Residu Pestisida Aldrin dan Dieldrin pada Sampel Tanah dan Air .... (Iin Narwanti, dkk)
23
RESIDU PESTISIDA ALDRIN DAN DIELDRIN PADA SAMPEL TANAH
DAN AIR DI DESA SRIGADING KECAMATAN SANDEN
KABUPATEN BANTUL
ALDRIN AND DIELDRIN PESTICIDE RESIDUE IN SOIL AND WATER
SAMPLE FROM SRIGADING VILLAGE SANDEN
DISTRICT BANTUL REGENCY
Iin Narwanti1, Eko Sugiharto2, Chairil Anwar2
1
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Jln. Prof. Dr. Supomo Yogyakarta, Telp. (0274) 379418
Email : iin.narw@gmail.com
Abstrak
Telah dilakukan penelitian terhadap residu pestisida aldrin dan dieldrin pada sampel tanah dan air di Desa
Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, mengidentifikasi
dan mengevaluasi residu pestisida aldrin dan dieldrin pada tanah dan air. Sampel berasal dari lahan pertanian di
Desa Srigading. Sampel tanah diekstraksi menggunakan shaker dengan pelarut aseton, sampel air diekstraksi
menggunakan corong pisah dengan pelarut campuran 15% (v/v) diklorometana/n-heksana. Clean-up dilakukan
dengan kolom kromatografi menggunakan florisil dan selanjutnya kadar residu pestisida ditentukan dengan
kromatografi gas yang dilengkapi dengan detektor tangkapan elektron (Electron Capture Detector/ECD). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sampel tanah dan air terdeteksi adanya residu pestisida aldrin dan dieldrin.
Kisaran residu pestisida pada sampel tanah untuk aldrin (4,8-64,8 ppb) dan dieldrin (tidak terdeteksi-6,0 ppb),
sedangkan pada sampel air untuk aldrin (tidak terdeteksi-1,0 ppb) dan dieldrin (tidak terdeteksi-1,2 ppb).Residu
pestisida pada sampel sampel air di lahan pertanian Desa Srigading masih berada di bawah baku mutu air yang
telah ditetapkan.
Kata kunci : residu pestisida, aldrin, dieldrin
2
Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada
, Vol. 3, No. 2, 2013 : 23 -28
24
Abstract
Aldrin and dieldrin pesticide residue in soil and water samples from Srigading Village, Sanden District,
Bantul Regency has been investigated. The purpose of this study were to analyze, identificate and evaluate
pyrethroid pesticide residues in soil and water samples. Soil sample was extracted using shaker with acetone
solvent. Water samples was extracted using separator funnel with 15% (v/v) dichloromethane/n-hexane
solvent.Clean-up was couducted using chromatography column using florisil and determination of pesticide
residue in the samples was carried out by gas chromatography apparatus equipped with electron capture detector
(GC-ECD). The result showed that pesticide residues in soil sample in the range level: aldrin (4,8-64,8 ppb) and
dieldrin (not detected-6,0 ppb). In water sample pesticide residues in the range level: aldrin (not detected-1,0 ppb)
dan dieldrin (-not detected1,2 ppb). The quality or water sample taken from onion field is laid under the standard
of water that has been settled.
Keywords : pesticide residue, aldrin, dieldrin
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan industri dan
pertanian di Indonesia mengalami perkembangan di
mana di sektor pertanian ditunjukkan pada produksi
pangan dan holtikultura/ sayuran. Terjadi peningkatan
dari tahun ke tahun seiring dengan kemajuan
pembangunan yang telah dilaksanakan. Usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian/
sayuran antara lain dengan ekstensifikasi,
diversifikasi, rehabilitasi, dan intensifikasi pertanian.
Intensifikasi merupakan usaha yang cukup dominan
sumbangannya dalam produksi sayuran. Usaha
tersebut dikembangkan antara lain dengan penggunaan varietas unggul dan bahan-bahan agrokimia
seperti pupuk dan pestisida.
