Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Babad Sumedang

BABAD SUMMEDANG Makalah Diajukan Sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah Filologi Indonesia yang Dibina oleh Dedi Supriadi, M. Hum. Oleh; Ferni Feronica Jurusan : SPI Semester/ Kls : II / A FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Apabila kita berbicara mengenai naskah pasti akan ada kaitannya dengan kajian Filologi karena memang ilmu yang berkaitan dengan menterjemahkan suatu naskah adalah filologi. Kebanyakan naskah yang kita temukan menggunakan tulisan-tulisan atau aksara-aksara jaman dahulu, seperti aksara latin, aksara arab pegon dan lain-lain. Karena naskah-naskah tersebut dibuat pada zaman dahulu, ketika naskah-naskah tersebut dibuat oleh aksara yang sedang berkembang, contohnya naskah Babad Sumedang ini menggunakan aksara Pegon karena ada kaitannya dengan pengaruh Islam pada saat itu sehingga isi dari Babad tersebut pun berkaitan dengan proses Islamisasi yang dilakukan di Sumedang. Penyuntingan naskah bagi seorang sejarawan mutlak diperlukan karena naskah juga dapat di jadikan sumber sejarah. Dalam beberapa naskah, Babad sumedang ini misalnya, aksara yang di gunakan adalah bahasa arab pegon. Tentunya untuk mengetahui isi naskah tersebut kita harus menyunting dan mnerjemahkannya terlebih dahulu, agar bisa dipahami oleh masyarakat umum. Dan tentunya unntuk itu kita menggunakan filologi. Masalah yang akan dihadapi oleh seorang sejarawan adalah dari terjemahan teks naskah. Kesulitan yang akan dihadapi yang pertama adalah dalam setiap teks pada umumnya terdapat dalam lebih dari satu naskah, tiap naskah terdapat perbedaan diantaranya yang berupa kesalahan, kekurangan, tambahan, gaya bahasa, dan urutan atau susunan peristiwa. Dengan adanya perbedaan itu penelitian akan menghadapi masalah yang menentukan mana diantara naskah itu naskah yang asli, naskah yang mendekati asli, atau naskah yang autoriatif. Masalah kedua, adalah teks ditulis dengan aksara dan bahasa yang sudah tidak lazim lagi digunakan sekarang sehingga teks sukar dibaca dan dipahami artinya. Masalah ketiga, adalah teks belum tersaji dengan baik, tidak ada tanda baca, susunan alinea, dan bagian-bagian cerita sehingga akan meyulitkan pembaca dan pemahaman. Masalah keempat, adalah kedudukan dan fungsi teks belum jelas sehingga sukar menempatkan teks ini dalam keseluruhan sastra daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, kajian filologi sangat penting dalam ilmu sejarah. Khususnya bagi yang meneliti kebudayaan masa dulu melalui naskah-naskah. Karena banyak harta pusaka jaman dulu baik tentang agaman, kerajaan, kebudayaan, dan lain-lain yang ditulis secara tekstual dalam naskah. Perumusan Masalah Bagaimana deskripsi naskah Babad Sumedang dari halaman 1-34? Bagaimana hasil suntingan naskah Babad Sumedang dari halaman 1-34? Bagaimana isi naskah Babad Sumedang dari halaman 1-34? Tujuan Penelitian Untuk mendeskrifsikan bagaimana naskah Babad Sumedang dari halam 1-34. Untuk mendapatkan hasil suntingan naskah Babad Sumedang dari halamn 1-34. Untuk mengetahui isi naskah Babad Sumedang dari halaman 1-34. Pentingnya Penelitian Pentingnya penelitian ini dilakukan semata-mata untuk memperdalam pengetahuan kita tentang sejarah Babad Sumedang dan melatih skill dalam penyuntingan naskah. Metode Penelitian dan Sumber Data Metode Transliterasi Metode yang digunakan dalam penyuntingan naskah ini adalah dengan menggunakan metode Transliterasi yaitu suatu tahapan atau langkah dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah lama dalam sastra Indonesia dan sastra daerah sebagian besar ditulis dengan huruf Arab pegon atau huruf daerah. Naskah yang ditulis dengan huruf Arab dan huruf bahasa daerah ini disertai tanda-tanda baca, seperti titik, koma, tanda kutip, dan tanda hubung, sebagaimana yang kita ketahui secara umum. Namun, tidak tersusun dalam alinea dan bagian-bagian teks sehingga sukar menentukan kesatuan bagian-bagian teks dan menyulitkan pembaca teks. Sumber Data Naskah Babad Sumedang, dalam penelitian naskah ini kebanyakan dengan cara studi pustaka. Kemudian karena naskah yang menjadi objek kajian kami berisikan tentang sejarah. Maka dari itu kami mengunakan sumber-sumber dokumen guna dalam memperkuat data serta fakta sejarah. BAB II KAJIAN TEORI Deskripsi Naskah Aksara yang dipakai adalah aksara pegon yang berbahasa sunda, keadaan naskah masih utuh. Pada umumnya Naskah masih cukup baik dan dapat dibaca, karena kita menggunakan data berupa file, sehingga tidak mengetahui ukuran naskah. jumlah baris pada setiap halaman terdiri atas 12 baris. teks ditulis menggunakan tinta berwarna hitam dengan menggunakan jenis kertas lokal. Perumusan yang akan digunakan dalam penyuntingan teks dari naskah Babad Sumedang ini adalah kita harus menerjemahkan terlebih daluhu dari isi naskah tersebut yang berbahasa sunda dan menggunakan aksara pegon. Ketika kita ingin menyusun naskah tersebut kita juga harus mengambil suatu tema yang akan kita bahas nantinya supaya kita lebih terpokus dalam penyajian penyuntingan naskah tersebut. 