Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA

Artikel info ABSTRAK Pembiasan adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya yang terjadi ketika cahaya datang kemudian melewati suatu bidang batas antara dua medium yang berbeda. Ketika sinar datang melalui medium yang memiliki kerapatan lebih renggang menuju ke medium rapat, maka sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Ketika sinar datang melalui medium yang rapat menuju ke medium yang renggang maka sinar akan dibiaskan hingga menjauhi garis normal. Tujuan dilakukanya praktikum ini adalah dapat menjelaskan aplikasi hukum snellius tantang pembiasan, dapat menjelaskan sifat-sifat pembiasan pada kaca dan plan parallel, dapat menentukan indeks bias kaca dan plan parallel, dapat menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi pergeseran sinar pada pembiasan kaca parallel, dan tujuan pada pembiasan prisma adalah dapat menentukan besar sudut deviasi minimum, dapat menentukan indeks bias pada prisma. Factor-faktor yang mempengaruhi pembiasan ialah perbedaan kecepatan rambat cahaya dalam dua medium yang berbeda. Pada percobaan ini dilakukan percobaan dengan sudut sinar datang sebesar °,°, dan °. Dari percobaan didapatkan hasil yang berbeda antara sudut dating dan sudut bias.

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Praktikum Fisika Dasar II – Tahun 2024 Pembiasa Kaca Plan Parallel dan Prisma Esti Kurnia Wati1, Rindy Puspita Anggrini2 A1C323046, Kelompok 5, Pendidikan Fisika Regular B 2023 2 Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi 1 Artikel info ABSTRAK Kata kunci: Pembiasan, Hukum snellius, plan paralel, prisma. Pembiasan adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya yang terjadi ketika cahaya datang kemudian melewati suatu bidang batas antara dua medium yang berbeda. Ketika sinar datang melalui medium yang memiliki kerapatan lebih renggang menuju ke medium rapat, maka sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Ketika sinar datang melalui medium yang rapat menuju ke medium yang renggang maka sinar akan dibiaskan hingga menjauhi garis normal. Tujuan dilakukanya praktikum ini adalah dapat menjelaskan aplikasi hukum snellius tantang pembiasan, dapat menjelaskan sifat-sifat pembiasan pada kaca dan plan parallel, dapat menentukan indeks bias kaca dan plan parallel, dapat menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi pergeseran sinar pada pembiasan kaca parallel, dan tujuan pada pembiasan prisma adalah dapat menentukan besar sudut deviasi minimum, dapat menentukan indeks bias pada prisma. Factor-faktor yang mempengaruhi pembiasan ialah perbedaan kecepatan rambat cahaya dalam dua medium yang berbeda. Pada percobaan ini dilakukan percobaan dengan sudut sinar datang sebesar 𝟒𝟓°, 𝟓𝟎°, dan 𝟓𝟓°. Dari percobaan didapatkan hasil yang berbeda antara sudut dating dan sudut bias. ABSTRACT Keywords: Refraction, Snell's parallel plan, prism. ‘’’ law, Refraction is a bending event in the direction of light propagation that occurs when light arrives and then passes through a boundary between two different media. When light comes through a medium that has a looser density towards a denser medium, the light will be refracted closer to the normal line. When light comes through a dense medium into a loose medium, the light will be refracted away from the normal line. The purpose of this practicum is to be able to explain the application of Snell's law of refraction, to be able to explain the properties of refraction in parallel glass and planes, to be able to determine the refractive index of glass and parallel planes, to be able to explain the factors that influence the shift of rays in parallel glass refraction, and the objectives in prism refraction is being able to determine the minimum deviation angle, being able to determine the refractive index of the prism. Factors that influence refraction are differences in the speed of propagation of light in two different media. In this experiment, experiments were carried out with incident light angles of 45°, 50°, and 55°. From the experiments, different results were obtained between the incident angle and the refractive angle. Copyright © 2023 Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 PENDAHULUAN Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dipandang sebagai suatu proses, produk dan sikap. “Fisika merupakan mata pelajaran yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris dan logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah” (Ikbal & Budiarti, 2022). Fisika termasuk ilmu pengetahuan yang bersifat eksperimental, maka sangat diperlukan melakukan percobaan atau praktikum dengan menerapkan metode ilmiah serta mengembangkan sikap ilmiah untuk memahami, menguasai konsep, hukum, prinsip, asas dan teori fisika secara baik. Praktikum dilakukan untuk menunjang pembelajaran fisika, bagi praktikan untuk meningkatkan penguasaan terhadap fisika (Sirait & Lubis, 2020). Hakikat fisika sebagai proses ini yang melahirkan keterampilan proses sains yang menjadi keterampilan kunci atau keterampilan sentral pada penemuan ilmiah dan pembelajaran (Murdani, 2020). Praktikum merupakan sarana terbaik dalam mengembangkan keterampilan proses sains untuk praktikan pada praktikum Fisika Dasar. Keterampilan proses sains terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain saling berkaitan dan sebagai prasarat, hal