The author is an alumni of Tambakberas Islamic Boarding School in Jombang who is currently pursuing Master Degree in the Department of Politics and Government of Gadjah Mada University. Email: dwijayanto_dian@yahoo.com Facebook: https://www.facebook.com/dian.d.jayanto Website: pojokwacana.com
This study argues that National Movement of Fatwa Guards-Ulama (GNPF-Ulama) is not the sole polit... more This study argues that National Movement of Fatwa Guards-Ulama (GNPF-Ulama) is not the sole political representation of Indonesian Muslim power at the moment, as the main analysis unit when discussing the phenomena of Islamic populism in Indonesia. Nahdlatul Ulama strives to retrieve discourse of Indonesian Islamic populism from GNPF-Ulama. NU's efforts to reinforce its position as an Islamic political power are triggered by evaluation that the resurgence of earlier populis movement has affected NU’s influence as the dominant organization in Indonesia. In line with this argument, discourse analysis on the importance of Indonesian Muslims mobilization for political purposes can be applied both as a theoretical and ideological framework, in addition to the study of populism and Islamic populism. On the other hand, Islamic identity based populism can be understood as one of the models which in contrast with populism based on nationalism. Conversely, the effort to unite nationalism ...
The strengthening of Islamization (Islamisasi) or the revival of religious awakening in the post-... more The strengthening of Islamization (Islamisasi) or the revival of religious awakening in the post-reform Indonesia has become an appealing topic to be studied by social scientists. Islamization, in this study, is not defined in terms of the discourse of religious political relations (such as relations of state and religion), but refers to the existence of social religious expressions which are marked by considerable exploration to form a new meaning of Islam (Islamization) which involves various elements, especially capitalism and modernity. This paper provides an overview of how social scientists see the phenomenon of Islamization in the post-reform Indonesia. This overview is important in order to discuss the viewpoints or better known as "standing positions" of scientists in seeing the phenomenon of Islamization in Indonesia. This paper uses a literature study in the form of collecting various relevant studies related to the analysis of Islamization in the post-reform In...
Berkembangnya HTI merupakan bagian dari fenomena politik identitas keagamaan kontemporer di Indon... more Berkembangnya HTI merupakan bagian dari fenomena politik identitas keagamaan kontemporer di Indonesia yang turut menandai era kebebasan pasca reformasi. Keagamaan kontemporer disini membangkitkan kembali usaha-usaha yang mencirikan gerakan berbasis Islamisme, yaitu sebuah keyakinan bahwa agama Islam harus mengambil kendali dalam tatanan kehidupan politik dan pemerintahan. Meski senantiasa tumbuh subur, di sisi lain HTI masih mendapatkan banyak perlawanan, salah satunya dari kelompok Islam kalangan santri. Kalangan santri memberikan respon dan reaksi yang sangat kuat untuk menolak keberadaan HTI, terutama dalam lingkungan kota mereka. Penolakan tersebut beralasan atas dasar pemahaman keagamaan dan paham kebangsaan yang berbeda. Penelitian tentang HTI selama ini masih selalu mengaitkan Ormas transnasional ini dalam prespektif politik keamanan, atau tema-tema seperti “Islam radikal”, “Islam fundamental” dan sebagainya. Sedikit sekali penelitian HTI yang fokus dalam prespektif politik i...
Tulisan ini mengajukan tesis bahwa GNPF-Ulama bukan menjadi kekuatan tunggal dalam mewakili aspir... more Tulisan ini mengajukan tesis bahwa GNPF-Ulama bukan menjadi kekuatan tunggal dalam mewakili aspirasi politik umat Muslim di Indonesia hari ini, sebagaimana unit analisis mainstream ketika mendiskusikan fenomena populisme Islam di Indonesia. Terdapat Nahdlatul Ulama (NU) yang memainkan peran penting dalam upaya menantang dan bahkan ingin merebut kembali wacana populisme Islam dari GNPF-Ulama. Upaya NU untuk meneguhkan diri sebagai kekuatan politik Islam tidak lepas dari kebangkitan gerakan Bela Islam yang telah mereduksi pengaruh NU sebagai organisasi Islam yang dominan di Indonesia. Seturut dengan hal tersebut, analisis wacana dalam rangka memobilisasi kesadaran umat Islam di Indonesia guna mendapatkan legitimasi penting untuk dikemukakan, baik sebagai kerangka teori maupun metodelogi, selain kajian tentang populisme dan populisme Islam. Di sisi lain, populisme berbasis identitas keagamaan Islam kerap dipahami sebagai salah satu model populisme yang berlawanan dengan kekuatan populisme berbasis nasionalisme. Padahal, upaya menyatukan ide nasionalisme dan Islam telah menjadi narasi agenda populisme bagi NU guna melawan narasi wacana GNPF-Ulama. Terlepas dari perbedaan ideologi keagamaan, perbincangan tentang populisme Islam di Indonesia tidak terlepas dari persoalan pertarungan wacana yang terjadi di dalam internal kekuatan kelompok Islam itu sendiri. Pada akhirnya, tulisan ini menawarkan sebuah pembacaan terhadap fenomena populisme di Indonesia dalam prespektif diskursif.
