Agrointek Volume 17 No 3 September 2023: 529-536
Karakterisasi dan identifikasi bakteri asam laktat proteolitik asal ikan depik
(Rasbora tawarensis) fermentasi
Faidha Rahmi 1, Fita Ridhana1, Murna Muzaifa2*
1
2
Agroteknologi, Universitas Gajah Putih, Aceh Tengah, Indonesia
Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia
Article history
Diterima:
21 Juli 2022
Diperbaiki:
1 November 2022
Disetujui:
16 November 2022
Keyword
Belacan depik;
Enterococcus faecium;
Fermentation;
Lactic acid bacteria;
Rasbora tawarensis
ABSTRACT
Belacan depik is one of the fermented products made from depik fish
(Rasbora tawarensis). Fermented fish products often involve lactic acid
bacteria (LAB) in the production process, but scientific studies on
indigenous microorganisms, including LAB, have not been reported. This
study aims to characterize and identify LAB originating from depik belacan,
especially those with proteolytic activity. This research is exploratory
laboratory research, consisting of making depik belacan, isolation and
characterization of LAB, proteolytic LAB screening, and molecular
identification of LAB. Three pure isolates suspected of LAB were obtained
with different colonies, namely B1, B2, and B3. The three isolates had
varied morphological and biochemical characteristics. Only two isolates
were confirmed as LAB with positive and negative catalase and Gram test
results. Of the two LAB isolates, only isolate (B1) was able to break down
protein, so this isolate was a potential starter in the depik fish fermentation.
Isolate B1 was identified molecularly as Enterococcus faecium strain DT2 with a homology of 98.18% and Query Cover 100%. This isolate needs to
be further confirmed for its ability as a potential starter in improving the
quality of fermented depik fish.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
*
Penulis korespondensi
Email: murnamuzaifa@unsyiah.ac.id
DOI 10.21107/agrointek.v17i3.15691
Rahmi et al.
Agrointek 17 (3): 529-536
PENDAHULUAN
Ikan merupakan komoditas yang sangat
mudah rusak.
Beberapa jenis pengolahan
dilakukan untuk memperpanjang umur simpan
ikan, termasuk fermentasi. Fermentasi merupakan
salah satu metode pengawetan tradisional tertua di
dunia dan paling banyak digunakan sejak zaman
dulu. Ikan akan mengalami serangkaian
perubahan biokimia yang disebabkan oleh kerja
mikroorganisme atau enzim yang dihasilkannya
selama fermentasi (Ngasotter et al. 2020). Kerja
mikroorganisme dan enzim tersebut akan
memecah komponen organik yang menyebabkan
terjadinya modifikasi aroma, rasa, tekstur
sehingga dihasilkan produk dengan karakteristik
yang unik (Alexandraki et al. 2013).
Fermentasi ikan terutama dilakukan di
negara-negara Asia.
Fermentasi ini akan
meningkatkan masa simpan ikan yang mudah
rusak dengan adanya penambahan karbohidrat dan
garam, baik pada ikan tawar maupun ikan air laut.
Beras, tepung beras, millet, dan gula digunakan
sebagai sumber karbohidrat. Di negara Asia
tenggara, beras umumnya digunakan sebagai
sumber karbohidrat sedangkan millet digunakan
sebagai sumber karbohidrat utama di negaranegara Asia timur laut. Asam organik yang
dihasilkan dari penambahan karbohidrat dan
kombinasi dengan penambahan garam akan
mengontrol tingkat fermentasi dan menjaga
kualitas produk (Rhee et al. 2011).
Di Indonesia, produk fermentasi yang cukup
popular adalah terasi. Terasi dapat dibuat dari ikan
maupun udang. Proses yang terlibat merupakan
fermentasi spontan yang terjadi secara alami tanpa
adanya penambahan mikroorganisme dari luar
(tanpa starter). Adanya penambahan garam
menyebabkan fermentasi bisa terjadi dengan
menyeleksi mikroorganisme yang dapat tumbuh
yang dapat berperan dalam fermentasi terasi.
