Abstrak Saat remaja, terdapat hormon-hormon sex yang sudah bekerja dan berfungsi, maka remaja sud... more Abstrak Saat remaja, terdapat hormon-hormon sex yang sudah bekerja dan berfungsi, maka remaja sudah mempunyai rasa ketertarikan dengan lawan jenis yang dapat menumbuhkan cinta pada remaja. Namun, nyatanya perasaan cinta dan jatuh cinta justru tidak selamanya indah dan berwarna, beberapa remaja justru mengalami kegagalan cinta. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara strategi coping terhadap stress akibat kegagalan cinta pada remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (Quantitative Research) dengan subyek penelitian sebanyak 300 responden adalah remaja berusia 15-21 tahun. Sedangkan sampel yang digunakan yaitu Nonprobability Sampling dengan Teknik Voluntary Sampling. BErdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kegagalan cinta dan stres terhadap tingkat coping pada remaja berusian 15-21 tahun. Hal tersebut dapat dibuktikan pada nilai Standar Defiasi tertinggi terdapat pada kelompok dengan tingkat stres tinggi. Oleh sebab itu peneliti menyarankan kepada remaja untuk memahami diri sendiri dan memilih strategi coping yang tepat untuk mengurangi tingkat stres, mengambil makna positif ketika mengalami kegagalan cinta. Abstract As a teenager, there are sex hormones that are already working and functioning, so teenagers already have a sense of attraction to the opposite sex that can foster love for teenagers. However, in fact the feelings of love and falling in love are not always beautiful and colorful, some teenagers actually experience failure in love. The purpose of this study was to determine the relationship between coping strategies to stress due to love failure in adolescents. This study uses a quantitative approach (Quantitative Research) with a total of 300 respondents research subjects are adolescents aged 15-21 years. While the sample used is Nonprobability Sampling with Voluntary Sampling Techniques. Based on the results of these studies it can be concluded that there is a significant relationship between love failure and stress on the level of coping in adolescents aged 15-21 years. This can be proven at the highest Defiation Standard values found in groups with high stress levels. Therefore, researchers suggest to adolescents to understand themselves and choose the right coping strategy to reduce stress levels, take a positive meaning when experiencing love failure.
Abstrak
Bermain merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh anak-anak untuk mempelajari banyak h... more Abstrak Bermain merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh anak-anak untuk mempelajari banyak hal sekaligus mengembangkan kemampuannya, salah satunya adalah bermain boneka. Namun demikian, pada kenyataannya bermain boneka justru menjadi penyebab timbulnya ketakutan. Timbulnya ketakutan tersebut disebabkan karena pengalaman masa lalu dimana ketika bermain boneka, dimana bola mata boneka ditusuk dan kemudian berputar sehingga timbul kesan menyeramkam terhadap boneka (Barbie). Pengalaman traumatik tersebut kemudian secara otomatis dan konsisten terhubung dengan boneka (Barbie). Automatonophobia adalah salah satu jenis ketakutan terhadap figur yang menyerupai manusia, seperti boneka, patung, boneka, animatronik, atau robot. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan studi kasus untuk menjelaskan terapi ekposur in vivo untuk mengurangi kecemasan pada penderita phobia boneka barbie. Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan pemberian treatment. Subjek penelitian adalah remaja 18 tahun penderita automatonophobia. Hasil terapi menunjukkan bahwa terapi eksposur in vivo dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dijumlahkan senilai 495 menjadi 68. Pemberian sendiri yang dilakukan dalam terapi ini cukup membantu untuk efektivitas terapi. Maka penggunaan terapi ini disarankan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada penderita automatonophobia. Namun sebaiknya pelatihan terapi dilanjukan pada situasi nyata sehingga angka pada hirarki kecemasan bisa benar-benar mendekati angka 0.
