TEKNIK
Sipil
UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak
eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25
tidak berlaku terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat ciptaan dan/atau produk hak terkait
untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk
keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. penggandaan ciptaan dan/atau produk hak terkait hanya untuk
kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;
iii. penggandaan ciptaan dan/atau produk hak terkait hanya untuk
keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan fonogram yang telah
dilakukan pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan yang memungkinkan suatu ciptaan dan/atau produk
hak terkait dapat digunakan tanpa izin pelaku pertunjukan, produser
fonogram, atau lembaga penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i
untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta
atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c,
huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
TEKNIK
Sipil
La Ode Muhamad Nurrakhmad Arsyad
Budi Witjaksana
Donny Dwy Judianto Leihitu
Marelianda Al Dianty
Israjunna
Teknik Sipil
Penulis:
La Ode Muhamad Nurrakhmad Arsyad, Budi Witjaksana,
Donny Dwy Judianto Leihitu, Marelianda Al Dianty, Israjunna
Editor:
Andi Asari
Desainer:
Tim Mafy
Sumber Gambar Cover:
www.freepik.com
Ukuran:
viii, 130 hlm, 15,5 cm x 23 cm
ISBN:
978-623-8390-06-9
Cetakan Pertama:
September 2023
Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang
menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
PT MAFY MEDIA LITERASI INDONESIA
ANGGOTA IKAPI 041/SBA/2023
Kota Solok, Sumatera Barat, Kode Pos 27312
Kontak: 081374311814
Website: www.penerbitmafy.com
E-mail: penerbitmafy@gmail.com
Prakata
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas pertolongan dan limpahan rahmat-Nya sehingga
penulis bisa menyelesaikan buku yang berjudul Teknik Sipil.
Buku ini disusun secara lengkap dengan tujuan untuk
memudahkan para pembaca memahami isi buku ini. Buku ini
membahas tentang Konsep Dasar Jalan Raya, Konsep Mekanika
Teknik, Pengembangan Sumber Daya Air, Mekanika Tanah, dan
Manajemen Risiko Proyek.
Kami menyadari bahwa buku yang ada di tangan pembaca
ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran untuk perbaikan buku ini di masa yang akan
datang. Dan tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penerbitan buku
ini. Semoga buku ini dapat membawa manfaat dan dampak positif
bagi para pembaca.
Penulis, September 2023
v
vi | Teknik Sipil
Daftar Isi
Prakata ............................................................................................ v
BAB I.
Konsep Dasar Jalan Raya ................................................................ 1
BAB II.
Konsep Mekanika Teknik .............................................................33
BAB III.
Pengembangan Sumber Daya Air ................................................59
BAB IV.
Mekanika Tanah ............................................................................ 81
BAB V.
Manajemen Risiko Proyek .......................................................... 113
Tentang Penulis .......................................................................... 123
vii
viii | Teknik Sipil
BAB I
Konsep Dasar Jalan Raya
La Ode Muhamad Nurrakhmad Arsyad
A. Pendahuluan
Dalam era mobilitas modern yang didorong oleh pertumbuhan
penduduk, urbanisasi, dan kebutuhan akan konektivitas global,
jalan raya memiliki peran yang sangat penting. Jalan raya tidak
hanya berfungsi sebagai jalur fisik untuk kendaraan bermotor,
tetapi juga sebagai tulang punggung infrastruktur yang
memungkinkan mobilitas manusia, barang, dan jasa.
Jalan raya mencerminkan kemajuan teknologi dan
pembangunan infrastruktur suatu negara atau wilayah. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering mengandalkan jalan raya untuk
mencapai tujuan kita, baik itu perjalanan ke tempat kerja,
mengantarkan anak-anak ke sekolah, atau menjalankan bisnis.
Dalam konteks ini, mari kita menjelajahi pentingnya jalan raya
dalam mobilitas modern secara lebih rinci.
1. Pentingnya Jalan Raya dalam Mobilitas Modern
Jalan raya memiliki peran yang sangat penting dalam
mobilitas modern. Mereka adalah tulang punggung sistem
transportasi yang menghubungkan tempat-tempat, memfasilitasi pergerakan manusia dan barang, serta memberikan
aksesibilitas yang diperlukan untuk berbagai aktivitas.
1
Jalan raya menyediakan infrastruktur yang memungkinkan konektivitas antara berbagai lokasi, baik dalam skala lokal,
regional, maupun internasional. Mereka memungkinkan
perjalanan yang efisien dan mudah antara kota, desa, pusat
bisnis, pusat pendidikan, pusat kesehatan, dan tempat-tempat
penting lainnya. Jalan raya yang baik memberikan aksesibilitas
yang diperlukan bagi individu dan komunitas untuk mencapai
kegiatan sehari-hari mereka.
Jalan raya memungkinkan mobilitas pribadi dengan
kendaraan bermotor, seperti mobil, sepeda motor, dan sepeda.
Mereka memberikan fleksibilitas bagi individu dalam memilih
waktu, rute, dan tujuan perjalanan mereka. Mobilitas pribadi
yang efisien dan dapat diandalkan sangat penting dalam
kehidupan modern, termasuk untuk bepergian ke tempat
kerja, berbelanja, beraktivitas sosial, dan mengakses layanan
publik.
Jalan raya juga merupakan jalur utama untuk
pengangkutan barang. Kendaraan truk dan pengiriman melalui
jalan raya memfasilitasi aliran barang dari produsen ke
konsumen. Infrastruktur jalan raya yang baik dan efisien
adalah faktor penting dalam keberhasilan rantai pasok dan
pertumbuhan ekonomi.
Jalan raya menjadi elemen penting dalam pertumbuhan
ekonomi suatu negara atau wilayah. Mereka memungkinkan
pergerakan tenaga kerja, investasi, dan perdagangan antara
berbagai daerah. Jalan raya yang baik dan terawat dengan baik
menciptakan peluang ekonomi baru, meningkatkan konektivitas antara industri dan pasar, dan mengurangi biaya
logistik.
Infrastruktur jalan raya yang baik juga berperan penting
dalam keselamatan dan keamanan pengguna jalan. Rancangan
jalan yang aman, peraturan lalu lintas yang tepat, tanda lalu
lintas yang jelas, dan penegakan hukum yang efektif adalah
faktor kunci untuk mengurangi risiko kecelakaan dan menjaga
keamanan para pengguna jalan.
2 | Teknik Sipil
Jalan raya juga memainkan peran penting dalam
menyediakan akses ke pelayanan publik, seperti rumah sakit,
sekolah, polisi, pemadam kebakaran, dan fasilitas umum
lainnya. Mereka memastikan bahwa masyarakat dapat dengan
mudah mengakses layanan yang dibutuhkan untuk kehidupan
sehari-hari.
Jalan raya menjadi jalur utama untuk pariwisata dan
industri kreatif. Mereka memungkinkan wisatawan untuk
mengunjungi tempat-tempat wisata, destinasi alam, situs
budaya, dan atraksi lainnya. Selain itu, jalan raya juga menjadi
panggung untuk kegiatan seni, festival, dan acara industri
kreatif lainnya.
Pentingnya jalan raya dalam mobilitas modern tidak
dapat disangkal. Mereka memberikan aksesibilitas, konektivitas, dan fleksibilitas yang diperlukan bagi individu,
komunitas, dan ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu,
investasi dan perhatian yang diperlukan harus diberikan untuk
memastikan pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur
jalan raya yang baik guna mendukung mobilitas yang efisien,
aman, dan berkelanjutan.
B. Fungsi dan Tujuan Jalan Raya
1. Fungsi Jalan Raya dalam Sistem Transportasi
Fungsi jalan raya dalam sistem transportasi sangat
penting dan berkontribusi secara signifikan dalam mobilitas
manusia dan barang, beberapa fungsi utama jalan raya dalam
sistem transportasi:
a. Menyediakan jalur transportasi utama
Jalan raya menjadi jalur transportasi utama bagi
berbagai jenis kendaraan, termasuk mobil pribadi, bus, truk
dan sepeda motor. Mereka menyediakan infrastruktur yang
diperlukan untuk perjalanan sehari-hari, baik dalam kota
maupun antarkota.
Konsep Dasar Jalan Raya |
3
b. Meningkatkan mobilitas
Jalan raya memungkinkan mobilitas yang cepat dan
efisien bagi masyarakat. Mereka memberikan aksesibilitas
yang lebih baik ke berbagai tujuan, seperti tempat kerja,
sekolah, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, dan fasilitas
umum lainnya. Dengan adanya jalan raya yang baik, orang
dapat melakukan perjalanan dengan lebih mudah dan
mengurangi waktu tempuh.
c. Mendukung transportasi barang
Jalan raya memainkan peran penting dalam
transportasi barang. Jalan raya menjadi jalur utama untuk
pengiriman barang melalui truk dan kendaraan pengangkut
lainnya. Jalan raya yang baik memungkinkan pergerakan
barang yang efisien dan membantu dalam pengiriman yang
tepat waktu ke tujuan akhir.
d. Membantu mengurangi kemacetan
Jalan raya yang dirancang dengan baik dan dikelola
dengan efisien dapat membantu mengurangi kemacetan
lalu lintas. Ini dilakukan melalui perencanaan jalan yang
baik, pengaturan lalulintas yang efektif, dan penggunaan
teknologi seperti sistem pengaturan lampu lalu lintas yang
adaptif. Dengan mengurangi kemacetan, jalan raya dapat
meningkatkan efisiensi transportasi dan mengurangi waktu
perjalanan.
e. Meningkatkan konektivitas dan integrasi
Jalan raya menghubungkan berbagai moda
transportasi seperti jalan tol, pelabuhan, stasiun kereta api,
dan bandar udara. Ini memungkinkan orang untuk
melakukan perjalanan yang lebih lancar dan terintegrasi
dari satu tempat ke tempat lain.
4 | Teknik Sipil
f. Mendukung pertumbuhan ekonomi
Jalan raya yang baik dan efisien mendukung
pertumbuhan ekonomi. Mereka menfasilitasi pergerakan
barang dan jasa, memperluas pasar potensial, dan
mendukung aktivitas ekonomi seperti perdagangan,
industri, dan pariwisata. Jalan raya yang baik juga dapat
menarik investasi dan membantu mengembangkan wilayah
yang sebelumnya terisolasi.
g. Keamanan dan keselamatan
Fungsi penting lain dari jalan raya adalah menjaga
keamanan dan keselamatan pengguna jalan. Jalan raya yang
baik dilengkapi dengan peraturan lalu lintas yang ketat,
rambu, marka jalan, dan infrastruktur keamanan seperti
lampu lalu lintas dan jalur khusus. Semua ini membantu
mengurangi resiko kecelakaan dan menciptakan lingkungan
yang aman bagi pengguna jalan lain.
2. Tujuan Utama Jalan Raya
Tujuan utama jalan raya adalah menyediakan
infrastruktur transportasi yang memfasilitasi mobilitas
manusia dan barang dengan cara efisien, aman dan nyaman.
Beberapa tujuan utama dari jalan raya meliputi:
a. Meningkatkan aksesibiilitas
Jalan
raya
bertujuan
untuk
meningkatkan
aksesibilitas antara berbagi daerah, baik di dalam kota
maupun antar kota. Dengan adanya jalan raya, orang dan
barang dapat dengan mudah menjapai tujuannya, seperti
tempat kerja, sekolah, rumah sakit, tempat perbelanjaan,
pusat-pusat penting lainnya.
b. Menfasilitasi mobilitas
Jalan raya bertujuan untuk menfasilitasi mobilitas
masyarakat dengan menyediakan jalur transportasi yang
lancar dan efisien. Jalan raya yang baik memungkinkan
orang untuk melakukan perjalanan dengan cepat dan tanpa
Konsep Dasar Jalan Raya |
5
hambatan, sehingga mempercepat aliran lalu lintas dan
mengurangi waktu perjalanan.
c. Mendukung transportasi barang
Salah satu tujuan utama jalan raya adalah mendukung
transportasi barang. Jalan raya menjadi jalur utama untuk
pengiriman barang dan memungkinkan pergerakan truk
dan kendaraan pengangkut lainnya dalam mengirimkan
barang dari satu tempat ke tempat lain.
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Jalan raya berkontribusi dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dengan menfasilitasi perdagangan,
investasi, dan aktivitas ekonomi lainnya. Jalan raya yang
baik memperluas pasar potensial, menghubungkan
wilayah-wilayah perdagangan, dan memudahkan distribusi
barang dan jasa.
e. Membantu pengembangan wilayah
Jalan raya berperan dalam membantu pengembangan
wilayah yang lebih luas. Jalan raya membuka akses wilayah
yang sebelumnya terisolasi, memfasilitasi pertumbuhan
perkotaan, pemukiman, dan infrastruktur lainnya, serta
membantu menghubungkan daerah pedesaan dengan
pusat-pusat industri dan pemerintahan.
f. Menjaga lingkungan dan keberlanjutan
Dalam perencanaan dan pembangunan jalan raya,
juga diperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan.
Tujuan ini mencakup upaya untuk mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan, meminimakan emisi
kendaraan, mempertimbangkan ruang terbuka hijau, dan
mempromosikan mobilitas ramah lingkungan seperti
transportasi berbasis kendaraan listrik atau publik.
6 | Teknik Sipil
C. Perencanaan Geometrik Jalan Raya
1. Prinsip Dasar Perancangan Geometrik
Prinsip dasar perancangan geometrik jalan raya adalah
panduan dan aturan yang harus diikuti dalam merencanakan
dan merancang bentuk fisik dan tata letak jalan raya. Tujuan
utamanya adalah untuk menciptakan jalan raya yang aman,
efisien, nyaman, dan ramah lingkungan bagi pengguna jalan.
Beberapa prinsip dasar perancangan geometrik jalan raya
yang umum digunakan adalah:
a. Keselamatan
Keselamatan pengguna jalan adalah faktor utama
dalam perancangan geometrik jalan raya. Prinsip ini
meliputi pemilihan dan penempatan elemen-elemen jalan,
seperti radius tikungan yang memadai, visibilitas yang
cukup, pemisahan lalulintas, dan tanda-tanda peringatan
yang sesuai. Semua ini bertujuan untuk mengurangi resiko
kecelakaan dan melindungi pengguna jalan.
b. Kinerja lalu lintas
Prinsip
ini
mencakup
aspek-aspek
yang
mempengaruhi kinerja lalu lintas, termasuk kapasitas jalan,
kecepatan operasional, dan kelancaran lalu lintas.
Perancangan geometrik jalan raya harus mempertimbangkan kebutuhan lalu lintas saat ini dan masa depan, serta
mengoptimalkan aliran lalu lintas untuk mencapai efisiensi
transportasi.
c. Kenyamanan pengguna jalan
Prinsip ini mengacu pada kenyamanan pengguna
jalan saat mengemudi atau menggunakan jalan raya. Ini
melibatkan
perancangan
yang
mempertimbangkan
kebutuhan pengemudi, pejalan kaki, dan pengendara
sepeda serta disabilitas. Beberapa faktor yang diperhatikan
termasuk kekesatan permukaan jalan, pencahayaan yang
memadai, trotoar yang nyaman dan fasilitas penyeberangan
yang aman.
Konsep Dasar Jalan Raya |
7
d. Aksesibilitas
Prinsip ini menekankan pentingnya aksesibilitas bagi
semua pengguna jalan, termasuk orang dengan kebutuhan
khusus. Perancangan geometrik jalan raya harus mempertimbangkan fasilitas aksesibilitas seperti penyebrangan
pejalan kaki yang ramah disabilitas, penanda taktis untuk
orang tuna netra, dan fasilitas pengguna sepeda yang
sesuai.
e. Keberlanjutan
Prinsip ini mencakup aspek lingkungan dan
keberlanjutan dalam perancangan geometrik jalan raya. Ini
meliputi penggunaan bahan konstruksi yang ramah
lingkungan, pengurangan dampak lingkungan selama
pembangunan, pengelolaan air hujan, dan integrasi dengan
sistem transportasi berkelanjutan seperti transportasi
umum atau jaringan sepeda.
f. Keterkaitan dan integrasi dengan lingkungan
Prinsip ini mengacu pada pentingnya merancang
sebuah jalan raya dengan mempertimbangkan konteks
lingkungan sekitarnya. Hal ini melibatkan pelestarian fitur
alam, meminimalkan dampak terhadap ekosistem, dan
integrasi dengan penggunaan lahan sekitar seperti
pemukiman, kawasan komersial, atau daerah perlindungan
alam.
2. Desain Lintasan dan Simpang Jalan
Persimpangan adalah tempat di mana dua atau lebih
jalan bertemu. Persimpangan tersebut mencakup pelayanan
yang dibutuhkan oleh seluruh pengguna jalan di kawasan
tersebut, baik pejalan kaki, sepeda, mobil maupun kendaraan
pribadi lainnya. Oleh karena itu, persimpangan tidak hanya
mencakup lintasan kendaraan bermotor dan daerah
perkerasan, tetapi juga termasuk jalur trotoar dan jalur
penyebrang jalan. Semua perubahan ke penampang melintang
8 | Teknik Sipil
yang khas dari jalan berpotongan termasuk dalam
persimpangan. Ada empat (empat) komponen utama dalam
desain persimpangan yang harus diperhatikan, yaitu
a. Wisata, iklan, dan lansekap adalah fokus utama tata guna
lingkungan dan lahan di sekitar persimpangan.
b. Sebagai tempat terjadinya konflik lalu lintas, seperti
kendaraan dengan kendaraan, kendaraan dengan pejalan
kaki, dll.
c. Lokasi alat untuk mengontrol lalu lintas dan
pengendaliannya Tempat-tempat ini sering menyebabkan
perjalanan tertunda, tetapi membantu mengatur lalulintas
dan mengurangi kemungkinan konflik.
d. Kapasitas jalan-jalan yang berpotongan adalah jumlah
orang yang dapat diakomodasi dalam waktu tertentu.
Kapasitas jalan-jalan yang berpotongan seringkali dibatasi
oleh kemampuan persimpangan untuk mengontrol lalu
lintas.
Komponen geometrik persimpangan sebidang berada di
area persimpangan, yang diuraikan di atas dan digambarkan
pada Gambar 1.1 di bawah ini. Komponen-komponen ini harus
diatur sesuai dengan persyaratan teknis.
Gambar 1.1. Area Persimpangan
Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, 2021)
Konsep Dasar Jalan Raya |
9
Gambar 1.2. Area Persimpangan
Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, 2021)
Jenis persimpangan ditentukan oleh jumlah cabang
penghubung dan sudut pertemuan cabang penghubung.
Misalnya:
a. Jika tiga kaki persimpangan/ruas jalan saling tegak lurus,
itu disebut tipe persimpangan Y.
b. Jika tiga kaki persimpangan/ruas jalan saling tegak lurus,
itu disebut tipe persimpangan T.
c. Jika empat kaki persimpangan/ruas jalan saling tegak lurus,
itu disebut tipe persimpangan X, dan
d. Jika lebih dari empat kaki persimpangan/ruas jalan saling
tegak lurus.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3, disarankan
bahwa pertemuan antara kaki persimpangan harus tegak
lurus.
10 | Teknik Sipil
Gambar 1.3. Tipe Persimpangan Saling Tegak Lurus
Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, 2021)
Tipe jalur dan lajur di persimpangan dan konfigurasinya
ditunjukkan pada Gambar 1.4.
Konsep Dasar Jalan Raya |
11
Gambar 1.4. Tipe dan Konfigurasi Persimpangan Sebidang
Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, 2021)
Jenis persimpangan berbeda-beda, dan masing-masing
jenis didasarkan pada volume lalulintas yang diproyeksikan di
kaki simpang. Jenis-jenis persimpangan ini disusun secara
hirarki dari yang paling sederhana hingga yang paling
kompleks, dan dimulai dari yang ringan hingga yang berat
(padat):
a. Persimpangan prioritas (tidak bersinyal).
b. Bundaran.
c. Persimpangan yang dikendalikan oleh isyarat lampu
lalulintas (APILL), dan
d. Persimpangan tidak sebidang atau susun.
12 | Teknik Sipil
Untuk menenetukan jenis persimpangan yang
bergantung pada besaran volume lalu lintas di ruas atau kaki
persimpangan antara mayor dan minor, seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini
Gambar 1.5. Pemilihan Bentuk Persimpangan Berdasarkan
Arus Lalu Lintas
Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, 2021)
Kelas jalan dan konfigurasi lajur juga harus dipertimbangkan saat memilih bentuk persimpangan, terutama ketika
volume lalulintas mendekati batas kapasitas persimpangan,
volume pejalan kaki yang tinggi, dan frekuensi kecelakaan
yang memerlukan pengaturan dengan sinyal.
Pemilihan jenis persimpangan juga dipengaruhi oleh
koordinasi lalu lintas sepanjang lajur.
Persimpangan tidak sebidang digunakan untuk
mengurangi lalu lintas menerus dengan volume yang sangat
besar. Persimpangan ini tersedia untuk semua akses jalan yang
diatur dengan kecepatan lebih dari 90 km/jam. Jika masingmasing dari persimpangan jalan memiliki empat atau lebih
lajur menerus, pemisahan bidang ini disarankan.
Konsep Dasar Jalan Raya |
13
D. Pengaturan Lalu Lintas dan Keselamatan
Kondisi di mana setiap orang, barang dan kendaraan bebas dari
perbuatan melawan hukum dan/rasa takut dalam perjalanan
disebut keselamatan lalu lintas dan lalu lintas.
1. Pengaturan Lalu Lintas
Pengaturan
lalu
lintas
yang
dirancang
dan
diimplementasikan untuk mengatur aliran kendaraan di jalan
raya atau persimpangan dengan menggunakan berbagai
metode dan perangkat seperti lampu lalu lintas, tanda lalu
lintas, marka jalan, dan aturan lalu lintas. Tujuan utama dari
pengaturan lalu lintas adalah untuk memastikan keamanan,
efisiensi dan kelancaran lalu lintas.
Chairman, et al., 2004, menyatakan pengaturan lalulintas
melibatkan kombinasi yang tepat dari perangkat fisik (seperti
lampu lalu lintas, marka jalan, dan tanda lalu lintas) dan
pengaturan aturan yang jelas untuk mengarahkan aliran lalu
lintas. Pendekatan yang komprehensif ini mempertimbangkan
berbagai aspek seperti volume lalulintas, kecepatan,
kenyamanan, efisiensi bahan bakar, dan keamanan pengguna
jalan.
Institute of Transportation Engineers, 2009, menyatakan
bahwa pengaturan lalulintas melibatkan penggunaan
perangkat keras dan perangkat lunak yang efektif untuk
mengelola aliran lalu lintas. Ini mencakup perancangan
geometrik jalan, fasilitas pejalan kaki, sistem kontrol lalu
lintas, dan tanda-tanda serta marka jalan yang jelas.
Pendekatan yang holistik ini bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi lalu lintas, mengurangi kemacetan, dan meningkatkan
kemanan jalan.
Delgado, 2017, menyatakan pengaturan lalu lintas
adalah kombinasi yang terintegrasi antara manajemen
operasional, teknik jalan, dan pengaturan peralatan lalu lintas
yang efektif. Ini mencakup penggunaan lampu lalu lintas,
rambu-rambu, tanda-tanda, dan peralatan kontrol lalu lintas
yang lain, serta kebijakan pengaturan lalu lintas yang
14 | Teknik Sipil
memadai, sedangkan Bowles, 1970, menyatakan bahwa
pengaturan lalu lintas yang merupakan hasil penelitian,
analisis dan implementasi perangkat keras dan perangkat
lunak yang canggih untuk mengelola aliran lalu lintas. Ini
meliputi sistem deteksi kendaraan, kontrol adaptif, pengaturan
prioritas kendaraan darurat dan sinkronisasi sinyal lalulintas.
Pendekatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas
jalan, mengurangi waktu perjalanan, dan mengurangi tingkat
kecelakaan lalu lintas.
