Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Konsep Perawatan Perioperatif

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

Keperawatan

Perioperatif
Fitra Pringgayuda
• Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan fungsi keperawatan yang berkaitan
dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata
“perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang
Konsep Perawatan mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu
praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. Dalam setiap
Perioperatif fase tersebut dimuali dan diakhiri dalam waktu tertentu
dalam urutan peristiwa yang membentuk pengalaman
bedah, dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh
perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan
standart keperawatan (Brunner & Suddarth, 2010).
• Keperawatan perioperative tidak lepas dari salah satu ilmu
medis yaitu ilmu bedah. Dengan demikian, ilmu bedah yang
semakin berkembang akan memberikan implikasi pada
perkembangan keperawatan perioperative. Keperawatan
Konsep perioperative dilakukan berdasarkan proses keperawatan
sehingga perawat perlu menetapkan strategi yang sesuai

Perawatan dengan kebutuhan individu selama periode perioperative (pre,


intra, post) (Muttaqin & Sari, 2009).

Perioperatif • Perioperatif merupakan tahapan dalam proses pembedahan


yang dimulai dari prabedah (preoperative), bedah
(intraoperative), dan pasca bedah (postoperative) (Alimul H,
2009).
• Keahlian seorang perawat kamar bedah dibentuk
dari pengetahuan keperawatan professional dan
keterampilan psikomotor yang kemudian
diintegrasikan kedalan tindakan keperawatan yang
harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah

Fase perioperatif pasien yang sifatnya risiko atau actual pada setiap
fase perioperative akan membantu penyusunan
rencana intervensi keperawatan (Muttaqin & Sari,
2009).
• Pre – intra – post
• Pre / Pra
Fase praoperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi
diambil hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang
riwayat atau klasifikasi pembedahan. Asuhan keperawatan pre
operatif pada prakteknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif di
bagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care),
atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di kamar
operasi oleh perawat kamar bedah (Muttaqin & Sari, 2009).

Fase perioperatif Fase pre operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan
intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja
operasi. Lungkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut
dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan
klinik ataupun rumah, wawancara pre operatif dan menyiapkan
pasien untuk anestesi yang diberikan serta pembedahan (Hipkabi,
2014).
• Intra Operatif
Fase intra operatif adalah suatu masa dimana pasien sudah
berada di meja pembedahan sampai ke ruang pulih sadar.
Asuhan keperawatan intraoperative merupakan salah satu
fase asuhan yang dilewati pasien bedah dan diarahkan pada
peningkatan keefektifan hasil pembedahan. Pengkajian yang
dilakukan perawat intraoperative lebih kompleks dan harus
Fase perioperatif dilakukan secara cepat dan ringkas agar dapat segera
dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai. Kemampuan
dalam mengenali masalah pasien yang bersifat risiko atau
actual akan didapatkan berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman keperawatan.
• Intra Operatif
Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada tujuan yang
di prioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim
intraoperative, dan melibatkan tindakan independent dan
dependen.

Pada fase intra operatif, pasien akan mengalami berbagai


Fase perioperatif prosedur. Prosedur pemberian anestesi, pengaturan posisi
bedah, manajemen asepsis, dan prosedur tindakan invasive
akan memberikan implikasi pada masalah keperawatan
yang akan muncul (Muttaqin & Sari, 2009).
• Post Operatif
Fase pasca operatif adalah suatu kondisi dimana pasien
sudah masuk di ruang pulih sadar sampai pasien dalam
kondisi sadar betul untuk dibawa ke ruang rawat inap.
Raung pulih sadar (recovery room) atau unit perawatan
pascaanestesi (PACU) merupakan suatu ruangan untuk
Fase perioperatif pemulihan fisiologis pasien pascaoperatif. PACU biasanya
terletak berdekatan dengan ruang operasi (Muttaqin &
Sari, 2009).
• Post Operatif
Fase post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke
ruang pamulihan (recovery room) atau ruang intensive
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan
rawat inap, klinik, maupun di rumah lingkup aktivitas
keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas
selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian
meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital
Fase perioperatif serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan fungsi
vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan
kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan
pasien dan melakukan penyuluhan, perawat tindak lanjut,
serta rujukan untuk penyembuhan, rehabilitasi, dan
pemulangan (Hipkabi, 2014).
Faktor yang
mempengaruhi
peran perawat Perawat kamar bedah bertanggung jawab mengidentifikasi Pengalaman, kekuatan dan ketahanan fisik,

