Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
62 tayangan42 halaman

ENTOMOLOGI

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 42

 Entomologi membahas mengenai vektor,

kelainan, dan penyakit yang disebabkan oleh


artropoda.
 Morfologi Umum: tubuh beruas-ruas, umbai-umbai beruas-
ruas, mempunyai kulit keras (eksoskeleton) terbuat dari kitin,
dan bentuk tubuh simetris bilateral.

 Eksoskeleton berfungsi sebagai penguat tubuh, pelindung alat dalam, pengatur


penguapan air, dan penerus rangsangan dari luar).

 Mempunyai sistem pencernaan, pernafasan (dengan insang


atau trakea), saraf (otak dan ganglion), peredaran darah
terbuka, dan sistem reproduksi.
 Selama pertumbuhan mengalami perubahan
bentuk yang disebut metamorfosis.

 Metamorfosis sempurna: telur-larva-pupa-dewasa.


Antara tingkat muda dan dewasa ada perbedaan yang
jelas, disertai perbedaan biologi (tempat hidup dan
makanan).

 Metamorfosis tidak sempurna: telur-nimfa-dewasa.


Morfologi serta biologi bentuk muda dan dewasa
hampir sama.
1. Vektor dan hospes perantara
2. Parasit
3. Agen penyebab kelainan akibat toksin yang
dikeluarkan
4. Agen penyebab alergi
5. Agen penyebab entomofobia
Propagatif

Sikliko-
propagatif
Biologik
Sikliko-
developmental
Cara
Mekanik
Penularan
Transovarian
Toksin
 Penularan berlangsung dari penderita ke orang
lain dengan perantara bagian luar tubuh
serangga. Misal telur cacing, kista protozoa,
dan bakteri usus dapat dipindahkan dari tinja
ke makanan melalui kaki atau badan lalat
rumah.
 Penularan berlangsung setelah parasit/agen yang diisap mengalami
proses biologik dalam tubuh vektor.
 Propagatif: bila di dalam tubuh vektor, parasit hanya membelah
diri menjadi banyak. Co: Yersinia pestis dalam pinjal tikus
(Xenopsylla cheopsis).
 Sikliko-propagatif: bila di dalam tubuh vektor, parasit berubah
bentuk dan membelah diri menjadi banyak. Co: Plasmodium
falciparum dalam nyamuk Anopheles.
 Sikliko-developmental: bila di dalam tubuh vektor, parasit hanya
berubah bentuk menjadi bentuk infektif. Co: Wuchereria bancrofti
dalam badan nyamuk Culex.
 Transovarian: vektor yang terinfeksi akan menularkan parasit
kepada keturunannya. Selanjutnya larva infektif keturunannya
itulah yang akan menularkan parasit kepada manusia. Co: Ricketsia
tsutsugamushi dalam larva infektif (chigger) Leptotrombidium.
 Beberapa serangga dapat memasukkan
toksinnya ke dalam badan manusia dengan
cara kontak langsung (ulat), gigitan (kelabang,
laba-laba), sengatan (kalajengking), atau
tusukan (Triatoma).
 Toksin serangga dapat menyebabkan gejala
setempat atau gejala umum, seperti gatal,
urtikaria, lepuh (ulat, kutu busuk), hemolisis
(kalajengking), perdarahan (lebah), dan
gangguan saraf (kalajengking).
 Berdasarkan habitat hidup:
1. Endoparasit: hidup di dalam jaringan tubuh, misal larva
lalat penyebab miasis.
2. Ektoparasit: hidup di permukaan tubuh hospes, misal
tungau, pinjal, nyamuk.

 Berdasarkan lama hidup pada hospes:


1. Parasit permanen: seluruh atau sebagian besar hidupnya
ada pada satu hospes, misal tungau pada manusia.
2. Parasit periodik: hidupnya berpindah-pindah dari satu
hospes ke hospes lain dalam daur hidupnya, misal
nyamuk.
Artropoda