Pada mulanya pestisida organoklor diandalkan
sebagai agen pengendali organisme penganggu
tanaman. Organoklor merupakan pestisida yang
berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan dan
mengancam kesehatan manusia. Dampak negatif yang
muncul akibat penggunaan senyawa ini lebih tinggi
bila dibandingkan dengan senyawa lain, karena
senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan tidak
mudah terurai (Sa`id, 1994). Organoklor mempunyai
toksisitas tinggi dan bersifat persisten oleh karena itu
penggunaannya dilarang oleh pemerintah. Persistensi
organoklor yang tinggi menyebabkan senyawa
organoklor dapat terakumulasi di lingkungan selama
bertahun-tahun.
Senyawa organoklor mempunyai rumus umum
Berdasarkan
struktur
molekulnya,
CxHyClz.
organoklor dibagi menjadi tiga yaitu turunan benzena,
siklodiena dan DDT. Contoh pestisida organoklor
turunan benzena adalah HCB (heksaklorobenzena)
dan HCH (heksaklorosikloheksana). HCB diproduksi
melalui klorinasi benzena dengan bantuan katalis,
sedangkan HCH diproduksi melalui klorinasi benzena
dengan radiasi UV. Pestisida organoklor siklodiena
yang meliputi endrin, heptaklor, aldrin dan dieldrin,
merupakan senyawa siklis yang mempunyai
karakteristik jembatan endometilen. DDT diproduksi
melalui reaksi kondensasi kloral dengan klorobenzena
di bawah kondisi asam. Senyawa organoklor bersifat
racun kontak dan racun perut yang efektif mengendalikan larva, nimfa dan imago. Selain itu,
organoklor mempunyai toksisitas yang sedang
terhadap mamalia dan persistensinya yang lama di
lingkungan, baik di tanah, jaringan tanaman maupun
hewan.
Senyawa organoklor bersifat neurotoksik dan
efek akutnya adalah serangan terhadap sistem syaraf
pusat, melalui hambatan pada kerja asam
g-aminobutirat yang menginduksi influks ion klorida
ke sistem syaraf pusat (Ert dan Sullivan, 1982).
Senyawa organoklor juga berpengaruh terhadap
hormon endokrin sehingga digolongkan sebagai
Endocrine Disruption Compound (EDC).
Aktivitas pestisida berspektrum luas, oleh
karena itu aplikasi pestisida dapat menimbulkan
permasalahan serius bagi ekosistem diantaranya
terjadinya resistensi, ledakan hama sekunder dan
resurjensi hama. Beberapa jenis serangga yang dalam
keadaan normal bukan merupakan hama dapat
berubah statusnya menjadi hama setelah penggunaan
pestisida. Resistensi hama terjadi karena terbunuhnya
musuh alami oleh pestisida yang digunakan. Laba
dkk. (2000) melaporkan bahwa penggunaan pestisida
organofosfat dapat menimbulkan resurjensi hama
wereng batang coklat. Aplikasi pestisida juga
berpengaruh terhadap lebah dan serangga penyerbuk
lainnya, hal ini dikarenakan organisme tersebut
bersifat sangat peka terhadap berbagai jenis pestisida.
Di lingkungan perairan, pestisida juga
berpengaruh buruk terhadap populasi beberapa jenis
Residu Pestisida Aldrin dan Dieldrin pada Sampel Tanah dan Air .... (Iin Narwanti, dkk)
organisme seperti ikan dan udang. Terhadap
organisme perairan, pestisida organoklor toksik
terhadap berbagai jenis spesies ikan, di mana dieldrin
dan aldrin menunjukkan toksisitas paling tinggi
terhadap organisme perairan. Residu pestisida di
lingkungan merupakan akibat dari penggunaan atau
aplikasi pestisida tertentu yang ditujukan pada sasaran
tertentu seperti pada tanaman dan tanah. Akan tetapi
dapat juga sebagai akibat pestisida yang terbawa
(drift) oleh gerakan air seperti sungai, air, tanah dan
oleh gerakan angin/udara. Residu pestisida adalah zat
kimia yang terkandung dalam hasil pertanian, bahan
pangan atau pakan hewan baik sebagai akibat
langsung maupun tak langsung dari penggunaan
pestisida (Komisi Pestisida, 1997).