2.3. Transliterasi Transliterasi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Misalnya pengalihan huruf dari huruf Arab-Melayu ke huruf latin atau dari huruf Jawa atau huruf Bugis ke huruf Latin, atau sebaliknya Ibid. hal. 19. Transliterasi sangat penting karena bisa menyambungkan kata-kata dengan tersusun. Supaya dapat dimengerti, dan dapat dipahami. Pedoman membaca arab pegon berbahasa sunda dalam mentransiterasi naskah Babad Sumedang sebagi berikut: Abjad Abjad Arab Pegon Latin چ Ca ڳ Ga ڠ Nga ﺃﻮ O پ Nya ﺃي E’ ﺁ E ﺏَ Ba ﺃََ A ﺱَ Sa ﺖَ Ta ﺝَ Ja ﺪَ Da ﺭَ Ra ﻞَ La ﻢَ Ma ﻑَ Fa ﻫَ Ha يَ Ya 2.4.Terjemahan Salah satu cara untuk menerbitkan naskah ialah melalui terjemahan teks. Dan menterjemahkan teks itu dikategorikan sebagai pekerja seni, seperti seni melukis, dan menyair yang masing-masingnya mempunyai dasar dan kaidah yang harus diikuti. Dibawah ini dikemukakan beberapa cara untuk menterjemahkan teks, antara lain sebagai berikut: Terjemah Harfiah Terjemah harfiah ialah menerjemahkan dengan menuruti teks sedapat mungkin, meliputi kata demi kata. Metode ini sangat terikat dengan teks dan urutan kata-katanya dengan tujuan menyampaikan arti teks secara tepat dan dengan tujuan menyampaikan arti teks secara tepat dan jujur. Terjemah agak bebas Terjemah agak bebas adalah seorang penerjemah diberi kebebasan dalam proses penerjemahannya, namun kebebasannya itu masih dalam batas kewajaran. Ia menerjemahkan ide tulisan dengan tidak terikat dengan susunan kata demi kata. Karena itu penerjemah harus menguasai kedua bahasa tersebut, baik bahasa sasaran maupun bahasa penerima. Penerjemah harus mampu mengungapkan pengarangnya; objek dan tidak berusaha memaksa pendapat lain dalam terjemahannya. Cara ini dianggap bisa menyampaikan isi teks sesuai dengan apa yang diharapkan. Terjemah yang sangat bebas Yakni penerjemah bebas melakukan perubahan baik menghilangkan bagian, menambah atau meringkas teks. Cara ini tidak dapat digunakan dalam menangani teks klasik yang memerlukan tingkat kejujuran dan ketelitian yang tinggi. Dari berbagai cara menerjemahkan diatas, semuanya sangat penting untuk dapat bisa menerjemahkan. Oleh karena itu, semua cara yang tadi diatas disebutkan harus digunakan. BAB III URAIAN NASKAH DAN SUNTINGAN TEKS NASKAH BABAD SUMEDANG Deskripsi Naskah Judul Naskah : Babad Sumedang Jumlah Halaman : 204 Halaman Jumlah Halaman yang di sunting : 34 Halaman Tempat penyimpanan Naskah : File Asal Naskah : - Nomor Naskah : - Ukuran Naskah Panjang Naskah : - cm Tinggi Naskah : - cm Umur Naskah : Tidak diketahui Umur Teks : Tidak diketahui Tebal Naskah : - cm Bahan Naskah : - Pengarang Naskah : Sumadijaya Watermaks : - Jumlah Baris perhalaman : Cover : 6 Baris Halaman 1-34 : 12 Baris Aksara dalam Naskah : Arab Pegon Bahasa Naskah : Bahasa Sunda dan bahasa Arab Cara Penulisan : Berlaku ganda yang ditulis pada margin tengah Penomoran Halaman : Asli dari naskah Fungsi Naskah : Untuk mengetahui isi dari cerita Babad Sumedang 19. Intisari Naskah : ? 20. Keadaan Naskah : Kondisi naskah ada dalam keadaan bagus (di file). Aksaranya jelas dan dapat dibaca, walaupun di beberapa bagian aksara terlihat tinta yang luntur terkena air. Dalam beberapa halaman terdapat huruf seperti “B”, penyunting menduga bahwa ini adalah sebuah simbol. Naskah ini berisi sejarah. 20. Ikhtisar isi Carios Babad Sumedang dari halaman1-49 adalah sebagai berikut: Menceritakan tentang suasana wilayah Sumedang pada zaman dahulu, Menceritakan tentang Pangeran Panjunan yang merupakan putra dari sunan Gunung Djati tentang proses Islamisasi yang dilakukan oleh keturunan dari Prabu Silwangi. Ada dua wilayah yang berkaitan yaitu di Sumedang dan Cirebon, ratu yang berada di Sumedang masih menganut agama nenek moyangnya yaitu Budha sekangkan di Cirebon sudah masuk agama Islam dan penganutnya banyak yang sudah memeluk Islam. Namun Prabu siliwangi tidak pernah memaska rakyatnya untuk memeluk Islam. Prabu Siliwangi memberikan kebebesan bagi keluarga keturunanya dari Nyi Subang Larang dan rakyatnya. Walaupun beliau sendiri dalam catatan sejarah tidak ada yang menceritakan bahwa Prabu Siliwangi memeluk agama Islam. Edisi Teks Carios Babad Sumedang Edisi Teks Penyalinan yang dilakukan berulang kali menyebabkan banyak naskah dengan judul yang sama. Kandungannya menunjukan berbagai variasi, sesuai dengan sambutan penyalin, bahkan judulpun ada kalanya diubah. Dalam proses penyuntingan naskah ini, kami memberikan beberapa symbol dalam upaya untuk memberikan penerangan terhadap maksud dan tujuan kami memberikan symbol-simbol tersebut, dianataranya adalah : Bagian Teks yang tidak terbaca dan tidak jelas atau samar : (*) Tanda (____) bagian teks yang menggunakan bahasa sunda dan tidak bisa dialih bahasakan karena sudah menjadi nama daerah atau nama tempat. Alih Aksara  SUNTINGAN NASKAH Babad Sumedang Pengantar Naskah Iyeu wawacan babat Sumedang hak kaula ngaran Sumardijaya sehater majalengka meunang meuli ti ngaran haji Muhammad Zain urang desa pasanggrahan sumedang di beulina tanggal 6 jumadil akhir 1351 7 oktober 1932 poe jumaah Hal_1 ieu carita di karang,,di angkat di bangun dongeng,, carita sumedang,, jaman bahela bihari,, tatapina tatafina saperti,, nutur anu tanpa dauh ngan nurut caritana,, kaula kaula anu asal bibit buitna sumedang tanpa meh turun tumurun manurun caritana,, anu nepi ka kiwari,, caritana,, kaula kaula mangka kuring,, anu jadi mimiti nyari,, kabuki nagri galuh gumanti ku padjajaran ku prabu parbu siliwangi,, nu kabukti mencarkeun nakluk jawa ratu ratu jeung sunan,, nu jadi pa ngagung nagri,, ku baktina nu(*) caritana bupati nu ngaran pang agung nagri,, ratu jeung prabu parbu,, ayeuna nu ka kanjeung pedah prabu parbu siliwangi,, tina (*) prabu parbu lingkahing BB jadi rabu di sumedang bimiti tur ka siliwangi,, ngajarkeun ieu carita,, jadi na ratu gumati, ku putrana anu kian santang,, tur prabu lingga wastu,, ngajajap ka carita,, putrana ngan