Lokomotif CC201
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
Lokomotif CC201 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Lokomotif CC201 adalah lokomotif diesel elektrik milik PT Kereta Api Indonesia yang diproduksi oleh General Electric Transportation dengan model GE U18C. Lokomotif CC201 mempunyai massa 84 ton (83 ton panjang; 93 ton pendek). Desain lokomotif ini lebih ramping serta mampu menghasilkan daya sebesar 1.454 kW (1.950 hp). Lokomotif ini memiliki susunan gandar Co'Co', yakni dua bogie yang masing-masing memiliki tiga gandar berpenggerak. Pada lintasan datar maupun pegunungan, kecepatan Lokomotif CC201 dapat mencapai 120 km/h (33 m/s).[1]
Sepanjang waktu, lokomotif ini telah berpengalaman menarik berbagai jenis kereta, mulai dari kereta eksekutif, bisnis, ekonomi, campuran, sampai kereta barang/kargo. Namun saat ini, lokomotif ini lebih banyak dioperasikan untuk KA kelas bisnis, campuran, ekonomi, dan lokal, termasuk berdinas langsiran menggantikan lokomotif D300, D301, atau BB300 dan digunakan untuk latihan calon masinis. Lokomotif ini merupakan lokomotif GE Transportation yang paling sukses di Indonesia, mengingat ketersediaan suku cadang yang cukup. Peran lokomotif diesel hidraulis di Sumatra dan Jawa pun mulai tergantikan oleh lokomotif ini.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Lokomotif CC201 terdiri dari empat generasi, yaitu generasi pertama, generasi kedua, generasi ketiga, dan lokomotif yang merupakan hasil rehab dari Lokomotif BB203.
Generasi pertama
[sunting | sunting sumber]Lokomotif CC201 generasi pertama ini didatangkan ke Indonesia pada tahun 1977 sebanyak 28 unit dan pada tahun 1978 sebanyak 10 unit. Awal mula kedatangan lokomotif ini diwarnai dengan peristiwa kecelakaan pada saat lokomotif ini sedang dalam perjalanan dari pabriknya, GE di Amerika Serikat menuju ke Indonesia menggunakan kapal laut. Dalam perjalanannya, kapal yang membawa loko tersebut dihantam badai sehingga menyebabkan muatan-muatan yang ada di dalamnya jatuh menimpa tiga dari delapan lokomotif CC201 tersebut.[butuh rujukan] Hal ini membuat bagian depan dari ketiga lokomotif itu mengalami kerusakan. Sesampainya di Indonesia, lokomotif yang selamat dari musibah itu dapat segera dioperasikan, sedangkan beberapa unit lokomotif yang mengalami kerusakan tidak demikian. Ketiga lokomotif tersebut harus menjalani perbaikan terlebih dahulu selama kurang lebih sebulan.
Ciri-ciri lokomotif CC201 generasi pertama memiliki jaring radiator berukuran besar serta tuas pembuka alat perangkai (coupler) yang terletak di bawah sistem coupler-nya. Selain itu, pada mulanya semua lokomotif generasi ini tidak mempunyai lampu kabut di atas penghalau rintangan. Namun, sejak lokomotif ini mengalami Pemeliharaan Akhir (PA) pada tahun 2010–2011, semua unit lokomotif CC201 generasi pertama telah dipasangi lampu kabut, serta sebagian lokomotif sudah memasang tuas coupler di atas sistem coupler-nya seperti halnya generasi kedua dan ketiga.
Sebanyak tujuh unit lokomotif CC201 generasi pertama telah dialih bentuk menjadi Lokomotif CC204 pada tahun 2003 dan 2005, yaitu CC 201 03, CC 201 11, CC 201 16, CC 201 37, CC 201 32, CC 201 06, dan CC 201 12 yang masing-masing berubah menjadi CC 204 03 01, CC 204 03 02, CC 204 03 03, CC 204 03 04, CC 204 03 05, CC 204 03 06, dan CC 204 03 07.
