Maag
Maag atau radang lambung atau tukak lambung adalah gejala penyakit yang menyerang lambung dikarenakan terjadi luka atau peradangan pada lambung yang menyebabkan sakit, mulas, dan perih pada perut.
Jenis maag
Secara garis besar, ada 2 jenis penyakit maag, yakni:
Gastritis Akut
Penyakit maag akut adalah inflamasi (reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh) akut dari lambung, dan biasanya terbatas hanya pada muklosa. Penyakit maag akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya.[1]
Gastritits Kronis
Lambung penderita penyakit maag kronis mungkin mengalami inflamasi (reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh) kronis dari tipe gangguan tertentu, yang menyebabkan gastritis dari tipe yang spesifik yaitu gastritis kronisa.[1]
Jenis penyakit maag yang dilihat berdasarkan tingkat keparahan, dibedakan menjadi:
Maag ringan
Maag ringan masih tergolong tahap ringan dimana biasanya setiap orang sudah berada di tahap ini, jika dilakukan pemeriksaan akan terlihat asam lambung berlebih di bagian dinding.
Maag sedang
Maag pada tahap ini sudah menyebabkan nyeri, sakit dan mual yang menyakitkan.
Maag kronis
Maag kronis adalah maag yang sudah parah intensitasnya di bandingkan maag biasa.
Kanker lambung
Kanker lambung terjadi akibat mikroorganisme yang merugikan, yaitu Helycobacter pylori.
Penyebab
Penyebabnya bisa karena penderita makan secara tidak teratur, terdapat mikroorganisme yang merugikan, mengonsumsi obat-obatan tertentu,atau sebab-sebab lainnya seperti mengonsumsi alkohol, pola tidur yang tidak teratur dan stress. Maag juga bisa terjadi apabila si penderita telat makan, kemudian sewaktu makan si penderita maag makan dengan porsi yang terlalu banyak. Bagi penderita maag yang sudah parah, penyakit maag tersebut sangat berbahaya sekali dan dapat menyebabkan kematian.
Gejala
Sakit saat buang air besar
Mual dan muntah
Sering merasa lapar
Perut kembung
Nyeri yang terasa perih pada perut dan dada
Sering bersendawa
Pengobatan
Antasida.
Maag bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total, maag adalah penyakit yang dapat kambuh apabila si penderita tidak makan teratur, terlalu banyak makan, atau sebab lain. Biasanya untuk meredakan atau menyembuhkannya penderita harus mengkonsumsi obat jika diperlukan. Tetapi maag dapat di cegah, yaitu dengan cara makan teratur, makan secukupnya, cuci tangan sebelum makan dan jangan jajan sembarangan.
Obat-obatan untuk sakit maag umumnya dimakan dua jam sebelum makan dan dua jam sesudah makan. Adapun dengan tujuan obat dikonsumsi dua jam sebelum makan yaitu untuk menetralisir asam lambung, karena pada saat tersebut penumpukkan asam lambung sudah sangat banyak dan di dalam lambung penderita pasti telah terjadi luka-luka kecil yang apabila terkena asam akan terasa perih. Kemudian obat yang diminum dua jam sesudah makan bertujuan untuk melindungi dinding lambung dari asam yang terus diproduksi. Akhirnya dua jam setelah makan, asam yang di lambung akan terpakai untuk mencerna makanan sehingga sudah ternetralisir dan tidak akan melukai dinding lambung.[2]
Obat-obatan yang biasanya digunakan:[2]
Antasida (Menetralisir asam lambung dan menghilangkan rasa nyeri)
Pompa Proton pencegah pertumbuhan bakteri(Menghentikan produksi asam lambung dan menghambat infeksi bakteri helicobacter pylori)
Agen Cytoprotektif (Melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus)
Obat anti sekretorik (Mampu menekan sekresi asam)
Pankreatin (Membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein dan mengatasi gangguan sakit pencernaan seperti perut kembung, mual, dan sering mengeluarkan gas)
Ranitidin (Mengobati tukak lambung)
Simetidin (Mengobati dispepsia)
Selain itu penyakit ini dipercaya memiliki beberapa jenis minuman dan makanan yang kurang baik untuk dikonsumsi yaitu:[3]
Minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung antara lain : kopi, anggur putih, sari buah sitrus, dan susu.
Makanan yang sangat asam atau pedas seperti cuka, cabai, dan merica (makanan yang merangsang perut dan dapat merusak dinding lambung).
Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan lambung. Karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam lambung antara lain makanan berlemak, kue tar, coklat, dan keju.
Makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga menyebabkan cairan lambung dapat naik ke kerongkongan seperti alkohol, coklat, makanan tinggi lemak, dan gorengan.
Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan juga yang terlalu banyak serat, antara lain:
Sayur-sayuran tertentu seperti sawi dan kol
Buah-buahan tertentu seperti nangka dan pisang ambon
Makanan berserat tinggi tertentu seperti kedondong dan buah yang dikeringkan
Minuman yang mengandung banyak gas (seperti minuman bersoda).
Selain itu, kegiatan yang dapat meningkatkan gas di dalam lambung juga harus dihindari, antara lain makan permen khususnya permen karet serta merokok.
Sakit kepala
Sakit kepala yang secara medis dikenal sebagai cephalalgia atau dilafalkan cephalgia adalah suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam kepala: kadang sakit di belakang leher atau punggung bagian atas, disebut juga sebagai sakit kepala. Jenis penyakit ini termasuk dalam keluhan-keluhan penyakit yang sering diutarakan.
Klasifikasi
Sakit kepala adalah masalah universal, dengan prevalensi hampir 99%, dan merupakan alasan paling umum untuk rujukan neurologis. Sakit kepala bisa memiliki makna klinis sedikit akan tetapi juga mungkin menjadi pertanda adanya penyakit yang mengancam jiwa.(mayo)Rasa sakit pada kepala disebabkan oleh traksi/penarikan, perpindahan, peradangan, spasme dari pembuluh darah, atau distensi dari struktur di kepala atau leher yang sensitif terhadap rasa nyeri.[1]
Salah satu jenis sakit kepala yang juga banyak dikeluhkan adalah sakit kepala sebelah atau migrain. Serangan sakit kepala migrain terasa lebih menyiksa dan terkadang datang tiba-tiba. Penderita migrain akan merasakan nyeri dan berdenyut seperti dipukuli dan ditarik-tarik dan biasanya disertai dengan gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah. Penderitanya pun cenderung menjadi lebih sensitif terhadap cahaya, suara dan bau-bauan. Hal itu tentu amat mengganggu dan bisa menghambat segala aktifitas si penderita.
Kata migrain berasal dari bahasa Yunani yaitu hemicrania (hemi = setengah, cranium = tengkorak kepala). Serangan sakit kepala migrain dapat terjadi beberapa kali setahun sampai beberapa kali seminggu, dengan lama serangan biasanya 1-2 jam. Migrain atau sakit kepala sebelah sebenarnya belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun, diperkirakan jenis sakit kepala ini disebabkan karena adanya hiperaktifitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi (luka radang). Ada juga Sakit kepala tipe ketegangan (tension type headache, atau TTH) cirinya adalah kedua sisi kepala seperti diremas dengan kencang, tapi tidak disertai gejala lain (tidak mual, muntah, sensitif cahaya, dan lain-lain).
Sakit kepala sebagian besar bersifat primer yaiatu tanpa ada penyakit yang mendasarinya seperti migrain, cluster, dan tension type headache. Meskipun demikian ada juga sakit kepala yang disebabkan oleh sebuah proses yang mendasari penyakit atau kondisi atau biasa disebut sakit kepala sekunder, dimana kondisi ini harus menjadi fokus awal dalam evaluasi diagnostik sakit kepala. Manifestasi dari penyakit sistemik yang mendasari dapat membantu dalam diagnosis etiologi sakit kepala dan harus selalu dicari. Karena jika sampai terlambat bisa berakibat fatal.[2]
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dari sakit kepala yang menjadi pertanda sakit kepala sekunder.
