimulasi akupresur.
2) Peningkatan Sirkulasi Darah: Panas dan tekanan dari bola kompres
membantu meningkatkan aliran darah ke area yang dirawat, yang dapat
mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi peradangan.
3) Relaksasi dan Pengurangan Stres: Aroma herbal dan efek pijatan dari
bola kompres membantu merelaksasi tubuh dan pikiran, mengurangi stres
dan kecemasan. 4) Efek Antiinflamasi dan Antimikroba: Herbal yang
digunakan dalam kompres memiliki sifat antiinflamasi dan antimikroba
yang dapat membantu mengurangi peradangan dan mencegah infeksi.
5. Kombinasi Terapi Komplementer Herbal Kompress
Ball dengan Aroma Terapi Jasmine
Aromaterapi adalah penggunaan minyak esensial dari tanaman untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan emosional. Salah satu minyak esensial
yang dikenal karena efek terapeutiknya adalah minyak melati (jasmine).
Minyak melati diekstrak dari bunga melati (Jasminum officinale) dan telah
digunakan dalam berbagai tradisi pengobatan untuk manfaat relaksasi,
pengurang stres, dan pengurang nyeri. Minyak esensial jasmine
mengandung berbagai senyawa bioaktif yang memberikan efek terapeutik,
di antaranya:
1. Linalool 2. Benzyl acetate 3. Eugenol 4. Benzyl benzoate
Dikenal memiliki Menyumbang Memiliki sifat Menyumbang sifat
sifat anxiolytic aroma bunga yang analgesik dan antimikroba dan
(pengurang khas dan memiliki antiinflamasi menenangkan
kecemasan) dan efek relaksasi
sedatif
6. Hubungan Postpartum Blues dengan Pelaksanaan
Senam Nifas
Psikologis sangat berperan penting dalam kesiapan seseorang
untuk melakukan senam nifas. Rasa bahagia terhadap penerimaan
bayi dan kesibukan dalam mengurus bayi membuat seorang ibu lupa
untuk melakukan senam nifas, yang mana sangat penting dalam
pengembalian organ-organ reproduksi pasca melahirka. Selama
masa nifas responden mengalami proses adaptasi fisiologis dan
psikologis. Responden yang aktif menggunakan strategi koping
ketika dihadapkan pada kesulitan akan mengalami tingkat depresi
yang lebih rendah, melaporkan kepuasan dengan adanya dukungan
sosial.
6. Hubungan Postpartum Blues dengan Pelaksanaan
Senam Nifas
Kegagalan adaptasi dapat menyebabkan responden berada pada
rentang respon maladaptif. Responden dengan respon maladaptif
memicu konsep, sikap, dan perilaku non produktif terhadap kesehatan
selama nifas. Responden yang kemungkinan mengalami postpartum
blues karena kegagalan mekanisme kooping efektif biasanya akan
mudah menangis (tearfulness), murung, sedih, cemas, perubahan
mood, reslestness, mudah marah, kurang konsentrasi, pelupa. Kondisi
tersebut secara langsung berhubungan dengan ktidaksiapan dan
ketidakmampuan responden melakukan aktifitas kesehatan yang salah
satunya pelaksanaan senam nifas. Perasaan bahagia responden
merupakan respon adaptif terhadap kondisi terkini yang dialami.
6. Hubungan Postpartum Blues dengan Pelaksanaan
Senam Nifas
Perasaan bahagia luapan status emosinal responden yang secara
alamiah akan menghapus kesedihan responden karena postpartum blues.
Kebahagian responden atas kondisinya menciptakan peluang untuk
semakin bersemangat mencapai kesembuhan. Responden akan lebih
keras berusaha untuk cepat sembuh dengan berbagai cara yang
dilakukan. Senam nifas merupakan implementasi sederhana
mempercepat kesembuhan dan mencegah komplikasi masa nifas. Ibu
yang mengalami postpartum blues segera diberikan implementasi
kebidanan agar status psikologisnya segera stabil. Pada saat psikologis
ibu stabil, bidan secara konsisten mulai memberikan informasi senam
pasca nifas serta segera memulainya jika ibu memberikan persetujuan.
(Indriyani, 2021)
Thank You !

Anda mungkin juga menyukai