Abstrak: Tulisan ini mengajukan tesis bahwa GNPF-Ulama bukan menjadi kekuatan tunggal dalam mewak... more Abstrak: Tulisan ini mengajukan tesis bahwa GNPF-Ulama bukan menjadi kekuatan tunggal dalam mewakili aspirasi politik umat Muslim di Indonesia hari ini, sebagaimana unit analisis mainstream ketika mendiskusikan fenomena populisme Islam di Indonesia. Terdapat Nahdlatul Ulama (NU) yang memainkan peran penting dalam upaya menantang dan bahkan ingin merebut kembali wacana populisme Islam dari GNPF-Ulama. Upaya NU untuk meneguhkan diri sebagai kekuatan politik Islam tidak lepas dari kebangkitan gerakan Bela Islam yang telah mereduksi pengaruh NU sebagai organisasi Islam yang dominan di Indonesia. Seturut dengan hal tersebut, analisis wacana dalam rangka memobilisasi kesadaran umat Islam di Indonesia guna mendapatkan legitimasi penting untuk dikemukakan, baik sebagai kerangka teori maupun metodelogi, selain kajian tentang populisme dan populisme Islam. Di sisi lain, populisme berbasis identitas keagamaan Islam kerap dipahami sebagai salah satu model populisme yang berlawanan dengan kekuatan populisme berbasis nasionalisme. Padahal, upaya menyatukan ide nasionalisme dan Islam telah menjadi narasi agenda populisme bagi NU guna melawan narasi wacana GNPF-Ulama. Terlepas dari perbedaan ideologi keagamaan, perbincangan tentang populisme Islam di Indonesia tidak terlepas dari persoalan pertarungan wacana yang terjadi di dalam internal kekuatan kelompok Islam itu sendiri. Pada akhirnya, tulisan ini menawarkan sebuah pembacaan terhadap fenomena populisme di Indonesia dalam prespektif diskursif.
This study argues that National Movement of Fatwa Guards-Ulama (GNPF-Ulama) is not the sole polit... more This study argues that National Movement of Fatwa Guards-Ulama (GNPF-Ulama) is not the sole political representation of Indonesian Muslim power at the moment, as the main analysis unit when discussing the phenomena of Islamic populism in Indonesia. Nahdlatul Ulama strives to retrieve discourse of Indonesian Islamic populism from GNPF-Ulama. NU's efforts to reinforce its position as an Islamic political power are triggered by evaluation that the resurgence of earlier populis movement has affected NU’s influence as the dominant organization in Indonesia. In line with this argument, discourse analysis on the importance of Indonesian Muslims mobilization for political purposes can be applied both as a theoretical and ideological framework, in addition to the study of populism and Islamic populism. On the other hand, Islamic identity based populism can be understood as one of the models which in contrast with populism based on nationalism. Conversely, the effort to unite nationalism ...
The strengthening of Islamization (Islamisasi) or the revival of religious awakening in the post-... more The strengthening of Islamization (Islamisasi) or the revival of religious awakening in the post-reform Indonesia has become an appealing topic to be studied by social scientists. Islamization, in this study, is not defined in terms of the discourse of religious political relations (such as relations of state and religion), but refers to the existence of social religious expressions which are marked by considerable exploration to form a new meaning of Islam (Islamization) which involves various elements, especially capitalism and modernity. This paper provides an overview of how social scientists see the phenomenon of Islamization in the post-reform Indonesia. This overview is important in order to discuss the viewpoints or better known as "standing positions" of scientists in seeing the phenomenon of Islamization in Indonesia. This paper uses a literature study in the form of collecting various relevant studies related to the analysis of Islamization in the post-reform In...