Profil temporal/waktu.sakit kepala yang akut/mendadak menunjukkan penyebab vaskular. Dalam hal ini, yang paling dipertimbangkan sebagai diagnostik serius adalah perdarahan ''subarachnoid'', perdarahan dari malformasi arteriovenosa, hipofisis pitam, dan perdarahan ke dalam lesi massa. Jika ditemukan keluhan ini pemeriksaan CT-scan merupakan pemeriksaan tambahan yang disarankan.[2]
Profil lain yang mengkhawatirkan adalah percepatan pola sakit kepala. Paling umum, pola ini
terjadi pada pasien yang telah menggunakan obat analgesik secara berlebihan, tetapi juga ada kemungkinan penyebabnya akibat lesi massa yang membesar seperti tumor atau hematoma subdural.[2]
Sebuah sakit kepala yang baru saja dialamai oleh pasien dengan keganasan atau orang yang yang immunocompromised harus selalu diselidiki. Karena pertimbangan diagnostik metastasis, carcinomatous atau infeksi meningitis, dan abses otak,[2]
Pasien dengan sakit kepala yang juga disertai demam, leher kaku, ruam, atau tanda-tanda lain dari penyakit sistemik juga perlu dicurigai terkena penyakit infeksi seperti: Meningitis, Ensefalitis,
penyakit Lyme, dan infeksi sistemik yang berhubungan dengan sakit kepala.[2]
Penurunan berat badan terakhir mungkin menyertai keganasan, arteritis sel raksasa, atau depresi.[1]
Demam atau kedinginan mungkin menunjukkan infeksi sistemik atau meningitis.[1]
Dispnea atau gejala lain dari penyakit jantung meningkatkan kemungkinan endokarditis infektif subakut dan abses otak yang dihasilkan.[1]
Gangguan visual menunjukkan kelainan mata (misalnya, glaukoma), migrain, atau proses intrakranial yang melibatkan saraf optik atau saluran atau jalur penglihatan sentral.[1]
Mual dan muntah yang umum di migrain dan sakit kepala biasanya merupakan tanda sindrom pasca trauma atau dapat dilihat sebagai perkembangan dari lesi massa. Beberapa pasien dengan migrain
juga melaporkan bahwa diare bisa turut menyertai serangan.[1]
Fotofobia mungkin menonjol di migrain dan meningitisakut atau perdarahan subarachnoid.[1]
Mialgia sering menyertai tension type headache, namun bisa juga akibat dari infeksi virus ataupun arteritis sel raksasa.[1]
;Ipsilateral:satu sisi rinore dan lakrimasi selama sakit kepala menandakan serangan cluster.[1]
Kehilangan kesadaran sementara mungkin diakibatkan karena migrain atau neuralgia glosofaringeal. [1]
Epidemiologi
Meskipun banyak orang di masyarakat umumnya mengalami tension type headache (TTH) dibanding migrain, akan tetapi sebagian besar orang yang menderita sakit kepala mencari pengobatan ketika menderita migrain. Lebih dari 90% dari 1203 pasien konsultasi dokter umum datang dengan keluhan sakit kepala didiagnosis dengan migrain sebagai penyebab keluhan mereka. Meskipun prevalensi pasien dokter umum yang didiagnosis migrain cukup banyak di antara pasien sakit kepala, akan tetapi pasien sendiri seringkali yakin bahwa sakit kepala yang mereka alami diakibatkan oleh penyakit sinus.[3]
Sakit gigi
Sakit gigi yaitu rasa nyeri pada gigi. Sakit gigi disebabkan oleh berbagai masalah pada gigi dan rahang, seperti karies gigi, gingivitis atau penyakit rahang, dan masih banyak lagi. Sakit gigi juga merupakan gejala penyakit jantung, seperti angina. Sakit gigi dapat mengakibatkan penyakit jantung dan stroke. Setidaknya, sakit gigi dapat menyebabkan kepala pusing dan tidak nyenyak tidur.
Sakit gigi biasanya merujuk kepada rasa sakit di sekitar gigi atau rahang terutama sebagai akibat dari kondisi gigi. Dalam banyak kasus, sakit gigi disebabkan oleh masalah gigi, seperti rongga gigi, gigi retak, suatu akar gigi terekspos, atau penyakit gusi. Namun, gangguan dari (bersama Temporo-mandibula) sendi rahang juga dapat menyebabkan sakit yang disebut sebagai "sakit gigi". Tingkat keparahan sakit gigi dapat berkisar dari ringan hingga kronis, tajam dan menyiksa. Rasa sakit dapat diperburuk oleh mengunyah atau dingin atau panas. Sebuah ujian lisan menyeluruh, yang mencakup gigi X-ray, dapat membantu menentukan apakah sakit gigi datang dari masalah gigi atau rahang dan penyebabnya.
