View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
brought to you by
CORE
provided by VISIKES: Jurnal Kesehatan Masyarakat
JURNAL VISIKES - Vol. 12 / No. 2 / September 2013
PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU KARYAWAN
BERDASARKAN KONSENTRASI PARTIKULAT PM DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG
Rizkiawan Adi Nugroho*), Eni Mahawati**), Eko Hartini **)
*) Alumni S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
**) Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Email: riz_nugroho@plasa.com; ema_rafafi@yahoo.com; eko_hartini@yahoo.com
ABSTRACT
The quality of air particulate PM2,5 in work environment will effect to dust concentration and
eventually affect employee’s lungs capacity. Based on previous research by AQM in 2011
which sampled in Dian Nuswantoro University of Semarang, the average of PM2,5 concentration
in lecturer room of Engineering Faculty was 23,23 µg/m3, Health Faculty 27,55 µg/m3,
Computer Faculty 113,11 µg/m3 and TVKU 51,42 µg/m3. These results indicate how the
level of PM2.5 as one of the particulates was able to infiltrate the lungs and disturb the value of
lungs vital capacity. This study was aimed to determine the difference of vital capacity of
employee’s lungs based on particulate concentration PM2,5 in Dian Nuswantoro University
Semarang.
This is an analytical research with observation method and measurement of lung vital capacity
and PM2.5 with cross sectional approach. The samples were 34 UDINUS employees who
met the inclusion criteria. The statistical test to determine the difference between independent
variables with the dependent variable was the Mann-Whitney Test.
Based on the result showed that the frequency of lung vital capacity can be described as
follows: Severe Restrictive 11,8%, Moderate Restrictive 35,3%, Mild Restrictive 14,7% dan
normal 38,2% while the frequency of PM2,5 particulate concentration were 32,4 % qualified
and 67,6% below standard. Mann-Whitney test result showed there’s no significant difference
in lung vital capacity for the employees who were in the workplace with qualified PM2,5
concentration or not qualified PM2,5 concentration with p value 0,938.
From the research, it was known that there was no difference of vital capacity of employee’s
lungs based on particulate concentration PM2,5 in the workplace. It was recommended that
measuring of PM2,5 concentration and employee’s lung vital capacity was done simultaneously.
It was advisable to carry out the measurement of PM2,5 concentretion in the room at high risk
exposure for dust and smoke cigarretes.
Keywords : lung vital capacity, Particulate PM2,5
ABSTRAK
Kualitas udara partikulat PM2,5 di lingkungan kerja akan berpengaruh terhadap konsentrasi
debu dan akhirnya mempengaruhi kapasitas vital paru karyawan. Berdasarkan penelitian
sebelumnya oleh AQM pada tahun 2011 dengan sampel di Universitas Dian Nuswantoro
Semarang, rata-rata konsentrasi PM2,5 di ruang dosen Fakultas Teknik adalah 23,23 μg/m3,
Fakultas Kesehatan 27,55 μg/m3, Fakultas Komputer 113,11 μg/m3 dan TVKU 51,42 μg/m3.
