Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

MAKALAH_KEL_8_PENGEMBANGAN_KURIKULUM[1]

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

DOSEN PENGAMPU :
IRA RAHMAYUNI JUSAR, S.S

DISUSUN OLEH :
1. GHINA SALSABILA (2310013411126)
2. HANNUM ATHIAH NENDRI (2310013411070)
3. MUTIARA RENDINI (2310013411135)
4. TAMARA NANDRA CIMBERLY (2310013411134)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya. Adapun judul makalah yang kami buat ini adalah “MODEL
PENGEMBANGAN KURIKULUM ” Makalah ini merupakan tugas yang diberikan oleh Ira
Rahmayuni Jusar, S.S. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PENGEMBANGAN
KURIKULUM. Makalah ini sebagai salah satu syarat mengikuti kegiatan belajar mengajar, dan
sebagai salah satu sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan pada Mahasiswa. Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi penulisan maupun
tata bahasa.

Kritik dan saran yang membangun dari pembaca kami nantikan untuk perbaikan makalah
ini kearah yang lebih baik dan sempurna. Penulis juga berterimakasih untuk teman-teman yang
ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

Padang, 29 November 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum.............................................................................3


B. Model-model Pengembangan Kurikulum........................................................................4
C. Pengembangan kurikulum memuat standar proses …………….……..........................10
D. Implementasi Pengembangan Kurikulum………………...............................................12

BAB III PENUTUP.................................................................................................................14

Kesimpulan.........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh


pengembang kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat
menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan secara
nasional. Model-model pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut: Model Administratif,
Model Grass Roots, Model Demonstrasi, Model Beauchamp, Model Roger’s, dan Model
Pemecahan Masalah. Prosedur dalam pengembangan kurikulum meliputi perencanaan
kurikulum, pengorganisasian kurikulum, penyusunan staf dan kontrol kurikulum. Implementasi
kurikulum merupakan proses penerapan konsep, ide dan kebijakan dalam bentuk tindakan
sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun
nilai dan sikap..

Pengembangan kurikulum tidak akan pernah lepas dari berbagai aspek yang
mempengaruhinya, seperti sistem nilai, cara berfikir, keagamaan, politik, budaya, dan sosial,
proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program
pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu
proses pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif
prosedur dalam rangka mendesain, menerapkan, dan mengevaluasi suatu kurikulum. Oleh
karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan secara jelas suatu
proses perencanaan pembelajaran yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan dan standar
keberhasilan pendidikan. Macam-macam model kurikulum sendiri telah dikembangkan oleh
para ahli kurikulum, pendidikan maupun psikologi. Hasil pandangan para ahli yang satu
terkadang berbeda dengan pandangan ahli yang lain. Ada yang melihat dari sudut isinya dan ada
juga yang melihat dari sisi pengelolaan (sentralisitik atau desentralistik). Ada pula ahli yang
mengembangkan model kurikulum dari sisi proses penggunaan kurikulum tersebut. Akan tetapi,
jika diteliti lebih lanjut, para ahli tersebut mempunyai satu tujuan yaitu mengoptimalkan
kurikulum. Selanjutnya dalam artikel ini akan dibahas tentang pengertian pengembangan
kurikulum, model-model pengembangan kurikulum, prosedur pengembangan kurikulum dan

1
implementasi pengembangn kurikulum. Harapan dari paparan artikel ini adalah gambaran dan
pemahaman secara jelas tentang pengembangan kurikulum secara teoritik dan praktik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum?
2. Apa saja jenis Model Pendekatan Pengembangan Kurikulum ?
3. Apa tahapan Proses Pengembangan Kurikulum?

C. Tujuan
1. Mengetahui defenisi pengembangan kurikulum
2. Mengetahui model-model pengembangan kurikulum
3. Menegatuhui tahapan proses pengembangan kurikulum

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum

Kata kurikulum dalam Bahasa Arab bisa diungkapkan dengan istilah manhaj yang berarti jalan yang
dilalui oleh manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan dalam kamus
Tarbiyah merupakan seperangkat rencana dan media yang dibuat pedoman oleh lembaga pendidikan
dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

Kurikulum adalah sebuah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis untuk menyelesaikan suatu program dengan tujuan memperoleh ijazah. Sedangkan
pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang
kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar serta
pedoman yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), pendekatan adalah proses, metode atau cara untuk mencapai sesuatu. Jika dikaitkan
dengan pengembangan kurikulum, maka akan memiliki arti sebagai suatu proses, metode atau cara yang
ditempuh oleh para pengembang kurikulum untuk menghasilkan suatu kurikulum yang akan dijadikan
pedoman dalam pendidikan. Adapun model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan
dihasilkan. Jika dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh
dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan.