Kadang-kadang, sakit gigi mungkin disebabkan oleh masalah yang tidak berasal dari gigi atau rahang. Sakit di sekitar gigi dan rahang dapat gejala penyakit jantung (seperti angina atau serangan jantung ), telinga (seperti eksternal infeksi telinga atau bagian dalam), dan sinus (udara bagian-bagian dari tulang pipi). Misalnya, sakit angina (pasokan darah beroksigen yang tidak memadai ke otot jantung karena penyempitan pembuluh darah ke jantung) biasanya terletak di bagian dada atau lengan. Namun, pada beberapa pasien dengan angina, rasa sakit sakit gigi atau rahang adalah satu-satunya gejala dari masalah hati mereka. Infeksi dan penyakit telinga dan sinus juga dapat menyebabkan rasa sakit di sekitar gigi dan rahang. Oleh karena itu, evaluasi oleh dokter gigi dan dokter kadang-kadang diperlukan untuk mendiagnosa penyakit medis yang menyebabkan "sakit gigi."
Penyebab
Penyebab sakit gigi umum meliputi rongga gigi, abses gigi, penyakit gusi, iritasi akar gigi, sindrom gigi retak, temporomandibula bersama (TMJ) gangguan, impaksi, dan erosi gigi. Penentu sebenarnya dari penyakit gigi ini adalah adanya jasad renik yang tumbuh di daerah gigi yang retak, berlubang yang mudah ditumbuhi jasad renik tadi. Jasad renik tadi biasa tumbuh karena adanya sisa makanan yang menempel pada gigi yang bermasalah tadi. Oleh karenanya terkadang bisa sembuh dengan sekedar berkumur dengan air hangat. Namun saya pengalaman (pada dua hari yang lalu, 6 November), berkumur air hangat malah tambah sakit. Rasa sakit hilang seketika setelah selapis sangat kecil sisa makanan berhasil "disapu" dengan lidi.
Gigi Berlubang & Abses Gigi
Penyebab paling umum dari sakit gigi adalah rongga gigi. Gigi berlubang (karies) adalah lubang dalam dua lapisan luar gigi yang disebut enamel dan dentin. enamel adalah putih terluar permukaan yang keras dan dentin adalah lapisan kuning tepat di bawah enamel. Kedua lapisan berfungsi melindungi jaringan hidup dalam gigi disebut pulp, dimana pembuluh darah dan saraf berada. bakteri tertentu dalam mulut mengubah gula sederhana menjadi asam. Asam melunakkan dan (bersama dengan air liur) melarutkan enamel dan dentin, membuat gigi berlubang. Kecil, rongga dangkal mungkin tidak menimbulkan rasa sakit dan mungkin tanpa disadari oleh pasien. Rongga yang lebih besar bisa menyakitkan dan mengumpulkan sisa-sisa makanan. Pulp hidup dalam dari gigi yang terkena bisa menjadi terganggu oleh racun bakteri atau dengan makanan dan cairan yang dingin, panas, asam, atau manis, sehingga menyebabkan sakit gigi. cedera parah untuk pulp dapat mengakibatkan kematian jaringan pulpa, menyebabkan infeksi gigi (abses gigi). Sebuah "melepuh gusi" kecil bengkak atau mungkin ada di dekat gigi yang terkena juga. Sakit gigi dari gigi berlubang lebih besar adalah alasan yang paling umum untuk kunjungan ke dokter gigi.
Perawatan rongga kecil dan dangkal biasanya melibatkan gigi mengisi. Perawatan rongga yang lebih besar melibatkan hiasan atau mahkota. Pengobatan untuk sebuah rongga yang telah menembus dan melukai pulp atau untuk gigi yang terinfeksi adalah salah satu saluran akar prosedur atau ekstraksi gigi yang terkena. Prosedur saluran akar melibatkan menghapus jaringan pulpa mati (sehingga menghindari atau menghapus infeksi gigi) dan menggantikannya dengan bahan inert mengisi. Prosedur ini digunakan dalam upaya untuk menyelamatkan gigi mati dari ekstraksi. Setelah prosedur dilakukan saluran akar, gigi lebih rentan terhadap fraktur dan akan seringkali membutuhkan mahkota untuk melindunginya.
Penyakit Gusi
Penyebab paling umum kedua sakit gigi adalah penyakit gusi (penyakit periodontal). Penyakit gusi mengacu pada peradangan pada jaringan lunak (gusi) dan hilangnya secara abnormal tulang yang mengelilingi dan memegang gigi di tempatnya. Penyakit gusi disebabkan oleh racun yang dikeluarkan oleh bakteri tertentu dalam "plak" yang menumpuk dari waktu ke waktu sepanjang dan di bawah garis gusi. Plak ini adalah campuran dari makanan, air liur, dan bakteri. Gejala awal penyakit gusi ini adalah berdarahnya gusi tanpa rasa sakit. Jika timbul rasa nyeri maka ini menandakan gejala penyakit gusi sudah lebih parah sebagai akibat dari hilangnya tulang di sekitar gigi dan mengarah pada pembentukan kantong gusi dalam. Bakteri dalam kantong menyebabkan infeksi gusi, bengkak, nyeri, dan kerusakan tulang lebih lanjut. Penyakit gusi tingkat lanjut dapat menyebabkan tanggalnya gigi yang sehat. Penyakit gusi ini banyak terkomplikasi oleh faktor-faktor seperti kebersihan mulut yang buruk, riwayat keluarga penyakit gusi, merokok, dan sejarah keluarga diabetes.
