Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Konsep Al-Qur'an Tentang Ahlul Kitab

2024, Haikal Al Fiqri

Salah satu tema pokok yang diungkapkan dalam Al-Qur'an adalah menyangkut Ahlul Kitab. Al-Qur'an mengandung beberapa petunjuk tentang adanya para penganut kitab, juga mengenai agama lain selain agama Islam. Dalam Al-Qur'an, pemeluk agama Yahudi dan Nasrani diakui sebagai komunitas Ahlul Kitab. Hal ini diakui oleh sebagian besar umat Islam pada umumnya. Namun, di luar kedua agama tersebut menurut sebagian penafsir, Al-Qur'an tidak menyebut mereka sebagai komunitas Ahlul Kitab. Dikalangan penafsir Islam tradisional, para penafsir umumnya memahami Ahlul Kitab dalam Al-Qur'an secara harfiah atau literal, yang tak jarang memberikan kesan sempit terhadap makna dan cakupan mengenai Ahlul Kitab di dalam Al-Qur'an. Sementara, penafsir kontemporer merentangkan makna dan cakupannya ke arah yang semakin plural dan seringkali kontroversal, lantas bagaimana kita mengetahui siapa Ahlul Kitab sebenarnya?. Apakah seluruh Ahlul Kitab beriman kepada Allah?, dan apakah mereka seluruhnya sama?.

KONSEP AL-QUR’AN TENTANG AHLUL KITAB Ditujukan untuk memenuhi tugas Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I Disusun Oleh : Haikal Al Fiqri ( 53020220072) Nuril Lailatul Fitriyah ( 53020220069 ) Shinta Sofiya Malihatin ( 53020220087 ) PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2022 A. PENDAHULUAN Salah satu tema pokok yang diungkapkan dalam Al-Qur‟an adalah menyangkut Ahlul Kitab. Al-Qur‟an mengandung beberapa petunjuk tentang adanya para penganut kitab, juga mengenai agama lain selain agama Islam. Dalam Al-Qur‟an, pemeluk agama Yahudi dan Nasrani diakui sebagai komunitas Ahlul Kitab. Hal ini diakui oleh sebagian besar umat Islam pada umumnya. Namun, di luar kedua agama tersebut menurut sebagian penafsir, Al-Qur‟an tidak menyebut mereka sebagai komunitas Ahlul Kitab. Dikalangan penafsir Islam „tradisional‟, para penafsir umumnya memahami Ahlul Kitab dalam Al-Qur‟an secara harfiah atau literal, yang tak jarang memberikan kesan sempit terhadap makna dan cakupan mengenai Ahlul Kitab di dalam Al-Qur‟an. Sementara, penafsir kontemporer merentangkan makna dan cakupannya ke arah yang semakin plural dan seringkali kontroversal, lantas bagaimana kita mengetahui siapa Ahlul Kitab sebenarnya?. Apakah seluruh Ahlul Kitab beriman kepada Allah?, dan apakah mereka seluruhnya sama?. B. PEMBAHASAN 1. Sifat Hasad Ahli Kitab Qs. Al-Baqarah (2) : 109 َّ‫ي‬ ََّ ِ‫اصفَ ُح ْْاَّ َح ٰتَّّٔيَأْت‬ َُّّ ‫يَّلَ ُِ ُنََّّا ْل َح‬ ََّ ‫س ِِ َّْنَّ ِّهيََّّْتَ ْع ِذََّّ َهاَّتَثَي‬ َِّ ‫يَّاَُ َِّْلَّا ْل ِك ٰت‬ َّْ ‫َّدََّّ َكثِ ْيشََّّ ِّه‬ ْ َّ َّ‫قََّّۚفَا ْعفُ ْْا‬ َ ‫ةَّلَ ََّّْْيَ ُشد ًَُّّْ ُك َّْنَّ ِّهيََّّْتَ ْع َِّذَّاِ ْي َواًِ ُك َّْنَّ ُكفا ًساََّّ َح‬ ِ ُ‫سذًاَّ ِّه ْيََّّ ِع ٌْ َِّذَّاَ ًْف‬ ٰ ٰ ّ َّ‫َيءََّّقَ ِذ ْيش‬ َّّ ََّّ‫للاََُّّتِا َ ْه ِشٍَََّّّۚاِى‬ ْ ‫للاََّعََّٰلَّٔ ُك َِّّلَّش‬ ‘Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang dadalah sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.’ Kata Kunci Mereka mengembalikan kamu ‫يَ ُشد ًَُّّْ ُك َّْن‬ Kekafiran,dengki ‫سذًا‬ َ ‫ُكفا ًساََّّ َح‬ Maka maafkanlah dan berlapang dada ‫اصفَ ُح ْْا‬ ْ َّ َّ‫ فَا ْعفُ ْْا‬Dengan perintah-Nya (Allah) ٍ‫تِا َ ْه ِش‬ Asbabun Nuzul ayat ini berdasarkan kisah Huyay bin Akhthab dan Abu Yasir bin Akhthab, mereka merupakan orang Yahudi yang sangat memusuhi dan dengki kepada orang Arab dibandingkan dengan orang Yahudi lainya. Mereka berusaha mengembalikan orang-orang dari keislaman menjadi kafir, sebagai bantahan orang-orang Yahudi terhadap bangsa Arab dan mendebat melalui Rasulullah. Kemudian, Allah menurunkan ayat ini (Lubabun Nuqul : 15). Menurut Ibnu Katsir, ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT memperingatkan kepada hamba-Nya tentang permusuhan terhadap orang kafir baik secara batiniyah maupun lahiriyah dikarenakan kedengkian mereka.1 Sebagaimana diriwayatkan Muhammad bin Ishak dari Ibnu Abbas bahwa Huyay bin Akhthab dan Yasir bin Akhthab merupakan orang yang paling dengki dan gigih menghalangi manusia memeluk Islam. Allah menurunkan ayat ( ‫ةَّلَ ََّّْْيَ ُشد ًَُّّْ ُك َّْن‬ َِّ ‫يَّاَ ُْ َِّلَّا ْل ِك ٰت‬ َّْ ‫) َّدََّّ َكثِ ْيشََّّ ِّه‬. Lebih lanjut Allah SWT ْ ُ َُّّ ‫ي َّلَ ُِ َُّن َّال َح‬ ََّ ‫س ِِ َّْن َّ ِّهيَّْ َّتَ ْع َِّذ َّ َها َّتَثَي‬ َّْ ‫سذًا َّ ِّه‬ berfirman (‫ق‬ َ ‫) ِّهيَّْ َّتَ ْع ِذَّ َّاِ ْي َواًِ ُك َّْن َّ ُكفا ًساَّ َّ َح‬. Allah berfirman, yaitu setelah ِ ‫ي َّ ِع ٌْ َِّذ َّاَ ًْف‬ kebenaran terang benderang dihadapan mereka dan tidak ada sedikitpun yang tidak mengetahuinya, tetapi kedengkian menyeret mereka kepada pengingkaran. Oleh karenanya, Allah SWT benar-benar mencela, menghina, dan mencaci mereka serta menyegerakan bagi Rasulullah dan juga orang-orang beriman yang telah membenarkan, mengimani, dan mengakui apa yang diturunkan Allah kepada mereka dan kepada orang-orang sebelum mereka, kemuliaan, pahala yang besar, dan pertolongan-Nya.2 ّ ٰ َّ ‫ي‬ ََّ ِ‫اصفَ ُح ْْا َّ َح ٰتّٔ َّيَأْت‬ Mengenai firman Allah ( ٍَّ‫للاَُّ َّتِا َ ْه ِش‬ ْ َّ َّ ‫) فَا ْعفُ ْْا‬, Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, mengatakan ayat tersebut telah dinashkan dengan Surah At-Taubah ayat 5 َّ‫ىَّتَاتُ اْاَّ َّاَقَا ُهْا‬ َّ‫صذَََّّّۚفَاِ ا‬ َُّ ‫يَّ َح اي‬ ََّ ‫خَّ ااۡلَ اش ُِ َُّشَّ اال ُحـ ُش َُّمَّفَ ااقتُلُْاَّ اال ُو اش ِش ِك اي‬ ََّ َ‫سل‬ ُ ‫ثَّ َّ َج ْذتُّ ُو اُْ اَُّنَّ َّ ُخ ُز اُّ اَُّنَّ َّ ااح‬ َ ‫ص ُش اُّ اَُّنَّ َّ ااق ُعذ اُّاَّلَ ُِ اَّنَّ ُكلََّّ َه اش‬ َ ًْ ‫فَا ِ َراَّا‬ ٰ ّ ََّّ‫سثِ ايلَ ُِ انَََّّّۚاِى‬ َّ‫للاَََّّ َغفُ اْسََّّس ِح اين‬ َ َّ‫الص ٰلْ َّجََّ َََّّّ ٰاتَ ُْاَّالز ٰكْ َّجََّفَ َخلُّ اْا‬ 1 2 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid. 1, terj. M. Abdul Ghoffar (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2004), h. 223. Ibid., hal. 224. 1 dan juga dalam firmanya didalam (Qs. At-Taubah (8) : 29) yang berbunyi ٰ ‫اللََِّّ َّ َۡلََّّ ِت االيَ اْ َِّمَّ ا‬ ّ ٰ ِ‫ىَّت‬ ّ ٰ َّ‫ىَّ َهاَّ َحش ََّم‬ ََّ ْ‫يَّ َۡلََّّيُ اؤ ِهٌُ ا‬ ََّ ‫قَا ِتلُْاَّال ِز اي‬ َّّٔ‫ةَّ َح ٰت‬ ََّ ‫يَّاُ اّتُْاَّ االـ ِك ٰت‬ ََّ ‫يَّال ِز اي‬ ََّ ‫قَّ ِه‬ َِّّ ‫يَّ اال َحـ‬ ََّ ‫ىَّ ِد اي‬ ََّ ْ‫س اْلَََُّّ َّ َۡلََّّيَ ِذ ايٌُ ا‬ ََّ ْ‫اۡل ِخ َِّشَّ َّ َۡلََّّيُ َح ِّش ُه ا‬ ُ ‫للاََُّّ َََّّّ َس‬ ٰ َّ‫َيَّيذََُّّّ اَُّن‬ ََّ َّّ‫ص ِغ ُش ا‬ ‫ى‬ َّ‫يُ اعطُْاَّ اال ِج ازيَ َّحََّع ا‬. Dengan demikian pemberiaan