Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
PUISI FROM WINTER TREE TO SPRING TEE (겨울―나무로부터 봄―나무에로) KARYA HWANG JI-WOO Paper Sastra Dikumpulkan untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester RAISA NURUL NOVIANA 222007446120 PROGRAM STUDI BAHASA KOREA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA 2023 Puisi From Winter Tree to Spring Tree (겨울―나무로부터 봄―나무에로) karya Hwang Ji-woo Pada tahun 1980-an, puisi Korea mengalami beberapa perubahan karakteristik. Hwang Ji-woo (황지우) adalah salah satu penyair representatif 해체시, salah satu jenis puisi yang populer pada masa itu. 해세시 merupakan puisi yang memiliki ciri mendobrak batasan genre, tidak hanya terbatas pada bahasa (menggunakan komponen lain seperti jargon, potongan gambar, iklan, potongan karya, dst) tidak selalu terikat pada tata bahasa, bebas tanpa batasan ideologi dan vulgar. From Winter Tree to Spring Tree adalah salah satu puisi karya Hwang Ji Woo yang terbit di tahun 1985. Puisi ini menggambarkan vitalitas (daya hidup) sebuah pohon yang tumbuh dan berbunga setelah berhasil mengalahkan realitas negatif, yaitu musim dingin. Ditulis dengan gaya bahasa yang khas puisi ini banyak mengandung majas personifikasi. Latar Belakang (budaya, sejarah dan kejadian) Puisi ini terbit pada awal 1980-an bersamaan dengan kesengsaraan masyarakat zaman itu beserta rasa penderitaan yang dialami secara pribadi oleh Hwang Ji-woo. Meskipun ada istilah “fajar hanya datang kepada mereka yang terjaga sepanjang malam” tetapi ada juga yang mengatakan bahwa fajar juga datang kepada mereka yang menyia-nyiakan malam dengan berpesta-pora. Kala itu, Hwang Ji-woo mengalami kontradiksi kehidupan dan keputusasaan melebihi siapapun. Hwang Ji-woo yang ditangkap atas tuduhan keterlibatan dirinya dalam gerakan demokratisasi Gwangju pada tahun 1980-an, mengatakan bahwa penyebab kesulitan yang dialaminya ini bukanlah sebuah bentuk ‘pengabdian kepada seseorang/siapapun’. Meskipun begitu, Hwang Ji-woo berkata “orang yang hatinya tidak pernah hancur, tidak akan bisa menulis puisi.” Hwang Ji-woo sempat merasa menyesal karena penderitaan zaman itu telah membawanya ke jalan hidup menjadi penyair. Oleh karena itu, Hwang Ji-woo membuat karya berjudul 뼈아픈 후회 yang memenangkan Penghargaan Sastra Puisi Sowol (소월시문학상) pada tahun 1994, “Ini adalah pengabdian kepada diri saya, sebuah semangat bersaing yang dikuasai oleh nilai moral” ucapnya. Pada tahun 1983 karyanya yang berjudul “Even Birds Leave The World” dianugerahi Penghargaan Sastra Kim Su Yeong (김수영문학상) karena telah meruntuhkan bentuk puisi tradisional dengan membuat bentuk puisi baru berupa sindiran, menggunakan simbol, gambar kartun, foto dan berbagai jenis tulisan tangan atau kaligrafi. Karya-karyanya berisi ejekan, kebencian dan kekecewaan terhadap dunia. Pada puisi ini, Hwang Ji-woo menggambarkan cara bertahan hidup pohon yang mekar setelah melalui kesulitan yang berat dengan pengibaratan menggunakan simbolik musim dan pohon berdasarkan pandangan yang positif. Hwang Ji-woo membuktikan bahwa dengan kemauan dan tekad yang kuat, manusia mampu mengatasi “musim dingin” yang keras dan menuai hasil “musim semi”. Sejak saat itu, Hwang Ji-woo menyadari bahwa dia tidak bisa memecahkan masalah dengan konfrontasi, perselisihan dan kebencian sehingga secara perlahan dia pun mengejar jalan harmoni dan rekonsiliasi dari segala