2. Keselamatan Jalan Raya
Keselamatan jalan raya adalah aspek penting dalam
rekayasa jalan raya yang berfokus pada upaya untuk
mengurangi risiko kecelakaan dan melindungi pengguna jalan,
termasuk pengemudi, pejalan kaki, dan pengendara sepeda. Ini
melibatkan berbagai faktor, termasuk perencanaan jalan,
desain jalan, perilaku pengemudi, teknologi keselamatan, dan
penegakan hukum.
Pentingnya keselamatan jalan raya tidak dapat
diabaikan, mengingat dampak yang signifikan dari kecelakaan
lalu lintas. Kecelakaan jalan raya dapat menyebabkan kerugian
nyawa, cedera serius, dan kerugian materiil yang signifikan.
Oleh karena itu, tujuan utama keselamatan jalan raya adalah
mengurangi jumlah kecelakaan, cedera, dan kematian yang
terjadi di jalan raya.
Pendekatan keselamatan jalan raya mencakup beberapa
aspek, seperti analisis risiko, desain jalan yang aman,
pendidikan dan kesadaran pengemudi, penegakan hukum, dan
penggunaan teknologi keselamatan terkini.
Analisis risiko merupakan langkah penting dalam
mengidentifikasi area atau kondisi berbahaya di jalan raya.
Dengan memahami faktor-faktor yang berkontribusi pada
kecelakaan, tindakan pencegahan yang efektif dapat diambil
untuk mengurangi risiko. Analisis risiko melibatkan pengumpulan dan analisis data kecelakaan, serta identifikasi pola dan
tren yang berkaitan dengan kejadian kecelakaan.
Konsep Dasar Jalan Raya |
15
Desain jalan yang aman merupakan faktor kunci dalam
keselamatan jalan raya. Ini melibatkan perencanaan geometri
jalan yang tepat, seperti lebar jalan, radius tikungan, gradien,
dan penampang jalan yang sesuai. Selain itu, desain jalan juga
harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti jarak pandang
yang memadai, marka jalan yang jelas, dan penggunaan
infrastruktur tambahan seperti median pembatas dan bahu
jalan yang memadai.
Pendidikan dan kesadaran pengemudi juga berperan
penting dalam keselamatan jalan raya. Melalui kampanye
keselamatan jalan, pengemudi diberikan informasi tentang
aturan lalu lintas, tindakan pencegahan yang harus diambil,
dan bahaya yang mungkin dihadapi di jalan raya. Pendidikan
lalu lintas tidak hanya ditujukan kepada pengemudi, tetapi
juga kepada pejalan kaki dan pengendara sepeda agar mereka
memahami tindakan yang aman dan bertanggung jawab di
jalan raya.
Penegakan hukum yang ketat juga diperlukan untuk
memastikan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas. Sanksi
yang tegas bagi pelanggar lalu lintas dapat menjadi efek jera
dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan
jalan raya. Selain itu, penegakan hukum juga melibatkan
patroli jalan, penggunaan kamera pemantau, dan upaya
lainnya untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan lalu
lintas.
Penggunaan teknologi keselamatan juga berkembang
pesat dalam upaya meningkatkan keselamatan jalan raya.
Teknologi seperti sistem penghindaran tabrakan, peringatan
kelelahan pengemudi, sistem pengereman darurat, dan
bantuan pengemudi semakin diterapkan dalam kendaraan
modern. Teknologi ini dapat membantu mendeteksi bahaya
potensial dan memberikan peringatan kepada pengemudi, atau
bahkan mengambil tindakan pengereman otomatis dalam
situasi darurat.
Dalam rangka mencapai keselamatan jalan raya yang
optimal, kolaborasi dan koordinasi antara pemerintah, badan
16 | Teknik Sipil
pengatur jalan, lembaga riset, dan masyarakat umum sangat
penting. Keselamatan jalan raya harus menjadi prioritas
bersama dan berkelanjutan, dengan upaya terus-menerus
untuk meningkatkan infrastruktur, mengedukasi pengguna
jalan, menerapkan teknologi keselamatan, dan menegakkan
aturan lalu lintas.
Dengan mengadopsi pendekatan yang komprehensif
terhadap keselamatan jalan raya, diharapkan jumlah
kecelakaan, cedera, dan kematian di jalan raya dapat dikurangi
secara signifikan, sehingga menciptakan lingkungan jalan yang
aman dan nyaman bagi semua pengguna jalan.
E. Konektivitas dan Jaringan Jalan Raya
1. Analisis Permintaan dan Pemilihan Rute
Karena permintaan ekonomi dan perjalanan sebanding,
permintaan untuk jasa transportasi disebut permintaan
turunan. Permintaan turunan adalah permintaan yang muncul
sebagai akibat dari permintaan untuk barang atau jasa lain.
Sebagaimana dinyatakan oleh Setijowarno dan Frazila (2001),
faktor-faktor berikut memengaruhi permintaan transportasi:
a. Kebutuhan seseorang untuk bergerak untuk melakukan
tugas.
b. Permintaan untuk mengangkut barang tertentu agar dapat
diakses di tempat yang diinginkan.
Jumlah perjalanan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu, seperti bekerja atau berenang di pantai,
menunjukkan karakter turunan dari kebutuhan dalam
angkutan penumpang. Faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah perjalanan ke tempat tertentu termasuk jenis kegiatan
yang dilakukan, tingkat pencapaian tujuan, dan biaya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, aktivitas
masyarakat menyebabkan perjalanan. Tingkat aktivitas
meningkat seiring dengan jumlah perjalanan.
Konsep Dasar Jalan Raya |
17
Menurut Setijorwano dan Frazila (2001), berikut adalah
hubungan antara sistem tata guna lahan dan sistem
transportasi:
a. Perubahan atau peningkatan guna lahan berpotensi
meningkatkan perjalanan.
b. Pengadaan prasarana transportasi akan meningkatkan
permintaan pergerakan.
c. Pengadaan prasarana akan meningkatkan daya hubung
parsial.
d. Peningkatan daya hubung akan meningkatkan harga dan
nilai lahan.
e. Pada akhirnya, keputusan lokasi akan mengubah sistem
guna lahan.
Sistem kegiatan sosial ekonomi masyarakat biasanya
berhubungan dengan permintaan transportasi, (White, 1976)
yang biasanya dapat diukur melalui instensitas guna lahan.
Masyarakat selalu berusaha untuk memenuhi permintaan
mereka sebagai bagian penting dari perjalanan. Permintaan
masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan transportasi saat ini
dipengaruhi oleh:
a. Kesehatan, tujuan perjalanan.
b. Jenis perjalanan, dan
c. Jumlah penumpang (secara kelompok atau individu).
Untuk memenuhi kebutuhan transportasi, ada
karakteristik perjalanan yang mempengaruhi pemilihan rute,
yang memungkinkan masyarakat sebagai pengguna jasa
transportasi menggunakan rute yang sudah ada. Faktor-faktor
ini termasuk:
a. Jarak perjalanan: Pilihan rute dipengaruhi oleh jarak
perjalanan.
b. Tujuan perjalanan: Tujuan perjalanan berkaitan dengan
keinginan-keinginan setiap orang tentang rute yang mereka
pilih. Jika jarak tempuh semakin dekat, orang cenderung
memilih rute yang lebih praktis.
18 | Teknik Sipil
Permintaan transportasi berasal dari perilaku manusia
untuk berpindah dari satu orang ke orang lain atau barang
yang memiliki karakteristik tertentu. Ciri-ciri tersebut
meningkat pada pagi hari saat orang mulai melakukan
aktivitas dan pada sore hari saat orang berhenti bekerja. Tidak
hanya mencapai titik tertinggi dan terendah pada hari tertentu
dalam setahun. Kebutuhan dan perilaku yang terus-menerus
ini yang memicu permintaan transportasi.
Menurut
(Tamim,2000)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pemilihan rute, yaitu
a. Waktu tempuh
Waktu perjalanan atau waktu tempuh adalah waktu
yang diperlukan untuk melakukan perjalanan, termasuk
berhenti dan penundaan. Waktu perjalanan biasanya
dihitung dengan dua cara, di mana pengamat bergerak dan
mencatat waktu yang ditempuh.
b. Nilai waktu
Nilai waktu adalah jumlah uang yang dikeluarkan
dalam suatu perjalanan untuk menghemat satu satuan
waktu perjalanan. umumnya, nilai waktu sebanding dengan
pendapatan perkapita.
c. Biaya perjalanan
Biaya perjalanan dapat dinyatakan dalam bentuk
uang, waktu perjalanan, perjalanan, atau kombinasi dari
semuanya yang disebut biaya. total biaya yang diperlukan
untuk menyelesaikan rute tertentu adalah total biaya dari
setiap ruas jalan yang diselesaikan.
d. Biaya operasi kendaraan
Penggunaan bensin, oli, biaya perawatan, pajak, dan
gaji supir adalah semua biaya yang terlibat dalam menjalankan kendaraan.
Konsep Dasar Jalan Raya |
19
2. Sistem Jalan Utama dan Pendukung
Kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel, jalan
raya adalah sarana transportasi darat yang mencakup seluruh
bagian jalan, serta bangunan dan perlengkapan yang dirancang
untuk melayani lalu lintas di atas permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah, atau di atas permukaan air. Definisi jalan
tidak terbatas pada bentuk jalan konvensional (di permukaan
tanah) tetapi juga mencakup jalan yang melintasi sungai/
danau/laut utama, di bawah tanah dan air (terowongan) di
atas tanah (flyover) (Perpres, 2022).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2006 tentang Jalan, 2006, dan Mian, 2009, jalan
dikelompokkan menurut:
a. Berdasarkan Peruntukkan
1) Jalan umum, adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu
lintas umum, termasuk JBH dan jalan tol, dikelola oleh
pemerintah.
2) Jalan khusus adalah jalan yang tidak diperuntukkan
untuk lalu lintas umum dan digunakan hanya untuk
kepentingan
individu,
kelompok
masyarakat,
perusahaan, atau organisasi tertentu. Pemerintah hanya
dapat menyelenggarakan jalan khusus jika diperlukan,
tetapi pemerintah juga dapat menyelenggarakan
pembinaan, pengawasan, pengusahaan, dan pengoperasiannya.
3) Jalan tol adalah jalan umum yang dikenakan biaya tol
yang diatur oleh perundang-undangan.
b. Berdasarkan Status Jalan
1) Jalan nasional adalah jalan umum yang diselenggarakan
oleh pemerintah pusat, terdiri atas:
a) jalan arteri primer;
b) jalan kolektor primer yang menghubungkan antar-ibu
kota provinsi;
c) jalan tol; dan
20 | Teknik Sipil
d) jalan strategis nasional.
2) Jalan provinsi adalah jalan umum yang diselenggarakan
oleh pemerintah provinsi, terdiri atas:
a) jalan kolektor primer yang menghubungkan ibu kota
provinsi dengan ibu kota kabupaten atau kota;
b) jalan kolektor primer yang menghubungkan antar-ibu
kota kabupaten atau kota;
c) jalan strategis provinsi; dan
d) jalan di Daerah Khusus Ibu kota Jakarta.
3) Jalan kabupaten adalah jalan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah kebupaten, terdiri atas:
a) jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan
nasional dan jalan provinsi;
b) jalan lokal primer yang menghubungkan ibu kota
kabupaten dengan ibu kota kecamatan, ibu kota
kabupaten dengan pusat desa, antar ibu kota
kecamatan, ibu kota kecamatan dengan desa, dan
antardesa;
c) jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi
dan jalan sekunder dalam kota; dan
d) jalan strategis kabupaten.
4) Jalan kota adalah jalan umum yang diselenggarakan oleh
pemerintah kota dan berada dalam jaringan jalan di
dalam kota.
5) Jalan desa adalah jalan umum yang diselenggarakan oleh
pemerintah kabupaten, terdiri dari jalan lingkungan
primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk jalan
kabupaten, berada di dalam kawasan perdesaan, dan
menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman
di dalam desa.
Konsep Dasar Jalan Raya |
21
c. Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan
1) Sistim jaringan jalan primer disusun berdasarkan
rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan
jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan yaitu
Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKW), sampai Pusat
Kegiatan Lingkungan (PKLing) dan menghubungkan
antarpusat kegiatan nasional. Ruas-ruas jalan dalam
sistim jaringan jalan primer yang berfungsi menghubungkan pusat-pusat kegiatan yang umumnya
berwujud kota dan berlokasi di luar kota dikategorikan
sebagai antarkota.
2) Sistem jaringan jalan sekunder dibangun berdasarkan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan
menawarkan layanan distribusi barang dan jasa kepada
masyarakat di dalam wilayah perkotaan. Sistem ini
menghubungkan ruas-ruas jalan yang menghubungkan
pusat-pusat kegiatan yang biasanya berwujud menjadi
persil.
d. Berdasarkan Fungsi Jalan
1) Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan Primer.
2) Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Jalan dalam sistem jaringan jalan sekunder terdiri dari:
a) Jalan arteri sekunder berfungsi untuk menghubungkan area primer dengan area sekunder kesatu,
antar-area sekunder kesatu, atau antar area sekunder
kedua. Jalan arteri sekunder memiliki karakteristik
berikut:
(1) Kecepatan paling rendah 30 km/jam.
(2) Lebar badan jalan paling sedikit 11 m.
(3) Mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada
volume lalu lintas rata-rata.
22 | Teknik Sipil
(4) Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu
lintas lambat.
(5) Persimpangan
sebidang
diatur
dengan
pengaturan tertentu sesuai dengan ketentuan
pada butir a, b dan c.
b) Jalan kolektor sekunder berfungsi menghubungkan
antara kawasans ekunder kedua atau kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga,
dengan ciri-ciri:
(1) Kecepatan paling rendah 20 km/jam.
(2) Lebar badan jalan paling sedikit 9 m.
(3) Mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada
volume lalulintas rata-rata.
(4) Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu
lintas lambat.
(5) Persimpangan sebidang pada jalan kolektor
sekunder dengan pengaturan tertentu harus
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada butir a, b dan c.
c) Jalan lokal sekunder berfungsi menghubungkan
kawasan sekunder kesatu dengan perumahan,
kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasans ekunder ketiga dan seterusnya sampai ke
perumahan/persil, dengan ciri-ciri:
(1) Kecepatan paling rendah 10 km/jam.
(2) Lebar badan jalan paling sedikit 7,5 m.
d) Jalan lingkungan sekunder atau juga dikenal sebagai
jalan permukiman di lingkungan perkotaan berfungsi
menghubungkan antar persil dalam kawasan
perkotaan dengan ciri-ciri:
(1) Kecepatan paling rendah 10 km/jam.
(2) Lebar badan jalan paling sedikit 6,5 m.
Konsep Dasar Jalan Raya |
23
(3) Diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda
3 atau lebih.
(4) Yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda 3 atau lebih harus mempunyai
lebar badan jalan paling sedikit 3,5 m.
e. Berdasarkan Kelas Jalan
Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan:
1) Penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan (LLAJ).
Pembagian kelas jalan berdasarkan penggunaan
jalan dan kelancaran Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ)
adalah seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Kelas Jalan sesuai penggunaannya.
Dimensi Kendaraan
Kelas
Jalan
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas
Khusus
Fungsi
Jalan
Lebar Panjang
Tinggi
Muatan
Sumbu
Terberat
(MST)
ton
Arteri,
Kolektor
Arteri,
Kolektor,
Lokal dan
Lingkungan
≤ 2,55
≤ 18,0
≤ 4,2
10
> 2,55
≤ 9,0
≤ 3,5
8
Arteri
≤ 2,2
Sumber: (Mian, 2009)
≤ 2,55
≤ 12,0
> 18,0
≤ 4,2
8
≤ 4,2
> 10
2) Spesifikasi penyediaan prasarana jalan (SPPJ)
Pembagian kelompok jalan diklasifikasikan
menurut Syarat Penyediaan Prasarana Jalan (SPPJ).
Klasifikasi ini didasarkan pada pengendalian jalan
masuk, ketersediaan persimpangan sebidang, jumlah
lajur dan lebar lajur, ketersediaan median, dan pagar
Rumija.
a) Jalan bebas Hambatan (JBH) yaitu jalan dengan
spesifikasi:
(1) Pengendalian jalan masuk secara penuh.
24 | Teknik Sipil
(2) Persimpangan sebidang tidak ada.
(3) Jumlah lajur paling sedikit 2 lajur untuk setiap
arah.
(4) Lebar lajur paling sedikit 3,5 m.
(5) Dilengkapi dengan median jalan.
(6) Dilengkapi dengan pagar Rumija.
b) Jalan raya (JRY), yaitu jalan umum untuk lalu lintas
secara menerus dengan spesifikasi:
(1) Jalan masuk terbatas.
(2) Ada persimpangan sebidang.
(3) Jumlah lajur paling sedikit 2 lajur untuk setiap
arah.
(4) Lebar lajur paling sedikit 3,5 m.
(5) Dilengkapi median.
(6) Tidak dilengkapi dengan pagar Rumija.
c) Jalan sedang (JSD), adalah jalan umum dengan lalu
lintas jarak sedang dengan spesifikasi:
(1) Jalan masuk tidak dibatasi.
(2) Ada persimpangan sebidang.
(3) Jumlah lajur paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah.
(4) Lebar lajur paling sedikit 7 m.
(5) Tidak dilengkapi oleh median.
(6) Tidak dilengkapi oleh pagar Rumija.
d) Jalan kecil (JKC), adalah jalan umum untuk melayani
lalu lintas setempat dengan spesifikasi:
(1) Jalan masuk dibatasi.
(2) Ada persimpangan sebidang.
(3) Jumlah lajur paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah.
(4) Lebar lajur paling sedikit 5,5 m.
(5) Tidak dilengkapi oleh median.
(6) Tidak dilengkapi oleh pagar Rumija.
Konsep Dasar Jalan Raya |
25
e) Jalan lalu lintas Rendah (JLR), adalah jalan umum
yang belum diatur dalam peraturan yang berlaku,
tetapi dirumuskan untuk melayani lalu lintas yang
rendah dengan spesifikasi:
(1) Jalan masuk tidak dibatasi.
(2) Jumlah lajur paling sedikit 1 lajur untuk 2 arah.
(3) Lebar lajur paling sedikit 4 m.
(4) Tidak dilengkapi oleh median.
(5) Tidak dilengkapi oleh pagar Rumija.
F. Lingkungan dan Aspek Keberlanjutan
1. Dampak Lingkungan Jalan Raya
Dampak lingkungan jalan raya merujuk pada
konsekuensi ekologis yang dihasilkan oleh konstruksi,
operasional, dan penggunaan sistem transportasi jalan raya.
Berikut adalah uraian secara detail dan terinci tentang dampak
lingkungan jalan raya:
a. Pencemaran Udara
Lalu lintas jalan raya menjadi sumber utama
pencemaran udara di perkotaan. Emisi kendaraan menghasilkan polutan seperti karbon monoksida (CO), nitrogen
dioksida (NO2), partikel halus (PM), dan hidrokarbon (HC).
Peningkatan polutan ini dapat menyebabkan penurunan
kualitas udara, mengganggu kesehatan manusia, dan
menyebabkan masalah pernapasan serta efek negatif pada
ekosistem.
b. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Transportasi jalan raya juga berkontribusi signifikan
terhadap emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida
(CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (N2O). Emisi GRK
ini berperan dalam perubahan iklim global dan pemanasan
global yang berdampak pada kerusakan lingkungan,
perubahan suhu, dan pola cuaca yang tidak stabil.
26 | Teknik Sipil
c. Kepadatan Lalu Lintas
Jalan raya yang padat menyebabkan kemacetan
lalulintas, yang berdampak pada konsumsi bahan bakar
yang lebih tinggi dan waktu tempuh yang lebih lama.
Kepadatan lalu lintas juga berkontribusi pada emisi gas
buang yang lebih tinggi dan mengurangi efisiensi
transportasi.
d. Kerusakan Habitat
Pembangunan infrastruktur jalan raya seringkali
memerlukan penggusuran lahan dan penghancuran habitat
alami. Pembukaan lahan untuk membangun jalan raya
dapat mengurangi luas habitat alami, memisahkan
ekosistem, dan mengganggu keberlanjutan lingkungan. Ini
dapat mengancam keberadaan flora dan fauna, termasuk
spesies langka atau terancam punah.
e. Fragmentasi Habitat
Jalan raya juga dapat membagi habitat menjadi
fragmen terpisah, menghalangi pergerakan hewan liar dan
mengganggu keterhubungan ekologi. Hal ini dapat
mengurangi keanekaragaman hayati, meningkatkan risiko
tabrakan dengan satwa liar, dan menghambat migrasi dan
reproduksi hewan.
f. Perubahan Tata Guna Lahan
Pembangunan jalan raya sering kali mengakibatkan
perubahan tata guna lahan, termasuk penggusuran
pemukiman manusia, pengurangan area hijau, dan konversi
lahan pertanian atau hutan menjadi lahan infrastruktur.
Perubahan ini dapat menyebabkan hilangnya fungsi
ekologis, degradasi lahan, dan kerugian sumber daya alam.
g. Suara dan Kebisingan
Lalu lintas jalan raya juga menghasilkan kebisingan
yang mengganggu lingkungan sekitarnya. Kebisingan lalu
Konsep Dasar Jalan Raya |
27
lintas dapat menyebabkan stres pada manusia dan hewan,
mengganggu kualitas hidup, dan mengurangi produktivitas.
h. Pencemaran Air
Aktivitas jalan raya dapat menyebabkan pencemaran
air melalui limpasan permukaan, penumpahan minyak atau
bahan kimia dari kendaraan, dan penyiraman bahan kimia
seperti garam untuk pengendalian es di musim dingin.
Pencemaran air dapat merusak ekosistem air tawar dan
laut, mempengaruhi kualitas air, dan mengancam
kehidupan akuatik.
Untuk mengurangi dampak lingkungan jalan raya,
langkah-langkah
seperti
penggunaan
transportasi
berkelanjutan, peningkatan efisiensi kendaraan, penggunaan
energi terbarukan, penghijauan jalan, dan perlindungan
habitat alami perlu dipertimbangkan dan diimplementasikan.
Selain itu pengembangan infrastruktur yang lebih ramah
lingkungan dan kebijakan transportasi yang berkelanjutan juga
penting untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan.
2. Perencanaan Masa Depan dan Inovasi Jalan Raya
Perencanaan masa depan dan inovasi pada jalan raya
melibatkan pengembangan strategi dan teknologi baru untuk
meningkatkan efisiensi, keselamatan, kenyamanan, dan
keberlanjutan sistem transportasi jalan raya. Berikut ini adalah
uraian detail dan rinci tentang perencanaan masa depan dan
inovasi pada jalan raya.
a. Kendaraan Otonom
Pengembangan kendaraan otonom atau self-driving
merupakan inovasi yang signifikan dalam transportasi jalan
raya. Kendaraan otonom menggunakan sensor, sistem
navigasi, dan kecerdasan buatan untuk beroperasi tanpa
intervensi manusia. Ini memiliki potensi untuk mengurangi
kecelakaan lalu lintas, meningkatkan efisiensi lalu lintas,
dan mengurangi kemacetan.
28 | Teknik Sipil
b. Sistem Transportasi Cerdas
Perencanaan masa depan jalan raya mencakup
pengembangan sistem transportasi cerdas yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengoptimalkan
penggunaan
jalan,
meningkatkan
keamanan, dan memfasilitasi mobilitas yang efisien.
Contohnya adalah sistem manajemen lalu lintas adaptif, di
mana data real-time digunakan untuk mengatur sinyal lalu
lintas dan mengurangi kemacetan.
c. Elektrifikasi dan Kendaraan Ramah Lingkungan
Perencanaan masa depan jalan raya juga melibatkan
penggunaan kendaraan listrik dan bahan bakar alternatif
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara.
