PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON
Volume 1, Nomor 4, Juli 2015
Halaman: 792-795
ISSN: 2407-8050
DOI: 10.13057/psnmbi/m010420
Pengaruh perbedaan suhu ekstraksi terhadap karakteristik gelatin kulit
kaki ayam
Effect of extraction temperature difference on characteristics of chicken leg skin gelatin
MEITY SOMPIE♥, ARIE D. MIRAH, LINDA CH. M. KARISOH
Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Kleak-Bahu Unsrat, Manado 95115, Sulawesi Utara. Tel. +62-431-863886, 863786, Fax.
+62-431-822568, ♥email: meitysompie@yahoo.com
Manuskrip diterima: 20 Februari 2015. Revisi disetujui: 30 April 2015.
Abstrak. Sompie M, Mirah AD, Karisoh LChM. 2015. Pengaruh perbedaan suhu ekstraksi terhadap karakteristik gelatin kulit kaki
ayam. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 792-795. Kaki ayam merupakan hasil ikutan pemotongan ayam yang pemanfaatannya
terbatas karena kandungan kulit dan tulangnya tinggi. Kulit dan tulang tersusun dari jaringan ikat padat yang kaya akan kolagen.
Hidrolisis partikel kolagen akan menghasilkan gelatin yang banyak dimanfaatkan dalam industri pangan sebagai bahan penstabil,
pembentuk gel, pengikat, pengental, pengemulsi, perekat, dan pembungkus makanan yang dapat dimakan (edible film), sedangkan pada
produk non-pangan, gelatin sering digunakan dalam industri farmasi dan kedokteran, industri teknik, industri kosmetik, dan industri
fotografi. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh perbedaan suhu ekstraksi terhadap karakteristik gelatin kulit kaki ayam.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan suhu ekstraksi yaitu P1 (50oC), P2 (55oC), P3
(60oC), masing-masing dengan 5 ulangan. Variabel penelitian adalah rendemen, kekuatan gel, viskositas, kadar protein, dan kadar air
gelatin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan suhu ekstraksi memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05)
terhadap rendemen, kekuatan gel, dan viskositas gelatin kulit kaki ayam, sedangkan terhadap kadar protein dan kadar air memberikan
pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah gelatin kulit kaki ayam yang diproduksi
menggunakan suhu ekstraksi 50oC, 55oC, dan 60oC menghasilkan karakteristik gelatin dengan kualitas baik karena masih memenuhi
standar yang ditetapkan SNI.
Kata kunci: Gelatin, kolagen, kulit kaki ayam, suhu ekstraksi
Abstract. Sompie M, Mirah AD, Karisoh LChM. 2015. Effect of extraction temperature difference on characteristics of chicken leg skin
gelatin. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 792-795. The chicken leg is a product of cutting chickens limited use due to the high
content of skin and bones. Skin and bones are composed of dense connective tissue that rich in collagen. Hydrolysis of collagen particles
will produce a gel that is widely used in food industry as a stabilizer, gelling agent, binder, thickener, emulsifier, adhesives, and
packaging (edible coating), while the non-food products gelatin is often used in the pharmaceutical and medicine, engineering, cosmetic
and photographic industries. This research was conducted to determine the effect of extraction temperature on characteristics of chicken
legs skin gelatin. The experiment used Completely Randomized Design (CRD) with the extraction temperature treatment P1 (50°C), P2
(55°C), P3 (60°C), and five replicates of treatment. The research variables were yield, gel strength, viscosity, protein content and water
content of gelatin. The results showed that the difference in extraction temperature had no significant effect (P>0.05) to the yield, gel
strength, and viscosity skin gelatin chicken feet, while the protein content and water content gave a significantly different effect
(P<0.05) on the chicken leg skin gelatin. The conclusion of this research was a chicken leg skin gelatin produced using the extraction
temperature 50°C, 55°C, and 60°C had the best characteristics and included in the range of Indonesian National Standard.
Keywords: Chicken legs skin, collagen, gelatin, temperature extraction
PENDAHULUAN
Kebutuhan gelatin di Indonesia semakin meningkat
dengan pesat, namun industri yang secara khusus
memproduksi gelatin belum tersedia, sehingga kondisi ini
memaksa pemerintah untuk terus mengimpor gelatin.