Pengobatan penyakit gusi selalu melibatkan kebersihan mulut dan menghilangkan plak bakteri dan karang gigi (plak mengeras). Sedang untuk penyakit gusi lanjut biasanya memerlukan pembersihan menyeluruh pada gigi dan akar gigi yang disebut "scaling dan root planing" dan "kuretase subgingival." Scaling dan root planing adalah pengangkatan plak dan tartar dari akar gigi terekspos sementara kuretase subgingival mengacu pada pengangkatan jaringan gusi yang meradang dari permukaan lapisan. Kedua prosedur ini biasanya dilakukan dengan bius lokal dan bisa disertai dengan penggunaan antibiotik oral untuk mengatasi infeksi gusi atau abses. Tindak lanjut pengobatan, jika perlu, dapat mencakup berbagai jenis operasi gusi. Dalam penyakit gusi lanjut dengan kerusakan tulang yang signifikan dan melonggarkan gigi, mungkin diperlukan belat atau ekstraksi gigi.
Akar Gigi Sensitif
Sakit gigi juga bisa disebabkan oleh akar gigi terbuka. Biasanya, akar lebih rendah adalah dua pertiga dari gigi yang biasanya dikubur di tulang. Racun bakteri melarutkan tulang sekitar akar dan menyebabkan gusi dan tulang surut, memperlihatkan akar. Kondisi akar terkena disebut "resesi." Akar terbuka dapat menjadi sangat sensitif terhadap makanan dingin, panas, dan asam karena mereka tidak lagi dilindungi oleh gusi sehat dan tulang.
Tahap awal paparan akar dapat diobati dengan gel fluorida topikal diterapkan oleh dokter gigi atau dengan pasta gigi khusus (seperti Sensodyne atau Denquel) yang mengandung fluor dan mineral lainnya. Mineral ini diserap oleh lapisan permukaan akar untuk membuat akar kuat dan kurang peka terhadap lingkungan mulut. Dokter gigi mungkin juga berlaku "agen pengikat" ke akar terkena segel area sensitif. Jika paparan akar menyebabkan luka dan kematian dari hidup dalam jaringan pulpa gigi, maka prosedur saluran akar atau pencabutan gigi mungkin diperlukan.
Sindrom Gigi Retak (Cracked Tooth Syndrome)
"Sindrom gigi retak" (Cracked Tooth Syndrome) mengacu pada sakit gigi yang disebabkan oleh gigi patah (gigi fraktur) tanpa rongga berhubungan atau penyakit gusi lanjut. Menggigit pada area gigi fraktur dapat menyebabkan nyeri tajam parah. Patah tulang ini biasanya karena mengunyah atau menggigit benda keras seperti permen keras, pensil, kacang, dll dokter gigi Anda biasanya dapat mendeteksi fraktur dengan mengecat pewarna khusus pada gigi retak atau bersinar lampu khusus pada gigi. Pengobatan biasanya melibatkan melindungi gigi dengan mahkota penuh cakupan yang terbuat dari emas dan / atau porselen. Namun, jika menempatkan sebuah mahkota tidak meringankan gejala nyeri, prosedur saluran akar mungkin diperlukan.