Menurut Setiawan et al. (2014), mikroorganisme
yang pernah diteliti dari terasi udang adalah
Bacillus,
Staphylococcus,
Pseudomonas,
Erishipelothrix,
Neisseria,
Listeria
dan
Corynebacterium. Produk sejenis terasi juga
ditemukan di daerah Indonesia namun
menggunakan bahan baku yang berbeda. Salah
satunya adalan belacan depik.
Belacan depik merupakan salah satu hasil
fermentasi berbahan baku ikan depik (Rasbora
tawarensis) khas masyarakat Gayo, salah satu
suku di Provinsi Aceh. Produk ini dibuat dengan
menggunakan ikan depik kering sebagai bahan
baku kemudian dicampur dengan garam dan
beberapa rempah (lengkuas, sereh, daun jeruk,
kunyit dan lain-lain) yang telah dihaluskan dan
difermentasi dalam wadah tertutup selama 7 hari.
Produk hasil fermentasi ikan depik ini berupa
pasta dengan penampakan mirip terasi namun
memiliki aroma yang lebih kompleks dan khas
karena adanya tambahan rempah dalam
pembuatannya (Muzaifa 2015; Rahmi et al. 2021).
Kajian ilmiah mengenai belacan depik masih
sangat terbatas. Muzaifa (2015) dan Rahmi (2021)
telah mengkarakterisasi sifat fisikokimia dan
mikrobiologis belacan depik. Namun kajian
mikrobiologis yang dilakukan terbatas hanya
sampai perhitungan populasi mikroorganisme dan
diketahui bahwa populasi bakteri asam laktat
(BAL) cukup tinggi. Namun demikian hingga saat
ini belum dilakukan identifikasi terhadap
mikroorgansime tersebut.
Produk ikan fermentasi dilaporkan oleh
banyak peneliti didominasi oleh sebagian besar
BAL. BAL merupakan mikroorganisme yang
paling umum digunakan dalam teknik fermentasi.
Sebagian besar fermentasi produk tradisional
dilakukan dengan menggunakan fermentasi
spontan pada kondisi anaerob dimana
mikroorganisme sudah ada dalam bahan baku
menjadi flora normal pada saat fermentasi. BAL
adalah bagian dari usus normal mikrobiota pada
ikan. Kehadiran BAL dalam bahan baku yang
digunakan untuk fermentasi seperti beras, bawang
putih, daun pisang dan ikan juga telah dilaporkan
(Ngasotter et al. 2020).
BAL adalah sekelompok bakteri Gram
positif yang tidak memiliki sitokrom, menyukai
kondisi anaerobik, non-motil, nonsporulating,
katalase-negatif, oksidase-negatif, tahan asam dan
bakteri fermentasi yang menghasilkan asam laktat
sebagai produk utama atau satu-satunya
fermentasi metabolisme. BAL dapat berbentuk
batang (basil) atau berbentuk bulat (kokus), dalam
pertumbuhannya memerlukan nutrisi kompleks
seperti karbohidrat, asam amino, peptida, turunan
asam nukleat, dan vitamin. Berdasarkan
metabolisme fermentatifnya, BAL dibagi menjadi
dua
kelompok
yang
berbeda
yaitu
homofermentatif yang memanfaatkan jalur
Embden-Meyerhof-Parnas (glikolisis) untuk
mengubah sumber karbon terutama menjadi asam
laktat dan hetero-fermentatif melalui jalur
fosfoketolase menghasilkan jumlah yang sama
530
Rahmi et al.
Agrointek 17 (3): 529-536
dari asam laktat, CO2, etanol atau asam asetat.
Kelompok
homo-fermentatif
terdiri
dari
Lactococcus,
Pediococcus,
Enterococcus,
Streptococcus dan kelompok heterofermentatif
termasuk Leuconostoc, Weissella dan lain-lain
(Vasiljevic dan Shah 2008).