Penelitian terhadap residu pestisida pada tanah
tadah hujan maupun sawah irigasi telah dilakukan
oleh Ardiwinata, dkk. (1999). Dari penelitian tersebut
dilaporkan bahwa pada lahan pertanian sering
ditemukan adanya residu insektisida BHC dan aldrin,
baik pada tanah, beras maupun air. Hal ini terkait
dengan adanya penggunaan pestisida pada masa
lampau dan sifatnya yang persisten. Residu
insektisida ini tidak hanya terdifusi ke dalam tanaman,
tetapi juga lingkungan sekitarnya, yang pada akhirnya
dapat mengkontaminasi rantai makanan.
Adanya aplikasi pestisida aldrin dan dieldrin
oleh petani di masa yang lampau dan berdasarkan sifat
bioakumulasi dan persistensi aldrin dan dieldrin yang
tinggi, diduga dalam sampel tanah dan air terdapat
residu pestisida aldrin dan dieldrin, oleh karena itu
dalam penelitian ini dilakukan penetapan kadar residu
pestisida aldrin dan dieldrin pada sampel tanah dan
air.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini,
meliputi: aseton (E. Merck), n-heksana (E. Merck),
Na SO anhidrat (E. Merck), florisil, karbon aktif,
2
4
celite 545-magnesium, kertas saring, akuades, larutan
standar pestisida organoklor (aldrin dan dieldrin),
sampel tanah dan air.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini,
meliputi: penggojog mekanik (shaker), kolom florisil,
alat-alat gelas, rotary evaporator, alat homogenizer,
pompa vakum, penyaring Buchner, penangas air,
timbangan analitik, satu set kromatografi gas
(GC-2014 Shimadzu) yang dilengkapi dengan ECD
dan kolom Rtx-1 (panjang kolom 30 m, diameter
dalam 0,25 mm).
25
Jalannya Penelitian
Pengambilan sampel
Sampel tanah dan air diambil dari lahan
pertanian di Desa Srigading, Kabupaten Bantul. Pada
lahan ditentukan tempat titik pengambilan sampel
tanah individu dengan cara: sistematik, seperti sistem
diagonal atau zig-zag atau acak. Permukaan tanah
dibersihkan dari rumput, kerikil dan sisa-sisa
tanaman. Tanah diambil sampai kedalaman lapisan
olah dengan menggunakan bor tanah, dimana setiap
titik pengambilan dibor sedalam 20 cm. Pengambilan
sampel dilakukan secara komposit. Sampel komposit
yang merupakan gabungan sampel individu (4-5
sampel), selanjutnya diambil kira-kira 1 kg dan
dimasukkan ke dalam kantong plastik. Sampel
komposit diberi label yang berisi keterangan: kode,
tanggal pengambilan, dan lokasi (desa, kecamatan,
dan kabupaten). Sampel tanah dikeringkan, kemudian
dianalisis sifat fisiko-kimia tanah dan kadar residu
pestisida. Sampel air komposit yaitu sampel air
campuran dari 4-5 sampel air individu. Sampel air
yang diambil adalah air bawah permukaaan dengan
kedalaman 0-100 cm. Sampel tersebut dicampur,
selanjutnya diambil sebanyak 500-1000 mL
dimasukkan ke dalam wadah dan diberi label yang
memuat keterangan: kode, tanggal pengambilan, dan
lokasi (desa, kecamatan, dan kabupaten).