Gangguan Temporomandibular Joint (TMJ)
Gangguan dari sendi temporomandibular dapat menyebabkan rasa sakit yang biasanya terjadi dalam atau di sekitar telinga atau rahang bawah. Engsel TMJ rahang bawah (mandibula) untuk tengkorak dan bertanggung jawab atas kemampuan untuk mengunyah atau berbicara. gangguan TMJ dapat disebabkan oleh berbagai jenis masalah seperti cedera arthritis (seperti pukulan untuk wajah),, atau kelelahan otot rahang dari biasa mengepalkan atau penggiling gigi. Kebiasaan mengepalkan atau penggiling gigi, kondisi yang disebut "bruxism," dapat menyebabkan rasa sakit pada sendi, otot rahang, dan gigi yang terlibat. Bruxism sering karena hidup "stres," sejarah keluarga bruxism, dan keselarasan menggigit miskin. Kadang-kadang, otot-otot sekitar sendi rahang yang digunakan untuk mengunyah dapat pergi ke kejang, menyebabkan rasa sakit kepala dan leher dan kesulitan membuka mulut normal. Kejang otot ini diperburuk oleh mengunyah atau oleh stres, yang menyebabkan pasien untuk mengepalkan gigi dan lebih mengencangkan otot-otot ini. Sementara nyeri TMJ juga dapat hasil dari perawatan gigi yang baru atau oleh trauma ekstraksi gigi bungsu dampak.
Pengobatan nyeri sendi Temporo-mandibula biasanya melibatkan oral anti-inflamasi over-the counter (OTC) obat-obatan seperti ibuprofen (Motrin, atau Advil) atau naproxen (Aleve). langkah-langkah lainnya termasuk lembap hangat kompres untuk bersantai daerah bersama, pengurangan stres, dan / atau makan makanan lunak yang tidak memerlukan banyak mengunyah. Jika bruxism didiagnosis oleh seorang dokter gigi, sebuah alat gigitan (penjaga malam) dapat direkomendasikan yang dipakai pada malam hari untuk melindungi gigi. Namun, alat ini gigitan digunakan terutama untuk melindungi gigi dan tidak dapat membantu dengan nyeri sendi. Untuk kasus yang lebih serius dari nyeri sendi, rujukan ke spesialis TMJ mungkin diperlukan untuk menentukan perawatan lebih lanjut.
Impaksi & Erosi Gigi
Sakit gigi bisa berasal dari gigi yang telah gagal tumbuh ke dalam posisi yang tepat dan tetap di bawah gusi dan / atau tulang. Ketika molar ketiga(gigi geraham terakhir di bagian belakang)hendak tumbuh, gusi di sekitarnya dapat menjadi meradang dan bengkak. gigi tetangganya terkena dampak dan menyebabkan rasa sakit ketika mereka memberikan tekanan ke gigi atau tulang dan meradang dan / atau terinfeksi. Pengobatan untuk gigi yang terkena dampak biasanya nyeri obat, antibiotik (untuk infeksi), dan operasi pengangkatan molar ketiga (odontektomi).
Ketidakseimbangan Hormon
Ketidakseimbangan hormon biasanya terjadi pada kaum perempuan. Perempuan dapat mengalami hingga 4 kali ketidakseimbangan hormon selama siklus hidupnya yakni pada masa pubertas, menstruasi, menopause dan kehamilan. Ketidakseimabngan hormon tersebut menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Hal yang paling mempengaruhi kesehatan wanita adalah pada saat menjelang menstruasi dibandingkan dengan tiga masa lainnya. Berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut, gangguannya antara lain peradangan gusi dan jaringan periodontal. Jaringan gingival memiliki banyak reseptor estrogen yang akan merespons fluktuasi hormon. Inilah yang menyebabkan wanita cenderung lebih sering mengalami sakit gigi dibandingkan dengan pria.[1]
Pengobatan Tradisional Sakit Gigi
1. Daun Inggu Kering
Bahan: Daun inggu kering (2-4 gram), air (2 gelas).
Cara pengobatan: Rebus daun inggu kering dalam 2 gelas air hingga mendidih. Saring airnya setelah dingin, airnya digunakan untuk kumur beberapa kali.
2 Minyak tempurung kelapa
Bahan: Tempurung kelapa yang sudah dibelah, Kapas secukupnya
Cara pengobatan: Ambil tempurung kelapa lalu dibakar sampai keluar minyaknya. Ambil minya tempurung kelapa tersebut dengan kapas. Lalu tempelkan ke gigi yang sakit. Niscaya dalam beberapa menit sakit gigi Anda akan hilang.
3.Campuran rebusan daun sirih dan cengkeh
caranya rebus daun sirih dan cengkeh
caranya:kumur-kumur dengan menggunakan air rebusan ini setiap hari. ini adalah cara herbal pengganti obat kumur yang sering di jual di pasaran.
4.Bersihkan bagian yang sakit
cobalah bersihkan bagian yang sakit dengan cara memakai sikat gigi, disikat dengan sikat dan pakai pasta gigi. Jika dengan cara seperti itu belum sembuh, cobalah dengan memakai lidi untuk melepas bekas atau sisa-sisa makanan yang masih menempel disekitar gigi yang sakit atau di dalam rongga (lubang) gigi yang sakit.