maaf dinashkan bagi orang-orang musyrik. Alamah Kamal berpendapat sama seperti Ibnu Katsir, bahwa banyak anggota Ahlul Kitab khususnya kaum Yahudi yang bukan saja kafir kepada Islam, tetapi mereka pun memaksa kaum mukminin untuk meninggalkan keimanan mereka, yang mana hal itu disebabkan karena kedengkian mereka, sebagaimana Allah SWT menyinggung persoalan mereka dengan kata-kata keinginan mereka agar dapat mengembalikan orangorang yang telah beriman menjadi kafir kembali karena kedengkian, serta uraian ini merupakan instruksi taktis bagi muslimin agar berdiri kokoh menghadapi tekanan keras para musuhnya, yang pada penempatan ayatnya, menggunakan kata maaf sementara agar mereka menfokuskan kemampuan mereka menempa diri mereka dan masyarakat Islam menunggu perintah Allah.3 Quraish Shihab dalam tanggapan kritisnya berpendapat bahwa kedengkian yang timbul dari kalangan Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani disebabkan rasa iri hati mereka yang mendalam, ayat ini sekali lagi mengingatkan umat Islam bahwa banyak diantara Ahli Kitab orang Yahudi dan Nasrani yang menginginkan dalam lubuk hati mereka disertai dengan upaya nyata seandainya mereka dapat mengembalikan kamu semua setelah keimanan kamu kepada Allah dan Rasul menuju kekafiran, baik dalam bentuk tidak mempercayai tauhid dan rukun-rukun iman maupun kekufuran yang bersifat kedurhakaan dan pelanggaran pengamalan agama, serta mereka juga selalu berupaya untuk mengalihkan umat Islam dari agamanya atau paling tidak berusaha menanamkan benih-benih keraguan, yang mana ayat ini menuntun kaum muslim untuk melapangkan dada dan memberi tenggang waktu yakni mereka insaf dan beriman, sekaligus memberi isyarat bahwa iman yang bersemayam dihati orang-orang mukmin ketika itu sedemikian mantap sehingga melahirkan kekuatan yang dapat menghentikan ulah orang-orang Yahudi, maka Allah memerintahkan mereka menahan diri sebab hanya orang yang memiliki kekuatan mental yang dapat menahan diri dan memberi maaf.4 Jalalain dalam tafsirnya menjelaskan makna (َّْْ َ‫ب َّل‬ ِ ‫ َّ( َّد َكثِ ْيش َّ ِهيْ َّاَ ُْ ِل َّا ْل ِكتَا‬yakni (َّْْ َ‫ (ل‬atau agar mashdariyah, artinya melebur kalimat sesudahnya menjadi mashdar (‫سذًا‬ َ ‫ ) ِّهيَّْ َّتَ ْع َِّذ َّاِ ْي َواًِ ُك َّْن َّ ُكفا ًساَّ َّ َح‬maf‟ul lah‟ menunjukan motif dari keinginan mereka itu, lafadz (‫س ِِ َّْن‬ ِ ُ‫ ) َِّه ْيََّّ ِع ٌْ َِّذَّاَ ًْف‬maksudnya timbul dan didorong oleh َُّّ ‫ي َّلَ ُِ َُّن َّا ْل َح‬ ََّ ‫ ) ِّهيَّْ َّتَ ْع ِذَّ َّ َها َّتَثَي‬dalam Taurat (َّ‫ق‬ jiwa mereka yang kotor, (‫ق‬ ُّ ‫ )ا ْل َح‬mengenai diri Nabi Muhammad ّ ٰ َّ ‫ي‬ ََّ ِ‫ ) َح ٰتّٔ َّيَأْت‬tentang SAW, (‫ )فَاعْ فُ ْْا‬tinggalkanlah mereka, (‫اصفَ ُح ْْا‬ ْ ّ) َ tak usah dilayani mereka itu, (ٍَّ‫للاَُّ َّتِا َ ْه ِش‬ mereka dengan menyuruh memerangi mereka, (َّ‫َيءَّ َّقَ ِذ ْيش‬ َّّ ٰ َّ َّ‫ )اِى‬Sesungguhnya Allah Maha Kuasa ْ ‫للاَ َّع َٰلٔ َّ ُك َِّّل َّش‬ atas segala sesuatu.5 Wahbah az-Zuhaili, menurut tafsiran beliau banyak di antara kaum Yahudi dan Nasrani yang berharap dapat memalingkan kaum muslimin dari agama mereka, ingin membuat mereka menjadi kafir lagi setelah beriman karena dengki kepada mereka, dengan cara memunculkan keraguan pada