Jika pendekatan atau model di atas dihubungkan dengan pengembangan kurikulum maka
pengembangan kurikulum adalah prosedur umum dalam kegiatan mendesain, menerapkan, dan
mengevaluasi suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum tidak hanya guru yang dilibatkan,
melainkan banyak pihak yang harus berpartisipasi diantaranya adalah administrator pendidikan, para ahli
pendidikan, ahli dalam kurikulum, ahli dalam bidang ilmu pengetahuan, dan orang tua, serta tokoh
masyarakat.4 Dengan demikian, perencanaan yang dibuat akan menghasilkan panduan yang jelas dalam
implementasi kurikulumnya dan pada akhirnya menghasilkan produk berupa output dan outcome peserta
didik yang dinginkan.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu
proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadi suatu proses yang
sifatnya masih umum. Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar
menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. proses ini berhubungan dengan olhlsl
neaarns seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain

3
penempatan jadwal perorganisasian kurikulum dan spesifikasi yang disarankan, mata pelajaran,
kegiatan sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi
sumber-sumber unit, rencana unik, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk
memudahkan proses belajar mengajar.

B. Model Pengembangan Kurikulum

Ada sembilan macam model pengembangan kurikulum yang akan dibahas dalam bab ini :

1. Model Administratif

Model pengembangan kurikulum yang paling awal dan sangat umum dikenal adalah model
administratif karena model ini menggunakan prosedur "garis-staf" atau garis komando "dari atas ke
bawah" (topdown). Maksudnya administratif pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi
(Kemdiknas), kemudian secara stuktural dilaksanakan ditingkat bawah. Dalam pelaksanaan kurikulum
tersebut, selama tahun-tahun permulaan diperlukan pula adanya kegiatan monitoring, pengamatan dan
pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaannya. Setelah berjalan beberapa saat perlu juga dilakukan
suatu evaluasi, untuk menilai baik validitas komponen-komponennya, prosedur pelaksanaan maupun
keberhasilannya. Penilaian menyeluruh dapat dilakukan oleh tim khusus dari tingkat pusat atau daerah,
sedang penilaian persekolah dapat dilakukan oleh tim khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil penilaian
tersebut merupakan umpan balik, baik bagi instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah, maupun sekolah.

Pendekatan ini memiliki arti suatu prosedur pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh suatu tim
atau pejabat tingkat atas sebagai pemilik kebijakan. Model pengembangan kurikulum ini dilakukan dari
atas ke bawah, dalam arti pejabat pemerintah sebagai pemangku kebijakan membuat tim pengembang
kurikulum kemudian pihak satuan pendidikan tinggal menerapkannya dalam pembelajaran.

Secara teknis pengembangan kurikulum model administratif adalah sebagai berikut:

a) Tim pengembang kurikulum mulai mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan


maupun strategi naskah akademik.

b) Analisa kebutuhan.

c) Merumuskan kurikulum.

d) Kurikulum yang sudah dibuat kemudian diuji coba dan dikaji secara lebih cermat oleh tim
pengarah tenaga ahli.

e) Revisi.

4
f) Sosialisasi dan Desiminasi.

g) Monitoring dan evaluasi.

2. Model Grass Roots

Model Grass Roots merupakan proses pengembangan kurikulum yang dimulai dari keinginan
tingkat bawah yang dalam hal ini adalah satuan pendidikan. Keinginan ini muncul berdasarkan
pengalaman pihak sekolah atau guru yang merasa resah tentang kurikulum yang sedang berlaku atau
berjalan. Kurikulum seperti tidak sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada di lapangan.