Insekta Arachnida Crustacea Chilopoda Diplopoda

Anopheles,
Copepoda,
Culex, Scorpionida Scolopendra Fontaria
decapoda
Aedes, dll.
Klasifikasi
 Kelas: Insekta
 Ordo: Diptera
 Famili: Culicidae
 Tribus 1: Anophelini
 Genus: Anopheles
 Tribus 2: Culicini
 Genus: Culex, Aedes, Mansonia
 Tribus 3: Toxorhynchitini
o Genus:Toxorhynchities
 Nyamuk dapat hidup sampai ketinggian 4200
meteer diatas permukaan laut dan sampai 115
meter di bawah permukaan laut.
 Jumlah spesies di daerah tropik lebih banyak
dibandingkan di daerah dingin.
 Nyamuk berukuran 4-13 mm dan rapuh.
 Kepalanya mempunyai probosis halus dan panjang
yang melebihi panjang kepala.
 Probosis nyamuk betina dipakai sebagai alat untuk
menghisap darah, sedangkan probosis nyamuk jantan
dipakai sebagai alat untuk menghisap sari tumbuhan,
sari buah-buahan, dan juga keringat.
 Terdapat palpus pada kiri kanan probosis. Palpus terdiri
dari 5 ruas dan sepasang antena yang terdiri dari 15
ruas.
 Antena pada nyamuk jantan berambut lebat dan pada
nyamuk betina berambut jarang.
 Sebagian besar toraks yang tampak (mesonatum)
diliputi bulu halus berwarna putih/kuning. Posterior
mesonatum terdapat skutellum, pada anophellini
bentuknya melengkung (rounded), dan pada cullini
membentuk tiga lengkungan (trilobus).
 Sayap nyamuk panjang dan langsing, mempunyai vena
yang ditumbuhi sisik-sisik sayap. Pinggir sayap
terdapat sederetan rambut yang disebut umbai (fringe).
 Abdomen berbentuk silinder dan terdiri atas 10 ruas.
Dua ruas terakhir berubah menjadi alat kelamin.
 Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki (heksapoda) yang
melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas
femur, 1 ruas tibia, dan 5 ruas tarsus.
 Telur – larva – pupa – dewasa
a. Culex, telur diletakkan saling
berlekatan membentuk rakit (raft) di
atas permukaan air.

b. Aedes, telur diletakkan satu per satu


terpisah di atas permukaan air
menempel pada dinding tempat
perindukannya.

c. Anopheles, telur diletakkan satu per


satu terpisah di permukaan air.
 Setelah 2-4 hari telur menetas menjadi larva yang selalu hidup di dalam
air.
 Pertumbuhan larva dari stadium I sampai IV berlangsung 6-8 hari.
Anopheles
 Pupa tidak makan, tetapi
masih membutuhkan
oksigen yang diambilnya
melalui tabung pernafasan.

 Untuk tumbuh menjadi


dewasa diperlukan waktu 1-
3 hari sampai beberapa
minggu.
Culex

Anopheles
 Perilaku nyamuk berdasarkan hospes yang disukai yaitu
antropofilik, zoofilik, antropozoofilik.
 Tempat istirahat ada nyamuk yang memilih di dalam
rumah/dinding rumah (endofilik), di luar rumah (eksofilik)
seperti tanaman, kandang hewan, dekat tanah, atau tempa
agak tinggi.
 Perilaku nyamuk berdasarkan aktivitas menggigit yaitu
ada yang menghisap darah pada malam hari (night-biters)
menghisap darah pada siang hari (day-biters), ada yang
menghisap di dalam rumah (endofagik), dan ada yang
menggigit di luar rumah (eksofagik).
 Jarak terbang Aedes aegypti yi 50-100 m, sedangkan
Anopheles jarak terbangnya sampai 1.6 km.
 Sebanyak 16 spesies Anopheles diketahui berperan sebagai vektor
malaria di Indonesia.

 Morfologi Anopheles malaria:


 Telur diletakkan satu persatu diatas permukaan air berbentuk seperti perahu
yang bagian bawahnya konveks, bagian atasnya konkaf dan mempunyai
sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral.
 Larva tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, mempunyai
bagian-bagian badan yang bentuknya khas yaitu spirakel pada bagian
posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen
dan sepasang bulu palma pada bagian lateral abdomen.
 Pupa mempunyai tabung pernafasan yang bentuknya lebar dan pendek
digunakan untuk mengambil O2 dari udara.
 Sayap pada bagian pinggir ditumbuhi sisik-sisik sayang berkelompok
membentuk gambaran belang-belang hitam putih. Ujung sisik sayap
membentuk lengkung. Posterior abdomen sedikit melancip.
 Sebanyak 16 spesies Anopheles diketahui berperan sebagai vektor
malaria di Indonesia.

 Ciri khas Anopheles malaria:

 Kebiasaan menghisap darah manusia pada malam hari atau sejak senja
sampai dini hari.
 Jarak terbang biasanya 0.5-3 km
 Lama hidup nyamuk betina lebih dari 10 hari
 Populasi yang tinggi dibandingkan spesies lain
 Terdapat sporozoit pada kelenjar liurnya (mempunyai kemampuan
mengembangkan Plasmodium menjadi stadium sporozoit).
 Aedes aegypti adalah vektor penyakit virus berbahaya yang
dikenal sebagai penyakit demam berdarah dengue atau dengue
hemorrhagic fever (DHF).

 Ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan dengan ukuran


nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), warna dasar tubuh
hitam dengan bintik-bintik putih (lyre-form) pada bagian
tubuhnya terutama pada kakinya.
 Nyamuk dewasa betina menghisap darah manusia pada siang
hari dilakukan baik di dalam rumah atau di luar rumah.
 Penghisapan darah dilakukan pada pagi sampai petang dengan
dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00)
dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00).

 Umur nyamuk dewasa betina kira-kira 10 hari, mampu


terbang sejauh 2 km.
 Ukuran 6-13 mm, metamorfosis
Klasifikasi sempurna, mempunyai tipe mulut
hisap. Baik jantan maupun betina,
keduanya menghisap darah dengan
 Kelas: Insecta aktivitas menggigit terutama pada pagi
 Ordo: Diptera hari. G. morsitans menyukai daerah
 Famili: Glossinidae terbuka dengan tanah yang keras
 Genus: Glossina seperti padang rumput, sedangkan G.
 Spesies: G. morsitans, palpalis menyukai daerah berpasir atau
G. palpalis. tanah disekitar sungai atau danau yang
banyak ditumbuhi pohon.
 Ukuran 1.5- 4 mm, seluruh badan
Klasifikasi berbulu dengan tipe mulut tusuk
isap, baik lalat jantan maupun lalat
betina keduanya penghisap darah
 Kelas: Insecta manusia. Daur hidupnya dengan
 Ordo: Diptera metamorfosis sempurna.
 Famili: Psychodidae
 Genus: Phlebotomus
 Spesies: P. longipalpis
 Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Yersinia
pestis. Vektor penyakit pes adalah tungau
Xenopsylla cheopis, Stivalius cognatus,
Neopsylla sondaica.
 X. cheopis, S. cognatus, dan N. sondaica
termasuk ordo Siphonaptera, berbadan pipih
laterolateral, dan berukuran kecil 1.5-4 mm.
Hidup sebagai parasit tikus ladang dan bersarang
diantara bulu tikus.
 Manusia terinfeksi melalui gigitan tungau ini atau
melalui tinja yang mengandung Y. pestis yang
masuk melalui luka gigitan.
 Penderita Pes dapat meninggal dalam waktu 2-3
hari setelah mendapat infeksi jika tidak segera
diobati.
 Cara penularan Pes adalah propagatif.
1. Alergi Akibat Kontak dengan Tungau
Dermatophagoides pteronyssinus

 Dermatophagoides pteronyssinus merupakan


tungau debu berukuran 0.2-1.2 mm, badan
berbulu, dan berkaki 4 pasang. Daur hidup
dengan metamorfosis tidak sempurna
ditemukan pada debu rumah yang menempel
seperti di kasur, karpet, juga ditemukan di
luar rumah menempel pada sarang burung,
permukaan kulit mamalia dan hewan lainnya.
Makanannya adalah serpihan kulit
manusia/hewan.

 Merupakan penyebab asma atopik (asma


alergi). Asma ini timbul akibat zat alergen
yang terdapat di seluruh bagian badan
terutama di bagian saluran pencernaan D.
pteronyssinus.
 Morfologi dan Daur Hidup. Tubuhnya terdiri dari
cephalothorax dan abdomen, pada ruas terakhir abdomen
terdapat telson yang mengandung kelenjar racun.
Kalajengking merupakan hewan vivipar dan anaknya
dibawa untuk beberapa saat diatas punggung induknya.
 Patologi. Racun kalajengking berupa toksalbumin yang
mengandung neurotoksin dan hematoksin. Racunnya
dapat menimbulkan kekacauan sistemik yang berakhir
pada kematian karena syok dan paralipis pernafasan.
Hematoksin dapat menimbulkan perdarahan dan nekrosis.
 Pengobatan. Obat-obatan dari golongan barbiturat,
kortikosteroid dan antihistamin.
 Pemberantasan. Menggunakan insectisida seperti
karbamat, klorden, piretrum, dan benzen heksaklorida.
1. Vektor malaria (morfologi, daur hidup,
perilaku, epidemiologi, penyebaran
geografik).
2. Vektor Filariasis Limfatik
3. Vektor Filariasis Non-Limfatik
4. Vektor penyakit virus: demam berdarah
dengue
5. Vektor penyakit Ricketsia: Demam semak
6. Vektor penyakit bakteri: vektor penyakit
sampar

Anda mungkin juga menyukai