Infrastruktur pengisian listrik yang luas, pengembangan
baterai yang lebih efisien, dan penggunaan energi
terbarukan untuk mengisi daya kendaraan adalah beberapa
inovasi yang sedang dikembangkan.
d. Konsep Jalan Pintar
Perencanaan masa depan melibatkan pengembangan
jalan pintar yang menggunakan teknologi dan sensor untuk
memantau kondisi jalan, mengumpulkan data lalu lintas
secara real-time, dan memberikan informasi kepada
pengguna jalan. Ini dapat meliputi pemasangan sensor
keamanan, sistem peringatan kecelakaan, penanda jalan
interaktif, dan integrasi dengan kendaraan otonom.
e. Penggunaan Data dan Analitik
Perencanaan masa depan jalan raya memanfaatkan
data dan analitik untuk meningkatkan pengambilan
keputusan. Dengan menganalisis data lalu lintas, pola
perjalanan, dan kebutuhan mobilitas, perencana dapat
mengoptimalkan rute, meningkatkan efisiensi jaringan
jalan, dan merancang infrastruktur yang lebih baik.
Konsep Dasar Jalan Raya |
29
f. Perencanaan Kota yang Terpadu
Perencanaan masa depan jalan raya melibatkan
pendekatan yang terpadu antara transportasi, perencanaan
kota, dan lingkungan. Integrasi antara sistem transportasi
jalan raya, sistem transportasi publik, penggunaan lahan
yang bijaksana, dan pengembangan permukiman yang
berkelanjutan merupakan aspek penting dalam menciptakan kota yang lebih ramah lingkungan dan
berkelanjutan.
g. Inovasi Material dan Desain Jalan
Pengembangan bahan konstruksi baru, seperti aspal
yang tahan lama, beton yang ramah lingkungan, atau
material daur ulang, menjadi bagian dari perencanaan masa
depan jalan raya. Selain itu, desain jalan yang inovatif,
seperti jalan pintar yang ramah lingkungan, penggunaan
permukaan jalan yang hemat energi, dan sistem drainase
yang efisien, juga menjadi fokus dalam upaya meningkatkan
keberlanjutan infrastruktur jalan.
30 | Teknik Sipil
Daftar Pustaka
Bowles, S. 1970. Road Research Laboratory, Kaos GL Dergisi, 2
(October), pp. 765–770.
Chairman, V. et al. 2004. NCHRP SYNTHESIS 332 Access
Management on Crossroads in the Vicinity of Interchanges A
Synthesis of Highway Practice.
Delgado, F. 2017. ‘Road Safety Fundamentals’, Road Safety
Fundamentals: Concepts, Strategies, and Practices that
Reduce Fatalities and Injuries on the Roa, p. 188.
Djoko,Setijowarno dan R.B Frazila. 2001. Pengantar Sistem
Transportasi
Semarang:
Universitas
Katholik
Soegijapranata.
Institute of Transportation Engineers. 2009. Traffic CalmingTraffic Engineering Handbook, pp. 531–583.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, D.J.B.M.
2021. Pedoman Desain Geometrik Jalan, (1), pp. 1–14.
https://simk.bpjt.pu.go.id/file_uploads/ketentuan/PEDOM
AN_DESAIN_GEOMETRIK_JALAN_FINAL__pdf_04-112021_06-44-13.pdf.
Mian, S. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 2(5), p.
255.
Pemodelan, P. (no date) Perencanaan & Pemodelan. Kedua. Edited
by ITB. Bandung: ITB Bandung.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006
Tentang Jalan. 2006.
Perpres. 2022. ‘Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2022 Tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan’, Pemerintah
Indonesia, (134229), p. 77.
White, P. 1976. Planning for Public Transport. Hutchinson (Built
environment
series).
Available
at:
https://books.google.co.id/books?id=bG0iAQAAMAAJ.
Konsep Dasar Jalan Raya |
31
32 | Teknik Sipil
BAB II
Konsep Mekanika Teknik
Budi Witjaksana
A. Pendahuluan
Mekanika adalah ilmu pertama yang memiliki kerangka teoretis
yang sistematis didirikan pada matematika diciptakan, seperti
yang dipelopori dalam 'Principia' Newton (pertama diterbitkan
pada tahun 1687). Meskipun banyak ide yang sudah ada
digabungkan 'Principia', itu mewakili konsepsi keseluruhan yang
secara fundamental baru tentang bagaimana sebuah jurusan ilmu
dapat dicirikan dari segi hukum-hukum yang berbentuk eksplisit
karakter matematika. Mekanika Teknik adalah cabang dari ilmu
fisika yang mempelajari dan menganalisis perilaku benda dan
sistem fisik ketika berinteraksi dengan gaya dan perpindahan. Ini
adalah dasar dari banyak disiplin ilmu dalam teknik, seperti
teknik sipil dan teknik mesin. Konsep-konsep dasar dalam
mekanika teknik meliputi:
1. Statika: Cabang mekanika yang mempelajari keadaan benda
yang tidak bergerak atau bergerak dengan kecepatan konstan.
Ini mencakup penentuan gaya yang diperlukan untuk menjaga
benda dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan (Kuhn, 2020).
2. Dinamika: Studi tentang gaya dan perpindahan benda.
Dinamika terbagi menjadi dua sub-kategori: Kinematika, yang
33
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
mempelajari gerakan tanpa mempertimbangkan gaya yang
menyebabkannya, dan kinetika, yang mempelajari hubungan
antara gaya dan gerakan.
Mekanika Bahan: Ini mempelajari perilaku benda padat yang
ditekan oleh gaya eksternal. Ini mencakup pengetahuan
tentang tegangan, regangan, dan modul elastisitas.
Mekanika Fluida: Cabang dari mekanika yang mempelajari
perilaku fluida (cairan dan gas). Ini mencakup pengetahuan
tentang tekanan, aliran, dan dinamika fluida.
Hukum Newton: Tiga hukum dasar yang digunakan untuk
meramalkan pergerakan benda.
Prinsip Keseimbangan: Dalam keadaan setimbang, jumlah gaya
dan momen pada suatu sistem sama dengan nol.
Konsep Gaya dan Momen: Gaya adalah interaksi yang
menyebabkan perubahan keadaan gerak suatu benda,
sedangkan momen adalah efek rotasi dari gaya tersebut.
Analisis Struktur: Ini melibatkan penentuan gaya internal dan
perpindahan dalam struktur, seperti balok, jembatan, dan
bangunan.
Energi dan Kerja: Energi adalah kemampuan untuk melakukan
kerja, dan kerja adalah penerapan gaya sepanjang jarak.
B. Statika
Statika adalah cabang dari mekanika yang berfokus pada analisis
benda-benda atau struktur yang tidak bergerak (diam) atau
bergerak dengan kecepatan konstan. Prinsip dasarnya adalah
bahwa, dalam keadaan setimbang, jumlah gaya dan momen yang
bekerja pada suatu sistem harus sama dengan nol. Jika jumlah
gaya dan momen yang bekerja pada sistem tidak nol, sistem
tersebut akan bergerak atau berputar.
Statika adalah cabang dari mekanika yang berfokus pada
analisis benda-benda atau struktur yang tidak bergerak (diam)
atau bergerak dengan kecepatan konstan. Prinsip dasarnya
adalah bahwa, dalam keadaan setimbang, jumlah gaya dan
momen yang bekerja pada suatu sistem harus sama dengan nol.
34 | Teknik Sipil
Jika jumlah gaya dan momen yang bekerja pada sistem tidak nol,
sistem tersebut akan bergerak atau berputar.
Gambar 2.1 XXXXXXXXXXX
Sumber : https://perpusteknik.com/pengantar-statika/
Untuk memberi gambaran yang lebih baik, mari kita lihat
contoh sederhana: Misalkan kita memiliki balok kayu yang
diletakkan di atas dua penyangga. Jika balok ini seimbang dan
tidak bergerak, itu berarti bahwa jumlah gaya yang bekerja pada
balok tersebut adalah nol. Jika kita memiliki berat balok W yang
bertindak ke bawah di tengah balok, dan dua gaya F1 dan F2 dari
masing-masing penyangga yang bertindak ke atas, kita bisa
menulis bahwa:
F1 + F2 = W
Ini berarti jumlah gaya ke atas (F1 dan F2) harus sama
dengan gaya ke bawah (W) untuk balok ini berada dalam keadaan
setimbang.
Kita juga harus mempertimbangkan momen. Momen adalah
gaya yang menyebabkan putaran. Momen dihitung dengan
mengalikan gaya dengan jarak dari titik pivot. Dalam hal ini, jika
balok seimbang dan tidak berputar, maka jumlah momen juga
harus nol. Jadi, jika W bertindak pada jarak L/2 dari masing-
Konsep Mekanika Teknik |
35
masing penyangga (di mana L adalah panjang balok), kita bisa
menulis bahwa:
F1 * (L/2) = F2 * (L/2)
Ini berarti bahwa gaya F1 dan F2 harus sama besar untuk
memastikan balok tidak berputar.
Jadi, dalam statika, kita menggunakan konsep-konsep
seperti ini untuk menganalisis dan merancang struktur agar dapat
menahan beban tanpa bergerak atau berputar.
1. Contoh Statika dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebuah Bangunan: Bangunan merupakan contoh paling
umum dan mudah diidentifikasi dari aplikasi statika.
Bangunan harus dirancang untuk menahan berbagai gaya dan
beban, seperti berat sendiri, beban orang dan barang di
dalamnya, serta gaya angin dan gempa bumi. Statika
digunakan untuk memastikan bahwa semua gaya tersebut
seimbang sehingga bangunan tetap berdiri dan tidak roboh.
Meja dengan Beban di Atasnya: Bayangkan ada buku
yang diletakkan di atas meja. Buku tersebut memiliki berat
yang menghasilkan gaya ke bawah, dan meja memberikan gaya
reaksi yang sama besarnya tetapi berlawanan arah untuk
menahan buku tersebut. Jadi, gaya-gaya ini saling
menyeimbangkan sehingga buku tersebut tetap diam di atas
meja.
Jembatan: Statika juga digunakan dalam desain dan
analisis jembatan. Jembatan harus mampu menahan berat
sendiri (beban mati) dan berat dari kendaraan dan pejalan
kaki yang melintasinya (beban hidup). Statika memungkinkan
insinyur untuk memastikan bahwa semua gaya dan momen
dalam struktur jembatan seimbang.
Dalam studi statika, biasanya dilakukan analisis gaya
bebas (Free Body Diagram) untuk memahami dan memodelkan
gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda. Setelah itu,
dilakukan penyeimbangan gaya dan momen untuk mencari
gaya-gaya atau variabel-variabel yang belum diketahui.
36 | Teknik Sipil
Rumus dasar yang digunakan dalam statika adalah ΣF= 0
dan ΣM= 0, yang menunjukkan bahwa jumlah gaya dan momen
(atau torsi) dalam sistem adalah nol, yang berarti sistem
tersebut berada dalam keseimbangan.
2. Contoh Soal Statika
Pertimbangkan balok yang diletakkan di lantai. Balok
tersebut memiliki massa 10 kg, yang berarti beratnya adalah
98 N (menggunakan g= 9.8 m/s²). Jika balok ini dalam keadaan
diam, berapakah gaya reaksi lantai terhadap balok tersebut?
Dalam hal ini, kita bisa menganggap bahwa balok dan
lantai adalah sistem yang seimbang, sehingga kita bisa
menggunakan prinsip keseimbangan gaya: ΣF= 0.
Dengan menganggap ke atas sebagai positif, kita punya:
gaya reaksi lantai (R) - berat balok = 0.
Jadi, R - 98 N = 0, yang berarti R = 98 N.
Jadi, gaya reaksi lantai terhadap balok tersebut adalah
98 N, yang berarti lantai mendorong balok ke atas dengan gaya
yang sama besarnya dengan berat balok tersebut, menjaga
balok tersebut tetap dalam posisi diam.
Jadi, pada dasarnya, studi statika digunakan untuk
memahami bagaimana sistem atau struktur bekerja dan
bagaimana desainnya bisa dipastikan aman dan efisien.
3. Beberapa Buku yang Bisa Anda Baca untuk Belajar Lebih
Lanjut tentang Statika
a. "Engineering Mechanics: Statics" oleh R. C. Hibbeler
Buku ini memberikan penjelasan yang jelas dan rinci
tentang prinsip-prinsip dasar statika dalam konteks teknik,
lengkap dengan contoh soal dan latihan.
b. "Statics and Mechanics of Materials" oleh Ferdinand P. Beer,
E. Russell Johnston Jr., John T. DeWolf, dan David F. Mazurek
Buku ini menggabungkan topik-topik tentang statika
dan mekanika bahan, menjadikannya pilihan yang baik jika
Anda juga tertarik belajar tentang sifat material dalam
konteks kekuatan dan deformasi.
Konsep Mekanika Teknik |
37
c. "Vector Mechanics for Engineers: Statics" oleh Ferdinand
Beer, E. Russell Johnston Jr., David Mazurek, Phillip
Cornwell, dan Brian Self
Buku ini merupakan sumber teks standar yang
digunakan dalam banyak program teknik di seluruh dunia.
d. "Mechanics for Engineers: Statics" oleh George W. Zwiebach
Buku ini memberikan pengantar yang solid untuk
statika dengan penjelasan teoretis dan contoh aplikasi.
e. "Introduction to Statics and Dynamics" oleh Andy Ruina dan
Rudra Pratap
Buku ini membahas konsep-konsep dasar dalam
statika dan dinamika dengan pendekatan yang mudah
diikuti.
f. "Mekanika Teknik: Statika" oleh Joko Kristiawan
g. "Buku Ajar Mekanika Teknik: Statika dan Kekuatan Bahan"
oleh Ir. H. Rusnaldy, Ph.D.
h. "Mekanika Teknik I: Statika" oleh Prof. Dr. Ir. Mikrajuddin
Abdullah, Fisika ITB
i. "Statika Struktur Teknik Sipil" oleh Dr. Ir. Hardjito, Dipl.HE
j. "Mekanika Teknik: Statika dan Dinamika" oleh Prof. Dr. Ir. I
Made Gatot Karohika ST.,MT.
C. Dinamika
Dinamika adalah cabang dari mekanika yang mempelajari gaya
dan gerakan objek yang bergerak. Dinamika sendiri dibagi
menjadi dua bagian yaitu kinematika dan kinetika.
Kinematika adalah studi tentang gerakan tanpa
mempertimbangkan gaya yang menyebabkannya. Konsep-konsep
utama dalam kinematika meliputi posisi, kecepatan, percepatan,
dan waktu.
Kinetika adalah studi tentang hubungan antara gaya dan
gerakan. Konsep-konsep utama dalam kinetika meliputi hukum
gerak Newton dan prinsip momentum dan energi.
38 | Teknik Sipil
Gambar 2.2. Dinamika Teknik
Sumber : https://yunusbillah.wordpress.com/mengajar/dinamikateknik/
Berikut adalah beberapa contoh yang menjelaskan konsep
dinamika:
1. Mengendarai Mobil: Saat mengendarai mobil, Anda
memanfaatkan konsep dinamika. Misalnya, saat Anda
menginjak pedal gas, mobil bergerak maju. Ini adalah contoh
dari Hukum II Newton, yang menyatakan bahwa gaya yang
bekerja pada objek sama dengan massa objek dikalikan dengan
percepatannya (F= ma). Dengan kata lain, saat Anda
memberikan gaya pada mobil melalui pedal gas, mobil tersebut
mengalami percepatan.
2. Sepeda Mengayuh Menanjak: Ketika sepeda naik ke bukit, ia
melawan gaya gravitasi. Oleh karena itu, pengendara sepeda
harus menerapkan gaya lebih besar untuk menjaga percepatan
sepeda. Ini adalah contoh lain dari Hukum II Newton.
3. Lemparan Bola: Saat Anda melempar bola, Anda memberikan
gaya awal pada bola tersebut yang menyebabkan bola
bergerak dan terus bergerak sampai gaya lain (seperti gaya
gravitasi atau gaya gesekan udara) menghentikan gerakannya.
Ini adalah contoh dari Hukum I Newton (hukum inersia), yang
Konsep Mekanika Teknik |
39
menyatakan bahwa objek akan tetap diam atau bergerak
dengan kecepatan konstan dalam garis lurus kecuali dipaksa
oleh gaya netto.
4. Penerbangan Pesawat: Pesawat terbang dengan menghasilkan
gaya dorong yang cukup untuk mengatasi gaya hambatan dan
gaya beratnya. Ketika gaya dorong lebih besar dari gaya
hambatan dan berat, pesawat akan naik. Jika gaya dorong
kurang, pesawat akan turun. Jika kedua gaya tersebut
seimbang, pesawat akan terbang dengan kecepatan konstan.
Ini adalah contoh dari Hukum II Newton.
Pada dasarnya, dinamika digunakan untuk memahami dan
meramalkan bagaimana objek bergerak dan berinteraksi satu
sama lain saat gaya dikenakan pada mereka.
Dalam mempelajari Dinamika, kita sering kali menggunakan
Hukum Gerak Newton yang berisi tiga aturan utama:
1. Hukum Newton Pertama (Hukum Inersia) : Benda akan tetap
diam atau bergerak lurus seragam sampai ada gaya luar yang
bekerja padanya. Ini bukanlah rumus, tetapi konsep
fundamental.
2. Hukum Newton Kedua : Gaya netto yang bekerja pada benda
sama dengan perubahan momentumnya. Biasanya dirumuskan
sebagai F = ma, di mana F adalah gaya total yang bekerja pada
benda, m adalah massa benda, dan a adalah percepatan benda.
3. Hukum Newton Ketiga (Hukum Aksi-Reaksi) : Untuk setiap
aksi, ada reaksi yang sama besar dan berlawanan arah. Lagilagi, ini bukanlah rumus, tetapi konsep fundamental.
1. Contoh Soal Dinamika
Misalkan ada kotak dengan massa 10 kg, dan kita
mendorongnya dengan gaya 50 Newton. Berapa percepatan
kotak tersebut?
Dari Hukum Newton Kedua, kita tahu bahwa F = ma. Kita
bisa mengatur ulang rumus ini untuk menyelesaikan
percepatan: a = F/m.
Maka a = 50 N / 10 kg = 5 m/s².
40 | Teknik Sipil
Jadi, kotak tersebut akan mengalami percepatan sebesar
5 meter per detik kuadrat.
Untuk memahami dinamika secara lebih mendalam,
biasanya diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep
seperti energi kinetik dan potensial, momentum, dan hukum
kekekalan energi dan momentum. Dinamika juga mencakup
studi tentang gerakan rotasi dan getaran, yang masing-masing
memiliki seperangkat konsep dan rumus sendiri.
Berikut beberapa rumus utama dalam kinematika untuk
gerakan lurus (satu dimensi):
Kecepatan rata-rata (v_avg) = perpindahan/waktu = Δx/
Δt
Percepatan rata-rata (a_avg) = perubahan kecepatan/
waktu = Δv/Δt
Kecepatan akhir (v) = kecepatan awal (u) + percepatan
(a) * waktu (t) --> v = u + at
Jarak atau perpindahan (x) = kecepatan awal (u) * waktu
(t) + 1/2 * percepatan (a) * waktu^2 --> x = ut + 1/2at^2
Kecepatan akhir^2 = kecepatan awal^2 + 2 * percepatan
* jarak --> v^2 = u^2 + 2ax
2. Contoh Soal Kinematika
Misalkan sebuah mobil memulai perjalanan dari diam
dan mencapai kecepatan 30 m/s dalam 10 detik. Berapa
percepatannya dan berapa jarak yang ditempuhnya dalam
waktu tersebut?
Percepatannya dihitung dengan rumus percepatan ratarata, a = Δv/Δt = (30 m/s - 0 m/s) /10 s = 3 m/s².
Untuk jarak yang ditempuh, kita menggunakan rumus x
= ut + 1/2at^2. Karena mobil memulai dari diam, kecepatan
awal (u) adalah 0, jadi x = 1/2 * 3 m/s² * (10 s)^2 = 150 m.
Jadi, mobil tersebut mengalami percepatan sebesar 3
m/s² dan melalui jarak 150 meter selama 10 detik tersebut.
Kinetika adalah cabang dari dinamika yang berfokus
pada hubungan antara gerakan benda dan gaya yang
menyebabkannya. Dengan kata lain, kinetika berfokus pada
Konsep Mekanika Teknik |
41
penyebab perubahan gerakan. Konsep-konsep utama dalam
kinetika meliputi Hukum Gerak Newton dan prinsip-prinsip
energi dan momentum.
3. Konsep Kinetika
Berikut adalah contoh dari konsep kinetika: Hukum
Gerak Newton: Ini adalah prinsip dasar dalam kinetika. Hukum
Newton Kedua, misalnya, menyatakan bahwa gaya yang
diterapkan pada suatu benda adalah sama dengan perubahan
momentum benda tersebut seiring waktu, atau F = ma, di mana
F adalah gaya, m adalah massa, dan a adalah percepatan.
Gambar 2.3. Energi Kinetik
Sumber : https://www.pngwing.com/id/free-png-pdiql
Prinsip Energi: Energi kinetik suatu benda dengan massa
m dan kecepatan v adalah 1/2 mv^2. Energi potensial gravitasi
suatu benda dengan massa m, gravitasi g, dan ketinggian h
adalah mgh. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa total
energi dalam sistem tertutup tetap konstan.
Prinsip Momentum: Momentum suatu benda adalah
hasil kali antara massa dan kecepatan, atau p = mv. Hukum
kekekalan momentum menyatakan bahwa total momentum
dalam sistem tertutup (yaitu, sistem tanpa gaya eksternal)
tetap konstan.
42 | Teknik Sipil
Contoh Soal Kinetika
Misalkan ada bola dengan massa 0.5 kg bergerak dengan
kecepatan 10 m/s. Bola tersebut memukul dinding dan
memantul kembali dengan kecepatan yang sama tetapi arah
yang berlawanan (yaitu, -10 m/s). Apakah perubahan
momentum bola tersebut?
Momentum awal bola adalah p1 = mv = 0.5 kg * 10 m/s =
5 kg*m/s.
Momentum akhir bola adalah p2 = mv = 0.5 kg * -10
m/s= -5 kg*m/s.Jadi, perubahan momentum adalah p2 - p1= -5
kg*m/s - 5 kg*m/s = -10 kg*m/s.
Jadi, perubahan momentum bola tersebut adalah -10
kg*m/s, yang berarti momentumnya berubah 10 kg*m/s
dalam arah yang berlawanan dari gerakan awalnya. Ini adalah
contoh dari prinsip momentum dan Hukum Gerak Newton
Ketiga (untuk setiap aksi, ada reaksi yang sama besar dan
berlawanan arah).
4. Beberapa Buku yang Membahas tentang Dinamika
a. "Engineering Mechanics: Dynamics" oleh R.C. Hibbeler
Buku ini memberikan penjelasan yang mendalam
tentang dinamika dalam konteks teknik. Setiap konsep
dijelaskan dengan jelas dan disertai dengan banyak contoh
dan latihan soal.
b. "Vector Mechanics for Engineers: Dynamics" oleh Ferdinand
Beer, E. Russell Johnston Jr., David Mazurek, Phillip
Cornwell, dan Brian Self
Buku ini adalah bagian dari serangkaian buku "Vector
Mechanics for Engineers" dan mencakup konsep-konsep
dasar dan lanjutan dalam dinamika.
c. "Dynamics: Theory and Application of Kane's Method" oleh
Carlos M. Roithmayr dan Dewey H. Hodges
Buku ini berfokus pada metode Kane, teknik yang
digunakan dalam dinamika yang canggih dan membahas
konsep-konsep seperti gerakan benda kaku, getaran, dan
banyak lagi.
Konsep Mekanika Teknik |
43
d. "Introduction to Dynamics" oleh Irving Herman Shames
Buku ini menawarkan pengenalan tentang dinamika
dan mencakup topik-topik seperti kinematika, hukum gerak
Newton, dan energi dan momentum.
e. "Classical Dynamics of Particles and Systems" oleh Stephen
T. Thornton dan Jerry B. Marion
Buku ini berfokus pada dinamika dalam konteks
fisika dan mencakup topik-topik seperti mekanika
Lagrangian dan Hamiltonian, serta mekanika relativitas.