tersebut penting dimiliki praktikan (Zai & Ishafit, 2019). Sedangkan praktikum menurut Sari (2021) Praktikum merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), praktikum didefinisikan sebagai kegiatan yang memiliki tujuan agar praktikan dapat menguji dan melaksanakan, untuk memperoleh pengalaman langsung terkait teorii yang di peroleh dalam pembelajaran. Pada kegiatan praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan mengenai pembiasan cahaya. Cahaya dianggap sebagai pembawa pesan visual, senantiasa berinteraksi dengan dunia di sekitarnya. Salah satu interaksinya yang menarik adalah pembiasan. Fenomena ini terjadi ketika cahaya menembus dua medium berbeda, seperti udara dan air, dan mengalami perubahan arah. Pembiasan bagaikan sebuah pertunjukan optik yang mempesona. Bayangkan sedotan yang terlihat bengkok saat terendam air, atau pelangi yang menghiasi langit setelah hujan. Di balik keajaiban visual ini, terdapat prinsip ilmiah yang mendasarinya. Syarat terjadinya pembiasan cahaya adalah ketika cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan dan cahaya datang tegak lurus terhadap bidang batas (90°) (Agustina, 2020). Pembiasan kaca plan parallel terjadi Ketika cahaya mengenai permukaan kaca bidang sejajar dengan sudut yang tidak sejajar bidang kaca. Dalam perisriwa ini, cahaya mengalami perpindahan, yang dapat dihitung dengan cara membuat garis putus-putus yang mewakili perpanjangan sinar cahaya yang keluar dari bidang kaca sejajar atau sinar biasnya. Salah satu contoh pembiasan yang terjadi di lingkungan sekitar adalah pelangi, pelangi yang indah setelah hujan merupakan hasil dari pembiasan dan pemantulan cahaya matahari oleh tetesan air hujan. Cahaya putih matahari dibiaskan saat memasuki tetesan air, dipecah menjadi spektrum warna, dan dibiaskan kembali saat keluar dari tetesan air. Pembiasan merrupakan materi yang cukup sulit untuk dipahami meskipun telah dibantu dengan materi optik geometri (Fyttas et al., 2023). Adapun tujuan praktikum pembiasan prisma dan plan parallel adalah sebagai berikut : a. Pembiasan pada plan parallel 1. Dapat menjelaskan aplikasi Hukum Sinellius tentang pembiasan. 2. Dapat menjelaskan sifat-sifat pembiasan pada kaca dan plan paralel. 3. Dapat menentukan indeks bias kaca dan plan paralel. 4. Dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran sinar pada pembiasan kaca paralel. b. Pembiasan pada prisma 1. Dapat menentukan besar sudut deviasi minimum 2. Dapat menentukan indeks bias pada prisma Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 KAJIAN TEORI Pembiasan Pembiasan adalah proses pembelokan cahaya yang megenai bidang batas antara dua medium (Faradhillah & Hendri, 2019). Apabila gelombang cahaya menumbuk antar muka (interface) halus yang memisahkan dua material transparan (tembus cahaya) seperti udara dan air atau air dan kaca, maka pada umumnya sebagian gelombang di pantulkan dan sebagian gelombang dipantulkan di dalam kedua material (Suhadi, 2019). Pembiasan cahaya dapat terjadi apabila ada cahaya yang merambat melalui suatu medium kemudian menembus medium lain dengan kerapatan yang berbeda (Kurniawati & Suryani, 2023). Gelombang yang jatuh diatas bidang batas dua medium yang mempunyai perbedaan densitas, maka gelombang tersebut akan dibiaskan jika sudut datang gelombang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya (Sulystyaningrum et al., 2019). Menurut Tariza (2021), Pembiasan cahaya adalah beloknya arah rambat cahaya karena adanya perbedaan kerapatan optiknya pada medium yang berbeda. Peristiwa perubahan arah rambat cahaya pada batas dua medium tersebut pada dasarnya disebabkan adanya perbedaan kecepatan merambat cahaya pada satu medium dengan medium lain. Peristiwa inilah yang disebut dengan pembiasan Cahaya. Pensil yang dimasukan kedalam air merupakan salah satu contoh dari pembiasan (Istidah et al., 2022). Pengertian pembiasan (refraksi) cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya yang disebabkan medium (zat perantara) yang dilalui cahaya berbeda kerapatan optiknya sehingga kecepatan cahaya berbeda pula (Apriyanto et al., 2018). Menurut Sholikah et al. (2020), salah satu sifat cahaya ialah merambat lurus dalam suatu medium kemudian memantul dan / membias jika menjumpai medium lain. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat dikenali oleh mata dan memiliki panjang gelombang 400 hingga 700 nm. Cahaya tampak juga memiliki spektrum warna berdasarkan panjang gelombang. Spektrum warna mencakup warna: merah, oranye, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Pembiasan terjadi ketika sinar datang membentuk sudut (bukan tegak lurus atau sejajar) terhadap antarmuka. Pembiasan cahaya dipengaruhi oleh indeks bias. Ketika cahaya melewati antarmuka yang berbeda antar media bergantung pada indeks bias, panjang gelombang dan kecepatan cahaya berubah karena pembiasan cahaya. Jadi, cahaya yang melewati medium lain mengalami pembiasan, yaitu perubahan panjang gelombang dan kecepatan yang dipengaruhi oleh indeks bias medium tersebut (Andriyan et al., 2021). Menurut Mukhlis et al. (2021), Semakin tinggi kerapatan optik cairan maka semakin tinggi nilai indeks biasnya. Cahaya yang masuk ke dalam cairan dibagi menjadi cahaya pantulan dan cahaya transmisi (refraksi cahaya). Dalam mengamati proses pembiasan sebenarnya digunakan alat percobaan seperti kaca bidang sejajar dan kaca prisma, namun alat tersebut hanya mengamati sudut bias dan tidak dapat menentukan besarnya indeks bias. Optika geometris meliputi pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), polarisasi, interferensi, dan difraksi. Pembiasan cahaya merupakan salah satu optika geometris yang menjelaskan perjalanan cahaya yang melewati suatu permukaan yang dipisahkan oleh dua media (Andriyan et al., 2021). Pada indikator pengukuran dalam percobaan Pembiasan pada kaca plan paralel dapat dilihat ketika mengukur sudut sinar datang 1 dengan sudut sinar bias 1, dan sudut sinar datang 2 dengan sudut sinar bias 2. Hukum snellius Menurut Putri et al. (2023), Bunyi dari Hukum Snellius I “Sinar datang, sinar bias, dan garis normal”. Sedangkan bunyi Hukum Snellius II “Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, maka sinar dibelokkan mendekati garis normal”. Begitu juga sebaliknya, jika sinar datang Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka sinar dibelokkan menjauhi garis normal”. Menurut Ariyadi et al. (2024), Hukum Snellius menyatakan bahwa. sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak dalam satu bidang datar. ( Gambar 1. Hukum snellius mengenai pembiasan ( Sumber ; Google 2024 ) Hukum Snellius menyatakan bahwa ketika cahaya datang dari medium 1 ke medium 2, sebagian dipantulkan (dipantulkan), sebagian diteruskan (ditransmisikan ulang), dan sebagian lagi dibiaskan pada lapisan batas berkas. Berdasarkan hukum Cinerius, semakin besar sudut datang maka semakin besar pula sudut pantulnya yaitu derajat, dan semakin besar pula sudut biasnya. Hukum Snellius menyatakan bahwa sinar datang, garis normal, dan sinar bias berada pada hubungan planar antara proyeksi sinar bias pada antarmuka (Riznaini et al., 2024). Hukum Snellius menyatakan bahwa cahaya yang merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat akan dibiaskan mendekati garis normal (udara ke air). Sebaliknya, bila cahaya merambat dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat, cahaya dibiaskan menjauhi garis normal (kaca ke air). Menurut hukum Snellius, sudut pantul akan selalu sama dengan sudut datang (Firmansyah et al., 2022). Hukum Snellius menjelaskan ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi. Gelombang tersebut sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian diteruskan merambat di bawah permukaan (Nova Linda & Lepong, 2019). Pemantulan sempurna, Perambatan cahaya dari medium rapat ke medium kurang rapat, Hukum Snellius menyelesaikan masalah perambatan cahaya dari medium kurang rapat ke medium rapat. Menurut Nasution et al. (2021) dapat dituliskan persamaan dari hukum snellius adalah sebagai berikut : 𝑛1 . sin. 𝜃𝑏 = 𝑛2 . 𝑠𝑖𝑛. 𝜃𝑑 Keterangan; 1 = Indeks bias medium tempat cahaya datang 2 = Indeks bias medium yang dituju cahaya 𝜃𝑏 = Sudut bias cahaya diukur dari arah tegak lurus bidang pembatas dua medium 𝜃𝑑 = Sudut datang cahaya diukur dari arah tegak lurus bidang batas dua medium Indeks bias perbandingan antara proyeksi sinar datang dengan proyeksi sinar bias pada bidang batas merupakan bilangan tetap yang disebut indeks bias. Indeks bias adalah derajat polarisasi cahaya yang melalui suatu medium yang dapat dilaluinya. Indeks bias berkaitan dengan kepadatan medium. Semakin tinggi massa jenis molekul suatu medium maka semakin rendah nilai indeks biasnya dan semakin rendah pula difraksi cahaya yang terjadi. Dalam konsep bias, indeks bias dapat dinyatakan Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 sebagai , yaitu perbandingan sinus sudut datang cahaya yang melewati suatu zat cair dengan sinus sudut bias (Nasir, 2020). Nilai indeks bias cahaya bervariasi dari satu zat cair ke zat cair lainnya. Semakin tinggi kerapatan optik suatu cairan, semakin tinggi nilai indeks biasnya. Cahaya yang merambat melalui zat cair dibedakan menjadi cahaya pantulan dan cahaya yang diteruskan (refraksi cahaya). Cahaya yang dipantulkan dan dibiaskan oleh cairan yang berbeda mempunyai intensitas cahaya yang berbeda. Indeks bias dapat dihitung tetapi memliki ukuran yang berbeda pada setiap medium seperti plan paralel dan prisma. didapatkan presentase error perbandingan hasil indeks bias secara perhitungan dan teori. Indeks bias suatu larutan dapat ditentukan atau diukur dengan menggunakan berbagai metode pengukuran berdasarkan sifat optik larutan, termasuk penggunaan metode interferometri seperti interferometri Mach-Zehnder, interferometri Fabry-Perot, dan interferometri Michelson. Selain interferometri, pengukuran indeks bias juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektrometer dan refraktometer (Didik et al., 2021). Indeks bias merupakan parameter yang perlu diukur dan perlu diketahui besarnya. Indeks biasnya adalah karena memberikan informasi tentang transparansi dan kepadatan suatu benda ( Erliyanti et al., 2020). rumus dari indeks bias ini yang merupakan perbandingan kecepatan cahaya diruang hampa dengan kecepatan cahaya dimedium dan dapat dinyatakan sebagai berikut : 𝑛= 𝑐 𝑣 Ketterangan, n = indeks bias c = kelajuan cahaya diruang hampa (m/s) v = kelajuan cahaya didalam bahan (m/s) Plan Parallel dan Prisma Kaca plan parallel adalah kaca tebal yang terbuat dari potongan-potongan kaca tipis yang disusun sejajar atau sejajar satu sama lain sehingga membentuk balok kaca. Pada kaca bidang sejajar, pembiasan terjadi dua kali sehingga sinar cahaya dapat mencapai kaca dari udara dan dari kaca ke udara (Anggraeni et al., 2021 ; Purwaningsih et al., 2021). (Gambar 2. Pembiasan pada plan parallel) (sumber : Google 2024) Plan parallel mengalami dua kali pembiasan. Artinya, sinar cahaya yang berasal dari udara dibiaskan ketika masuk ke dalam kaca dan kemudian dibiaskan kembali ke udara. Keunikan kaca plan parallel terletak pada kemampuannya dalam menggeser sinar cahaya. Kaca plan parallel sendiri mempunyai sifat seperti lensa, berfungsi sebagai tempat pembiasan cahaya karena sifat fisik bidang Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 yang berbeda dan perbedaan indeks bias dengan udara (Khoiri, 2023). Untuk menghitung perpindahan balok pada kaca bidang, gunakan rumus : 𝑑 sin(𝑖1 + 𝑟1 ) 𝑡𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 = cos 𝑟1 Prisma adalah instrumen optik yang digunakan untuk menentukan pembiasan dan penyebaran cahaya datang dengan mengukur sudut polarisasi cahaya. Fungsi utama prisma adalah menyebarkan cahaya dari sumber cahaya monokromatik (Dewi et al., 2021). Prisma digunakan untuk membengkokkan, membiaskan, atau menyebarkan cahaya dari suatu objek (Alfianto et al., 2023). Kaca prisma dapat membagi cahaya putih menjadi spektrum warna berbeda, dan lensa serta prisma dapat menggabungkan kembali cahaya ini menjadi cahaya putih. Prisma kaca juga menunjukkan bahwa dengan memisahkan sinar cahaya berwarna dan mengarahkannya ke objek berbeda, sifat cahaya berwarna tidak berubah. Cahaya putih adalah cahaya yang dapat digambarkan melalui prisma kaca dan sinarnya dibiaskan sehingga dihasilkan suatu spektrum. Ketika seberkas cahaya memasuki medium padat (permukaan prisma) dari medium tipis (udara), sinar tersebut dibiaskan mendekati garis normal . Selanjutnya berkas sinar dari medium padat (permukaan prisma) ke udara (media rapuh) dibiaskan menjauhi garis normal. . Ketika seberkas sinar datang pada salah satu sisi prisma, cahaya dibiaskan pada sisi prisma yang lain, membentuk sudut deviasi (Marpaung et al., 2021). Menurut Hadiningrum et al. (2019), Terdapat beberapa sifat cahaya di antaranya pembiasan cahaya melalui prisma. Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, berkas sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. (Gambar 3. Pembiasan pada prisma) ( sumber : Gare et al., 2022) Menurut Gare et al. (2022), Gambar tersebut memperlihatkan bahwa berkas sinar tersebut dalam prisma mengalami dua kali pembiasan sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan berkas sinar keluar dari prisma tidak lagi sejajar. sudut yang dibentuk antara arah sinar datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma disebut sudut deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar. Besarnya sudut deviasi minimum dapat dinyatakan : 𝛿 = 𝑖1 + 𝑟2 – 𝛽 = 2𝑖1 − 𝛽 Menurut hukum snellius berlaku ; 𝑛= 1 2 sin ( 𝛿 min − 𝛽) 1 2 sin 𝛽 Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 Ketterangan : n = indeks bias prisma 𝛽 = sudut bias prisma 𝛿 = sudut bias minimum METODE PERCOBAAN Alat dan Bahan Adapaun alat dan bahan percobaan pembiasan kaca plan parallel dan prisma adalah: Tabel 1. Alat percobaan pembiasan kaca plan parallel dan prisma Nama Alat Jumlah Plan parallel 1 buah Prisma 1 buah Busur 1 buah Jarum 6 Buah Pensil 1 buah Penggaris 1 Buah Pena warna 1 buah Tabel 2. Bahan percobaan pembiasan kaca plan parallel dan prisma Nama Bahan Jumlah Kertas milimeter 1 lembar Sterofoam 1 buah Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan ini dilakukan pada hari selasa tanggal 13 mei 20224 di Laboratorium Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jambi. Prosedur Percobaan Adapun prosedur percobaan pada kaca plan parallel dan prisma sebagai berikut : a. Kaca plan parallel 1. Diletakkan kertas milimeter di atas Styrofoam dan letakkan jarum di setiap sudut kertas milimeter agar kertas grafik tetap pada tempatnya. 2. Digambar kaca plan parallel pada kertas milimeter dan digambar garis normal pada salah satu sisi kaca bidang tersebut terhadap garis normal 3. Dilakukan percobaan dengan menggunakan tiga sudut datang sinar datang, yaitu: 45°, 50°, dan 55° secara bergantian. 4. Diletakan kembali kaca plan parallel pada tempatnya yang sebelumnya telah digambar dan ditusukkan ketiga jarum sejajar dengan garis sinar datang untuk mendapatkan garis biasnya 5. Diamati jarum dari sisi yang berbeda sampai sejajar dengan jarum pada sisi yang telah dibuat garis sinar datang. 6. Digambar garis sinar bias yang telah didapatkan kemudian digambarlah garis normal pada sinar bias tersebut. 7. Dihubungkan sinar Datang dan sinar bias kemudian bentuk sudut-sudut dari sinar datang dan sinar bias 8. Dilakukan langkah yang sama untuk sudut yang berbeda. b. Prisma 1. Diletakkan kertas milimeter di atas Styrofoam dan letakkan jarum di setiap sudut kertas milimeter agar kertas grafik tetap pada tempatnya. Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 2. Digambar prisma pada kertas milimeter dan digambar garis normal pada salah satu sisi kaca bidang tersebut terhadap garis normal 3. Dilakukan percobaan dengan menggunakan tiga sudut datang sinar datang, yaitu: 45°, 50°, dan 55° secara bergantian. 4. Diletakan kembali prisma pada tempatnya yang sebelumnya telah digambar dan ditusukkan ketiga jarum sejajar dengan garis sinar datang untuk mendapatkan garis biasnya 5. Diamati jarum dari sisi yang berbeda sampai sejajar dengan jarum pada sisi yang telah dibuat garis sinar datang. 6. Digambar garis sinar bias yang telah didapatkan kemudian digambarlah garis normal pada sinar bias tersebut. 7. Dihubungkan sinar Datang dan sinar bias kemudian bentuk sudut-sudut dari sinar datang dan sinar bias 8. Dilakukan langkah yang sama untuk sudut yang berbeda Analisis Data • Plan paralel 1. Menentukan t( jarak pergeseran sinar) sin(𝑖1 − 𝑟1 ) 𝑡=𝑑 cos 𝑟1 • • • Pada sudut 45° sin(𝑖1 − 𝑟1 ) sin(45 − 30) sin 15 0,26 𝑡=𝑑 =4 =4 =4 = 4 × 0,52 = 2,08 cos 𝑟1 cos 30 cos 30 0,5 Pada sudut 50° sin(50 − 28) sin 22 0,37 sin(𝑖1 − 𝑟1 ) =4 =4 =4 = 4 × 0,79 = 3,16 𝑡=𝑑 cos 28 cos 28 0,47 cos 𝑟1 Pada sudut 55° sin(𝑖1 − 𝑟1 ) sin(55 − 31) sin 24 0,41 𝑡=𝑑 =4 =4 =4 = 4 × 0,82 = 3,28 cos 𝑟1 cos 31 cos 31 0,15 2. Menentukan n ( indeks bias) • • • Pada sudut 45° Pada sudut 50° Pada sudut 55° 𝑛= 𝑛= 𝑛= 𝑛= sin 𝑖1 sin 𝑟1 sin 𝑖1 sin 45° 0,71 = = = 1,42 0,5 sin 𝑟1 sin 30° sin 𝑖1 sin 50° 0,76 = = = 1,65 sin 𝑟1 sin 28° 0,46 sin 𝑖1 sin 55° 0,82 = = = 1,60 sin 𝑟1 sin 31° 0,51 • Kaca prisma 1. Menentukan 𝛿(sudut deviasi) 𝛿 = 𝑖1 + 𝑟2 − 𝛽 Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 • • • Pada sudut 45° 𝛿 = (45° + 56°) − 60 𝛿 = 41° Pada sudut 50° 𝛿 = (50° + 50°) − 60 𝛿 = 40° Pada sudut 55° 𝛿 = (55° + 45°) − 60 𝛿 = 40° 2. Menentukan sudut deviasi minimum 𝛿𝑚𝑖𝑛 = 2𝑖1 − 𝛽 • • • Pada sudut 45° 𝛿𝑚𝑖𝑛 = 2.45 − 60 𝛿𝑚𝑖𝑛 = 30 Pada sudut 50° 𝛿𝑚𝑖𝑛 = 2.50 − 60 𝛿𝑚𝑖𝑛 = 40 Pada sudut 55° 𝛿𝑚𝑖𝑛 = 2.55 − 60 𝛿𝑚𝑖𝑛 = 50 3. Menentukan indeks bias • • • Pada sudut 45° 𝑛= Pada sudut 50° 𝑛= Pada sudut 55° 𝑛= 𝑛= 1 sin 2 (60 + 30) 1 sin 2 1 60 sin 2 (60 + 40) 1 sin 2 1 60 = sin 2 (60 + 50) 1 sin 2 60 = = 1 sin 2 (𝛽 + 𝛿𝑚𝑖𝑛 ) 1 sin 2 𝛽 1 sin 2 (90) sin 30 1 = sin 2 (100) sin 30 1 = sin 2 (110) sin 30 sin 45 0,71 = = 1,42 sin 30 0,5 = sin 50 0,76 = = 1,54 sin 30 0,5 sin 55 0,82 = = 1,6 sin 30 0,5 Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Adapun hasil dari percobaan pembiasan kaca plan parallel dan prisma adalah sebagai berikut : Tabel 3. Hasil pembiasan kaca plan parallel No d n 𝒊𝟏 𝒊𝟐 𝒓𝟏 𝒓𝟐 𝒕𝒓𝒖𝒎𝒖𝒔 𝒕𝒎𝒂𝒏𝒖𝒂𝒍 1. 2. 3. 𝟒𝟓° 𝟓𝟎° 𝟓𝟎° 𝟑𝟐° 𝟑𝟎° 𝟑𝟐° 𝟑𝟎° 𝟐𝟖° 𝟑𝟏° 𝟒𝟓° 𝟓𝟎° 𝟓𝟓° 3,8 cm 1,98 cm 1,3 cm 1,41 3,8cm 3,0 cm 1,6 cm 1 3,8cm 3,12 cm 1,8 cm 1 ( Gambar 4. Pembiasan plan parallel sudut 𝟒𝟓°) ( sumber : Dokumentasi 2024) ( Gambar 5. Pembiasan plan parallel sudut 55) (sumber : Dokumentasi 2024) Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 ( Gambar 6. Pembiasan plan parallel pada sudut 55) (Sumber : Dokumentasi 2024 No 1. 2. 3. 𝒊𝟏 𝟒𝟓° 𝟓𝟎° 𝟓𝟎° Tabel 4. Hasil pembiasan pada prisma 𝒊𝟐 𝒓𝟏 𝒓𝟐 𝟑𝟖° 𝟑𝟒° 𝟑𝟎° 𝟐𝟓° 𝟐𝟕° 𝟑𝟎° 𝟓𝟔° 𝟓𝟎° 𝟒𝟓° (Gambar 7. Pembiasan prisma pada sudut 45) (sumber : Dokumentasi 2024) 𝜹𝒎𝒊𝒏 N 30 1,42 40 1,54 50 1,64 Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 (Gambar 8. Pembiasan prisma pada sudut 50) ( sumber : Dokumentasi 2024 ) (Gambar 9. Pembiasan prisma pada sudut 55) (Sumber : Dokumentasi 2024) Pembahasan Marya et al., (2021), Menyatakan pembiasan cahaya terjadi jika cahaya berjalan melewati batas antar dua medium yang berbeda seperti kaca atau air sehingga sebagian cahaya terlihat dibelokan. peristiwa pembiasan sangat dengan kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti Pelangi, sundotan yang dimasukan kedalam air dan terlihat bengkok, dan kolam yang terlihat dangkal jika terlihat dari atas. Peristiwa pembiasan tersebut terjadi karena adanya perbedaan kerapatan antara dua medium yang berbeda, yaitu udara dan air. Sinar bias mendekati garis normal ketika merambat dari medium yang kurang rapat (udara) ke medium yang lebih rapat (air). Ketika cahaya berpindah dari medium yang lebih rapat (air) ke medium yang kurang rapat (udara), sinar bias menjauhi garis normal. Syarat-syarat terjadinya pembiasan : Cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya, Cahaya datang tidak tegak lurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil dari 90°. Pada percobaan pembiasan kali ini, dilakukan pembisan dengan menggunakan medium kaca plan paralleer dan prisma. Kaca plan parallel merupakan kaca tebal sebenarnya terdiri dari potonganpotongan kaca tipis yang disusun sejajar atau sejajar membentuk balok kaca (Putri et al., 2023). Sedangkan prisma adalah alat optik untuk menentukan pembiasan dan hamburan cahaya datang dengan mengukur sudut polarisasi Cahaya. Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 A. Kaca plan parallel Kaca plan paralel dapat digunakan untuk mengamati jalannya sinar yang mengalami pembiasan dan untuk menentukan indeks bias kaca tersebut. Jika sebuah berkas sinar datang menuju permukaan kaca plan paralel, maka sinar tersebut akan mengalami pembiasan sebanyak dua kali. Seberkas cahaya muncul dari udara dengan indeks bias n1 menuju kaca dengan indeks bias n2 dan membentuk sudut i. Balok kemudian dibelokkan dan mendekati garis normal dengan sudut r. Sinar kemudian diteruskan kembali ke udara sebesar ° membentuk sudut i' dan dibiaskan menjauhi garis normal pada sudut r'. Melihat terlihat bahwa sinar masuk dan sinar yang keluar dari kaca bidang sejajar adalah sejajar. Pada tujuan pertama pembiasan plan parallel adalah menjelaskan aplikasi hukum snellius pada pembiasan. Menurut Putri et al. (2023), hukum snellius pada pembiasan dibagi menjadi tiga : 1) Sinar datang, garis normal, dan sinar bias akan berada pada satu bidang datar. 2) Ketika sinar datang dari medium rapat menuju medium kurang rapat, sinar biasnya akan menjauhi garis normal. 