Generasi kedua
[sunting | sunting sumber]Lokomotif CC201 generasi kedua didatangkan sebanyak 34 unit pada rentang tahun 1983–1984. Lokomotif ini memiliki ciri-ciri yang sama seperti lokomotif generasi pertama, tetapi memiliki jaring radiator yang berukuran kecil. Bentuk kaca depan berbentuk persegi dengan ujung-ujungnya yang lancip. Sama seperti lokomotif generasi sebelumnya, lokomotif ini pada awalnya juga tidak memiliki lampu kabut, tetapi kini telah dipasangi lampu kabut setelah mengalami Pemeliharaan Akhir pada tahun 2010–2011, kecuali CC 201 83 10 (CC 201 48). Dahulu di antara lokomotif generasi II ini, terdapat lokomotif yang cukup unik, salah satunya CC 201 83 18 (CC 201 56) milik Depo Induk Purwokerto yang pada bagian depannya memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan dengan lokomotif CC201 lainnya. Kotak pasirnya lebih pendek dari yang biasanya dan kaca depannya memanjang ke bawah. Bagian dalamnya juga unik karena hanya terdapat satu meja layanan sehingga kabin masinis pun menjadi lebih luas. Hal yang melatarbelakangi perbedaan tampilan dari lokomotif CC 201 83 18 yaitu lokomotif ini pernah menabrak stoomwalls sehingga mengakibatkan kerusakan parah dan sulit mengembalikannya seperti bentuk semula.[butuh rujukan] Untuk memperbaikinya, Balai Yasa Pengok menyiasatinya dengan cara melepas satu meja layanan, memendekkan kotak pasir, dan memenjangkan 2 kaca kebawah. Karena bentuknya yang aneh ini, para penggemar kereta api sering menyebutnya “Loko Donal Bebek”. Sebelumnya, CC 201 83 09 (CC 201 47) milik Depo Cirebon (dulu Depo Yogyakarta), CC 201 89 04 (CC 201 76R) milik Depo Medan (dulu Depo Jatinegara), CC 201 77 14 (CC 201 19) milik Depo Sidotopo & CC 201 06 (sekarang CC 204 03 06) milik Depo Yogyakarta juga mempunyai bentuk yang sama seperti CC 201 83 18, tetapi bentuk keempat lokomotif tersebut saat ini sudah kembali seperti semula setelah menjalani Pemeliharaan Akhir di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta.
CC 201 45 (CC 201 83 07) yang misterius
[sunting | sunting sumber]Artikel ini menggunakan kata-kata yang berlebihan dan hiperbolis tanpa memberikan informasi yang jelas. |
Ada juga kelas CC201 generasi kedua yang diyakini misterius. CC 201 45 (CC 201 83 07) adalah lokomotif milik Depo Lokomotif Madiun (MN) (Sebelumnya Depo Induk Yogyakarta (YK)) yang terkenal akan daya mistis dan salah satu lokomotif paling keramat di Indonesia sehingga ia dijuluki "Si Bader".
Lokomotif CC 201 83 07 terkenal karena sering terjadi peristiwa aneh dengan lokomotif tersebut. Sejak didatangkan, CC 201 83 07 sudah sering dicap sebagai salah satu lokomotif CC201 yang bermasalah. Walaupun hasil tes menunjukkan tidak ada masalah pada CC 201 83 07, tetapi sering terjadi kecelakaan atau kerusakan saat dioperasikan tanpa penjelasan yang jelas. CC 201 83 07 semula ditugaskan untuk menarik rangkaian ke arah timur. Pernah suatu ketika saat lokomotif itu berdinas menarik KA Bima dan KA tersebut mengalami tabrakan. Setelah diperbaiki, lokomotif ini berdinas KA Bima dan mengalami tabrakan lagi. Ia harus masuk kembali ke Balai Yasa Pengok, Yogyakarta, dan setelah selesai perbaikan, jabatannya diturunkan untuk menarik rangkaian kelas bisnis saja yaitu Jayabaya. Tetapi CC 201 83 07 sekali lagi mengalami tabrakan. Frekuensi tabrakan sesama kereta atau dengan kendaraan bermotor yang dialami CC 201 83 07 cukup sering, di samping kejadian aneh yang dialami para teknisi yang memperbaiki lokomotif ini pasca tabrakan.
Sesuai prosedur, setelah diperbaiki di Balai Yasa Pengok, CC 201 83 07 diuji secara statis untuk diperiksa kelengkapannya. Setelah semuanya dinyatakan beres, lokomotif diuji secara dinamis di jalur tes di depan kompleks Balai Yasa Pengok. Saat dipacu dengan kecepatan tinggi, mendadak rem gagal berfungsi, sehingga lokomotif melaju terus dan menghantam dinding beton pembatas jalur tes. Sekali lagi CC 201 83 07 mengalami kerusakan dan harus diperbaiki.
Merasa kebingungan dengan CC 201 83 07, teknisi Balai Yasa yaitu Panut dan Suroso merasa perlu untuk memanggil tenaga ahli GE langsung dari Amerika. Saat sedang memeriksa CC 201 83 07, tenaga ahli GE itu bercerita bahwa saat proses pembuatan loko yang satu ini memang sudah bermasalah karena banyak terjadi kecelakaan kerja. Akhirnya para teknisi memutuskan, selain diperbaiki secara fisik, CC 201 83 07 juga diperbaiki secara spiritual. Sesuai adat orang Jawa, para teknisi Balai Yasa Pengok sepakat meruwat (ritual membuang sial) lokomotif ini. Caranya dengan mengadakan selamatan dan memasang sepasang tapal kuda bekas di kedua ujung bemper CC 201 83 07. Kemudian memberikan beberapa gram emas dan menyepuh bagian samping bawah lokomotif dengan lapisan krom sehingga terlihat mengkilat.