5. Beberapa Buku yang Membahas Dinamika dalam Konteks
Teknik Sipil
a. "Dynamics of Structures" oleh Anil K. Chopra
Buku ini merupakan rujukan klasik untuk dinamika
struktur dalam teknik sipil, dan mencakup topik-topik
seperti respon struktur terhadap beban dinamis dan
getaran struktur.
b. "Structural Dynamics: Theory and Computation" oleh Mario
Paz, William Leigh
Buku ini memperkenalkan teori dan komputasi
dinamika struktur, termasuk aplikasi untuk berbagai jenis
struktur dan bahan.
c. "Elements of Earthquake Engineering and Structural
Dynamics" oleh Andre Filiatrault, et al.
Buku ini mencakup topik dinamika struktur dengan
fokus pada aplikasi dalam rekayasa gempa.
d. "Dynamics of Civil Structures" oleh John W. Wallace, John F.
Hall
Buku ini berfokus pada aplikasi prinsip-prinsip
dinamika pada struktur teknik sipil dan mencakup topik
seperti analisis modal dan pemodelan dinamik.
e. "Structural Dynamics and Vibration in Practice: An
Engineering Handbook" oleh Douglas Thorby
Buku ini memberikan panduan praktis untuk
rekayasa dinamika dan getaran dalam praktik teknik sipil.
44 | Teknik Sipil
Berikut beberapa judul buku yang ditulis oleh penulis
Indonesia dan membahas tentang Dinamika dalam konteks
Teknik Sipil:
a. "Mekanika Teknik: Statika dan Dinamika" oleh Prof. Dr. Ir. I
Made Gatot Karohika, S.T., M.T.
b. "Dinamika Struktur" oleh Prof. Dr. Ir. I Wayan Sengara.
c. "Teori dan Aplikasi Dinamika Struktur" oleh Prof. Dr. Ir.
Iswandi Imran.
d. "Analisis Dinamika Struktur" oleh Dr. Eddy Roflin, M.Sc.
D. Mekanika Bahan
Mekanika bahan, yang juga dikenal sebagai mekanika padat atau
kekuatan bahan, adalah cabang mekanika yang mempelajari
perilaku benda ketika gaya eksternal diterapkan. Fokus utamanya
adalah pada deformasi dan tegangan yang dihasilkan oleh gaya
tersebut.
Mekanika bahan, juga dikenal sebagai Mekanika Padat atau
Kejutan Bahan, adalah cabang ilmu teknik yang mempelajari
perilaku bahan ketika diterapkan gaya atau beban. Ini membantu
dalam merancang dan menganalisis struktur seperti jembatan,
bangunan, pesawat, kapal, dan mesin lainnya. Konsep utama
dalam mekanika bahan meliputi tegangan (stres), regangan
(strain), modul elastisitas, dan Hukum Hooke.
Gambar 2.4. Menentukan Titik Penampang
Sumber: https://images.app.goo.gl/ScCJDLVnMmjVKD2x6
Konsep Mekanika Teknik |
45
Tegangan (Stres): Tegangan adalah gaya per unit area
dalam benda, biasanya dinyatakan dalam unit pascal (Pa).
Tegangan, σ, dihitung dengan rumus σ= F/A, di mana F adalah
gaya dan A adalah luas penampang.
Regangan (Strain): Regangan adalah perubahan panjang per
unit panjang awal. Regangan, ε, dihitung dengan rumus ε= ΔL/L0,
di mana ΔL adalah perubahan panjang dan L0 adalah panjang
awal.
Modul Elastisitas (Young's Modulus): Modul elastisitas
adalah rasio tegangan terhadap regangan dalam benda elastis,
biasanya dinyatakan dalam unit pascal (Pa). Modul elastisitas, E,
dihitung dengan rumus E = σ/ε.
Hukum Hooke: Hukum Hooke menyatakan bahwa regangan
dalam benda elastis sebanding dengan tegangan yang
diterapkannya, selama benda tersebut tidak melampaui batas
elastisitasnya. Dinyatakan sebagai σ = Eε.
Contoh Soal Mekanika Bahan:
Misalkan kita memiliki balok baja dengan panjang awal 3
meter dan luas penampang 0.01 m². Balok tersebut ditarik
dengan gaya 15,000 N, dan panjangnya berubah menjadi 3.003
meter. Modul elastisitas baja adalah sekitar 200 GPa (200 miliar
Pa). Apakah perilaku balok ini sesuai dengan Hukum Hooke?
1. Hitung tegangan pada balok: σ = F/A = 15,000 N / 0.01 m²= 1.5
juta Pa (atau 1.5 MPa).
2. Hitung regangan pada balok: ε = ΔL/L0= (3.003 m - 3 m)/3 m=
0.001.
3. Bandingkan tegangan dan regangan dengan Modul elastisitas:
E = σ/ε = 1.5 juta Pa / 0.001= 1.5 miliar Pa (atau 1.5 GPa).
Dalam hal ini, E yang dihitung (1.5 GPa) lebih kecil dari E
baja yang diberikan (200 GPa), jadi dalam kasus ini balok tidak
sepenuhnya mengikuti Hukum Hooke. Ini mungkin menunjukkan
bahwa balok telah melampaui batas elastisitasnya, atau bahwa
ada faktor lain yang mempengaruhi perilakunya, seperti
perubahan suhu atau efek plastis.
46 | Teknik Sipil
**Contoh Soal Mekanika Bahan:**
Misalkan sebuah batang baja dengan panjang 3 meter dan
luas penampang 0.01 m² ditarik dengan gaya 15000 N. Jika
modulus elastisitas baja adalah 200 GPa, berapa perubahan
panjang batang tersebut?
Pertama, hitung tegangan pada batang menggunakan rumus
tegangan:
σ = F / A = 15000 N / 0.01 m² = 1.5 * 10^6 Pa = 1.5 MPa
Kemudian, gunakan Hukum Hooke untuk menghitung
deformasi:
ε = σ / E = 1.5 MPa / 200 GPa = 7.5 * 10^-6
Terakhir, hitung perubahan panjang batang menggunakan
rumus deformasi:
ΔL = ε * L = 7.5 * 10^-6 * 3 m = 0.0225 mm
Jadi, panjang batang baja tersebut akan bertambah sebesar
0.0225 mm ketika ditarik dengan gaya 15000 N.
Berikut beberapa buku yang bisa Anda baca untuk belajar
lebih lanjut tentang mekanika bahan:
1. "Mechanics of Materials" oleh R. C. Hibbeler
Buku ini memberikan penjelasan yang jelas dan rinci
tentang prinsip-prinsip dasar mekanika bahan, lengkap
dengan contoh soal dan latihan.
2. "Mechanics of Materials" oleh Ferdinand P. Beer, E. Russell
Johnston Jr., John T. DeWolf, dan David F. Mazurek
Buku ini menggabungkan topik-topik tentang statika dan
mekanika bahan, menjadikannya pilihan yang baik jika Anda
juga tertarik belajar tentang sifat material dalam konteks
kekuatan dan deformasi.
3. "Mechanics of Materials" oleh James M. Gere dan Barry J.
Goodno
Buku ini adalah sumber daya yang sangat baik untuk
belajar tentang konsep-konsep dalam mekanika bahan,
termasuk tegangan, regangan, dan transformasi.
Konsep Mekanika Teknik |
47
4. "Mechanics of Materials: An Integrated Learning System" oleh
Timothy A. Philpot
Buku ini mengajarkan konsep mekanika bahan dengan
pendekatan sistem belajar terintegrasi, melibatkan pembaca
dalam latihan interaktif dan aplikasi real-world.
5. "Advanced Mechanics of Materials and Applied Elasticity" oleh
Ansel C. Ugural dan Saul K. Fenster
Buku ini adalah sumber daya yang bagus untuk tingkat
lanjut dalam mekanika bahan, mencakup topik seperti analisis
tegangan, transformasi tegangan dan regangan, serta perilaku
bahan.
Berikut adalah beberapa buku yang membahas mekanika
bahan dalam konteks teknik sipil:
1. "Mechanics of Materials in SI Units" oleh Russell C. Hibbeler
Buku ini merupakan referensi klasik untuk mekanika
bahan dalam teknik sipil. Hibbeler menggabungkan penjelasan
teoritis dengan studi kasus dan contoh nyata, menjadikan buku
ini sangat berguna dalam aplikasi praktis.
2. "Mechanics of Materials" oleh James M. Gere dan Barry J.
Goodno
Buku ini menawarkan pengenalan yang baik ke prinsipprinsip dasar mekanika bahan, dan banyak digunakan oleh
mahasiswa teknik sipil.
3. "Mechanics of Materials For Dummies" oleh James H. Allen III
Meski bukan secara khusus ditujukan untuk teknik sipil,
buku ini memberikan pengantar yang mudah dipahami ke
mekanika bahan, menjadikannya pilihan yang baik bagi
mereka yang baru memulai.
4. "Mechanics of Materials: An Introduction to the Mechanics of
Elastic and Plastic Deformation of Solids and Structural
Components" oleh E.J. Hearn
Buku ini memberikan penjelasan mendalam tentang
mekanika bahan, dengan fokus pada deformasi elastis dan
plastis, yang sangat relevan bagi teknik sipil.
48 | Teknik Sipil
6. "Mechanics of Materials" oleh Madhukar Vable
Buku ini menggabungkan penjelasan teoritis dengan
contoh dan latihan praktis, membantu pembaca memahami
bagaimana konsep-konsep ini diterapkan dalam konteks
teknik sipil.
Berikut ini adalah beberapa judul buku tentang Mekanika
Bahan dalam Teknik Sipil yang ditulis oleh penulis dari Indonesia:
1. "Mekanika Teknik - Jilid 1: Statika dan Kekuatan Material" oleh
R. C. Hibbeler, diterjemahkan oleh Lie Jasa, Ir
Buku ini memberikan penjelasan tentang statika dan
mekanika bahan dengan penjelasan dan contoh yang jelas.
Buku ini adalah terjemahan dari edisi asli R. C. Hibbeler.
2. "Mekanika Bahan untuk Teknik Sipil" oleh Imam Rochani, S.T.,
M.T
Buku ini mengulas konsep-konsep dasar mekanika
bahan seperti tegangan, regangan, serta perubahan bentuk dan
ukuran material akibat beban.
3. "Mekanika Bahan" oleh Firdaus, S.T., M.T
Buku ini memperkenalkan prinsip-prinsip dasar
mekanika bahan dengan penjelasan dan contoh yang jelas dan
mudah dipahami.
4. "Mekanika Bahan" oleh Dr. Ir. H. Agus Subekti, M.T
Buku ini memberikan penjelasan yang rinci tentang
prinsip-prinsip dasar mekanika bahan dan bagaimana
menerapkannya dalam konteks teknik sipil.
5. "Buku Ajar Mekanika Bahan" oleh Dr. Suhendro, S.T., M.T
Buku ini berisi konsep dasar mekanika bahan yang
relevan dengan teknik sipil dan ditulis dengan gaya yang
mudah dipahami.
E. Mekanika Fluida
Mekanika fluida adalah cabang dari fisika yang mempelajari
perilaku fluida (cairan dan gas) baik dalam keadaan diam (fluida
statis) maupun bergerak (fluida dinamis). Studi ini penting dalam
Konsep Mekanika Teknik |
49
berbagai bidang, termasuk teknik sipil, teknik mesin, dan teknik
lingkungan.
Konsep dasar dalam mekanika fluida termasuk tekanan,
aliran, dan prinsip-prinsip kunci seperti Hukum Pascal, Hukum
Archimedes, dan Persamaan Bernoulli.
1. Tekanan: Tekanan adalah gaya per unit area dan didefinisikan
sebagai P= F/A. Dalam konteks fluida, tekanan biasanya
disebabkan oleh gravitasi dan kedalaman fluida: P= ρgh, di
mana ρ adalah kerapatan fluida, g adalah percepatan gravitasi,
dan h adalah kedalaman fluida.
2. Aliran: Aliran fluida bisa berupa aliran laminar (aliran yang
halus dan teratur) atau aliran turbulen (aliran yang kacau dan
tidak teratur). Debit aliran adalah volume fluida yang mengalir
per unit waktu, biasanya dinyatakan dalam meter kubik per
detik (m³/s) atau liter per detik (l/s).
3. Hukum Pascal: Hukum ini menyatakan bahwa perubahan
tekanan pada titik manapun dalam fluida tidak terkompresi
akan ditransmisikan ke semua titik lain dalam fluida dengan
sama.
4. Hukum Archimedes: Hukum ini menyatakan bahwa gaya
angkat yang diberikan pada benda yang direndam dalam fluida
adalah sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda
tersebut.
5. Persamaan Bernoulli: Persamaan ini menjelaskan bagaimana
energi dalam aliran fluida tetap konstan. Dalam bentuk paling
sederhana, persamaan Bernoulli adalah: P₁ + ½ρv₁² + ρgh₁=
P₂+ ½ρv₂² + ρgh₂, di mana P adalah tekanan, v adalah
kecepatan aliran, dan h adalah ketinggian.
Contoh Soal Mekanika Fluida:
Soal: Tabung berisi air memiliki diameter 2 m dan tinggi 10
m. Berapakah tekanan di dasar tabung ini? (Kerapatan air ρ=
1000 kg/m³, percepatan gravitasi g= 9.8 m/s²).
Jawaban: Tekanan di dasar tabung dihitung menggunakan
rumus tekanan fluida: P= ρgh= 1000 kg/m³ * 9.8 m/s² * 10 m=
98,000 Pa atau 98 kPa.
50 | Teknik Sipil
Mekanika fluida memainkan peran penting dalam teknik
sipil, khususnya dalam desain dan analisis sistem pengelolaan air
dan limbah, serta dalam hidrologi dan rekayasa pantai. Dua
prinsip kunci dalam mekanika fluida yang sering digunakan
dalam teknik sipil adalah prinsip Bernoulli dan Hukum
Kontinuitas.
Gambar 2.5. Efek Bernoulli dalam Mekanika Fluida
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Mekanika_fluida#/
media/Berkas:BernoullisLawDerivationDiagram.svg
1. Prinsip Bernoulli: Prinsip Bernoulli mengatakan bahwa
peningkatan kecepatan aliran fluida terjadi bersamaan dengan
penurunan tekanan atau penurunan energi potensial fluida.
Prinsip ini digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti dalam
desain sistem pipa dan saluran air.
2. Hukum Kontinuitas: Hukum Kontinuitas menyatakan bahwa
volume fluida yang memasuki suatu sistem per unit waktu
sama dengan volume yang keluar dari sistem per unit waktu,
asalkan tidak ada tambahan atau pengurangan massa di dalam
sistem. Hukum ini digunakan dalam analisis aliran air dalam
pipa dan saluran.
Konsep Mekanika Teknik |
51
Contoh Soal Mekanika Fluida dalam Teknik Sipil:
Misalkan kita memiliki pipa yang mengalirkan air dari
reservoar ke rumah. Pipa memiliki diameter 15 cm di reservoir
dan menyempit menjadi diameter 5 cm di rumah. Jika kecepatan
air di reservoir adalah 2 m/s, berapakah kecepatan air saat masuk
ke rumah?
Menurut Hukum Kontinuitas, kita dapat menuliskan
persamaannya sebagai berikut:
A1*v1 = A2*v2
Di mana A1 dan A2 adalah luas penampang pipa di
reservoir dan rumah, dan v1 dan v2 adalah kecepatan air di
reservoir dan rumah. Menyubstitusikan nilai-nilai yang diberikan
dan mencari v2, kita mendapatkan:
π*(15 cm/2)² * 2 m/s = π*(5 cm/2)² * v2
Membagi kedua sisi dengan π dan (5 cm/2)², kita mendapatkan:
9 * 2 m/s = v2
Jadi, v2= 18 m/s. Dengan kata lain, kecepatan air saat
masuk ke rumah adalah 18 m/s. Ini adalah contoh bagaimana
mekanika fluida digunakan dalam desain sistem pipa dalam
teknik sipil.
Berikut adalah contoh soal dalam konteks teknik sipil yang
berhubungan dengan mekanika fluida:
Soal:
Misalkan kita mempunyai sebuah bendungan yang
berbentuk persegi panjang dengan tinggi 30 meter dan lebar 10
meter. Air menekan seluruh permukaan bendungan. Berapa total
gaya yang diberikan oleh air pada bendungan?
Penyelesaian:
Dalam soal ini, kita perlu menghitung tekanan air pada
setiap titik permukaan bendungan, yang akan bervariasi
berdasarkan kedalaman. Tekanan fluida dapat dihitung
menggunakan rumus:
P = ρgh
52 | Teknik Sipil
di mana:
1. ρ adalah densitas air (sekitar 1000 kg/m³ di temperatur
ruangan).
2. g adalah percepatan gravitasi (sekitar 9.8 m/s²), dan
3. h adalah kedalaman.
Namun, karena tekanan bervariasi sepanjang ketinggian
bendungan, kita perlu menghitung tekanan rata-rata, yang terjadi
pada titik tengah bendungan. Jadi, kita akan mengganti h dengan
setengah dari tinggi bendungan, atau 15 meter. Menghitung
tekanan, kita mendapatkan:
P = (1000 kg/m³)(9.8 m/s²)(15 m) = 147,000 Pa
Selanjutnya, kita akan menghitung gaya yang diberikan
tekanan ini pada permukaan bendungan. Gaya, F, dihitung dengan
rumus F = PA, di mana A adalah luas. Dalam hal ini, luas
bendungan adalah tinggi dikalikan lebar, atau (30 m)(10 m)= 300
m². Menghitung gaya, kita mendapatkan:
F = (147,000 Pa)(300 m²) = 44,100,000 N
Jadi, total gaya yang diberikan oleh air pada bendungan
adalah sekitar 44,1 Mega Newtons.
Perhatikan bahwa ini adalah gaya total pada permukaan
bendungan, dan bahwa gaya ini akan bervariasi dari titik ke titik
berdasarkan kedalaman titik tersebut di bawah permukaan air.
Contoh Soal:
Dalam proyek teknik sipil, kita sering kali perlu
mempertimbangkan tekanan fluida. Misalkan kita memiliki tangki
berbentuk silinder yang penuh dengan air hingga ketinggian 10
meter. Tekanan atmosfer adalah 101.325 Pa. Berapakah tekanan
total di dasar tangki?
Tekanan hidrostatis di suatu kedalaman dalam fluida
dihitung dengan rumus:
Konsep Mekanika Teknik |
53
P = ρgh + Patm,
di mana:
1. P adalah tekanan total.
2. ρ adalah densitas air (sekitar 1000 kg/m³ untuk air).
3. g adalah percepatan gravitasi (sekitar 9.81 m/s² di permukaan
bumi).
4. h adalah ketinggian kolom air, dan
5. Patm adalah tekanan atmosfer.
Substitusikan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus, kita
mendapatkan:
P = 1000 kg/m³ * 9.81 m/s² * 10 m + 101.325 Pa,
P = 98100 Pa + 101.325 Pa,
P = 98201.325 Pa, atau sekitar 98.2 kPa.
Ini adalah tekanan total di dasar tangki. Dalam prakteknya,
tekanan ini akan berdampak pada desain struktural tangki dan
pipa yang terhubung ke tangki tersebut.
Mekanika fluida sangat penting dalam berbagai aspek
teknik sipil, terutama dalam desain dan analisis sistem
manajemen air dan limbah. Berikut adalah contoh soal mekanika
fluida dalam konteks teknik sipil:
Soal:
Sebuah tangki air berbentuk tabung dengan diameter 2
meter dan tinggi 10 meter. Tangki ini penuh dengan air (ρ= 1000
kg/m^3). Berapa tekanan hidrostatik di dasar tangki?
Solusi:
Tekanan hidrostatik, atau tekanan yang disebabkan oleh
kolom fluida, dapat dihitung menggunakan rumus:
P = ρgh
di mana:
ρ = kerapatan air
g = percepatan gravitasi (~9.81 m/s^2)
h = ketinggian kolom air
54 | Teknik Sipil
Jadi, tekanan di dasar tangki adalah:
P= (1000 kg/m^3) * (9.81 m/s^2) * (10 m)= 98100 Pa atau 98.1
kPa
Ini berarti tekanan hidrostatik di dasar tangki adalah 98.1 kPa.
Soal seperti ini sering muncul dalam desain struktur seperti
tangki atau bendungan, di mana insinyur harus memastikan
bahwa struktur tersebut dapat menahan tekanan yang
ditimbulkan oleh fluida.
Konsep Mekanika Teknik |
55
56 | Teknik Sipil
Daftar Pustaka
Andy Ruina dan Rudra Pratap. Introduction to Statics and
Dynamics.
Dr. Ir. Hardjito, Dipl. HE. Statika Struktur Teknik Sipil.
Ferdinand Beer, E. Russell Johnston Jr., David Mazurek, Phillip
Cornwell, dan Brian Self. Vector Mechanics for Engineers:
Statics.
Ferdinand P. Beer, E. Russell Johnston Jr., John T. DeWolf, dan
David F. Mazurek. Statics and Mechanics of Materials.
George W. Zwiebach. Mechanics for Engineers: Statics.
Hutahean, S. 2010. Pemodelan Dinamika Gelombang dengan
Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Jurnal Teknik
Sipil, 14(1), 59. https://doi.org/10.5614/jts.2007.14.1.5
Ir. H. Rusnaldy, Ph.D. Buku Ajar Mekanika Teknik: Statika dan
Kekuatan Bahan.
Joko Kristiawan. Mekanika Teknik: Statika.
Kuhn, T. 2020. The structure of scientific revolutions. In
Knowledge and Postmodernism in Historical Perspective: Vol.
II
(Issue
2).
https://doi.org/10.5840/philstudies196413082
Prof. Dr. Ir. I Made Gatot Karohika S.T., M.T. Mekanika Teknik:
Statika dan Dinamika.
Prof. Dr. Ir. Mikrajuddin Abdullah. Mekanika Teknik I: Statika.
Fisika ITB.
R. C. Hibbeler. Engineering Mechanics: Statics.
R. C. Hibbeler. Mekanika Teknik-Jilid 1: Statika dan Kekuatan
Material. Diterjemahkan oleh Lie Jasa, Ir.
Konsep Mekanika Teknik |
57
58 | Teknik Sipil
BAB III
Pengembangan
Sumber Daya Air
Donny Dwy Judianto Lehitu
A. Pendahuluan
Air adalah elemen paling penting pada kehidupan manusia. Air
berasal dari berbagai sumber. Permasalahan umum mengenai air
adalah tentang ketersediaan (kuantitas) dan kualitas air. Masalah
pengelolaan sumber daya air mencakup masalah kuantitas air dan
kualitas air. Pengelolaan kualitas air ditekankan sebagai salah
satu masalah yang paling relevan dalam pengelolaan sumber daya
air. Masalah alokasi sering muncul baik dalam pengelolaan
kuantitas air maupun pengelolaan kualitas air (Acosta-Vega, et al.,
2023).
Selain itu, masalah yang bisa terjadi terkait sumber daya air
misalnya karena faktor alam, seperti perubahan iklim dan
bencana alam. Perubahan iklim dapat mempengaruhi siklus air
dan pola hujan yang berdampak pada ketersediaan air. Selain itu,
pemanasan global yang meningkat dapat menyebabkan
peningkatan proses penguapan yang terjadi pada perairan.
Masalah lain dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti konflik
antarnegara. Terkadang sumber daya air dapat menjadi
perebutan antarwilayah.
59
Masalah lain yaitu mengenai pengelolaan sumber daya air
yang tidak efisien. Ketidakefisienan dalam penggunaan dan
distribusi air serta kurangnya pengelolaan yang efektif dapat
mengakibatkan pemborosan dan ketidakadilan dalam akses
terhadap air. Sistem pengelolaan air yang tidak memadai juga
dapat menghambat kemajuan dalam pengembangan sumber daya
air yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu adanya
pengembangan sumber daya air agar pengelolaan dapat lebih
efektif dan efisien. Selain itu, pengembangan sumber daya air juga
bermanfaat bagi penyediaan air bersih, meningkatkan efektivitas
sanitasi air, dan mengurangi pemborosan air.
