Papers by Rizki H Valentine
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fib, Jan 8, 2013
Sejak masa orde lama hingga orde baru, Jepang dan Indonesia mulai menjajaki hubungan kerja sama d... more Sejak masa orde lama hingga orde baru, Jepang dan Indonesia mulai menjajaki hubungan kerja sama dan diplomasi yang diharapkan lebih baik dan dinamis. Pada masa pemerintahan presiden Soekarno, fokus pemerintahan serta politik luar negeri saat itu adalah untuk mencari pengakuan negara lain mengenai kemerdekaan negara Indonesia, serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan juga menjunjung tinggi sikap anti kolonialis dan juga anti imperialis serta menutup politik luar negeri dari negara-negara barat. Berbeda pada era Soekarno, presiden Soeharto berfokus pada pembangunan ekonomi yang sempat mengalami keterpurukan pada masa Soekarno serta membuka selebar-lebarnya investasi asing yang akan masuk ke Indonesia dengan harapan bahwa hal tersebut dapat menstabilkan kondisi ekonomi Indonesia dan juga menyokong perdagangan bebas. Sebuah kebijakan dan juga politik luar negeri yang diterapkan di suatu negara pastilah dipengaruhi oleh isu-isu dan juga masalah-masalah yang sedang dihadapi dan terjadi didalam sebuah negara tersebut. pergantian masa kepemimpinan presiden Indonesia seperti Ir. Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono dan kemudian Joko Widodo, perubahan corak politik luar negeri Indonesia juga dipengaruhi oleh isu-isu yang berkembang dan juga dialami oleh negara Indonesia, baik isu atau masalah tersebut berasal dari dalam negeri seperti isu mengenai Hak Asasi Manusia, isu referendum, isu ekonomi maupun politik maupun isu atau masalah yang berasal dari luar negeri dan juga dunia internasional seperti contohnya isu mengenai konflik ataupun perang, isu terorisme dan juga perdamaian dunia. Kerjasama Jepang dan Indonesia di era reformasi menunjukkan bahwa kedua negara sudah memiliki rasa saling percaya dan keakraban. Selain itu peluang kerjasama pun menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada bisnis dan ekonomi, Jepang juga memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan bekerjasama dalam sektor energi, pertahanan dan keamanan, politik, budaya pop, teknologi, dan lain-lain.
Dengan begitu Jepang mendapatkan popularitas di tanah air Indonesia sebagai negara maju yang berpartner dengan Indonesia, bukan lagi sebagai penjahat perang seperti pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Data statistik tahun 1985 dari Japanese Life Today dan International Society for Educational Info... more Data statistik tahun 1985 dari Japanese Life Today dan International Society for Educational Information, Tokyo menyebutkan bahwa persentase siswa Jepang yang melanjutkan ke SMA lebih kurang 94%, dan yang melanjutkan ke PT lebih kurang 38%. Hal ini bila dibandingkan dengan kondisi yang sama dengan negara lain di dunia, misalnya Prancis (24%), Inggris (20%), Jepang menempati urutan pertama setelah Amerika Serikat (43%). Tingginya standar pendidikan Jepang di atas tidak semata-mata muncul dengan sendirinya, namun yang perlu diungkap di sini adalah ciri utama bangsa Jepang yaitu kehausan yang tak pernah puas akan pengetahuan. Sebagai bangsa literal dan minat baca yang tinggi, wajar dan mengamini bila bangsa Jepang maju dalam bidang pendidikan. Bukan hanya bacaan berupa buku ilmu pengetahuan, teknologi, dan sastra saja yang menjadi bahan bacaan mereka, tetapi koran pun masih menjadi bacaan wajib setiap hari. Tidak bisa dipungkiri bahwa untuk terjun dalam kegiatan industri dan korporasi Jepang, seseorang harus menamatkan pendidikan tingkat perguruan tinggi. Akan tetapi, tidak seperti di negara-negara barat, masuk ke dalam dunia perusahaan di Jepang berarti memulai segalanya dari nol dan promosi menjadi berpihak pada sistem senioritas. Jadi, penulis mempertanyakan seberapa besar pendidikan dipandang mempengaruhi kinerja karyawan perusahaan dan menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan. Selain itu tulisan ini juga akan mengulas bagaimana pendidikan terkait langsung dengan kegiatan korporasi Jepang.