Anehnya setelah ritual ini, CC 201 83 07 tidak pernah mengalami kecelakaan lagi. Ruwatan yang dilakukan oleh teknisi Balai Yasa berhasil menghilangkan nasib sial lokomotif ini. Sekarang CC 201 83 07 ditempatkan di Depo Lokomotif Madiun, dan dengan mudah dikenali lewat ciri khasnya sebagai lokomotif dengan sisi yang dilapisi besi mengkilat, dan di bagian depan di bawah hidungnya, terdapat kotak dengan lubang di dalamnya yang bernama Multiple Unit Box Port yang berguna untuk sambungan kabel traksi, tetapi sudah dilepas.[2] Selain itu, plat nomor di bempernya kini dilepas.
Generasi ketiga
[sunting | sunting sumber]Lokomotif generasi ketiga didatangkan pada tahun 1992 sebanyak 20 unit dan pada awalnya hanya terdapat di Jawa, dengan nomor CC 201 92 01 sampai CC 201 92 20. Lokomotif CC 201 92 08 yang sebelumnya milik Depo Lokomotif BD telah dimutasi ke Kertapati (KPT), Palembang untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana, dan kini sudah afkir karena mengalami kecelakaan hebat pada saat menarik KA Barapati di Prabumulih pada 22 Maret 2012 yang membuat lokomotif itu terguling dan terbakar. Sedangkan CC 201 92 11 (JR) dan CC 201 92 12 (CPN) yang sebelumnya berada di Jawa dan sempat dimutasi ke Sumatra pada tahun 2009-2010, sudah kembali lagi ke Jawa pada Oktober 2012.
Ciri-ciri CC201 generasi ini, yaitu terdapat lampu kabut di bawah kotak pasir di atas bemper seperti halnya lokomotif CC203/CC204. Selain itu, bentuk sudut-sudut kaca lokomotif ini agak bulat, berbeda dengan CC201 generasi sebelumnya yang kaca depannya berbentuk kotak. Hal inilah yang membuat CC201 generasi ini terlihat sangat berbeda dengan jenis yang sebelumnya sehingga mudah untuk dikenali. Sementara untuk komponen mesin, performa, maupun kecepatannya, sama dengan CC201 lainnya. Namun, sejak menjalani pemeliharaan akhir ataupun mengalami kecelakaan kereta api, beberapa lokomotif CC201 generasi ketiga ini kaca depannya sudah berbentuk kotak, dimulai dari CC 201 92 12 dan kemudian lokomotif CC201 generasi ketiga lainnya yang menjalani pemeliharaan akhir (PA) pun mulai diubah jendela depannya menjadi kotak.
Ada salah satu kelas lokomotif CC201 generasi ketiga, yakni lokomotif CC 201 92 01 yang dikenal sering mengalami perpindahan mutasi. CC 201 92 01 kini dalam kepemilikan Depo Lokomotif Jember dan merupakan lokomotif CC201 pertama yang dimiliki oleh Daerah Operasi IX Jember. Sejarahnya, lokomotif ini hanya tiga kali mengalami perpindahan kepemilikan. Kali pertama datang langsung menjadi milik Depo Bandung (BD), lalu dikirim ke Depo Sidotopo (SDT), dan terakhir dipindah ke Jember.[3]
Lokomotif CC 201 92 06 yang sebelumnya milik Depo Lokomotif Bandung kini telah dimutasi ke Medan (MDN), Sumatera Utara, untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana.
Lokomotif CC 201 92 04 saat itu pernah dijadikan lokomotif dinas beserta rangkaian kereta yang berlokasi syuting di wilayah Daerah Operasi II Bandung untuk pengambilan iklan Gudang Garam Merah tahun 1994.
Lokomotif hasil perbaikan
[sunting | sunting sumber]Lokomotif jenis ini bukanlah CC201 asli, melainkan hasil rehabilitasi dan perbaikan dari Lokomotif BB203 yang dimulai sejak tahun 1989 dan diprakarsai oleh Balai Yasa Lahat untuk pertama kalinya.