Hasil ini menunjukkan bagaimana tingkat PM2.5 sebagai salah satu partikulat mampu menyusup
ke paru-paru dan mengganggu nilai kapasitas vital paru-paru. Penelitian ini bertujuan untuk
132
Perbedaan Kapasitas Vital Paru ... - Rizkiawan Adi N, Eni M, Eko H
mengetahui perbedaan kapasitas vital paru-paru karyawan berdasarkan konsentrasi partikulat
PM2,5 di Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode observasi dan pengukuran
kapasitas vital paru dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 34
karyawan UDINUS yang memenuhi kriteria inklusi. Uji statistik untuk menentukan perbedaan
antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah uji Mann-Whitney.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi kapasitas vital paru-paru
responden masing-masing kategori, yaitu Restriksi Berat 11,8 %, 35,3 % Restriksi Sedang,
Restriksi Ringan 14,7% dan normal 38,2%. Sedangkan konsentrasi PM2,5 memenuhi satandar
32,4% dan tidak memenuhi standar 67,6%. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan kapasitas vital paru yang signifikan bagi karyawan yang berada di tempat
kerja dengan kualifikasi konsentrasi PM2,5 memenuhi standar dan tidak memenuhi standar
nilai p = 0.938.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada perbedaan kapasitas vital paru karyawan
berdasarkan konsentrasi PM2,5 di tempat kerja. Dianjurkan agar pemeriksaan konsentrasi
PM2,5 dan kapasitas vital paru karyawan dilakukan secara bersamaan. Disarankan untuk
melakukan pengukuran konsentrasi PM2,5 pada ruangan yang beresiko tinggi terpapar debu
dan asap rokok.
Kata kunci : kapasitas vital paru-paru, Particulate PM2,5
PENDAHULUAN
Udara sebagai salah satu komponen
lingkungan merupakan kebutuhan yang paling
utama untuk mempertahankan kehidupan.
Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup
tidak mungkin berlangsung tanpa oksigen di
udara. Selain oksigen terdapat pula zat-zat
lain yang terkandung di udara yaitu karbon
monoksida, karbondioksida, formaldehid,
jamur, virus dan sebagainya. Zat-zat tersebut
jika masih dalam batas-batas tertentu masih
dapat dinetralisir, tetapi jika sudah melampaui
batas maka proses netralisir akan terganggu.
Peningkatan konsentrasi zat-zat tersebut
disebabkan oleh aktivitas manusia.1
Udara dapat dikelompokkan menjadi
udara luar ruangan (outdoor air) dan udara
dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara
dalam ruangan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan manusia, karena hampir 90%
hidup manusia berada dalam ruangan. 1
Sebanyak 400 sampai 500 juta orang,
khususnya di negara yang sedang
berkembang sedang berhadapan dengan
masalah polusi udara dalam ruangan.2 Di
Amerika, isu polusi udara dalam ruang ini
mencuat ketika EPA pada tahun 1989
mengumumkan studi polusi udara dalam
ruangan lebih berat daripada diluar ruangan.
Polusi ini bahkan bisa menurunkan
produktivitas kerja hingga senilai USD $10
milyar.3
Sumber penyebab polusi udara di dalam
ruangan antara lain yang berhubungan
dengan bangunan itu sendiri, perlengkapan
dalam bangunan, kondisi bangunan, suhu,
kelembaban, pertukaran udara dan hal-hal
yang berkaitan dengan perilaku orang-orang
yang berada di dalam ruangan , misalnya
merokok. Lingkungan yang bebas
kontaminasi, pada kenyataanya sangat sulit
tercapai. Meskipun demikian, pencapaian
kualitas udara di dalam ruang secara optimal
harus diusahakan agar sesuai dengan
persyaratan kesehatan lingkungan.
Pemerintah Indonesia telah mengatur
persyaratan kualitas udara dalam ruang yaitu
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
133
JURNAL VISIKES - Vol. 12 / No. 2 / September 2013
No.1077/MENKES/PER/V/2011. Dalam
keputusan tersebut dinyatakan bahwa stadrat
kadar PM 2,5 dalam ruangan sebesar
35 μg/m3 .4
Debu merupakan partikulat padat yang
berukuran antara 1 mikron sampai dengan
100 mikron. Partikulat debu respirable 1- 3
mikron atau PM 2,5 dapat terhirup dan
mencapai daerah alveoli pada sistem
pernapasan manusia, akibatnya gangguan
pada organ paru dan pernapasan antara lain
batuk, nafas berbunyi / mengi, sesak nafas
dan rasa berat didada. 5
Kualitas partikulat udara PM 2,5 di
lingkungan kerja berdampak terhadap
konsentrasi debu dan akhirnya akan
mempengaruhi kapasitas vital paru pekerja.