sesuatu yang bertentangan. Saat Hwang Ji-woo pulang kampung ke Gwangju, pada tahun 1990 karyanya yang berjudul “Lotus In A Crab’s Eye” (게눈 속의 연꽃) dipuji sebagai sebuah kemajuan ke tingkat harmoni Buddha, dan di tahun berikutnya mendapat Penghargaan Sastra Hyundae (현대문학상). From Winter Tree to Spring Tree merupakan puisi yang berisikan pujian terhadap vitalitas (kemampuan bertahan hidup) sebuah ‘pohon’ yang berbunga setelah mampu menghadapi realitas buruk. Puisi ini mencerminkan sebuah tekad dalam menghadapi kekuasaan atau pemerintahan yang tidak adil dan kemalangan akan realitas di tahun 1980-an. Munculnya penggambaran sebuah ‘pohon’ yang “menolak, terus bertahan” dari keadaan ‘suhu di bawah 0 derajat’ ke keadaan ‘suhu di atas 0 derajat’ (‘나무’가 영하(零下)의 온도를 “버티면서 거부하면서” 자신을 영상(零上)으로) ini disebut sebagai simbol vitalitas, atau dengan kata lain merupakan sindiran akan harapan para rakyat saat menghadapi realitas kekuasaan pemerintah yang represif. Hwang Ji-woo menyampaikan pesan simbolis kepada masyarakat yang hidup dalam kenyataan yang tidak bahagia kala itu melalui vitalitas sebuah pohon. Untuk karyanya sendiri, Hwang Ji-woo telah menerima banyak penghargaan sastra paling bergengsi di Korea, di antaranya Penghargaan Sastra Kim Sooyoung, Penghargaan Sastra Hyundae, Penghargaan Puisi Sowol, dan Penghargaan Sastra Daesan. Hwang Ji-woo menarik perhatian masyarakat dengan merilis puisi dekonstruksi yang menghancurkan bentuk puisi tradisional, menggunakan sindiran, ejekan, kata-kata kotor, dan bahasa sehari-hari, melepaskan diri dari stereotip lama tentang bentuk puisi. Hwang Ji-woo banyak mengkritik ketidakadilan yang dilakukan oleh orang-orang yang berkuasa, yang menekan kebebasan melalui kontrol dan sensor, dan menunjukkan kesadaran yang kuat bahwa sastra haruslah bersifat bebas. Biografi Penyair Ketika membicarakan tentang 해체시 atau puisi dekonstruktif, kita tidak bisa melewatkan Hwang Ji-woo, seorang penyair yang dikenal dengan metode inovatifnya dengan memasukkan diagram, karakter khusus, dan gambar ke dalam puisinya. Hwang Ji-woo lahir pada 25 Januari 1952, saat Perang Korea, di Haenam provinsi Jeolla Selatan. Hwang Ji-woo (Hanja: 黃雨芝) merupakan seorang penyair dan kritikus seni asal Korea Selatan. Singkatnya, Hwang Ji-woo lulus dari Universitas Nasional Seoul dengan gelar master di Sogang University's Graduate School of Philosophy, dan berhasil menyelesaikan gelar doktornya di Hong Kong University's Graduate School of Aesthetics. Saat mempelajari estetika dan filsafat di perguruan tinggi pada awal tahun 1970-an, dia ditangkap dan disiksa karena aktivitas anti-pemerintahnya. Pada tahun 1973, Hwang Ji-woo dipenjara karena diduga terlibat dalam kampanye melawan reformasi rezim Park Chung-hee dan dipaksa bergabung dengan militer. Hwang Jiwoo kemudian diberhentikan dari militer pada tahun 1976. Pada musim semi 1980, Hwang Jiwoo kembali ditangkap karena berpartisipasi dalam gerakan pro-demokrasi 18 Mei, ketika hendak mengambil gelar master di Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional Seoul setelah lulus dari Universitas Nasional Seoul pada tahun 1979. Selepas bebas dari penjara setelah disiksa oleh polisi, Hwang Ji-woo melanjutkan studinya di Universitas Sogang pada tahun 1981 dan mendapatkan gelar master pada tahun 1985. Setelah itu, Hwang Ji-wo mengambil jurusan estetika di Universitas