Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
JPKN Volume 6, Nomor 2, Desember 2022 Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER GUNA CALON GENERASI EMAS BANGSA Rifqi Taufiqul Hakim1, Dinie Anggraeni Dewi2 1, 2, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Cibiru Jl. Pendidikan No. 15, Cibiru Wetan Bandung, Jawa Barat. Email: rifqi250701@upi.edu Abstrak Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlaq mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlaq mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Dalam mewujudkan pendidikan karakter, tidak dapat dilakukan tanpa penanaman nilai-nilai, karena karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila, dikelompokkan dengan dua cara yaitu prinsip empat olah (olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa) dan nilai-nilai kewajiban terhadap Tuhan yang maha pencipta, terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan juga alam lingkungan. Kata Kunci: karakter, pendidikan karakter, moral Abstract Character education aims to improve the quality of implementation and educational outcomes in schools that lead to the achievement of the character building and noble morals of students as a whole, integrated and balanced according to the competency standards of graduates. Through character education, students are expected to be able to independently improve and use their knowledge, study and internalize and personalize the values of character and noble morals so that they are manifested in daily behavior. In realizing character education, it cannot be done without the cultivation of values, because character comes from values about something. The individual character which is imbued with the principles of Pancasila, is grouped in two ways, namely the principle of four sports (heart exercise, thought, exercise, feeling and intention) and the values of obligation to God who is the creator, towards oneself, family, society, the nation and also the natural environment. Keywords: character, character buikding, moral PENDAHULUAN Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave (menggambar) seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan sutu pandangan bahwa karakter adalah ‘pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang. Pendidikan adalah kegiatan sosial budaya masyarakat dan bangsa yang sangat penting dan vital dalam membangun dan mengembangkan kualitas warga negara dan bangsa untuk kehidupan masa kini dan yang akan datang. Karakter bangsa dibangun dari nilai etika inti (core ethical values) yang bersumber dari nilai-nilai agama, falsafah Negara dan budaya. Nilai yang bersumber dari budaya bangsa amat banyak dan beragam serta mengandung nilai luhur bangsa yang dapat menjadikan bangsa ini memiliki modal sosial yang tangguh untuk membangun peradaban unggul. Namun realitas kini 258 259 menunjukan bahwa nilainilai luhur budaya bangsa, mengalami banyak tantangan, disebabkan derasnya nilai-nilai luar yang masuk dan mengintervensi nilai asli budaya bangsa. Pendidikan karakter merupakan istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Istilah pendidikan karakter masih jarang didefinisikan oleh banyak kalangan. Kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter bahkan salah-salah dapat menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter. Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi adalah sebuah usaha untuk mendidik anak untuk mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan pada manusia untuk hidup bersama dalamkedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikkan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral. Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar: Kedamaian, Menghargai, Kerja sama, Kebebasan, Kebahagiaan, Kejujuran, Kerendahan hati, Kasing sayang, Tanggung jawab, Kesederhanaan, Toleransi, dan Persatuan. Pembangunan karakter bangsa memiliki urgensi yang sangat luas dan bersifat multidimensional. Sangat luas karena terkait dengan pengembangan multiaspek potensi-potensi keunggulan bangsa, dan bersifat multidimensional karena mencakup dimensi-dimensi kebangsaan yang hingga saat ini sedang dalam proses “menjadi”. Urgensi pembangunan karakter dengan sifatnya yang demikian, mensaratkan karakter sebagai: (1) perekat fondasi bangunan kehidupan berbangsa dan bernegara; (2) “kemudi” dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama; dan (3) kekuatan esensial dalam membangun karakter bangsa yang bermartabat METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian qualitative research methodology atau metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena yang terjadi dalam lingkup sosial dengan mengutamakan proses interaksi antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Moleong, 2005). Metode kualitatif JPKN Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Urgensi Pendidikan Karakter Guna Calon Generasi Emas Bangsa Rifqi Taufiqul Hakim, Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol 6 No 1, Desember 2022, Hal. 258-266 260 bersifat deskriptif atau menjelaskan data-data yang diperoleh secara deskriptif. Pada penelitian ini akan berfokus pada kondisi pendidikan karakter dewasa ini. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pendidikan Pengertian pendidikan dilihat pada Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidian nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, cakap, mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Pendidikan yang dilaksanakan pada prinsipnya semua sama, yaitu memberi bimbingan agar dapat hidup mandiri sehingga dapat meneruskan dan melestarikan tradisi yang hidup di masyarakat.Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya Arah dan tujuan pendidikan nasional kita, seperti diamanatkan oleh UUD 1945, adalah peningkatan iman dan takwa serta pembinaan akhlak mulia para peserta didik yang dalam hal ini adalah seluruh warga negara yang mengikuti proses pendidikan di Indonesia. Karena itu, pendidikan yang membangun nilai-nilai moral atau karakter dikalangan peserta didik harus selalu mendapatkan perhatian. Pendidikan karakter dari kanak-kanak (TK) merupakan wadah yang sangat penting untuk mempersiapkan sejak dini para generasi penerus yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa kita di masa datang. 2. Karakter dan Pendidikan Karakter Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Karakter juga merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku Pendidikan dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu dalam dimensi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Dalam dimensi jangka pendek pendidikan dimaknai sebagai JPKN Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Urgensi Pendidikan Karakter Guna Calon Generasi Emas Bangsa Rifqi Taufiqul Hakim, Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol 6 No 1, Desember 2022, Hal. 258-266 261 proses pembelajaran, dalam jangka menengah sebagai proses persiapan untuk bekerja dan dalam jangka panjang sebagai proses pembudayaan. Ketiga hal tersebut berlangsung secara berkelanjutan dan mewujud berupa apa yang disebut pendidikan sepanjang hayat (long life education). Sepanjang kontinuum tersebut amat diperlukan berbagai upaya pembentukan karakter. Pendidikan karakter merupakan istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Istilah pendidikan karakter masih jarang didefinisikan oleh banyak kalangan. Kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter bahkan salah-salah dapat menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut, Ryan dan Bohlin, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Pen didikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. 3. Konsep Pendidikan Karakter Secara hakikat pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan benar atau salah, akan tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan tentang halhal yang baik dalam kehidupan sehingga anak memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk menetapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Wynne (Mulyasa (2011:3) mengemukakan bahwa karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti to mark ‘menandai’ dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen-komponen kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Makna pendidikan karakter dapat dijelaskan menurut Suyanto (2009), menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Menurut Samsuri (2015) menyatakan bahwa termologi “karakter” sedikitnya memuat dua hal yaitu value (nilai-nilai) dan kepribadian. Suatu karakter merupakan cerminan dari nilai apa yang melekat dalam sebuah entitas. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan JPKN Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Urgensi Pendidikan Karakter Guna Calon Generasi Emas Bangsa Rifqi Taufiqul Hakim, Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol 6 No 1, Desember 2022, Hal. 258-266 262 dari kepribadian secara utuh dari seseorang yaitu mentalitas, sikap, dan perilaku. Menurut Safan Amri,dkk (2011:4) mendefinisikan pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilainilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. 4. Urgensi Pendidikan Karakter Seiring dengan arus globalisasi yang telah masuk dalam seluruh relung kehidupan, banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pembangunan karakter dirasa segera untuk dikaji di implementasikan di pendidikan formal (sekolah). Kata urgen dimaknai sebagai sebuah kemendesakkan. Mendesak artinya segera untuk diatasi, segera dilaksanakan, dan jika tidak akan ada potensi yang membahayakan. Sesuatu dikatakan mendesak karena ada tanda-tanda yang mengharuskan suatu tindakan dilaksanakan, dapat pula waktunya sangat mepet sehingga harus segera mungkin. Perlunya pendidikan karakter mendesak untuk dilaksanakan adalah adanya gejala gejala yang menandakan tergerusnya karakter bangsa. Tanda-tanda merosotnya karakter bangsa Indonesia, senyampang apa yang dinyatakan Thomas Lickona (dalam Barnawi dan M. Arifin, 2016: 12-13), tentang sepuluh tanda zaman yang kini terjadi, yakni sebagai berikut: a. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja ( atau bahkan anak-anak). b. Membudayanya ketidakjujuran. c. Sikap fanatik terhadap kelompok/grup (geng) tertentu. d) Rendahnya rasa hormat terhadap orang tua atau guru. d. Semakin kaburnya moral baik dan buruk. e. Penggunaan tutur bahasa yang kian memburuk ( makian, cacian, ejekan, hujatan, fitnah, mesoh, alay) tanpa memperhatikan perasaan orang lain. f. Meningkatnya perilaku yang merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol, judi dan seks bebas. g. Rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai warga negara. h. Menurunnya etos kerja dan adanya rasa saling curiga. i. Kurangnya kepedulian diantara sesama. Di era seperti sekarang ini, ancaman hilangnya karakter semakin nyata. Nilai-nilai karakter yang luhur tergerus oleh arus globalisasi, utamanya kesalahan dalam memahami makna kebebasan sebagai anak kandung demokrasi diterjemahkan sebagai free will, kebebasan berkehendak tanpa aturan yang baku, iklim kebebasan tidak jarang diartikan dengan kebebasan bertindak. Tawuran antar pelajar, antar kampung, main hakim sendiri, dan sebagaimana berlangsung di berbagai tempat, sekaluigus menjauhkan kehidupan masyarakat yang beradab, berkarakter, dan berakhlak mulia. JPKN Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Urgensi Pendidikan Karakter Guna Calon Generasi Emas Bangsa Rifqi Taufiqul Hakim, Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol 6 No 1, Desember 2022, Hal. 258-266 263 Fenomena rusaknya karakter akan semakin cepat ketika mayarakat pengguna teknologi tidak memahami filosofi teknologi sehingga salah dalam memanfaatkan dan memandang nilai fungsi teknologi. Sebagai contohnya, fungsi HP yang mestinya untuk komunikasi dan menyimpan data penting banyak oleh masyarakat digunakan untuk dokumentasi hal-hal yang privat. Karena tidak memiliki pengetahuan teknologi yang cukup, HP tersebut mudah pindah tangan sehingga datanya tersebar ke mana-mana. Dampak dari merosotnya karakter, secara individu jelas, seseorang yang melakukan salah satu tindakan (dari 10 yang dipaparkan di atas) berpotensi bermasalah dengan hukum, terlibat dalam kekerasan, hilangnya percaya diri, dan menjadi individu yang tidak jelas, tidak memiliki karakter. 5. Implementasi Pendidikan Karakter Secara makro pendidikan karakter dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat karakter yang digali, dikristalisasikan, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan (1) filosofis: Pancasila, UUD 1945, dan UU NO.20 Tahun 2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya; (2) teoretis: teori tentang otak, psikologis, pendidikan, nilai dan moral, serta sosial-kultural; (3) empiris: berupa pengalaman dan praktik terbaik, antara lain tokoh-tokoh, satuan pendidikan unggulan, pesantren, kelompok kultural. Pendidikan karakter dalam konteks mikro, berpusat pada satuan pendidikan secara holistik. Satuan pendidikan merupakan sektor utama yang secara optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus-menerus proses pendidikan karakter di satuan pendidikan. Pendidikanlah yang akan melakukan upaya sungguh-sungguh dan senantiasa menjadi garda depan dalam upaya pembentukan karakter manusia Indonesia yang sesungguhnya. Pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan; kegiatan kokurikuler dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Khusus, untuk materi Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan – karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap – pengembangan karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai strategi/metode pendidikan karakter. JPKN Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Urgensi Pendidikan Karakter Guna Calon Generasi Emas Bangsa Rifqi Taufiqul Hakim, Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol 6 No 1, Desember 2022, Hal. 258-266 264 Untuk kedua mata pelajaran tersebut, karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan juga dampak pengiring. Sementara itu mata pelajaran lainnya, yang secara formal memiliki misi utama selain pengembangan karakter, wajib mengembangkan rancangan pembelajaran pendidikan karakter yang diintegrasikan kedalam substansi/kegiatan mata pelajaran sehingga memiliki dampak pengiring bagi berkembangnya karakter dalam diri peserta didik. 6. Strategi Pendidikan Karakter Di Sekolah Kualitas pembelajaran menjadi kunci dalam peningkatan sumber daya manusia. Pembelajaran yang berkualitas merupakan pembelajaran yang terencana dan sengaja diciptakan, bukan belajar yang terjadi secara insidental. Menurut Sri Anita W, dkk. (2008 : 1.18) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru. Menurut UndangUndang No 20 Tahun 2003 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Lingkungan belajar belajar merupaka suatu sistem yang terdiri dari komponen atau unsur: “tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Berdasarkan beberapa pengertian atau definisi pembelajaran di atas dapat diidentifikasi bahwa pembelajaran memiliki ciri-ciri: a. Merupakan upaya sadar dan disengaja; b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar; c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan; d. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil. Dengan demikian penyusunan lesson plan harus benar-benar faktual dan struktur operasional. Desain pembelajaran merupakan kegiatan yang penting untuk dilasanakan sebelum seorang guru melakukan aktivitas pembelajaran di kelas. Desain sistem pembelajaran terdiri atas empat komponen yang memiliki hubungan fungsional antara, a) materi pembelajaran, b) kompetensi pembelajaran, c) strategi pembelajaran, d) evaluasi pembelajaran (Barnawi & Arifin, 2016: 66). 7. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Karakter Anggapan umum menyatakan bahwa keluarga merupakan pendidik karakter yang pertama dan utama bagi anak-anak. Orang tua adalah guru dalam pendidikan karakter yang JPKN Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Urgensi Pendidikan Karakter Guna Calon Generasi Emas Bangsa Rifqi Taufiqul Hakim, Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol 6 No 1, Desember 2022, Hal. 258-266 265 memunyai pengaruh sangat besar dan bertahan lama karena hubungan orang tua dan anak berlangsung sepanjang hayat, tidak dapat diputus oleh siapa pun atau dengan sebab apa pun. Hubungan orang tua dan anak juga mengandung hubungan khusus yang signifikan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Lickona (2013:42) bahwa remaja yang mengikuti hati nurani mereka, ketika dihadapkan pada sebuah dilema moral, ternyata memiliki orang tua yang mengajar normanorma hukum moral secara serius. Sehubungan dengan keadaan di atas, Munir (2010:14) mengemukakan bahwa sebagai modal pendidikan karakter bekal minimal harus disiapkan oleh orang tua. Dengan demikian, akan terlihat betapa pentingnya peran orang tua/keluarga dalam membentuk karakter anak. Melalui pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, anak belajar tentang banyak hal, termasuk karakter. Tentu saja pola asuh otoriter (yang cenderung menuntut anak untuk patuh terhadap segala keputusan orang tua) dan pola asuh permisif (yang cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat) sangat berbeda dampaknya dengan pola asuh demokratis (yang cenderung mendorong anak untuk terbuka, namun bertanggung jawab dan mandiri) terhadap hasil pendidikan karakter anak. Artinya, jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak oleh keluarga. SIMPULAN Upaya mewujudkan peradaban bangsa melalui pendidikan karakter bangsa tidak pernah terlepas dari lingkungan pendidikan baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Secara makro pendidikan karakter dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pendidikan karakter dalam konteks mikro, berpusat pada satuan pendidikan secara holistik. Satuan pendidikan merupakan sektor utama yang secara optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terusmenerus proses pendidikan karakter di satuan pendidikan. Pendidikan karakter sangat penting untuk terus dikembangkan dan diperbaiki, karena pendidikan karakter ini menyangkut ke pendidikan moral. Bisa dibayangkan bila teknologi semakin maju tapi semakin menjatuhkan moral para penerus bangsa pula. Bisa dikatakan kemajuan negeri bisa dibilang maju jika orang-orang di dalam negeri itu memiliki moral. DAFTAR PUSTAKA Adisusilo, J.R.S. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada JPKN Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Urgensi Pendidikan Karakter Guna Calon Generasi Emas Bangsa Rifqi Taufiqul Hakim, Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol 6 No 1, Desember 2022, Hal. 258-266 266 Bambang Soepeno, Makalah Pendidikan Karakter Untuk Anak Usia Pendidikan Dasar (SD DAN SMP).tt. Barnawi & Arifin. 2016. Pembelajaran Pendidikan Karakter. Yogyakarta: ArRuzz Media. Husein, Ahmad dkk, 2010, Model Pendidikan Karakter Bangsa; Sebuah Pendekatan Monolitik di Universitas Negeri Jakarta, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta-Kementerian Pendidikan Nasional RI Katardinata, Sunaryo. 2011. Resureksi Ilmu Pendidikan (Pedagogik) bagi Pemulihan Penyelenggaraan Pendidikan, Bahan Kajian Seminar Internasional tentang: Pedagogik Praktis dalam Perspektif Pendidikan Global, Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Kemendiknas. 2010. Desain Induk Pembangunan Karater bangsa Jakarta: Kemendiknas RI Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: Ujung Berung Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter, Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa, Bogor: Indonesia Heritage Foundation Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta: PT. Pusaka Insan Madani. Pusat Pengembangan Kurikulum (2010). Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaaya dan Karakter Bangsa bagi Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Samsuri. 2015. www.staff.uny.ac.id (diunduh tgl. 18 Agustus 2017). Suyanto. 2009. http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html (diunduh tgl. 18 Agustus 2017). Suyatno. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Depdiknas Undang-Undang RI No 20. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Cipta Jaya Wynne, E.A. 1991. Character and Academics in the Elementary School. In J.S. Benigna (ed). Moral Character, and Civic Education in the Elementary School. New York: Teachers College Press. Zaman, Badrus. 2017. Pembinaan Karakter Siswa melalui Pelaksanaan Shalat Sunnah Dhuha di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nur Hidayah Surakarta. Jurnal Tamaddun Vol. XVIII hal. 8 Universitas Muhammadiyah Gresik. . JPKN Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Urgensi Pendidikan Karakter Guna Calon Generasi Emas Bangsa Rifqi Taufiqul Hakim, Dinie Anggraeni Dewi Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol 6 No 1, Desember 2022, Hal. 258-266