kamar bedah
kebutuhan pasien, menentukan tujuan Bersama pasien dan keterampilan, sikap professional, pengetahuan,
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Selanjutnya,
perawat kamar bedah melakukan kegiatan keperawatan untuk
mencapai hasil akhir pasien yang optimal (Hipkabi, 2014). Pada
praktiknya, paeran perawat perioperative dipengaruhi berbagai
factor, yaitu sebagai berikut (Muttaqin & Sari, 2009):
• Pengalaman,
Lamanya pengalaman bertugas di kamar operasi, terutama
pada kamar pembedahan khusus, seperti sebagai perawat
instrument kamar bedah saraf, onkologi, ginekologi, dan
Faktor yang lain-lain akan memberikan dampak yang besar terhadap
peran perawat dalam menentukan hasil akhir pembedahan.
mempengaruhi
• Kekuatan dan ketahanan fisik
peran perawat Beberapa jenis pembedahan, seperti bedah saraf, thoraks,
kamar bedah kardiovaskuler atau spina memerlukan waktu operasi yang
Panjang. Pada kondisi tersebut, perawat instrument harus
berdiri dalam waktu lama dan dibutuhkan tingkat
konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, agar dapat
mengikuti jalannya pembedahan secara optimal,
dibutuhkan kekuatan dan ketahanan fisik yang baik.
• Keterampilan,
Keterampilan terdiri atas keterampilan psikomotor,
manual, dan interpersonal yang kuat. Agar dapat
mengikuti setiap jenis pembedahan yang berbeda-
Faktor yang beda, perawat instrument diharapkan mampu untuk
mengintegrasikan antara keterampilan yang dimiliki
mempengaruhi dengan keinginan dari operator bedah pada setiap
tindakan yang dilakukan dokter bedah dan asisten
peran perawat bedah. Hal ini akan memberikan tantangan tersendiri
pada perawat untuk mengembangkan keterampilan
kamar bedah psikomotor mereka agar bisa mengikuti jalannya
pembedahan. Keterampilan psikomotor dan manual
dapat dioptimalkan dengan mengikuti pelatihan
perawat instrument yang tersertivikasi serta diakui
profesi.
• Sikap professional,
Pada kondisi pembedahan dengan tingkat
kerumitan yang tinggi, timbul kemungkinan
Faktor yang perawat melakukan kesalahan saat menjalankan
perannya, oleh karena itu, perawat harus bersikap
mempengaruhi professional dan mau menerima teguran. Pada
peran perawat konsep tim yang digunakan dalam proses
pembedahan, setiap peran diharapkan dapat
kamar bedah berjalan secara optimal. Kesalahan yang dilakukan
oleh salah satu peran akan berdampak pada
keseluruhan proses dan hasil pembedahan.
• Pengetahuan,

Faktor yang Yaitu pengetahuan tentang prosedur tetap yang


digunakan institusi. Perawat menyesuaikan peran
mempengaruhi yang akan dijalankan dengan kebijakan dimana
perawat tersebut bekerja. Pengetahuan yang
peran perawat optimal tentang prosedur tetap yang berlaku akan
memberikan arah pada peran yang akan
kamar bedah dilaksanakan.
A. Pengkajian,
Pre Operatif
Pengkajian pasien pada fase pre operatif secara umum dilakukan untuk
menggali permasalahan pada pasien sehingga perawat dapat melakukan
intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien (Muttaqin & Sari, 2009).