Pada penelitian Anwar Daud dan Blego
Sedionoto tentang pengaruh konsentrasi
PM 2,5 dan SO2 terhadap penurunan
kapasitas fungsi paru tahun 2010
menunjukkan hasil bahwa terjadi penurunan
fungsi paru pada penduduk yang tinggal
diarea radius kurang dari 300 meter dari
Kawasan Industri Makasar.6
Menurut penelitian AQM (Air Quality
Monitoring) tahun 2011 yang dilakukan
terhadap tempat tempat umum di Kota
Semarang yang beberapa diantaranya
mengambil titik sampling di Universitas Dian
Nuswantoro (Gedung D, Gedung C, Gedung
B dan TVKU). Menunjukkan kadar PM2,5 di
Ruang Dosen Fakultas Teknik 23,23 μg/m3,
Fakultas Kesehatan 27,55 μg/m3. Kondisi
yang parah terjadi pada ruang dosen FIK
dimana kadar rata-rata PM 2.5 adalah 113,11
μg/m3 karena banyak dosen dan karyawan
yang merokok di dalam ruangan dan di TVKU
yang kadarnya 51,42 μg/m3, karena masih
banyak aktifitas merokok di dapur TVKU. Nilai
ini sudah lebih tinggi dari baku mutu yaitu 35
μg/m3. Hasil penelitian ini menunjukkan
tingginya kadar PM2.5, salah satu indikator
bahwa udara tercemar partikulat yang sangat
kecil yang dapat masuk ke dalam saluran
pernapasan bagian dalam.7
134
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas,
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang perbedaan kapasitas vital paru
karyawan berdasarkan konsentrasi partikulat
PM 2,5 di kampus Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
METODE
Desain penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi penelitian ini adalah seluruh
karyawan UDINUS yang berada di ruang
kerja Fasilkom, Fakultas Kesehatan, Fakultas
Teknik dan TVKU sebanyak 51 orang. Sampel
diambil secara systematic random sampling
sehingga diperoleh sampel sebanyak 34
orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan
pengisian kuesioner dan pengukuran
kapasitas vital paru menggunakan alat
Spirometri Spirobank G-USB. Analis data
dilakukan dengan uji Mann-Whitney untuk
mengetahui perbedaan kapasitas vital paru
karyawan berdasarkan konsentrasi partikulat
PM2,5 dengan nilai kemaknaan 5 %.
HASIL
Lokasi Penelitian berada di wilayah
kampus Universitas Dian Nuswantoro
Semarang tepatnya berada di Fakultas Ilmu
Komputer, Fakultas Kesehatan, Fakultas
Teknik dan TVKU. Fakultas Ilmu Komputer
berada di gedung D, ruangan dosen Fakultas
Ilmu Komputer berada di gedung D lantai 1.
Disamping ruangan terdapat tempat untuk
merokok (smoking area) tetapi jarang
digunakan, terdapat beberapa karyawan yang
sering merokok di dalam ruangan. Fakultas
Teknik berada di gedung B, ruangan dosen
dan staff berada di lantai 2, dengan luas ±
50m2. Bangunan dinding terbuat dari tembok
dengan kombinasi sekat papan kayu. Dengan
ruangan yang tidak begitu luas, tiga buah
pendingin ruangan cukup untuk sirkulasi
udara di dalamnya. Fakultas Kesehatan
Perbedaan Kapasitas Vital Paru ... - Rizkiawan Adi N, Eni M, Eko H
berada di gedung C lantai 5. Dengan desain
pondasi beton, atap eternit, lantai keramik,
dinding penyekat antar ruangan terbuat dari
papan kayu. Kondisi udara di tiap ruangan
sangat bersih. TVKU adalah sebuah TV
pendidikan Jawa Tengah yang dikelola
Universitas Dian Nuswantoro Semarang,
berada di gedung E lantai 2. Kondisi udara di
tiap ruangan sangat bersih dan tidak lembab
karena cukup ventilasi dan pendingin ruangan
yang menyebar di hampir setiap sudut
ruangan.
Dalam penelitian ini diambil sampel
sebanyak 34 karyawan yang berada di
Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Teknik,
Fakultas Kesehatan, dan TVKU di Universitas
Dian Nuswantoro Semarang. Karakteristik
responden yang terpilih sebagai berikut :
1. Umur
Dari hasil penelitian di peroleh bahwa ratarata umur responden adalah 34,59 tahun
dengan range umur antara 22 – 51 tahun.
2. Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan dengan persentase
sebesar 58,8 %
3. Masa Kerja
Dari hasil penelitian di peroleh bahwa ratarata masa kerja responden adalah 9,02
tahun dengan range masa kerja antara 1
– 22 tahun.
4. Kebiasaan Olahraga
Dari hasil penelitian di peroleh bahwa
Tabel 1. Karakteristik Responden
No
1
2
3
4
5
6
7
Karakteristik
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
Jenis Olahraga
a. Senam
b. Lari
c. Renang
d. Sepeda
e. Jalan Santai
f. Badminton
Lama Olahraga
a. < 30 menit
b. ≥ 30 menit
Gangguan Pernafasan
a. Tidak sakit
b. Sakit
Kapasitas Vital Paru
a. Severe Restrictive
b. Moderate Restrictive
c. Mild Restrictive
d. Normal
Paparan Rokok di ruangan
a. Tidak
b. Sering
c. Kadang-kadang
Konsentrasi PM2,5
a. Memenuhi baku mutu
b. Tidak memenuhi baku mutu
f
%
14
20
41,2
58,8
8
3
3
2
17
1
23,5
8,8
8,8
5,9
50
2,9
2
32
5,9
94,1
26
8
76,5
23,5
4
12
5
13
11,8
35,3
14,7
38,2
22
5
7
64,7
14,7
20,6
11
23
32,5
67,6
135
JURNAL VISIKES - Vol. 12 / No. 2 / September 2013
5.
6.
7.
8.
semua responden atau 100% sering
melakukan olahraga dengan waktu antara
15 – 180 menit tiap kali olahraga per
minggu. Dari hasil penelitian, responden
paling banyak melakukan olahraga jalan
santai sebesar 50%, sisanya senam
23,5%, lari dan renang masing-masing
8,8%, bersepeda 5,9% dan badminton
2,9%.
Riwayat Penyakit Pernafasan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada
responden yang pernah ataupun masih
menderita penyakit pernafasan yaitu
sebanyak 23,5 %. Dari 23,5% yang
pernah atau masih menderita penyakit
pernafasan, yang paling banyak diderita
responden adalah influenza sebanyak
14,7%, sisanya 5,8% batuk dan 2,9%
menderita asma.
Kapasitas Vital Paru
Dari hasil pemeriksaan kapasitas vital
paru diketahui sebesar 38,2% responden
dalam keadaan normal, tetapi sisanya
dalam keadaan severe restrictive, moderate restictive dan mild restrictive.
Paparan Rokok di Ruangan
Dari hasil penelitian didapatkan, sebagian
besar responden sebesar 64,7%
menyatakan tidak ada yang merokok di
dalam ruangan
Partikulat PM2,5
Dari hasil penelitian diketahui sebanyak
32,4% responden berada pada ruangan
dengan kadar PM2,5 memenuhi baku mutu
dan sebesar 67,6% responden berada
pada ruangan dengan kadar PM2,5 tidak
memenuhi baku mutu.