Inisiatif pengembangan kurikulum ini berada ditangan guru-guru sebagai pelaksana kurikulum
disekolah, baik yang bersumber dari satu sekolah maupun dari berbagai sekolah sekaligus. Model ini
didasarkan oleh dua pandangan pokok, yaitu Pertama, implementasi kurikulum akan lebih berhaasil
apabila guru-guru sebagai pelaksana sudah dari sejak semula terlibat secara langsung dalam
pengembangan kurikulum. Kedua, pengembangan kurikulum tidak hanya melibatkan personel yang
professional (guru) saja, tetapi juga siswa, orang tua dan masyarakat. Guru yang paling tahu kebutuhan
kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Hal itu sesuai
dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Smith, Stanley dan Shores
(1957: 429).

Dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots ini membutuhkan partisipasi dan profesionalitas
dari pihak satuan pendidikan, antara lain, yaitu:

a) Satuan pendidikan bersifat kritis terhadap kurikulum yang sedang berjalan.

b) Satuan pendidikan memiliki inovasi dan mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan
kurikulum.

c) Satuan pendidikan secara berkelanjutan ikut terlibat dalam proses pengembangan kurikulum.

d) Satuan pendidikan bersikap terbuka dan akomodatif untuk menerima masukan dalam pengembangan
kurikulum.

3. Model Demonstrasi

Model ini dikembangkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil.
Dalam pelaksanaanya, model ini menuntut para guru dalam satu sekolah untuk mengorganisasikan
dirinya dalam memperbaruhi kurikulum. Model demonstrasi dapat dilaksanakan baik secara formal
maupun tidak formal.

5
Ada beberapa kebaikan dari pengembangan kurikulum dengan model demonstrasi ini. Pertama,
karena kurikulum disusun dan dilaksanakan dalam situasi tertentu yang nyata, maka akan dihasilkan suatu
kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih praktis. Kedua, perubahan atau penyempurnaan
kurikulum dalam skala kecil atau aspek tertentu yang khusus, sedikit sekali untuk ditolak oleh
administrator, dibandingkan dengan perubahan dan penyempurnaan yang menyeluruh. Ketiga,
pengembangan kurikulum dalam skala kecil dengan model demonstrasi menendang hambatan yang sering
dialami yaitu dokumentasinya hagus tetari pclaknotiaatinva tidak ada. Keempat, model ini sifatnya yang
grass roots menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan nara sumber yang dapat menjadi
pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan program baru. Kelemahan model ini, adalah
bagi guru- guru yang tidak turut berpartisipasi mereka akan menerimanya dengan enggan-enggan, dalam
keadaan terburuk mungkin akan terjadi apatisme. Model pengembangan kurikulum ini semula merupakan
inovasi kurikulum dalam skala kecil yang kemudian digunakan dalam skala yang lebih luas. Model ini
juga mempunyai dua bentuk pengembangan, yaitu:

a) Sekelompok guru dari sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melakukan uji coba.

b) Pihak yang merasa kurang puas terhadap kurikulum yang sudah ada, dapat melakukan eksperimen, uji
coba, dan pengembangan secara mandiri.

4. Model Beauchamp

Model pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum.
Sistem yang diformulasikan oleh G.A Beauchamp mengemukakan adanya lima langkah kritis dalam
mengambil keputusan pengembangan kurikulum, yaitu :

1) Menentukan arena pengembangan kurikulum. Arena itu bisa berupa kelas, sekolah, sistem
persekolahan regional atau sistem pendidikan nasional.

2) Memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum.

3) Pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum yang meliputi menetapkan tujuan
kurikulum, memilih materi pelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran dan mengembangkan
desain.

4) Pelaksanaan kurikulum secara sistematis.

5) Evaluasi kurikulum, yang meliputi empat dimensi: penggunaan kurikulum oleh guru, desain
kurikulum, hasil belajar peserta didik, dan sistem kurikulum.

6
5. Model Taba’s Inverted

Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian diimplementasikan.


Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktek, serta menghilangkan sifat keumuman dan
keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering terjadi apabila tanpa kegiatan eksperimen. Ada lima langkah
pengembangan kurikulum model Taba ini. Pertama, mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-
guru. Di dalam unit eksperimen ini diadakan studi yang saksama tentang hubungan antara teori dengan
praktik. Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan eksperimen di dalam kelas
menghasilkan data-data yang untuk menguji landasan teori yang digunakan.

