Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
727 MPPKI (Juni, 2022) Vol. 5. No. 6 ISSN 2597– 6052 DOI: https://doi.org/10.31934/mppki.v2i3 MPPKI Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia The Indonesian Journal of Health Promotion Open Access Research Articles Karakteristik Pasangan Usia Subur dengan Pemanfaatan Pelayanan Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal Characteristics of Couples of Childbearing Age Using Family Planning Services in the Work Area of North Panyabungan Public Health Center, Mandailing Natal Regency Mastiur Napitupulu1*, Anto J. Hadi2, Srianty Siregar3, Sholatiah3 Keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas Aufa Royhan, Padangsidimpuan, Indonesia 2 Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, Universitas Aufa Royhan, Padangsidimpuan, Indonesia 3Departemen Kebidanan, Fakultas Kesehatan, Universitas Aufa Royhan, Padangsidimpuan, Indonesia *Korespondensi Penulis : mastiurn@gmail.com 1Departemen Abstrak Latar Belakang: Pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia, hingga saat ini telah dilakukan berbagai usaha untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, terutama melalui pengendalian angka kelahiran atau fertilitas. Upaya penurunan angka kelahiran ini dilakukan dengan berbagai cara pemakaian kontrasepsi kepada pasangan usia subur. Tujuan: untuk mengetahui hubungan karakteristik pasangan usia subur dengan pemanfaatan pelayanan keluarga berencana di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study di Puskesmas Panyabungan Utara terhadap populasi dan sampel sebanyak 83 pasangan usia subur dengan teknik pengambilan sampel secara total sampel serta analisa data yang digunakan adalah Chi-Square. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan umur (p=0,002), jarak kepelayanan (p=0,000), pengetahuan (p=0,000) dengan pemanfaatan pelayanan keluarga berencana. Kesimpulan: diperoleh ada hubungan umur, jarak kepelayanan dan pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan keluarga berencana. Diharapkan pasangan usia subur agar lebih aktif memanfaatkan pelayanan keluarga berencana. Kata Kunci: Karakteristik PUS; Pemanfaatan Pelayanan KB Abstract Background: High population growth is the main problem faced by Indonesia, until now various efforts have been made to control population growth, especially through controlling the birth rate or fertility. Efforts to reduce the birth rate are carried out by using various methods of contraception for couples of child bearing age. Objective: To determine the relationship between the characteristics of couples of child bearing age and the use of family planning services in the work area of the Panyabungan Utara Public Health Center, Mandailing Natal Regency. Methods: This research is a quantitative study with a cross sectional study approach at the Panyabungan Utara Public Health Center on a population and a sample of 83 PUS with a total sample sampling technique and data analysis used is Chi-Square. Results: The study showed that there was a relationship between age (p=0.002), service distance (p=0.000), knowledge (p=0.000) with the use of family planning services. Conclusion: There is a relationship between age, distance of service and knowledge with the use of family planning services. It is hoped that couples of child bearing age will be more active in utilizing family planning services. Keywords: Characteristics of Couples of Childbearing Age; Utilization of Family Planning Services Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2022 MPPKI. All rights reserved 728 MPPKI (Juni, 2022) Vol. 5. No. 6 PENDAHULUAN Pemanfaatan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha Pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang tinggi karena kehamilan yang dialami oleh wanita dan menurunkan jumlah kelahiran (1). Program ini memperkenalkan kepada masyarakat berbagai jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan mengatur jumlah anak yang diinginkan sehingga diharapkan nantinya jumlah kelahiran dari tahun ke tahun dapat dikendalikan (2). Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia tahun2018 penggunaan kontrasepsi telah meningkat di berbagai belahan dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub Sahara Afrika, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 2016 menjadi 57,4% pada tahun 2019 (3). Data dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017 memperlihatkan kemajuan-kemajuan yang dicapai program keluarga berencana (KB) dalam 5 tahun terakhir dan kontribusinya terhadap situasi transisi demografi di Indonesia. Total fertility rate (TFR) Indonesia mengalami penurunan sebanyak 0,2 poin dari 2,6 per wanita usia subur pada pada SDKI Tahun 2015 menjadi 2,4 per wanita usia Subur(4). Hasil pelayanan Peserta KB Baru di Sumatera Utara tercatat pengguna alat kontrasepsi. Keluarga berencana aktif mencapai 93.662 peserta atau (80,0%) dari jumlah PUS 117.105 jiwa (5). Prevalensi Peserta keluarga berencana aktif di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2019 tercatat 6.884 peserta, dengan data sebagai berikut 1.021 peserta IUD, 678 peserta MOW, 50 peserta MOP, 95 peserta kondom, 481 peserta implant, 3.843 peserta suntik dan 716 peserta pil. Data tersebut menunjukkan, bahwa metode kontrasepsi hormonal (suntik dan pil) paling diminati oleh masyarakat (6). Prevalensi KB aktif di Puskesmas Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2019 peserta aktif sebanyak 1534 (39,8 %) dari jumlah PUS 3.850, tahun 2020 peseta aktif sebanyak 1721 peserta dari jumlah PUS 3.837 (44,8 %), dengan IUD 2 peserta (0,6%), MOW 5 peserta (13,9%) umur 40-44 tahun, implant 10 peserta (13,9%), suntikan 80 peserta (59,0%) dan pil 28 peserta (12,7%) (7). Pemamfaatan pelayanan keluarga berencana merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas keluarga. Selama kurun waktu dua dasawarsa, pelayanan kontrasepsi dalam pembangunan keluarga berencana di Indonesia telah memperoleh hasil yang cukup menggembirakan(8). Walaupun pada satu dasawarsa terakhir seakan-akan program keluarga berencana terdengar lemah kegiatannya, namun ternyata program keluarga berencana ada keberhasilannya, yakni ditandai dengan semakin meningkatnya prevalensi wanita usia subur yang menggunakan metode kontrasepsi(9). Peneliti melakukan survei awal dengan mewawancarai 10 pasangan usia subur, terdiri dari 7 ibu mengatakan tidak memanfaatkan pelayanan keluarga berencana dikarenakan jarak dari rumah ke pelayanan kesehatan cukup jauh. Selain itu dikarenakan ibu kurang mengetahui tentang keluarga berencana dan 3 orang ibu mengatakan sudah menggunakan keluarga berencana. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik pasangan usia subur dengan pemanfaatan pelayanan keluarga berencana. METODE Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study dilakukan di Puskesmas Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal pada bulan Januari sampai Februari 2022. Populasi dan sampel adalah seluruh pasangan usia subur dan bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Utara sebanyak 83 pasangan usia subur, dengan teknik pengambilan sampel secara total sampel. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian. Hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Dilakukan terhadap dua variabel yang diduga ada hubungan (bivariat). Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Chi-Square (10). HASIL Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Karekteristik PUS di Puskesmas Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal Karakteristik Pasangan Usia Subur F (%) Umur Berisiko 58 69,9 Tidak Berisiko 25 30,1 Total 83 100 Tingkat Pendidikan SD 7 8,4 SLTP 19 22,9 SLTA 40 48,2 Sarjana 17 20,5 Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2022 MPPKI. All rights reserved 729 MPPKI (Juni, 2022) Vol. 5. No. 6 Jenis Pekerjaan IRT Wiraswasta PNS Pendapatan Rendah Tinggi Suku Mandailing Batak Agama Islam Total 34 26 23 41,0 31,3 27,7 64 19 77,1 22,9 72 11 86,7 22,9 83 83 100 100 Berdasarkan tabel 1 bahwa dari segi umur mayoritas pasangan usia subur berisiko sebanyak 58 orang (69,9%), minoritas tidak berisiko sebanyak 25 (30,1%), tingkat pendidikan pasangan usia subur mayoritas SLTA sebanyak 40 orang (48,2%) dan minoritas SD yaitu sebanyak 7 orang (8,4%), jenis pekerjaan pasangan usia subur mayoritas IRT sebanyak 34 orang (41,0%) dan minoritas PNS sebanyak 23 orang (27,7%). Ditinjau dari pendapatan mayoritas rendah yaitu 64 orang (77,1%) dan minoritas tinggi yaitu 19 orang (22,9%). Ditinjau dari suku mayoritas suku pasangan usia subur mandailing yaitu 72 orang (86,7%) dan minoritas suku batak yaitu 11 orang (13,3%). Berdasarkan agama semua pasangan usia subur beragama islam yaitu sebanyak 83 orang (100%). Analisis Bivariat Tabel 2. Hubungan Umur Pasangan Usia Subur Dengan Pemanfaatan Pelayanan KB di Puskesmas Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal Umur PUS Pemanfaatan Pelayanan KB Jumlah P Value Tidak Memanfaatkan Memanfatkan Berisiko Tidak Berisiko F 49 3 % 84,5 12,0 F 9 22 % 15,5 88,0 F 58 25 % 100 100 Jumlah 52 62,7 31 37,3 83 100 0,006 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 58 pasangan usia subur umur berisiko ditemukan mayoritas pasangan usia subur tidak memanfaatkan pelayanan keluarga berencana yaitu sebanyak 49 orang (84,5%), Sedangkan dari 25 umur pasangan usia subur tidak berisiko ditemukan mayoritas memanfaatkan pelayanan keluarga berencana sebanyak 22 orang (88,0%). Hasil analisis chi-square diperoleh nilai p=0,006, ini berarti ada hubungan umur pasangan usia subur dengan pemanfaatan pelayanan keluarga berencana. Tabel 3. Hubungan Jarak Pelayanan Dengan Pemanfaatan Pelayanan KB di Puskesmas Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal Jarak Ke Pemanfaatan Pelayanan KB Jumlah P Pelayanan Value Tidak Memanfaatkan Memanfatkan Jauh Dekat Jumlah F 34 18 52 % 85,1 41,9 62,7 F 6 25 31 % 15,0 58,1 37,3 F 40 43 83 % 100 100 100 0,000 Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 40 pasangan usia subur jarak pelayanan jauh diitemukan mayoritas pasangan usia subur tidak memanfaatkan pelayanan keluarga berencana yaitu sebanyak 34 orang (85,1%), Sedangkan dari 43 pasangan usia subur jarak pelayanan dekat ditemukan mayoritas memanfaatkan pelayanan keluarga berencana sebanyak 25 pasangan usia subur (58,1%). Hasil analisis chi-square diperoleh nilai p=0,000. Ini berarti ada hubungan jarak pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan keluarga berencana. Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2022 MPPKI. All rights reserved 730 MPPKI (Juni, 2022) Vol. 5. No. 6 Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Pelayanan KB di Puskesmas Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal Pemanfaatan Pelayanan KB Jumlah P Pengetahuan Value Tidak Memanfaatkan Memanfatkan F % F % F % Kurang 43 93,5 3 6,5 46 100 0,000 Baik 9 24,3 28 75,7 37 100 Jumlah 52 62,7 31 37,3 83 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 46 pasangan usia subur berpengetahuan kurang diitemukan mayoritas pasangan usia subur tidak memanfaatkan pelayanan keluarga berencana yaitu sebanyak 43 orang (93,5%), Sedangkan dari 43 pasangan usia subur berpengetahuan baik ditemukan mayoritas memanfaatkan pelayan keluarga berencana sebanyak 28 orang (75,7%). Hasil analisis chi-square diperoleh nilai p=0,000. Ini berarti ada hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan keluarga berencana. PEMBAHASAN Umur Dengan Pemanfaatan Pelayanan KB Umur merupakan usia pasangan usia subur yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalaman (11). Usia yang cukup dalam mengawali atau memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan membantu seseorang dalam kematangan dalam menghadapi persoalan atau masalah, dalam hal ini keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan (12). Demikian sebaliknya dengan usia kurang dari 16 tahun maka kemungkinan kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih menghadapi perubahan dan adaptasi setelah melahirkan (13). Bila di tinjau dari penggunaan kontrasepsi maka masa pencegahan kehamilan umur <20 tahun seseorang dianjurkan untuk memilih alat kontrasepsi yang disarankan seperti pil, IUD, kondom yang merupakan alat yang baik digunakan untuk menjarangkan kehamilan. Pada masa menjarangkan kehamilan umur 20- 35 tahun dianjurkan untuk memilih alat kontrasepsi yang disarankan IUD, pil, suntikan, implant. Masa ingin mengakhiri kehamilan umur >35 tahun dianjurkan untuk memilih alat kontrasepsi yang disarankan yaitu IUD, implant, suntikan, pil, dan kondom (14). Dengan demikian umur akan menentukan dalam pemilihan alat kontrasepsi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fransisca (2019) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemanfaatan pelayanana alat kontrasepsi KB pada pasangan usia subur dengan p=0,009 < 0,05 (15). Jarak Kepelayanan Kesehatan Dengan Pemanfaatan Pelayanan KB Berdasarakan hasil wawancara yang dilakukan dengan para pasangan usia subur, bahwa jarak yang menyediakan fasilitas untuk pelayanan keluarga berencana dekat dan mudah ditempuh, mayoritas pergi ke tempat pelayanan dengan kendaraan sendiri dan membutuhkan biaya yaitu untuk mengisi bahan bakar kendaraan, tetapi tetap tidak mempengaruhi peserta keluarga berencana untuk memanfaatkannya, karena mereka takut menggunakan alat kontrasepsi susuk dan IUD karena bisa berpindah tempat serta menimbulkan nyeri dan pendarahan setelah pemasangan. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal untuk berKB karena kegiatan sehari-hari yang sibuk bekerja di ladang/sawah dan tidak ada berpikiran untuk memanfaatkan pelayanan keluarga berencana (16). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Shah (2019) yang mengatakan bahwa ada hubungan jarak tempat pelayanan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. Jarak ke tempat pelayanan merupakan salah satu faktor yang memiliki peran dalam penggunaan sarana dan prasarana kesehatan, semakin dekat dengan fasilitas kesehatan maka akan mudah untuk mengakses fasilitas kesehatan yang ada (17). Tetapi berdasarkan dari hasil penelitian ini, jarak tidak mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan KB karena pemasangan dan pencabutan KB harus dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih, sehingga mereka tidak tertarik untuk menggunakan KB dan lebih memilih KB karena lebih praktis. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Suryanti (2019) yang mengatakan bahwa ada pengaruh jarak tempat pelayanan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. Jarak ke tempat pelayanan merupakan salah satu faktor yang memiliki peran dalam penggunaan sarana dan prasarana kesehatan, semakin dekat dengan fasilitas kesehatan maka akan mudah untuk mengakses fasilitas kesehatan yang ada. Pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan akses geografi, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat memfasilitasi atau menghambat pemanfaatan adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi dari klien yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh atau biaya tempuh (18). Menurut Notoatmojo (2012), jarak dari tempat tinggal ke sarana kesehatan mendukung tindakan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan. Tapi dari penelitian ini Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2022 MPPKI. All rights reserved 731 MPPKI (Juni, 2022) Vol. 5. No. 6 diperoleh walaupun jarak pelayanan KB dekat dengan tempat tinggal masyarakat tetap juga masyarakat tidak menggunakan KB (19). Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Pelayanan KB Pengetahuan tentang suatu alat kontrasepsi baik itu manfaat, efek samping, cara kerja maupun jenisnya akan teratur dan taat atas aturan penggunaannya. Begitu pula sebaliknya orang yang tidak tahu apapun tentang suatu alat kontrasepsi, lantas disuruh menggunakan, hal yang tidak kemungkin besar akan terjadi adalah salah dalam penggunaannya dan tidak sesuai aturan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan alat kontrasepsi (20). Pasangan usai subur yang memiliki pengetahuan cukup akan memilih alat kontrasepsi motode jangka panjang karena pengetahuan peserta KB lebih sering mendapat informasi dari berbagai sumber seperti media sosial, elektronik, majalah dan sebagainya dan lebih banyak memanfaatkan pelayanan alat kontrasepsi dan pasangan usia subur yang tingkat pengetahuannya kurang sebagian besar menggunakan alat kontrasepsi dan memanfaatkan hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi terbatas dan hanya pada alat kontrasepsi yang digunakan pada pasangan usia subur (21). Sedangkan pasangan usia subur yang memiliki pengetahuan yang cukup dan tidak memanfaatkan pelayanan alat kontrasepsi bisa disebabkan oleh faktor lain dimana suami tidak mendukung untuk menggunakan alat kontrasepsi tersebut (22). Pasangan usia subur yang memiliki pengetahuan kurang karena beberapa hal yang mempengaruhi seperti informasi yang kurang mengenai alat kontrasepsi beserta efek sampingnya, sangat jarang mengikuti acara-acara penyuluhan mengenai keluarga berencana, namun tetap memanfaatkan pelayanan alat kontrasepsi kemungkinan adanya pemberian informasi dari orang lain baik itu dari keluarga maupun petugas kesehatan mengenai perlunya penggunaan alat kontrsepsi (23). Menurut asumsi peneliti pengetahuan pengetahuan KB karena mereka hanya mengetahui berbagai jenis KB dan tidak semua masyarakat mengetahui manfaat dan kerugian KB karena mereka mengetahui KB dari media elektronik dan dari arisan yang dilakukan oleh masyarakat, petugas kesehatan jarang memberikan penyuluhan dan tidak semua wanita usia subur dijangkau sehingga mereka ragu untuk memanfaatkan KB. Serta walaupun pasangan usia subur memiliki pengetahuan yang baik tentang KB dan mereka memiliki keleluasaan untuk memilih apa yang cocok dan mereka sukai. Sedangkan pasangan usia subur yang pengetahuannya kurang dan tidak memanfaatkan pelayanan alat kontrasepsi bisa disebabkan karena ketidaktahuan pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan alat kontrasepsi (24). Bagi ibu yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan di daerah setempat diharapkan dapat berkonsultasi pada bidan tentang kontrasepsi yang cocok untuk digunakan baginya. Petugas kesehatan agar lebih sering melakukan penyuluhan tentang alat kontrasepsi kepada peserta keluarga berencana (25). KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemanfaatan pelayanan keluarga berencana sangat erat hubungannya dengan karakteristik pasangan usia subur seperti umur, pengetahuan dan jarak kepelayanan fasilitas kesehatan sehingga berdampak pada penggunaan alat kontrasepsi. sehingga diharapkan pasangan usia subur lebih aktif menggunakan sistem informasi pelayanan keluarga berencana. SARAN Rekomendasi saran diharapkan pasangan usia subur lebih aktif menggunakan sistem informasi pelayanan keluarga berencana. DAFTAR PUSTAKA 1. Rismawati R, Asriwati A, Sibero JT, Hadi AJ. Faktor Yang Mempengaruhi Wanita PUS Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Puskesmas Mayor Umar Damanik Kecamatan Tanjungbalai Selatan Kota Tanjungbalai. MPPKI (Media Publ Promosi Kesehat Indones Indones J Heal Promot. 2020;3(2):100–5. 2. Lai SL, Tey NP, Mahmud A, Ismail N. Utilization of Private Sector Family Planning Services in Malaysia. Int Q Community Health Educ. 2021;41(4):395–403. 3. Muchie A, Getahun FA, Bekele YA, Samual T, Shibabaw T. Magnitudes of post-abortion family planning utilization and associated factors among women who seek abortion service in Bahir Dar Town health facilities, Northwest Ethiopia, facility-based cross-sectional study. PLoS One. 2021;16(1):e0244808. 4. Jatmiko YA, Wahyuni S. Determinan Fertilitas Di Indonesia Hasil SDKI 2017. Euclid. 