Preparasi Sampel Tanah
Sampel tanah yang telah dikeringkan (dengan
cara diangin-anginkan) ditimbang sebanyak 25 gram,
kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
ditambahkan pelarut aseton sebanyak 100 mL dan
selanjutnya ditutup. Labu alas bulat yang berisi
sampel tersebut digojok dengan alat shaker selama 20
menit dengan kecepatan secukupnya. Setelah 20
menit, ekstraksi diulangi dengan memutar kembali
waktu dan kecepatan yang sama, kemudian corong
pisah diletakkan pada statif dan dibiarkan sampai
terjadi pemisahan antara pelarut dengan sampel,
selanjutnya didekantir.
Filtrat dievaporasi dengan evaporator,
kemudian diekstraksi dengan n-heksana 25 mL
sebanyak 2 kali, selanjutnya dilakukan clean-up
dengan melewatkan sampel pada kolom kromatografi
yang telah diisi florisil dan natrium sulfat anhidrat.
Eluat dievaporasi hingga ± 1 mL kemudian labu
dibilas dengan aseton secara bertahap dan hasil
bilasannya ditampung dalam tabung uji hingga
volume 10 mL dan larutan sampel siap disuntikkan ke
kromatografi gas.
26
Preparasi Sampel Air
Sebanyak 100 mL sampel air dimasukkan ke
dalam corong pisah kemudian tambahkan 50 mL
campuan 15% (v/v) diklorometana/n-heksana (DH)
an diekstraksi selama 2 menit. Selanjutnya didiamkan
sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu aqueous di
lapisan bawah dan DH di lapisan atas. Lapisan bawah
ditampung pada erlenmeyer, sedangkan lapisan atas
(DH) pada labu bulat. Lapisan bawah dimasukkan lagi
ke dalam corong pisah dan diekstrak lagi seperti
semula sampai tiga kali.
Lapisan atas hasil ekstraksi diclean-up dengan
melewatkannya pada kolom kromatografi yang telah
diisi florisil dan sodium sulfat anhidrat, kemudian
labu bulatnya dicuci dengan n-heksana sebanyak 10
mL kemudian dimasukkan lagi ke kolom
kromatografi dan ulangi pencucian sampai tiga kali,
setelah selesai larutan sampel dievaporasi sampai ± 1
mL kemudian labu dibilas dengan aseton secara
bertahap dan hasil bilasannya ditampung dalam
tabung uji hingga volume 10 mL dan larutan sampel
siap disuntikan ke kromatografi gas.
Pembuatan Kurva Standar
Kurva standar dibuat dengan membuat serial
larutan standar pestisida. Sebanyak 1 mL larutan
standar diinjeksikan pada alat kromatografi gas
sehingga diperoleh hubungan konsentrasi dengan luas
area larutan standar.
Penetapan Kadar Residu Pestisida
Kondisi kromatografi gas untuk analisis residu
pestisida adalah: tipe kromatografi
gas: GC-2014
o
o
Shimadzu; suhu injektor: 230 C; suhu kolom: 270 C;
jenis kolom: Rtx-1 (panjang kolom 30 m, diameter
dalam 0,25 mm); fasa gerak: gas N , laju 22 mL/menit,
2
tekanan 65 kPa); fasa diam: crossbond 100% dimetil
polisiloksan: detektor ECD. Selanjutnya dilakukan
penyuntikan sebanyak 1 mL larutan sampel siap suntik
dan larutan standar pestisida ke kromatografi gas
hingga diperoleh luas puncak dan waktu retensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Residu Pestisida Aldrin dan Dieldrin
Dengan Kromatografi Gas
Pada penelitian ini, residu pestisida aldrin dan
dieldrin dianalisis dengan menggunakan alat
kromatografi gas. Preparasi sampel dengan proses
ekstraksi, clean-up dan penentuan residu pestisida.
