Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

7 Unsur Kebudayaan Di Pulau Papua

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

7 UNSUR KEBUDAYAAN DI

PULAU PAPUA
SISTEM MATA
KEPERCAYAAN PENCAHARIAN

SISTEM
SISTEM
KESENIAN ORGANISASI
PENGETAHUAN
KEMASYARAKATAN

PERALATAN DAN
PERLENGKAPAN BAHASA
HIDUP MANUSIA
• Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat di Papua dan dalam hal ketuhanan, Papua dapat dijadikan contoh bagi
daerah lain. Mayoritas penduduk Papua beragama Kristen, namun demikian,
seiring dengan perkembangan kemudahan pengangkutan dari dan ke Papua maka
jumlah orang yang beragama lain termasuk Islam juga semakin berkembang.
• Banyak mubaligh sama ada orang asing mahupun rakyat Indonesia sendiri yang
melakukan misi keagamaannya di pedalaman-pedalaman Papua. Mereka
berperanan penting dalam membantu masyarakat sama ada melalui sekolah-
sekolah mubaligh, bantuan perubatan mahupun secara langsung mendidik
masyarakat pedalaman dalam bidang pertanian, mengajar Bahasa Indonesia dan
pengetahuan-pengetahuan amali yang lain - lainnya. Mubaligh juga merupakan
pelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah pedalaman yang
belum dibina oleh penerbangan biasa.
Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh suku Papua adalah sebagai berikut :
• Pengetahuan mengenai alam sekitar
• Pengetahuan mengenai alam flora dan fauna di daerah tempat tinggal
• Pengetahuan mengenai zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam
lingkungannya
• Pengetahuan mengenai sifat dan tingkah laku (kebutuhan) antar manusia
• Pengetahuan mengenai ruang dan waktu
• Masyarakat Asmat mengenal perahu lesung sebagai alat transportasinya. Pembuatan
perahu dahulunya digunakan untuk persiapan suatu penyerangan dan pengayauan kepala.
Bila telah selesai, perahu tersebut dicoba menuju ke tempat musuh dengan maksud
memanas-manasi musuh dan memancing suasana musuh agar siap berperang.
• Selain itu, perahu lesung juga digunakan untuk keperluan pengangkutan dan pencarian
bahan makanan.Setiap 5 tahun sekali, orang-orang Asmat membuat perahu-perahu baru.
Walaupun daerah Asmat kaya akan berbagai jenis kayu, namun pembuatan perahu
mereka memilih jenis kayu khusus yang jumlahnya tidak begitu banyak. Yang digunakan
adalah kayu kuning (ti), ketapang, bitanggur atau sejenis kayu susu yang disebut yerak.
• Setelah pohon dipilih, ditebang, dikupas kulitnya dan diruncingkan kedua
ujungnya, batang itu telah siap dibawa ke tempat pembuatan perahu. Untuk
membuat perahu dibutuhkan waktu kurang lebih 5 minggu. Proses pembuatan
perahu dari bentuk batang hingga selesai diukir dan dicat meliputi beberapa tahap.
• Pertama, batang yang masih kasar dan bengkok diluruskan. Setelah bagian dalam
digali, dihaluskan dengan kulit siput, sama halnya dengan bagian luar.
• Bagian bawah perahu dibakar supaya perahu menjadi ringan dan laju jalannya.
Bagian muka perahu disebut cicemen, diukir menyerupai burung atau binatang
lainnya perlambang pengayauan kepala. Atau ukiran manusia yang
melambangkan saudara yang telah meninggal. Perahu kemudian dinamakan
sesuai dengan nama saudara yang telah meninggal itu. Panjang perahu mencapai
15-20 meter.
• Setelah semua ukiran dibuat di perahu maka perahu pun di cat. Bagian dalam
dicat putih, bagian luar dicat putih dan merah. Setelah itu perahu dihiasi dengan
• Ada 2 macam perahu yang biasa digunakan, yaitu perahu milik keluarga yang
tidak terlalu besar dan memuat 2-5 orang dengan panjang 4-7 meter. Sedangkan
perahu clan biasa memuat antara 20-20 orang dengan panjang 10-20 meter.
Dayung terbuat dari kayu yang tahan lama, misalnya kayu besi. Karena dipakai
sambil berdiri, maka dayung orang Asmat sangat panjang ukurannya. Benda ini
wajib dimiliki oleh setiap orang Asmat karena daerah tempat tinggal banyak
dikelilingi dengan rawa-rawa.
• Mata pencaharian hidup orang Papua di daerah pantai adalah meramu sagu, berburu
binatang kecil, (yang terbesar adalah babi hutan), dan mencari ikan di sungai, danau,
maupun pinggir pantai. Mereka juga terkadang menanam buah-buahan dan tumbuhan
akar-akaran. Kadang mereka juga dengan sengaja menanamnya di kebun-kebun kecil
yang sederhana berada di tengah-tengah hutan. Orang Asmat hulu yang tinggal di
daerah yang tak ada pohon sagunya lagi, lebih menggantungkan hidupnya pada kebun-
kebunnya.
• Peternakan: Babi merupakan prestise dan melambangkan status sosial seseorang. bisa
menyebalkan pecahnya perang suku, dan binatang ini juga berperan sebagai mas kawin
(uang mahar). Mata pencaharian utama mereka adalah bercocok tanam di
ladang.Tanaman utama sekaligus makanan pokok adalah Hipere atau ubi jalar.
• Masyarakat Dani tidak mengenal konsep keluarga batih, di mana bapak, ibu, dan
anak tinggal dalam satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika
rumah dipandang sebagai suatu kesatuan fisik yang menampung aktivitas-
aktivitas pribadi para penghuninya, dalam masyarakat Dani unit rumah tersebut
adalah sili.Pada dasarnya silimo / sili merupakan komplek tempat kediaman yang
terdiri dari beberapa unit bangunan beserta perangkat lainnya.Perkampungan
tradisional di Wamena dengan rumah-rumah yang dibuat berbentuk bulat beratap
ilalang dan dindingnya dibuat dari kayu tanpa jendela.Rumah seperi ini disebut
honai , Komplek bangunan biasanya terdiri dari unsur-unsur unit bangunan yang
dinamakan: rumah laki-laki (Honei/pilamo), rumah perempuan (ebe-ae/ Ebei ),
dapur (hunila) dan kandang babi
• Di Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada
kelompok etnik yang ada. Aneka berbagai bahasa ini telah menyebabkan
kesulitan dalam berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan
kelompok etnik lainnya. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia digunakan secara
resmi oleh masyarakat-masyarakat di Papua bahkan hingga ke pedalaman.
Seni musik
• Orang Asmat memiliki alat musik khusus yang biasa digunakan dalam upacara-upacara
penting. Tifa adalah alat musik yang paling umum digunakan oleh masyarakat Asmat
dalam kehidupannya. Tifa-tifa ini biasa diukir dan dipahat oleh wow-ipits setempat.

Seni tari
• Orang-orang Asmat kerapkali melakukan gerakan-gerakan tarian tertentu saat upacara
sakral berlangsung. Adanya gerakan-gerakan erotis dan dinamis yang dilakukan oleh
kaum laki-laki dan perempuan di depan rumah bujang (Je) dalam rangka upacara mbis.
VIDEO
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai