Pada percobaan yang berjudul tekanan uap air dibawah 100 o C panas molar dari penguapan ini bertu... more Pada percobaan yang berjudul tekanan uap air dibawah 100 o C panas molar dari penguapan ini bertujuan untuk mengamati hubungan tekanan uap air pada temperatur 40-85 o C, kemudian hubungan antara tekanan dan temperatur berdasarkan persamaan Claussius-Clapeyron serta nilai rata-rata untuk penguapan panas. Perubahan temperatur dan tekanan dapat menimbulkan perubahan fasa karena air diberi temperatur dibawah 100 0 C. Air dapat berubah menjadi gas ketika temperatur dinaikan dan tekanan diturunkan. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh persamaan Clausius-Clapeyron, saat temperatur dinaikan maka tekanan akan menurun, dimana nilai Tekanan (P) secara logaritmik berbanding terbalik dengan temperatur (T). Pada praktikum kali ini diselidiki tekanan uap air pada temperatur 35 o C sampai 85 o C. Data yang diperoleh yaitu berupa temperatur dan tekanan uap yang dihasilkan. Dari data tersebut dapat ditentukan nilai rata-rata panas molar penguapan . Pada percobaan ini dihasilkan nilai rata-rata panas molar penguapan sebesar 51694,78 J dengan nilai panas molar penguapan literatur sebesar 41200 J sehingga diperoleh KSR sebesar 25,47%. Kemudian diperoleh grafik hubungan antara tekanan P terhadap temperatur 1/T yang secara logaritmik berbanding terbalik secara linier dengan temperatur (1/T) yang ditandai dengan kurva miring ke sebelah kiri dan gradien yang bernilai minus. Grafik ini sesuai dengan persamaan Claussius-Clapeyron.
Dalam percobaan yang berjudul resonansi elastis gas yang telah dilakukan bertujuan untuk menentuk... more Dalam percobaan yang berjudul resonansi elastis gas yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan konstanta perbandingan panas jenis Cp dan Cv gas (konstanta γ). Peristiwa resonansi gas dapat diamati dengan menempatkan sebuah piston yang bermassa m pada sebuah tabung yang terdapat kumparan arus listrik disekelilingnya sehingga piston tersebut dapat melakukan gerak osilasi. Percobaan ini serupa dengan prinsip metoda Ruchardt yaitu sebuah bola dimasukkan dalam sebuah tabung, kemudian bola tersebut bisa tetap bergerak naik-turun sehingga menyerupai piston. Pada saat bola bergerak kebawah, maka tekanan yang ada didalam tabung lebih besar dibandingkan tekanan lingkungannya, dan pada saat bola bergerak keatas, maka volume pada tabung akan bertambah. Dari gerak osilasi ini akan diketahui seberapa besar simpangan (amplitudo) pada gerak osilasi tersebut dan frekuensi yang menyebabkan terjadinya osilasi. Dengan diketahuinya nilai frekuensi maka dapat ditentukan nilai perioda nya, yang kemudian akan digunakan untuk menghitung konstanta gamma (γ) menggunakan metode Ruchhardt. Pada percobaan ini diperoleh nilai gamma (γ) untuk piston 1 metode buka-tutup yaitu sebesar 1,32 dengan KSR=0,25% dan metode tutup-tutup sebesar 1,03 dengan KSR=0,38%, untuk piston 2 metode buka-tutup sebesar 2,22 dengan KSR=0,28% dan metode tutup-tutup sebesar 1,93 dengan KSR=0,29%, dan untuk piston 3 metode buka-tutup sebesar 1,59 dengan KSR=0,48% dan metode tutup-tutupnya sebesar 3,22 dengan KSR=0,93%.
Spektrum atom Hidrogen dikemukakan oleh J.J Balmer (1884). Balmer menemukan pancaran cahaya tampa... more Spektrum atom Hidrogen dikemukakan oleh J.J Balmer (1884). Balmer menemukan pancaran cahaya tampak dari atom hidrogen lintasan tertentu. Atom pada lampu hidrogen dengan 1 elektron mempunyai spektrum yang paling sederhana. Spektrum-spektrum emisi atom hidrogen bebas dalam keadaan gas terdiri dari sejumlah deret garis-garis spektrum dalam daerah inframerah. Selain hidrogen, spektrum dapat terjadi pada lampu neon dan argon, ketika atom diberikan suatu tegangan maka atom akan berpindah dari tingkat energi yang lebih tinggi ke energi yang lebih rendah sehingga akan memancarkan suatu cahaya yang kemudian akan masuk ke kisi dan terpancar beberapa spektrum warna yang akan ditentukan panjang gelombangnya dari masing-masing spektrum warna. Spektrum-spektrum tersebut membentuk suatu deret yang disebut dengan deret Balmer. Spektrum warna yang dihasilkan dari lampu neon yaitu biru, hijau, merah, lampu argon yaitu biru, hijau, kuning, merah dan lampu hidrogen yaitu biru dan merah. Spektrum warna yang terbentuk dari masing-masing lampu menunjukan bahwa semakin besar nomor atom yang dimiliki suatu unsur maka warna yang terpancar akan semakin sedikit. Berdasarkan percobaan ini, spektrum merah pada lampu hidrogen akan memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dibandingkan dengan spektrum biru. panjang gelombang λ untuk Hα adalah sebesar 665 nm dengan KSR sebesar 4,5 % dan untuk Hβ sebesar 556 nm dengan KSR sebesar 1,5 %. Hasil tersebut dipengaruhi oleh jarak terang pusat ke tiap-tiap orde (kiri dan kanan) dimana spektrum merah memiliki jarak yang lebih besar dibandingkan dengan warna lainnya. Kata kunci : Spektrum atom Hidrogen, Elektron, Gelombang elektromagnetik I. Pendahuluan Istilah atom pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli filsafat Yunani bernama Democritus (460-370 SM). Setiap zat dapat dibagi atas bagian-bagian yang lebih kecil, sampai mencapai bagian yang paling kecil dan tidak dapat dibagi lagi. Bagian yang tak dapat dibagi tersebut dinamakan dengan atom yang berasal dari kata Yunani "atomos" yang artinya tak dapat dibagi. Berikut ini perkembangan teori model atom yang dikemukakan oleh para ahli. [1] Gambar 1. Perkembangan Teori Model Atom Setiap atom memiliki nomor atom yang berbeda-beda begitupula dengan elektron yang dimiliki unsur tersebut. Atom yang diberikan suatu tegangan tertentu akan memancarkan cahayanya dan melewati kisi untuk diuraikan menjadi beberapa spektrum warna yang merupakan bagian dari spektrum garis. Spektrum warna inilah yang akan menjadi tujuan dari percobaan ini yaitu menentukan panjang gelombang dari masing-masing spektrum warna yang terbentuk dari lampu yang berbeda yaitu lampu neon, argon dan hidrogen. Spektrum yang dihasilkan adalah atom hidrogen yang merupakan spektum yang paling sedehana. Spektrum garis atom hidrogen berhasil dijelaskan oleh Niels Bohr pada tahun 1913.
Semikonduktor ini bertujuan untuk menghitung nilai energi gap pada bahan semikonduktor germanium ... more Semikonduktor ini bertujuan untuk menghitung nilai energi gap pada bahan semikonduktor germanium dan mengetahui pengaruh suhu terhadap band gap (pita energi) germanium. Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain modul efek Hall Keping Germanium Undopped, Power Supply, digital multimeter yang disusun sedemikian rupa. Perbedaan energi pada pita terlarang ini dipengaruhi oleh sifat dasar dari bahan dan struktur atom/populasi atom yang menempati ruang pada bahan tersebut. Bahan semikonduktor yang digunakan pada percobaan ini adalah germanium. Kelebihan dari semikonduktor germanium adalah memiliki energi gap yang lebih kecil daripada semikonduktor silikon yaitu ± 0,78 eV sehingga elektron dapat berpindah dari pita valensi ke pita konduksi dengan energi yang lebih kecil dari silikon. Berdasarkan percobaan diperoleh energi gap rata-rata dari bahan semikonduktor germanium ketika arus 0.005 A sebesar 0.043 eV dengan KSR 93.931% dan ketika arus 0.006 A sebesar 0.045 eV dengan KSR 93.295%. Enenrgi gap yang dihasilkan dipengaruhi oleh temperatur dimana semakin tinggi temperatur maka energi gap yang dihasilkan akan semakin kecil.
Abstrak Percobaan yang berjudul Efek Hall ini bertujuan untuk menetukan konstanta Hall dan konsen... more Abstrak Percobaan yang berjudul Efek Hall ini bertujuan untuk menetukan konstanta Hall dan konsentrasi pembawa muatan pada bahan tungsten dan zinc. Alat yang digunakan antara lain sampel zinc, sampel tungsten, sumber arus, teslameter, dan multimeter yang kemudian disusun sedemikian rupa. Efek Hall merupakan suatu peristiwa berbeloknya suatu aliran listrik (elektron) dalam pelat konduktor karena adanya pengaruh medan magnet. Tegangan Hall terjadi karena adanya gaya Lorentz pada pembawa muatan yang sedang bergerak dalam medan magnet. Dalam percobaan ini nilai konstanta Hall RH bergantung pada jenis pembawa muatan dalam proses konduksi dan konsentrasi pembawa muatan bergantung pada konstanta Hall tersebut. Nilai RH yang dihasilkan berbeda untuk setiap bahan (tungsten dan zinc), dimana RH pada bahan tungsten bernilai negatif sedangkan bahan zinc bernilai positif. Hal ini disebabkan karena pembawa muatan bahan tungsten berbeda dengan pembawa muatan bahan zinc, dimana pembawa muatan mayoritas pada bahan tungsten adalah elektron yang bernilai negatif, sedangkan pembawa muatan mayoritas pada bahan zinc adalah hole yang bernilai positif. Berdasarkan hasil dari percobaan ini diperoleh nilai konstanta Hall rata-rata untuk bahan tungsten ketika Ib konstan sebesar-4,5x10-8 m 3 /C dan ketika Ix konstan sebesar-1,85x10-7 m 3 /C dengan konsentrasi pembawa muatan rata-rata Ib konstan sebesar-2,1x10 26 m-3 dan ketika Ix konstan sebesar-5,7x10 25 m-3. Untuk bahan Zinc ketika Ib konstan sebesar 1,3x10-7 m 3 /C dan ketika Ix konstan sebesar 3,2x10-7 m 3 /C dengan konsentrasi pembawa muatan rata-rata ketika Ib konstan sebesar 8,2x10 25 m-3 dan ketika Ix konstan sebesar 4,6x10 25 m-3 .
Abstrak Pada percobaan analisis reduksi intensitas cahaya yang melewati screen protector dan iden... more Abstrak Pada percobaan analisis reduksi intensitas cahaya yang melewati screen protector dan identifikasi kemampuan screen protector sebagai pelindung mata ini dilakukan dengan mengukur intensitas cahaya dengan jarak tertentu menggunakan lux meter kemudian menetapkan fokus bahasan yang mencakup kemampuan cahaya menembus screen protector serta analisis fisis screen protector sebagai pelindung mata. Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu lux meter, smartphone dengan layar TFT, 5 jenis screen protector yaitu clear, anti spy, anti glare, tempered glass dan nano liquid yang dirangkai sedemikian rupa. Pertama dilakukan percobaan untuk mengukur intensitas layar smartphone tanpa menggunakan screen protector dengan variasi jarak 0.1-0.5 m, kemudian dilakukan percobaan mengukur intensitas cahaya menggunakan 5 jenis screen protector secara bergantian dengan jarak yang sama seperti sebelum menggunakan screen protector. Setelah dilakukan percobaan, diperoleh hasil bahwa persentase reduksi intensitas cahaya terbesar dimiliki oleh screen protector dengan jenis anti spy untuk semua jarak dengan nilai reduksi sebesar 77.78%, 68.42%, 67,21%, 51,21% dan 66,67% untuk variasi jarak 0.1-0.5m secara berurutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa screen protector pada layar smartphone tidak mampu mencegah degenerasi makula, tetapi hanya mampu memperlambat terjadinya degenerasi makula.
Abstrak Percobaan Frank-Hertz merupakan percobaan fisika yang memberikan pernyataan terhadap mode... more Abstrak Percobaan Frank-Hertz merupakan percobaan fisika yang memberikan pernyataan terhadap model atom Bohr. Bohr mengemukakan sebuah teori tentang atom yang menyatakan bahwa atom terdiri dari inti yang dikelilingi oleh elektron. Dimana elektron yang mengelilingi atom tersebut berputar mengelilinginya dengan lintasan stasioner, namun elektron yang mengelilingi atom ini dapat bereksitasi. Sebuah atom dapat bereksitasi ke tingkat energi di atas tingkat energi dasar yang menyebabkan atom tersebut memancarkan radiasi melalui dua cara yaitu dengan tumbukan dengan partikel lain dan dengan lucutan listrik dalam gas bertekanan rendah sehingga timbul medan listrik yang mempercepat elektron dan ion atomik sampai energi kinetiknya cukup untuk megeksitasi atom ketika terjadi tumbukan. Eksitasi elektron dari keadaaan dasar ke keadaan tereksitasi dapat terjadi karena adanya serapan tenaga kinetik elektron yang menumbuk atom gas merkuri di dalam tabung Franck-Hertz. Dari data hasil percobaan diperoleh nilai Vkritis dimana melalui nilai dari Vkritis ini dapat dihitung energi eksitasinya. Dari data hasil percobaan diperoleh tegangan eksitasi sebesar 5,333 V dengan energi eksitasinya sebesar 5,3248 eV. Jika dibandingkan dengan nilai energi eksitasi literatur yaitu sebesar 4,9 eV maka diperoleh KSR sebesar 8,66% dan jika dibandingkan dengan energi eksitasi pada percobaan Bohr diperoleh KSR sebesar 56,6%. Keyword : model atom Bohr, eksitasi energi atom Bohr, percobaan Franck-Hertz I. Pendahuluan Perkembangan teori atom memunculkan beberapa model atom seperti model atom Dalton, Thomson, Rutherford, dan model atom Bohr. Pada model atom Bohr dalam postulat khususnya disebutkan bahwa suatu atom memiliki tingkatan energi dan memiliki energi tertentu pada setiap keadaan stasioner. Energi itu tidak kontinyu melainkan diskrit, artinya terkuantifikasi. Paket-paket energi yang terkuantifikasi ini dalam bentuk radiasi atau gelombang disebut kuanta energi. [3] Dalam keadaan aktif, suatu elektron dapat meloncati tingkatan energi tersebut. Untuk mengetahui adanya tingkatan-tingkatan energi atomik dalam atom, maka dilakukanlah percobaan Franck-Hertz ini. Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu memahami prinsip eksitasi atom dari model atom Bohr, memahami munculnya eksitasi atom melalui peristiwa tumbukan elastik dan inelastik, kemudian memahami proses percobaan Franck-Hertz, dan menunjukkan kebenaran teori kuantum bahwa energi elektron atom terkuantisasi, serta menetukan tegangan eksitasi atom merkuri. II. Teori Dasar 2.1 Model Atom Bohr Pada tahun 1913 seorang pakar fisika Denmark yang bernama Neils Bohr telah memperbaiki kegagalan dari atom Rutherford melalui percobaan mengenai spektrum atom hidrogen. Percobaan tersebut berhasil memberikan suatu gambaran kondisi elektron dalam menempati suatu daerah yang ada disekitar inti atom. Pada penjelasan Bohr mengenai atom hidrogen telah melibatkan gabungan antara teori kuantum dari Plank dan teori klasik dari Rutherford yang telah diungkapkan dengan menggunakan empat postulat yaitu sebagai berikut. 1. Hanya terdapat seperangkat orbit tertentu yang dapat diperbolehkan bagi satu elektron berada dalam atom hidrogen. Orbit ini disebut sebagai kondisi gerak stasioner dan merupakan suatu lintasan yang melingkar disekeliling inti. 2. Selama elektron itu berada didalam lintasan stasioner, maka energi elektron akan tetap sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang akan dipancarkan maupun diserap. 3. Elektron hanya bisa berpindah dari satu lintasan mengearah ke lintasan stasioner lainnya. Pada peralihan tersebut, sejumlah energi tentunya akan terlibat. Adapun besar energinya itu sesuai dengan persamaan planck ΔE=hv. 4. Pada lintasan stasioner yang dibolehkan memiliki besaran dengan adanya sifat-sifat tertentu, terutama untuk sifat yang disebut sebagai momentum sudut. Adapun besarnya momentum sudut merupakan sebuah kelipatan pada h/2í µí¼ atau nh/2í µí¼, dimana n adalah suatu bilangan bulat dan h merupakan tetapan Planck. Menurut model atom Bohr, terdapat beberapa elektron yang mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu yang dikenal sebagai tingkat energi atau kulit elektron. Tingkat energi yang paling rendah ialah kulit elektron yang berada paling dalam, dimana semakin diluar maka nomor kulitnya
Pada percobaan yang berjudul tekanan uap air dibawah 100 o C panas molar dari penguapan ini bertu... more Pada percobaan yang berjudul tekanan uap air dibawah 100 o C panas molar dari penguapan ini bertujuan untuk mengamati hubungan tekanan uap air pada temperatur 40-85 o C, kemudian hubungan antara tekanan dan temperatur berdasarkan persamaan Claussius-Clapeyron serta nilai rata-rata untuk penguapan panas. Perubahan temperatur dan tekanan dapat menimbulkan perubahan fasa karena air diberi temperatur dibawah 100 0 C. Air dapat berubah menjadi gas ketika temperatur dinaikan dan tekanan diturunkan. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh persamaan Clausius-Clapeyron, saat temperatur dinaikan maka tekanan akan menurun, dimana nilai Tekanan (P) secara logaritmik berbanding terbalik dengan temperatur (T). Pada praktikum kali ini diselidiki tekanan uap air pada temperatur 35 o C sampai 85 o C. Data yang diperoleh yaitu berupa temperatur dan tekanan uap yang dihasilkan. Dari data tersebut dapat ditentukan nilai rata-rata panas molar penguapan . Pada percobaan ini dihasilkan nilai rata-rata panas molar penguapan sebesar 51694,78 J dengan nilai panas molar penguapan literatur sebesar 41200 J sehingga diperoleh KSR sebesar 25,47%. Kemudian diperoleh grafik hubungan antara tekanan P terhadap temperatur 1/T yang secara logaritmik berbanding terbalik secara linier dengan temperatur (1/T) yang ditandai dengan kurva miring ke sebelah kiri dan gradien yang bernilai minus. Grafik ini sesuai dengan persamaan Claussius-Clapeyron.
Dalam percobaan yang berjudul resonansi elastis gas yang telah dilakukan bertujuan untuk menentuk... more Dalam percobaan yang berjudul resonansi elastis gas yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan konstanta perbandingan panas jenis Cp dan Cv gas (konstanta γ). Peristiwa resonansi gas dapat diamati dengan menempatkan sebuah piston yang bermassa m pada sebuah tabung yang terdapat kumparan arus listrik disekelilingnya sehingga piston tersebut dapat melakukan gerak osilasi. Percobaan ini serupa dengan prinsip metoda Ruchardt yaitu sebuah bola dimasukkan dalam sebuah tabung, kemudian bola tersebut bisa tetap bergerak naik-turun sehingga menyerupai piston. Pada saat bola bergerak kebawah, maka tekanan yang ada didalam tabung lebih besar dibandingkan tekanan lingkungannya, dan pada saat bola bergerak keatas, maka volume pada tabung akan bertambah. Dari gerak osilasi ini akan diketahui seberapa besar simpangan (amplitudo) pada gerak osilasi tersebut dan frekuensi yang menyebabkan terjadinya osilasi. Dengan diketahuinya nilai frekuensi maka dapat ditentukan nilai perioda nya, yang kemudian akan digunakan untuk menghitung konstanta gamma (γ) menggunakan metode Ruchhardt. Pada percobaan ini diperoleh nilai gamma (γ) untuk piston 1 metode buka-tutup yaitu sebesar 1,32 dengan KSR=0,25% dan metode tutup-tutup sebesar 1,03 dengan KSR=0,38%, untuk piston 2 metode buka-tutup sebesar 2,22 dengan KSR=0,28% dan metode tutup-tutup sebesar 1,93 dengan KSR=0,29%, dan untuk piston 3 metode buka-tutup sebesar 1,59 dengan KSR=0,48% dan metode tutup-tutupnya sebesar 3,22 dengan KSR=0,93%.
Spektrum atom Hidrogen dikemukakan oleh J.J Balmer (1884). Balmer menemukan pancaran cahaya tampa... more Spektrum atom Hidrogen dikemukakan oleh J.J Balmer (1884). Balmer menemukan pancaran cahaya tampak dari atom hidrogen lintasan tertentu. Atom pada lampu hidrogen dengan 1 elektron mempunyai spektrum yang paling sederhana. Spektrum-spektrum emisi atom hidrogen bebas dalam keadaan gas terdiri dari sejumlah deret garis-garis spektrum dalam daerah inframerah. Selain hidrogen, spektrum dapat terjadi pada lampu neon dan argon, ketika atom diberikan suatu tegangan maka atom akan berpindah dari tingkat energi yang lebih tinggi ke energi yang lebih rendah sehingga akan memancarkan suatu cahaya yang kemudian akan masuk ke kisi dan terpancar beberapa spektrum warna yang akan ditentukan panjang gelombangnya dari masing-masing spektrum warna. Spektrum-spektrum tersebut membentuk suatu deret yang disebut dengan deret Balmer. Spektrum warna yang dihasilkan dari lampu neon yaitu biru, hijau, merah, lampu argon yaitu biru, hijau, kuning, merah dan lampu hidrogen yaitu biru dan merah. Spektrum warna yang terbentuk dari masing-masing lampu menunjukan bahwa semakin besar nomor atom yang dimiliki suatu unsur maka warna yang terpancar akan semakin sedikit. Berdasarkan percobaan ini, spektrum merah pada lampu hidrogen akan memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dibandingkan dengan spektrum biru. panjang gelombang λ untuk Hα adalah sebesar 665 nm dengan KSR sebesar 4,5 % dan untuk Hβ sebesar 556 nm dengan KSR sebesar 1,5 %. Hasil tersebut dipengaruhi oleh jarak terang pusat ke tiap-tiap orde (kiri dan kanan) dimana spektrum merah memiliki jarak yang lebih besar dibandingkan dengan warna lainnya. Kata kunci : Spektrum atom Hidrogen, Elektron, Gelombang elektromagnetik I. Pendahuluan Istilah atom pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli filsafat Yunani bernama Democritus (460-370 SM). Setiap zat dapat dibagi atas bagian-bagian yang lebih kecil, sampai mencapai bagian yang paling kecil dan tidak dapat dibagi lagi. Bagian yang tak dapat dibagi tersebut dinamakan dengan atom yang berasal dari kata Yunani "atomos" yang artinya tak dapat dibagi. Berikut ini perkembangan teori model atom yang dikemukakan oleh para ahli. [1] Gambar 1. Perkembangan Teori Model Atom Setiap atom memiliki nomor atom yang berbeda-beda begitupula dengan elektron yang dimiliki unsur tersebut. Atom yang diberikan suatu tegangan tertentu akan memancarkan cahayanya dan melewati kisi untuk diuraikan menjadi beberapa spektrum warna yang merupakan bagian dari spektrum garis. Spektrum warna inilah yang akan menjadi tujuan dari percobaan ini yaitu menentukan panjang gelombang dari masing-masing spektrum warna yang terbentuk dari lampu yang berbeda yaitu lampu neon, argon dan hidrogen. Spektrum yang dihasilkan adalah atom hidrogen yang merupakan spektum yang paling sedehana. Spektrum garis atom hidrogen berhasil dijelaskan oleh Niels Bohr pada tahun 1913.
Semikonduktor ini bertujuan untuk menghitung nilai energi gap pada bahan semikonduktor germanium ... more Semikonduktor ini bertujuan untuk menghitung nilai energi gap pada bahan semikonduktor germanium dan mengetahui pengaruh suhu terhadap band gap (pita energi) germanium. Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain modul efek Hall Keping Germanium Undopped, Power Supply, digital multimeter yang disusun sedemikian rupa. Perbedaan energi pada pita terlarang ini dipengaruhi oleh sifat dasar dari bahan dan struktur atom/populasi atom yang menempati ruang pada bahan tersebut. Bahan semikonduktor yang digunakan pada percobaan ini adalah germanium. Kelebihan dari semikonduktor germanium adalah memiliki energi gap yang lebih kecil daripada semikonduktor silikon yaitu ± 0,78 eV sehingga elektron dapat berpindah dari pita valensi ke pita konduksi dengan energi yang lebih kecil dari silikon. Berdasarkan percobaan diperoleh energi gap rata-rata dari bahan semikonduktor germanium ketika arus 0.005 A sebesar 0.043 eV dengan KSR 93.931% dan ketika arus 0.006 A sebesar 0.045 eV dengan KSR 93.295%. Enenrgi gap yang dihasilkan dipengaruhi oleh temperatur dimana semakin tinggi temperatur maka energi gap yang dihasilkan akan semakin kecil.
Abstrak Percobaan yang berjudul Efek Hall ini bertujuan untuk menetukan konstanta Hall dan konsen... more Abstrak Percobaan yang berjudul Efek Hall ini bertujuan untuk menetukan konstanta Hall dan konsentrasi pembawa muatan pada bahan tungsten dan zinc. Alat yang digunakan antara lain sampel zinc, sampel tungsten, sumber arus, teslameter, dan multimeter yang kemudian disusun sedemikian rupa. Efek Hall merupakan suatu peristiwa berbeloknya suatu aliran listrik (elektron) dalam pelat konduktor karena adanya pengaruh medan magnet. Tegangan Hall terjadi karena adanya gaya Lorentz pada pembawa muatan yang sedang bergerak dalam medan magnet. Dalam percobaan ini nilai konstanta Hall RH bergantung pada jenis pembawa muatan dalam proses konduksi dan konsentrasi pembawa muatan bergantung pada konstanta Hall tersebut. Nilai RH yang dihasilkan berbeda untuk setiap bahan (tungsten dan zinc), dimana RH pada bahan tungsten bernilai negatif sedangkan bahan zinc bernilai positif. Hal ini disebabkan karena pembawa muatan bahan tungsten berbeda dengan pembawa muatan bahan zinc, dimana pembawa muatan mayoritas pada bahan tungsten adalah elektron yang bernilai negatif, sedangkan pembawa muatan mayoritas pada bahan zinc adalah hole yang bernilai positif. Berdasarkan hasil dari percobaan ini diperoleh nilai konstanta Hall rata-rata untuk bahan tungsten ketika Ib konstan sebesar-4,5x10-8 m 3 /C dan ketika Ix konstan sebesar-1,85x10-7 m 3 /C dengan konsentrasi pembawa muatan rata-rata Ib konstan sebesar-2,1x10 26 m-3 dan ketika Ix konstan sebesar-5,7x10 25 m-3. Untuk bahan Zinc ketika Ib konstan sebesar 1,3x10-7 m 3 /C dan ketika Ix konstan sebesar 3,2x10-7 m 3 /C dengan konsentrasi pembawa muatan rata-rata ketika Ib konstan sebesar 8,2x10 25 m-3 dan ketika Ix konstan sebesar 4,6x10 25 m-3 .
Abstrak Pada percobaan analisis reduksi intensitas cahaya yang melewati screen protector dan iden... more Abstrak Pada percobaan analisis reduksi intensitas cahaya yang melewati screen protector dan identifikasi kemampuan screen protector sebagai pelindung mata ini dilakukan dengan mengukur intensitas cahaya dengan jarak tertentu menggunakan lux meter kemudian menetapkan fokus bahasan yang mencakup kemampuan cahaya menembus screen protector serta analisis fisis screen protector sebagai pelindung mata. Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu lux meter, smartphone dengan layar TFT, 5 jenis screen protector yaitu clear, anti spy, anti glare, tempered glass dan nano liquid yang dirangkai sedemikian rupa. Pertama dilakukan percobaan untuk mengukur intensitas layar smartphone tanpa menggunakan screen protector dengan variasi jarak 0.1-0.5 m, kemudian dilakukan percobaan mengukur intensitas cahaya menggunakan 5 jenis screen protector secara bergantian dengan jarak yang sama seperti sebelum menggunakan screen protector. Setelah dilakukan percobaan, diperoleh hasil bahwa persentase reduksi intensitas cahaya terbesar dimiliki oleh screen protector dengan jenis anti spy untuk semua jarak dengan nilai reduksi sebesar 77.78%, 68.42%, 67,21%, 51,21% dan 66,67% untuk variasi jarak 0.1-0.5m secara berurutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa screen protector pada layar smartphone tidak mampu mencegah degenerasi makula, tetapi hanya mampu memperlambat terjadinya degenerasi makula.