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengkarakterisasi dan mengidentifikasi BAL asal
belacan depik khususnya yang mempunyai
aktivitas
proteolitik.
Kemampuan
mikroorganisme memecah protein penting untuk
diketahui karena aktivitas tersebut menghidrolisis
protein menjadi peptida dan asam amino yang
berperan dalam pembentukan aroma dan citarasa
produk ikan fermentasi.
METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk pembuatan
belacan dalam penelitian ini adalah ikan depik
kering yang diperoleh dari pedagang di Pasar
Inpres Kabupaten Aceh Tengah, garam, lengkuas,
kunyit, dan sereh. Bahan yang digunakan untuk
keperluan analisis terdiri atas keperluan analisis
antara lain media Man Ragosa Sharpe Agar
(MRSA), dan akuades. Peralatan yang digunakan
adalah baskom, timbangan analitik, cawan petri,
cawan porselen, gelas ukur, pipet tetes,
erlenmeyer, autoklaf, inkubator, oven, desikator,
laminar air flow, colony counter.
Prosedur Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian
laboratorium eksploratif, terdiri atas pembuatan
belacan depik, isolasi dan karakterisasi BAL,
skrining BAL proteolitik dan identifikasi BAL
secara molekuler. Tahapan ini dapat dilihat pada
Gambar 1.
Pembuatan Belacan Depik
Proses pembuatan belacan depik merujuk
pada prosedur Rahmi et al. (2021). Ikan depik
kering ditimbang sebanyak 1 kg, ditambahkan
garam dan rempah yang terdiri dari lengkuas, daun
mint lokal (Mentha piperita) dan bunga
kecombrang (Etlingera elatior). Semua bahan
dihancurkan dengan ditumbuk secara manual,
diaduk rata, dimasukkan kedalam wadah stoples
dan ditutup rapat kemudian difermentasi selama 7
hari.
Isolasi dan karakterisasi BAL
Belacan depik sebanyak 2g disuspensikan
kedalam larutan pepton dan divortek. Selanjutnya
1ml suspensi dikultivasi dalam media MRSA
dengan metode pour plate dan diinkubasi pada
suhu 37oC selama 48 jam. Setelah 48 jam diamati
karakteristik koloni yang tumbuh. Koloni tunggal
yang mempunyai karakteristik berbeda (bentuk,
warna, ukuran, elevasi dan margin) diisolasi lanjut
dengan metode streaking (streaking dilakukan dua
kali untuk isolat yang belum murni). Isolat murni
selanjutnya diamati secara makroskopis meliputi
morfologi koloni (bentuk, warna, elevasi, margin,
dan ukuran) dan secara mikroskopis terhadap
bentuk selnya. Isolat dikarakterisasi lanjut secara
biokimia meliputi uji Gram, katalase dan
pertumbuhan pada sumber karbon (karbohidrat)
berbeda (Bell et al. 2005).
Skrining BAL Proteolitik
Uji kemampuan BAL mendegradasi protein
dilakukan dengan menginokulasikan biakan
bakteri pada media agar 2% w/v yang telah
disuplementasi dengan susu skim 1%. Selanjutnya
dilakukan inkubasi selama 24-48 jam diamati dan
diukur zona jernih yang terbentuk (Nespolo dan
Brandelli 2010).
Prosedur kerja dari setiap tahapan tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1
Pembuatan
Belacan Depik
2
Isolasi dan
Karakterisasi
BAL
3
4
Skrining BAL
Proteolitik
Identifikasi
Molekuler
Gambar 1 Tahapan Penelitian
531
Rahmi et al.