B. Definisi Pengembangan Sumber Daya Air
Pengembangan sumber daya air dapat diartikan serangkaian
langkah untuk memaksimalkan penggunaan dan pengelolaan
sumber daya air yang tersedia. Tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan air secara berkelanjutan dalam sektorsektor seperti pertanian, industri, dan pemukiman, serta untuk
menjaga keseimbangan ekosistem air dan melindungi lingkungan
(Biswas, 2009). Pengembangan sumber daya air mencakup
langkah-langkah
perencanaan, desain,
konstruksi,
dan
pengelolaan sumber daya air dengan tujuan meningkatkan
peluang eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya air secara
berkelanjutan serta meningkatkan nilai sumber daya air.
Pengembangan sumber daya air memiliki peran penting dalam
memastikan bahwa generasi masa depan dapat mengakses air
bersih dan mendorong pembangunan.
Pengembangan sumber daya air mengacu pada proses
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air untuk memenuhi
kebutuhan manusia sambil menjaga keberlanjutan dan
perlindungan lingkungan. Pengembangan sumber daya air
melibatkan berbagai kegiatan seperti pasokan air, irigasi,
pembangkitan energi hidro, pengendalian banjir, dan pengolahan
air (S. Y. Park, et al., 2022).
60 | Teknik Sipil
Pengembangan sumber daya air melibatkan beberapa
aspek, yaitu sebagai berikut.(Dollar et al., 2010; S. Y. Park, et al.,
2022; Qi, et al., 2020; Smith & Hogg, 1971).
1. Pengelolaan sumber daya air yang efisien.
2. Tingkat konsumsi air ditinjau dari segi sosial-ekonomi.
3. Aspek budaya dalam pengembangan sumber daya air.
4. Sistem klasifikasi sumber daya air.
Dalam bidang teknik sipil, pengembangan sumber daya air
mengacu pada proses pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
air untuk memenuhi kebutuhan manusia serta untuk memastikan
keberlanjutan dan perlindungan lingkungan. Dalam konteks
teknik sipil terdapat empat aspek dalam pengembangan sumber
daya air, yaitu 1) manajemen sumber daya air, 2) perencanaan
embung, 3) analisis limpasan, 4) peningkatan kompetensi SDM.
C. Tujuan Pengembangan Sumber Daya Air
Pengembangan sumber daya air memiliki beberapa tujuan yang
berkelanjutan. Menurut Torabi Haghighi, et al., (2023) secara
umum terdapat lima tujuan pengembangan sumber daya air yaitu
sebagai berikut.
1. Memenuhi kebutuhan air berkelanjutan: Untuk memenuhi
kebutuhan air secara berkelanjutan, pengembangan sumber
daya air bertujuan untuk memastikan pasokan yang cukup,
aman, dan berkualitas untuk berbagai keperluan seperti irigasi
pertanian, pasokan air minum, pengendalian banjir, dan
pembangkitan energi hidroelektrik.
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan air: Pengembangan
sumber daya air juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan air melalui pengaturan aliran, penghematan air,
dan pengelolaan yang efisien, dengan tujuan mengurangi
pemborosan dan memastikan penggunaan yang lebih efektif.
3. Melindungi lingkungan dan ekosistem air: Aspek penting
lainnya dalam pengembangan sumber daya air adalah
perlindungan lingkungan dan ekosistem air. Hal ini melibatkan
upaya untuk menjaga kualitas air, mempertahankan
Pengembangan Sumber Daya Air |
61
keanekaragaman hayati, dan menjaga keseimbangan
ekosistem air.
4. Meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim:
Pengembangan sumber daya air juga bertujuan untuk
menghadapi tantangan perubahan iklim, seperti peningkatan
kekeringan atau banjir yang lebih sering terjadi. Ini melibatkan
perencanaan yang adaptif dan pengelolaan yang fleksibel
untuk mengatasi perubahan kondisi hidrologi.
5. Meningkatkan
keberlanjutan
ekonomi
dan
sosial:
Pengembangan sumber daya air juga memiliki tujuan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial.
Ini melibatkan pemanfaatan air untuk sektor-sektor ekonomi
yang berkelanjutan, seperti pertanian yang efisien, industri
yang ramah lingkungan, dan pasokan air minum yang
memadai bagi masyarakat.
D. Bentuk dan Metode Pengembangan Sumber Daya Air
Metode pengembangan sumber daya air melibatkan beberapa
pendekatan. Menurut Talat (2020) terdapat 3 pendekatan dalam
metode pengembangan sumber daya air yaitu desalinasi,
pengolahan air limbah, dan pengobatan air minum. Berikut ini
akan dijelaskan mengenai metode-metode yang digunakan untuk
praktik pengembangan sumber daya air.
1. Desalinasi
Metode desalinasi digunakan untuk pengolahan air laut
menjadi air tawar dengan menyaring kadar mineral garam
yang terkandung didalamnya sehingga dapat dikonsumsi atau
diminum oleh manusia. Desalinasi air adalah proses
penghilangan garam dan mineral dari air laut atau air asin
untuk menghasilkan air tawar yang dapat digunakan untuk
keperluan konsumsi, irigasi, dan industri (Kriegel &
Scotognella, 2022).
62 | Teknik Sipil
Gambar 3.1. Proses Desalinasi Air
Sumber: (PUB Desalinated Water, n.d.)
Kemudian, menurut Sirohi, et al., (2023) terdapat 4
model desalinasi air yaitu teknologi membran, penguapan,
adsorpsi, dan elektrodialisis.
a. Teknologi Desalinasi dengan Menggunakan Membran
Metode ini melibatkan penggunaan membran, seperti
membran polimer, membran keramik, dan membran
berbasis karbon nanotube, untuk memisahkan garam dan
partikel lain dari air laut atau air asin. Membran adalah
lapisan tipis yang bersifat semipermeabel dan berfungsi
sebagai alat pemisah berdasarkan sifat fisiknya. Pada
dasarnya, proses pemisahan menggunakan membran
menghasilkan dua komponen, yaitu retentat atau
konsentrat (bagian campuran yang tidak melewati
membran) dan permeat (bagian campuran yang melewati
membran). Pemisahan ini terjadi melalui perpindahan
Pengembangan Sumber Daya Air |
63
materi secara selektif yang dipengaruhi oleh gaya dorong
yang terkait dengan parameter tertentu antara dua media
yang dipisahkan, seperti perbedaan potensial listrik (∆E),
gradien tekanan (∆P), gradien konsentrasi (∆C), dan
gradien temperatur (∆T).
Dalam penggunaan membran untuk desalinasi air,
terdapat modul membran. Tujuan penggunaan membran
yang utama adalah untuk menghindari kebocoran pada
proses desalinasi tepatnya antara bagian umpan dan
permeate pada membran. Contoh modul membran adalah
tubular, spiral wound, hollow fiber, dan plate & frame.
Selain itu, membran juga memiliki jenis-jenis bahan. Bahan
komersil yang familiar ditemukan adalah reserve osmosis,
nanofiltrasi, ultrafiltrasi, mikrofiltrasi, dan elekrtodialisi
Gambar 3.2. Proses Desalinasi Menggunakan Membran RO
Sumber: Sri (2011)
Terdapat dua karakteristik membran yaitu
permeabilitas dan permeselektifitas. Permeabilitas adalah
ukuran kecepatan suatu spesi tertentu dalam melewati
membran. Membran yang efisien adalah membran dengan
tingkat permeabilitas yang tinggi. Metode permeabilitas
digunakan dengan mengasumsikan adanya daya kapilaritas
melalui pori-pori membran, dan ukuran pori dapat dihitung
dengan melihat aliran substansi melalui membran pada
suhu yang konstan menggunakan persamaan berikut.
64 | Teknik Sipil
j = fluks fluida yang melewati membran
∆P = perbedaan tekanan (N/m2)
∆x = ketebalan membran (m)
Faktor pembanding:
r = jari-jari
𝜇 = viskositas cairan (pa.s)
𝑛𝜋𝑟 2
𝜀 = porositas permukaan membran (=𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛)
𝜏 = tortuosity
Persamaan lain yang dapat digunakan
menentukan karakteristik permeabilitas adalah
untuk
V = volume permeat (liter)
t = selang waktu pengambilan permeat (jam)
A = luas permukaan membran (m2)
Karakteristik
membran
selanjutnya
adalah
permeselektivitas. Permselektivitas merujuk pada kapasitas
sebuah membran untuk menahan atau membiarkan
melewati spesies tertentu. Ketika berbicara tentang
membran berpori, permselektivitasnya ditentukan oleh
batasan berat molekul yang dapat ditahan oleh membran
tersebut. Dalam konteks ultrafiltrasi, kemampuan membran
diukur berdasarkan kemampuannya untuk menahan
molekul dengan ukuran yang spesifik. Pengukuran ini
diekspresikan dalam bentuk rejeksi (R), yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pengembangan Sumber Daya Air |
65
R = rejeksi
Cp = konsentrasi permeat
Cf = konsentrasi feed
b. Teknologi Desalinasi dengan Penguapan
Teknologi desalinasi melalui penguapan melibatkan
proses menguapkan air laut atau air asin dan kemudian
mengembalikan uap air tersebut menjadi air tawar.
Beberapa metode yang digunakan dalam teknologi ini
mencakup penguapan bertahap, penguapan menggunakan
vakum, dan penguapan menggunakan energi matahari.
Penguapan dengan matahari disebut juga dengan istilah
solar desalination.
Solar desalination adalah metode untuk menghilangkan garam dari air laut atau air asin menggunakan
energi surya. Proses ini melibatkan pemanasan air laut atau
air asin dengan menggunakan energi dari sinar matahari.
Akibat pemanasan ini, air menguap dan meninggalkan
garam-garamnya. Uap air yang terbentuk kemudian
dikondensasikan kembali menjadi air bersih yang bebas
garam. Dengan demikian, teknologi ini memanfaatkan
energi matahari untuk menghasilkan air bersih dari air laut
atau air asin yang terdapat garam di dalamnya
(Wijewardane & Ghaffour, 2023).
Gambar 3.3. Ilustrasi Proses Desalinasi
Menggunakan Penguapan Matahari
Sumber: Wijewardane dan Ghaffour (2023)
66 | Teknik Sipil
Proses desalinasi air menggunakan bantuan matahari
memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari
metode penguapan adalah, 1) biaya awal yang tinggi, 2)
bergantung pada kondisi cuaca, 3) pengaruh lingkungan.
Adapun kelebihan dari desalinasi menggunakan penguapan
adalah, 1) termasuk dalam sumber energi terbarukan, 2)
potensial untuk daerah terpencil, 3) mengurangi
ketergantungan pada sumber air tawar.
c. Teknologi Desalinasi dengan Adsorpsi
Melibatkan penggunaan bahan adsorben untuk
menyerap garam dan partikel lain dari air laut atau air asin.
Beberapa jenis bahan adsorben yang digunakan dalam
teknologi ini antara lain karbon aktif, zeolit, dan
nanomaterial. Dalam proses ini, bahan adsorben memiliki
sifat yang memungkinkannya untuk menarik dan menahan
garam serta partikel lain dari air, sehingga air yang tersisa
setelah proses adsorpsi menjadi lebih bersih dan bebas dari
komponen yang tidak diinginkan. Selama proses desalinasi
menggunakan adsorpsi, air laut atau air asin dialirkan
melalui sebuah kolom atau sistem yang berisi adsorben.
Garam dan zat terlarut dalam air akan terikat pada
permukaan adsorben, sementara air yang telah bebas dari
garam akan keluar sebagai produk desalinasi. Proses ini
dapat diulang beberapa kali untuk mencapai tingkat
desalinasi yang diinginkan (K. Park, et al., 2022).
Pengembangan Sumber Daya Air |
67
Gambar 3.4. Proses Desalinasi dengan Adsorpsi
Sumber: K. Park, et al., (2022)
Proses desalinasi melalui adsorpsi memiliki
kelebihan, antara lain kemampuan untuk menghilangkan
berbagai jenis garam dan zat terlarut, serta mampu
menghasilkan air bersih berkualitas tinggi. Selain itu, proses
ini dapat diintegrasikan dengan teknologi lain seperti
distilasi atau osmosis terbalik guna meningkatkan efisiensi
dan hasil desalinasi.
Namun, terdapat pula beberapa tantangan terkait
dengan proses desalinasi menggunakan adsorpsi. Salah
satunya adalah biaya yang diperlukan untuk memperoleh
dan meregenerasi adsorben, serta risiko terjadinya
pencemaran lingkungan akibat limbah adsorben yang
terkontaminasi.
d. Teknologi Desalinasi dengan Elektrodialisis
Teknologi elektrodialisis dalam desalinasi menggunakan medan listrik untuk memisahkan ion-ion garam dari
68 | Teknik Sipil
air laut atau air asin. Proses ini melibatkan penggunaan
membran selektif ion yang memungkinkan ion-ion garam
untuk melewati membran, sementara ion-ion lainnya
dihalangi atau ditahan oleh membran tersebut. Dengan
demikian, teknologi ini memungkinkan pemisahan selektif
ion-ion garam dari air, sehingga menghasilkan air tawar
yang lebih rendah kandungan garamnya.
Gambar 3.5. Proses Desalinasi Menggunakan ED
Sumber: Sri (2011)
Dalam desalinasi air laut menggunakan metode
Elektrodialisis (ED), energi yang diperlukan untuk
memisahkan ion-ion cukup tinggi. Kebutuhan energi ini
sebanding dengan jumlah garam yang akan dipisahkan.
Oleh karena itu, untuk desalinasi air laut yang memiliki
kandungan garam yang tinggi, penggunaan metode ED akan
membutuhkan biaya yang cukup tinggi.
Pengembangan Sumber Daya Air |
69
2. Perencanaan Embung
Embung adalah salah satu infrastruktur yang digunakan
dalam pengembangan sumber daya air. Embung merupakan
suatu reservoir kecil yang didirikan dengan tujuan untuk
menyimpan air hujan atau air sungai, dan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air dalam sektor-sektor seperti
pertanian, perikanan, dan kebutuhan domestik.
Peran embung sangat penting dalam pengelolaan
sumber daya air, terutama dalam mengatasi kekurangan air
saat musim kemarau. Dengan membangun embung, air hujan
dapat dikumpulkan dan disimpan untuk digunakan saat musim
kemarau tiba. Selain itu, embung juga berfungsi untuk
mengendalikan banjir dengan menampung air yang berlebihan
saat musim hujan.
Dalam perencanaan embung, beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan meliputi kapasitas penyimpanan air,
kebutuhan air yang akan dipenuhi, lokasi yang strategis, serta
aspek teknis dan keamanan konstruksi embung. Perencanaan
embung juga harus memperhatikan dampak lingkungan dan
sosial yang mungkin terjadi, serta ketersediaan sumber daya
dan anggaran yang tersedia
Menurut Muñoz-Cerón, et al., (2023), terdapat tujuh
proses perancangan embung, yaitu
a. Studi Kelayakan
Tahap ini melibatkan analisis terhadap kondisi
hidrologi dan topografi di lokasi embung yang diinginkan.
Studi ini akan menentukan apakah lokasi tersebut
memenuhi persyaratan untuk membangun embung. Studi
kelayakan embung harus memperhatikan ketersediaan air,
kondisi
lingkungan,
tujuan
pembangunan,
biaya
pembangunan, dan manfaat. Ketersediaan air disebut juga
dengan debit andalan, memerlukan perhitungan sistematis
untuk menentukan ketersediaan air ini. Data perhitungan
diambil secara berkala, data menerus diambil tiap hari dan
data tidak menerus, per bulan atau per tahun. Oleh karena
itu, prosedur untuk menghitung debit andalan juga berbeda,
70 | Teknik Sipil
tetapi untuk rumus perhitungan menggunakan formula
berikut.
FN [xi] = (i-⍺) / (N+1-2⍺)
Keterangan:
xi = data terbesar
N = jumlah data
i = nomor urut dari 1 s.d N (diurut dari data terbesar ke
terkecil)
⍺ = parameter (3/8 blom formula, distribusi normal; 0.44
gringorten formula, distribusi gumble; 0 weibull formula;
1/2 hazen formula; 2/5 cunnane formula)
Setelah ditemukan probabilitas dari fungsi diatas
maka selanjutnya diubah menjadi fungsi kala ulang
menggunakan formula berikut.
Keterangan:
T = jumlah tahun yang menunjukkan probabilitas kegagalan
(debit yang terjadi < x m3/det) rata-rata sekali dalam T
tahun.
P = hasil perhitungan probabilitas
Contoh data debit andalan:
Pengembangan Sumber Daya Air |
71
Gambar 3.6. Data Debit Andalan Menerus
Sumber: SIMANTU Kementerian PUPR, n.d.)
Setelah mengetahui ketersediaan air, perlu dilakukan
analisis AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
untuk mengetahui kondisi lingkungan sekitar dan dampak
yang mungkin dapat muncul setelah embung selesai
dibangun. Menurut Ujianto, et al., (2022) faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam AMDAL perencanaan embung
adalah, 1) dampak lingkungan, dampak terhadap ekosistem,
kualitas air, dan kesehatan masyarakat, 2) alternatif
pembangunan yang paling ramah lingkungan, 3) partisipasi
masyarakat, 4) kebijakan pemerintah, dan 5) rencana
pemantauan. Selain itu, studi kelayakan juga harus
mempertimbangkan biaya dan manfaat berkelanjutan
terhadap pembangunan embung.
72 | Teknik Sipil
b. Perencanaan Kapasitas
Kapasitas embung dirancang dengan mengacu pada
hasil perhitungan debit banjir dan curah hujan. Selain itu,
perencanaan kapasitas juga memperhatikan analisis
limpasan dan dampak lingkungan. Secara umum
perencanaan kapasitas embung menurut Sururama, et al.,
(2021) harus memperhatikan 7 hal berikut
1) Luas wilayah tangkapan air harus dihitung untuk
menentukan jumlah air yang akan dialirkan ke dalam
embung dan dapat ditampung olehnya.
2) Curah hujan rata-rata di daerah tersebut perlu
dipertimbangkan untuk memperkirakan jumlah air yang
akan masuk ke embung selama periode tertentu.
3) Kebutuhan air di daerah tersebut harus diperhitungkan
untuk menentukan kapasitas embung yang dapat
memenuhi kebutuhan air selama periode tertentu.
4) Kapasitas embung harus cukup besar untuk
menampung air yang mencukupi selama periode hujan
dan memenuhi kebutuhan air selama periode kemarau.
5) Perhitungan hidrologi, termasuk analisis debit banjir,
analisis curah hujan, dan analisis hidrologi lainnya, dapat
digunakan untuk menentukan kapasitas embung yang
sesuai.
6) Kondisi geologi dan topografi daerah tersebut perlu
dipertimbangkan untuk menentukan ukuran dan
kestabilan embung.
7) Tujuan penggunaan embung, seperti irigasi,
pengendalian banjir, atau penyediaan air minum, juga
harus dipertimbangkan dalam menentukan kapasitas
embung.
c. Desain Struktur Embung
Desain struktur embung mencakup ukuran fisik
embung, termasuk tinggi, lebar, dan panjang embung. Selain
itu, melibatkan pemilihan bahan konstruksi yang tepat
untuk embung, seperti beton atau tanah galian. Menurut
Pengembangan Sumber Daya Air |
73
Perencanaan, et al., (2021), aspek yang perlu diperhatikan
dalam desain struktur embung adalah:
1) Kapasitas tampungan embung harus memadai untuk
dapat menampung volume air yang diinginkan. Ini
melibatkan perhitungan berdasarkan luas daerah
tangkapan air, curah hujan, dan kebutuhan air.
2) Kondisi geologi dan topografi daerah tersebut harus
dipertimbangkan dalam menentukan dimensi dan
stabilitas embung. Faktor-faktor seperti jenis tanah,
kemiringan lereng, dan kestabilan lereng harus
dievaluasi.
3) Desain struktur embung harus memperhitungkan
kekuatan dan kestabilan struktur. Faktor-faktor
seperti jenis material, dimensi elemen struktural, dan
metode konstruksi harus dipertimbangkan.
4) Sistem pelimpah pada embung harus dirancang untuk
mengendalikan aliran air yang berlebihan. Dimensi dan
kapasitas pelimpah harus disesuaikan dengan debit
aliran yang diharapkan.
5) Desain pondasi embung harus mempertimbangkan
beban struktural dan kondisi tanah di lokasi embung.
Jenis pondasi yang sesuai, seperti pondasi dangkal atau
pondasi dalam, harus dipilih.
6) Desain embung harus mematuhi peraturan dan
standar yang berlaku, seperti peraturan teknis terkait
struktur
bangunan,
perencanaan
gempa,
dan
perencanaan hidrologi.
7) Analisis hidrologi harus dilakukan untuk memahami
pola aliran air dan memperkirakan debit banjir yang
mungkin terjadi. Data curah hujan dan karakteristik
hidrologi daerah harus diperhitungkan.
8) Desain embung juga harus mempertimbangkan aspek
keberlanjutan, seperti efisiensi penggunaan air,
pengelolaan sedimen, dan dampak lingkungan yang
minimal.
74 | Teknik Sipil
d. Sistem Pengelolaan Air
Perencanaan embung juga melibatkan sistem
manajemen air yang efisien, termasuk saluran inlet dan
outlet air, gerbang air, dan sistem pengendalian banjir.
Menurut (Z, 2020) beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam sistem pengelolaan air embung adalah:
1) Regulasi debit air: Pengaturan aliran air yang masuk
dan keluar dari embung harus dilakukan untuk
memastikan penggunaan yang optimal dari air yang
disimpan di dalamnya. Ini melibatkan pengaturan pintu
air, pengaturan pelimpah, dan pengaturan saluran
pembuangan.
2) Pengukuran debit air: Debit air yang masuk dan keluar
dari embung perlu diukur secara teratur untuk
memantau ketersediaan air dan mengoptimalkan
penggunaannya.
3) Kontrol kualitas air: Kualitas air yang disimpan di
dalam embung perlu dijaga agar aman dan layak
digunakan. Ini melibatkan pengendalian kualitas air,
seperti pengendalian pencemaran dan pertumbuhan
alga.
4) Perawatan dan pemeliharaan: Embung perlu dirawat
dan dipelihara secara teratur untuk memastikan kondisi
embung tetap baik dan dapat digunakan secara optimal.
Ini melibatkan perawatan struktur bangunan, saluran
pembuangan, dan peralatan pengukuran.
5) Manajemen sedimen: Sedimen yang terbawa oleh
aliran air perlu diendapkan dan dibuang secara teratur
agar tidak mengurangi kapasitas tampungan embung.
6) Manajemen vegetasi: Vegetasi di sekitar embung perlu
dikelola dengan baik untuk mencegah erosi dan
pencemaran air.
7) Keamanan pengelolaan: Keamanan embung perlu
diperhatikan untuk mencegah kecelakaan atau
kerusakan pada struktur bangunan. Ini melibatkan
Pengembangan Sumber Daya Air |
75
pengelolaan akses ke embung, pengelolaan pintu air, dan
pengelolaan sistem peringatan dini.
e. Aspek Keamanan, Lingkungan, dan Perizinan
Keamanan embung menjadi prioritas dalam
perencanaan. Ini melibatkan perhitungan kekuatan struktur
embung untuk menahan tekanan air dan beban lainnya.
Juga melibatkan perencanaan sistem keamanan, seperti
tanggul dan saluran pembuangan darurat.
Dalam perancangan embung, harus dipertimbangkan
dampak lingkungan yang mungkin timbul, seperti
perubahan aliran sungai, perubahan habitat, dan pengaruh
terhadap keanekaragaman hayati. Upaya mitigasi dan
perlindungan lingkungan harus diperhatikan.