hiji hiji(*) Putu putu ratu nu agama buda BB kanjeung sumedang harita,, kiduleun Hal_2 gunung kacapi kotamaya disebutna,, sakalereun palasari geuning walungan cai sisina belah ti kidul,, tanehna lempar pisan,, kawas ningal sakuriling,, ngan dua hal ti kota nu ayeuna,, sisi walungan kilungan nepi ka jaman kiwari,, nelah lembur kota maya,, aya anu jadi bukti yen urut nagri,, aya taneuh rada luhur,, ngebat sarupa kota,, jiga pasir ngan pang ayeuna mah ges di ubah jadi laut,, ayeuna ganti carita ratu di nu kanjeung nagri,, di Cirebon nagarana,, kanjeung sunan gunung djati nu ka butuh ritual,, tekad kanjeung nabi rosul,, harita mah jaman ngadamaikeun ngadamkeun ngurus nagri,, di Cirebon sareng di nu nagri sumedang,, eta ratu anu dua,, mimitina geulut,, tatapi misah agama buda jeung agama muslim,, sinuhun gunung djati,(*) Ngasupkeun islam,, tapi tetep nihil,, kacampurkeun lila lila Hal_3 biasana mah pusatna pusarna ratu sumedang,, nyaeta ngan hiji lisan,, di nikahkeun ka putuna,, kanjeung sunan gunung djati,, kanjeung maulana magribi,, atawa anu jadi nelah butuh pangeran pamemekaran (*) nya itu na kudu syarif,, nyaeta (*) panjujunan,, ari pangeran panjunan,, putrana gunung djati,, mangkana ka ke cap,, ratu sumedang kalangkung balik ka galuh,, reh kagungan putu pameget,, utama BB balik leujeung ngadeuhesan karuhun gunung djati,, bareng bareng bari melas melas jeung kuring agung panuhun,, menta pun incu (*) manawi ijin idin gusti,, diluhurkeun di nagri sumedang BB robihna gaduh dei anak,, jadi wawakil hiji,, ku nuhun gusti ka manah,, pi jadina awal ahir,, waktu ning nu wawajib,, nepi ayeuna budak boga namah islam,, agama nurut Hal_4 kudu jadi islam dei,, pihatur sumedang,, kum kuring ges kahareup(*)jisim kuring,, nurutkeun riwayat tepung,, pihatur nu ngagem ka ma buda,, mangku geus tangtu di geunti,, eta mah anu mimiti,, ganti ieu mah kaya widi,, kudu(*) sareng (*) Nu mendak,, dugi kana akhir,, niron budak (*) agama islam BB kajapkeun ieu carita,, parbu nalika waktu jadi,, lambat lamun mu mpeun,, ahiran mangkeun gumanti,, ka putu nu ka kasih,, nu ges ka bunguh di luhur,, ngarah nagara sumedang,, runtuh agama muslim nagri (*) BB tatapina tatafinalila lila,, karobah ratuna muslimin,, pangeusi nagri sumedang,, anu jero di muslimin,, henteu ka caturkeun dei,,(*) (*),, pantes nutur riwayat anu ka ciri tangtu tadi,(*) Hal_5 Medang geus manjing islam,, sanggeus lami jumenengna,, ratu Sumedang muslimin ayeuna geus tinu kecap , raja geus bangsa muslimin, tedakna majapait, jeunengan nana Nihuwun,, ngaratuwan dimataram,, panembahan senapati,, tangga-tangga mangkuna buana,, nu ngereuyeuh sa tanah jawa,, kabeh jaradi muslimin,, ngan kari tanah pasundan,, ratuna ngereuyeuh pirbadi ,, di sahiji-sahiji nagara,, gancangna nu mangun catur,, saanterona maneh pasundan, digulungken jadi hiji,, kabeh sujud kanihuwun di mataram, hanteu kacatur waktuna, paneumbahan senapati, ngareuyeuhan tanah pasundan, margana nya kitu deui, naha kalawan juni, hartina perang ngadu pupuh, saantero tanah jawa, sumujud kaserinar pati, gancang namah geus ka weungku ku Mataram, di tahun 1601 sageus ka weungku ku Mataram, nu pangkat rotu satadi, ka beh digeunti ngarana, kudu dibeungun bupati, jeung saha-saha bupati, kabeh Hal_6 di ajar jujuluk, bupati sumedang jaman harita mimiti, jungklukna pangeran Kusumah dinata, terus turun-tumurun, sakur jadi bupati nya kitu jeuneungan nana, tapi adan nyeusi nagara, lumbahna sok diganti, lamun bupati geus pupus, robah sami jeunengan nana, jeung mangku anu ngaganti, ieu oge pangeran kasumah dinata, dina sanggeus wafatna, dibeungun pangeran santeuri, neunah teupi ka ayeuna, sabab ngawitan muslimin, sadalah jaman kiwari, lamun ragab na geus pupus, salin di sareubutan, lain keur jumeuneung tadi, kareyaan dibengun ngaran makom, sumurun sa sorodi pangeran santri, tuluy gumanti ku pustar, terus jeunengan nana teh, pangeran kusuma dinata, tatapi disareubutan na, kanjeng pangeran geusan ulun, loba pisan caritana, sa geus jumeneung bupati, geusan ulun teh garwa an, nu kaitung wargi keneh, estuna urang sumeudang Hal_7 ngaran tedak pajajaran, nami nyimas geudeng waru putar nu ahli tatapa, anu disarebut wali, sunan pada diseubutna, dina jaman harita teh, mashur geude karomahna, carita ditanah jawa, reyana ulama nu mashur nu sarupa sunan pada, laku nujadi bupati, sanggeus kaba’ah parentah, saban tahun kudu caos, ngadeumeusan ka mataram, geus jadi kawajiban, lalakon sakitu jauh, koso sulah perjalanan nana, tatapina teu dipikir, wantu kawajiban teya, dina saban tahun caos, di iring ku wadia balad, sadaya gagaman perang, lobana teupi karatusan, kumaha geude ngarina, upacara jeung pangiring, anu marawa ampeulan, nu di sebutka parabuan, geusan ulun kacarita, kagungan kapeutengan, pamanggul ki sayang hawu, nukadua kinangganan, anu ka tiluna deui, diseubut ki kondang hapa, ka opat ki yasrong penyah, eta opat ka peteungan, nu cara ayeuna upas, beurang peting nara jauh, sa karek ka Hal_8 di cacandak, ngan sayang huwa pirbadi, ngarana jaya perkasa, ari baturna nu sejen, hanteu ka bawa ngarana tatapi geu tangtu aya, tatapi hanteu kacatur, can aya deui ngarana. Aya anu ka cap deui, kanjeng pangeran giri laya, bau na tina di cirebon, geureunah saderek misan, raihan nu bakal jeung , pangeran geusan ulun, lauma kawantu(*), pada tuduh gunung jati, ari pangeran girilaya, anggeus lami jeneng na tea, malah kabeh ku sunan, datang ka anggeus(*), ku putri anu ka(*), nyai putri harin baya, eta estu (*) putri, putra pangeran ka (*), kanjeng sunan teh saderek, ka pangeran (*), tangtuna anngeus ka manah,(*)anjeng sinuhun, gunung jati wali allah, malah deui rai na putri, ra den mas pancawaro, geus numutkeun cirebon, nga belaan ka rakana, raina nu ka carita, jeng pangeran geusan ulun, geus sugema jumeneng Hal_9 di Sumedang ngaraih negri, ayeuna nu ka carita, ngawitan kagungan raos, jujur ngolahna agama, kawantun tedah ulama, suka kanjeng ngolah elmu, seja geunah kadamelan, reh kasebut aya wali, jadi paguruan tarekat, geusan ulun lajeung nya aya, jangkar ka negri demak, di tengah diperjalanan, dumadak (*), jeung pangeran girilaya, langkung sami suka suka ani, teu ka manah titadi na, baris tegang jeung saderek, girilaya taya mariksa, kang roiyat bade kamana, pihaturna geusan ulun, seja jiyarah ka demak, (*) ka pirbadi, ayeuna pulang ti demak, nya kitu nu dimaksud teh, nepungan paguruan(*), estu utama pisan, anjeun ngahusus keun elmu, ka raos sugema pisan, sambung pamuji kang roi, sakur samugi laksana, sareng (*) teh, sa mulih rai ti demak, mugi sindang ka nu kakang, di cirebon, urang Hal_10 ngumpul sareng kadang kulawarga, anggeus maksud titadi geusan ulun pang walauna, rek dumeuheus ka cirebon, ayeuna aya timbalna, kabehkeun caritana, girilaya geusan ulun, lajeng misah sayang-sayang, girilaya lajeung mulih, geusan ulun terus ka demak, ku(*)enggalna bae, geusan ulun di demak, hanteu panjang carita na(*) cukup, sakur sana geus laksana, geusan ulun tur mulih, teu ka(*)dijalana, anggeus sumping kacirebon, di papag ku giri laya, dina bareung mimiti teupang, dua nana sami munjung, sareung di haturunan linggih Geus sami pada caralik, kalangkung suka manahna, pateupang pada saderek, da menang ngajang(*), lajeng na girilaya, tuluy ngagungsana nyaur, rai ratu hari baya, (*) geus jul sumping, ratu uma haribaya, pilahirna raka tatayah, aya dulur urang datang, bawana titi sumedang, ma nehna kakara tepang, abi teh saderek misan,(*)gunung jati, Hal_11 maneh ulah asah-asah, nya gabung ka rama tah, (*)urang jarang patepang, ratu uma hari baya,(*),, sanggeus pada silih tigal. Bakat kapincut nyagalih, tibarang(*)patingal, kakara ningal nukasep, sareng mancur cahaya na, ratu umah hari baya, bageur pisan ngalilipur, ulah katawis kagiwang. Geus sami rag-rag caralik, adat pang beja karama, tidinya geusan ulun teh, di peunahkeun kulemna, ku pangeran giri laya, di kuleumkeun dina tajug, anu parah kabumina. Pangeran girilaya tadi,(*)ngolah agamana, ngabawa girih cirebon, rageum ngalah na agama, pagangguna girilaya, sok mideung nyauran kumpul, kyai para ulama. Ngahusukeun elmu(*), di waktu jaman harita, luluguna di cirebon, nu ragem ngolah agama,(*) loba urang ngarab, ayeuna kanjeng kacatur, saur pangeran giri laya, kasadaya para ngalim, supaya lakabeh teurang, kaula keur bungah hateh, geus tangtu karujukan, yen kaula teh ayeuna, aya ka semahan Hal_12 dulur, baupa tina di sumedang,(*), tidinya pada marunjung, para ngalim (*) ganti, geusan ulun suka manah, ninggal kumpul para alim, ku pangeran giri laya, ditunjukeu hiji-hiji, Anum-anum anu sukur, jeuneungan nana parangalim, geusan ulun suka manah, lajeungatkeun para ngalim, ti lahirna kasadaya, nuhu jeung adum pamuji. Ramah sami nujuk nuhun, ni tadurna para ngalim, jeung teu pageuh (*), aromongan para ngalim, iyeu bupati sumedang, estu jalma luhung singgih. (*) pa aggung luhung, nya kasep nya hade budi, lain jalma sasama nana, pantes karamana (*), saur pangeran giri laya,(*) akang ka adi. Meunang waro gura-giru, nya kersa mulih kabumi didinya ngerenan (*), mulih akang tinu teubih, tidinya ka giri demak, lalakon weulasan peuting. Pihaturan geusan ulun, sadaya-sadaya ka iring, ker ceuk rotu hari baya, saban poe saban peuting, Hal_13 Tambah nu kagungan,, meh teu bias meungkeut galih,, tempalana hayang gepruk ,, ngaruseup Muaskeun ati,, saukurang kurang di tahan,, kacarita hiji peuting,, gusti uluna enggeus tibra,, kulemna di masjid tadi,, pamajikan nu kacatur,, giri laya jeung nya putri Tadi nu tibra kulemna,, ngan girilaya pribadi ,, ari ratu harunbaya ,, ngilang henteu puguh eling,, gusti teu tahan nahan napsu,, tuluy hudang terus indit,, ninggalkeun raka nu tibra,, kaluar ti jero bumi,, bari angkat rerepehan ,, ngajugjug ,,(*) dugi masjid,,pangkuleman gusti uluna,,pantona nutup di konci,,tuluy bae diketrokan,,sugan aya anu nyaring tina hantem diketrokan,, ki sayang hua ngalilir,,kacaturkeun sayang hua,,tuluy hudang muka konci,, dibuka tuluy kaluar,,digolodok geuwat papanggih,,rejeung ratu harun baya ,,pihaturan mangga gusti,,tidinyana tuluy arasup gusti amut gusti ngalilir,,tuluy gugah-gugah patepang,,henteu parah deui Hal_14 geusan ulun harun baya,,silih rangkul jadi hiji,,sarupa puyuh keur tarung duanana pada nangis ,,bawaning kaliwat suka manahna pamanggih kisarri,,tanyana kanjeng laksana,,beunang mikir bareng patih,,kacaturkeun sayang hua kacida rotina kasaji,,hua ukeun ninggal gustina,,pikirnateh beungeut watir,, kih sayang hua jujurkeun ,,(*)tasning gusti,,tampa guna sedih kalbu,,ayana pihatur abdi,,langkung sae urang(*),, Urang mulih sapeupeuting,,meunang_samulih manah Jamak tandana lalaki,,(*)aya dina nyusul,,(*),, Abdi ngalih ikhlas pisan,, pecah dada muncrat geutih,,ku gusti uluna Kamateh,,lajeng nyatur ka nyi putri,,ku alis tangtu kadangu,,(*) ,,mun(*) (*)jeung manah,,hayu atuh urang indit,, Pihaturan harunbaya,,sumerah raka jeung pati kanjeng lebur bubuka Hal_15 Ajur,,lamun katampi ku gusti,,kabehna ieu carita,,kaluar ti jero masjid,,pada (*),,dina wanci tengah patih,,kacaturkeun sayang hua,,bari Ngagandeng nyi putri,,ari(*)nutiluna,,(*)ngiring,,kabeh ka luar kota,,gusti uluna jeung nyi putri,,ayeuna atuh kacatur,,giri laya jero bumi,,bareng ngalilir ku lamun,,ngarasupa(*)nyi putri,,teu sae hidangeunana,, Giri laya(*),,lajeng giri laya nyaur,,saurna kamana (*),,naha Maneh waka hudang,,kapan iyeu masih peuting,,lila(*),,bohong nyaur (*)bumi,,gusti daratang nu dikasur,,dawuhana nyi putri,,kabeh anu di pariksa,,roh pada kakara nyaring,,ku giri laya ka manah,,(*)tangtu(*),, tidinyana pada raribut ,, (*)da jalma pada nyaring,,(*) (*),,karabeh leungiteun putri,,patih(*),,nazan Masih wawakil patih,,gancangna tepika suka,,(*) Hal_16 cicing ,,__________pisan,,tacan aya anu mikir,,nyanya putri dibawa mungah kabeh deudeupeun teu harti,,beuki tambah ting salembureun ,, katambah balad prajurit,,pada sadia gagaman,,baba gusti pada kapikir,, moal salah teu karuan,,nyi putri tangtu dipaling,,kunu anu asup ka tajug,,gusti tuluy___kapikir,,__________,, mung gagal eta numaling,,ku saemah urang sumedang,,tangtu moal hade,,pangkir,,saur pangeran giri laya,, kasadaya balada 2 prajurit,,kumaraneh kudu susul,,saemahna urang sumedang,,mun kasusul,,eta meh sigusti uluna,,__ kuring tarima,,kangaran pangalih bupati,,gancang nu diparentah,, kapeutingan jeng sakur balada prajurit,,tina salembureun ngulon ngidul,, robah aya dua jalan,,saharita kakulon jeung ka kidul,,ticirebon Hal_17 Ka Sumedang,, turjalan kaber rumpil,, kacaturkeun anu mingkah ,, ngesan lung jeung Nyi putrid ,, jongjon lakuna nggeus jauh ,, nggeus ninggang wates Sumedang ,, kacaturkeun awalana Ki Sayang Hau ,, nayahna* ningal ka tukang,, rasana nggeus daek katipu BB [a]nu nyarusul pirang 2 ,, Ki Sayang Hau teu aya pisan kagimir ,, mihatur kageusan ulun ,, gusti sumangga tingal ,, tujalma Pirang pirang tangtu nyusul ,, tapi entong besar manah ,, lamun masih hirup abdi ,, ahnggu* Kedah maju ngalah ,, palay oge kalayang rayi nyi putri ,, abdi mah [ba]de digantung ,, bade Ngadango jawa ,, nunyarusul najan puluh najan rebu ,, te[u] ngimri(*) bulu salembar ,, nggeus Tega nya bupati BB Ki saying Hua aunatan(*) ,, [a]nu nyarusul ngeus tepung Kacaturkeun anu nyusul ,, nggeus jauh pada daratang ,, [a]nu nyarusul nggeus tepung jeung Sayang Hua ,, hanteu panjeung(*) silih Tanya ,, ngeus perkuh batan terung juluh(*) ,, sarupa binatang bayangan(*) ,, Sayang Hua jeung tili batur [a]nu tadi ,, nglakah ngamukna ka musuh ,, angkuh pisan dijaya ,, ting jalau perkah(*) musuhna anu rarubuh ,, Hal_18 sing gelangkah patulayah ,, Sayang Hua mandi geutih BB kakepretan ku munupuh(*) na ,, tina geulut ngadu pedang ngadu keris ,, Sayang Hua kocap wedakuh(*) ,, hanteu terka ku pakarang ,, [a]nu nyarusul sakirana [a]nu rarubuh ,, pada mabur lalumpatan ,, taya [a]nu karisahiji ,, Ki Sayang Hua aupatan ,, jeung baturna didinanya naggapan cicing ,, resah musuhna nggesti malabur ,, ayena nu kacarita ,, [a]nu keur akat Nyi Putri jeung nggeusan ulun ,, te[u] kacatur di jalan ,, ka Sumedang enggeusna sumping ,, nya eta ka Kutamaya ,, pada hebat sakabehna abdi 2 ,, pada maruru parubung(*) ,, sarehan lami, angkatna ,, kaget heran jeung batur pada cacatur ,, ngiring atawa gusti, urang(*),, mulihna ngabuyung pasir ,, padahayang narongtonan ,, raih kakara ka Sumedang aya putri ,, kacaturkeun nggeusna ulun ,, banget(*) Sumedang manahna ,, raih satadi harina bayami, nujuh ,, enggeusna ngandung dua bulan ,, ngan hante[u] Sumedang ngalih ,, kitu hatur herin baya ,,________ taya ulah rokana Hal_19 Sumedang galih ,, tatapi nggeusna ulun ,, baget(*) Sumedang manahna ,, raih nggeus angkatnanyacah(*) nu sakitu jauh ,, ti Cirebon ka Sumedang ,, tur angkatna beurang peuting BB ratu emah muarin baya sima sumpingna maka langkung panger[an] Galih ,, hebat ningal gunung2 ,, leweng mah sumawon ,, nggeusna kalangkung nya[e]tu leweng luang liung ,,_______[tapi teu raos sangsara ,,________tina [saba lama beli ku suka ati ,, ________[kajeun nggeusna ulun nyaur ,, ti Cirebon ka Sumedang ,, nanjak _______ mudun kumurumpil BB tina te[u] raosna sangsara ,, tina sabab kabeli ku Suaka Galih ,, bajeng geusan ulun nyaur ,, reuje[u]ng pasemawan marahmay ,, eling(*) ulah_______ ma nah rengu(*) ,, raih timbang tanah Sumedang ,, jeung Cirebon lain deui BB kendahan kamulyaan ,, ayeuna mah parantos jadi kaganti ,, nya kuleweung luang liung jalma ngan karunya ,, nggeusna papastina qudrot cing Allah [a]nu agung ,, warna seisi alam dunya ,, [a]nu aya di kolong langit ,, ratu emah ma’rinah baya ,, awalnan jeung pasemon pangeran Galih ,, saurang kuring Saumur ,, hanet acan ngadupah Hal_20 rasa ,, [a]nu sakiyeu bungahna sagunung gunung paribasa lamun lega ,, lega kena hati kuring ,, ku enggeusna ulun ka manah ,, pang lelujar(*) salahir 2 na pusri ,, leler mesum nggeusna ulum ,, puguh ge kalawatan ,, paribasa gula ditinyuh ku madu ,, nya enya banding kupanas ,, nu kasep rejeung nu geulis BB sigage(*) nu di Kutamaya ,, gusti abdi keur pada barungah galih ,, Ki Sayang Hau kacatur ,, sabaturan nu tiluan ,, tanyap ingkah entos tarung jeung musuh ,, didinya didaragoan ,, bisina baralik deui BB caturna Ki Kondang haga ,, anggur hayu urang nyarusul ka gusti ,, didinya teh tanbuha(*) laku ,, enggeus sakitu lilana ,, tampa guna urang nyandak nyawa musuh tu geunah_____ bawa edan ,, harirup jejenih ati ,, sanggeus rempung jeung babaturan ,, tuluy _______tidinya pada arindit ,, gustina anu diburu ,, ngajug ka Kutamaya ,, Sadatangna ku baturna di baruru ,, aromongna bahagia ,, catur awewe Lalaki BB [a]nu aya di