Agrointek 17 (3): 529-536
Identifikasi BAL secara molekuler
Identifikasi
BAL
dilakukan dengan
identifikasi gen 16S rRNA meliputi tahapan
sebagai berikut: isolasi DNA isolat murni BAL,
amplifikasi DNA dengan Polymerase Chain
Reaction (PCR), elektroforesis gel agarosa hasil
PCR, sekuensing gen 16S rRNA dan konstruksi
pohon filogenetik. Pada penelitian ini untuk
isolasi dan amplifikasi DNA dilakukan secara
bersamaan menggunakan kit direct PCR (KOD
FX Neo, Toyobo) mengikuti protokol perusahaan
tersebut. Adapun primer yang digunakan adalah
primer universal. Primer F:16F27 (AGA GTT
TGA TCM TGC CTC AG) dan primer
R:16R1492 (TAC GGY TAC CTT GTT ACG
ACT T). Selanjutnya proses sekuensing dikirim ke
PT Genetika Science. Data hasil sekuensing diBLAST dengan data genom yang terdaftar di
National center for Biotechnology Information
(NCBI) untuk menentukan takson atau spesies
yang memiliki homologi dan similaritas tertinggi
dan terdekat secara molekuler. Konstruksi
filogenetik dilakukan dengan Program Mega 6
metode metode neighbor-joining.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Morfologis dan Biokimia
Perhitungan total BAL yang tumbuh pada
media MRS agar mencapai 2,7x103 (data tidak
ditampilkan). Namun secara keseluruhan terlihat
hanya ada 3 jenis koloni yang sangat berbeda
sehingga ketiga jenis koloni inilah yang
selanjutnya dimurnikan yaitu isolat B1, B2 dan B3
(Tabel 1).
Seluruh koloni memiliki bentuk bulat,
margin entire dan elevasi raised. Warna dan
ukuran ketiga koloni bervariasi dari putih hingga
krim serta berukuran kecil hingga sedang.
Perbedaan ini dapat dijadikan sebagai dugaan
awal bahwa ketiga isolat merupakan jenis bakteri
yang berbeda. Adanya perbedaan atau variasi
morfologi antar strain bakteri dapat terjadi karena
ekspresi gen diferensial (ATCC 2015).
Christopher dan Bruno (2003) menyebutkan
bahwa koloni bakteri berasal dari sel tunggal yang
berkembang dan berkembang biak dalam jumlah
hingga jutaan sel. Setiap koloni memiliki
penampilan yang dapat berbeda dalam ukuran,
bentuk, margin, opasitas, warna, dan tekstur. Oleh
karena itu jika koloni yang ditumbuhkan pada
media
sejenis
menunjukkan
perbedaan
penampakan atau tampilan, dapat diduga bahwa
bakteri tersebut adalah spesies yang berbeda.
Namun karena dilaporkan banyak jenis spesies
memiliki morfologi koloni yang mirip, maka
dugaan ini harus dikonfirmasi lanjut.
Ketiga isolat tersebut selanjutnya diuji
pewarnaan
Gram
dan
katalase
untuk
mengkonfirmasi sebagai kelompok BAL
sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Bakteri Gram
positif diketahui memiliki komponen dinding sel
yang berbeda dengan Gram negatif dalam hal
lapisan peptidoglikan yang lebih tebal dan juga
adanya lapisan lipoteikoat (Chapot-Chartier dan
Kulakauskas 2014; Thairu et al., 2014). Katalase
adalah
enzim
yang
dihasilkan
oleh
mikroorganisme yang hidup dalam lingkungan
beroksigen,
enzim
tersebut
berfungsi
mendegradasi hidrogen peroksida sebagai hasil
metabolisme oksigen (Kataria et al. 2016). BAL
diketahui sebagai bakteri anaerob tetapi dapat juga
tumbuh baik dalam keadaan aerob. Namun
demikian,
BAL dalam
semua
kondisi
menggunakan
enzim
peroksidase
untuk
menguraikan atau mendegradasi hidrogen
peroksida sehingga diketahui tidak memiliki
aktivitas katalase (Maresca et al. 2018).