Hong Kong untuk mendapatkan gelar doktoralnya. Pada tahun 1980, Hwang Ji-woo mulai menerbitkan puisi dan telah menulis tujuh buku puisi termasuk Even Birds Leave the World (1983), From Winter Tree to Spring Tree (1985), dan I'll Sit in a Cloudy Tavern Some Day (1990). Pada tahun 1997, Hwang Ji-woo menjabat sebagai Profesor di Fakultas Teater Institut Seni Nasional Korea. Dari Maret tahun 2006 hingga Mei tahun 2009, Hwang Ji-woo sempat menjabat sebagai Presiden Akademi Seni Nasional Korea ke-5, dan sampai saat ini Hwang Ji-woo masih menjabat sebagai Profesor di Fakultas Teater Institut Seni Nasional Korea. Pada tahun 1980, Hwang Ji-woo terpilih untuk menulis “Yeonhyeok” dalam puisi “I'm a Need You” yang menjadi kontroversial karena isi Marxis-nya. Tulisannya ini dikenal sebagai puisi dedikasi karena diberikan kepada kakak sulungnya, Hye-dang dan adiknya Hwang Kwang-woo, seorang filsuf dan aktivis buruh. Seiring berjalannya waktu, Hwang Ji-woo menjadi lebih tertarik dengan teater, memperkuat elemen-elemen penting teater. Karya Hwang Ji-woo juga terdapat unsur Buddha dikarenakan latar belakang keluarganya. Secara keseluruhan, banyak isi karyanya yang berisi perlawanan ataupun sindiran akan kesuraman selama masa kediktatoran Korea kala itu. Meski begitu, puisi liris, puisi yang mengedepankan perasaan (서정시) menjadi dikenal secara luas. Bersama dengan temannya, Lee Sang-bok, mereka banyak memengaruhi para penyair muda. Ideologi Karya Sastra Puisi From Winter Tree to Spring Tree karya Hwang Ji-woo yang terdiri dari 23 baris ini menunjukkan konsep ideologi romantisisme dan eksistensialisme yang tersembunyi di dalam keindahan puisi sebagai karya sastra. Konsep ini dapat dipahami dengan membedah unsur-unsur yang membangun puisi tersebut. Ideologi romantisisme pada puisi “From Winter Tree to Spring Tree” ini adalah konsep tentang “emosi dan kehidupan batin penulis” yang dapat dilihat dari ekspresi perasaan penyair dalam menggambarkan fenomena yang dialaminya. Sama seperti judulnya, puisi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu ‘Pohon Musim Dingin’ dan ‘Pohon Musim Semi’. ‘Pohon Musim Dingin’ mengacu pada sebuah keadaan yang terpapar realitas negatif. Sedangkan ‘Pohon Musim Semi’ mengacu pada proses ‘eksistensi’ mereka dengan berjuang melawan realitas negatif tersebut. Ideologi eksistensialisme dalam puisi ini dimaknai sebagai persoalan yang membahas gagasan tentang eksistensi manusia sebagai individu. ‘Musim dingin’ melambangkan era kediktatoran tahun 1980-an dan ‘musim semi’ melambangkan saat realitas negatif ini diatasi. Pohon dengan vitalitas yang kuat mengatasi suhu dingin di bawah nol menandakan bahwa manusia berusaha mengatasi cobaan realitas tanpa menyerah pada cobaan eksternal. Hwang Ji-woo mewujudkan citra pohon dengan kemandirian dan vitalitas yang kuat ini memenangkan musim semi dan bunga mekar dalam bentuk manusia yang secara aktif menghadapi kenyataan untuk memajukan kebebasan yang diinginkan dan dunia demokrasi. Notasi ‘pohon musim dingin’ menetapkan hubungan baru antara pohon dan musim, bukan sebuah pemutusan hubungan. Sebuah hubungan paradoks antara pohon dan musim, meski pohon menderita karena musim dingin, tetapi musim dingin memungkinkannya tumbuh menjadi pohon musim semi. Notasi ‘pohon musim semi’ juga menempatkan garis antara musim semi dan pohon, membongkar persepsi