Bentuk, ukuran, dan komponen utama lokomotif ini sama seperti lokomotif CC201, yang membedakan adalah susunan gandarnya. Jika lokomotif CC201 bergandar Co’Co’, yakni setiap bogie-nya memiliki tiga gandar penggerak, lokomotif BB203 bergandar (A1A)(A1A), di mana setiap bogie-nya juga memiliki tiga gandar, tetapi hanya dua gandar dalam setiap bogie-nya yang digunakan sebagai gandar penggerak. Jika lokomotif CC201 memiliki enam motor traksi, lokomotif BB203 hanya memiliki empat motor traksi dan hanya berdaya 1.150 kW 1.542 hp lebih rendah daripada CC 201 asli (1.454 kW (1.950 hp)).
Dahulu, di Depo Induk SMC, semua lokomotif CC201-nya adalah hasil rehab dari BB203. Begitu juga dengan CC201 yang ada di Sumatra. Di Depo Induk KPT dan TNK, semua lokomotif CC201-nya juga merupakan hasil rehab dari BB203, kecuali CC 201 83 10 dan CC 201 92 08 (afkir) yang merupakan CC201 asli pindahan dari Jawa.
Untuk ciri-cirinya, lokomotif ini hampir sama dengan CC201 generasi I untuk lokomotif hasil konversi dari lokomotif BB 203 01-11, generasi IIA untuk lokomotif hasil konversi dari lokomotif BB 203 12-41 dan generasi IIB untuk lokomotif hasil konversi dari lokomotif BB 203 42-59. Yang membedakannya, yaitu pada nomor seri lamanya ditambahkan kode “R” di belakang nomor seri tersebut. Misalnya, CC 201 77R, kode “R” di sini menandakan bahwa lokomotif tersebut merupakan lokomotif hasil rehab dari BB203. Akan tetapi sejak berlaku penomoran baru, kode "R" di belakang nomor lokomotif hanya digunakan pada lokomotif tertentu saja, seperti 89 13R, 93 01R, 93 02R dan lain-lain.
Pengecualian untuk CC201 berkode “R” pada seri di bawah 72 atau 91-110. CC 201 di bawah 72 yang memakai kode “R” (misal: CC 201 01R, 14R, 18R, dan 26R) merupakan lokomotif asli CC201. Kode “R” tersebut bukan berarti lokomotif itu adalah hasil rehab dari BB203. Hal itu menandakan bahwa lokomotif tersebut telah melakukan overhaul dan telah diperbaiki segala komponennya agar lokomotif tersebut dapat ditingkatkan kecepatannya dan mampu bertahan hingga puluhan tahun kemudian.
Modifikasi kabin
[sunting | sunting sumber]Semua lokomotif CC201 dan BB203 baik di Jawa maupun Sumatra memiliki bentuk yg sama, tetapi tidak untuk di Sumatera Selatan (Divre III). Beberapa lokomotif CC201 di sana memiliki bentuk yang sangat mirip dengan CC203 di Jawa.
Modifikasi ini dikarenakan Divre III Palembang tidak mempunyai unit CC203 sehingga Balai Yasa Lahat mengubah kabin dari bentuk aslinya secara bertahap dari 1994-2001. Modifikasi hidung miring yang terilhami dari CC203, juga bertujuan mengurangi hambatan angin untuk meningkatkan kecepatan. Namun tujuan peningkatan ini terasa percuma karena kecepatan kereta api penumpang hanya dibatasi 90 km/h (25 m/s), sedangkan kereta api barang hanya dibatasi maksimal 70 km/h (19 m/s).
Modifikasi ini pun dirasakan sedikit menyulitkan masinis. Karena kabin yang sempit dan kaca depan terlalu tinggi, masinis terpaksa mendongak atau mengganjal tempat duduknya ketika sedang menjalankan lokomotif. CC201 hidung miring di depo lokomotif Tanjung Karang saat ini hanya dioperasikan untuk menarik KA Kuala Stabas dan dinas langsir di Stasiun Rejosari. Sedangkan lokomotif CC201 hidung miring di Depo Lokomotif Kertapati saat ini hanya berdinas sebagai lokomotif langsir saja.
Ada enam unit CC201 yang memiliki eksterior seperti CC203, yaitu CC 201 89 13R (86R), 93 01R (111R), 83 42R (120R), 83 48 (129R), 83 49 (130R), dan 83 56R (137R). Dua unit CC 201 dengan kabin modifikasi yang sebelumnya milik TNK (CC 201 83 48 dan 83 49) telah dimutasi ke pulau Jawa dan menjadi milik Depo Induk Sidotopo, Surabaya. Dibandingkan CC201 hidung miring lainnya, CC201 83 48 dan 83 49 yang telah memakai logo dan corak PT KAI terbaru lebih mirip dengan CC203, bahkan hampir sulit membedakannya kecuali dari bunyi klaksonnya.