Kesulitan finansial di Asia berangkat dari Thailand. Krisis ini disulut oleh keputusan pemerintah... more Kesulitan finansial di Asia berangkat dari Thailand. Krisis ini disulut oleh keputusan pemerintahan PM Chavalith Yongchaiyud untuk mengambangkan nilai tukar bath Thailand terhadap mata uang dollar AS pada tanggal 2 Juli 1997. Kebijakan ini adalah refleksi dari ketidakmampuan pemerintahan PM Chavalith Yongchaiyud dalam mencegah dan mengatasi krisis ekonomi secara ekonomis dan politis. Kebijakan ini diikuti oleh tingkah para spekulan yang pada saat itu spekulan menjual mata uang Bath dengan harapan dapat menurunkan harga bath yang berharga 26 bath per 1 dollar amerika. Pada akhirnya keinginan para spekulan tersebut berhasil. Karena banyak bath yang keluar, maka pemerintah Thailand harus membeli mata uang bath dan menghabiskan cadangan sebesar US$6,8. Pada januari 1998, harga Bath jatuh dengan harga 54 bath per dollar Amerika. Jatuhnya mata uang bath dengan cepat diikuti jatuhnya mata uang Rupiah Indonesia, Peso Filipina, Dollar Singapura dan Ringgit Malaysia yang terlihat sebagai sebuah efek domino, karena jatuhnya mata uang tersebut berantai antar satu sama lain.
Krisis Asia berpengaruh ke mata uang, pasar saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia. Indonesia, Korea Selatan dan Thailand adalah beberapa negara yang terpengaruh besar oleh krisis ini. Krisis ekonomi ini juga menuju ke kekacauan politk, paling tercatat dengan mundurnya Suharto di Indonesia dan Chavalit Yongchaiyudh di Thailand. Setelah krisis ini menggegerkan masyarakat, muncullah gerakan anti-Barat, dan IMF khususnya, keluar sebagai kambing hitam. Secara budaya, krisis finansial Asia mengakibatkan kemunduran terhadap ide adanya beberapa set "Asian value", yaitu Asia Timur memiliki struktur ekonomi dan politik yang superior dibanding Barat. Yang paling penting, mata uang Thailand dan Indonesia adalah berhubungan erat dengan dollar, yang naik nilainya pada 1990-an.
Di tengah persaingan global dan stagnansi ekonomi Jepang dewasa ini, aliansi bisnis merupakan sal... more Di tengah persaingan global dan stagnansi ekonomi Jepang dewasa ini, aliansi bisnis merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan oleh industri dan badan usaha Jepang. Dalam aliansi bisnis terdapat salah satu tipe aliansi yang disebut dengan investment alliance. Dalam hal ini METI akan mengembangkan skema baru di mana organisasi yang relevan mendukung membentuk investment alliance antara perusahaan Jepang mid-ranking dan SME, dengan perusahaan asing dalam rangka untuk mempromosikan ekspansi ke luar negeri dengan memanfaatkan potensi teknologi yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Jepang.
Homosexuality is a controversial theme that is often adapted into fiction, so that, fil industrie... more Homosexuality is a controversial theme that is often adapted into fiction, so that, fil industries publicate it as television serials. This research used a Japanese serial titled ‘Last Friends’ as the main data. Last Friends tells us about a lesbian named Kishimoto Ruka who loves a straight girl. This research’s result shows things that identificates Kishimoto Ruka as a butch lesbian.
This research uses gender and sexual orientation theory. The butch dicothomy that is representated by Kishimoto Ruka was analysed based on Levitt and Hiestand’s butch and femme sexuality development’s table. Besides, mise en scene was also used to help explaining the story, strengthen the emotions of the serials.
The result shows that there were lesbian identity and butch dicothomy in Kishimoto Ruka which is representated through her masculine performances and attitudes, the way she treated, protected and sacrificed her self for someone she really loved; Michiru. Kishimoto Ruka also rejected woman’s gender roles and her dialog representates danseigo characteristic which is often used by male. Kishimoto Ruka’s dialog impies that she wasn’t interested in man, but woman. Her love for Aida Michiru is showed through her sacrificing, jealousy, and physichal contacts that indicates her erotic emotions towards Michiru.