Abstrak Percobaan Frank-Hertz merupakan percobaan fisika yang memberikan pernyataan terhadap mode... more Abstrak Percobaan Frank-Hertz merupakan percobaan fisika yang memberikan pernyataan terhadap model atom Bohr. Bohr mengemukakan sebuah teori tentang atom yang menyatakan bahwa atom terdiri dari inti yang dikelilingi oleh elektron. Dimana elektron yang mengelilingi atom tersebut berputar mengelilinginya dengan lintasan stasioner, namun elektron yang mengelilingi atom ini dapat bereksitasi. Sebuah atom dapat bereksitasi ke tingkat energi di atas tingkat energi dasar yang menyebabkan atom tersebut memancarkan radiasi melalui dua cara yaitu dengan tumbukan dengan partikel lain dan dengan lucutan listrik dalam gas bertekanan rendah sehingga timbul medan listrik yang mempercepat elektron dan ion atomik sampai energi kinetiknya cukup untuk megeksitasi atom ketika terjadi tumbukan. Eksitasi elektron dari keadaaan dasar ke keadaan tereksitasi dapat terjadi karena adanya serapan tenaga kinetik elektron yang menumbuk atom gas merkuri di dalam tabung Franck-Hertz. Dari data hasil percobaan diperoleh nilai Vkritis dimana melalui nilai dari Vkritis ini dapat dihitung energi eksitasinya. Dari data hasil percobaan diperoleh tegangan eksitasi sebesar 5,333 V dengan energi eksitasinya sebesar 5,3248 eV. Jika dibandingkan dengan nilai energi eksitasi literatur yaitu sebesar 4,9 eV maka diperoleh KSR sebesar 8,66% dan jika dibandingkan dengan energi eksitasi pada percobaan Bohr diperoleh KSR sebesar 56,6%. Keyword : model atom Bohr, eksitasi energi atom Bohr, percobaan Franck-Hertz I. Pendahuluan Perkembangan teori atom memunculkan beberapa model atom seperti model atom Dalton, Thomson, Rutherford, dan model atom Bohr. Pada model atom Bohr dalam postulat khususnya disebutkan bahwa suatu atom memiliki tingkatan energi dan memiliki energi tertentu pada setiap keadaan stasioner. Energi itu tidak kontinyu melainkan diskrit, artinya terkuantifikasi. Paket-paket energi yang terkuantifikasi ini dalam bentuk radiasi atau gelombang disebut kuanta energi. [3] Dalam keadaan aktif, suatu elektron dapat meloncati tingkatan energi tersebut. Untuk mengetahui adanya tingkatan-tingkatan energi atomik dalam atom, maka dilakukanlah percobaan Franck-Hertz ini. Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu memahami prinsip eksitasi atom dari model atom Bohr, memahami munculnya eksitasi atom melalui peristiwa tumbukan elastik dan inelastik, kemudian memahami proses percobaan Franck-Hertz, dan menunjukkan kebenaran teori kuantum bahwa energi elektron atom terkuantisasi, serta menetukan tegangan eksitasi atom merkuri. II. Teori Dasar 2.1 Model Atom Bohr Pada tahun 1913 seorang pakar fisika Denmark yang bernama Neils Bohr telah memperbaiki kegagalan dari atom Rutherford melalui percobaan mengenai spektrum atom hidrogen. Percobaan tersebut berhasil memberikan suatu gambaran kondisi elektron dalam menempati suatu daerah yang ada disekitar inti atom. Pada penjelasan Bohr mengenai atom hidrogen telah melibatkan gabungan antara teori kuantum dari Plank dan teori klasik dari Rutherford yang telah diungkapkan dengan menggunakan empat postulat yaitu sebagai berikut. 1. Hanya terdapat seperangkat orbit tertentu yang dapat diperbolehkan bagi satu elektron berada dalam atom hidrogen. Orbit ini disebut sebagai kondisi gerak stasioner dan merupakan suatu lintasan yang melingkar disekeliling inti. 2. Selama elektron itu berada didalam lintasan stasioner, maka energi elektron akan tetap sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang akan dipancarkan maupun diserap. 3. Elektron hanya bisa berpindah dari satu lintasan mengearah ke lintasan stasioner lainnya. Pada peralihan tersebut, sejumlah energi tentunya akan terlibat. Adapun besar energinya itu sesuai dengan persamaan planck ΔE=hv. 4. Pada lintasan stasioner yang dibolehkan memiliki besaran dengan adanya sifat-sifat tertentu, terutama untuk sifat yang disebut sebagai momentum sudut. Adapun besarnya momentum sudut merupakan sebuah kelipatan pada h/2í µí¼ atau nh/2í µí¼, dimana n adalah suatu bilangan bulat dan h merupakan tetapan Planck. Menurut model atom Bohr, terdapat beberapa elektron yang mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu yang dikenal sebagai tingkat energi atau kulit elektron. Tingkat energi yang paling rendah ialah kulit elektron yang berada paling dalam, dimana semakin diluar maka nomor kulitnya
Uploads
Papers by Titis Amelia