Perbedaan Kapasitas Vital Paru
berdasarkan Konsentrasi Partikulat PM2,5
Berdasarkan hasil dari uji normalitas
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test
menyatakan nilai p 0,032 maka data tersebut
diatas tidak normal, selanjutnya dilakukan uji
beda nonparametrik menggunakan Uji Mann-
136
Whitney. Dari hasil analisis bivariat
menggunakan Uji Mann Whitney diperoleh
nilai p = 0,938 (nilai p>0,05) sehingga Ho
diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada
beda kapasitas vital paru yang signifikan
antara karyawan yang berada pada ruangan
dengan konsentrasi PM2,5 yang memenuhi
dan tidak memenuhi baku mutu.
PEMBAHASAN
Gambaran Deskriptif Paparan Partikulat
PM2,5 di Ruangan
Ruang kerja Universitas Dian Nuswantoro
yang di teliti adalah Fakultas Ilmu Komputer,
Fakultas Teknik, Fakultas Kesehatan dan
TVKU dengan kondisi semua ruangan
menggunakan pendingin udara. Dalam
penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kadar
partikulat PM 2,5 secara langsung tetapi
menggunakan data sekunder yaitu penelitian
Air Quality Monitoring (AQM) tahun 2011.
PM2,5 adalah partikel debu yang memiliki
ukuran diameter 2,5 mikrometer atau kurang.
Ukurannya yang sangat kecil sehingga tidak
bisa terlihat kasat mata membuat partikel ini
mudah menyusup ke dalam saluran
pernafasan terkecil. Paparan dalam jangka
yang lama dapat meningkatkan pengendapan
pada saluran pernafasan daerah bronki dan
alveoli sehingga menurunkan pertukaran gas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 1077 tahun 2011 tentang nilai ambang
batas kualitas udara untuk PM2,5 sebesar 35
μg/m3.
Pada penelitian Air Quality Monitoring
(AQM) tahun 2011 terdapat 4 lokasi di
Universitas Dian Nuswantoro yang diukur
kadar PM2,5 yaitu di Fakultas Ilmu Komputer
sebesar 113,11 μg/m 3 , Fakultas Teknik
sebesar 23,23 μg/m3, Fakultas Kesehatan
sebesar 27,55 μg/m3 dan TVKU sebesar
51,42 μg/m 3 . Terdapat dua lokasi yang
melebihi kadar ambang batas PM2,5 yaitu di
Fakultas Ilmu Komputer dan TVKU,
sedangkan dua lokasi lainnya masih berada
Perbedaan Kapasitas Vital Paru ... - Rizkiawan Adi N, Eni M, Eko H
dibawah nilai ambang batas.
Debu di ruang kerja Fakultas Ilmu
Komputer berasal dari asap rokok karena di
ruang dosen FIK masih sering terlihat
beberapa orang merokok. Meskipun telah
disediakan smoking area tetapi masih ada
yang merokok sembunyi-sembunyi di area
ruang dosen Fakultas Ilmu Komputer.
Pengukuran Kapasitas Vital Paru
Kapasitas Vital Paru adalah jumlah udara
maksimum pada seseorang yang berpindah
pada satu tarikan nafas. Penilaiannya dengan
menyuruh probandus (karyawan) melakukan
inspirasi maksimum, kemudian menghembuskan sebanyak mungkin udara di dalam
parunya ke alat pengukur.
Fungsi paru yang utama adalah proses
respirasi yaitu pengambilan dari udara luar
masuk ke dalam saluran pernafasan dan
dilanjutkan ke dalam darah. Oksigen
digunakan untuk proses metabolisme dan
karbondioksida yang terbentuk pada proses
tersebut dikeluarkan dari dalam darah ke
udara luar. Proses ventilasi ada 3 tahap yaitu
ventilasi, difusi, dan perfusi.8
Dari hasil pengukuran kapasitas vital paru
ternyata sebagian besar responden (61,8%)
memiliki gangguan fungsi paru restriktif. Jika
terjadi gangguan pada rongga pleura bisa
menyebabkan gangguan pada sistem saraf
sehingga akan menekan pusat pernafasan
yang bisa menyebabkan penyakit pernafasan
seperti batuk, asma, influenza dan
peradangan saluran pernafasan.9
Kelainan ventilasi yang bisa terjadi adalah
restriktif dan obstruktif. Restriktif adalah
keterbatasan pengembangan paru yang
ditandai dengan berkurangnya volume paru,
hal ini dapat disebabkan karena gangguan
pengembangan paru dari berbagai kelainan
baik di dalam (intrapulmoner) gangguan
maupun diluar paru (ekstrapulmoner).