Impor gelatin semakin meningkat dari tahun ke tahun (Said
2011). Sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan
akan produk impor tersebut, diperlukan pengembangan
industri untuk memproduksi gelatin secara komersial.
Gelatin sangat penting dalam diversifikasi bahan makanan
karena nilai gizinya yang tinggi, terutama kadar protein
yaitu asam amino dan rendahnya kadar lemak (Wulandari
2006). Penggunaan gelatin sangat luas antara lain dapat
digunakan sebagai bahan makanan, yaitu sebagai agen
pembentuk gel, pengental, pengemulsi, pembentuk busa,
dan edible film. Di bidang farmasi, gelatin banyak
digunakan dalam industri kapsul antara lain dapat dibuat
kapsul lunak dan keras (Imeson 1992; Antoniewski 2007;
Karim dan Bhat 2008; Park et al. 2008). Pada prinsipnya,
gelatin dapat dibuat dari bahan yang kaya akan kolagen
seperti kulit sapi, kambing, babi, ayam, dan itik (Anersen
SOMPIE et al. – Karakteristik gelatin kulit kaki ayam
dan Gildberg 2002). Akan tetapi, apabila dibuat dari kulit
sapi atau hewan besar lainnya, proses produksi lebih lama
dan membutuhkan air pencuci dan bahan penetral yang
lebih banyak. Kondisi ini menyebabkan dibutuhkannya
investasi besar sehingga dengan sendirinya harga gelatin
relatif mahal.
Potensi kaki ayam sebagai sumber gelatin dapat dilihat
dengan semakin meningkatnya jumlah populasi ternak
unggas di Indonesia. Populasi dan pemotongan ternak
ayam di Sulawesi Utara, khususnya di Kabupaten
Minahasa, cukup menjanjikan karena menurut data dari
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Peternakan
dan Kesehatan tahun 2012 menyatakan jumlah populasi
dan pemotongan ternak ayam cenderung mengalami
peningkatan setiap tahun. jumlah populasi ayam ras
pedaging di Indonesia pada tahun 2012 yaitu 1.343.275
ekor. Di Indonesia, pemanfaatan kaki ayam pada umumnya
hanya digoreng, dimasak untuk campuran sup, campuran
sayur, bubur, dibuat krecek rambak, direbus untuk diambil
kaldunya, atau digunakan sebagai campuran makanan
hewan. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya informasi
dan ketersediaan teknologi pengelolaan yang tepat serta
manfaat produk kaki ayam yang dihasilkan (Hasdar 2012).
Kaki ayam (tarso metatarsus) merupakan salah satu
sisa hasil pemotongan ayam yang dapat dimanfaatkan dan
diproses menjadi produk-produk yang akan menghasilkan
nilai tambah. Ditinjau dari komposisi kimianya, kulit kaki
ayam mengandung sekitar 22% protein kasar, 5,50%
lemak, 3,5% abu, 64% air, dan 3% substansi lain (Taufik
2011). Gelatin merupakan produk hidrokoloid yang
diperoleh dengan menghidrolisis protein kolagen yang
terdapat pada kulit, tulang, dan jaringan pengikat
(Ockerman dan Hansen 2000).
Kualitas gelatin dipengaruhi oleh tahapan proses
pembuatan gelatin seperti swelling (pembengkakan),
ekstraksi, presipitasi (penyaringan hasil ekstraksi), dan
pengeringan. Swelling atau pembengkakan biasanya
menggunakan larutan asam, basa, atau asam dan basa. Jenis
dan konsentrasi larutan asam tersebut mempengaruhi sifat
gelatin yang dihasilkan. Kolodziejska et al. (2004)
menyatakan bahwa bahan kimia yang digunakan sebelum
perlakuan maupun dalam kondisi ekstraksi (suhu dan
waktu) dapat berpengaruh terhadap panjang rantai
polipeptida dan sifat fungsional gelatin. Lebih lanjut
dikatakan oleh Chamidah dan Elita (2002), ekstraksi
gelatin kulit ikan hiu menggunakan asam asetat 2,18% dan
lama perendaman 4 jam menghasilkan gelatin dengan
kekuatan gel tertinggi. Gelatin dapat diproduksi melalui
perendaman secara asam atau basa. Larutan asam asetat
dapat mengubah serat kolagen triple heliks menjadi rantai
tunggal (Ward dan Court 1977). Selain itu, keuntungan dari
proses asam antara lain persiapan bahan baku hanya
memerlukan waktu relatif singkat dan biaya lebih murah.