Perencanaan embung harus mematuhi peraturan dan
regulasi yang berlaku di wilayah tersebut. Ini melibatkan
perolehan izin dan kepatuhan terhadap peraturan yang
berlaku.
76 | Teknik Sipil
Daftar Pustaka
Acosta-Vega, R. K., Algaba, E., & Sánchez-Soriano, J. 2023. Design
of water quality policies based on proportionality in multiissue problems with crossed claims. European Journal of
Operational
Research,
311(2),
777–788.
https://doi.org/10.1016/J.EJOR.2023.05.029
Biswas, A. K. 2009. Integrated Water Resources Management: A
Reassessment. Water International, 29(2), 248–256.
https://doi.org/10.1080/02508060408691775
Dollar, E. S. J., Nicolson, C. R., Brown, C. A., Turpie, J. K., Joubert, A.
R., Turton, A. R., Grobler, D. F., Pienaar, H. H., Ewart-Smith, J.,
& Manyaka, S. M. 2010. Development of the South African
Water Resource Classification System (WRCS): a tool
towards the sustainable, equitable and efficient use of water
resources in a developing country. Water Policy, 12(4), 479–
499. https://doi.org/10.2166/WP.2009.213
Kriegel, I., & Scotognella, F. 2022. Photo-thermal effect with
photonic crystals for photocatalysis and water desalination.
Optical
Materials:
X,
16,
100215.
https://doi.org/10.1016/J.OMX.2022.100215
Muñoz-Cerón, E., Osorio-Aravena, J. C., Rodríguez-Segura, F. J.,
Frolova, M., & Ruano-Quesada, A. 2023. Floating
photovoltaics systems on water irrigation ponds: Technical
potential and multi-benefits analysis. Energy, 271, 127039.
https://doi.org/10.1016/J.ENERGY.2023.127039
Park, K., Albaik, I., Davies, P. A., Al-Dadah, R., Mahmoud, S., Ismail,
M. A., & Almesfer, M. K. 2022. Batch reverse osmosis (BRO)adsorption desalination (AD) hybrid system for
multipurpose desalination and minimal liquid discharge.
Desalination, 539, 115945. https://doi.org/10.1016/
J.DESAL.2022.115945
Park, S. Y., Kim, J. S., Lee, S., & Lee, J. H. 2022. Appraisal of Water
Security in Asia: The Pentagonal Framework for Efficient
Water Resource Management. Applied Sciences 2022, Vol. 12,
Page 8307, 12(16), 8307. https://doi.org/10.3390/
APP12168307
Pengembangan Sumber Daya Air |
77
Perencanaan, S., Lapangan, E., Kecamatan, J., Kabupaten, L.,
Provinsi, N., Timur, J., Palevi, R., Huda, A., Asmaranto, R., &
Dermawan, V. 2021. Studi Perencanaan Embung Lapangan
Jegreg Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk Provinsi
Jawa Timur. Jurnal Teknologi Dan Rekayasa Sumber Daya
Air,
1(1),
158–169.
https://doi.org/10.21776/UB.J
TRESDA.2021.001.01.14
PUB Desalinated Water. (n.d.). Retrieved July 10. 2023. from
https://www.pub.gov.sg/watersupply/fournationaltaps/de
salinatedwater
Qi, Z., Xiao, C., Zhang, B., & Liang, X. 2020. Generalized Index of
Regional Socio-economic Consumption Level of Water
Resource. Journal of Water Supply: Research and
Technology-Aqua,
69(2),
113–121.
https://doi.org/
10.2166/AQUA.2019.152
SIMANTU Kementerian PUPR. (n.d.). Retrieved July 12. 2023. from
https://simantu.pu.go.id/
Sirohi, R., Kumar, Y., Madhavan, A., Sagar, N. A., Sindhu, R.,
Bharatiraja, B., Pandey, H. O., & Tarafdar, A. 2023.
Engineered nanomaterials for water desalination: Trends
and challenges. Environmental Technology & Innovation, 30,
103108. https://doi.org/10.1016/J.ETI.2023.103108
Smith, C. L., & Hogg, T. C. 1971. CULTURAL ASPECTS OF WATER
RESOURCE DEVELOPMENT PAST, PRESENT, AND
FUTURE1. JAWRA Journal of the American Water Resources
Association, 7(4), 652–660. https://doi.org/10.1111/
J.1752-1688.1971.TB04975.X
Sri, R. 2011. PROSES DESALINASI DENGAN MEMBRAN. Core.
https://core.ac.uk/display/19892258?utm_source=pdf&ut
m_medium=banner&utm_campaign=pdf-decoration-v1
Sururama, R., Winowoda, O. R., & Eka, A. 2021. PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA APARATUR MELALUI DIKLAT TEKNIS DI
DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA
SELATAN. Jurnal MSDA (Manajemen Sumber Daya
Aparatur), 9(2), 142–156. https://doi.org/10.33701/
JMSDA.V9I2.2078
78 | Teknik Sipil
Talat, N. 2020. Recent trends and research strategies for
treatment of water and wastewater in India. In Water
Conservation and Wastewater Treatment in BRICS Nations:
Technologies, Challenges, Strategies and Policies (pp. 139–
168).
Elsevier.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12818339-7.00007-2
Torabi Haghighi, A., Akbari, M., Noori, R., Danandeh Mehr, A.,
Gohari, A., Sönmez, M. E., Abou Zaki, N., Yilmaz, N., & Kløve,
B. 2023. The impact of Turkey’s water resources
development on the flow regime of the Tigris River in Iraq.
Journal of Hydrology: Regional Studies, 48, 101454.
https://doi.org/10.1016/J.EJRH.2023.101454
Ujianto, R., Wigati, R., Ardiansyah, I. R., & Kulsum. 2022.
Perencanaan Desain Embung Untuk Kebutuhan Air Baku
dan Pengendalian Banjir (Studi Kasus: Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, Kampus Sindangsari). Fondasi : Jurnal
Teknik
Sipil,
11(1),
66–77.
https://doi.org/10.36055/FONDASI.V0I0.13095
Wijewardane, S., & Ghaffour, N. 2023. Inventions, innovations, and
new technologies: Solar Desalination. Solar Compass, 5,
100037. https://doi.org/10.1016/J.SOLCOM.2023.100037
Z, S. 2020. DETAIL DESAIN EMBUNG DANAU KERING KOTA
PADANG. Rang Teknik Journal, 3(2), 347–361.
https://doi.org/10.31869/RTJ.V3I2.1933
Pengembangan Sumber Daya Air |
79
80 | Teknik Sipil
BAB IV
Mekanika Tanah
Marelianda Al Dianty
A. Sejarah Mekanika Tanah
Di bidang ilmu teknik sipil, mekanika tanah mempelajari
bagaimana material tanah bertindak terhadap gaya atau beban
dari luar. Sejarah mekanika tanah dimulai pada abad ke-18, ketika
para insinyur menyadari betapa pentingnya memahami perilaku
tanah untuk membuat bangunan yang kokoh dan aman.
Sedangkan di abad ke-19 seorang insinyur Prancis bernama Henri
Darcy mempelajari aliran air dalam tanah. Dia mengembangkan
hukum aliran Darcy, yang menjelaskan pergerakan air dalam
tanah berdasarkan gradien hidrolik dan permeabilitas tanah.
Karya Darcy sangat membantu pemahaman kita tentang
pergerakan air dalam tanah, yang merupakan dasar penting untuk
perancangan fondasi dan perencanaan drainase.
B. Sifat Fisis Tanah
Sifat fisis merujuk pada karakteristik fisik yang mempengaruhi
kemampuan tanah meliputi gradasi butiran tekstur tanah,
konsistensi serta plastisitasnya, berat, volume komposisi tanah
81
Gambar 4.1. Al Dianty., 2016
1. Gradasi Tanah
Tekstur tanah mengacu pada proporsi partikel atau
butiran pasir, debu, dan lempung dalam tanah. Partikel kerikel
(gravel) memiliki ukuran besar tidak beraturan Partikel pasir
(sand) memiliki ukuran besar beraturan, partikel debu (silt)
memiliki ukuran sedang, sementara partikel lempung (clay)
memiliki ukuran sangat halus. Dalam proses nya di
kelompokkan dalam klasifikasi tanah yang bisa di bagi dalam
beberapa sistem.
a. Kasifikasi Tanah Sistem Departemen Pertanian Amerika
Serikat
Sistem USDA (United States Department of
Agriculture) adalah sistem klasifikasi tanah yang paling luas
digunakan di dunia. USDA membagi tanah menjadi ordo,
subordo, kelompok, subkelompok, famili, dan seri
berdasarkan faktor-faktor seperti kualitas dan komposisi
tanah, proses pembentukannya, serta lingkungan tempat
tanah tersebut terbentuk.
b. Klasifikasi Tanah Sistem Klasifikasi Tanah Terpadu
Sistem USCS (Unified Soil Classification System) adalah
klasifikasi tanah yang digunakan secara luas di Amerika
Serikat untuk mengelompokkan tanah berdasarkan sifatsifat fisik dan perilaku mekaniknya. USCS dikembangkan
oleh Casagrande pada tahun 1948 dan diterbitkan oleh US
Bureau of Reclamation pada tahun 1951. Sistem USCS
memiliki simbol dan klasifikasi antara lain:
82 | Teknik Sipil
1) Pasir (S), ukuran butir: 0,075 mm hingga 4,75 mm
Klasifikasi:
Pasir,
Pasir
Lempung,
Pasir
Berlempung, Pasir Lanau.
2) Lempung (M), ukuran butir, klasifikasi 0,002 mm hingga
0,075 mm
Klasifikasi: Lempung, Lempung Pasir, Lempung
Berpasir.
3) Debu (C), ukuran butir: Klasifikasi kurang dari 0,002
mm.
4) USCS juga menggunakan simbol tambahan untuk
menggambarkan sifat dan karakteristik tambahan dari
tanah antara lain Organik (O), Granuler (G), Kuarsa (Q),
Kies (Gr), Tepung (Pt), Cepat (F).
5) Kombinasi dengan proporsi yang signifikan dapat
diklasifikasikan sebagai "SP" (Pasir Berlempung),
sementara tanah dengan proporsi yang signifikan dari
fraksi lempung dapat diklasifikasikan sebagai "CL"
(Lempung).
c. Sistem Klasifikasi Tanah Masyarakat Amerika untuk
Pengujian dan Material
Sistem ASTM (American Society for Testing and
Materials) tidak memiliki sistem klasifikasi tanah sendiri
seperti USCS (Unified Soil Classification System) atau WRB
(World Reference Base for Soil Resources). Namun, ASTM
menerbitkan standar pengujian material dan metode
analisis yang dapat digunakan dalam karakterisasi tanah
antara lain:
1) ASTM D2487: Standar Praktek untuk Klasifikasi Tanah
untuk Desain Rekayasa Geoteknik. Standar ini
memberikan pedoman untuk mengklasifikasikan tanah
berdasarkan sifat fisiknya seperti ukuran butir, indeks
plastisitas, batas cair, dan konsistensi.
2) ASTM D4318: Standar metode pengujian untuk
penentuan kadar air, batas plastis, dan batas cair tanah.
Standar ini menyediakan prosedur untuk menguji batas
Mekanika Tanah |
83
Atterberg tanah, yaitu batas plastis, batas cair, dan batas
kritis.
3) ASTM D422: Standar metode pengujian untuk analisis
butiran tanah dengan menggunakan analisis ayakan.
Standar ini digunakan untuk mengukur distribusi
ukuran butir tanah dengan melakukan analisis ayakan.
4) ASTM D854: Standar metode pengujian untuk penentuan
berat jenis dan kadar air tanah dengan menggunakan
pipet hidrometer. Standar ini menyediakan metode
pengujian untuk menentukan berat jenis dan kadar air
tanah menggunakan pipet hidrometer.
5) ASTM D2488: Standar praktek untuk deskripsi visual
tanah dan batuan dasar. Standar ini memberikan
pedoman untuk menggambarkan dan mendokumentasikan secara visual sifat-sifat tanah dan batuan
dasar dalam pengujian lapangan.
2. Konsistensi Tanah
Mengacu pada sifat fisik yang menggambarkan keadaan
tanah dalam bentuk padat. Sifat konsistensi tanah dapat
berubah tergantung pada kadar air tanah dan tekanan yang
diterapkan. Sifat ini sangat penting karena dapat
mempengaruhi stabilitas dan daya dukung tanah, serta
kemudahan dalam penggalian, konstruksi, dan pekerjaan
pertanian. Beberapa parameter untuk menggambarkan
konsistensi tanah meliputi:
a. Konsistensi Plastis
Mengacu pada kemampuan tanah untuk mengalir
atau membentuk plastisitas ketika diberikan tekanan.
Tanah dengan konsistensi plastis biasanya berhubungan
dengan lempung. Tanah lempung yang lembab dapat
dibentuk menjadi bentuk yang dapat dipulai dan
membentuk balok atau bola.
84 | Teknik Sipil
b. Konsistensi Cair
Tingkat fluiditas tanah ketika dalam kondisi jenuh air.
Tanah dengan konsistensi cair cenderung memiliki
kandungan air yang sangat tinggi dan kurang atau tidak
memiliki kekuatan struktural.
c. Konsistensi Padat
Mengacu pada keadaan tanah kaku, keras, atau padat.
Tanah dengan konsistensi padat memiliki kecenderung
kadar air yang rendah dan memiliki kekuatan yang relatif
tinggi.
d. Uji Batas Atterberg
Serangkaian uji laboratorium yang digunakan untuk
menentukan batas batas plastisitas yaitu batas air plastis
(Plastic Limit/PL), batas air cair (Liquid Limit/LL), dan
batas air plastis (Shrinkage Limit/SL). Uji ini dinamai
berdasarkan nama ilmuwan Swedia, Albert Atterberg, yang
mengembangkan metode ini pada awal abad ke-20. Rumus
yang umum digunakan dalam uji Atterberg:
1) Batas Cair, di mana W= Kadar air tanah pada saat
lempeng tanah terputus (dalam persen)
Rumus Casagrande: LL = W – 20
Rumus ASTM: LL = 0,73(W - 20)
2) Batas Plastis, di mana Wp = Kadar air tanah pada saat
tanah menjadi tidak dapat dibentuk lagi (dalam
persen)
Rumus Casagrande: PL = Wp - 20
Rumus ASTM: PL = 0,86(Wp - 20)
3) Batas Kritis:
Rumus ASTM: SL = 0,95(Ws - 20), di mana Ws=
Kadar air tanah pada saat tanah mengalami penyusutan
minimum (dalam persen)
Mekanika Tanah |
85
3. Volume dan Berat Tanah
Volume dan berat tanah saling terkait dalam komposisi
tanah melalui beberapa parameter yang penting dalam
karakterisasi tanah. Beberapa hubungan antara volume dan
berat dalam konteks komposisi tanah adalah sebagai berikut:
a. Berat Volume Tanah
Berat volume tanah (unit weight of soil) adalah berat
dari suatu volume tanah tertentu per satuan volume. Unit
weight tanah dinyatakan dalam satuan gaya per satuan
volume, seperti Newton per meter kubik (N/m³) atau
kilogram per meter kubik (kg/m³). Unit weight tanah
mencakup berat seluruh volume tanah, termasuk berat
partikel padatan tanah dan berat air yang mengisi pori-pori
tanah. Unit weight tanah bergantung pada kadar air dalam
tanah, karena berat air juga ikut dihitung dalam
perhitungan.
b. Berat Jenis Tanah (Bulk Density of Soil)
Parameter yang mengukur berat dari suatu volume
tanah tertentu. Berat jenis tanah dinyatakan dalam satuan
massa per satuan volume, seperti gram per sentimeter
kubik (g/cm³) atau kilogram per meter kubik (kg/m³).
Berat jenis tanah dapat memberikan informasi tentang
kerapatan dan kepadatan tanah, yang berkaitan dengan
sifat fisik dan geoteknik tanah. Berat jenis tanah dapat
dihitung dengan rumus: Berat Jenis Tanah= (Massa
Tanah)/(Volume Tanah). Ada dua jenis berat jenis tanah
yang umum diukur:
1) Berat Jenis Tanah Kering (Dry Bulk Density): Berat jenis
tanah kering adalah berat dari volume tanah saat tanah
tersebut telah dikeringkan sepenuhnya. Air di dalam
pori-pori tanah telah dikeluarkan sehingga beratnya
hanya terdiri dari padatan tanah.
2) Berat Jenis Tanah Jenuh Air (Saturated Bulk Density):
Berat jenis tanah jenuh air adalah berat dari volume
tanah saat semua pori-pori tanah terisi sepenuhnya oleh
86 | Teknik Sipil
air. Berat jenis tanah jenuh air lebih tinggi daripada
berat jenis tanah kering karena kandungan air yang
menyebabkan peningkatan berat.
c. Berat Volume (Specific Weight)
Spesifik gravitasi pada tanah (specific gravity of soil)
adalah rasio berat jenis massa dari suatu tanah terhadap
berat jenis massa air murni pada kondisi tertentu. Spesifik
gravitasi tanah memberikan informasi tentang berat jenis
tanah relatif terhadap berat jenis air, dinyatakan sebagai:
Massa jenis tanah adalah berat dari suatu volume
tanah tertentu per satuan volume tanah, biasanya
dinyatakan dalam kg/m³ atau g/cm³. Massa jenis air adalah
berat dari suatu volume air tertentu per satuan volume air,
yang pada kondisi standar memiliki nilai sekitar 1000
kg/m³ atau 1 g/cm³.
Spesifik gravitasi tanah bergantung pada komposisi
mineral dari tanah dan kadar airnya. Spesifik gravitasi
tanah sering digunakan untuk menghitung volume ruang
pori (void ratio) dan indeks berat kering dari tanah.
d. Volume Pori
Volume pori (void ratio) mengacu pada volume ruang
pori yang ada di antara partikel tanah. Volume pori dapat
dihitung menggunakan rumus : Volume Pori= (Volume
Total-Volume Padat)/Volume Padat
Proporsi volume
pori dalam tanah akan mempengaruhi sifat-sifat seperti
drainase, kapasitas penampungan air, dan kompresibilitas.
Mekanika Tanah |
87
e. Porositas
Porositas mengacu pada ukuran persentase volume
pori terhadap volume total material. Ini adalah ukuran
sejauh mana material padat memiliki ruang pori yang dapat
diisi dengan cairan (seperti air atau minyak) atau gas
(seperti udara). Porositas adalah sifat penting dalam
karakterisasi berbagai jenis bahan, termasuk tanah, batuan,
dan material porous lainnya. Porositas dapat dihitung
dengan rumus:
Porositas (%) = (Volume Pori/Volume Total) x 100
f. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (degree of saturation) adalah
persentase volume air dalam tanah terhadap volume total
pori yang tersedia dalam tanah pada kondisi tertentu.
Derajat kejenuhan dapat dihitung menggunakan rumus
: Derajat Kejenuhan = (Volume Air/Volume Pori) x 100
Perubahan dalam komposisi tanah akan mempengaruhi
derajat kejenuhan dan kemampuan tanah untuk menahan
atau mengalirkan air.
g. Kepadatan Relatif
Kepadatan relatif (relative density) adalah ukuran
perbandingan antara berat jenis (densitas) dari suatu bahan
terhadap berat jenis (densitas) dari suatu bahan referensi
atau standar. Kepadatan relatif umumnya dinyatakan dalam
bentuk persentase atau desimal.
Dr =
𝐷𝑟𝑦 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑜𝑓 𝑠𝑜𝑖𝑙
𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐷𝑟𝑦 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑜𝑓 𝑆𝑜𝑖𝑙
x 100%
Nilai kepadatan relatif berkisar antara 0 hingga 100%
atau antara 0 hingga 1 (dalam bentuk desimal). Kepadatan
relatif 100% menunjukkan bahwa tanah atau bahan
granular tersebut mencapai kepadatan maksimumnya,
sedangkan kepadatan relatif kurang dari 100%
88 | Teknik Sipil
menunjukkan bahwa tanah tersebut kurang
dibandingkan dengan kepadatan maksimumnya.
rapat
C. Sifat Keairan Tanah
Hidrologi tanah adalah air yang terdapat di dalam pori-pori tanah
atau di bawah permukaan tanah dalam zona jenuh. Proses
pembentukan air tanah dimulai dengan presipitasi (hujan atau
salju) yang jatuh ke permukaan tanah. Sebagian air akan meresap
ke dalam tanah melalui proses infiltrasi, dan akhirnya mencapai
zona jenuh, di mana pori-pori tanah sepenuhnya terisi air. Air
tanah yang terperangkap dalam pori-pori ini membentuk "mata
air" jika permukaan air tanah menyentuh permukaan tanah.
Ketersediaan air tanah tergantung pada beberapa faktor,
termasuk jumlah presipitasi, tipe dan tekstur tanah, topografi,
vegetasi, dan tingkat pengambilan air oleh manusia dan aktivitas
manusia lainnya.
1. Aliran Tanah
Aliran tanah mengacu pada pergerakan air di dalam
lapisan tanah yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan
tekanan hidrolik antara daerah yang berbeda dalam tanah. Dua
jenis aliran tanah, yaitu
Mekanika Tanah |
89
a. Aliran Jenuh (Saturation Flow): Aliran jenuh terjadi ketika
semua pori tanah di dalam zona jenuh terisi penuh dengan
air. Ini terjadi di daerah di mana tekanan hidrolik yang
dominan adalah tekanan hidrostatik. Aliran jenuh dapat
terjadi secara lateral di dalam lapisan tanah atau secara
vertikal melalui zon-zon permeabel di dalam formasi
geologi. Aliran jenuh penting dalam pembentukan mata air
dan menjaga ketersediaan air bagi tanaman dan kehidupan
di daerah yang tergantung pada air tanah.
b. Aliran Tak Jenuh (Unsaturated Flow): Aliran tak jenuh
terjadi ketika pori-pori tanah tidak sepenuhnya terisi
dengan air dan terdapat campuran air dan udara di
dalamnya. Ini terjadi di daerah zona tak jenuh, yang
merupakan zona di atas zona jenuh di mana tekanan
hidrolik yang dominan adalah tekanan air kapiler dan
atmosfer. Aliran tak jenuh terutama dipengaruhi oleh
perbedaan potensial air, tekanan kapiler, dan konduktivitas
hidraulik tanah. Aliran tak jenuh penting dalam penyerapan
air oleh akar tanaman, pergerakan air ke dalam dan melalui
lapisan tanah, serta dalam proses evaporasi dan transpirasi.
2. Hukum Darcy
Hukum ini ditemukan oleh seorang insinyur Prancis
bernama Henry Darcy pada tahun 1856 sebagai dasar dalam
memahami pergerakan air dalam akuifer dan sistem pori-pori
tanah.
Hukum Darcy menyatakan bahwa laju aliran fluida (Q)
melalui suatu medium porus berbanding lurus dengan
perbedaan tekanan (h) dalam medium dan berbanding terbalik
dengan perlawanan aliran (k) medium tersebut. Persamaan
matematis dari hukum Darcy adalah:
Q = -kA(dh/dl)
atau
𝛥ℎ
q = vA = k. i. A = k 𝐿 A
90 | Teknik Sipil
Di mana:
Q adalah laju aliran fluida (volume per satuan waktu).
k adalah koefisien permeabilitas medium (sifat intrinsik
medium dalam memperbolehkan aliran fluida).
A adalah luas penampang aliran yang tegak lurus dengan arah
aliran fluida.
dh/dl adalah gradien hidrolik, yaitu perubahan tekanan
terhadap jarak (elevasi) dalam arah aliran.
Bila ada tanda negatif (-) pada persamaan menunjukkan
bahwa aliran fluida akan mengalir dari tekanan yang lebih
tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
Hukum Darcy berlaku untuk aliran fluida dalam kondisi
yang stabil, laminar, dan tidak kompresibel. Selain itu, hukum
ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Aliran fluida homogen dan isotropik (sifat poros medium
tidak berubah dalam skala yang signifikan).
b. Fluida dalam keadaan jenuh air.
c. Fluida mengalir dalam jarak yang cukup jauh sehingga
gradien hidrolik konstan dalam rentang jarak tersebut.