Namun dari semua lokomotif CC201 hidung miring yang ada, yang bentuk kabinnya paling mirip dengan CC203 adalah CC 201 83 42 dan 83 48, karena bentuk kabinnya lebih rapi dan posisi penyeka kacanya (wiper) persis dengan CC 203 meskipun CC 201 83 48 lebih sulit dibedakan karena menggunakan corak putih seperti lokomotif CC203 yang ada di Jawa.
Mulai November 2023, satu unit lokomotif CC201 yaitu CC 201 83 48 milik depo lokomotif Sidotopo kembali menggunakan skema warna merah dan biru (sebutan RnB; Bahasa Inggris: Red and Blue) dengan sabuk berwarna putih, dengan logo PT KAI versi 2020 di bagian samping diatas warna biru dan di bagian samping diatas kabin lokomotif, dengan nomor lokomotif ditengah, kepemilikan depo dibawah setelah garis putih ini.
Antara Mei 2018 - Juli 2023, tersisa 5 lokomotif CC201 berkabin hidung miring yang masih beroperasi dikarenakan CC 201 83 49 sudah afkir saat menarik KA 86 Sancaka Sore akibat menabrak truk di km 215+800 petak jalan Kedungbanteng - Walikukun pada 6 April 2018.
Sejak bulan Juli 2023, hanya 4 lokomotif CC 201 berkabin hidung miring yang masih dapat beroperasi. Ini dikarenakan CC 201 83 42 (depo induk Tanjungkarang) mengalami kerusakan berat usai menabrak truk tebu saat menarik KA S7 Kuala Stabas di Blambangan Pagar pada 18 Juli 2023. Sampai hari ini, CC 201 83 42 masih mangkrak di Balai Yasa Lahat.
Operasional
[sunting | sunting sumber]Kinerja
[sunting | sunting sumber]Pada masa-masa awal operasionalnya, lokomotif CC201 tidak dapat menjelajahi semua lintas utama yang dimiliki oleh PJKA. Hal ini dikarenakan jalur-jalur kereta api yang hendak dijelajahi CC201 harus ditingkatkan terlebih dahulu agar dapat dilalui. Pada tahun 1977, tercatat lintas barat (Jakarta–Bandung), lintas tengah (Jakarta–Purwokerto–Surabaya), serta lintas selatan Jawa (Bandung–Yogyakarta–Surabaya) sudah ditingkatkan. Lintas utara Jawa (Jakarta–Semarang–Surabaya) sedang dalam proses peningkatan kapasitas lintas.[4]
Setelah beban gandar lintas utara Jawa ditingkatkan menjadi 15 ton dan di Sumatra menjadi 18 ton, maka lokomotif BB203 berangsur-angsur diubah menjadi CC201 dengan menambah satu motor traksi di bagian tengah masing-masing bogie, serta disetel sehingga daya mesinnya mencapai 1.950 hp.[5]
Tampilan
[sunting | sunting sumber]Sebagai lokomotif operasional, CC201 sangat adaptif dengan bermacam-macam pola pengecatan (livery) mengikuti identitas visual perusahaan. Tercatat, CC201 sudah dicat dengan empat skema warna. Perubahan pola pengecatan umumnya dilakukan jika telah rampung menjalani overhaul di balai yasa. Pola pengecatan yang sedang atau pernah digunakan CC201 adalah:[6]
- Pola pengecatan DKA-PJKA (krem-hijau)
- Pola pengecatan Perumka (oranye kemerahan-biru). Dilestarikan di Sumatera Selatan dan Lampung.[7]
- Pola pengecatan eksperimental putih polos dengan empat garis miring dan logo "huruf Z", yang dijuluki "albinisme"; ditujukan khusus untuk CC 201 96 (penomoran baru: CC 201 92 06) pada 1999 hingga 2002.