biasa di mana pohon mekar di musim semi dan mengungkap gagasan bahwa pohon mekar karena bertahan di musim dingin. Ide ini diungkapkan dengan ‘pohon berbunga adalah pohon yang mekar dengan tubuhnya sendiri’. Berdasarkan ideologi eksistensialisme, ‘manusia’ tidak terlahir sebagai manusia begitu saja, tetapi sebagai ‘manusia’ yang memiliki ‘kehendak sendiri’ dan ‘kebebasan’. Manusia sering bertindak mengikuti perintah orang lain, yang tidak ada kaitannya dengan keinginan sendiri, lalu salah mengartikannya dengan kebebasan diri sendiri. Meski begitu, kebebasan diberikan kepada mereka yang mau berjuang untuk mendapatkannya. Ketika kita hidup dengan mematuhi perintah dan kehendak orang lain, kita bukan ‘subjek’. Kalimat “pohon menjadi pohon dengan seluruh tubuhnya” mengatakan bahwa ‘pohon’ hanya bisa menjadi ‘pohon’, bukan alat, untuk berjuang demi kebebasan. Pohon yang dijadikan kayu bangunan ataupun ‘kayu perapian’ hanyalah sebuah kayu olahan, bukan sebuah kehidupan. Hal yang sama dapat diterapkan pada manusia. Analisis Puisi Puisi “From Winter Tree to Spring Tree” akan dibedah menggunakan pendekatan mimetik. Mimetik adalah suatu pendekatan dalam kritik sastra mengenai tiruan atau rekaan atas kehidupan yang sebenarnya. Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra. Pendekatan yang memandang karya sastra sebagai imitasi dan realitas (Abrams 1981:89). Aristoteles berpendapat bahwa mimesis bukan sekedar tiruan. Bukan sekedar potret dan realitas, melainkan telah melalui kesadaran personal batin pengarangnya. Puisi sebagai karya sastra mampu memaparkan realitas di luar diri manusia persis apa adanya. Maka karya sastra seperti halnya puisi merupakan cerminan representasi dan realitas itu sendiri. Dalam pendekatan mimetik, pengarang lebih menganalogikan perasaan melalui ungkapan dengan kata-kata tiruan yang berada di sekitar. Kata-kata itu bisa kata benda atau apapun itu yang terdapat di sekitar pengarang. 자기 온몸으로 헐벗고 영하(零下) 십삼도(十三度) 영하(零下) 이십도(二十度) 지상(地上)에 온몸을 뿌리박고 대가리 쳐들고 무방비의 나목(裸木)으로 서서 두 손 올리고 벌 받는 자세로 서서 Pada baris 3 sampai baris 6, “Seluruh tubuh telanjang, pada minus 13 derajat, 20 derajat, pohon itu tetap mengakar ke dalam bumi menatap tegak ke langit, berdiri telanjang tidak berdaya, mengangkat kedua tangan seperti sikap dihukum”. Dalam konteks “Pohon Musim Dingin”, ‘pohon’ digambarkan sebagai naked tree atau pohon telanjang (daun-daunnya berguguran), merupakan sebuah tubuh atau kehidupan yang dihukum. ‘Pohon’ di sini bukanlah makhluk hidup melainkan hanya ‘objek’ yang dikendalikan sebuah kekuasaan (kekuatan luar) yang memberi hukuman. 나무는 자기 몸으로 나무이다 Pada satu dua baris awal dikatakan bahwa “pohon menjadi pohon dengan seluruh tubuhnya sendiri.” Apa maknanya ‘pohon’ menjadi ‘tubuh’ dan ‘tubuh’ menjadi pohon? Kemungkinan perumpamaan kata ‘pohon’ diartikan sebagai keberadaan suatu ‘pohon’ yang tidak terpengaruh oleh kekuatan luar, sehingga dia pun melawan dan berhasil mengalahkan kekuatan luar itu. Sama seperti pernyataan tentang filosofi eksistensialisme, pohon atau ‘kehidupan’, tidak lahir begitu saja menjadi sebuah kehidupan, tetapi akan menjadi sebuah ‘kehidupan’ yang telah melalui proses melawan hal-hal negatif di sekitarnya. Perumpamaan kata ‘pohon’ yang muncul dalam puisi ini bisa diibaratkan dengan memperluas konteksnya ke dalam kehidupan manusia. 