Ekstraksi dilakukan dengan alat homogenizer
dipilih karena efisiensinya yang lebih baik
dibandingkan dengan metode yang lain. Tujuan
, Vol. 3, No. 2, 2013 : 23 -28
ekstraksi ini, untuk memisahkan secara kuantitatif
analit dari matriks pembawanya (ko-ekstraktan).
Dengan adanya ko-ekstraktan ini dapat berpengaruh
pada efisiensi ekstraksi dan clean up.
Untuk analisis residu pestisida, florisil
merupakan adsorben yang biasa digunakan sebagai
kolom clean-up. Florisil merupakan senyawa
magnesium silikat, Mg SiO , yang dihasilkan dari
2
3
presipitasi natrium silikat dengan magnesium sulfat.
Proses clean-up dengan kolom florisil ini,
ko-ekstraktan yang terdapat pada sampel komoditas
pertanian seperti lemak, fosfolipid, pigmen, lilin dan
pengotor lainnya dapat dihilangkan. Lee dkk. (1982)
melaporkan bahwa florisil ini sangat baik digunakan
untuk sampel yang berlemak maupun tak berlemak
dan juga memperlihatkan nilai perolehan kembali
relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan adsorben
lainnya. Menurut Ishii (2003), proses clean-up
dengan kolom florisil ini dilakukan untuk
memfasilitasi penentuan residu insektisida dengan
GC-ECD atau HPLC. Kondisi sistem kromatografi
gas dalam penelitian ini sebagai berikut; temperatur
injektor, 250°C; splitless injection pada volume 1 mL
dengan auto injector; laju alir gas N , 22 mL/menit;
2
kolom kapiler; Rtx-1 (30 m x 0,25 mm x 0,25 mm)
dengan
fasa
diam
crossbond
100%
dimetilpolisiloksan; temperatur kolom, 230°C; ECD;
temperatur detektor: 250°C.
Tanah merupakan bagian dari litosfer yang
berfungsi sebagai reservoir utama senyawa kimia
yang masuk ke lingkungan. Tanah tersusun atas fraksi
mineral dan organik. Fraksi mineral tersusun atas
partikel pasir, debu, mineral lempung serta mineral
lainnya, sedangkan fraksi organik terbentuk dari
proses dekomposisi organisme.
Peningkatan persistensi pestisida seperti
organoklor terjadi pada tanah dengan kandungan
materi organik dan lempung yang tinggi serta aktivitas
mikrobial yang rendah. Connel dan Miller (1995)
melaporkan bahwa keberadaan residu pestisida di
dalam tanah sangat erat kaitannya dengan kandungan
bahan organik tanah. Semakin tinggi kandungan
bahan organik tanah, semakin kuat menahan residu
pestisida. Pestisida cenderung menumpuk pada
lapisan tanah dengan kedalaman 10-20 cm karena
pada lapisan tersebut banyak terkandung bahan
organik sehingga pestisida mudah teradsorpsi dan
sukar untuk hilang.
Dengan alat kromatografi gas diperoleh hasil
berupa kromatogram yang akan digunakan untuk
konfirmasi identitas senyawa yang dianalisis. Waktu
retensi adalah waktu yang diperlukan oleh solut untuk
bermigrasi sepanjang. Waktu retensi standar pestisida
aldrin dan dieldrin disajikan pada Tabel I.
Residu Pestisida Aldrin dan Dieldrin pada Sampel Tanah dan Air .... (Iin Narwanti, dkk)
27
Tabel I. Waktu retensi larutan standar pestisida aldrin dan deldrin
Senyawa
Waktu Retensi
Organoklorin
Aldrin
9,092
Dieldrin
12,207
Waktu retensi tiap-tiap komponen spesifik,
karena ditentukan oleh karakteristik komponen yang
bersangkutan, sehingga puncak kromatogram dapat
digunakan sebagai parameter kualitatif. Sedangkan
untuk keperluan analisis kuantitatif diambil dari fakta
bahwa luas puncak kromatogram suatu komponen
akan berbanding dengan kadarnya (Willard dkk.,
1988).