Konsentrasi larutan asam asetat juga berpengaruh terhadap
jumlah kolagen yang terlarut selama proses ekstraksi
berlangsung (Wang et al. 2008). Ulfah (2011) menyatakan
konsentrasi asam asetat 3,5% berpengaruh nyata terhadap
karakteristik fisik gelatin kulit kaki ayam. Menurut
Ockerman dan Hansen (2000), mutu gelatin yang tinggi
diperoleh dari suhu ekstraksi yang rendah, tetapi suhu
793
ekstraksi yang tinggi akan meningkatkan rendemen. Suhu
ekstraksi yang berbeda diharapkan akan menghasilkan
gelatin dengan karakteristik yang baik. Berdasarkan hal
tersebut di atas, telah dilakukan penelitian tentang
karakteristik gelatin kulit kaki ayam dengan tujuan untuk
mengkaji pengaruh perbedaan suhu ekstraksi.
BAHAN DAN METODE
Bahan utama penelitian menggunakan 3.000 gram kulit
kaki ayam pedaging yang diperoleh dari 15 kg kaki ayam.
Bahan kaki ayam tersebut diambil dari tempat pemotongan
ayam pedaging. Bahan-bahan pendukung yang dibutuhkan
antara lain: H2SO4, NaOH, CH3COOH, Ca(OH)2, akuades,
kain flanel, kertas saring, dan indikator PP. Peralatan utama
yang digunakan dalam proses produksi gelatin antara lain
waterbath, oven elektrik, timbangan analitik, gelas kimia,
corong gelas, gelas ukur, termometer, ember, dan pisau
untuk proses membuang bulu. Peralatan pendukung untuk
proses analisis antara lain: Texture Analyser model TAXT2
(Stable Microsystem, UK), Viscometer Brookfield RTV,
pH meter 2 elektrode (Consort P901, ECC), dan peralatan
untuk pengujian proksimat.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah yaitu
pembuatan gelatin kulit kaki ayam dengan menggunakan
perlakuan suhu ekstraksi P1 (50oC), P2 (55oC), dan P3
(60oC), ulangan sebanyak lima kali. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan ANOVA. Apabila terdapat
perbedaan nyata antarperlakuan, dilanjutkan dengan uji
beda nyata menurut Duncan’s Multiple Range Test (Steel
dan Torrie 1991). Peubah yang diteliti dalam penelitian ini
adalah rendemen, kekuatan gel, viskositas, kadar protein,
dan kadar air gelatin.
Preparasi kaki ayam
Kaki ayam pedaging dipisahkan dari badannya,
dibersihkan, dan dikuliti. Kaki ayam pedaging yang masih
ada sisiknya dicuci sampai bersih. Kuku-kuku jari
dipotong. Pada jari tengah, kulit bagian belakang diiris
dengan pisau mulai dari bonggol atas lurus sampai pangkal
jarinya yang paling panjang. Kulit bagian bonggol
dikelupas sampai ±2 cm ke bawah lalu dijepit dengan tang.
Bagian tulang yang sudah terkelupas dijepit dengan tang,
kemudian masing-masing dipegang dengan satu tangan,
ditarik berlawanan arah secepatnya sampai kulit pada ujung
jari ikut terkelupas.
Estraksi gelatin
Pembuatan gelatin kulit kaki ayam pedaging dilakukan
dengan cara ekstraksi melalui proses asam menurut metode
Said (2011). Kulit kaki ayam yang telah bersih dari sisasisa lemak dan daging yang menempel dicuci bersih
kemudian dipotong kecil-kecil berukuran kira-kira 1 cm x 1
cm. Kulit yang sudah dipotong kecil-kecil ditimbang,
kemudian direndam dalam larutan asam asetat 3% (b/v)
sambil diaduk-aduk. Perbandingan kulit kaki ayam dengan
larutan perendam = 1:3 untuk masing-masing perlakuan
dan direndam selama 48 jam pada suhu dingin 50C. Setelah
794
PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (4): 792-795, Juli 2015
proses perendaman selesai, kulit dicuci kembali dengan air
mengalir berkali-kali sampai pH netral sekitar pH=6.