Berkembangnya HTI merupakan bagian dari fenomena politik identitas keagamaan kontemporer di Indon... more Berkembangnya HTI merupakan bagian dari fenomena politik identitas keagamaan kontemporer di Indonesia yang turut menandai era kebebasan pasca reformasi. Keagamaan kontemporer disini membangkitkan kembali usaha-usaha yang mencirikan gerakan berbasis Islamisme, yaitu sebuah keyakinan bahwa agama Islam harus mengambil kendali dalam tatanan kehidupan politik dan pemerintahan. Meski senantiasa tumbuh subur, di sisi lain HTI masih mendapatkan banyak perlawanan, salah satunya dari kelompok Islam kalangan santri. Kalangan santri memberikan respon dan reaksi yang sangat kuat untuk menolak keberadaan HTI, terutama dalam lingkungan kota mereka. Penolakan tersebut beralasan atas dasar pemahaman keagamaan dan paham kebangsaan yang berbeda. Penelitian tentang HTI selama ini masih selalu mengaitkan Ormas transnasional ini dalam prespektif politik keamanan, atau tema-tema seperti “Islam radikal”, “Islam fundamental” dan sebagainya. Sedikit sekali penelitian HTI yang fokus dalam prespektif politik i...
Tulisan ini mengajukan tesis bahwa GNPF-Ulama bukan menjadi kekuatan tunggal dalam mewakili aspir... more Tulisan ini mengajukan tesis bahwa GNPF-Ulama bukan menjadi kekuatan tunggal dalam mewakili aspirasi politik umat Muslim di Indonesia hari ini, sebagaimana unit analisis mainstream ketika mendiskusikan fenomena populisme Islam di Indonesia. Terdapat Nahdlatul Ulama (NU) yang memainkan peran penting dalam upaya menantang dan bahkan ingin merebut kembali wacana populisme Islam dari GNPF-Ulama. Upaya NU untuk meneguhkan diri sebagai kekuatan politik Islam tidak lepas dari kebangkitan gerakan Bela Islam yang telah mereduksi pengaruh NU sebagai organisasi Islam yang dominan di Indonesia. Seturut dengan hal tersebut, analisis wacana dalam rangka memobilisasi kesadaran umat Islam di Indonesia guna mendapatkan legitimasi penting untuk dikemukakan, baik sebagai kerangka teori maupun metodelogi, selain kajian tentang populisme dan populisme Islam. Di sisi lain, populisme berbasis identitas keagamaan Islam kerap dipahami sebagai salah satu model populisme yang berlawanan dengan kekuatan populisme berbasis nasionalisme. Padahal, upaya menyatukan ide nasionalisme dan Islam telah menjadi narasi agenda populisme bagi NU guna melawan narasi wacana GNPF-Ulama. Terlepas dari perbedaan ideologi keagamaan, perbincangan tentang populisme Islam di Indonesia tidak terlepas dari persoalan pertarungan wacana yang terjadi di dalam internal kekuatan kelompok Islam itu sendiri. Pada akhirnya, tulisan ini menawarkan sebuah pembacaan terhadap fenomena populisme di Indonesia dalam prespektif diskursif.
Abstrak: Tulisan ini mengajukan tesis bahwa GNPF-Ulama bukan menjadi kekuatan tunggal dalam mewak... more Abstrak: Tulisan ini mengajukan tesis bahwa GNPF-Ulama bukan menjadi kekuatan tunggal dalam mewakili aspirasi politik umat Muslim di Indonesia hari ini, sebagaimana unit analisis mainstream ketika mendiskusikan fenomena populisme Islam di Indonesia. Terdapat Nahdlatul Ulama (NU) yang memainkan peran penting dalam upaya menantang dan bahkan ingin merebut kembali wacana populisme Islam dari GNPF-Ulama. Upaya NU untuk meneguhkan diri sebagai kekuatan politik Islam tidak lepas dari kebangkitan gerakan Bela Islam yang telah mereduksi pengaruh NU sebagai organisasi Islam yang dominan di Indonesia. Seturut dengan hal tersebut, analisis wacana dalam rangka memobilisasi kesadaran umat Islam di Indonesia guna mendapatkan legitimasi penting untuk dikemukakan, baik sebagai kerangka teori maupun metodelogi, selain kajian tentang populisme dan populisme Islam. Di sisi lain, populisme berbasis identitas keagamaan Islam kerap dipahami sebagai salah satu model populisme yang berlawanan dengan kekuatan populisme berbasis nasionalisme. Padahal, upaya menyatukan ide nasionalisme dan Islam telah menjadi narasi agenda populisme bagi NU guna melawan narasi wacana GNPF-Ulama. Terlepas dari perbedaan ideologi keagamaan, perbincangan tentang populisme Islam di Indonesia tidak terlepas dari persoalan pertarungan wacana yang terjadi di dalam internal kekuatan kelompok Islam itu sendiri. Pada akhirnya, tulisan ini menawarkan sebuah pembacaan terhadap fenomena populisme di Indonesia dalam prespektif diskursif.
Uploads
Papers by Dian Dwi Jayanto