agama, melontarkan syubhat-syubhat kepada kaum Mukminin, dan meminta sesama mereka (orang Yahudi dan Nasrani) untuk beriman di pagi hari lalu kafir lagi pada sore hari supaya ditiru oleh sebagian kaum Mukminin yang lemah imannya. Maka dapat disimpulkan bahwa kedengkian Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) terhadap orang Muslim disebabkan karena kuatnya persatuan umat Islam. Mereka berusaha menjadikan orang Islam agar meninggalkan keimanan mereka, sehingga Allah SWT benar-benar mencela, menghina, dan mencaci mereka serta menyegerakan bagi Rasulullah dan juga orang-orang beriman yang telah membenarkan, mengimani, dan yang diturunkan Allah kepada mereka dan kepada orang-orang sebelum mereka, kemuliaan, pahala yang besar, dan pertolongan-Nya. Adapun karena rasa iri dan ingkarnya mereka (Bani 3 Allamal Kamal Faqih, Tafsir Nurul Quran, Jiid. 1, terj. R. Hikmat Danaatmaja (Jakarta: Al-Huda, 2006 ), h. 290-292. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jiid. 1 (Lentera Hati: Jakarta Pusat, 2002), h. 155-157. 5 Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Ibnu Ahmad, Tafsir Jalalain, (Semarang: Pustaka Taha, t.t) ,h. 16. 4 2 Quraizha) akan janji yang telah disepakati bersama orang Mukmin mengingatkan akan kebencian dan kedustaan mereka terhadap orang Islam. Oleh karena itu, Allah SWT memperingatkan kepada hambaNya tentang permusuhan terhadap Ahlul Kitab yang musyrik baik secara batiniyah maupun lahiriyah dikarenakan kedengkian dan kedustaan yang mereka lakukan, kecuali mereka yang bertobat, menunaikan shalat dan zakat (َّ‫سثِ ايلَ ُِ ان‬ َّ‫ )فَاِ ا‬. Kemudian, ayat ini dinashkan َ َّ‫ىَّتَاتُ اْاَّ َّاَقَا ُهْاَّالص ٰلْجَََّّ َََّّّ ٰاتَ ُْاَّالز ٰكْجَََّّفَ َخلُّ اْا‬ dengan firman Allah Qs. At-Taubah ayat 29 yakni perintah untuk memerangi mereka yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir dan tidak mengharamkan apa yang diharamkan. 2. Keadaan Ahli Kitab yang Beriman Qs. Ali-Imran (3) : 113 ّ ٰ َّ‫ت‬ ََّ ُّ‫للاََِّّ ٰاًَآ ََّءَّال اي َِّلَّ َََُّّّ اَُّنَّيَ اس ُجذ ا‬ ‫ى‬ َِّ ‫ىَّ ٰا ٰي‬ ََّ ْ‫ةَّاُهحََّّقَا ِٓٮ َوحََّّي اتلُ ا‬ َِّ ‫يَّاَ اُ َِّلَّ اال ِك ٰت‬ َّ‫س َْ ٓا ًَّء ََّّ ِه ا‬ ُ ‫لَ اـي‬ َ َّ‫س اْا‬ ‘Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (shalat).’ Kata Kunci Tidaklah mereka sama Umat yang jujur َّ‫اُهحَّ قَآئِ َوح‬ َّ‫س َْ ٓا ًء‬ ُ ‫لَ ْي‬ َ َّ‫سْا‬ Asbabun Nuzul ayat ini didasarkan dari hadits yang diriwayatkan dari Ahmad, an-Nasai dan lainya dari Ibnu Mas‟ud, dia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah mengakhirkan shalat isya. Ketika beliau datang ke masjid, orang-orang masih menunggu shalat. Lalu beliau bersabda, „Sesungguhnya tidak seorang pun dari pengikut agama-agama yang ada ini, berzikir kepada Allah pada waktu ini kecuali kalian.‟Lalu turun firman Allah, „Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (shalat).... Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.” Sedangkan menurut Ibnu Abbas berkata, “Pada saat Abdullah bin Salam, Tsa‟labah bin Sa‟yah, Usaid bin Sa‟yah, Asad bin Abd dan beberapa orang Yahudi lainya masuk Islam, mereka beriman, membenarkan Rasulullah dan senang masuk Islam.” Para rahib Yahudi dan ahli kufur dari mereka berkata, “Tidak ada yang beriman kepada Muhammad dan mengikutinya kecuali orang-orang kerdil dari kami. Jika saja mereka orang pilihan, niscaya dia tidak akan meninggalkan agama nenek moyangnya.” maka Allah menurunkan firmanya (H.R. Ibnu Abi Hatim).6 Menurut Imam Ibnu Katsir, dalam Kitabnya „Tafsir Al-Qur‟an Al-Adzim‟ dikatakan bahwasanya Ibnu Mas‟ud menafsirkan ayat 113 itu dengan berkata, “Tidaklah sama diantara ahli kitab dan umat Muhammad”, yang mana ayat sebelumnya menerangkan tentang ahli kitab yang diliputi kehinaan karena kalah perang, dan di ayat ini disebutkan bahwa mereka semuanya tidak sama dalam hal ingkar kepada Allah dan jahat kepada semua manusia, diantara mereka ada golongan yang jujur, lurus, melaksanakan tuntunan Nabi mereka, beriman kepada Allah dan kerasulan Muhammad, dikarenakan mereka membaca ayat-ayat Allah pada sebagian malam hari, dan mereka juga tunduk kepada Allah dengan bersujud, yaitu tunduk dan patuh serta mendirikan salat.7 Allamah Kamal menafsirkan, bahwa setelah ayat-ayat sebelumnya yang berisi kecaman dan kritikan keras terhadap bangsa Yahudi, untuk memperlihatkan keadilan dan penghargaan terhadap hak-hak orang-orang yang memang layak dan bahwa mereka semua tidak bisa dianggap sama, yang mana ayat ini menyatakan sebagai berikut, namun mereka tidak semuanya sama : diantara para ahli kitab ada segolongan yang lurus (dalam keimanan), serta kelebihan lain yang mereka miliki adalah bahwa biasanya mereka membaca ayat-ayat Allah diwaktu malam, sebagaimana disebutkan “...mereka membaca ayat-ayat Allah diwaktu malam hari...” sebagai kesimpulanya, ayat ini merujuk kepada kerendahan hati dengan menyatakan sebagai berikut “...sambil mereka bersujud (dalam pangagungan).8 ’Aidh al-Qorni menjelaskan bahwa, Ahli kitab 6 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid. 2 (Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 381. Ibnu Katsir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, Jilid. 1 (Bandung : Jabal, 2022), h. 64. 8 Alamah Kamal Faqih, Tafsir Nurul Quran, Jilid. 3 (Jakarta : Al-Huda, 2006), h. 311. 7 3 yakni kaum Yahudi dan Nasrani tidak berada dalam satu alan ataupun derajat yang sama, mereka ada yang beriman kepada Muhammad SAW, setelah diutus dan menjalankan perintah Allah SWT, membaca Kitab Allah di malam hari dalam shalat, banyak beribadah dan bertaqwa kepada-Nya.9 Sedangkan secara global menurut Imam Jalalain, menerangkan bahwa (‫س َْ ٓا ًَّء‬ ُ ‫ )لَ اـي‬maksudnya َ َّ ‫س اْا‬ Ahli-ahli Kitab (sama) atau serupa, (Di antara Ahli Kitab ada golongan yang bersikap lurus) jujur dan teguh berdiri di atas kebenaran seperti Abdullah bin Salam r.a. dan sahabat-sahabatnya (mereka membaca ayat-ayat Allah di saat-saat malam hari sedangkan mereka bersujud) maksudnya shalat.10 Wahbah az-Zuhaili dalam tafsirnya, menjelaskan yang dicela dan dikecam di dalam ayat-ayat sebelumnya, bahwa mereka semua tidaklah sama dalam hal kefasikan dan kekufuran, akan tetapi di antara mereka ada yang beriman dan ada yang menjadi penjahat, serta diantara mereka, juga ada sekelompok orang yang menegakkan perintah Allah SWT lurus dan istiqamah di atas agama- Nya, taat kepada syari'at-Nya, mengikuti nabi-Nya, membaca Al-Qur'an