Tinjauan 1)  Pengkajian Umum


Pada pengkajian pasien di unit rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari,
atau unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif di mana seluruh hal

Askep
yang berhubungan dengan pembedahan pasien perlu dilakukan secara
seksama.
a)  Identitas pasien : pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi

Perioperatif
duplikasi nama pasien. Umur pasien sangat penting untuk diketahui
guna melihat kondisi pada berbagai jenis pembedahan. Selain itu juga
diperlukan untuk memperkuat identitas pasien.
b)  Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan : diperlukan sebagai
persiapan finansial yang sangat bergantung pada kemampuan pasien
dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan menjalani proses
pembedahan
c)  Persiapan umum : persiapan informed consent dilakukan sebelum
dilaksanakannya Tindakan
A. Pengkajian,
Pre Operatif

Tinjauan 2)  Riwayat kesehatan


Pengkajian riwayat kesehatan pasien di rawat inap,

Askep
poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat
darurat dilakukan perawat melalui Teknik wawancara
untuk mengumpulkan riwayat yang diperukan sesuai
Perioperatif dengan klasifikasi pembedahan
a) Riwayat alergi : perawat harus mewaspadai adanya
alergi terhadap berbagai obat yang mungkin
diberikan selama fase intraoperatif
A. Pengkajian,
Pre Operatif
b)  Kebiasaan merokok, alcohol, narkoba : pasien
perokok memiliki risiko yang lebih besar mengalami
Tinjauan komplikasi paru- paru pasca operasi, kebiasaan
mengonsumsi alcohol mengakibatkan reaksi yang

Askep
merugikan terhadap obat anestesi, pasien yang
mempunyai riwayat pemakaian narkoba perlu
diwaspadai atas kemungkinan besar untuk terjangkit
Perioperatif HIV dan hepatitis
c)  Pengkajian nyeri : pengkajian nyeri yang benar
memungkinkan perawat perioperative untuk
menentukan status nyeri pasien. Pengkajian nyeri
menggunakan pendekatan P (Problem), Q (Quality),
R (Region), S (Scale), T (Time).
A. Pengkajian,
Pre Operatif
3) Pengkajian psikososiospiritual
a)  Kecemasan praoperatif : bagian terpenting dari pengkajian

Tinjauan kecemasan perioperative adalah untuk menggali peran orang


terdekat, baik dari keluarga atau sahabat pasien. Adanya sumber

Askep
dukungan orang terdekat akan menurunkan kecemasan
b)  Perasaan : pasien yang merasa takut biasanya akan sering
bertanya, tampak tidak nyaman jika ada orang asing memasuki

Perioperatif
ruangan, atau secara aktif mencari dukungan dari teman dan
keluarga
c)  Konsep diri : pasien dengan konsep diri positif lebih mampu
menerima operasi yang dialaminya dengan tepat
d)  Citra diri : perawat mengkaji perubahan citra tubuh yang pasien
anggap terjadi akibat operasi. Reaksi individu berbeda-beda
bergantung pada konsep diri dan tingkat harga dirinya
A. Pengkajian,
Pre Operatif
3) Pengkajian psikososiospiritual

Tinjauan e)  Sumber koping : perawat perioperative


mengkaji adanya dukungan yang dapat diberikan
Askep oleh anggota keluarga atau teman pasien.
f)  Kepercayaan spiritual : kepercayaan spiritual
Perioperatif memainkan peranan penting dalam menghadapi
ketakutan dan ansietas
g)  Pengetahuan, persepsi, pemahaman : dengan
mengidentifikasi pengetahuan, persepsi,
pemahaman, pasien dapat membantu
A. Pengkajian,
Pre Operatif
3) Pengkajian psikososiospiritual

Tinjauan g)  Pengetahuan, persepsi, pemahaman : dengan


mengidentifikasi pengetahuan, persepsi,
Askep pemahaman, pasien dapat membantu perawat
merencanakan penyuluhan dan tindakan untuk
Perioperatif mempersiapkan kondisi emosional pasien.
h) Inform consent : suatu izin tertulis yang dibuat
secara sadar dan sukarela oleh pasien sebelum
suatu pembedahan dilakukan
A. Pengkajian,
Pre Operatif
4)  Pemeriksaan fisik
Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam

Tinjauan
melakukan pemeriksaan fisik, mulai dari pendekatan head
to toe hingga pendekatan per system. Perawat dapat
menyesuaikan konsep pendekatan pemeriksaan fisik
Askep dengan kebijakan prosedur yang digunakan institusi tempat
ia bekerja. Pada pelaksanaannya, pemeriksaan yang
Perioperatif dilakukan bisa mencakup sebagian atau seluruh system,
bergantung pada banyaknya waktu yang tersedia dan
kondisi preopratif pasien. Focus pemeriksaan yang akan
dilakukan adalah melakukan klarifikasi dari hasil temuan
saat melakukan anamnesis riwayat kesehatan pasien
dengan system tubuh yang akan dipengaruhi atau
memengaruhi respons pembedahan.
A. Pengkajian,
Pre Operatif
5)  Pemeriksaan diagnostic
Sebelum pasien menjalani pembedahan, dokter bedah
Tinjauan akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan
diagnostic guna memeriksa adanya kondisi yang tidak
Askep normal. Perawat bertanggung jawab mempersiapkan
dalam klien untuk menjalani pemeriksaan diagnostic
Perioperatif dan mengatur agar pasien menjalani pemeriksaan
yang lengkap.perawat juga harus mengkaji kembali
hasil pemeriksaan diagnostic yang perlu diketahui
dokter untuk membantu merencanakan terapi yang
tepat.
A. Pengkajian,
Intra Operatif

Tinjauan Pengkajian intraoperatif secara ringkas mengkaji


hal-hal yang berhubungan dengan pembedahan .
Askep Diantaranya adalah validasi identitas dan
prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan,
Perioperatif serta konfirmasi kelengkapan data penunjang
laboratorium dan radiologi . (Muttaqin & Sari,
2009).
A. Pengkajian,
Intra Operatif
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi
bagi pasien yang diberi anaesthesi total adalah yang
Tinjauan bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi
anaesthesilokal ditambah dengan pengkajian
Askep psikososial. Secara garis besar yang perlu dikaji
adalah :
Perioperatif 1)  Pengkajian mental, bila pasien diberi anaesthesi
lokal dan pasien masih sadar / terjagamaka sebaiknya
perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan
terhadapnya danmemberi dukungan agar pasien tidak
cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
A. Pengkajian,
Intra Operatif
2)  Pengkajian fisik, tanda-tanda vital (bila terjadi
ketidaknormalan maka perawat
Tinjauan harusmemberitahukan ketidaknormalan tersebut
kepada ahli bedah).
Askep 3)  Transfusi dan infuse, monitor flabot sudah
Perioperatif habis apa belum.
4)  Pengeluaran urin, normalnya pasien akan
mengeluarkan urin
sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
A. Pengkajian,
Post Operatif
Pengkajian pascaanastesi dilakukan sejak pasien
mulai dipindakhan dari kamar operasi ke ruang
Tinjauan pemulihan. Pengkajian di ruang pemulihan
berfokus pada keselamatan jiwa pasien (Muttaqin
Askep & Sari, 2009).

Perioperatif 1)  Status respirasi, meliputi : kebersihan jalan


nafas, kedalaman pernafasaan, kecepatan dan
sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2)  Status sirkulatori, meliputi : nadi, tekanan
darah, suhu dan warna kulit.
A. Pengkajian,
Post Operatif
3)  Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
4)  Balutan, meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang
Tinjauan harus disambung dengan sistem drainage.
5)  Kenyamanan, meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
Askep 6)  Keselamatan, meliputi : diperlukan penghalang samping
tempat tidur, kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat
Perioperatif pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
7)  Perawatan, meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan,
kelancaran cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa,
hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.
8)  Nyeri, meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan
faktor yang memperberat /memperingan.
B. Diagnosis keperawatan,

Tinjauan Askep
Perioperatif
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017

Tahapan Masalah Keperawatan Etiologi


Pre Operasi Ansietas Prosedur Tindakan Operasi
Intra Operasi Resiko Hipotermi Efek Agen Farmakologis
Post Operasi Bersihan jalan nafas tidak Efek agen farmakologis
efektif (anastesi)
Tinjauan Askep Perioperatif
C. Rencana Keperawatan, : Diagnosis Keperawatan, Tujuan, Intervensi