Kutamaya ,, te[u] nyahoeun yen nggeus tarung jurit ,, Hal_21 Tadina kiang hawu, ngadeuheus ka gustina, ngadadarkeun yen eunteu tarung jeung musuh, nu paling gempar bangkena, nu hirup malabur miris BB tur henteu nyekel mulang, ngadagoan bilih balik deui, pilahirna geusna nyuhunkeun ka gusti allah, di kadarkeun urang mulang jeung rahayat, jeung kulawarga tarima, tin aka islaman ki BB jeung batur nu tiluan,dumeh pada masrahkeun pati pedah nu kuring anu melasenana nu ka opatna nu ges pada tarung pupus, di paparin ka unggulan, lepas tina baya pati BBBB_______________ BBBB tunda hela nu ker bungah galihgeusna ulah hariwang, kos ker waleh papaten, burung burung pating di rurubung kuduna, ari pangampih, pada mungpung kanu keun ayeuna anu ka jaul, giliran sahandapeun, nu barisa baladna para prajurit, anu nyarusul garowana BB pari _________lalampahan tadi Hal_22 Nyuslraiharibaya,,dugikawates Cirebon,, meh bae Eta kasusul,,estusidikraidipaling,, keurbupatisumedang,, Dicandakkagunung,,purwahanteterasnakebatah,, raihdijagilamingantosan Tarungjurit,,rejeungkapetengna nana,, gancangnataihnyaurkyaipatih,, Sadatangnasaurgirilaya,,bapapatihayeunateh,, urangmuntang Rekgugup,,eunyaugaysidikdipaling,, nyiratuharisuhabaya,, Ku sigeusnaulun,,tangtuengkenasumedang,, tapiurang kudu nyaho Sang sidik,,saha nada dimancicingna,, BB lajeungbaengolon Kyaipatih, maksudabdi bade ngajurunganwela,, nujudagang Pepetek,,enya eta bade nyamur,, didituulahkatawisan,, bade milih heulaabdina,, anubarisna di buruang,, kugii kaya kamanah,, pihaturna reskugapisanbagapasih,, gancangbae di pilampah,, BB sanggeuskitu Hal_23 Tuluy bae patih,,nyaur jalma anu meunang dipercaya,,gancangna geus meunang bae,, Dua jalma nu geus laju,, ka sumedang lakuna deuih,,eta sarupa nu dagang,, Dagang lauk laut,,papateuk eta jeung peda,,teu kacatur di jalanna anggeus tepi,, datangna teh ka sumedang,,dina pasar dagangna teh wara wiri,, henteu ka _________ eta jalma,anu nyamar,, ayeuna gancangna bae,,nyi haribaya ka catur,,sasum pingna di cirebon,, teu acan angkat angkatan,, karaka mihatur,, hayang tingali di pasar,, lajeung pirang pirang anu ngiring,, parantos anu ngiring ka pasar geus tangtu pasarna teh lain, tuluy ngider ningali dagangna,, bae anu dagang papatak reujeung rupa lauk laut,, haribaya manehna eling,, di cirebon hargana, ayeuna lauk-lauk, tului mirasa hargana,hiji peda pihatur na geunep deui,__________mahalna.hari baya ___________jeung ngalahir,, bageut teuing dimahalkeun nana, kami nyaho di cirebon,hargana lauk-lauk Hal_24 lamun peda hiji saduit,,lajeng anjeun angkat,,ayeuna kacatur,,anu nyamar,, dagang peda,,nyaranjung ka nyiputri angkat sidik,,eta anu diteangan,, tuluy_gura giru indit,,henteu kacatur lakuna dijalan,,jol geus datang ka cirebon,,heug tulung__,,kabumina kiayi fatih duanana sami unjukeun,,salakuna untung,,_beunerna pisan,, tacan lila dipasar ge jol sumping,,kapasar nyiharunbaya,,puguh oge salakuna tadi,,rea jalma anu unggah pada teurang,,ka ratu harun baya teh,,geus mertela mihatur,,eta dua utusan tadi,,dibawa ngadeu heusan,,kajero karaton ,,diunjukeun_pisan,,sanggeus tamat ku giri laya kagalih,,____sakeudapeun,,sanggeus kitu merebeja ka patih geura parentaheun,,kapeutingan prajurit kabeh,,tuluy ngarurug,,ngarurugan ka sumedang,,sabab na eta geus sidiq,,harunbaya.. Hal_25 Meh ayana,,ayeuna pek tempuh,masing sadia_____,,sumedang teh henteu wantu ning nagara leutik, sajarang jarangna ageung badag 66 tapi urang lamun ___________ gusti uluna disuratan heula, __________ reup paeh, naha karepna taluk jeung atawa nyanggakeun deui nu putri, lamun nitah ngalawan, gusti tangtu di tempuh ulah sambat ka nu Ni aya aya moal burung_________ maneh teh __________, eukeur haka neun buaya buhaya ti dinya teh anu mawa surat tadi, campur bae jeung balad nu loba,___________ bareng datang na teh, balad meh kudu nunggu, sabalikna utusan tadi, anu mawa surat tea,mun saenggeusna uluna,teu taluk________ ___________ tuluy tempuh sing datang , ________saestuning sumedang Nga _____ulah jauh teuing, tina sisi sisina dayeuh sumedang, supaya Teu meunang tempat tempau , pikeun nyumput _______giri laya tamat ngalahir, tuluy Patih maraneh, ________ ngarurug enggalna jung pada mangkat henteu Hal_26 kacatur dijalan enggeus tepi,,kapangrendegan tea,,saharita jalan leutik_,,gedai na ngan ukur satapak,,ngan anu rada rata teh,,tu _sisi cimanuk,,geus didinya balada prajurit,,_cai ka girang,, Sisina cimanuk,,milihan nu rada_,,_ _ _ gusti Tarepi,,tidinyana manggih_,,tuluy_gusti sisi cai,, nya eta ci palid ka girang,,nya tidinya baranyah teh,,eundeuk ku gunung batu,,nu rereas luhur ngadingding,,sakabeh pada narempo ,,ngeureunan _,,pada_pamondokan,,sakadarna pernah disisi cai,, Pada ngarasukeun badan,,marende awakna kakara sapeuting,,_sakabeh Muriang,,loba nu ngadadak paeh,,tuluy bae raribut,,teu Kuat pada arindit,,nyingkahan eta didinyana _ _ _,, tangtuna ieu _,,teh tidinya anu tepi ka kiwari,,nu disebut ngaran geudang. Hal_27 Ka ucap anu mawa surat tadi,,henteu ngarandeg terus bae ka sumedang,,tuluy Disanggakeun bae,,surat ka geusan ulun,,geus diasah unggeling tulisna,,teu Didadarkeun uninga unina,,tapi enggeus tangtu pupuh atawana pasrah caritakeun kanu Mawa surat kami,,geusan ulun dawuhan nana,,ayeuna mah maneh geura balik,, Heug bejakeun ka si giri laya,,beurang peuting ge di dago,,lamun niat ngalurug,, Lamun enya anak lalaki,,muntang ngadukeun balad,,ku kami ditunggu-tunggu,, Utusan teh geus bral mulang,,kacaturkeun ki sayang hua caringcing,, Sareheun geus meunang beja,,ti cirebon geus datang prajurit,,nu rek Nempuh nagara sumedang,,tapi ayeuna ngadago,,tidinyana tidinanya geus pada kumpul,, Kadatangan kapeuteunganpara prajurit,,ki sayang hua kakeucap,,____,, Neang nu ngumpul tea,,anjeun nateh ngajadikeun aki-aki,,anu geus Ripuh kacida,,kacaturkeun geus gok bae papanggih,,balad cirebon Hal_28 Anu eukeur ngumpul tea,,pek nanya sayang hua teh,,naha mane Ngarumpul,,lebah dinya tempat nu sepi pek naha henteu __,, Nu deukeut ka lembur,,diwalerna ku sadaya wadya balad,,lamun aki henteu nyaho,, Ieu kami,,sabatur wadiya balad,, ti cirebon nu rek nempo jurit,, Rek ngakesek pangeran sumedang,,sina burak barik kabeh,,komo si Geusan ulun,,dek di wejek sarta di jejeweng,,kadengeun ____,, Ku ki sayang huwa,,tuluy indit lalaunan,, sayang huwa lempang na teh,, Api api ripuh rarampeolan Rerempayakan kundang iteuk ku awi sapasih sa Geus jauh tinu ngumpul tea,,tuluy gagancangan bae,,mareuk Ka geusan ulun,,terus nunjukna laku nu tadi,, yen ratusan balad,, Ti cirebon ngumpul,,gugundukan ____ jalan ,, jeung manehna nyamar Jadi aki aki,, tur barina tatanya CB aromongan wadaya tadi,, Hal-29 Kaunjukeun teu aya anu kaliwat,,geusan ulun __,,pamikirna Sayang hua,,gustinateh sumelang galih,,ki sayang hua unjukeun,,agung Nya panuhun,,meunteung dek saleumpang maneh,,rehing bade urang Meh di lurug jurit,,kubaladna giri laya,,najan tambah baladna prajurit,, moal gimir nya bulu salambar,,diketrokan sacirebon,,bareto anu nyarusul,,geuning kabeh malabur milesat,,abdi mugi neda jiad,,nu meja ditempuh,,nu bade ngalurug tea,,ulah kantos kadinya aya nu tepi,,sina mabur dibuburak,,pilahirna geusan uluna aki,, ulah henteu alang ku mupalang,,nya percaya ka aki teh,,ngan kudu mawa batur,, urang laku kudu titinah,,nyeurangan _ _,,catur sayang hawu,, sinareng gaduh nanenjobade melak hanjuang jadi pertawisna,,abi teh nya gumelar BBBBBBBBBB waroma BBBBBBBB upamina eta teh tangkal. Hal_30 hanjuang,, katingalinakugusti,, alum da'una ,, atawanapaehpisan ,, etatehjadiparatawis,, kasauranperang,, musuh nu unggaljurit tapi (napi) lamunhanjuangtehbalageuran,, muntangtumurangkalih,, ulah ulahkuringjiyad,, abditehmasihgumelar,, sayanghawunyembahindit,, nyiarhanjuang,,hanteulilaanggeusmanggih B6 sayanghawumelakkeuntangkalhanjuang sinareng di atiati,, di alunalunpisan,, hanteuaya nu ningal,, wantuning lakunadeih,, geuskitubarimapatah ... jurit CB dibarengan kuanutilunateya,, padamakandangdanjurit,, nya eta... ,, sarauhkikandangtafa,, tarung ... kitudeui,, geusbeural mariang,,datangkauruttadi CB kacaturkeungesperahbae tarungperang,,hanteusilihtanyadeui,,jalmaanuopatan,,di...ku ratusan,,tapihanteupisangingsir,, najanopatan,,padangawaratekaji CB Hal_31 waduk banyu kabeudasan halimunan,, amun di kadak lircai,, lipu sapada harita,, sakitu jajateuna, balad cirebon mariris,,nungtunan lumpat,, alubur burak barik .burak na teh ngidul ngulon ngaler ngaitan,, hantem bae dibeberik,,ki sayang Hua hawu papisah,, jeng nu tilu na,,baturan,, nu tilu nya kitu deui,, nuturkeun ngudag,, musuh na di beberik CB dua tilu paway eta perang na,, teu acan pada baralik,, keur can ki nangganan,, mulang nunjukeun ka gusti,, lakuna perang,, musuh na mabur mirisCB mariksakeun aki sayang hawu mana,, walon duka teuing gusti,, serah pipisahan,, waktu keur ngalamun perang,, tilu dinten tilu wengi,, teu pisan tepang,, jaujauh pada tarung jurit,, pilahirna geusan ulun ka nangganan,, sugan katempuh jurit,, walon ki nangganan,, duka gusti dimana,, ngan batur nu dua deui,, suka reujeung _____ patepang,, keur dina waktu ga jurit CB geusan ulun ngadangu saur nanggana,, bageut manehna sedih,, aki sayang hawu ___,,pan Hal_32 Eta anulanjulih,,ayeunatidasna,, naharekkumahadei,, gesnaulunnyaurputri Harusunabaya,,ngalanironkanyiputri,, elehurangtiwas,, aki saying huatilar,, Te[u] nimuikhtiardeui,,ngan eta andelan,, atuhnyilakanyadiri,, tayalin Hayuurangngancangnyingkah,,marubuskaanusuni,, walaunaharisbaya Namiabdigiringanpisan,,gesanulunnyaurpatih,, dauhan nana,, harayu Yana patih BB arajakanjalmakabehsasanggar,,hayuurangpadaindit,, ninggal Keunnagara,,barawasarajabanda,,, wargimuburuhkanusuni,, urangikhtiyar,, Sugannulakbala BB rehatkisayanghuakatiwasan,,marohkatitisan kujurit,, engkenateuayaandelan,, kajabangan eta,, walaunakyayipatih,, sadaya 2,, girinakertagusti BB kacaturkeuntijerodeuihbarudal,, nanajakalkaleweung nu suni,, disojanharita,, hanteuacandingaranan,, carasa pertikiwari,, nelahngaran,, deuihluhursatadi BB gesanulunlali kana per Hal_33 janjina,, sayang hawu satadi,, geus nyimpen teu garo,,nyaeta tangkal hanjuwang,, upama masih walagri,, muntang sumelang,, pertawis unggal jurit,,CB geus bral mangkat _____ na sumedang,, saraja yanda dirigdig,, tidinya perenahna,, ka kidul nyangkal wetan,, najanjak kanasir ____,,tarung kayatan,, meuntas walungan jai CB ari anu di maksud di jagi jadi ______,, sukuna gunung ______,, anu pang wetanna,, luhur gunung mad mad jerona,,di seku ku nu kiwari,, taya robahna,, ngadah ku mata mendi,CB ari eta nu di seku ka buyutan,, sigana batu ______,, nangtu cara tihang,, kawasa ti jaman buda,, tapi ka jaman kiwari taya robahna,, ngadah di _______ pasir CB gancangna teh teu ka catur di jalan, geusan ulun anggeus sumping sumelang manehna,,rai ratu haribaya,, ngandungna geus dua sasih,, waktu harita tur beurang jalan na rumpil CB tapi ratu hari baya barag pisan,, ka kucakeun ngabdi-ngabdi,, pangesi nagara,, sakabeh anggeus daratang,, jeng ngaridsa Hal_34 Anakrobi,,padabebetah,, keurbarisangganacicing BB