ketika mereka menunaikan shalat mereka di waktu malam dan memperbanyak tahajud, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan kepada hari akhir dengan keimanan yang benar dan sungguh-sungguh tidak ada keraguan didalamnya 11 Setelah sebelumnya dalam Qs. Al-Baqarah (2) ayat 109 yang menjelaskan tentang kedengkian dan kedustaan yang dilakukan oleh Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), sebaliknya ayat ini menerangkan kepada orang muslim bahwasanya dalam golongan mereka tidaklah sama antara satu dengan lainya. Ada juga yang beriman dan menegakkan perintah Allah SWT, lurus dan istiqamah di atas agama- Nya, taat kepada syari'at-Nya, mengikuti nabi-Nya, membaca Al-Qur'an ketika mereka menunaikan shalat mereka di waktu malam dan memperbanyak tahajud. Mereka merupakan golongan Ahli Kitab yang benar-benar telah mengakui keimananya dan tidak diperintahkan untuk diperangi. 3. Sebab larangan menjadikan Ahli Kitab sebagai pelindung Qs. Al-Maidah (5) : 51 ّ ٰ ََّّ‫يَّيتَ َْل ُِ َّْنَّ ِّه ٌْ ُك َّْنَّفَاًَََِّّ ِه ٌْ ُِ َّْنََّّۚاِى‬ ٰ ٌ‫َّ ٰيٓاَيُّ َِاَّال ِز ْي َيََّّ ٰا َهٌُ ْْاَّ َۡلََّّتَت ِخ ُزّاَّا ْليَ ُِ ْْ ََّدَّ َّال‬ َّْ ‫ض ُِ َّْنَّاَ ّْلِيَ ۤا َُّءَّتَ ْعضََّّ َّ َه‬ َّ‫للاَََّّ َۡلََّّيَ ِْ ِذَّٓا ْلقَ ْْ ََّم‬ ُ ‫ص ٰ ٓشَّٓاَ ّْلِيَ ۤا ََّءََّّۚتَ ْع‬ ٰ ََّ ‫الظّلِ ِو ْي‬ ‫ي‬ ‘Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.’ Kata Kunci Barang siapa yang menjadikan mereka pemimpin ‫ِ َّْن‬ َّْ ‫َّ َه‬ Sebagian dari mereka ‫ضُِن‬ ُ ‫يَّيت ََْل‬ ُ ‫تَ ْع‬ Asbabun Nuzul ayat ini yakni berkenaan dengan perkataan Ubadah bin Ash-Shammit bahwa “Ketika Bani Qainuqa‟ berperang mereka berpegang teguh kepada Abdullah bin Ubay. Ubadah berjalan menghadap Rasulullah SAW dan menyatakan bahwa dia tidak bergabung dalam sekutu mereka. Kemudian salah seorang dari Bani „Auf bin Khajraj, datang kepada Rasulullah SAW dengan mengaku lepas dari persekutuanya dengan orang-orang kafir.” Maka turunlah ayat ini. (H.R. Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan Baihaqi) Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, bahwasanya Allah SWT memberitahukan bahwa sebagian dari mereka adalah wali bagi sebagian yang lain, berkenaan dengan ayat ini Abdullah bin Atabah berkata, “Hendaklah seseorang diantara kalian memelihara dirinya, jangan sampai menjadi seorang Yahudi atau seorang Nasrani, sedangkan dia tidak menyadarinya.”12 Secara kritis Quraish Shihab ‘Aidh Al-Qorni, Tafsir Muyyasar, Jilid. 3 (Jakarta Timur: Qisthi Press, 2008), h. 297. Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Ibnu Ahmad, Tafsir Jalalain, (Semarang: Pustaka Taha, t.t), h. 59. 11 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid. 2 (Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 382. 12 Ibnu Katsir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, Jilid. 1 (Bandung: Jabal, 2022), h. 198. 