3) Ketika sinar datang dari medium kurang rapat menuju medium rapat, maka sinar biasnya akan mendekati garis normal. Hal ini dibuktikan oleh praktikan pada saat melakukan percobaan. Bahwa sinar datang, garis normal, dan sinar bias berada pada satu bidang datary aitu pada permukaan kaca plan parallel. selanjutnya, Ketika sinar datang dari medium rapat menuju medium kurang rapat, sinar biasnya akan menjauhi garis normal dan Ketika sinar datang dari medium kurang rapat menuju medium rapat, maka sinar biasnya akan mendekati garis normal. Hal ini dibuktikan praktikan saat melakukan percobaan dengan sudut sinar datang yang bervariasi yaitu 45°, 50°, dan 55°. ( Gambar 10. Pembuatan garis bias pada kaca plan parallel ) (Sumber; Dokumentasi 2024) Pada tujuan kedua yaitu, menjelaskan sifat-sifat pembiasan pada plan parallel. Sifat-sifat pembiasan pada plan parallel terdapat pada hukum snellius bunyi II dan hukum snellius III. Dimana, Ketika sinar datang dari medium rapat menuju medium kurang rapat, sinar biasnya akan menjauhi garis normal dan Ketika sinar datang dari medium kurang rapat menuju medium rapat, maka sinar biasnya akan mendekati garis normal. Setelah dilakukan percobaan, praktikan membuktikan bahwa hasil yang didapatkan oleh praktikan sejalan dengan bunyi hukum snellius II dan III. Ketika sinar datang melalui media udara ( kurang rapat) menuju ke kaca plan parallel maka sinar bias yang dihasilakan mendekati garis normal. Begitu pula sebaliknya. Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 Pada tujuan ketiga praktikum kaca plan parallel, praktikan diminta untuk menentukan indeks bias plan parallel. Indeks bias plan parallel juga didapatkan dari hukum snellius Dimana : sin 𝑟1 𝑛1 = sin 𝑖1 𝑛2 dengan nilai n1 adalah 1 karena n1 adalah udara dan nilai n udara adalah 1 sehingga diturunkan persamaan diatas menjadi : sin 𝑟1 𝑛2 = sin 𝑖1 Pada tujuan keempat ialah, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran sinar pada pembiasan kaca paralel. Pergeseran sinar bias pada plan paralel dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sudut datang, indeks bias,dan sudut bias. Semakin besar sudut datang, indeks bias, dan tebal plan paralel, semakin besar pula pergeseran sinar bias. Cahaya dengan panjang gelombang yang lebih pendek memiliki pergeseran sinar bias yang lebih besar daripada cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang. Hal tersebut dibuktikan oleh praktikan melalui hasil yang diperoleh saat melakukan percobaan, pada sudut sinar datang 45° didapatkan nilai pergeseran sinar (t) sebesar 2.08 cm. pada sudut sinar datang 50° didapatkan nilai t sebesar 3,16 cm, dan pada sinar datang 55° didapatkan nilai t sebesar 3,28 cm. hal ini membuktikan bahwa Semakin besar sudut datang semakin besar pula pergeseran sinar bias. Perhitungan diatas didapatkan dengan menggunakan persamaan : 𝑡=𝑑 sin(𝑖1 − 𝑟1 ) cos 𝑟1 B. Prisma Ketika seberkas cahaya melewati prisma, cahaya tersebut akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat memasuki dan keluar dari prisma. Perubahan arah cahaya yang terjadi akibat pembiasan pada prisma disebut sudut deviasi. Sudut deviasi didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk antara arah sinar datang dan arah sinar keluar prisma. Pembiasan prisma merupakan fenomena optik penting dengan berbagai aplikasi. Sudut defleksi suatu prisma dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sudut datang, indeks bias prisma, sudut bias prisma, dan warna cahaya. Memahami refraksi prisma sangat penting untuk memahami berbagai fenomena optik dan aplikasi teknologinya. Tujuan pertama pada praktikum pembiasan prisma ialah menentukan besar sudut deviasi minimum. Besar sudut deviasi minimun pada prisma dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan dibawah ini : 𝛿 = 𝑖1 + 𝑟2 − 𝛽 𝛿𝑚𝑖𝑛 = 2𝑖1 − 𝛽 Mengapa 𝑟2 dihilangkan dan berubah menjadi 2𝑖1 ? hal ini disebabkan karena menurut teori yang ada seharusnya besar sudut datang pertama besarnya akan sama dengan besar sudut bias pertama. Tetapi pada percobaan yang dilakukan oleh praktikan, didapatkan nilai sudut sinar datang pertama dengan besar sudut bias pertama itu berbeda. Hal ini mungkin saja terjadi karena praktikan yang kurang teliti dalam mengamati pembiasan sehingga hasil yang diperoleh agak meleset. Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 (Gambar 11. Proses percobaan pembiasan prisma) (Sumber : Dokumentasi 2024) Pada tujuan kedua pembiasan prisma, praktikan diminta untuk menentukan indeks bias pada prisma. indeks bias pada prisma dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : 𝑛= 1 sin 2 (𝛽 + 𝛿𝑚𝑖𝑛 ) 1 sin 2 𝛽 Setelah dilakukan percobaan didapatkan nilai indeks bias pada masing-masing sudut sinar datang 45°, 50°, 𝑑𝑎𝑛 55° secara berturut-turut ialah 1.42, 1.54, dan 1,64. Sehingga dapat disimpulakan bahwa semakin besar sudut sinar datang maka akan semakin besar indeks bias yang dihasilkan. SIMPULAN Adapun kesimpulan dari percobaan pembiasan pada kaca plan parallel dan prisma sebagai berikut : A. Kaca plan parallel 1. Hukum snellius menjelaskan bahwa sinar datang, garis normal, dan sinar bias berada pada satu bidang datar. Ketika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium rapat, maka sinar biasnya akan mendekati garis normal. Ketika sinar datang dari medium rapat ke medium kurang rapat, maka sinar biasnya akan menjauhi garis normal. 