Setelah itu, kulit diekstraksi sesuai dengan perlakuan yaitu
pada suhu 500C, 550C, dan 600C, masing-masing selama 5
jam. Hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan kain
penyaring. Larutan gelatin yang diperoleh dari hasil
ekstraksi, dipekatkan pada suhu 700C selama 12 jam,
didinginkan dalam refrigerator 5-100C selama 30 menit,
setelah itu dituang ke dalam wadah berukuran 30,5 cm x
30,5 cm dan dikeringkan dalam oven pada suhu 600C
selama 48 jam sampai kering. Gelatin yang diperoleh
dalam bentuk lembaran dihaluskan dengan blender,
dikemas dalam wadah plastik vakum, dan disimpan
dalam desikator untuk analisis lebih lanjut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik gelatin kulit kaki ayam pedaging dengan
perlakuan perbedaan suhu ekstraksi disajikan pada Tabel 1.
Rendemen
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
perbedaan suhu ekstraksi memberikan pengaruh yang
berbeda tidak nyata ((P>0,05) terhadap rendeman gelatin.
Namun berdasarkan data yang diperlihatkan pada Tabel 1,
nilai rendemen gelatin memiliki kecenderungan naik
dengan peningkatan suhu ekstraksi. Dengan kata lain,
semakin meningkat suhu ekstraksi, semakin tinggi pula
rendemen gelatin yang dihasilkan. Ockerman dan Hansen
(2000) menyatakan bahwa suhu ekstraksi yang tinggi akan
meningkatkan rendemen karena struktur kolagen terbuka
akibat beberapa ikatan dalam molekul proteinnya terlepas.
Taufik (2011) menyatakan bahwa suhu yang tinggi
membantu memecah ikatan hidrogen dalam gel yang
terhidrolisis. Banyaknya gel ikatan hidrogen yang terpecah
akan memudahkan larutnya kolagen dalam air panas
sehingga gelatin yang dihasilkan lebih banyak. Selain itu,
karena pembuatan gelatin direndam dalam larutan asam
asetat maka struktur kolagen akan menjadi lebih terbuka
sehingga semakin banyak kolagen yang terhidrolisis dan
gelatin yang terekstraksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Chamidah dan Elita (2002) bahwa larutan asam asetat
berfungsi untuk menghidrolisis kolagen sehingga
mempermudah kelarutannya pada saat ekstraksi gelatin.
Nilai rendemen yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar
13,22-13,91%, lebih rendah dari nilai rendemen yang
diperoleh Taufik (2011) yaitu pada kisaran 14-16%.
Kekuatan gel
Kekuatan gel gelatin adalah jumlah gelatin kering yang
dihasilkan dari sejumlah bahan baku kulit dalam keadaan
bersih melalui proses ekstraksi (Said 2011). Kekuatan gel
berhubungan dengan kemampuan mengubah cairan
menjadi padatan atau mengubah bentuk sol menjadi gel
yang bersifat reversible (Taufik 2011). Kekuatan gel
gelatin kulit kaki ayam dengan perlakuan perbedaan suhu
ekstraksi ditampilan pada Tabel 1. Hasil analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa perbedaan suhu ekstraksi
memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata ((P>0,05)
terhadap kekuatan gel gelatin. Dengan pengertian bahwa
perbedaan suhu ekstraksi memberikan pengaruh yang sama
meskipun berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan
nilai kekuatan gel semakin meningkat dengan
bertambahnya suhu ekstraksi. Menurut Taufik (2011), suhu
ekstraksi tidak berpengaruh nyata terhadap kekuatan gel
gelatin kulit kaki broiler. Hal ini diduga berkaitan dengan
distribusi berat molekul dari gelatin yang hampir sama.
Produksi gelatin pada penelitian ini menghasilkan
kekuatan gel rata-rata pada kisaran 62,44-64,42 g Bloom.
Secara umum, nilai kekuatan gel gelatin yang diproduksi
masih sesuai standar mutu SNI dan hampir sama dengan
hasil yang diperoleh oleh Said (2011) yaitu pada kisaran
50-280 g Bloom.