hanteulilanggeusnajadi Rupanagara,,sanajantaringagurumpul,, tinakaperluan,, anggeusnadiatur di Tata,,bumumetakabdi 2,, komolebetna, pantesbumibokot BB Kacaturkeunmalikandeuicarita,,aki saying huatadi, keur waktu ungkul perangna, Unggul kagagahan nana, musuhna kalaburmiris, hanteu diudag, hanteu Welahngabeberik BB aki saying huangarandegudagna, tinakacidateuing, jauh Tina urutnaperang, tuluyhahaokantarik, dagoan Jawa, pet turustungjungjejerih BBBBB sum BBBBBB eta jadi Sasukula, urut saying huatadi, hahatokankamusuhna, diudag mala Buromirin, nyaetapikakiwari, ayalembur di sarebuh, ngaranlemburdagojawa, Pacakurannitiak, di sumedangmashurkituriwayatna BB ngebaskeuniyeuca Rita, aki saying huatadi, ngarandageureundidinya, kumanehna the kapikir, BAB IV ANALISIS DAN AMANAT DALAM NASKAH BABAD SUMEDANG Tema Sejarah Naskah Babad Sumedang Naskah Carios Babad Sumedang ini ternyata tidak hanya ada satu naskah tetapi ada naskah-naskah lain yang menulis tentang Babad Sumedang. Namun yang kami temukan hanya ada satu naskah saja, kami tidak mendapatkan naskah lain yang menceritakan tentang Babad Sumedang ini. Sehingga kami tidak dapat membandingkan naskah tersebut dengan naskah yang lainnya yang mencacat sejarah Sumedang dalam Carios Babad Sumedang tersebut. Namun menurut analisa kami dalam isi Carios Babad Cirebon ada keterkaitannya, antara kerajaan Sumedang dan Cirebon. Dari segi lokasinya dekat pasti ada kontak komunikasi hubungan dalam soal sosial dan budaya. Kemudian Cirebon, Sunan Gunung Djati yang merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi dan Sumedang pun sama Keturunan dari Prabu Siliwangi. Pemaparan yang terkandung dalam naskah Carios Babad Sumedang menceritakan tentang keturunan atau generasi penerus dari Keturunan Kerajaan Sumedang Tandang yang ada kaitannya dengan Prabu Siliwangi yang pernah menduduki Pakuan sebagai ibu kota Negara dari kerajaan Sunda. Ada kaitannya kerajaan yang berada di daerah Sumedang dengan Pakuan karena masih keturunan dari kerajaan sunda dan berasal dari Prabu Siliwangi. Jadi dapat disimpulkan proses Islamisasi di Sumedang adalah awalnya dari para generasi penerus dari kerajaan Sumedang yang belajar tentang Islam, ada kaitannya dengan kerajaan Cirebon karena Pangeran Gesan Ulun merupakan keturuan dari prabu Siliwangi. Kerajaan di Cirebon pun ikut terlibat karena selain ada konfilk diantara keduanya tentang perebutan ratu pada waktu itu antara Gesan Ulun dan pangeran Cirebon tidak menjadi penghalang karena memang ada keterikatan persaudaraan antara kedua kerajaan tersebut. Sunan Gunung Djati merupakan Cucu dari Prabu Siliwangi yang menjadi penyebar agama Islam ditatar Sunda dan pulau Jawa. Beliau juga merupakan salah satu Wali sanga yang sangat berperan penting dalam proses Islamisasi di tatar Sunda. Amanat Sejarah Kita dapat mengambil suatu pelajaran dari naskah Carios Babad Sumedang ini, bahwa dalam penyebaran agama Islam proses islami yang dilakukan oleh para petinggi kerajaan atau keturunan Prabu Siliwangi sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang lain dan catatan sejarah sangatlah penting bagi rujukan yang akan datang. Proses islamisasi tidak harus menggunakan kekerasan, dan pemaksaan. Islam adalah agama rahmatan lilalamin rahmat bagi setiap penganutnya. Islam mengajarkan kita untuk saling menghargai seperti apa yang telah di contohkan oleh rasulullah SAW. Terhadap orang kafir ketika mereka menawarkan kemewahan kepada nabi namun harus di tukar dengan kepercayaan tauhid nabi terhadap Allah harus diganti dengan menyembah berhala nabi menolak kemudian tururnlah ayat Al Qur’an Surat Al Kafirun dalam ayat terakhirnya menyebutkan “lakum dinuukuum waliyadin” yang artinya bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Dapat dijelaskan kami mengutif ayat Al Qur’an tersebut, bahwa supaya kita jangan seperti orang kafir yang memaksakan agamanya terhadap orang lain dengan jalan apapun termasuk menggodanya dan menawarkanya pada kemewahan. Rasulullah walaupun seorang pemimpin tidak mengajarkan hal seperti itu terhadap rakyatnya, demikian pula dengan Prabu Siliwangi yang meneladani sikap rasulullah dalam proses Islamisasi yang di lakukannya. Karena kita merupakan Mahasiswa Jurusan Sejarah maka kita mengambil contoh dari sejarah terdahulu yang kita kaitkan dengan peristiwa sejarah yang lainya yang sedang kita bahas. Karena merupakan ibrah dan ada suatu pendapat bahwa sejarah pasti berulang, hanya beda pemeran dan waktunya saja namun yang yang terjadinya pernah terjadi juga dimasa lalu. BAB V PENUTUP Kesimpulan Setelah diteliti ternyata Carios naskah Babad Sumedang yang ditemukan tidak hanya satu naskah saja tetapi ada beberapa naskah yang lain yang menuliskan tentang Babad Sumedang juga. Karena banyaknya naskah dan yang kami temukan hanya satu naskah saja. Dari dalam naskah tersebut menceritakan tentang situasi Sumedang pada zaman dahulu dan situasi Sumedang pada saat Kerajaan Sunda sudah memeluk Islam yang ada kaitannya dengan kesultanan Cirebon yang di pimpin oleh Sunan Gunung Djati, yang merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi dan Kerajaaan Sumedangpun ada keterkaitan dengan kedua tokoh dalam sejarah tersebut, awalnya dari seorang istri Raja Sumedang yang memperoleh seorang putra yang bermana Pangeran Panjunan yang kemudian menyebarkan proses islamisasi di daerah Sumedang. Adanya konfik perebutan ratu di antara pangeran Cirebon dan Pangran Gesan Ulun hampir saja menghancurkan persahabatan dan tali kekerabatan diantara keduanya.