5.Dengan cara memijat
cobalah juga pijat atau urut di bagian pelipis (pada posisi gigi yang sakit)dari depan sampai belakang (depan telinga)
6.Dengan mengeluarkan darah
dilakukan dengan cara "ditarik" atau disedot dengan lidah pada bagian gigi yang sakit. Darah yang berhasil keluar dari gigi yang berlubang dan sakit itu biasanya berwarna merah kehitaman.
Alergi
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
Alergi disebabkan oleh produksi antibodi berjenis IgE.[1]
Keturunan
Alergi diturunkan oleh kedua orangtuanya dengan tingkat resiko sebagai berikut:[2]
Kedua orangtua tidak memiliki riwayat alergi (termasuk asma), maka anak tetap dapat terkena alergi dengan tingkat resiko maksimum 15 persen
Salah satu orangtua mengalami riwayat alergi, maka resiko anak mendapat alergi meningkat menjadi 20-40 persen
Kedua orangtua mengalami riwayat alergi, maka resiko anak mendapat alergi meningkat lagi menjadi 60-80 persen
Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi:
Jagalah kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun di luar rumah. Hal ini termasuk tidak menumpuk banyak barang di dalam rumah ataupun kamar tidur yang dapat menjadi sarang bertumpuknya debu sebagai rangsangan timbulnya reaksi alergi. Usahakan jangan memelihara binatang di dalam rumah ataupun meletakkan kandang hewan peliharaan di sekitar rumah anda.
Kebersihan diri juga harus diperhatikan, untuk menghindari tertumpuknya daki yang dapat pula menjadi sumber rangsangan terjadinya reaksi alergi. Untuk mandi, haruslah menggunakan air hangat seumur hidup, dan usahakan mandi sore sebelum PK.17.00'. Sabun dan shampoo yang digunakan sebaiknya adalah sabun dan shampoo untuk bayi. Dilarang menggunakan cat rambut.
Jangan menggunakan pewangi ruangan ataupun parfum, obat-obat anti nyamuk. Jika di rumah terdapat banyak nyamuk, gunakanlah raket anti nyamuk.
Gunakan kasur atau bantal dari bahan busa, bukan kapuk.
Gunakan sprei dari bahan katun dan cucilah minimal seminggu sekali dengan air hangat akan efektif.
Hindari menggunakan pakaian dari bahan wool, gunakanlah pakaian dari bahan katun.
Pendingin udara (AC) dapat digunakan, tetapi tidak boleh terlalu dingin dan tidak boleh lebih dari PK.24.00'
Awasi setiap makanan atau minuman maupun obat yang menimbulkan reaksi alergi. Hindari bahan makanan, minuman, maupun obat-obatan tersebut. Harus mematuhi aturan diet alergi.
Konsultasikan dengan spesialis. Alergi yang muncul membutuhkan perawatan yang berbeda-beda pada masing-masing penderita alergi. Mintalah dokter anda untuk melakukan imunoterapi untuk menurunkan kepekaan anda terhadap bahan-bahan pemicu reaksi alergi, misalnya: dengan melakukan suntikan menggunakan ekstrak debu rumah atau dengan melakukan imunisasi Baccillus Calmette Guirine (BCG) minimal sebanyak 3 kali (1 kali sebulan) berturut-turut, dan diulang setiap 6 bulan sekali.
Pilek
Pilek, biasa juga dikenal sebagai nasofaringitis, rinofaringitis, koriza akut, atau selesma, merupakan penyakit menular pada sistem pernapasan, mudah menyebar dan terutama menyerang hidung. Gejalanya meliputi batuk, sakit tenggorokan, hidung meler (rhinorrhea), dan demam. Gejala tersebut biasanya mereda setelah tujuh hingga sepuluh hari. Namun, beberapa gejala dapat berlangsung hingga tiga minggu. Lebih dari dua ratus virus dapat menjadi penyebab pilek. Rhinovirus merupakan penyebab paling umum penyakit tersebut.