Viskositas
Viskositas merupakan parameter sifat fisik gelatin yang
sangat penting. Analisis statistik menunjukkan bahwa
faktor perbedaan suhu ekstraksi memberikan pengaruh
tidak nyata (P>0,05) terhadap viskositas gelatin meskipun
berdasarkan data pada Tabel 1, nilai viskositas mempunyai
kecenderungan menurun. Artinya, nilai viskositas
cenderung menurun dengan semakin meningkatnya suhu
ekstraksi. Ward dan Courts (1997) menyatakan bahwa suhu
ekstraksi di atas 50oC menyebabkan kemampuan
membentuk gel dan sifat fisik gelatin menurun, hal ini
disebabkan oleh putusnya ikatan hidrogen dan gugus
hidroksil dari asam amino. Nilai viskositas yang tinggi
menurut Stainsby (1987) berhubungan dengan berat
molekul dan rantai panjang asam amino gelatin. Nilai
viskositas gelatin yang dihasilkan pada penelitian ini
berkisar antara 5,05-5,12 cP dan masih termasuk dalam
kisaran standar mutu SNI yaitu antara 2,0-7,5 cP (Wahyuni
dan Rosmawaty 2003).
Kadar protein
Kadar protein merupakan salah satu syarat dalam
penentuan kualitas gelatin. Persentase kadar protein gelatin
pada kulit kaki ayam dengan perlakuan perbedaan
konsentrasi asam asetat dan suhu ekstraksi, disajikan pada
Tabel 1. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
perbedaan suhu ekstraksi memberikan pengaruh yang
berbeda nyata (P<0,05). Hasil uji Duncan menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antarsetiap
perlakuan suhu ekstraksi gelatin. Dengan kata lain,
semakin meningkat suhu ekstraksi, semakin tinggi kadar
Tabel 1. Karakteristik fisik dan kimia gelatin kulit kaki ayam
Suhu ekstraksi
Karakteristik
gelatin
50oC
55oC
60oC
Rendemen (%)
13,22±0,25 13,74±0,75
13,91±0,43
Kekuatan gel (g
62,44±0,42 64,12±0,09
64,42±0,18
Bloom)
Viskositas (cP)
5,12±0,17
5,06± 0,30
5,05 ±0,10
Kadar protein (%) 87,05±0,92d 87,52±0,71ed
88,93±0,79e
5,80±0,75a
4,98±0,43b
5,85±0,25a
Kadar air (%)
Keterangan: notasi huruf yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
SOMPIE et al. – Karakteristik gelatin kulit kaki ayam
protein yang dihasilkan. Kolagen mengalami denaturasi
ketika dipanaskan dalam larutan pada suhu 30-400C. Pada
saat protein mengalami denaturasi, tidak ada ikatan kovalen
pada kerangka rantai polipeptida yang rusak sehingga deret
asam amino khas protein tetap utuh setelah denaturasi.
Konversi tropokolagen menjadi gelatin menyebabkan
terputusnya ikatan hidrogen yang membuat stabil ikatan
triplet dan berubah menjadi ikatan konfigurasi ikatan acak
gelatin (Ockerman dan Hansen 2000). Kadar protein
gelatin menunjukkan kemurnian gelatin yang diperoleh.
Gelatin sebagai salah satu jenis protein konversi yang
dihasilkan melalui proses hidrolisis kolagen sehingga kadar
protein yang terkandung di dalamnya sangat tinggi.
Menurut Taufik (2011) dan Ulfah (2011), kadar protein
gelatin menurut SNI yaitu 85-90% sehingga kadar protein
dalam penelitian ini berkisar antara 87,05-88,93%, masih
termasuk dalam kisaran standar SNI.
Kadar air
Kadar air merupakan parameter penting dari suatu
produk pangan karena kadar air berhubungan erat dengan
umur simpan gelatin. Kandungan air dalam bahan pangan
ikut menentukan penerimaan, kesegaran, dan daya tahan
bahan tersebut (Winarno 1997). Persentase kadar air gelatin
kulit kaki ayam dengan perlakuan perbedaan konsentrasi
suhu ekstraksi disajikan pada Tabel 1. Analisis statistik
menunjukkan bahwa faktor perbedaan suhu ekstraksi
memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kadar
air gelatin. Hasil uji Duncan (Tabel 1) menunjukkan bahwa
kadar air gelatin pada suhu ekstraksi 500C sama dengan
kadar air gelatin pada suhu ekstraksi 550C, tetapi lebih
tinggi dari kadar air gelatin pada suhu ekstraksi 600C.