Dari hasil analisis dengan kromatografi gas
menunjukkan bahwa pada sebagian besar sampel
tanah dapat terdeteksi yaitu aldrin dan dieldrin,
sedangkan pada sampel air hanya sebagian saja yang
terdeteksi adanya aldrin dan dieldrin.
Keberadaan aldrin dan dieldrin pada lahan
pertanian meliputi tanah dan air dapat disebabkan oleh
penggunaan aldrin dan dieldrin sebagai pengendali
hama tanaman pertanian di masa lampau atau
penggunaan pestisida yang tidak tepat sasaran. Pada
sampel air, hanya sedikit sampel yang mengandung
residu aldrin dan dieldrin, hal ini terkait dengan
solubilitasnya yang rendah dalam air, selain itu
senyawa aldrin dan dieldrin terikat oleh partikel tanah,
seperti lempung dan materi organik, sehingga
potensial senyawa tersebut untuk mengalami leaching
adalah rendah. Kisaran residu pestisida aldrin dan
dieldrinpada tanah dan air disajikan pada Tabel II.
Aldrin. Aldrin merupakan nama dagang untuk
senyawa
yang
mengandung
95%
HHDN
(1,2,3,4,10,10-heksakloro-1,4,4a,5,8,8a-heksahidro-e
kso-1,4-endo-5,8-dimetanonaftalen).
Aldrin
diproduksi dengan reaksi Diels-Alder antara
heksaklorosiklopentadiena dengan bisikloheptadiena
berlebih pada temperatur 100ºC. Dalam penelitian ini,
residu aldrin yang terdeteksi pada tanah, air dan
bawang merah berturut-turut adalah 4,8-64,8, tidak
terdeteksi-1,0 dan 16,8-127,6 ppb. Residu pestisida
aldrin pada tanah dan air di ekosistem sawah irigasi
dan sawah tadah hujan terdeteksi berturut-turut pada
kisaran 1,0-37,5 dan tidak terdeteksi-4,2 ppb. Residu
aldrin tersebut dimungkinkan akibat penggunaan
pestisida aldrin di masa lampau dan sifatnya persisten
(Ardiwinata dkk., 1999).
Jika aldrin masuk ke dalam tubuh, maka aldrin
dimetabolisme menjadi dieldrin yang dapat
mengalami bio-akumulasi dalam jaringan lemak.
Aldrin mempunyai fitotoksisitas yang rendah, dimana
pada tanaman tomat dan kentang aldrin akan
berpengaruh pada tanaman tersebut hanya pada laju
aplikasi yang sangat tinggi. Aplikasi aldrin sebanyak
16 kg bahan aktif/ha selama 2-3 minggu pada tanaman
tomat, menunjukkan perkembangan akar dan laju
pertumbuhan yang terhambat. Waktu paruh aldrin di
tanah kira-kira 1-4 tahun. Dengan adanya sifat
persistensi dan solubilitas yang tinggi di lemak, maka
hal tersebut mendukung dieldrin mengalami
bio-konsentrasi dan biomagnifikasi pada organisme
baik sebagai aldrin maupun produk konversinya.
Dieldrin. Dieldrin terikat kuat pada partikel
tanah oleh karena itu potensi mengalami leaching dan
mengkontaminasi air tanah adalah rendah. Dieldrin
mempunyai fitotoksisitas rendah, kecuali pada dosis
aplikasi yang lebih tinggi dari dosis yang dianjurkan.