9 10 4 menafsirkan bahwa, jika keadaan orang-orang Yahudi dan Nasrani atau siapapun yang suka mengikuti hukum jahiliyah dan mengabaikan hukum Allah, berusaha memalingkan kaum muslimin dari sebagian yang diturunkan Allah maka janganlah mengambil mereka sebagai auliya‟ yakni orang-orang dekat, disebabkan sifat kebencian dan kekufuran mereka wajar jika mereka penolong sebagian yang lain, bahwa sesorang pemimpin dekat dengan yang dipimpinya, sehingga dialah yang pertama mendengar panggilan bahkan keluhan dan bisikan siapa yang dipimpinya serta karena kedekatanya itu dia pula yang pertama datang mrmbantunya, yang mana Quraish Shihab membagi tiga kelompok non-muslim, sebagaimana menurut tafsir Muhammad Sayyid Thanthawi yakni pertama, mereka yang tinggal bersama kaum muslimin dan hidup damai bersama orang Islam maka tidak ada larangan berbuat baik kepada mereka (Qs. Al-Mumtahanah (60) : 8), kelompok non-muslim yang memerangi atau merugikan kaum muslimin dengan berbagai cara maka tidak boleh menjalin hubungan harmonis dan tidak boleh juga didekati (Qs. Al-Mumtahanah : 9), dan terakhir golongan yang tidak secara terang-terangan memusuhi kaum muslimin, namun tidak ditemukan indikator bahwa mereka tidak bersimpati pada kaum muslim, oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada orang beriman agar bersikap hati-hati tanpa memusuhi mereka. 13 Mustafa al-Maraghi menjelaskan, bahwa Allah SWT mengecam siapa saja yang menolong atau meminta pertolongan kepada mereka dengan mengabaikan orang mukmin, sedang mereka itu musuh kalian, pada hakekatnya dia termasuk golongan mereka, bukan golongan kalian disebabkan karena perbuatan dia untuk bersatu memerangi kalian yang mana hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh seorang mukmin yang benar, karena orang Yahudi maupun Nasrani pada hakekatnya mereka penolong sebagian yang lain disebabkan orang Yahudi telah merusak janji setia yang dibuat bersama Rasulullah, padahal Rasulullah tidak memerangi dan memusuhi mereka, yang demikian berarti seluruhnya memerangi Rasul dan kaum mukminin.14 ٰ ٌ‫ي َّ ٰا َهٌُ ْْا َّ َۡلَّ َّتَت ِخ ُزّا َّالْيَ ُِ ْْ ََّد َّ َّال‬ ََّ ‫ ) ٰيٓاَيُّ َِا َّال ِز ْي‬menjadi Imam Jalalain secara global menjelaskan (‫ص ٰ ٓشٓ َّاَ ّْلِيَ ۤاء‬ ikutanmu dan kamu cintai, (َّ‫ض ُِ َّْن َّاَ ّْلِيَ ۤا َُّء َّتَ ْعض‬ َّْ ‫َّ َه‬ ُ ‫ )َّتَ ْع‬karena kesatuan mereka dalam kekafiran, (َّ ‫ي َّيت ََْل ُِ َّْن َّ ِّه ٌْ ُك َّْن‬ ٰ ٰ ّ َ ْ ّ ْ َ َ ‫ )فاًََِّ َّ ِهٌ ُِ َّْن‬artinya termasuk golongan mereka, (‫ )اِىَّ َّللاََّ َّۡلَّ َّيَ ِْ ِذٓ َّالق ْْ ََّم َّالظلِ ِو ْيي‬karena mengambil orang-orang kafir sebagai pemimpin mereka”.15 Sedangkan menurut Wahbah az-Zuhaili menerangkan, bahwasanya isi ayat ini adalah Allah SWT melarang para hamba-Nya yang mukmin bermuwaalaah (menjalin patronase) dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang mereka adalah para musuh Islam dan kaum muslimin, kemudian Allah SWT mengabarkan bahwasanya sebagian mereka adalah para wali (patron) sebagian yang lain, serta Allah SWT mengancam orang yang bermuwaalaah dengan mereka..16 Setelah adanya pendapat tafsir mengenai Qs. Al-Maidah (5) ayat 51 dapat diambil suatu penegasan, bahwasanya Allah SWT melarang kaum Muslim untuk menjadikan orang kafir Yahudi dan Nasrani (Ahlul Kitab) sebagai teman setia atau yang mengetahui segala rahasia, yakni kalian orang Muslim bersifat terbuka terhadapnya. Allah SWT mengecam bagi orang Islam yang ber-muwaalaah dengan mereka, yakni barangsiapa yang menjadi patron mereka, menolong mereka, menyokong mereka, membantu