Gangguan didalam seperti gangguan pada
pleura dan rongga pleura dapat menghambat
perkembangan paru, oleh karena terjadinya
penekanan paru. Penekanan ini di timbulkan
oleh adanya timbunan udara, cairan, darah
atau nanah dalam rongga pleura. Gangguan
diluar seperti gangguan neurologis yaitu
gangguan pada sistem saraf misal pada
pemakaian obat narkotika, adanya trauma
kepala akan menekan pusat pernafas di otak,
sehingga proses pernafasan terganggu yang
mengakibatkan terganggunya transmisi saraf
ke otot pernafasan, yang akan menyebabkan
gangguan inspirasi dan ekspirasi.8
Sedangkan obtruktif adalah perlambatan
atau penyempitan atau gangguan kecepatan
aliran udara yang masuk atau keluar dari
dalam paru, hal ini dapat terjadi akibat kelainan
pada saluran nafas, seperti asma, bronkitis
kronis, sumbatan benda asing, tumor di
dalam saluran nafas, tetapi dapat juga terjadi
karena kelainan parenkim paru berupa
kurangnya elastisitas paru seperti pada
emfisema. Pada gangguan ventilasi baik
obstruction maupun restriction jumlah udara
yang masuk ke dalam paru akan berkurang
dari normal. Keadaan fungsi paru ini dinilai
atau diukur dengan pemeriksaan spirometri.8
Perbedaan Kapasitas Vital Paru
berdasarkan Partikulat PM2,5
Hasil analisis dengan Uji Mann Whitney
menunjukkan p value 0,938, artinya tidak ada
perbedaan kapasitas vital paru karyawan
Universitas Dian Nuswantoro pada ruangan
yang memenuhi dan tidak memenuhi baku
mutu PM2,5.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
Hartog dan kawan-kawan pada tahun 2009
di empat kota Eropa (Helsinki, Athena,
Amsterdam dan Birmingham) pada 135
pasien dengan asma atau penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) yang mencakup
studi lebih dari 1 tahun, menunjukkan tidak
ada asosiasi yang konsisten antara fungsi
paru-paru dengan rata-rata PM2,5 dan PM10
dalam pengukuran 24 jam di dalam maupun
137
JURNAL VISIKES - Vol. 12 / No. 2 / September 2013
diluar rumah.10 Hasil pengukuran Air Quality
Monitoring (AQM) tahun 2011 pada empat
lokasi pengamatan terbukti dua lokasi
penelitian masih dibawah nilai ambang batas
kualitas udara yaitu pada Fakultas Teknik dan
Fakultas Kesehatan masing-masing 23,23
μg/m3 dan 27,55 μg/m3 , sedangkan dua lokasi
lainnya melebihi ambang batas yaitu Fakultas
Ilmu Komputer dan TVKU dengan nilai
konsentrasi PM2,5 masing-masing 113,11 μg/
m3 dan 51,42 μg/m3.
Pada ruangan dengan konsentrasi PM2,5
melebihi standar diatas 35 μg/m3 seperti di
ruang dosen Fakultas Ilmu Komputer sebesar
113,11 μg/m3 didapatkan bahwa ruangan
tersebut sering dipakai untuk merokok oleh
beberapa orang, sehingga mungkin kadar
debu berasal dari asap orang yang merokok.