Berdasarkan Tabel 2, hanya isolat B1 dan B2 yang
terkonfirmasi sebagai BAL yang ditandai dengan
hasil Gram positif dan katalase negatif.
Tabel 1 Karakteristik morfologi koloni isolat BAL
Karakteristik
Morfologi
Bentuk:
- Koloni
- Sel
Warna
Ukuran
Margin
Elevasi
Isolat
B2
B1
bulat
kokus
krim
kecil
entire
raised
bulat
batang
krim
sedang
entire
raised
532
B3
bulat
kokus
putih
kecil
entire
raised
Rahmi et al.
Agrointek 17 (3): 529-536
Tabel 2 Karakteristik biokimia isolat BAL dan skrining proteolitik (susu skim)
Karakteristik
Biokimia
Gram
Katalase
Pertumbuhan pada sumber
karbon:
- glukosa
- laktosa
Isolat
B2
B1
B3
positif
negatif
positif
negatif
negatif
positif
tumbuh
tumbuh
tumbuh
tumbuh
tumbuh
tumbuh
tumbuh
tidak tumbuh
tidak
tumbuh
- sukrosa
Tabel 3 Skrining BAL Proteolitik
Isolat bakteri
Aktivitas Enzim Proteolitik
B1
+
B2
Ket: + : mempunyai aktivitas proteolitik
- : tidak mempunyai aktivitas proteolitik
Ukuran zona bening
2 mm
-
Tabel 2 juga memperlihatkan profil
pertumbuhan masing-masing isolat pada sumber
karbon yang berbeda. Kemampuan isolat dalam
memfermentasi sumber karbon (karbohidrat)
bervariasi. Seluruh isolat mampu memecah
glukosa, namun isolat B3 tidak mampu
memfermentasi laktosa dan sukrosa. Karbohidrat
merupakan sumber energi utama dalam
pertumbuhan mikroorganisme. Namun setiap
spesies
mikroorganisme
dapat
berbeda
kemampuannya
dalam
memfermentasi
karbohidrat jenis tertentu, ada yang dapat
difermentasi dan ada juga tidak. Oleh karena itu
perbedaan kemampuan bakteri memfermentasi
karbohidrat tertentu dapat digunakan untuk
menentukan jenis bakteri tertentu (Ceapa et al.
2015).
Skrining dan Identifikasi BAL Proteolitik
Dari 3 isolat bakteri sebelumnya, hanya
isolat B1 dan B2 yang terkonfirmasi sebagai BAL
sehingga hanya kedua isolat tersebut yang
diskrining kemampuannya dalam memecah
protein. Hasil skrining enzim proteolitik isolat
BAL dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 hanya isolat BAL 1
yang mempunyai kemampuan memecah protein
yang ditunjukkan dengan adanya zona bening
berukuran 2 mm. Dengan demikian isolat ini
merupakan isolat potensial untuk dijadikan starter
dalam pengembangan kualitas produk belacan
depik dan diidentifikasi lanjut secara molekuler.
Hasil penelitian Rahmi et al. (2021) menyebutkan
bahwa terjadi penurunan protein ikan depik
setelah diolah menjadi belacan. Hal ini
mengindikasikan
adanya
aktivitas
mikroorganisme salah satunya adalah BAL yang
mampu menguraikan protein. BAL merupakan
mikroorganisme yang paling umum digunakan
sebagai starter dalam fermentasi pangan dan
diakui aman oleh WHO (Vidhyasagar et al. 2013).
BAL
terlibat
dalam
pembuatan
dan
pengembangan citarasa makanan melalui proses
penguraian gula (glikolisis), penguraian lemak
(lipolisis) dan penguraian protein (proteolisis)
(Bintsis 2018; Khalid 2011). Hasil sekuensing dan
identifikasi secara molekuler isolat B1 dapat pada
Tabel 4.