Dalam penelitian ini, residu dieldrin terdeteksi
pada sampel tanah dan bawang merah masing-masing
pada kisaran tidak terdeteksi-6,0 dan 9,2-90,8 ppb,
sedang- kan pada sampel air hanya satu sampel saja
yang terdeteksi yaitu sebesar 1,2 ppb. Hashimoto
(2007) melaporkan konsentrasi dieldrin pada tanah,
akar, daun dan buah beberapa sayuran di Tokyo,
diantaranya adalah brokoli, dimana konsentrasi
dieldrin yang terdeteksi sebesar 30,0-220 ppb (tanah)
dan 23-38 ppb (akar), sedangkan pada sampel daun
tidak terdeteksi adanya residu dieldrin.
Tabel II. Kisaran residu pestisida aldrin dan dieldrin pada sampel tanah dan air
Senyawa
Aldrin
Dieldrin
Kisaran Residu (ppb)
Tanah
Air
(4,8-64,8)
(tidak terdeteksi-1,0)
(tidak terdeteksi-6,0)
(tidak terdeteksi-1,2)
28
Adanya sifat persisten, dikombinasikan dengan
solubilitas dieldrin yang tinggi dalam lemak,
menyebabkan
dieldrin
dapat
mengalami
biokonsentrasi dan biomagnifikasi dalam organisme.
Dieldrin mempunyai waktu paruh di tanah kira-kira 5
tahun. Dieldrin mempunyai solubilitas dalam air yang
rendah, stabilitas yang tinggi dan semi-volatil,
menyebabkan dieldrin dapat melalui proses transpor
yang panjang.
KESIMPULAN
, Vol. 3, No. 2, 2013 : 23 -28
Ert, M.V. dan Sullivan, J.B., 1982, Organochlorine
Pesticides, dalam Sullivan, J.B. dan Krieger,
G.R. (Ed.), Hazardous Materials Toxicology,
William and Wilkins, London.
Ishii, Y., 2003, Development of Efficient Methods for
Pesticide
Residue
Analysis
of
Agro-Environmental Samples, J. Pestic. Sci.,
28, 217-218. 218.
Laba, I.W., 2000, Analisis Dampak Penggunaan
Insektisida Menuju Pengendalian Hama yang
Ramah Lingkungan, Semi Orasi di Balai
Penelitian Tanaman Pangan Rempah dan Obat,
Bogor, Maret 2000.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
sampel tanah dan air terdeteksi adanya residu
pestisida aldrin dan dieldrin. Kisaran residu pestisida
pada sampel tanah untuk aldrin (4,8-64,8 ppb) dan
dieldrin (tidak terdeteksi-6,0 ppb), sedangkan pada
sampel air untuk aldrin (tidak terdeteksi-1,0 ppb) dan
dieldrin (tidak terdeteksi-1,2 ppb). Residu pestisida
pada sampel sampel air di lahan pertanian Desa
Srigading masih berada di bawah baku mutu air yang
telah ditetapkan.
Lee, H.B., Chau, A.S.Y., Kawahara, F., 1982,
Organochlorine Pesticides, dalam Chau,
A.S.Y. dan Afghan, B.K., Analysis of
Pesticides in Water, vol. 2, CRC Press, Florida.
DAFTAR PUSTAKA
Sa`id, E.G., 1994, Dampak Negatif Pestisida, Sebuah
Catatan bagi Kita Semua, Agrotek, vol. 2 (1),
Bogor, 71-72.
Ardiwinata, A.N., Jatmiko, S.Y., dan Harsanti, E.S.,
1999, Monitoring Rresidu Insektisida di Jawa
Barat, Risalah Seminar Hasil Penelitian Emisi
Gas Rumah Kaca dan Peningkatan
Produktivitas Padi di Lahan Sawah, Bogor,
91-105.
Komisi Pestisida, 1997, Metode Pengujian Residu
Pestisida dalam Hasil Pertanian, Departemen
Pertanian, 377.
Willard, H.H., Merritt, Jr., Dean, J.A., Settle, Jr., F.A.,
1988, Instrumental Method of Analysis, edisi 7,
Wadsworth Publishing Co., California.