Dari hasil pengisian kuesioner didapatkan
dalam sekali waktu terdapat paling banyak 10
orang merokok secara bersamaan di ruangan
tersebut. Salah satu sumber dari PM 2,5
adalah dari hasil proses pembakaran.
Selain itu, dari hasil observasi ruangan
yang telah dilakukan didapatkan hasil di ruang
dosen Fasilkom banyak ditemukan debu yang
berasal dari tumpukan buku-buku di sudutsudut lemari dan meja. Meskipun di ruangan
ber-AC tetapi lalu lintas orang di ruangan yang
ramai, juga ikut menambah intensitas debu
di ruangan, karena kemungkinan orang yang
keluar masuk ruangan membawa partikel
debu dari luar. 5
Berdasarkan hasil penelitian, 100%
responden melakukan kegiatan olahraga rutin
setiap minggunya. Kebiasaan responden
olahraga dengan minimal 15 menit per
minggu ini sangat berpengaruh dalam
meningkatkan nilai kapasitas paru. Bila
seseorang melakukan olahraga yang teratur
sehingga menjadi terlatih maka akan terjadi
peningkatan efisiensi pernafasan baik
ventilasi, difusi maupun perfusi. Dengan
peningkatan efisiensi , maka akan terjadi
peningkatan kapasitas dan volume paru.9
138
Berdasarkan hasil pemeriksaan
kapasitas vital paru diperoleh hasil bahwa
kapasitas vital paru normal lebih banyak
ditemukan pada responden pada ruangan
dengan konsentrasi PM2,5 memenuhi baku
mutu daripada responden yang berada di
ruangan dengan konsentrasi PM 2,5 tidak
memenuhi baku mutu. Hal ini menunjukkan
kemungkinan paparan dari faktor lain yang
mempengaruhi hasil kapasitas vital paru
seperti terpapar asap kendaraan bermotor.
Kelemahan dalam penelitian ini, hasil
pengukuran konsentrasi PM2,5 yang dilakukan
AQM pada tahun 2011 kemungkinan
mempunyai perbedaan hasil jika dilakukan
pemeriksaan saat penelitian. Pada saat
responden mengisi kuesioner tentang
frekuensi orang yang merokok di ruangan
tidak dapat dipastikan jumlahnya karena tidak
ada observasi secara khusus sehingga
responden menyatakan keberadaan dan
jumlah yang merokok dan tidak merokok di
ruangan, dapat menyebabkan bias.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah
pada saat responden mengisi kuesioner
tentang frekuensi orang yang merokok di
ruangan. Pada saat peneliti melakukan
observasi, di ruangan Fasilkom terdapat
beberapa orang yang sedang merokok tetapi
responden menyatakan ada yang merokok
dan tidak merokok di ruangan, hal ini yang
menyebabkan bias pada hasil pengisian
kuesioner oleh responden.
Dari hasil pemeriksaan kapasitas vital
paru ternyata sebagian besar responden
memiliki gangguan fungsi paru restriktif, yang
disebabkan karena kualitas udara di sekitar
kurang baik, seperti asap rokok dan debu
udara kotor di dalam ruangan. Jika terjadi
gangguan pada rongga pleura bisa menyebab
gangguan pada sistem saraf sehingga akan
menekan pusat pernafasan diotak yang bisa
menyebabkan penyakit pernafasan seperti
batuk, asma, influenza dan peradangan
saluran pernafasan.
Perbedaan Kapasitas Vital Paru ... - Rizkiawan Adi N, Eni M, Eko H
Fungsi paru yang utama adalah proses
respirasi yaitu pengambilan dari udara luar
masuk ke dalam saluran pernafasan dan
dilanjutkan ke dalam darah. Oksigen
digunakan untuk proses metabolisme dan
karbondioksida yang terbentuk pada proses
tersebut dikeluarkan dari dalam darah ke
udara luar. Proses ventilasi ada 3 tahap yaitu
ventilasi, difusi, dan perfusi.8
SIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian dari 34
responden untuk jenis kelamin laki-laki
sebesar 41,2% dan perempuan sebesar
58,8%.