3. Permeabilitas
Permeabilitas mengacu pada kemampuan suatu
material, seperti tanah, batuan, atau porus lainnya dalam
mengalirkan fluida. Permeabilitas sangat penting karena
mempengaruhi laju aliran air dalam akuifer dan media porus
lainnya dan dinyatakan dalam satuan panjang per waktu,
misalnya meter per detik (m/s) atau sentimeter per detik
Mekanika Tanah |
91
(cm/s). Permeabilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya:
a. Ukuran dan Bentuk Pori: Semakin besar dan terhubung
pori-pori dalam material, semakin tinggi nilai
permeabilitasnya. Bentuk dan distribusi pori juga dapat
mempengaruhi kemampuan aliran fluida.
b. Distribusi Butiran: Material dengan distribusi ukuran butir
yang lebih seragam cenderung memiliki permeabilitas yang
lebih tinggi daripada material dengan distribusi ukuran
butir yang beragam.
c. Karakteristik Mineral: Sifat-sifat mineral dalam material,
seperti kerapatan butir dan tekstur, juga mempengaruhi
permeabilitas.
d. Kepadatan Material: Material dengan kepadatan rendah
cenderung memiliki permeabilitas yang lebih tinggi karena
memungkinkan adanya ruang pori yang lebih besar untuk
aliran fluida.
e. Kondisi Jenuh atau Tak Jenuh: Permeabilitas pada kondisi
jenuh (saturated) dan tak jenuh (unsaturated) dapat
berbeda karena perbedaan tingkat kejenuhan ruang pori
dalam material.
4. Koefisien Rembesan
Koefisien rembesan (seepage coefficient) adalah
parameter yang mengukur laju aliran air melalui suatu
medium porus, seperti tanah atau batuan yang dipengaruhi
oleh kekentalan cairan, ukuran pori dan butiran, kekasaran
permukaan dan derajat kejenuhan tanah. Pengukuran di
laboratorium, menggunakan metode berikut:
a. Metode Uji Permeabilitas Constant Head (Konstanta Tinggi):
1) Persiapan Sampel: Ambil sampel tanah dengan diameter
dan tinggi yang sesuai. Pastikan sampel dalam keadaan
jenuh air.
2) Persiapan Alat: Pasang sampel di dalam alat uji
permeabilitas, seperti alat permeabilitas konstan tinggi.
92 | Teknik Sipil
3) Konfigurasi Aliran: Air dialirkan secara konstan pada
satu sisi sampel dengan tinggi air yang dijaga konstan.
4) Pengukuran Aliran: Ukur laju aliran air yang melewati
sampel pada interval waktu tertentu.
Koefisien Rembesan dihitung menggunakan:
persamaan Darcy (Q = -kA(dh/dl)) dengan memasukkan
data laju aliran, luas penampang aliran, dan gradien
hidrolik untuk menghitung koefisien rembesan.
b. Metode Uji Permeabilitas Falling Head (Jatuhnya Tinggi):
1) Persiapan Sampel: Ambil sampel tanah dengan diameter
dan tinggi yang sesuai. Pastikan sampel dalam keadaan
jenuh air.
2) Persiapan Alat: Pasang sampel di dalam alat uji
permeabilitas, seperti alat permeabilitas jatuhnya tinggi.
3) Konfigurasi Aliran: Isi alat dengan air dan biarkan air
meresap melalui sampel. Rekam waktu jatuhnya tinggi
air dalam alat.
4) Pengukuran Tinggi Air: Ukur tinggi air dalam alat pada
interval waktu tertentu.
5) Hitung Koefisien Rembesan: Gunakan persamaan
permeabilitas jatuhnya tinggi (k= (2,3L)/(A*t)*
log(h1/h2)) dengan memasukkan data tinggi air, luas
Mekanika Tanah |
93
penampang aliran, waktu, dan panjang sampel untuk
menghitung koefisien rembesan.
5. Rembesan Ekivalen
Rembesan ekivalen (equivalent seepage) pada tanah
berlapis-lapis mengacu pada kondisi aliran air melalui lapisanlapisan tanah yang berbeda dengan memperlakukan lapisanlapisan tersebut sebagai lapisan yang setara secara hidrolik.
Konsep ini digunakan dalam analisis dan perhitungan
pergerakan air melintasi tanah dengan struktur berlapis.
Dalam tanah berlapis-lapis, setiap lapisan tanah memiliki
karakteristik hidroliknya sendiri, termasuk koefisien
permeabilitas dan tebal lapisan. Rembesan ekivalen diperoleh
dengan menggantikan lapisan-lapisan tersebut dengan satu
lapisan setara yang memiliki karakteristik hidrolik yang
menggambarkan aliran air keseluruhan melalui lapisan-lapisan
tersebut. Untuk menentukan rembesan ekivalen pada tanah
berlapis-lapis yang digunakan adalah:
a. Metode Rembesan Ekivalen Kotter
Metode ini mengasumsikan bahwa semua lapisan
berlapis-lapis memiliki tinggi air yang sama (aliran
horizontal) dan memiliki kerapatan aliran yang setara.
Rembesan ekivalen dihitung dengan mempertimbangkan
luas penampang efektif lapisan-lapisan tersebut dan
membaginya dengan total panjang lintasan aliran
horizontal.
b. Metode Rembesan Ekivalen Peralihan
Metode ini mengasumsikan bahwa air berpindah
antara lapisan tanah dengan perpindahan vertikal.
Rembesan ekivalen dihitung dengan menggunakan
persamaan keseimbangan aliran untuk setiap lapisan dan
mempertimbangkan kontribusi aliran dari setiap lapisan
terhadap aliran total.
c. Model Analitis atau Numerik
Metode ini melibatkan penggunaan perangkat lunak
atau pemodelan matematika untuk menggambarkan aliran
94 | Teknik Sipil
air melalui lapisan-lapisan tanah secara detail. Karakteristik
hidrolik masing-masing lapisan diperhitungkan dan
rembesan ekivalen diperoleh dari hasil simulasi atau solusi
persamaan aliran yang terintegrasi dengan representasi
berlapis-lapis.
Perhitungan rembesan ekivalen yang memiliki n lapisan
dan aliran horisontal yang memiliki lebar satu satuan.
𝑞 = 𝑣. 𝑖. 𝐻
= 𝑣1. 1. 𝐻1 + 𝑣2. 1. 𝐻2 + 𝑣3. 1. 𝐻3 + … +𝑣 𝑛. 1. 𝐻𝑛
D. Sifat Mekanis Tanah
Sifat mekanis tanah merujuk pada perilaku tanah terhadap gaya,
tekanan, dan deformasi. Sifat-sifat mekanis tanah penting untuk
memahami perilaku tanah dalam rekayasa geoteknik dan
perancangan struktur. Melalui pengukuran dan analisis yang
tepat, sifat mekanis tanah dapat digunakan untuk memastikan
keamanan dan keberlanjutan proyek rekayasa sipil. Sifat sifat
yang penting antara lain:
Mekanika Tanah |
95
1. Kekuatan Tanah
Kekuatan tanah adalah kemampuan tanah untuk
menahan beban atau gaya tanpa mengalami kegagalan. Sifat
kekuatan tanah meliputi kekuatan geser tanah, kekuatan tekan
tanah, dan kekuatan tarik tanah. Sifat ini penting dalam
perencanaan fondasi, stabilitas lereng, dan perancangan
struktur di atas atau di dalam tanah.
2. Deformasi Tanah
Deformasi tanah mengacu pada perubahan bentuk dan
volume tanah akibat beban atau gaya yang diberikan. Sifat
deformasi tanah meliputi elastisitas, plastisitas, dan kekakuan
tanah. Pemahaman sifat deformasi tanah penting dalam
perencanaan dan analisis struktur, perencanaan pekerjaan
perataan tanah, dan evaluasi perubahan volume tanah.
3. Konsolidasi Tanah
Konsolidasi tanah adalah proses di mana tanah
mengalami penurunan volume secara bertahap akibat
pembebanan. Sifat konsolidasi tanah melibatkan perubahan
volume, penurunan tanah, dan laju konsolidasi. Pemahaman
sifat konsolidasi tanah penting dalam perencanaan dan analisis
penurunan tanah yang mungkin terjadi pada struktur
bangunan.
4. Pemampatan Tanah
Pemampatan tanah adalah proses di mana tanah
mengalami penurunan volume secara cepat akibat pembebanan. Sifat pemampatan tanah meliputi kompresibilitas,
indeks pemampatan, dan kecepatan pemampatan. Pemahaman
sifat pemampatan tanah penting dalam perencanaan
konstruksi dan analisis struktur untuk menghindari kerusakan
akibat pemampatan tanah yang berlebihan.
96 | Teknik Sipil
5. Stabilitas Lereng
Stabilitas lereng melibatkan kemampuan tanah untuk
menahan gaya gravitasi dan mempertahankan kestabilan. Sifat
stabilitas lereng tanah meliputi sudut geser dalam, kekuatan
geser, dan faktor keamanan lereng. Pemahaman sifat stabilitas
lereng tanah penting dalam perencanaan dan analisis stabilitas
lereng untuk mencegah kegagalan dan longsor tanah.
6. Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah mengacu pada kemampuan tanah
untuk menahan beban struktural tanpa mengalami penurunan
atau deformasi yang berlebihan. Sifat daya dukung tanah
meliputi kapasitas beban, modulus geser, dan indeks daya
dukung. Pemahaman sifat daya dukung tanah penting dalam
perencanaan dan perancangan fondasi untuk memastikan
fondasi yang stabil dan aman.
E. Tegangan Tanah
Tegangan tanah (soil stress) mengacu pada gaya atau beban yang
bekerja pada suatu massa tanah. Tegangan tanah timbul karena
berbagai faktor, seperti beban struktur di atasnya, beban
permukaan, tekanan air tanah, atau berat sendiri dari lapisanlapisan tanah di atasnya. Ada tiga komponen tegangan tanah yang
perlu dipahami:
1. Tegangan Vertikal (σv): Tegangan vertikal adalah tegangan
yang bekerja tegak lurus terhadap bidang horizontal di dalam
tanah. Tegangan vertikal berasal dari berat sendiri tanah di
atasnya, beban struktur, atau beban permukaan seperti lalu
lintas kendaraan.
2. Tegangan Horisontal (σh): Tegangan horizontal adalah
tegangan yang bekerja sejajar dengan bidang horizontal di
dalam tanah. Tegangan horizontal dapat disebabkan oleh
tekanan samping dari dinding struktur atau gaya lateral yang
bekerja pada suatu lapisan tanah.
3. Tegangan Lateral (σl): Tegangan lateral adalah tegangan yang
bekerja tegak lurus terhadap bidang vertikal di dalam tanah.
Mekanika Tanah |
97
Tegangan lateral biasanya terjadi pada dinding penahan tanah
atau pada material tanah di bawah beban lateral.
1. Tegangan Akibat Pembebanan
Karena beban di atas tanah, tanah sudah mengalami
tekanan karena beratnya sendiri sebelum dibebani; ini disebut
tekanan overburden. Sedangkan tegangan (stress) adalah
besarnya gaya yang bekerja pada suatu bidang dengan luas
tertentu, seperti gaya per satuan luas (misalnya, cm2, m2).
a. Tegangan tanah akibat berat di atasnya
b. Tegangan atas beban permukaan
Analisa ini di titik beratkan arah vertikal (tegangan
vertikal), ada beberapa analisa penyebaran tegangan antara
lain Boussinesq, Wastergaard Newmark serta finite element
method).
2. Tegangan Efektif
Tegangan efektif (effective stress) adalah konsep penting
dalam geoteknik yang mengacu pada bagian dari tegangan
total pada tanah yang berkontribusi pada deformasi dan
98 | Teknik Sipil
perubahan volume tanah. Tegangan efektif merupakan
komponen tegangan yang bertanggung jawab atas banyak
fenomena geoteknik, seperti stabilitas lereng, konsolidasi
tanah, dan kapasitas dukung pondasi. Tegangan efektif
didefinisikan sebagai selisih antara tegangan total (σ) dan
tegangan pori (u) pada tanah, dan dinyatakan sebagai:
σ' = σ - u
Di mana:
σ' adalah tegangan efektif.
σ adalah tegangan total pada tanah (termasuk tegangan
hidrostatik dan tegangan dari beban lainnya).
u adalah tegangan pori, yaitu tekanan air yang ada di dalam
pori-pori tanah.
Tegangan efektif bertanggung jawab atas deformasi
tanah dan mempengaruhi kapasitas dukung tanah. Tegangan
pori mempengaruhi konsolidasi dan daya dukung tanah. Selain
itu, tegangan efektif penting dalam analisis stabilitas lereng, di
mana tegangan efektif yang berkurang akibat tekanan air
dapat menyebabkan penurunan kekuatan lereng dan potensi
kegagalan.
3. Tegangan Tekan
Tegangan tekan tanah, atau σ, juga dikenal sebagai
tegangan lateral tanah, adalah gaya per satuan luas yang
dihasilkan oleh tanah terhadap suatu struktur atau dinding
penahan. Ketika suatu struktur berada di dekat atau di dalam
tanah, tanah akan memberikan tegangan lateral pada struktur
tersebut karena beratnya dan interaksi dengan struktur.
Tegangan tekan tanah merupakan salah satu komponen dari
tegangan total yang bekerja pada suatu titik dalam tanah.
Tegangan total pada suatu titik dapat terdiri dari beberapa
komponen, termasuk:
Mekanika Tanah |
99
a. Tegangan vertikal (σv): Tegangan yang dihasilkan oleh
berat tanah di atas titik tersebut.
b. Tegangan tekan tanah lateral (σh): Tegangan yang
dihasilkan oleh tanah di sekitar titik tersebut yang
bertindak secara horizontal atau lateral.
c. Tegangan horizontal lainnya (σx, σy, atau σz): Tegangan
yang mungkin dihasilkan oleh beban lateral lainnya atau
beban struktur.
Tegangan tekan tanah lateral (σh) dapat menyebabkan
gaya dorong pada struktur, dan jika tidak diantisipasi dengan
baik, dapat menyebabkan kegagalan atau pergeseran tanah
yang tidak diinginkan. Perhitungan tegangan tekan tanah
biasanya melibatkan karakteristik tanah seperti kepadatan,
sudut geser dalam keadaan tanah diam (ϕ), dan kekuatan
tanah.
Sehingga tekanan efektif yang terjadi,
o' = σ – u = (γsat x z) – (γwz) = (γsat – γw) z = γ' x z]
4. Tegangan Normal dan Tegangan Geser
Tegangan normal dan tegangan geser adalah dua
komponen utama tegangan yang bekerja pada suatu bidang
atau lapisan termasuk tanah atau batuan. Kedua tegangan ini
berperan penting dalam menganalisis perilaku material
terhadap beban eksternal dan dalam rekayasa geoteknik.
a. Tegangan Normal
Tegangan normal (normal stress) adalah tegangan
yang bekerja tegak lurus terhadap suatu bidang dalam
material. Tegangan normal diukur dengan satuan gaya per
satuan luas, misalnya pascal (Pa) atau psi (pound per square
inch). Tegangan normal biasanya digunakan untuk
menggambarkan beban tekan (compressive load) atau
beban tarik (tensile load) yang bekerja tegak lurus terhadap
bidang atau permukaan material. Pada material tanah atau
100 | Teknik Sipil
batuan, tegangan normal berhubungan dengan beban
struktur di atasnya, beban tanah di atasnya, atau beban
permukaan lainnya yang diterapkan tegak lurus terhadap
bidang atau lapisan material.
b. Tegangan Geser
Tegangan geser (shear stress) adalah tegangan yang
bekerja sejajar dengan suatu bidang dalam material.
Tegangan geser juga diukur dengan satuan gaya per satuan
luas, seperti pascal (Pa) atau psi (pound per square inch).
Tegangan geser timbul karena gaya lateral atau pergeseran
pada suatu bidang atau permukaan material. Pada material
tanah atau batuan, tegangan geser berperan penting dalam
menganalisis stabilitas lereng, desain dinding penahan
tanah, analisis pergeseran tanah, dan interaksi antara dua
lapisan material yang saling bergeser.
Jumlahkan komponen gaya yang ada pada elemen
tanah untuk arah N dan T dapat dinyatakan:
σn (EE) = σx (EE) sin2θ + σy (EE) cos2θ + 2ꞇxy (EE) sinθ cosθ
atau
σn = σx sin2θ + σy cos2θ + 2ꞇxy sinθ cosθ
Mekanika Tanah |
101
dapat ditentukan nilai θ yang mana ꞇn bernilai nol. 𝜎𝑦
tan 2θ = 𝜎
2ꞇ𝑥𝑦
𝑦 − 𝜎𝑥
Terdapat dua bidang saling tegak lurus satu sama lain
memiliki tegangan geser nol. Tegangan normal yang ada
pada bidang utama disebut tegangan utama. Besarnya
tegangan yang normal adalah:
Tegangan pada bidang utama besar,
σ n = σ1 =
𝜎𝑦 + 𝜎𝑥
+ √[
𝜎𝑦 + 𝜎𝑥
+ √[
2
𝜎𝑦 − 𝜎𝑥 2
Tegangan pada bidang utama kecil,
σ n = σ3 =
2
2
] + ꞇ2 𝑥𝑦
𝜎𝑦 − 𝜎𝑥 2
2
] + ꞇ2 𝑥𝑦
Lingkaran Mohr juga dapat digunakan untuk
mengukur tegangan normal dan geser setiap bidang.
102 | Teknik Sipil
Tegangan geser, yang bekerja pada sisi yang
berlawanan dengan tegangan bujur sangkar, dianggap
positif menurut perjanjian tanda.
Untuk bidang AD tegangan normal sama dengan +σx
tegangan geser sama dengan +ꞇxy. Untuk bidang AB
tegangan normal sama dengan +σx tegangan geser sama
dengan –ꞇxy.
Jika bidang AB dan AD adalah bidang utama besar dan
kecil, tegangan normal dan tegangan geser pada bidang EF
dapat ditentukan dengan mensubstitusikan ꞇxy = 0.
σn =
𝜎1 + 𝜎3
2
+
𝜎1 − 𝜎3
2
cos 2θ
ꞇxy =
𝜎1 − 𝜎3
2
sin 2θ
σy = σ1
σx = σ3
F. Penurunan Tanah
Teori penurunan tanah adalah sebagai berikut: 1. Tanah butir
halus homogen dan jenuh; 2. Hukum Darcy; 3. Kompresi tanah
adalah perubahan volume yang disebabkan oleh disipasi air pori;
dan 4. Deformasi hanya terjadi dalam satu arah. Konsolidasi tidak
mengubah koefisien CV.
Mekanika Tanah |
103
1. Kecepatan Penurunan Konsolidasi
Kecepatan penurunan konsolidasi (consolidation
settlement rate) mengacu pada laju atau kecepatan dimana
tanah mengalami penurunan atau deformasi akibat proses
konsolidasi. Kecepatan penurunan konsolidasi dapat
bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk
karakteristik tanah, tekanan beban, dan sifat hidrogeologi.
Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi permeabilitas tanah,
ketebalan lapisan tanah, dan waktu yang dibutuhkan untuk
proses konsolidasi.
Konsolidasi satu dimensi menurut Terzaghi
𝐶 𝑡
Tv = 𝐻 𝑣 2
𝑑𝑟
Tv = time factor
Cv = koefisien konsolidasi (m2/s)
T = waktu (s)
Hdr = jarak lintas drainase terpanjang (m)
104 | Teknik Sipil
2. Derajat Penurunan Konsolidasi
Derajat penurunan konsolidasi (degree of consolidation)
adalah parameter yang mengukur sejauh mana tanah telah
mengalami konsolidasi atau penurunan akibat pembebanan
dan proses konsolidasi. Derajat penurunan konsolidasi
biasanya dinyatakan dalam persentase dan mengindikasikan
seberapa banyak penurunan atau deformasi volumetrik yang
telah terjadi pada suatu tanah.
3. Koefisien Konsolidasi
Koefisien konsolidasi (coefficient of consolidation) adalah
parameter yang mengukur tingkat konsolidasi atau penurunan
volumetrik tanah yang terjadi akibat pembebanan dan proses
konsolidasi. Koefisien konsolidasi (cv) dapat dihitung dengan
menggunakan data dari uji konsolidasi laboratorium. Beberapa
metode yang umum digunakan untuk menghitung koefisien
konsolidasi adalah uji konsolidasi menggunakan alat
consolidometer dan uji konsolidasi in-situ menggunakan uji
pembebanan dengan beban bergradual pada lapangan. Jika
penurunan sangat kecil, kecepatan penurunan tidak
diperhatikan karena penurunan yang terjadi seiring waktu
tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan.
4. Penurunan Konsolidasi
Penurunan konsolidasi (consolidation settlement) adalah
proses di mana tanah mengalami penurunan atau deformasi
akibat penghilangan air dari pori-porinya. Proses ini terjadi
ketika tanah yang jenuh air dikenai beban, seperti beban
struktur di atasnya, beban tambahan dari lapisan tanah di
atasnya, atau beban permukaan lainnya. Akibat pembebanan
ini, air di dalam pori-pori tanah mulai keluar dan tegangan
efektif tanah meningkat, menyebabkan deformasi pada tanah.
Proses penurunan konsolidasi terjadi dalam dua tahap
utama: Tahap Konsolidasi Primer dan Tahap Konsolidasi
Sekunder
Mekanika Tanah |
105
Tahap Konsolidasi Primer (Primary Consolidation):
Pada tahap ini, air di dalam pori-pori tanah dikeluarkan
perlahan-lahan karena pembebanan. Tanah mengalami
penurunan secara berangsur-angsur dan tegangan efektif
meningkat. Kecepatan penurunan pada tahap ini berkurang
seiring berjalannya waktu, dan penurunan pada akhir tahap
primer sering disebut sebagai settlement primer.
106 | Teknik Sipil
Persamaan yang tergantung pada nilai p1' menunjukkan
penurunan konsolidasi primer total.
Cr adalah indeks pemampatan kembali, Cc adalah indeks
pemampatan, dan H adalah tebal lapisan tanah. pc' adalah
tekanan prakonsolidasi (kN/m2), dan eo adalah angka pori
awal. Tekanan overburden efektif awal sebelum dibebani
adalah po'.
Tahap Konsolidasi Sekunder (Secondary Consolidation)
Tahap konsolidasi sekunder berlangsung dalam waktu
yang lebih lama daripada tahap primer dan bersifat lebih
lambat.
Settlement yang terjadi pada tahap sekunder disebut
sebagai settlement sekunder. Kemiringan kurva pada bagian
akhir kurva H-log-t atau e-log-t adalah lintasan kurva
konsolidasi sekunder.
Mekanika Tanah |
107
Persamaan menunjukkan indeks pemampatan sekunder, atau
Cα. Ca =
𝛥𝑒
𝑙𝑜𝑔 (𝑡2 𝑡 )
1
Persamaan berikut menunjukkan rasio pemampatan sekunder
𝐶𝛼
(Cαε).Cα = 1+ 𝑒
𝑝
Persamaan digunakan untuk menghitung
konsolidasi sekunder ialah
SS = H
penurunan
5. Keruntuhan Akibat Geser
Keruntuhan akibat geser (shear failure) adalah
kegagalan tanah atau batuan, akibat adanya tegangan geser
yang melebihi batas daya dukung material tersebut. Ketika
material tidak lagi mampu menahan tegangan geser yang
bekerja pada bidang geser, terjadi pergeseran relatif antara
dua bagian material yang bersebelahan, dan ini menyebabkan
kegagalan atau keruntuhan akibat geser. Keruntuhan akibat
geser terjadi di berbagai situasi, termasuk pada lereng tanah
yang curam, dinding penahan tanah (retaining wall), dan dasar
fondasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kemungkinan
terjadinya keruntuhan akibat geser adalah:
a. Sudut Geser Internal (Internal Shear Angle): Sudut geser
internal merupakan sudut di mana bidang geser atau
bidang pecah terbentuk pada saat terjadi keruntuhan akibat
geser. Sudut geser internal bergantung pada karakteristik
material, termasuk kekuatan geser dan kekuatan tarik dari
material tersebut.
