Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Syarat Dan Rukun Nikah, Serta Wanita Yang Haram Dinikahi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Syarat dan Rukun Nikah,

serta Wanita yang Haram


dinikahi
KELOMPOK 9

01. Angellina Stepany 02. Fiqratul Aulia Puti


Putri
2110070100108 2110070100110

03. Nadia Putri


Niza
2110070100111
01. Menjelaskan Rukun dan
Syarat dalam Pernikahan
Pernikahan dalam Islam dapat diartikan
sebagai perjanjian suci antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan yang ingin
melanjutkan hubungan secara halal.
Pernikahan dalam Islam dianggap sah jika
memenuhi syarat dan rukun nikah.
Rukun Nikah

Mayoritas ulama berpendapat bahwa rukun nikah itu ada empat


hal, yaitu:

1. Kedua mempelai

2. Shoghoh/ ijab qabul

Dalam buku “Fikih Munakahat” oleh Abdul Rahman Ghazaly,


ijab qabul berarti pernyataan ijab yang diucapkan oleh wali
pihak perempuan dan pernyataan terima (qabul) yang dijawab
oleh pihak mempelai laki-laki.
3. Wali mempelai perempuan

Dalam buku “Panduan Lengkap Muamalah” oleh Muhammad


Bagir, diuraikan jika wali nikah adalah orang-orang yang
termasuk ashabah, yaitu kerabat terdekat dari pihak ayah.
Untuk menjadi wali, terdapat urutan dari orang yang paling
berhak :
• Ayah kandung, kemudian kakek (bapak dari ayah), dan
terus ke atasnya
• Saudara kandung laki-laki, lalu saudara laki-laki seayah,
kemudian keponakan laki-laki (putra dari saudara laki-laki
sekandung, lalu putra dari saudara laki-laki seayah)
• Paman (saudara laki-laki ayah), lalu sepupu laki-laki (putra
paman dari pihak ayah)
4. Dua orang saksi

Berdasarkan pada sabda Rasululah SAW:

‫ال ِنَك اَح ِإاَّل ِبَو ِلٍّي َو َش اِهَد ْي َع ْد ٍل‬


Artinya: "Tidak sah sebuah pernikahan tanpa wali dan dua
orang saksi yang adil."
(HR. Baihaqi & Daruquthni)
Syarat Nikah

 Islam

 Bukan mahram

Syarat kedua yang harus dipenuhi dalam pernikahan Islam


adalah kedua mempelai bukanlah mahram. Oleh karena itu, sebelum
menikah perlu menelusuri nasab pasangan yang akan dinikahi.
Misalnya, jika dimasa kecil keduanya dibesarkan dan disusui
oleh satu orang yang sama, maka keduanya dilarang untuk menikah.
Karena keduanya terikat secara mahram yakni satu sepersusuan.
Saudara satu persusuan haram untuk dinikahi.
 Wali mempelai perempuan

 Sedang tidak ihram

Para jumhur ulama melarang nikah saat haji atau umrah.


Syarat ini pernah ditegaskan oleh seorang ulama dari mazhab Syafi’i
yang menulis dalam kitab “Fathul Qarib al-Mujib” yang menyebut
salah satu larangan dalam haji adalah melakukan akad nikah maupun
menjadi wali dalam pernikahan:

“Kedelapan (dari sepuluh perkara yang dilarang dilakukan ketika


ihram) yaitu akad nikah. Akad nikah diharamkan bagi orang yang
sedang ihram, bagi dirinya maupun bagi orang lain (menjadi wali)”
 Tidak ada paksaan

Terakhir, syarat nikah yang tidak kalah penting


adalah tidak adanya paksaan dari salah satu pihak kepada pihak
lain. Kedua belah pihak saling ridha, saling menyukai dan
sepakat untuk menikah. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah
SAW dari Abu Hurairah RA sebagai berikut:

“Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak


musyawarah atau dimintai pendapat, dan tidak boleh seorang
gadis dinikahkan sampai dimintai izinnya.”
(HR. Al Bukhari: 5136, Muslim: 3458).
Menjelaskan Wanita

02. yang Haram dinikahi


Selamanya dan
Sementara
Wanita yang Haram dinikahi Selamanya

Berikut 3 kategori wanita yang haram dinikahi selamanya :

1. Wanita yang haram dinikahi karena keturunan

• Ibu
• Anak perempuan
• Saudara perempuan
• Bibi dari pihak ayah
• Bibi dari pihak ibu
• Keponakan perempuan
2. Wanita yang haram dinikahi karena hubungan
besan

• Istri ayah (ibu tiri)


• Ibu dari istri (mertua)
• Anak perempuan dari istri (anak tiri)
• Istri anak kandung (menantu)
3. Wanita yang haram dinikahi karena sepersusuan

• Wanita yang menyusui, karena dia seperti ibunya sendiri.