2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
rata-rata umur responden antara 22 – 51
tahun dengan masa kerja 1 - 22 tahun.
3. Berdasarkan hasil penelitian semua
responden (100%) rutin melakukan
kegiatan olahraga minimal 30 menit setiap
minggunya.
4. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
sebanyak 23,5% responden sedang atau
pernah mengalami gangguan pernafasan,
sisanya 76,5% dalam kondisi sehat.
5. Dari hasil pemeriksaan didapatkan
responden dengan kapasitas vital paru
normal sebesar 38,2%, dan sisanya
sebesar 61,8 % memiliki kapasitas vital
paru restriktif.
6. Dari hasil pemeriksaan responden
dengan kapasitas vital paru tidak normal
didapatkan 11,8% severe restriktif, 35,3%
moderate restriktif dan 14,7% mild
restriktif.
7. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak
32,4% responden berada di ruangan
dengan konsentrasi PM 2,5 memenuhi
baku mutu, sedangkan sisanya sebanyak
67,6% responden berada pada ruangan
dengan konsentrasi PM2,5 tidak memenuhi
baku mutu.
8. Berdasarkan hasil uji beda Mann-Whitney
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
kapasitas vital paru karyawan antara
karyawan yang berada pada ruangan yang
memenuhi dan tidak memenuhi
konsentrasi PM2,5 dengan p value 0,938
SARAN
1. Bagi pihak kampus Universitas Dian
Nuswantoro Semarang sebaiknya
mengadakan pemeriksaan konsentrasi
PM2,5 pada ruangan yang beresiko tinggi
terhadap debu dan atau asap rokok.
2. Memberikan sanksi kepada orang yang
merokok di dalam ruangan kerja.
3. Bagi peneliti lain, yang tertarik melanjutkan
penelitian ini sebaiknya pemeriksaan
kesehatan karyawan dan pengukuran
konsentrasi PM2,5 di ruang kerja dilakukan
pada saat bersamaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Susanna, D. Kesehatan dan Lingkungan,
Penerbit Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Depok. 1998.
2. Yoga Chandra. Polusi Udara dan
Kesehatan. Arcan. Jakarta. 1992.
3. Environmental Protection Agency. Indoor
Air Facts No.4 (revised) Sick Building
Syndrome (SBS). Environmental Protection Agency, United States //www.epa.gov/
iaq/pubs/sbs.html diakses 20 April 2012
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1077/MENKES/PER/V/2011 tentang
Pedoman Penyehatan Udara Dalam
Ruang.
5. Aditama, Tjandra Y, Polusi Udara dan
Kesehatan, Arcan Jakarta. 2002.
6. Anwar Daud dan Blego Sedionoto.
Analisis Resiko Konsentrasi SO2 dan
PM 2,5 terhadap Penurunan Kapasitas
Fungsi Paru Penduduk di Sekitar
Kawasan Industri Makassar. 2010
139
JURNAL VISIKES - Vol. 12 / No. 2 / September 2013
7. Nurjanah. Pengaruh Kebiasaan Merokok
dan Olahraga terhadap Kapasitas Vital
Paru (studi pada karyawan Universitas
Dian Nuswantoro Semarang). 2010.
8. Arthur C.G, John E.H. Fisiologi
kedokteran. Terjemahan Irawati
Setiawan. EGC. Jakarta. 1997
140
9. Guyton A.E., John E. Hall. Fisiologi
Kedokteran. Terjemahan Irawati
Setiawan.EGC. Jakarta. 1997
10. Hartog,et al, Lung function and indicators
of exposure to indoor and outdoor particulate matter among asthma and COPD
patients, Utrecht University, the
Netherland. 2009