버티면서 거부하면서 영하(零下)에서 영상(零上)으로 영상(零上) 오도(五度) 영상(零上) 십삼도(十三度) 지상(地上)으로 밀고 간다, 막 밀고 올라간다 Kondisi ‘Pohon Musim Dingin’ ini perlahan berubah seiring berjalannya waktu. Perubahan kondisi ini terjadi ketika penggambaran pohon yang “menolak, terus bertahan dari suhu rendah ke suhu tinggi”. Proses dari suhu rendah ke suhu tinggi inilah yang merupakan tahapan lahirnya sebuah “pohon” menjadi sebuah kehidupan. Namun, perjuangan pohon melawan realitas negatif dari fator eksternal ini tidak sesederhana itu. 온몸이 으스러지도록 으스러지도록 부르터지면서 터지면서 자기의 뜨거운 혀로 싹을 내밀고 천천히, 서서히, 문득, 푸른 잎이 되고 푸르른 사월 하늘 들이받으면서 Sebuah proses dorongan yang intens pada kalimat “sampai seluruh tubuhnya roboh, mendorong tunas dengan menjulurkan lidah panasnya sendiri.” Perjuangan (proses dorongan) yang luar biasa ini menyebabkan pohon berkembang dan tumbuh ‘daun hijau’. Oleh karena itu, Hwang Ji-woo menggambarkan “Pohon Musim Semi” yang berhasil melalui proses ini, sebagai tindakan yang menggebrak kehidupan pada kalimat “menabrak langit bulan April yang biru”. Ini adalah bentuk perjuangan yang mempertaruhkan nyawa, dan hanya melalui perjuangan inilah pernyataan bahwa “pohon menjadi pohon dengan seluruh tubuhnya” ditetapkan. Pada akhirnya, bentuk “pohon berbunga” yang kita saksikan sehari-hari kemungkinan karena vitalitas pohon yang selamat dari pertarungan ini. Puisi merupakan sebuah ungkapan perasaan atau curahan hati yang disampaikan melalui perumpamaan kata. Berdasarkan hasil analisis mimetik pada puisi From Winter Tree To Spring Tree Karya Hwang Ji-woo ini dapat disimpulkan puisi ini memiliki pesan bahwa perlawanan terhadap realitas adalah sebuah kesinambungan. Sama halnya seperti musim dingin berganti dan musim semi datang bahwa jika kita bertahan dan berusaha mengatasi kenyataan yang sulit kita akan menemui kenyataan yang kita inginkan pada suatu saat nanti. Muncul sebuah harapan untuk mengatasi kenyataan yang menyakitkan dan menyambut hari baru melalui citra pohon yang bertahan di musim dingin dan mekar di musim semi. Sikap hidup yang diinginkan melalui vitalitas pohon yang luar biasa dan kemauan yang kuat melalui perubahan dari pohon musim dingin menjadi pohon musim semi. Pohon mengatasi kesulitan dengan tubuh mereka sendiri dan menggambarkannya sebagai makhluk yang membawa musim semi, menekankan vitalitas kuat yang tidak menyerah pada kesulitan. Harapan yang disampaikan melalui bait kata yang diungkapkan oleh Hwang Ji-woo ini terihat sederhana tetapi tidak mudah untuk memahami makna yang disampaikan. Hwang Ji-woo menghubungkan karyanya ini dengan alam sekitar yaitu musim dan pohon. Musim dan pohon menjadi salah satu diksi yang dipilih dalam puisinya. DAFTAR PUSTAKA 겨울-나무로부터-봄나무에로, 황지우. (21 Juli 2023). Idaegu.com. https://www.idaegu.com/?c=8&uid=357445 겨울-나무로부터-봄나무에로, 황지우. (21 Juli 2023). Idaegu.com. https://www.idaegu.com/?c=7&uid=275874 겨울-나무로부터-봄나무에로, 황지우. (21 Juli 2023). Naver.com https://terms.naver.com/entry.naver?docId=2411819&cid=41773&categoryId=50391 황지우. (21 Juli 2023). Namu.wiki. https://namu.wiki/w/%ED%99%A9%EC%A7%80%EC%9A%B0 Ki Ju, Kim. “겨울-나무로부터-봄나무에로, 황지우.” (21 Juli 2023). Blog.naver.com/bluechip110. https://blog.naver.com/bluechip110/223091500258. Nurlaela, Tussaadah; Teti, Sobari; Aditya, Permana. 2020. Analisis Puisi ‘Rahasia Hujan’ Karya Heri Isnaini Dengan Menggunakan Pendekatan Mimetik. Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 3 No. 3 Mei 2010.