- Pola pengecatan Perumka dan PT KA (putih logo "huruf Z" sabuk biru)
- Pola pengecatan PT KAI (putih dengan supergrafis Next Step dengan logo KAI 2011–2020 dan logo teks KAI 2020–sekarang)
Pada Februari 2021, pola pengecatan DKA-PJKA, yang kemudian dijuluki sebagai vintage livery, kemudian digunakan lagi untuk CC201, pada lokomotif CC201 83 31. Skema warna ini diproposalkan oleh dua komunitas pecinta kereta api, Semboyan Satoe dan Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) kepada Balai Yasa Yogyakarta untuk menghadirkan kembali skema warna tersebut untuk CC201.[8] Selanjutnya, CC201 83 34, 92 01, dan 77 17, juga mendapat vintage livery, tetapi untuk CC201 83 34, pengecatan lokomotif tersebut dilakukan di Depo Lokomotif Semarang Poncol.[9]
Pada tanggal 13 November 2024, lokomotif CC 201 92 06 yang menghuni Divisi Regional I Sumatera Utara, yang sebelumnya menggunakan pola pengecatan bawaan KAI, kembali mengenakan pola pengecatan "albinisme", tetapi dengan logo KAI 2020. Pola pengecatan ini diproposalkan oleh IRPS; komunitas pecinta kereta api di Divre I, Divre I Railfans; serta Balai Yasa Pulu Brayan.[10]
Pada tahun 2013–2014, sempat diberlakukan kebijakan yang mengharuskan semua lokomotif operasional dipasangi terali besi (kawat ram) pada kaca kabin masinisnya untuk mencegah masinis terluka akibat pelemparan batu. Akan tetapi, kaca tersebut mulai ditiadakan secara masif mulai 2016 seiring penggantian bahan kaca kabin masinis dari kaca biasa menjadi polikarbonat.[11][12]
Insiden
[sunting | sunting sumber]- Dua buah lokomotif CC 201, yaitu CC 201 33 yang menarik rangkaian KA Senja IV jurusan Jakarta-Yogyakarta yang berangkat dari Stasiun Purwokerto dan CC 201 35 yang menarik rangkaian KA Tatarmaja jurusan Madiun-Jakarta yang berangkat dari Kroya bertabrakan di daerah Gunung Payung, dekat jembatan Sungai Serayu pada tanggal 21 Januari 1981. Pasca tabrakan kedua lokomotif tersebut dirucat pada tahun 1986 karena sudah tidak memungkinkan untuk diperbaiki.[13]
- CC 201 85R juga merupakan lokomotif yang sudah afkir. Pada 2 Januari 1998, lokomotif CC 201 85R berdinas bersama CC 201 86R menarik KA Babaranjang BBR 20 dari Tanjungkarang. Sekitar pukul 23.20 WIB, KA BBR 20 menabrak KA Babaranjang BBR 7 dari arah Tanjung Enim di Stasiun Sulusuban. 1 orang tewas dan 8 lainnya terluka. Penyebab terjadinya kecelakaan ini masih simpang siur serta masih diperdebatkan. CC 201 86R selamat, sedangkan CC 201 85R tidak selamat dan afkir.[14]
- CC 201 121R yang menarik KA S5 Fajar Utama Lampung mengalami PLH menabrak 16 dari 37 gerbong KKBW dari kereta api Babaranjang BBR 1 yang tertinggal di petak Rejosari - Labuan Ratu, Lampung, pada 19 Mei 2005.[15] Insiden ini mengakibatkan 4 orang tewas dan CC 201 121R hancur total. Saat ini CC 201 121R tinggal menyisakan sasisnya di PKLG Balai Yasa Lahat.
- Pada tanggal 23 Januari 2009, terjadi tabrakan kereta api Rajawali yang ditarik lokomotif CC 201 92 09 (CC 201 99) dengan kereta api peti kemas Antaboga yang ditarik lokomotif CC 201 89 08 (CC 201 80) di stasiun Kapas, tepatnya di jalur 1. Masinis KA Antaboga tewas akibat kecelakaan tersebut. Kecelakaan terjadi diduga karena keteledoran masinis dan asisten masinis KA Rajawali, yaitu melanggar sinyal masuk ketika aspek (isyarat) sinyal masih menandakan bahaya. Petugas PPKA tidak memindahkan wesel ke jalur 2 yang masih kosong. Tabrakan tidak mampu dihindari lagi. Dari kejadian ini, tercatat bahwa masinis kereta api peti kemas Antaboga dan asistennya tewas terjepit dalam kondisi lokomotif yang ringsek.[16]
- CC 201 89 11 yang menarik KA Baracinta SCT 2 dari Sukacinta tujuan Kertapati Palembang bertabrakan dengan CC 202 90 01 yang menarik KA Babaranjang BBR 36-1 pada tanggal 19 Februari 2012. Dari PLH tersebut CC 202 90 01 terbakar dan CC 201 89 11 hancur, akibatnya CC 201 89 11 tidak dapat beroperasi lagi. Masinis dan asisten masinis kedua kereta tewas terjepit lokomotif yang hancur, sedangkan teknisi kedua kereta terluka.
- CC 201 92 08 yang telah dimutasi ke Sumatera Selatan, mengalami kecelakaan saat menarik KA Barapati di Prabumulih pada 22 Maret 2012 akibat pemuaian rel. Lokomotif tersebut terguling, terbakar dan tidak dapat dioperasikan lagi akibat kerusakan yang berat.
- CC 201 83 49 mengalami kecelakaan saat menarik kereta api Sancaka Sore dari Yogyakarta menuju Surabaya. Kecelakaan tersebut terjadi akibat ada truk trailer mogok ditengah rel lalu tersambar kereta api Sancaka. Lokomotif ini kini sudah diafkirkan dan dilepas seluruh komponennya di Balai Yasa Yogyakarta.[17]
- CC 201 83 04 yang bertugas menarik KA Kahuripan (Kiaracondong-Blitar) menabrak truk bermuatan pupuk, tepatnya di km 363+6/7 (200 m sebelah timur Stasiun Kawunganten) pada 13 September 2022 pukul 00:50 WIB. Menurut kronologi yang dituturkan Kasi Humas Polres Cilacap, truk tersebut akan mengirim pupuk ke Klaten. Namun nahas, sang pengemudi tidak menyadari bahwa kereta api akan melintas, sehingga truk pun tertabrak kereta api. Tidak ada korban jiwa, tetapi truk mengalami kerusakan dan korban hanya mengalami luka ringan di kepala dan lalu lintas jalur selatan Pulau Jawa di koridor Bandung–Yogyakarta terhambat.[18][19]
- Pada 18 Juli 2023 pukul 15:10 WIB, KA Kuala Stabas menabrak truk Fuso berisi tebu di perlintasan tanpa palang pintu di Kecamatan Blambangan Pagar, Lampung Utara. Kecelakaan ini menyebabkan lokomotif CC 201 83 42 mengalami anjlok dan kerusakan sehingga menyebabkan perjalanan kereta api sempat terganggu. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.[20][21]
- Pada 18 Juli 2023, Selasa pukul 19:32 WIB. CC 201 77 11 sedang berdinas menarik KA 112 Brantas dengan tujuan akhir Blitar menabrak truk trailer di perlintasan sebidang Jalan Madukoro Raya petak jalan Jerakah-Semarang Poncol, Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah. Akibatnya truk trailer tersebut terbakar dan terseret sejauh 50 meter hingga tersangkut di Jembatan Banjir Kanal Barat Kokrosono. Hal ini menyebabkan lalu lintas jalur utara Pulau Jawa terutama di koridor Cirebon–Semarang terhambat. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, tetapi satu penumpang mengalami patah tulang karena nekat melompat keluar saat kejadian.[22]
- Pada tanggal 5 Januari 2024 pukul 06:03 WIB, terjadi adu banteng yakni tabrakan antara Commuter Line Bandung Raya dan KA Turangga di petak km 181+700 antara Stasiun Haurpugur dan Stasiun Cicalengka, tepatnya menjelang sinyal masuk Stasiun Cicalengka. Insiden ini melibatkan dua lokomotif. Lokomotif CC 201 77 17 ringsek sehingga diafkirkan/rucat di Balai Yasa Yogyakarta sedangkan lokomotif CC 206 13 97 rusak dibagian underframe dan kemungkinan masih bisa diselamatkan. Insiden ini telah memakan korban jiwa pegawai kereta sebanyak 4 orang dan 37 orang lainnya mengalami luka-luka.[23]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
CC 201 83 10 menarik KA Logawa di Stasiun Gombong, sebelum dimutasi ke Sumatra pada 2008.
-
Long hood CC 201 83 09 di Stasiun Karanggandul, tampak ada gerbong derek untuk evakuasi anjlokan di Stasiun Karanggandul
-
CC 201 83 29 menarik kereta api Antaboga
-
CC 201 83 54 di Stasiun Tanjung Priok
-
CC 201 89 15 menarik kereta api Serelo tiba di Stasiun Lubuklinggau
-
CC 201 83 44 menarik kereta api angkutan BBM Pertamina di wilayah Divre 1 Medan
-
CC 201 83 10 saat masih menggunakan corak garis biru khas Depo Lokomotif Padang, sehabis dinas KA Klinker Karangputih di Stasiun Bukit Putus
-
Lokomotif CC 201 83 42 dengan logo KAI baru versi 2020 dan logo 75 Tahun KAI, menarik KA Kuala Stabas di Stasiun Labuan Ratu
-
CC 201 83 09 SDT dengan logo KAI versi 2020, salah satu lokomotif yang pernah berwajah Donald Duck, sedang menarik KA 288 Sri Tanjung persiapan melintas langsung JPL 79 Sembung dan Stasiun Sembung
-
CC 201 83 41 KPT dengan KA Rajabasa di petak jalan Tanjung Karang - Labuan Ratu, Bandar Lampung
-
CC 201 83 56 TNK dengan KA Kuala Stabas melintas langsung Stasiun Branti
-
CC 201 83 51 dengan KA Kuala Stabas di Stasiun Labuan Ratu
-
Lokomotif CC 201 92 03 BD (Kiri) dan CC 206 13 41 SDT di Stasiun Padalarang.