Setelah dilakukan BLAST dengan data
genom yang terdaftar di National center for
Biotechnology Information (NCBI), isolat B1
teridentifikasi
secara
molekuler
sebagai
Enterococcus faecium strain DT-2 dengan
homologi 98,18% dan query cover 100%.
Enterococcus adalah mikroorganisme ubiquitous,
tersebar luas di berbagai lingkungan termasuk
pada produk fermentasi. Enterococcus banyak
ditemukan dalam makanan fermentasi tradisional
karena kemampuannya yang luar biasa mampu
bertahan pada suhu ekstrem, salinitas tinggi, dan
tingkat pH berbeda. Disamping itu, Enterococcus
juga dapat berperan sebagai bakteri probiotik
(Fisher dan Phillips 2009; Franz et al., 2011;
Giraffa, 2003). Karparvar et al. (2019) juga
melaporkan bahwa salah satu BAL yang
533
Rahmi et al.
Agrointek 17 (3): 529-536
teridentifikasi pada produk ikan fermentasi adalah
Enterococcus faecium.
Keberadaan bakteri
tersebut pada belacan depik diduga dapat berasal
dari bahan baku termasuk ikan depik itu sendiri.
Enterococcus adalah bakteri indigenus yang
umum ditemukan pada saluran cerna ikan
(Gatesoupe 2007; Merrifield et al. 2014). Genus
Enterococcus terdiri lebih dari 50 spesies saat ini,
dengan Enterococcus faecalis dominan di saluran
pencernaan manusia dan mamalia lainnya, diikuti
oleh Enterococcus. faecium, Enterococcus hirae,
Enterococcus durans, Enterococcus casseliflavus,
Enterococcus gallinarum dan Enterococcus
mundtii (Cassenego et al. 2011; Novais et al.
2018). Selanjutnya dilakukan konstruksi pohon
filogenetik terhadap Enterococcus faecium DT-2
sebagaimana terlihat pada Gambar 2.
Berdasarkan Gambar 2 diatas, terlihat bahwa
isolat B1 dengan nilai boostrap 100% berada pada
cabang yang sama dan memiliki kekerabatan
terdekat dengan strain Enterococcus faecium
3402. Hal ini menunjukkan bahwa kedua isolat
adalah spesies yang sama. Ludwig dan Klenk
(2001) menyebutkan bahwa dua isolat yang
berada pada cabang yang sama menunjukkan atau
menandakan kesamaan spesies. Dengan demikian
benar isolat yang diperoleh ini berkerabat dengan
kelompok Enterococcus lainnya. Selanjutnya
isolat yang diperoleh pada penelitian ini perlu
dikonfirmasi lebih lanjut kemampuannya sebagai
starter potensial dalam meningkatkan mutu ikan
depik fermentasi.
Tabel 4 Hasil Sekuensing dan identifikasi
Forward
Reverse
Consensus
Hasil Identifikasi
Enterococcus faecium strain DT-2 16S ribosomal RNA gene,
partial sequence. Homology 98,18%, Query Cover 100%
534
Rahmi et al.
Agrointek 17 (3): 529-536
Gambar 2 Konstruksi pohon filogenetik
KESIMPULAN
Diperoleh satu isolat murni BAL asal belacan
depik yang memiliki aktivitas proteolitik.
Karakteristik biokimia lainnya dimiliki oleh isolat
tersebut adalah memiliki sifat Gram positif,
katalase negatif, mampu memfermentasi glukosa,
laktosa dan sukrosa. Hasil analisis molekuler
menunjukkan isolat BAL proteolitik ini
terindentifikasi sebgai Enterococcus faecium
strain DT-2 dengan homologi sebesar 98,18% dan
query cover 100%. BAL ini dapat diuji lanjut
kemampuannya sebagai starter potensial dalam
meningkatkan mutu ikan depik fermentasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada DRPM Kementerian
Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi
Nasional yang telah mendanai penelitian ini
melalui hibah dosen pemula Tahun Anggaran
2022.