2019;6(1):95–106. 5. Sumut D. BKKBN Provinsi Sumatra Utara 2019. Medan; 2019. 6. Utara DKMNPS. Dinkes Kabupaten Mandailing Natal, 2020. Medan; 2020. 7. Utara PP. Profil Kesehatan Puskesmas Panyabungan Utara, 2020. Medan; 2020. Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2022 MPPKI. All rights reserved 732 MPPKI (Juni, 2022) Vol. 5. No. 6 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Jannah FNF, Sari DNA. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan Persepsi dengan Kepatuhan Akseptor Keluarga Berencana (KB) pada Masa Pandemi COVID-19. J Cakrawala Promkes. 2022;4(1):1–13. Bhatt N, Bhatt B, Neupane B, Karki A, Bhatta T, Thapa J, et al. Perceptions of family planning services and its key barriers among adolescents and young people in Eastern Nepal: A qualitative study. PLoS One. 2021;16(5):e0252184. Purnomo W, Bramantoro T. Pengantar Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Airlangga University Press; 2018. Habte A, Dessu S, Haile D. Determinants of practice of preconception care among women of reproductive age group in southern Ethiopia, 2020: content analysis. Reprod Health. 2021;18(1):1–14. Alemu AA, Bitew MS, Zeleke LB, Sharew Y, Desta M, Sahile E, et al. Knowledge of preconception care and its association with family planning utilization among women in Ethiopia: meta-analysis. Sci Rep. 2021;11(1):1–9. Kurniawati L, Nurrochmah S, Katmawanti S. Hubungan antara tingkat pendidikan, status pekerjaan dan tingkat pendapatan dengan usia perkawinan pertama wanita di Kelurahan Kotalama Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. PREVENTIA. 2017;2(1). Moniz MH, Kirch MA, Solway E, Goold SD, Ayanian JZ, Kieffer EC, et al. Association of access to family planning services with Medicaid expansion among female enrollees in Michigan. JAMA Netw open. 2018;1(4):e181627–e181627. Fransisca L. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik Di BPM Lismarini Palembang. J Kesehat dan Pembang. 2019;9(17):47–53. Alviani A. Implementasi Program Bina Keluarga Remaja oleh Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (BKBKS) di Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda. eJournal Adm Negara. 2017;5. Shah SD, Prine L, Waltermaurer E, Rubin SE. Feasibility study of family planning services screening as clinical decision support at an urban Federally Qualified Health Center network. Contraception. 2019;99(1):27–31. Suryanti Y. Fakto-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Wanita Usia Subur. Jambura J Heal Sci Res. 2019;1(1):20–9. Notoadmojo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: rineka cipta.(2005a). Promosi Kesehat Teor dan Apl. 2005; Daini BO, Okafor E, Baruwa S, Adeyanju O, Diallo R, Anyanti J. Characterization and distribution of medicine vendors in 2 states in Nigeria: implications for scaling health workforce and family planning services. Hum Resour Health. 2021;19(1):1–12. Indriasari D. Pemanfaatan Media Youtube dalam meningkatkan Pemahaman Program KB di KP KB Insan Sejahtera Desa Sukajaya Lembang. Comm-Edu (Community Educ Journal). 2020;3(2):115–21. Gebreyesus A. Determinants of client satisfaction with family planning services in public health facilities of Jigjiga town, Eastern Ethiopia. BMC Health Serv Res. 2019;19(1):1–10. Yadav K, Agarwal M, Shukla M, Singh JV, Singh VK. Unmet need for family planning services among young married women (15–24 years) living in urban slums of India. BMC Womens Health. 2020;20(1):1–17. Fitri NL. Pemanfaatan grup whatsApp sebagai media informasi proses belajar anak di kb permata bunda. AlHikmah Indones J Early Child Islam Educ. 2019;3(2):151–66. Jain M, Caplan Y, Ramesh BM, Isac S, Anand P, Engl E, et al. Understanding drivers of family planning in rural northern India: An integrated mixed-methods approach. PLoS One. 2021;16(1):e0243854. Published By: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu Copyright © 2022 MPPKI. All rights reserved