• Anak perempuan dari wanita yang menyusuinya, baik yang lahir
sebelum dirinya atau sesudahnya, karena mereka seperti saudara
perempuannya.
• Saudara perempuan dari wanita yang menyusuinya, karena
statusnya sama dengan bibinya.
• Cucu perempuan dari wanita yang menyusuinya, baik dari anak
perempuan maupun dari anak laki-lakinya. Statusnya mirip dengan
keponakannya.
• Mertua dari wanita yang menyusuinya, karena statusnya sama
dengan neneknya sendiri.
• Saudara perempuan suami (ipar) dari wanita yang menyusuinya,
karena dia sama dengan bibinya.
• Anak perempuan (anak tiri) dari wanita yang menyusuinya, karena
dia sama dengan saudara tirinya.
• Istri lain suami wanita yang menyusuinya, karena statusnya sama
dengan ibu tirinya.
• Istri anak susu haram dinikahi oleh suami dari wanita yang
menyusuinya, karena statusnya sama dengan istri anaknya sendiri
(menantu).
• Jika yang menyusu adalah perempuan, maka dia haram menikah
dengan suami wanita yang menyusuinya karena statusnya sama
dengan ayahnya, saudara suami dari wanita yang menyusuinya
karena dia sama seperti pamannya dan ayah suami wanita yang
menyusuinya karena dia seperti kakeknya sendiri. Dan begitulah
seterusnya.
Wanita yang Haram dinikahi Sementara

a. Dua perempuan yang bersaudara haram


dinikahi oleh seorang laki-laki dalam waktu yang
bersamaan

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an


surah An-Nisa [4]: 23
‫ُحِّر َم ْت َع َلْيُك ْم ُاَّم ٰه ُتُك ْم َو َبٰن ُتُك ْم َو َاَخٰو ُتُك ْم َو َع ّٰم ُتُك ْم َو ٰخ ٰل ُتُك ْم َو َبٰن ُت اَاْلِخ َو َبٰن ُت اُاْلْخ ِت‬
‫ّٰل‬ ‫ّٰل‬
‫َو ُاَّم ٰه ُتُك ُم ا ِتْٓي َاْر َض ْعَنُك ْم َو َاَخٰو ُتُك ْم ِّم َن الَّر َض اَع ِة َو ُاَّم ٰه ُت ِنَس ۤا ِٕىُك ْم َو َرَبۤا ِٕىُبُك ُم ا ِتْي ِفْي‬
ۖ ‫ُحُج ْو ِر ُك ْم ِّم ْن ِّنَس ۤا ِٕىُك ُم اّٰل ِتْي َد َخ ْلُتْم ِبِهَّۖن َفِاْن َّلْم َتُك ْو ُنْو ا َد َخ ْلُتْم ِبِهَّن َفاَل ُج َناَح َع َلْيُك ْم‬
‫َو َح ۤاَل ِٕىُل َاْبَنۤا ِٕىُك ُم اَّلِذ ْيَن ِم ْن َاْص اَل ِبُك ْۙم َو َاْن َتْج َم ُع ْو ا َبْيَن اُاْلْخ َتْيِن ِااَّل َم ا َقْد َس َلَف ۗ ِاَّن َهّٰللا‬
)٢٣( ‫َك اَن َغ ُفْو ًر ا َّر ِح ْيًم ا‬
Artinya : “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-
saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan
bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
‫‪b. Haramnya menikahi wanita yang terikat pernikahan dengan‬‬
‫‪laki-laki lain‬‬

‫‪Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nisa [4]:‬‬


‫‪24‬‬

‫َو اْلُم ْح َص ٰن ُت ِم َن الِّنَس ۤا ِء ِااَّل َم ا َم َلَك ْت َاْيَم اُنُك ْم ۚ ِكٰت َب ِهّٰللا َع َلْيُك ْم ۚ َو ُاِح َّل‬
‫َلُك ْم َّم ا َو َر ۤا َء ٰذ ِلُك ْم َاْن َتْبَتُغ ْو ا ِبَاْم َو اِلُك ْم ُّم ْح ِص ِنْيَن َغْيَر ُم َس اِفِح ْيَن ۗ َفَم ا‬
‫اْسَتْم َتْع ُتْم ِبٖه ِم ْنُهَّن َفٰا ُتْو ُهَّن ُاُج ْو َر ُهَّن َفِر ْيَض ًةۗ َو اَل ُج َناَح َع َلْيُك ْم ِفْيَم ا‬
‫َتَر اَض ْيُتْم ِبٖه ِم ْۢن َبْع ِد اْلَفِر ْيَض ِۗة ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ِلْيًم ا َحِكْيًم ا (‪)٢٤‬‬
Artinya : “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang
bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah
menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan
dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-
isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka
isteri-isteri yang telah kamu nimati (campuri) di antara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai
suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap
sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan
mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”
c. Haramnya menikahi wanita yang sedang berada dalam masa ‘iddah,
baik itu selepas bercerai maupun ditinggal mati oleh suaminya

'Iddah ialah masa menunggu bagi seorang perempuan untuk mengetahui


adanya kehamilan atau tidak, setelah cerai atau kematian suami, baik dengan lahirnya
anak, dengan quru'/haid atau dengan hitungan bilangan beberapa bulan.
Diterangkan bahwa seorang wanita yang ditalak atau ditinggal mati oleh
suaminya maka hendaklah dia menghabiskan masa ‘iddahnya selama empat bulan
sepuluh hari. Usai itu barulah mereka boleh menerima pinangan jika memang mau.

d. Haramnya menikahi wanita yang ditalak tiga

Maksudnya ialah, seorang lelaki yang telah menalak tiga istrinya, tentu haram
baginya menikahi wanita tersebut untuk sementara. Kecuali jika wanita tersebut
sudah menikah lagi dengan orang lain dan telah berhubungan serta diceraikan oleh
suami terakhir dan telah habis masa ‘iddahnya.
e. Haramnya menikahi wanita yang sedang ihram, baik itu ihram
haji maupun ihram umrah

f. Haramnya menikahi wanita musyrik

Musyrik yang dimaksud disini ialah wanita yang menyembah


selain Allah SWT, dan hal ini berdasarkan dengan apa yang termaktub
dalam QS. Al Baqarah [2]: 221

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka


beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mumin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mumin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mumin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran.”
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai