Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Perkembangan Entrepreneurship Di Indonesia

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Perkembangan Entrepreneurship

di Indonesia
Idealnya Indonesia memiliki Enam juta
entrepreneur supaya kemakmuran dapat dicapai
oleh bangsa ini. Saat ini entrepreneur di Indonesia
masih sangat kecil jumlahnya baru sekitar 0,25%
dari jumlah penduduk, belum mencapai satu juta.
Belum berkembangnya entrepreneur di
Indonesia dikarenakan beberapa hal, antara
lain :
 Pengaruh pola pikir tradisional.
Pola pikir tradisional adalah pola pikir dimana setelah
selesai mengenyam pendidikan yang tinggi sesorang
berharap meniti karir sebagai pegawai atau karyawan.
Jumlah Penduduk Indonesia sekitar 300 juta Jiwa
Jumlah Entrepreneur sebanyak 75.000.000 orang
berarti baru sekitar 25% Idealnya Indonesia
memiliki 6.000.000 entrepreneur .

Di Amerika sekitar 11%


Di Singapur sekitar 7%
Di Malaysia sekitar 5%
Pengaruh pola pikir tradisional.
Motivasi sebagian besar penduduk Indonesia untuk
berwirausaha relatif masih rendah .
Profesi Entrepreuner menjadi pilihan terakhir, atau
sebuah keterpaksaan.
 Kurang Motivasi dan antusias.
Belum banyak motivator sebagai penggerak di bidang
entrepreneur baik dari orang tua, guru, dosen, pemerintah,
tokoh masyarakat dsb.

 Engineer yang Introvert.


Bisnis di industri yang berbasis teknologi biasanya
dikembangkan oleh para engineer / insinyur.
Ketidakmampuan mengembangkan teknologi yang
mengarah ke bisnis karena sistem pendidikan di perguruan
tinggi atau karena pembawaan individunya.
 Pengaruh etos keberhasilan Kurang menghargai
proses.
Dalam menilai etos keberhasilan seseorang hanya dari apa
yang yang sudah diraih, berupa materi, status sosial, status
pendidikan dsb. Untuk meraih keberhasilan dari
entrepreneur masyarakat harus menilai dari etos kerja
yakni proses menuju keberhasilan tersebut.

 Berjiwa “safety – player”.


Ciri entrepreneur adalah sebagai “risk taker” , sehingga
kemungkinan seseorang yang menghadapi sesuatu dengan
aman-aman saja akan sulit untuk menjadi entrepreneur
 Kelemahan dalam “leadership”.
Entrepreneur adalah seorang pemimpin, karena memiliki
pegawai yang harus dipimpin. Perlu memiliki jiwa
kepemimpinan yang memadai agar tujuan perusahaan
dapat dicapai dengan semangat kerja dan tim work yang
kompak.

 Pengaruh feodalisme gaya baru


Yang mengagungkan jabatan sebagai sarana untuk
mendapatkan penghormatan dan pelayanan karena status
kekuasaan.
 Ketakutan tidak memiliki status sosial
Sebagian masyarakat masih beranggapan tentang status
sosial yang jelas dan mudah diidentifikasikan oleh orang
lain tentang posisi seseorang.

 Kerja enteng, hasilnya ingin besar dan tidak mau


menanggung risiko
Menjadi entrepreneur harus bekerja keras, berpikir keras
atau cerdik, tetapi hasilnya belum jelas dan banyak
menghadapi resiko.
 Kurangnya Pendidikan Entrepreneurship
Pendidikan entrepreneurship tidak hanya merupakan
melalui pendidikan di sekolah, tetapi juga pendidikan
di rumah dengan orang tua sebagai pendidikan yang
dominan.

Kurangnya Dukungan Pemerintah


Pada umumnya dukungan pemerintah kepada
pengusaha masih kurang baik secara administratif
maupun teknis.
Dimensi Membangun Kewirausahaan
di Indonesia
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
membangun kewirausahaan (entrepreneurship), yang disusun
dalam sejumlah dimensi.

1. Proses Penciptaan Nilai


Penciptaan yang dilakukan harus memiliki nilai bagi
wirausahawan itu sendiri dan orang lain. Setelah selesai
menciptakan nilai, selanjutnya adalah menyampaikan nilai
tersebut kepada orang lain/ pelanggan/ masyarakat.
Indikator utamanya adalah terpenuhinya kebutuhan,
keinginan dan kepuasan pelanggan.
Dalam dunia bisnis, keberhasilan wirausaha adalah ;
a.Kemampuan memahami apa yang membentuk nilai
dalam pikiran pelanggan / masyarakat
b.Kemampuan secara terus menerus menyampaikan nilai
yang lebih baik daripada kompetitor.
Menyediakan nilai bagi pelanggan merupakan kewajiban
bagi wirausahawan. Nilai pelanggan dapat dinilai dari
pendekatan SQIP yaitu Service, Quality, Image, dan
Price (Johnson dan Weinstein, 2005)
2. Pemaduan Sumber Daya
Untuk menciptakan dan menyampaikan nilai, diperlukan
resource (sumber daya). Kemampuan memadukan
(mengimplementasikan) sumber daya dilakukan dengan
hati-hati untuk memisahkan yang penting dan yang
melengkapi.
3. Mengeksplorasi dan Mengekploitasi Peluang
Kemampuan mengenali dan memanfaatkan peluang
usaha bagi wirausaha sangat penting. Tidak terdapat
mekanisme baku utk mengenali peluang, beberapa
sumber seperti konsumen, asosiasi bisnis, anggota sistem
distribusi, orang-orang teknis /lapangan dapat
memberikan gambaran peluang tersebut. Masalah-
masalah yang ditemukan dilapangan juga merupakan
identifikasi terhadap peluang tersebut.
4. Merangsang Perubahan Sosial / Pemenuhan
Kebutuhan Sosial
Perubahan sosial bisa terjadi di dalam masyarakat.
Wirausaha merupakan orang yang menggerakan
perubahan sosial atau memenuhi kebutuhan sosial, dan
mencari solusi terhadap kebutuhan sosial seperti ;
kemiskinan, urbanisasi dll
5. Penawaran Jasa dan Produk atau Penciptaan
Organisasi Baru
Produk merupakan unsur kunci dalam
penawaran
dari kewirausahaan / bisnis. Bauran Pemasaran
dalam
suatu bisnis kewirausahaan diawali dengan
memba-
Produk semakin bersifat komoditas,
ngun penawaran yang memberikan nilai kepada
wirausahawan berusaha menciptakan dan
pelanggan / masyarakat.
mengelola pengalaman pelanggan dengan
brand. Pengalaman merupakan bagian penting
pemasaran bagi beberapa wirausahawan.
Kotler dan Armstrong (2012) mengatakan “Perusahaan yang
memasarkan pengalaman menyadari bahwa pelanggan
benar-benar membeli tidak hanya produk dan jasa/
pelayanan. Mereka membeli apa yang dapat dilakukan
penawaran itu untuk mereka”

Artinya Produk dalam pengertian barang bersifat fisik,


pelayanan, pengalaman, ide, orang atau tempat yang dapat
menawarkan atribut kasat mata dan tidak kasat mata
berlaku bagi produk-produk yang dipasarkan
Langkah Membangun Kewirausahaan

Ketika sudah terdapat ide untuk dilakukan, maka upaya


merealisikan ide tersebut merupakan siklus yang terdiri
atas 5 tahap utama :
1.Envisioning
Meliputi mengidentifikasi masalah dan mengenali
kondisi situasional berupa tantangan, tekanan dan peluang.
Masalah yang muncul dipandang sebagai suatu tantangan
dan peluang yang akan diwujudkan.

2.Formulating
Bagian penting dari formulasi adalah
mengembangkan pernyataan misi. Dari ide inovatif perlu
diekspresikan secara konkrit. Dari visi yang telah
ditentukan dilajutkan dengan misi mewujudkan visi
tersebut.
3. Mengambil Tindakan
Melakukan tindakan awal untuk memulai
memecahkan “masalah”. Tahapan ini adalah
tahap mengambil keputusan, mengalokasikan
sumber daya, mengadakan event,
menyampaikan pelayanan.

4. Evaluating
Evaluasi adalah tahap belajar dari hasil. Tahap
ini akan terus berlangsung untuk melihat usaha
pertama merupakan tahap kritis mengetahui
apakah sasaran telah dilaksanakan. Melakukan
penilaian terhadap diri sendiri merupakan cara
yang tepat tentunya dengan idikator yang
obyektif
5. Sustaining
Tahapan ini adalah tahap mengembangkan
advokasi (bantuan) dan keterampilan
kepemimpinan, memelihara peran organisasi,
transaksi dan metode serta melakukan adaptasi.
Memelihara keberlangsungan kewirausahaan
diperlukan kepemimpinan yang efektif serta
pengembangan ide yang inovatif dengan
menjaga kegiatan konkrit yang sedang
berlangsung.
Menjadi Kreatif :
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru atau hubungan-hubungan
baru antar unsur, data, variabel yang sudah ada
sebelumnya.

Kemampuan untuk memecahkan suatu masalah dan


memanfaatkan suatu peluang didasari oleh sifat
kreativitas dari para pengelolanya, yaitu kemampuan
untuk menciptakan gagasan baru dan menemukan
cara baru dalam menyikapi masalah dan
memanfaatkan peluang.
Inovatif :
Kemampuan untuk menerapkan gagasan-gagasan
baru atau pemecahan kreatif terhadap berbagai
masalah dan dalam memanfaatkan peluang.

Pengertian kreativitas dan inovasi secara singkat


sering dianalogkan dengan :
creativity – thinking new things
Innovations - doing new things.
Kesalahan cara berpikir yang merupakan belenggu
mental untuk berpikir secara kreatif, antara lain :

1.Selalu mempunyai jawaban yang benar, sehingga


tidak pernah menganggap bahwa ada kemungkinan
beberapa jawaban yang benar.
2.Memfokuskan berpikir secara logis, tetapi jika
terlalu memfokuskan kepada berpikir logis akan
menghambat berpikir kreatif.
3.Mentaati peraturan secara menyeluruh, sehingga
mematikan prakarsa-prakarsa.
4. Spesialisasi berlebihan, sehingga tidak
mengetahui aspek lain / bidang lain selain
yang ditekuni.
5. Takut dikatakan tidak kreatif atau bodoh,
sehingga tidak berani mengemukakan
pendapat.
6. Takut berbuat salah dan gagal.
7. Rasa rendah diri.

PLAY BACK VIDEO

Anda mungkin juga menyukai