-
CC 201 92 14 CPN dengan KA Airlangga melintas Stasiun Dawuan
-
CC 201 83 34 SMC Livery Vintage PJKA tahun 1953-1991 menarik Kereta api Gaya Baru Malam Selatan di sekitar Walet, Tambun
-
CC 201 92 01 JR Livery Vintage PJKA tahun 1953-1991 menarik Kereta api Singasari di Stasiun Pasar Senen
-
CC 201 77 09 SDT dengan logo KAI versi 2020 sedang menarik Kereta api Dhoho berangkat dari Stasiun Jombang.
-
CC 201 83 21 PWT menarik Kereta api Tawang Jaya Premium
-
CC 201 92 06 MDN dengan livery eksperimental putih polos dengan empat garis miring atau dijuluki sebagai livery albino, sedang menarik rangkaian Kereta api Sribilah untuk persiapan berangkat, di stasiun Medan.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Haroen, Yanuarsyah (2017). Sistem Transportasi Elektrik. Bandung: ITB Press. hlm. 15. ISBN 978-602-7861-65-7.
- ^ Majalah KA Edisi Maret 2007.
- ^ Semboyan 35: CC201 91.
- ^ "Peta Operasi Lok CC 201". Merdeka. 6 Juni 1977. Diakses tanggal 2023-05-18.
- ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 111.
- ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 19-22.
- ^ "Mengenal Livery Lokomotif Kereta Api dari Masa ke Masa, Ternyata Sudah 4 Kali Berganti". Tribun Video. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-11-23. Diakses tanggal 2023-11-23.
- ^ Hadyan, Rezha (2021-02-24). "Wah, Ada Lokomotif KAI Pakai Livery Vintage, Begini Penampakannya". Bisnis.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-11-23. Diakses tanggal 2023-11-23.
- ^ Ichsan, M.N. (2023-11-14). "Nostalgia Era PJKA, Mengenal Lokomotif Livery Vintage Hasil Kolaborasi KAI dengan Komunitas". Radar Semarang. Diakses tanggal 2023-11-23.
- ^ antaranews.com (2024-11-13). "KAI Sumut mengoperasikan lokomotif Vintage Livery Albino". Antara News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-11-14. Diakses tanggal 2024-11-13.
- ^ Liputan6.com (2014-07-13). "Masyarakat RI Kurang Rasa Memiliki Fasilitas Kereta Api". liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-11-23. Diakses tanggal 2023-11-23.
- ^ Widyastuti, Rr Ariyani Yakti (2016-06-05). "Antisipasi Lemparan Batu, PT Kereta Api Ganti Kaca Lokomotif". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-11-23. Diakses tanggal 2023-11-23.
- ^ "Tragedi Rawalo / Kebasen". Roda Sayap (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-28.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "KA Batubara Tabrakan di Lampung". Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-07-12. Diakses tanggal 2024-12-07.
- ^ "PT KA: Tabrakan Terjadi Karena Gerbong KA Babaranjang Lepas". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-15. Diakses tanggal 2021-02-28.
- ^ Media, Kompas Cyber (2009-01-23). "KA Rajawali Tabrak KA Antaboga, 3 Tewas". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-11-22. Diakses tanggal 2023-11-22.
- ^ Prabowo, Manik Priyo. "Tabrak Truk di Ngawi, Akankah Lokomotif Baru Kereta Sancaka Seharga Rp 50 M Pensiun?". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-14. Diakses tanggal 2021-02-28.
- ^ Romadhon, Vandi (2022-09-13). "Truk Muatan Pupuk Tertabrak KA Kahuripan di Cilacap". Detik. Purwokerto: Trans Media. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-22. Diakses tanggal 2022-09-15.
- ^ Purwoko, A. (2022-09-13). "Truk Tabrak KA Kahuripan di Cilacap, Truk Tersangkut di Kolong dan Lokomotif Tak Bisa Bergerak". Pikiran-Rakyat.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-24. Diakses tanggal 2022-09-15.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-20. Diakses tanggal 2023-07-19.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-19. Diakses tanggal 2023-07-19.
- ^ "KA Brantas Tabrak Truk Trailer di Semarang, Api Berkobar". CNN Indonesia. Semarang: Trans Media. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-02. Diakses tanggal 2023-07-18.
- ^ M. Fajar Fadhillah (2024-01-05). "Kecelakaan Kereta 'Adu Banteng' KA Turangga dan KA Bandung Raya". Kompas TV. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-01-05. Diakses tanggal 2024-05-31.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Fauzan, Sudjono Arif dkk. Buku Misteri Lokomotif CC201. Depok: PT Ilalang Sakti Komunikasi.
- Hartono A.S. (2012). Lokomotif & Kereta Rel Diesel di Indonesia. Depok: Ilalang Sakti Komunikasi. hlm. 147–149. ISBN 9789791841702.
- Majalah KA Edisi Maret 2007