DAFTAR PUSTAKA
Alexandraki,
V.E.,
Tsakalidou,
K.,
Papadimitrioui, W., Holzapfel, 2013. Status
and Trends of The Conservation and
Sustainable Use of Microorganisms in Food
Processing. URL www.fao.org (accessed
4.27.20).
Bell, C., Neaves, P., Williams, A.., 2005. Food
Microbiology:
Laboaratory
Practice.
Blackwell Publishing, USA.
Bintsis, T., 2018. Lactic acid bacteria as starter
cultures: An update in their metabolism and
genetics. AIMS Microbiol. 4, 665–684.
https://doi.org/10.3934/microbiol.2018.4.6
65
Cassenego, A.P.V., D’Azevedo, P.A., Ribeiro,
A.M.L., Frazzon, J., van der Sand, S.T.,
Frazzon, A.P.G., 2011. Species distribution
and antimicrobial susceptibility of
enterococci isolated from broilers infected
experimentally with eimeria spp and fed
with diets containing different supplements.
Brazilian J. Microbiol. 42, 480–488.
https://doi.org/10.1590/S151783822011000200012
Ceapa, C., Lambert, J., van Limpt, K., Wels, M.,
Smokvina, T., Knol, J., Kleerebezem, M.,
2015. Correlation of Lactobacillus
rhamnosus genotypes and carbohydrate
utilization signatures determined by
phenotype profiling. Appl. Environ.
Microbiol.
81,
5458–5470.
https://doi.org/10.1128/AEM.00851-15
Chapot-Chartier, M.P., Kulakauskas, S., 2014.
Cell wall structure and function in lactic
acid bacteria. Microb. Cell Fact. 13, 1–23.
https://doi.org/10.1186/1475-2859-13-S1S9
Christopher, K., Bruno, E., 2003. Identification of
Bacterial Species, in: Tested Studies for
Laboratory Teaching. pp. 103–130.
Collection, A.T.C., 2015. Introduction to
Microbiology. URL www.atc.org (accessed
2.24.18).
Fisher, K., Phillips, C., 2009. The ecology,
epidemiology
and
virulence
of
Enterococcus. Microbiology 155, 1749–
1757.
https://doi.org/10.1099/mic.0.026385-0
Franz, C.M.A.P., Huch, M., Abriouel, H.,
Holzapfel, W., Gálvez, A., 2011.
Enterococci as probiotics and their
implications in food safety. Int. J. Food
Microbiol.
151,
125–140.
https://doi.org/10.1016/j.ijfoodmicro.2011.
08.014
Gatesoupe, F.J., 2007. Updating the importance of
lactic acid bacteria in fish farming: Natural
535
Rahmi et al.
Agrointek 17 (3): 529-536
occurrence and probiotic treatments. J. Mol.
Microbiol. Biotechnol. 14, 107–114.
https://doi.org/10.1159/000106089
Giraffa, G., 2003. Functionality of enterococci in
dairy products. Int. J. Food Microbiol. 88,
215–222. https://doi.org/10.1016/S01681605(03)00183-1
Karparvar, N., Safaei, Hajieh Ghasemian,
Abdollah
Derakhshandeh,
Fatemeh
Hemmati, S.M.M., 2019. Isolation and
Identification of Lactic Acid Bacteria from
a Traditional Fermented Fish Sauce
(Mahyaveh) in Fars Province, Iran Narjes.
Int.
J.
Nutr.
Sci.
4,
49–53.
https://doi.org/10.30476/IJNS.2019.81437.
1005.Introduction
Kataria, M., Saini, J., Singh, M., Kumar, K., 2016.
Isolation of Catalase Producing Bacteria,
Production of Catalase and its Application
to Degrade Hydrogen Peroxide from
Effuelent. Eur. J. Biotechnol. Biosci. 4, 34–
37.
Khalisanni Khalid, 2011. An overview of lactic
acid bacteria. Int. J. Biosci. 1, 103–130.