Ada delapan langkah dalam kegiatan unit eksperimen ini; 1) Mendiagnosis kebutuhan, 2) Merumuskan
tujuan-tujuan khusus, 3) Memilih isi, 4) Mengorganisasi isi, 5) Memilih pengalaman belajar, 6)
Mengorganisasi pengalaman belajar, 7) Mengevaluasi, 8) Melihat sekuens dan keseimbangan (Taba,
1962: 347-379). Langkah kedua, menguji unit eksperimen. Meskipun unit eksperimen ini telah diuji
dalam pelaksanaan di kelas eksperimen, tetapi masih harus diuji di kelas-kelas atau tempat lain untuk
megetahui validitas dan kepraktisannya, serta menghimpun data bagi penyempurnaan.

Langkah ketiga, mengadakan revisi dan konsolidasi. Dari langkah pengujian diperoleh beberapa data,
data tersebut digunakan untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan. Selain perbaikan dan
penyempurnaan diadakan juga kegiatan konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan tentang hal-hal yang
lebih bersifat umum yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Hal itu dilakukan, sebab meskipun
suatu unit eksperimen telah cukup valid dan praktis pada sesuatu sekolah belum tentu demikian juga pada
sekolah yang lainnya. Untuk menguji keberlakuannya pada daerah yang lebih luas perlu adanya kegiatan
konsolidasi.

Langkah keempat, pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum. Apabila dalam kegiatan


penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas,
hal itu masih harus dikaji oleh para ahli kurikulum dan para profesional kurikulum lainnya. Kegiatan itu
dilakukan untuk megnetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan-landasan teori yang dipakai
sudah masuk dan sesuai. Langkah kelima, implementasi dan diseminasi, yatiu menerapkan kurikulum
baru ini pada daerah atau sekolah-sekolah yang lebih luas. Di dalam langkah ini masalah dan kesulitan-
kesulitan pelaksanaan tetapi dihadapi, baik berkenaan dengan kesiapan guruguru, fasilitas, alat dan bahan
juga biaya.

7
6. Model Pemecahan Masalah

Model ini mempunyai asumsi bahwa perkembangan kurikulum adalah sebuah perubahan sosial,
sehingga terdapat hubungan antara manusia, keadaan organisasi sekolah, situasi masyarakat, dan otoritas
ilmu pengetahuan. Langkah pengembangan kurikulum model ini adalah sebagai berikut:

a) Adanya persoalan di dalam kelas atau sekolah yang perlu diteliti secara mendalam.

b) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya.

c) Mencari sebuah solusi pemecahan masalahnya.

d) Menentukan keputusan-keputusan yang perlu diambil.

e) Melaksanakan keputusan yang telah diambil serta menjalankan rencana yang telah disusun.

f) Menilai kelebihan dan kekurangan.

7. Roger's Interpersonal Relations Model

Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa "kurikulum
diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes daan adaptif terhadap situasi
perubahan." Kurikulum demikian hanya dapat disusun dan diterapkan oleh pendidik yang
berpengalaman, luwes dan berorientasi pada proses.

Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers. Pertama, pemilihan target dari
sistem pendidikan. Di dalam penentuan 6 target ini satusatunya kriteria yang menjadi pegangan
adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang
intensif. Langkah kedua dalam pengembangan kurikulum model Rogers adalah partisipasi guru dalam
pengalaman kelompok yang intensif. Sama seperti yang dilakukan para pejabat pendidikan, guru juga
turut serta dalam kegiatan kelompok. Langkah ketiga, pengembangan pengalaman kelompok yang
intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan
kelompok, dengan fasilitator para guru atau administrator atau fasilitator dari luar. Langkah keempat,
partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Kegiatan ini dapat dikoordinasi oleh komite masing-
masing sekolah. Lama kegiatan kelompok dapat tiga jam tiap sore hari selama seminggu atau 24 jam
secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam hubungannya dengan
sesama orang tua, dengan anak, dan dengan guru.

Model pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya.
Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah rangkaian kegiatan

8
kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers sebagai seorang Eksistensialis Humanis, ia tidak
mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dan sebagainya. Bagi Rogers yang penting adalah
aktivitas dan interaksi. Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan berubah.
Metode pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter group dan
Training Group (T Group).