2. Sifat-sifat pembiasan pada kaca plan prallel yaitu, ketika sinar datang dari medium kurang rapat menuju kemedium kurang rapat, maka sinar biasnya akan mendekati garis normal. Ketika sinar datang dari medium rapat menuju ke medium kurang rapat, maka sinar biasnya akan menjauhi garis normal. 3. Indeks bias pada kaca plan parallel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus beriku : sin 𝑟1 𝑛2 = sin 𝑖1 4. faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran sinar pada pembiasan kaca parallel dianataranya adalah ketebalan plan paralel (d), sudut sinar datang (𝑖1 ) dan sudut sinar bias (𝑟1 ) hal ini dibuktikan dengan persamaan : sin(𝑖1 − 𝑟1 ) 𝑡=𝑑 cos 𝑟1 B. 1. Prisma Besar sudut deviasi minimum dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : 𝛿𝑚𝑖𝑛 = 2𝑖1 − 𝛽 Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 2. indeks bias pada prisma dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : 𝑛= 1 sin 2 (𝛽 + 𝛿𝑚𝑖𝑛 ) 1 sin 2 𝛽 DAFTAR PUSTAKA Agustina, H. P. (2020). Analisis Ketrampilan Proses Sains Fokus Studi Pembiasan Cahaya Melalui Aplikasi Online Quizizz. Compton: Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 7(1), 19–26. Https://Doi.Org/10.30738/Cjipf.V7i1.6242 Alfianto, R., Trihanondo, D., Ayu, D., Sintowoko, W., & Rupa, S. (2023). Penciptaan Fotografi Dengan Menggunakan Prisma Pada Karya Refraction Of Me Creating Photography Using Prisms In Refraction Of Me. Agustus, 10(4), 5978–5995. Andriyan, M., Harijanto, A., & Prastowo, H. B. (2021). Rancang Bangun Alat Praktikum Penentuan Indeks Bias Zat Cair Berbantuan Arduino Dan Sensor Jarak HC-SR04. Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha, 11(2), 19–29. Anggraeni, D. M., Kaleka, Y. U., & Garung, E. R. (2021). Pelatihan Penggunaan KIT Untuk Meningkatkan Kemampuan Membimbing Pada Praktikum Fisika Dasar Bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP Weetebula. Unram Journal Of Community Service, 2(2), 38–44. Https://Doi.Org/10.29303/Ujcs.V2i2.35 Apriyanto, D. K., Pauzi, G. A., & Warsito. (2013). Pemanfaatan Hukum Snellius Sebagai Dasar Alat Ukur Indeks Bias Dan Viskositas Larutan Garam Berbasis Mikrocontroller AVR Atmega8535. Jurnal Teori Dan Aprlikasi Fisika, 01(01), 7–12. Ariyadi, D. H., Rahmiyati, I., Kusumaningrum, K. D., & Kurniawati, W. (2024). Analisis Pemahaman Materi Bunyi Dan Cahaya Di Sekolah Dasar. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(12), 541–547. Https://Doi.Org/10.5281/Zenodo Dewi, L., Hasanah, M., & Adi, N. P. (2021). Spektrum Cahaya Sebagai Alternatif Media Pembelajaran Praktikum Fisika. SPEKTRA: Jurnal Kajian Pendidikan Sains, 7(2), 141. Https://Doi.Org/10.32699/Spektra.V7i2.216 Didik, L. A., Safarwadi, I., & Muslimah, M. (2021). Pengukuran Indeks Bias Larutan Untuk Mengetahui Kadar Gula Dalam Tebu Dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Celah Tunggal. Konstan Jurnal Fisika Dan Pendidikan Fisika, 6(1), 35–42. Https://Doi.Org/10.20414/Konstan.V6i1.68 Erliyanti, N. K., Priyanto, A. D., & Pujiastuti, C. (2020). Karakteristik Densitas Dan Indeks Bias Minyak Atsiri Daun Jambu Kristal (Psidium Guajava) Menggunakan Metode Microwave Hydrodistillation Dengan Variabel Daya Dan Rasio Bahan : Pelarut. Jurnal Rekayasa Mesin, 11(2), 247–255. Https://Doi.Org/10.21776/Ub.Jrm.2020.011.02.11 Faradhillah, F., & Hendri, S. (2019). Mengukur Indeks Bias Berbagai Jenis Kaca Dengan Menggunakan Prinsip Pembiasan. IJIS Edu : Indonesian Journal Of Integrated Science Education, 1(2), 139–146. Https://Doi.Org/10.29300/Ijisedu.V1i2.1959 Firman Harris Saputra, F. A., & Suryadi, A. (2023). JENIS PENALARAN ILMIAH APA YANG DIGUNAKAN MAHASISWA. 6(1). Firmansyah, A. F., Gunawan, A. I., Sulistijono, I. A., & Hanurawan, D. (2022). Pengukuran Nilai Densitas Pada Minyak Pelumas Sepeda Motor Dengan Gelombang Ultrasonik. Jurnal Rekayasa Elektrika, 18(1). Https://Doi.Org/10.17529/Jre.V18i1.24919 Fyttas, G., Komis, V., Kaliampos, G., & Ravanis, K. (2023). Mental Representations And Cognitive Schemata Of Ninth Grade Students For The Refraction Of Light. Education Sciences, 13(5). Https://Doi.Org/10.3390/Educsci13050467 Gare, O. B., Lolowang, J., & Polii, J. (2022). Pengembangan Modul Praktikum Deviasi Dan Indeks Bias Prisma Berbasis Laboratorium Virtual. Charm Sains: Jurnal Pendidikan Fisika, 3(1), 37–43. Https://Doi.Org/10.53682/Charmsains.V3i1.150 Hadiningrum, K., Yuningsih, N., & Martono, W. (2019). Penentuan Sudut Deviasi Minimum Prisma Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 Melalui Peristiwa Pembiasan Cahaya Berbantuan Komputer. Sigma-Mu, 8(1), 1–6. Https://Doi.Org/10.35313/Sigmamu.V8i1.827 Ikbal, M. S., & Budiarti, A. (2022). Analisis Intensitas Pemanfaatan Laboratorium Dan Dampaknya Terhadap Pembelajaran Fisika Di SMA Negeri Se-Kabupaten Luwu Timur. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(2), 248–255. Istidah, A., Suherman, U., & Holik, A. (2022). Peningkatan Hasil Belajar Ipa Tentang Materi Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode Discovery Learning. Jurnal Pendidikan Indonesia : Teori, Penelitian, Dan Inovasi, 2(1). Https://Doi.Org/10.59818/Jpi.V2i1.187 Khoiri, N. (2023). Pengaruh Perkuliahan Fisika Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Generik Sains Mahasiswa. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 14(1), 113–118. Https://Doi.Org/10.26877/Jp2f.V14i1.14879 Kurniawati, D., & Suryani, A. (2023). Penentuan Indeks Bias Kaca Dengan Pola Interferensi Pola Terhambur Dan Prinsip Pembiasan. Jurnal Sains Dan Pembelajaran Matematika, 1(2), 30–36. Https://Doi.Org/10.51806/Jspm.V1i1.54 Marpaung, R. R., Aziz, N. R. N., & Purwanti, P. (2021). Analisis Nilai Sudut Deviasi Pada Prisma Menggunakan Software Crocodile Physics 605. Schrodinger Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Fisika, 2(1), 1–7. Https://Doi.Org/10.30998/Sch.V2i1.3930 Marya, R. P., Marya, Y. H., & Marya, M. (2021). Desain Sensor Kelembapan Relatif Udara Menggunakan Fiber Optik. Jurnal Jartel Jurnal Jaringan Telekomunikasi, 11(4), 214–219. Https://Doi.Org/10.33795/Jartel.V11i4.235 Mukhlis, M. A., Lesmono, A. D., & Nuraini, L. (2021). Analisis Hubungan Indeks Bias Dan Intensitas Cahaya Pada Berbagai Fluida. Jurnal Pembelajaran Fisika, 10(4), 150. Https://Doi.Org/10.19184/Jpf.V10i4.27722 Murdani, E. (2020). Hakikat Fisika Dan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Filsafat Indonesia, 3(3), 72– 80. Https://Doi.Org/10.23887/Jfi.V3i3.22195 Nasir, M. (2020). Perbandingan Kualitas Minyak Sawit Bermerk Dan Minyak Kelapa Menggunakan Parameter Viskositas Dan Indeks Bias. Sainstek : Jurnal Sains Dan Teknologi, 12(2), 36. Https://Doi.Org/10.31958/Js.V12i2.2470 Nasution, A., Minarni, M., Farma, R., & Ningsih, S. A. (2021). Pembuatan Alat Laboratorium Untuk Praktikum Optik Geometri Tingkat Sma Berbasis Laser Dioda. Komunikasi Fisika Indonesia, 18(2), 137. Https://Doi.Org/10.31258/Jkfi.18.2.137-145 Nova Linda, F., & Lepong, P. (2019). Interpretasi Kecepatan Gelombang Seismik Refraksi Tomografi Dalam Penentuan Litologi Bawah Permukaan Di Desa Bhuana Jaya (Studi Kasus : Pt. Khotai Makmur Insan Abadi). Jurnal Geosains Kutai Basin, 2(2). Purwaningsih, S., Pathoni, H., Aina, M., Pertiwi Rasmi, D., & Murni, P. (2021). Pengenalan Alat-Alat Optik Bagi Guru-Guru Ipa Di Smp Negeri 1 Muaro Jambi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Pinang Masak, 2(1), 29–35. Https://Doi.Org/10.22437/Jpm.V2i1.13011 Putri, E. N., Masri’ah, Meysi, S. K. W., Maula, M. I., & Anggraeni, F. A. (2023). Analisis Keterampilan Mahasiswa Terhadap Praktikum Pemantulan Cahaya Pada Cermin Datar. Kohesi: Jurnal Multidisiplin Saintek, 01(09), 21–31. Riznaini, *, Utami, I., Utami, R. I., Fingka, ;, Anggraini, W., Sulis, ;, Ningsi, W., Divanny, ;, Hanif, A., & Kurniawati, W. (2024). Pendalaman Materi Bunyi Dan Cahaya (Studi Kasus Penerapan Bunyi Dan Cahaya Dalam Kehidupan Sehari-Hari). Jurnal Matematika Dan Ilmu Pengelatuan Alam, 2(1), 284–295. Https://Doi.Org/10.59581/Konstanta.V2i1.2410 Sari, D. K. (2021). Pengembangan E-Modul Praktikum Fisika Dasar 1 Dengan Pendekatan STEM Untuk Menumbuhkan Kemandirian Belajar. DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik, 5(1), 44. Https://Doi.Org/10.20961/Jdc.V5i1.50560 Sholikah, A., Febriyanti, D. S., & Kurniawan, B. R. (2020). Analisis Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika Menggunakan Quizziz Pada Pokok Bahasan Optika Geometri. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 11(1), 27–36. Https://Doi.Org/10.26877/Jp2f.V11i1.4152 Sirait, R., & Lubis, N. A. (2020). Analisis Buku Panduan Praktikum Fisika. Jistech (Journal Of Islamic Science And Technology), 5(1), 71–79. Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 Suhadi, S. (2019). Kajian Indeks Bias Terhadap Air Keruh Menggunakan Metode Plan Paralel. Jurnal Penelitian Fisika Dan Terapannya (JUPITER), 1(1), 7. Https://Doi.Org/10.31851/Jupiter.V1i1.3121 Sulystyaningrum, E., Khumaedi, & Supriyadi. (2019). Aplikasi Metode Seismik Refraksi Untuk Identifikaso Pergerakan Tanah Di Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) Semarang. Upj, 3(2), 15–21. Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Upj Tariza, F. (2021). Identifikasi Miskonsepsi Dan Tingkat Pemahaman Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Pada Materi Cahaya. Jurnal Ilmiah Dalam Pendidikan Dasar, 04 Tahun 2(2004), 58–67. Zai, J., & Ishafit. (2019). Pengukuran Tingkat Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Pada Praktikum Gaya Gerak Listrik Induksi Di Laboratorium Fisika Dasar Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Juli. Jupiter : Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 04(1), 1–6. Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 Lampiran literatur (Agustina, 2020) (Alfianto et al., 2023) (Andriyan et al., 2021) (Anggraeni et al., 2021) Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 (Ariyadi et al., 2024) (Dewi et al., 2021) (Didik et al., 2021) ( Erliyana et al., 2020) Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 (Firman Harris Saputra & Suryadi, 2023) (Fyttas et al., 2023) (Gare et al., 2022) (Hadiningrum et al., 2019) Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 (Ikbal & Budiarti, 2022) (Istidah et al., 2022) (Khoiri, 2023) (Kurniawati & Suryani, 2023) Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 (Marpaung et al., 2021) (Marya et al., 2021) (Mukhlis et al., 2021) (Murdani, 2020) Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 (Nasir, 2020) (Nasution et al., 2021) (Nova Linda & Lepong, 2019) (Purwaningsih et al., 2021) Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 (Putri et al., 2023) (Riznaini et al., 2024) (Sari D. K , 2021) (Sholikah et al., 2020) Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 (Sirait & Lubis, 2020) (Suhadi, 2019) (Sulystyaningrum et al., 2019) (Tariza, 2021) Laporan Praktikum Fisika Dasar II – 2024 (Zai & Ishafit, 2019)