108 | Teknik Sipil
b. Tegangan Geser (Shear Stress): Tegangan geser adalah
tegangan yang bekerja sejajar dengan permukaan geser
pada suatu material. Jika tegangan geser melebihi kekuatan
geser material, keruntuhan akibat geser dapat terjadi.
c. Tegangan Normal (Normal Stress): Tegangan normal adalah
tegangan yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan
geser. Tegangan normal dapat mempengaruhi kemampuan
material dalam menahan tegangan geser.
d. Kelembaban Tanah: Kelembaban tanah juga dapat
mempengaruhi kekuatan geser material. Tanah yang jenuh
air cenderung memiliki kekuatan geser yang lebih rendah
daripada tanah yang kering.
Mekanika Tanah |
109
110 | Teknik Sipil
Daftar Pustaka
Al Dianty, M., Wu, W. 2020. Prediction of Soil Compression Index in
Teziutlán, Mexico. Applied Mechanics, and Material, 894, pp.
124 – 128.
Al Dianty, M., Yahaya, AS., Ahmad, F. 2013. Soil Characterization of
Index Properties at Telecommunication Network Site in East
Java Indonesia. Proceedings 1st International Conference on
Engineering of Tarumanagara (ICET2013), JakartaIndonesia 2-3 October. ISBN: 978-979-99723-9-2.
Al Dianty, M., Yahaya, AS., Ahmad, F. 2014. Probability Distribution
of Engineering Properties of Soil at Telecommunication Sites
in Indonesia, International Journal of Scientific Research in
Knowledge. 143-150.
Al Dianty, M., Yahaya, AS., Ahmad, F., Barontini, S., Ranzi, R. 2019.
The development of site investigation on telecommunication
for suitability zoning at East Java, Indonesia. 37th
Conference Asean Federation of Engineering Organisation
(CAFEO-37) September 11-13, 2019 at Jakarta International
Expo, Indonesia
Al Dianty, M. 2016. Geostatistical Modelling of Soil Properties in
East Java for Site Suitability Assessment. PhD thesis,
Universiti Sains Malaysia.
Guerriero, V., Mazzoli S. 2021. Theory of Effective Stress in Soil and
Rock and Implications for Fracturing Processes: A
Review. Geosciences. 11 (3): 119.
Lambe, T. William & Robert V. Whitman. Soil Mechanics. Wiley,
1991; p. 29
Terzaghi, K., Peck, R.B., Mesri, G. 1996. Soil mechanics in
Engineering Practice, Third Edition, John Wiley & Sons,
Inc.,ISBN 0-471-08658-4
Wesley, L.D. 2010. Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan dan
Residu, John Wiley & Sons, Inc.,ISBN 9789792926330
Mekanika Tanah |
111
112 | Teknik Sipil
BAB V
Manajemen Risiko Proyek
Isra Junna
A. Pendahuluan
Pencemaran limbah merupakan salah satu dampak pembangunan
di berbagai bidang, seiring dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, peningkatan polusi juga disebabkan oleh
pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya.
Dengan adanya Program Pemerintah tentang Sanitasi,
diharapkan jika masyarakat melaksanakan dan mengelola
program tersebut secara swadaya langsung dari pemerintah
untuk masyarakat sehingga dapat membantu mencegah
pencemaran lingkungan.
Rakyat biasa yang tidak dipertimbangkan latar belakang
masyarakat saat direkrut dapat muncul beberapa risiko terhadap
kapasitas juga kemampuan Kelompok Swadaya Masyarakat.
Munculnya beberapa risiko proyek disertai dengan risiko tidak
hemat biaya karena sebenarnya proyek SLBM ini sepenuhnya
bergantung pada masyarakat. Penulis dalam penelitian ini untuk
mengetahui risiko pengendalian dan pelaksanaan proyek Dana
Alokasi Khusus (DAK) SLBM. Sejak awal kontrak hingga akhir
proyek (JUKLAK DAK SLBM, 2014).
Manajemen risiko dilakukan untuk indentifikasi awal risiko
yang dihadapi KSM, upaya membantu pemerintah untuk
113
melaksanakan proyek-proyek yang hemat biaya di masa
mendatang.
B. Manajemen
Definisi manajemen menurut para ahli Indonesian Online
Community & Library (2006) adalah sebagai berikut: 1)
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian usaha anggota organisasi dan
penggunaan semua sumber daya yang tersedia. dalam organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. 2) Manajemen adalah seni karena bekerja dengan
orang lain membutuhkan keahlian khusus.
C. Pekerjaan Konstruksi
Proyek konstruksi memiliki tiga karakter (Ervianto, 2004).
1. Unik: Proyek konstruksi dikatakan unik karena kegiatannya
tidak pernah sama, bersifat sementara, dan melibatkan
kelompok pekerja yang berbeda.
2. Sumber Daya: Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber
daya, yang meliputi pekerja dan hal-hal seperti uang, mesin,
metode, dan material.
3. Organisasi: Setiap organisasi memiliki tujuan yang berbeda,
dan banyak orang dengan keterampilan dan minat berbeda
menjadi bagian darinya.
D. Manajemen Risiko
Melaksanakan manajemen risiko tidak hanya dalam proyek
konstruksi tetapi juga di bidang lain seperti keuangan
perusahaan, perbankan, proses industri dan banyak bidang
lainnya (Fandopa, 2012):
1. Risiko
Bagi sebagian besar orang Indonesia, berbicara tentang
resiko hampir selalu berarti kerugian, meskipun belum tentu
demikian, karena dari segi positif resiko adalah peluang yang
bisa mendatangkan keuntungan, namun dari segi negatif
resiko adalah tantangan. yang harus diatasi.
114 | Teknik Sipil
Loosemore, et al., (1993) (Fandopa, 2012) berpendapat
bahwa risiko merupakan fenomena yang melibatkan fisik,
ekonomi, budaya dan sosial dan dapat mempengaruhi laba dan
tujuan awal. Raftery (1994) dalam (Fandopa, 2012): “Risiko
dan ketidakpastian menggambarkan situasi di mana hasil
aktual dari peristiwa atau aktivitas tertentu cenderung
berbeda dari perkiraan atau nilai prediksi. Risiko dapat terjadi
dalam dua arah: Hasil akhirnya mungkin lebih baik atau lebih
buruk dari yang diperkirakan sebelumnya.”
2. Ciri Manajemen Risiko
Noshworthy
(2000)
dalam
(Fandopa,
2012),
menyatakan bahwa “manajemen risiko adalah identifikasi
ancaman dan penerapan tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi terjadinya ancaman tersebut dan meminimalkan
potensi kerusakan. Analisis risiko dan manajemen risiko
merupakan dasar dari manajemen risiko, di mana manajemen
risiko adalah penerapan pengendalian yang tepat untuk
mencapai keseimbangan antara keselamatan, manfaat dan
biaya.”
Noshworthy, National Institute of Standards and
Technology (Stoneburner, et al., 2001) (Fandopa, 2012)
mengatakan bahwa “manajemen risiko adalah proses
mengidentifikasi, mengendalikan dan mengkomunikasikan
informasi terkait risiko tentang suatu sistem dan mencakup
penilaian risiko, biaya-analisis manfaat dan pemilihan
Safeguards, implementasi, pengujian dan evaluasi. Ketika
memeriksa sistem ini, kita harus memperhatikan efektivitas
dan efisiensi, dampaknya terhadap misi dan juga keterbatasan
yang terkait dengan kebijakan, peraturan dan undangundang.”
3. Tujuan Manajemen Risiko
Setiap Tindakan harus ada tujuan. Beberapa ahli seperti
Suh & Han (2003) dalam (Fandopa, 2012) berpendapat bahwa
“tujuan manajemen risiko adalah untuk meminimalkan
Manajemen Risiko Proyek |
115
kerugian. Sementara itu, menurut Jacobson (2002) (Fandopa,
2012), tujuan akhir dari manajemen risiko adalah untuk
memilih tindakan pengurangan risiko, transfer risiko, dan
normalisasi risiko untuk mengoptimalkan kinerja organisasi.”
Menurut Darmawi (2006) (Fandopa, 2012), manajemen
risiko dilakukan untuk mengurangi, menghindari dan
memperhitungkan risiko melalui beberapa aktivitas berurutan,
yaitu a) identifikasi risiko, identifikasi potensi risiko, penilaian
risiko pendahuluan. peristiwa risiko dan status risiko potensial
dan evolusinya menjadi status risiko awal, b) analisis risiko,
analisis atau pengukuran risiko potensial dan bagaimana
penanganan atau pengurangannya, c) manajemen risiko: Dua
pendekatan manajemen risiko, yaitu manajemen risiko melalui
penghindaran risiko, pengendalian kerugian, pemisahan
aktivitas risiko dan kombinasi ketiga metode di atas, dan
pembiayaan risiko (project financing).
4. Rancangan Manajemen Risiko
Pada fase ini, langkah-langkah untuk menghilangkan
risiko yang terjadi dalam proyek dapat ditentukan. Seperti
proses sifat manajemen risiko dapat mengalokasikan sumber
daya dan waktu yang sesuai untuk melakukan manajemen
risiko dan memberikan dasar untuk penilaian risiko. Teknik
yang digunakan dalam perencanaan manajemen risiko adalah
diskusi dan analisis perencanaan.
5. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah proses yang berkelanjutan
karena ada kemungkinan bahwa risiko baru akan ditemukan
seiring berjalannya proyek. Secara umum, ada dua kategori
risiko: risiko internal dan eksternal. Risiko internal adalah
risiko yang berasal dari perusahaan atau proyek itu sendiri.
Contoh:
Biaya, produktivitas, kontrak, lead time, dll. Risiko
eksternal adalah risiko yang tidak disebabkan oleh perusahaan
atau proyek. Contoh kondisi politik, inflasi, dll.
116 | Teknik Sipil
Gambar 5.1. Skema Jenis Risiko
Gambar 5.2. Skema Jenis Risiko
E. Kontrak Swakelola
Penjelasan Pasal 22 ayat 3, tanggung jawab pengguna anggaran
(PA) adalah pengadaan barang/jasa, melalui otonomi maupun
melalui pemasok barang/jasa. Sebab berdasarkan kebutuhan
yang teridentifikasi, pengguna anggaran juga harus memahami
kekuatan sumber daya pengadaan barang/jasa (JUKLAK DAK
SLBM, 2014).
1. Mengapa Swakelola
Kegiatan tersebut dapat dilakukan jika terpenuhi salah
satu syarat sebagai berikut:
a. Bekerja sesuai tugas dan tugas K/L/D/I bertujuan
meningkatkan kemampuan teknis dari sumber daya
manusia.
b. Pengoperasian
dan
pemeliharaannya
memerlukan
partisipasi langsung masyarakat setempat.
c. Pemasok barang/jasa tidak dengan ukuran dan jenis lokasi.
Manajemen Risiko Proyek |
117
d. Perincian/detailnya tidak dapat ditentukan sebelumnya
yang dapat mengandung tingkat ketidakpastian dan risiko
yang tinggi apabila dilakukan oleh penyedia barang/jasa.
e. Pendidikan, kursus, pelatihan, seminar, lokakarya atau
konsultasi.
f. Partisipasi dalam proyek percontohan.
g. Pekerjaan survei, pengolahan data.
2. Anggota Swakelola
Misalnya dinas PUPR bertanggung jawab menjaga
kebersihan lingkungan, atau dinas kebersihan dan kegiatan
lainnya bertanggung jawab atas pengangkutan sampah.
Namun, sebagaimana diuraikan pada bagian di atas, jika
penyedia diharuskan untuk melakukan kegiatan tersebut,
metode pemilihan penyedia layanan juga harus dilaksanakan
sesuai dengan keputusan presiden.
F. Instalasi Pengolahan Air limbah
Water Treatment Plant (WTP) merupakan metode untuk
menghilangkan limbah biologis dan kimia dari air sehingga air
dapat dimanfaatkan. (Frank R. Spellman, (2008) dalam (JUKLAT
DAK SLBM, 2014).
Dalam kegiatan SLBM, sistem on-site dibangun dengan
fasilitas pengolahan air yang terletak baik secara individual atau
komunal.
Tabel 5.1. Air Limbah
118 | Teknik Sipil
Tabel 5.2. Keuntungan dan Kekurangan
Tabel 5.3. Kriteria SLBM
1. Instalasi pengolahan air limbah terdiri dari
a. Anaerobic Baffled Reactor
Gambar 5.3. Tipikal Bangunan Anaerobic Baffled Reactor
b. Anaerobic Upflow Filter (AUF)
Gambar 5.4. Tipikal Bangunan Anaerobic Upflow Filter
Manajemen Risiko Proyek |
119
G. Risiko Proyek SLBM (IPAL)
Pekerjaan proyek DAK SLBM IPAL terdapat perbedaan dengan
proyek tradisional.
1. Rencana anggaran biaya pekerjaan IPAL
2. Pekerjaan jaringan perpipaan primer.
3. Pekerjaan jaringan perpipaan skunder.
4. Pekerjaan perpipaan sambungan rumah.
5. Aspek Material/logistic.
6. Aspek sumber daya manusia/tenaga kerja.
7. Aspek pelaksanaan proyek IPAL .
8. Aspek risiko pembuatan DED dan RAB.
9. Aspek risiko desain.
H. Pengukuran Potensi Risiko
Risiko potensial yang memerlukan perhatian karena memiliki
probabilitas tinggi untuk terjadi dan kesalahan dalam penentuan
waktu, estimasi biaya atau teknik perencanaan mengindikasikan
terjadinya risiko (Kurniawan, 2011).
Proses pengukuran risiko dengan memperkirakan frekuensi
risiko dan dampak risiko. Skala yang digunakan untuk mengukur
potensi risiko dari segi frekuensi dan dampak risiko adalah skala
Likert dengan rentang angka 1-5.
120 | Teknik Sipil
Daftar Pustaka
Ervianto, W. 2004. Aplikasi Manajemen Proyek Kontruksi.
AndiOffset.
FANDOPA, R. 2012. Pengelolaan Resiko Pada Pelaksanaan Proyek
Jalan Perkerasan Lentur PT X Dalam Rangka Meningkatkan
Kinerja Mutu Proyek (pp. 1–199).
JUKLAT DAK SLBM. 2014. Petunjuk Pelaksanaan DAK SLBM (p.
176). Kementerian Perumahan Rakyat dan Pemukiman
Penduduk.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang
Kesehatan Tahun Anggaran 2019. In Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (Vol. 561).
Kurniawan, B. Y. 2011. Analisa Risiko Konstruksi Pada Proyek
Pembangunan Apartemen Petra Square Surabaya (p. 13).
Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya.
Manajemen Risiko Proyek |
121
122 | Teknik Sipil
Tentang Penulis
Dr. Ir. La Ode Muhamad Nurrakhmad Arsyad, S.T., M.T., IPM.,
ASEAN Eng.
Dosen Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
Penulis merupakan dosen di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo Sejak Tahun 2008. Sebagai seorang yang
sepenuhnya mengabdikan dirinya sebagai dosen, selain
pendidikan formal yang telah ditempuhnya penulis juga
mengikuti berbagai pelatihan dan kompetensi untuk
meningkatkan kinerja dosen, khusus di bidang pengajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Penulis juga aktif
pada berbagai bidang organisasi masyarakat, antara lain
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Wilayah Provinsi
Sulawesi Tenggara, Ikatan Surveyor Indonesia (ISI), Ikatan Ahli
Bandar Udara Indonesia (IABI) dan Forum Studi Transportasi
123
Antar-Perguruan Tinggi (FSTPT). Selain dosen tetap, penulis
bekerja sebagai tenaga ahli konsultan Perencanaan dan
Perancangan Kebandarudaraan di berbagai Bandar Udara sejak
tahun 2010 sampai sekarang, juga sebagai tenaga ahli konsultan
Perencanaan di bidang perkerasan jalan raya, dan kepelabuhanan,
penulis juga aktif melakukan penelitian yang diterbitkan di
berbagai jurnal nasional maupun internasional, khususnya di
bidang transportasi darat dan udara.
124 | Teknik Sipil
Dr. Ir. Budi Witjaksana, S.T., M.T., IPU., Asean Eng.
Dosen Magister Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Penulis lahir di Probolinggo tanggal 20 September 1970. Penulis
adalah dosen pada Program Studi Magister Teknik Sipil Fakultas
Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Menyelesaikan
pendidikan S1 pada Jurusan Teknik Sipil Universitas 17 Agustus
1945 Surabaya dan melanjutkan S2 pada Jurusan Teknik Sipil
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya. Pendidikan S3 penulis
tempuh pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan tujuan penulis
memperdalam pengetahuan mengenai biaya, khususnya perilaku
biaya pada proyek konstruksi.
Penulis menekuni bidang Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat dengan focus Manajemen Proyek Konstruksi,
Manajemen Biaya Proyek, Material konstruksi. Karya penulis
yangvtermuat dalam jurnal Internasional diantanya adalah
Activity Based ManagementChange Order Model Based Economic
Value Added (Archives of Business Research–Vol.7, No.2
Publication Date: Feb. 25, 2019 DOI: 10.14738/abr.72.6201.), The
Cost Estimation Using “Cost Significant Model” on The Structure
of Beam Girderdi Development of DPU Bina Marga Bridge
Province In East Java (J. Phys.: Conf. Ser. 1364 012076
Tentang Penulis |
125
DOI 10.1088/1742-6596/1364/1/012076).
Donny Dwy Judianto Leihitu, S.T., M.T.
Tempat/Tgl. Lahir : Manado, 4 April 1976
Alamat KTP
: Jl Untung Suropati Rt 013/ Rw 001 Kel/Desa
Sungai Undang Kec Seruyan Hilir
Alamat Domisili
: Jl. Untung Suropati Rt 013/ Rw 001 Kel/
Desa Sungai Undang Kec Seruyan Hilir
No. HP
: 081394423356
Email
: donnydeejayleihitu@gmail.com
Menerangkan dengan sesungguhnya:
Riwayat Pendidikan :
Pendidikan
S2 Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi
Manado
S1 Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi
Manado
SMA Negeri 2 Manado
SMP Negeri 8 Manado
SD Negeri 66 Manado
Tahun
2004
2001
1994
1991
1988
Pengalaman Kerja
1. Menjadi Supervisor Survei bekerjasama dengan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah
a. Tahun 2015 s/d sekarang pada Pusat Informasi Harga
Pangan Strategis Nasional (PIHPS) Kota Sampit (Pasar
PPM dan Pasar Subuh)
b. Tahun 2016 s/d Sekarang pada Survey Pemantauan Harga
(SPH) pasar Modern dan Pasar Tradisional Kota Sampit.
126 | Teknik Sipil
c. Desember 2016 s/d sekarang pada Pusat Informasi Harga
Pangan Strategis Nasional (PIHPS) Pedagang Besar Kota
Sampit.
2. Pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas
Darwan Ali (Periode 2009- 2015).
3. Ketua Unit Penelitian dan Pengadian Kepada Masyarakat
Politeknik Seuyan ( 2019–Sekarang).
4. Pernah menjadi Komisi teknis Bidang Konstruksi dan
Perkembangan Pembangunan Dewan Riset Daerah Kabupaten
Seruyan Periode Tahun 2019-2021.
5. Menjadi Dosen:
Tahun 2008–2018: Mengajar pada Fakultas Teknik Program
Studi S-1 Teknik Sipil di Universitas Darwan Ali (UNDA).
6. Guru Pengajar SMKN 1 Seruyan Jurusan Bisnis Konstruksi dan
Properti dan Konstruksi Batu Beton (2009 sd Sekarang).
7. Tahun 2019 s/d Sekarang: Menjadi dosen pada Politeknik
Seruyan Program Studi Teknologi Rekayasa Konstruksi Jalan
dan Jembatan.
8. Aktif dalam Pelayanan Anak Gereja GKE Imanuel Kuala
Pembuang sebagai Wakil Ketua (2017–2022 ).
9. Ketua Tim Survey Efektifitas Infrastruktur dan layanan system
pembayaran dalam rangka kesiapan menuju Digitalisasi
Bantuan Sosial Kerja Sama dengan Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2022.
10. Tim Fasilitator Dana Alokasi Khusus (DAK) Pekerjaan Survei
dan Perencanaan Swakelola Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama di Kabupaten Seruyan (2009 s/d 2022).
11. Ketua Tim Teknis Survei dan Rehabilitas Swakelola SDN 1
Kuala Pembuang I Bantuan Dana Kementerian Pendidikan RI
(2018).
12. Ketua Tim Teknis Survei dan Perencanaan Pembangunan
Swakelola Kompleks SMAN 1 Batu Ampar dan SMAN 1 Danau
Seluluk (2015).
13. Tim Survei Survey Geometrik Jalan Arah Sampit -Pangkalan
Bun KM 69 Kerjasama Universitas Darwan Ali dengan Dinas
Perhubungan Kabupaten Seruyan (2017).
Tentang Penulis |
127
14. Ketua Tim Perencana Pembangunan Politeknik Seruyan
(2018 sd Sekarang).
15. Project Leader Pendampingan Penerbitan Surat Tanda Daftar
Budidaya (STDB) di Kabupaten Seruyan Kerja sama dengan
USAID-SEGAR (2022-2023).
128 | Teknik Sipil
Dr. Marelianda Al Dianty, S.T., MSc., CSRS
Peneliti dan Managing Director Geohydra Konsulting
Penulis adalah peneliti dan managing director dari Geohydra
Consulting, pernah bekerja sebagai post-doctoral fellow di
University of Brescia, Italia (2017) dan University of Natural
Resources and Life Sciences, Vienna, Austria (2016). Beliau
melakukan penelitian kolaborasi dalam memitigasi risiko
hidrogeologi. Selama di Wina, ia berpartisipasi dalam proyek
pemodelan di Institute of Geotechnical Engineering. Penulis
menyelesaikan Ph.D dari Universitas Sains Malaysia (USM) dalam
melakukan penelitian permodellan kesesuaian lokasi jaringan
telekomunikasi. Minat penelitiannya berkisar pendekatan analitik
dalam geoteknik, hidrologi, lingkungan, bencana alam, dan energi
terbarukan. Dia dianugerahi beberapa penghargaan UNILEAD
Southeast ASIA 2020 dari DAAD dan HRK (Konferensi Rektor
Jerman), Finalis Falling Wall Lab Remote Jakarta, Asia Pacific
Women Inventors, and Innovators Network (APWIIN), Erasmus
Mundus dan pada tahun 2017 dia ditugaskan sebagai co-convenor
untuk sub field program HS8.3.3 pada Konferensi Internasional
European Geosciences Union (EGU), Vienna, Austria. Karier
keinsinyurannya berkembang di perusahaan multinasional
Huawei dan Petronas KLCC, Malaysia. Memiliki sertifikasi
Insinyur (PII), ahli tanah (HATTI), manejemen proyek (LPJK) dan
Spesialis Laporan Keberlangsungan (CSRS).
Tentang Penulis |
129
Israjunna, S.T., M.T.
Dosen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Bima
Penulis lahir di Batu Tering tanggal 01 Februari 1992. Penulis
adalah dosen pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Bima. Menyelesaikan pendidikan S1
pada Jurusan Teknik Sipil dan melanjutkan S2 pada Magister
Teknik Sipil Manajemen Konstruksi. Penulis menekuni bidang
Penelitian manajemen konstruksi, manajemen risiko proyek,
sumber daya air, Pengabdian pembuatan teknologi tepat guna,
pendampingan STBM, dan lomba nasional Teknologi Tepat Guna.
130 | Teknik Sipil