8. The Systematic Action-Reasearch Model

Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan
perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa guru,
struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan
asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal itu: hubungan insani, sekolah dan organisasi
masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan profesional.

Tiga faktor utama yang dijadikan bahan pertimbangan dalam model ini adalah adanya hubungan
antarmanusia, organisasi sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu. Langkah-langkah dalam model ini
antara lain :

a) Merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu diteliti secara mendalam.

b) Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.

c) Merencanakan secara mendalam tentang bagaimana pemecahan masalahnya.

d) Menentukan keputusan-keputusan apakah yang perlu diambil sehubungan dengan masalah tersebut. e)
Melaksanakan keputusan yang diambil dan menjalankan rencana yang disusun.

f) Mencari fakta secara meluas

g) Menilai tentang kekuatan dan kelemahannya.

Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat,
pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain, mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana
anak belajar, dan bagaimana peranan kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan
kurikulum hams memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk
mencapai hal itu adalah dengan prosedur action research.

9. Emerging Technical Model

Model teknologis ini terdiri dari tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah laku, model
analisis sistem, dan model berdasarkan komputer.

9
a) Model analisis tingkah laku memulai kegiatannya dengan jalan melatih kemampuan anak mulai dari
yang sederhana sampai pada yang kompleks secara bertahap.

b) Model analisis sistem memulai kegiatannya dengan jalan menjabarkan tujuan-tujuan secara khusus
(output), kemudian menyusun alat-alat ukur untuk menilai keberhasilannya, kemudian mengidentifikasi
sejumlah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses penyelenggaraannya.

c) Model berdasarkan komputer memulai kegiatannya dengan jalan mengidentifikasi unit-unit kurikulum
lengkap dengan tujuan-tujuan pembelajaran khususnya.

Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-
kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan
sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana
yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang
sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang
sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial.

C. Pengembangan Kurikulum Memuat Standar Proses

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan
untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada
satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada
sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standar proses meliputi perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian pembelajaran yang efektif dan efisien.

1. Perencanaan Proses Pembelajaran Perencanaan

proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat
identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

a.Silabus Silabus

Sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK,
KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi

10
waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan
oleh guru secara mendiri atau kelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa sekolah,
kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas
Pendidikan. Pengembangan silabus disusun dibawah supervisi dinas kabupaten/ Kota yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya
mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Komponen RPP adalah Identitas mata pelajaran, Standar kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator
pencapaian kompetensi, Tujuan pembelajaran, Materi ajar, Alokasi waktu, Metode pembelajaran,
Kegiatan pembelajaran, Penilaian hasil belajar, Sumber belajar.

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru dikelas dapat
dilaksanakan sesuai dengan urutan yang telah direncanakan, hal tersebut memiliki beberapa persyaratan
yaitu:

a) Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran yang harus dipenuhi adalah antara lain: Jumlah
maksimal peserta didik disetiap rombongan belajar, Beban kerja minimal guru yang mencakup kegiatan
pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, serta malaksanakan tugas tambahan, Buku teks pelajaran yang
akan digunakan oleh sekolah/ madrasah yang dipilih oleh rapat guru dengan mempertimbangkan komite
sekolah, dan Pengelolaan kelas.

b) Pelaksanaan pembelajaran, merupakan implementasi dari RPP yang meliputi: Kegiatan pendahuluan,
Kegiatan inti, dan Kegiatan penutup.

3. Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan

11
menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,
penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil
pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata
Pelajaran.

4. Pengawasan Proses Pembelajaran

Tindakan selanjutnya yang perlu dilaksanakan setelah proses perencanaan, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran adalah pengawasan terhadap proses pembelajaran, yang
terdiri dari:

a) Pemantauan, dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran dengan
cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
Kegiatan pemantauan ini dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.

b) Supervisi, dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang
diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi yang dilakukan oleh
kepala dan pengawas satuan pendidikan.

c) Evaluasi, dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.

d) Pelaporan, hasil dari kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan
kepada pemangku kepentingan. Tindak lanjut, penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang
telah memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi
standar, guru diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan/ penataran lebih lanjut. (Permendiknas No.
41 Thn 2007).

