Pengembangan Kurikulum Kel 3
Pengembangan Kurikulum Kel 3
Pengembangan Kurikulum Kel 3
PEMBAHASAN
1
Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. (Yogyakarta: Ar-Ruz Media. 2011)
Hal:222
2
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah Dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja grafindo Persada, 2005), hlm. 10
3
Ibid., hlm. 38
Dari beberapa pengertian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
pendekatan kurikulum adalah suatu metode, cara, jalan yang di tempuh oleh para
pelaku pendidikan melalui sebuah perencanaan matang dengan
mempertimbangkan kesempatan-kesempatan belajar, untuk membawa peserta
didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan merealisasikan tujuan
yang sesuai kurikulum pendidikan yang di sepakati bersama, melalui kegiatan
belajar mengajar yang lebih baik dan efektif
a. Tujuan
c. Penilaian (assesment)
d. Balikan (feedback)
Umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh, yang pada gilirannya
menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.
4
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
hlm. 96
5 [4]
Ibid., hlm. 97
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses
penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan
kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar
dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
6
Nasution. Kurikulum dan Pengajaran. (Jakarta:Bumi Aksara. 1999). Hal:43
Dari pendekatan subjek akademik ini diharapkan agar peserta didik dapat
menguasai semua pengetahuan yang ada di kurikulum tersebut. Karena
kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikan lebih bersifat
intelektual.
Pendekatan subyek akademis memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah bahan pengajaran lebih fleksibel dan
bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam
menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Sedangkan
kelemahannya adalah karena tujuan pengajaran kurang jelas, sukar ditentukan
pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran. Demikian
juga untuk kebutuhan penilaian.7
Ciri-ciri dari pendekatan kurikulum subyek akademis sebagai berikut:
a. Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu
sejumlah mata pelajaran sejenis.
b. Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan
menjadi sejumlah pokok bahasan.
c. Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruksional yang telah
digariskan
d. Sistem penyampaiannya bersifat terpadu.
e. Guru berperan selaku guru bidang study.8
2. Pendekatan Humanistik
berkaitan dengan sikap dan nilai. Perkembangan afektif ini juga mencakup
7
Ahmad, dkk. 1998. Perkembangan Kurikulum. Dalam Dalam Nik Haryat. Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Bandung: Alfabeta. 2011). hal: 77
8
Hamalik Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Dalam Nik Haryat.
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Bandung: Alfabeta. 2011). hal: 78
9
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 1999), Hal:48
pada ranah watak dan perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai.
transmisi nilai-nilai (dalam hal ini materi pelajaran yang terformat dalam
gradual. 10
pada siswa, maka dalam prosesnya guru menempati posisi sebagai fasilitator
suatu mata pelajaran bukan hanya dapat dilihat dari segi pemahaman materi
dan nilai yang didapat, namun perubahan sikap yang menjadi hal penting
10
Baharuddin & Makin, Pendidikan Humanistik:Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam Dunia
Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 192
11
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005), Hal: 163
membangun sifat “Bagaimana saya harus mengambil sikap dalam posisi dan
sebagai berikut:
a. Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan
sepenuhnya
c. Hasil belajar akan meningkat dalan suasana belajar yang diliputi rasa
kepada siswa atas kegiatannya belajar dan memupuk sikap positif terhadap
f. Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa
harga diri.12
4. Pendekatan Teknologis
14
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 1999), Hal:48-49
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program
pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan, keriteria evaluasi
sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job
analiysis) tersebut.15
Pembelajaran dengan pendekatan teknologis menggunakan pendekatan
system dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan, mengelola,
melaksanakan, dan menilainya.16 Pendekatan teknologis mempunyai target
atau tujuan tretentu yang ingin dicapai, pendekatan ini juga menuntut kepada
peserta didik untuk mampu melaksanakan tugas-tugas tertentu. Dalam
pendekatan teknologis menekankan pada proses dan hasil. Sehingga untuk
mencapai tujuan yang di inginkan secara efektif dan efisien, dengan hasil yang
dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan terkontrol, maka baik proses
maupun rencana produknya (hasil) diprogram sedemikian rupa.
Berikut ini adalah contoh penerapannya dalam pembelajaran pendidikan
agama islam, mata pelajaran fiqih, dengan materi bab shalat:
1. Kompetensi Dasar: Mampu melaksanakan shalat
2. Hasil Belajar :- mampu menjelaskan tata cara shalat yang
benar
- siswa mampu menghafal dan mempraktikkan
bacaan shalat
3. Indikator :
a. Menjelaskan pengertian shalat dan dalilnya
b. Menjelaskan syarat-syarat shalat
c. Menjelaskan rukun shalat
d. Menjelaskan sunnah shalat
e. Menjelaskan hal-hal yang membatalkan shlat
f. Melafalkan bacaan shalat
g. Menghafal bacaan shalat
h. Mempraktikkan shalat
i. Mau melaksanakan shalat
15
Ibid,. hal: 163-164
16
Ibid,. hal: 164
j. Terbiasa melaksanakan shalat
Kelebihan dari pendekatan teknologis yaitu menuntut peserta didik agar
mampu melaksanakan tugas-tugas tertentu sehingga proses dan rencana
produknya (hasilnya) deprogram sedemikian rupa agar pencapaian hasil
pembelajaran atau tujuan dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan
terkontrol. Sedangkan kelemahannya yaitu keterbatasan-keterbatasan
pendekatan teknologis antara lain, ia terbatas pada hal-hal yang bisa di
rancang sebelumnya, baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun
produknya. Karena itu tidak semua pesan-pesan pembelajaran dapat didekati
secara teknologis.
Contoh dari kurikulum di Indonesia yang termasuk kategori pendekatan
teknologis adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi. Sholeh Hidayat dalam
Pengembangan Kurikulum Baru mengatakan bahwa Pendidikan berbasis
kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standard kinerja
yang telah ditetapkan.17
17
Sholeh Hidayat. Pengembangan Kurikulum Baru. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),. Hal: 13