Dengan kata lain, nilai kadar air cenderung menurun
dengan semakin meningkatnya suhu ekstraksi. Menurunnya
kadar air gelatin akibat suhu ekstraksi yang tinggi
disebabkan karena proses denaturasi yang terjadi akan
mengakibatkan perubahan molekul dan jumlah air yang
terikat menjadi lebih lemah dan menurun (Soeparno 2005).
Struktur kolagen yang terbuka dan lemah menghasilkan
gelatin dengan struktur yang lemah sehingga daya
mengikat air pada gelatin kurang kuat. Daya ikat air yang
lemah akan membuat air mudah menguap pada saat
pengeringan gelatin dan kadar air gelatin kering menjadi
lebih rendah (Astawan et al. 2002; Ulfah 2011). Kadar air
gelatin kulit kaki ayam hasil penelitian ini adalah 4,985,85% dan hasil ini masih memenuhi standar maksimal SNI,
yaitu sampai 16%.
795
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah
gelatin kulit kaki ayam yang diproduksi menggunakan suhu
ekstraksi 50oC, 55oC, dan 60oC menghasilkan karakteristik
gelatin dengan kualitas yang baik karena masih memenuhi
standar yang ditetapkan SNI.
DAFTAR PUSTAKA
Antoniewski MN, Barringer SA, Knipe L, Zerby HN. 2007. Effect of a
gelatin coating on the shelf life of fresh meat. J Food Sci 72: 382-387.
Arnesen JA, Gildberg A. 2002. Preparation and characterization gelatin
from the skin of sharp seal (Phoca groendlandica). J Bioresour
Technol 82: 191-194.
Astawan M, Hariyad P, Mulyani A. 2002. Analisis sifat reologi gelatin
dari kulit ikan cucut. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 13: 38-46.
Chamidah A, Elita. 2002. Pengaruh pengolahan terhadap kualitas gelatin
ikan hiu. Seminar Nasional PATPI, Malang.
Hasdar M. 2012. Karakteristik Edible Film yang Diproduksi dari
Kombinasi Gelatin Kulit Kaki Ayam dan Soy Protein Isolate. [Tesis].
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Imeson A. 1992, Thickening and Gelling Agents for Food. Aspen, New
York.
Karim AA, Bhat R. 2008. Fish gelatin: properties, challenges, and
prospects as an alternative to mammalian gelatins. Food Hydrocoll
23 (3): 563-576.
Kolodziejska I, Kaczorowski K, Piotrowsia B, Sadowska M. 2004,
Modification of properties of gelatin from skins of Baltic cod (Gadus
morhua) with transglutaminase. Food Chem 86: 203-209.
Ockerman HW, Hansen CL. 2000. Animal by Product Processing and
Utilization. CRC Press, USA.
Park JW, Whiteside WS, Cho SY. 2008. Mechanical and water vapor
barrier properties of extruded and heat-pressed gelatin films. LWT 41:
692-700.
Said MI, Triatmojo S, Erwanto Y, Fudholi A. 2011. Karakteristik gelatin
kulit kambing yang diproduksi melalui proses asam basa. J Agritech
31 (3): 0216-0455.
Soeparno. 2009. Ilmu dan teknologi daging. Cetakan ke-5. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Steel RGD, Torrie JH. 1991. Principles and procedures of statistics.
McGraw-Hill, New York.
Stainsby G. 1987. Gelatin gels. In: Pearson AM, Dutson TR, Bailey AJ
(eds). Advances in Meat Research (Vol. 4). Collagen as A Food. Van
Nostrand Reinhold Co, New York.
Taufik M. 2011. Kajian Potensi Kulit Kaki Ayam Broiler sebagai Bahan
Baku Gelatin dan Aplikasinya dalam Edible Film Antibakteri.
[Disertasi]. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Ulfah M. 2011. Pengaruh konsentrasi larutan asam asetat dan lama waktu
perendaman terhadap sifat-sifat gelatin ceker ayam. J Agritech 31(3):
161-167.
Wahyuni M, Rosmawaty P. 2003. Perbaikan Daya Saing Industri
Perikanan melalui Pemanfaatan Limbah Non-ekonomis Ikan menjadi
Gelatin. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Ward AG, Courts A. 1977. The Science and Technology of Gelatin.
Academic Press, London.
Winarno FG. Kimia Pangan dan Gizi. 1997. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Wulandari D. 2006. Ekstraksi dan Karakteristik Gelatin dari Kulit Kaki
Ayam. [Tesis]. Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.