D. Implementasi Pengembangan Kurikulum

Implementasi merupakan penerapan konsep, ide, dan kebijakan dalam bentuk tindakan agar
memberikan dampak perubahan, pengetahuan maupun nilai dan sikap. Kurikulum yang sudah dirancang
dan kembangkan secara optimal harus diterapkan dan mempunyai hasil atau dampak bagi pembelajaran.
Perhatian tentang kurikulum tidak boleh hanya dilihat dari segi permasalahan manajemen dan
organisasinya saja, melainkan juga harus dilihat dari segi perubahannya. Para penanggung jawab
kurikulum harus memproses suatu pandangan makro perubahan atau menyadari bahwa inovasi
memerlukan perencanaan yang hati-hati dan kontrol yang ketat dan mempunyai pemikiran bahwa

12
implementasi merupakan pengunaan program baru.Dalam riset Matthew Miles dan Karen Louis
menemukan bahwa sekolah yang sukses dalam menerapkan perubahan kurikulum, mempunyai staff yang
memegang gambaran pemikiran yang diperlukan oleh sekolah. Para pendidik marasa terikat dengan
program perubahan dan pengembangan kurikulum serta mempunyai semangat terhadap inovasi. Berikut
ini adalah beberapa hal yang mendukung proses implementasi, diantaranya adalah:

a) Mengkomunikasikan rencana implementasi. Saat program sedang dirancang, komunikasi haruslah


tetap dilakukan agar program bisa tepat sasaran.

b) Dukungan implementasi. Para perancang kurikulum harus didukung untuk memodifikasi program agar
mempercepat mereka dalam implementasi. Mereka harus melakukan hal ini untuk membangun keyakinan
diri.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh
pengembang kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat
menjadi bahan ajar serta acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dalam mengembangkan kurikulum, terdapat beberapa model; Model Administratif, Model Grass
Roots, Model Demonstrasi, Model Beauchamp, Model Roger’s, dan Model Pemecahan Masalah.
Adapun prosedur dalam pengembangan kurikulum meliputi perencanaan kurikulum,
pengorganisasian kurikulum, penyusunan staf dan kontrol kurikulum. Sedangkan implementasi
kurikulum merupakan proses penerapan konsep, ide dan kebijakan dalam bentuk tindakan
sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai
dan sikap.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman
belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai,
pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ ahli
kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur
masyarakat lainnya. Perkembangan dalam dunia pendidikan harus mampu meningkatkan kualitas
dari siswa, untuk mengikuti perkembangan tersebut sudah pasti perlu disertai dengan adanya
pengembangan kurikulum pembelajaran oleh sekolah untuk meningkatkan kualitas siswanya
dengan menyesuaikan keadaan di masing-masing sekolah. Kurikulum sebagai substansi
pendidikan didalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, keadaan sekolah,
kondisi sekolah, dan daerah sekolah. Proses pengembangan kurikulum, melibatkan kepala
sekolah, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya. Proses pengembangan kurikulum dilakukan
dengan kesesuaian dengan komponen kurikulum seperti: (1) Tujuan, (2) Isi atau materi (Bahan
Ajar), (3) Proses (Strategi Mengajar) atau sistem penyampaian dari media, (4) Evaluasi
dipengaruhi oleh kondisi guru, siswa, dan sarana yang disediakan madrasah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Achruh, A. (2019). Komponen dan model pengembangan kurikulum. Inspiratif Pendidikan, 8(1), 1-9.

Wati, F., Kabariah, S., & Adiyono, A. (2022). Penerapan Model-Model Pengembangan Kurikulum Di
Sekolah. Adiba: Journal Of Education, 2(4), 627-635.

Rosnaeni, R., Sukiman, S., Muzayanati, A., & Pratiwi, Y. (2022). Model-Model Pengembangan Kurikulum
di Sekolah. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 467-473.

Zubaidi, A. (2015). Model-model pengembangan kurikulum dan silabus pembelajaran bahasa


arab. Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 13(1), 107-122.

Suratno, J., Sari, D. P., & Bani, A. (2022). Kurikulum Dan Model-Model Pengembangannya. Jurnal
Pendidikan Guru Matematika, 2(1), 67-75.

15

Anda mungkin juga menyukai