Ludwig, W., Klenk, H.P., 2001. Overview: A
Phylogenetic Backbone and Taxonomic
Framework for Procaryotic Systematics, in:
Bergey’s
Manual
of
Systematic
Bacteriology: The Archeae and the Deeply
Branching an Phototrophic Bacteria.
Springer, Berlin, pp. 49–65.
Maresca, D., Zotta, T., Mauriello, G., 2018.
Adaptation to aerobic environment of
Lactobacillus johnsonii/gasseri strains.
Front.
Microbiol.
9,
1–11.
https://doi.org/10.3389/fmicb.2018.00157
Merrifield, D.L., Balcázar, J.L., Daniels, C., Zhou,
Z., Carnevali, O., Sun, Y.Z., Hoseinifar,
S.H., Ringø, E., 2014. Indigenous lactic
acid bacteria in fish and crustaceans.
Aquac. Nutr. Gut Heal. Probiotics
Prebiotics
128–168.
https://doi.org/10.1002/9781118897263.ch
6
Muzaifa, M., 2015. Analisis Kimia dan
Mikrobiologis Belacan Depik (Rasbora
tawarensis), Pasta Ikan Fermentasi
Tradisional Gayo. SAGU 14, 19–22.
Nespolo, C.R., Brandelli, A., 2010. Production of
bacteriocin-like substances by lactic acid
bacteria isolated from regional ovine
cheese. Brazilian J. Microbiol. 41, 1009–
1018.
https://doi.org/10.1590/S151783822010000400020
Ngasotter, S., Waikhom, D., Mukherjee, S., Devi,
M.S., Singh, A.S., 2020. Diversity of Lactic
Acid Bacteria (LAB) in Fermented Fish
Products: A Review. Int. J. Curr. Microbiol.
Appl.
Sci.
9,
2238–2249.
https://doi.org/10.20546/ijcmas.2020.905.2
55
Novais, C., Campos, J., Freitas, A.R., Barros, M.,
Silveira, E., Coque, T.M., Antunes, P.,
Peixe, L., 2018. Water supply and feed as
sources
of
antimicrobial-resistant
Enterococcus spp. in aquacultures of
rainbow trout (Oncorhyncus mykiss),
Portugal. Sci. Total Environ. 625, 1102–
1112.
https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2017.12.
265
Rahmi, F., Susanti, Z., Nilda, C., Muzaifa, M.,
2021. AGROINTEK : Jurnal Teknologi
Industri Pertanian. AGROINTEK 15, 617–
623.
https://doi.org/10.21107/agrointek.v15i2.8
674
Rhee, S.J., Lee, J.E., Lee, C.H., 2011. Importance
of lactic acid bacteria in Asian fermented
foods. Microb. Cell Fact. 10, 1–13.
https://doi.org/10.1186/1475-2859-10-S1S5
Setiawan, A.T.A., Andi N.A., Rafitah H. 2014.
Isolasi dan Karakterisasi Terasi Bakteri
Pada Terasi Udang Rebon (Mysis relicta)
dari Bontang Kuala, Bontang. Jurnal Ilmu
Perikanan Tropis, 2023-28.http//doi.org/
Thairu, Y., Usman, Y., Nasir, I., 2014. Laboratory
perspective of gram staining and its
significance in investigations of infectious
diseases. Sub-Saharan African J. Med. 1,
168.
https://doi.org/10.4103/23845147.144725
Vasiljevic, T., Shah, N.P., 2008. Probiotics-From
Metchnikoff to bioactives. Int. Dairy J. 18,
714–728.
https://doi.org/10.1016/j.idairyj.2008.03.00
4
Vidhyasagar, V., Saraniya, a, Jeevaratnam, K.,
2013. Identification of pectin degrading
lactic acid bacteria from fermented food
sources International Journal of Advanced
Life Sciences ( IJALS ). Int. J. Adv. Life
Sci. 6, 8–12.
536