Thesis Chapters by Rizki H Valentine
Tesis ini membahas alasan dibalik dukungan organisasi Soka Gakkai terhadap Komeito dengan mitra k... more Tesis ini membahas alasan dibalik dukungan organisasi Soka Gakkai terhadap Komeito dengan mitra koalisinya, LDP untuk melakukan penafsiran ulang terhadap Pasal 9 Konstitusi Jepang 1947. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi literatur/kajian pustaka, studi data resmi yang dipublikasikan oleh media masa dan situs yang terkait langsung dengan objek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pragmatisme politik Soka Gakkai melandasi dukungan tersebut karena Soka Gakkai memiliki kepentingan antara lain: (1) kepentingan politis yaitu keinginan Soka Gakkai untuk mendominasi seluruh Jepang dengan cara ikut berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan arah kebijakan negara, serta mengontrol media dan public figure, (2) kepentingan ekonomi, yaitu pengamanan aset dan kekayaan Soka Gakkai. Kata kunci: komeito, klientelisme politik, LDP, pasal perdamaian, pasifisme, pragmatisme, reinterpretasi konstitusi, soka gakkai.
Drafts by Rizki H Valentine
Uploads
Papers by Rizki H Valentine
Dengan begitu Jepang mendapatkan popularitas di tanah air Indonesia sebagai negara maju yang berpartner dengan Indonesia, bukan lagi sebagai penjahat perang seperti pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Krisis Asia berpengaruh ke mata uang, pasar saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia. Indonesia, Korea Selatan dan Thailand adalah beberapa negara yang terpengaruh besar oleh krisis ini. Krisis ekonomi ini juga menuju ke kekacauan politk, paling tercatat dengan mundurnya Suharto di Indonesia dan Chavalit Yongchaiyudh di Thailand. Setelah krisis ini menggegerkan masyarakat, muncullah gerakan anti-Barat, dan IMF khususnya, keluar sebagai kambing hitam. Secara budaya, krisis finansial Asia mengakibatkan kemunduran terhadap ide adanya beberapa set "Asian value", yaitu Asia Timur memiliki struktur ekonomi dan politik yang superior dibanding Barat. Yang paling penting, mata uang Thailand dan Indonesia adalah berhubungan erat dengan dollar, yang naik nilainya pada 1990-an.
This research uses gender and sexual orientation theory. The butch dicothomy that is representated by Kishimoto Ruka was analysed based on Levitt and Hiestand’s butch and femme sexuality development’s table. Besides, mise en scene was also used to help explaining the story, strengthen the emotions of the serials.
The result shows that there were lesbian identity and butch dicothomy in Kishimoto Ruka which is representated through her masculine performances and attitudes, the way she treated, protected and sacrificed her self for someone she really loved; Michiru. Kishimoto Ruka also rejected woman’s gender roles and her dialog representates danseigo characteristic which is often used by male. Kishimoto Ruka’s dialog impies that she wasn’t interested in man, but woman. Her love for Aida Michiru is showed through her sacrificing, jealousy, and physichal contacts that indicates her erotic emotions towards Michiru.
Thesis Chapters by Rizki H Valentine
Drafts by Rizki H Valentine
Dengan begitu Jepang mendapatkan popularitas di tanah air Indonesia sebagai negara maju yang berpartner dengan Indonesia, bukan lagi sebagai penjahat perang seperti pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Krisis Asia berpengaruh ke mata uang, pasar saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia. Indonesia, Korea Selatan dan Thailand adalah beberapa negara yang terpengaruh besar oleh krisis ini. Krisis ekonomi ini juga menuju ke kekacauan politk, paling tercatat dengan mundurnya Suharto di Indonesia dan Chavalit Yongchaiyudh di Thailand. Setelah krisis ini menggegerkan masyarakat, muncullah gerakan anti-Barat, dan IMF khususnya, keluar sebagai kambing hitam. Secara budaya, krisis finansial Asia mengakibatkan kemunduran terhadap ide adanya beberapa set "Asian value", yaitu Asia Timur memiliki struktur ekonomi dan politik yang superior dibanding Barat. Yang paling penting, mata uang Thailand dan Indonesia adalah berhubungan erat dengan dollar, yang naik nilainya pada 1990-an.
This research uses gender and sexual orientation theory. The butch dicothomy that is representated by Kishimoto Ruka was analysed based on Levitt and Hiestand’s butch and femme sexuality development’s table. Besides, mise en scene was also used to help explaining the story, strengthen the emotions of the serials.
The result shows that there were lesbian identity and butch dicothomy in Kishimoto Ruka which is representated through her masculine performances and attitudes, the way she treated, protected and sacrificed her self for someone she really loved; Michiru. Kishimoto Ruka also rejected woman’s gender roles and her dialog representates danseigo characteristic which is often used by male. Kishimoto Ruka’s dialog impies that she wasn’t interested in man, but woman. Her love for Aida Michiru is showed through her sacrificing, jealousy, and physichal contacts that indicates her erotic emotions towards Michiru.