mereka atau meminta pertolongan dari mereka, sejatinya ia adalah bagian dari mereka, dan seakan ia adalah sama seperti mereka, bukan bagian dari barisan orang-orang Mukmin yang benar dan tulus keimanannya. Namun, dalam hal kerjasama, asosiasi, persekutuan dengan mereka (non-Muslim) diperbolehkan dan tidak dilarang dalam ayat ini. Sederhananya, seorang Muslim boleh untuk berhubungan dengan mereka dalam hal pekerjaan atau asosiasi, namun dalam hal keyakinan tidak diperbolehkan membenarkan kepercayaan mereka, sama halnya ketika seorang muslim membenarkan kepercayaan mereka , maka dia termasuk dalam golongan mereka. 13 14 15 16 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid. 3 (Lentera Hati: Jakarta Pusat, 2002), h. 149-155. Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Maraghi, (Semarang: Karya Toha, 1993), h. 250. Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Ibnu Ahmad, Tafsir Jalalain, (Semarang: Pustaka Taha, t.t), h. 102. Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid. 3 (Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 558-559. 5 C. KESIMPULAN Setiap Mufassir mempunyai pendapat yang beragam mengenai pandangan Ahlul Kitab. Kesimpulan dari beberapa tafsiran mengenai ayat diatas, mengartikan bahwa Ahlul Kitab yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berpegang kepada kitab suci selain Al-Qur‟an. Dikatakan bahwasanya Allah SWT mengharamkan mereka karena rasa kedengkian dan kemunafikan yang mereka tutupi terhadap kerasulan Muhammad SAW dan ajarannya, yakni Allah perintahkan kepada kaum Mukmin untuk memeranginya, kecuali jika mereka bertaubat serta mengerjakan shalat, zakat, maka tidak diperbolehkan untuk memeranginya. Sebagaimana Allah menerangkan dalam Qs. Ali-Imran ayat 113 serta dipertegas dalam Qs. Ali-Imran ayat 199, yang menyatakan bahwasanya mereka (Ahli Kitab) semuanya tidak sama, namun ada diantara mereka yang termasuk dalam golongan umat yang lurus, yang mana golongan tersebut tidak diperbolehkan untuk diperangi. Setidaknya terdapat tiga golongan Ahlul Kitab yakni, golongan yang tinggal dan hidup damai dengan muslim dan boleh bermuamalah dengan mereka. Kedua, golongan yang memerangi dan memusuhi kaum muslim, dan terakhir golongan yang tidak terang-terangan memusuhi Islam namun secara sembunyi. Dikarenakan sifat kemunafikan, kedustaan, dan keingkaran akan janji mereka, Allah SWT melaknatnya serta bagi orang mukmin yang mengikutinya. Sebagaimana penghianatan dan keingkaran mereka akan umat Islam, yakni saat terjadinya perang Khandaq sekitar tahun 626 M di Madinah, yang dilakukan oleh orang Yahudi dari Bani Quraizha. DAFTAR PUSTAKA Katsir,Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar (Bogor: 2004) Shihab,Quraish. Tafsir Al-Misbah; Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta Pusat: 2002) Al-Maraghi,Ahmad Mustafa. Tafsir Maraghi ( Semarang: 1993) Kamal Faqih,Allamal. Tafsir Nurul Quran (Jakarta: 2006) Katsir,Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir, terj. Bahrun Abu Bakar (Surabaya: 2012) As-Suyuthi,Jalaluddin daan Ahmad Ibnu, Jalaluddin. Tafsir Jalalain, (Semarang) Az-Zuhaili,Wahbah. Tafsir Al-Munir, terj. Abdul Hayyie al-Kattani (Jakarta: 2016) 6