Parapat, Girsang Sipangan Bolon, Simalungun
Parapat | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sumatera Utara |
Kabupaten | Simalungun |
Kecamatan | Girsang Sipangan Bolon |
Kodepos | 21174 |
Kode Kemendagri | 12.08.16.1004 |
Kode BPS | 1209050003 |
Luas | 15.002[1] |
Jumlah penduduk | 9,138 jiwa (2021)[1] |
Kepadatan | 577.00 jiwa/km2[1] |
Parapat adalah salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Kelurahan ini merupakan salah satu akses menuju ke Danau Toba dan Kabupaten Samosir berjarak sekitar 48 kilometer dari Kota Pematangsiantar. Kelurahan ini juga menjadi salah satu titik persinggahan penting dari Jalan Raya Lintas Sumatra bagian barat yang menghubungkan Kota Medan dengan Kota Padang di Provinsi Sumatera Barat.[2]
Pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Kelurahan Parapat terdiri dari Lingkungan:
- Bangun Dolok
- Buntu Pasir
- Parapat
- Pangasean
- Sosorsaba
Pelabuhan
[sunting | sunting sumber]Dari Parapat sendiri ada pelabuhan feri yang melayani perhubungan air ke Pulau Samosir tepatnya ke Pelabuhan Ajibata. Bila tidak melalui Parapat, maka untuk mencapai Pulau Samosir lewat perhubungan darat seseorang harus mengitari tepian Danau Toba sampai ke Pangururan karena di sana lah Pulau Samosir berhubungan dengan daratan Pulau Sumatera.
Parapat sangat terkenal dengan keindahan Danau Tobanya. Kelurahan ini menjadi objek wisata terkenal di Sumatera Utara. Bahkan, pada era 1990-an, tepatnya sebelum tahun 1997, kota ini menjadi destinasi favorit para turis-turis luar negeri, terutama berasal dari Belanda, Malaysia, Singapura, Jerman, Jepang, Korea, bahkan ada juga yang berasal dari Amerika. Namun, pada tahun 1997, terjadi gejolak krisis moneter yang membuat para turis menjadi enggan berwisata ke tempat ini. Meski demikian, masyarakat Parapat dan pemerintah berjuang untuk memajukan pariwisata Parapat.
Bila berkunjung ke Parapat, kita akan menemukan beberapa tempat yang bisa kita kunjungi. Rumah pengasingan mantan Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno, ada di Parapat meski tidak banyak orang yang tahu keberadaannya. Ada juga beberapa kawasan tertentu dimana kita bisa berenang menikmati sejuknya air Danau Toba, seperti di daerah Pantai Kasih, Pantai Ujung, Batu Gantung dan beberapa kawasan lain disekitarnya. Sebagai informasi, masyarakat Parapat menyebut Pantai atau Pante untuk daerah yang memiliki pasir putih (dulunya; karena sekarang nyaris sulit menemukan pantai dengan pasir putih di pinggirannya). Selain berenang, Anda juga bisa menyewa speedboat atau sepeda air untuk menikmati pemandangan di sekitar Danau Toba, Parapat.
Untuk membeli oleh-oleh khas Parapat, Anda bisa membeli mangga dan kacang garing yang dimasak dengan menggunakan pasir. Jangan lupa juga mengunjungi beberapa kios suvenir yang menjual kerajinan-kerajinan khas Batak maupun khas Danau Toba, yang terletak di sekitar Jalan Haranggaol dan dekat kawasan pantai yang disebut di atas.
Demografi
[sunting | sunting sumber]Suku bangsa
[sunting | sunting sumber]Mayoritas penduduk Kelurahan Parapat adalah orang Batak Toba.
Agama
[sunting | sunting sumber]Mayoritas penduduk Kelurahan Parapat memeluk agama Kristen.
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Gapura selamat datang di Kelurahan Parapat.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020". www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 18 Agustus 2021.
- ^ "Kunjungi Pembangunan Ruang Terbuka Pantai Bebas Parapat, Bupati: "Akan Dibuka untuk Umum Akhir Nopember" – .:: Pemkab Simalungun ::". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-26. Diakses tanggal 2021-10-26.
- ^ "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020". www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 01 Agustus 2022.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]