Perkembangan merupakan polaperubahan yang dimulai sejak masa pembuahan dan terus berlangsung sel... more Perkembangan merupakan polaperubahan yang dimulai sejak masa pembuahan dan terus berlangsung selama masa hidup manusia. Sebagian besar perkembanan mencakup pertumbuhan, meskipun juga mencakup kemunduran yang disebabkan oleh proes penuaan dan kematian. Menemukan kajian mengenai perkembangan masa hidup dapat merangsang minat dan dipenuhi dengan berbagai informasi mengenai siapa kita, bagaimana kita bisa menjadi seperti sekarang ini, dan bagaimana masa depan kita kelak.
Abstrak Saat remaja, terdapat hormon-hormon sex yang sudah bekerja dan berfungsi, maka remaja sud... more Abstrak Saat remaja, terdapat hormon-hormon sex yang sudah bekerja dan berfungsi, maka remaja sudah mempunyai rasa ketertarikan dengan lawan jenis yang dapat menumbuhkan cinta pada remaja. Namun, nyatanya perasaan cinta dan jatuh cinta justru tidak selamanya indah dan berwarna, beberapa remaja justru mengalami kegagalan cinta. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara strategi coping terhadap stress akibat kegagalan cinta pada remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (Quantitative Research) dengan subyek penelitian sebanyak 300 responden adalah remaja berusia 15-21 tahun. Sedangkan sampel yang digunakan yaitu Nonprobability Sampling dengan Teknik Voluntary Sampling. BErdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kegagalan cinta dan stres terhadap tingkat coping pada remaja berusian 15-21 tahun. Hal tersebut dapat dibuktikan pada nilai Standar Defiasi tertinggi terdapat pada kelompok dengan tingkat stres tinggi. Oleh sebab itu peneliti menyarankan kepada remaja untuk memahami diri sendiri dan memilih strategi coping yang tepat untuk mengurangi tingkat stres, mengambil makna positif ketika mengalami kegagalan cinta. Abstract As a teenager, there are sex hormones that are already working and functioning, so teenagers already have a sense of attraction to the opposite sex that can foster love for teenagers. However, in fact the feelings of love and falling in love are not always beautiful and colorful, some teenagers actually experience failure in love. The purpose of this study was to determine the relationship between coping strategies to stress due to love failure in adolescents. This study uses a quantitative approach (Quantitative Research) with a total of 300 respondents research subjects are adolescents aged 15-21 years. While the sample used is Nonprobability Sampling with Voluntary Sampling Techniques. Based on the results of these studies it can be concluded that there is a significant relationship between love failure and stress on the level of coping in adolescents aged 15-21 years. This can be proven at the highest Defiation Standard values found in groups with high stress levels. Therefore, researchers suggest to adolescents to understand themselves and choose the right coping strategy to reduce stress levels, take a positive meaning when experiencing love failure.
Abstrak
Bermain merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh anak-anak untuk mempelajari banyak h... more Abstrak Bermain merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh anak-anak untuk mempelajari banyak hal sekaligus mengembangkan kemampuannya, salah satunya adalah bermain boneka. Namun demikian, pada kenyataannya bermain boneka justru menjadi penyebab timbulnya ketakutan. Timbulnya ketakutan tersebut disebabkan karena pengalaman masa lalu dimana ketika bermain boneka, dimana bola mata boneka ditusuk dan kemudian berputar sehingga timbul kesan menyeramkam terhadap boneka (Barbie). Pengalaman traumatik tersebut kemudian secara otomatis dan konsisten terhubung dengan boneka (Barbie). Automatonophobia adalah salah satu jenis ketakutan terhadap figur yang menyerupai manusia, seperti boneka, patung, boneka, animatronik, atau robot. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan studi kasus untuk menjelaskan terapi ekposur in vivo untuk mengurangi kecemasan pada penderita phobia boneka barbie. Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan pemberian treatment. Subjek penelitian adalah remaja 18 tahun penderita automatonophobia. Hasil terapi menunjukkan bahwa terapi eksposur in vivo dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dijumlahkan senilai 495 menjadi 68. Pemberian sendiri yang dilakukan dalam terapi ini cukup membantu untuk efektivitas terapi. Maka penggunaan terapi ini disarankan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada penderita automatonophobia. Namun sebaiknya pelatihan terapi dilanjukan pada situasi nyata sehingga angka pada hirarki kecemasan bisa benar-benar mendekati angka 0.