No Diagnosis Tujuan Intervensi


Pre Op
1. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan tindakan Observasi :
situasional Operasi keperawatan diharapkan cemas dapat Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( misal : kondisi, waktu, stresor)
terkontrol, dengan kriteria hasil: Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Secara verbal dapat Monitor tanda-tanda ansietas ( verbal dan non verbal)
mendemonstrasikan teknik Teraupetik :
menurunkan cemas Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
Perilaku gelisah menurun kepercayaan
Perilaku tegang menurun Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
Pahami situasi yang membuat ansietas
Dengarkan dengan penuh perhatian
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
Motivasi mengidentifikasi situassi yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Tinjauan Askep Perioperatif
C. Rencana Keperawatan, : Diagnosis Keperawatan, Tujuan, Intervensi

No Diagnosis Tujuan Intervensi

Pre Op

1. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Edukasi :


krisis keperawatan diharapkan 1. Jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami
situasional cemas dapat terkontrol, 2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
Operasi dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Secara verbal dapat 4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
mendemonstrasikan teknik 5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
menurunkan cemas 6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
Perilaku gelisah menurun 7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Perilaku tegang menurun 8. Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Tinjauan Askep Perioperatif
C. Rencana Keperawatan, : Diagnosis Keperawatan, Tujuan, Intervensi

No Diagnosis Tujuan Intervensi


Intra Operatif
2. Risiko hipotermi b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
efek agen keperawatan diharapkan risiko Monitor suhu tubuh: Identifikasi penyebab hipotermia (mis : terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian
farmakologis hipotermi tidak terjadi dengan tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolism, kekurangan lemak subkutan)
kriteria hasil : Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (Hipotermia ringan : takipnea, disartria, menggigil,
1. Suhu tubuh dalam batas hipertensi, diuresis; Hipotermia sedang : aritmia, hipotensi, apatis, koagulopati, reflex menurun;
normal Hipotermia berat : oliguria, reflex
menghilang, edema paru, asam-basa abnormal)
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang hangat (mis: atur suhu ruangan, incubator)
Ganti pakaian dan/atau linen basah
Lakukan penghangatan pasif (mis: selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis: kompres hangat, selimut hangat, perawatan metode
kangguru)
Lakukan penghangatan aktif internal (mis: infus cairan hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal
dengan cairan hangat)
Tinjauan Askep Perioperatif
C. Rencana Keperawatan, : Diagnosis Keperawatan, Tujuan, Intervensi

No Diagnosis Tujuan Intervensi


Intra Operatif
2. Risiko Setelah dilakukan edukasi
hipotermi b.d tindakan keperawatan 1. Anjurkan makan/minum hangat
efek agen diharapkan risiko
farmakologis hipotermi tidak terjadi
dengan kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam
batas normal
Tinjauan Askep Perioperatif
C. Rencana Keperawatan, : Diagnosis Keperawatan, Tujuan, Intervensi

No Diagnosis Tujuan Intervensi


Post Operatif
3. Bersihan jalan Setelah dilakukan Observasi
nafas tidak tindakan keperawatan Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
efektif b.d diharapkan bersihan Monitor bunyi napas tambahan (mis: gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
egek agen jalan nafas adekuat Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
farmakologis dengan kriteria hasil : Terapeutik
(anestesi) Produksi sutum Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
menurun curiga trauma servikal)
Saturasi oksigen >98% Posisikan semi-fowler atau fowler
Wheezing menurun Berikan minum hangat
Frekuensi nafas Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
membaik Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Pola nafas membaik Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
Berikan oksigen, jika perlu
Tinjauan Askep Perioperatif
C. Rencana Keperawatan, : Diagnosis Keperawatan, Tujuan, Intervensi

No Diagnosis Tujuan Intervensi


Post Operatif
3. Bersihan jalan Setelah dilakukan Edukasi
nafas tidak tindakan keperawatan Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
efektif b.d diharapkan bersihan Ajarkan Teknik batuk efektif
egek agen jalan nafas adekuat Kolaborasi
farmakologis dengan kriteria hasil : 1. Kolaborasi ppemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
(anestesi) Produksi sutum
menurun
Saturasi oksigen >98%
Wheezing menurun
Frekuensi nafas
membaik
Pola nafas membaik

Anda mungkin juga menyukai