Perkembangan merupakan polaperubahan yang dimulai sejak masa pembuahan dan terus berlangsung sel... more Perkembangan merupakan polaperubahan yang dimulai sejak masa pembuahan dan terus berlangsung selama masa hidup manusia. Sebagian besar perkembanan mencakup pertumbuhan, meskipun juga mencakup kemunduran yang disebabkan oleh proes penuaan dan kematian. Menemukan kajian mengenai perkembangan masa hidup dapat merangsang minat dan dipenuhi dengan berbagai informasi mengenai siapa kita, bagaimana kita bisa menjadi seperti sekarang ini, dan bagaimana masa depan kita kelak.
Uploads
Papers by Anita Dewi
Bermain merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh anak-anak untuk mempelajari banyak hal sekaligus mengembangkan kemampuannya, salah satunya adalah bermain boneka. Namun demikian, pada kenyataannya bermain boneka justru menjadi penyebab timbulnya ketakutan. Timbulnya ketakutan tersebut disebabkan karena pengalaman masa lalu dimana ketika bermain boneka, dimana bola mata boneka ditusuk dan kemudian berputar sehingga timbul kesan menyeramkam terhadap boneka (Barbie). Pengalaman traumatik tersebut kemudian secara otomatis dan konsisten terhubung dengan boneka (Barbie). Automatonophobia adalah salah satu jenis ketakutan terhadap figur yang menyerupai manusia, seperti boneka, patung, boneka, animatronik, atau robot. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan studi kasus untuk menjelaskan terapi ekposur in vivo untuk mengurangi kecemasan pada penderita phobia boneka barbie. Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan pemberian treatment. Subjek penelitian adalah remaja 18 tahun penderita automatonophobia. Hasil terapi menunjukkan bahwa terapi eksposur in vivo dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dijumlahkan senilai 495 menjadi 68. Pemberian sendiri yang dilakukan dalam terapi ini cukup membantu untuk efektivitas terapi. Maka penggunaan terapi ini disarankan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada penderita automatonophobia. Namun sebaiknya pelatihan terapi dilanjukan pada situasi nyata sehingga angka pada hirarki kecemasan bisa benar-benar mendekati angka 0.
Books by Anita Dewi
Conference Presentations by Anita Dewi
Bermain merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh anak-anak untuk mempelajari banyak hal sekaligus mengembangkan kemampuannya, salah satunya adalah bermain boneka. Namun demikian, pada kenyataannya bermain boneka justru menjadi penyebab timbulnya ketakutan. Timbulnya ketakutan tersebut disebabkan karena pengalaman masa lalu dimana ketika bermain boneka, dimana bola mata boneka ditusuk dan kemudian berputar sehingga timbul kesan menyeramkam terhadap boneka (Barbie). Pengalaman traumatik tersebut kemudian secara otomatis dan konsisten terhubung dengan boneka (Barbie). Automatonophobia adalah salah satu jenis ketakutan terhadap figur yang menyerupai manusia, seperti boneka, patung, boneka, animatronik, atau robot. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan studi kasus untuk menjelaskan terapi ekposur in vivo untuk mengurangi kecemasan pada penderita phobia boneka barbie. Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan pemberian treatment. Subjek penelitian adalah remaja 18 tahun penderita automatonophobia. Hasil terapi menunjukkan bahwa terapi eksposur in vivo dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dijumlahkan senilai 495 menjadi 68. Pemberian sendiri yang dilakukan dalam terapi ini cukup membantu untuk efektivitas terapi. Maka penggunaan terapi ini disarankan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada penderita automatonophobia. Namun sebaiknya pelatihan terapi dilanjukan pada situasi nyata sehingga angka pada hirarki kecemasan bisa benar-benar mendekati angka 0.