Infeksi akut pada hidung, sinus, tenggorokan atau laring (infeksi saluran pernapasan bagian atas (URI atau URTI) dikelompokkan berdasarkan bagian tubuh yang paling banyak terinfeksi. Selesma terutama menyerang hidung, faring tenggorokan, dan sinus. Gejala yang timbul lebih dikarenakan oleh respons sistem kekebalan terhadap infeksi, bukan oleh kerusakan jaringan yang disebabkan oleh virus tersebut. Mencuci tangan adalah tindakan pencegahan infeksi yang paling utama. Beberapa bukti menunjukkan keefektifan pemakaian masker muka.
Tidak ada pengobatan untuk pilek, namun gejalanya bisa ditangani. Pilek adalah penyakit infeksi yang paling sering menyerang manusia. Orang dewasa rata-rata terserang pilek dua hingga tiga kali per tahun. Anak-anak rata-rata terkena pilek antara enam dan dua belas kali per tahun. Infeksi ini sudah ada dalam kehidupan manusia sejak zaman purba.
Tanda dan gejala
Gejala pilek yang paling sering timbul termasuk batuk, hidung meler, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan. Gejala lainnya bisa berupa nyeri otot (mialgia), sakit badan ringan, sakit kepala, dan hilangnya nafsu makan.[1] Sakit tenggorokan timbul pada 40% dari penderita pilek. Batuk muncul pada sekira 50% dari mereka.[2] Nyeri otot terjadi pada sekira setengah dari kasus pilek tersebut.[3] Demam tidak termasuk gejala biasa muncul pada orang dewasa, namun muncul pada bayi dan anak kecil.[3] Batuk yang disebabkan oleh pilek biasanya lebih ringan daripada batuk yang disebabkan oleh flu (influenza).[3] Batuk dan demam pada orang dewasa kemungkinan besar merupakan indikasi flu (influenza). [4] Beberapa jenis virus penyebab pilek mungkin juga tidak memunculkan gejala.[5][6] Warna mukus yang dikeluarkan saat batuk dari saluran pernapasan bagian bawah (dahak) berbeda-beda, mulai dari kuning hingga hijau. Warna mukus tidak dapat mengindikasikan apakah penyebab infeksi tersebut adalah bakteri atau virus.[7]
Perkembangan penyakit
Pilek biasanya diawali dengan sakit badan ringan, perasaan kedinginan, bersin-bersin, dan sakit kepala. Gejala lainnya seperti hidung meler dan batuk terjadi setelah dua hari atau lebih.[1] Secara umum, gejala mencapai puncaknya pada hari kedua hingga hari ketiga setelah infeksi terjadi.[3] Gejala biasanya mereda setelah tujuh hingga sepuluh hari, namun gejala tersebut dapat berlangsung hingga tiga minggu.[8] Batuk berlangsung hingga lebih dari sepuluh hari pada 35% hingga 40% kasus yang melibatkan anak-anak. Batuk berlanjut hingga lebih dari 25 hari pada 10% kasus yang melibatkan anak-anak.[9]
Penyebab
Virus
Coronavirus merupakan sekelompok virus yang dikenal sebagai penyebab pilek. Virus tersebut memiliki halo (semacam lingkaran yang mengelilingi suatu objek), atau tampilan yang menyerupai mahkota (korona) jika dilihat melalui mikroskop elektron.
Pilek merupakan infeksi saluran pernapasan atas yang mudah menular. Rhinovirus paling banyak menyebabkan pilek tersebut. Virus tersebut ditemukan pada 30% hingga 80% dari semua kasus yang ada. Rhinovirus adalah virus yang memiliki RNA dan merupakan bagian dari famili Picornaviridae. Terdapat 99 jenis virus yang telah diidentifikasikan sebagai famili virus tersebut.[10][11] Virus lain juga dapat menyebabkan pilek. Coronavirus menyebabkan 10% hingga 15% dari kasus. Flu (influenza) menyebabkan 5% hingga 15% dari kasus.[3] Kasus lain mungkin disebabkan oleh virus parainfluenza manusia, virus sinsisial pernapasan, adenovirus, enterovirus, dan metapneumovirus.[12] Seringkali, lebih dari satu jenis virus menyerang dan menyebabkan infeksi pilek.[13] Secara keseluruhan, lebih dari dua ratus virus dapat menyebabkan pilek.[3]
Penularan
Virus pilek biasanya ditularkan dengan satu cara dari dua cara penularan utama. Menghirup atau menelan droplet di udara yang mengandung virus. Atau terkena ingus yang terinfeksi atau objek yang terkontaminasi.[2][14] Belum ada kepastian mengenai cara apa yang menjadi metode penularan yang paling sering terjadi.[15] Virus dapat bertahan lebih lama di lingkungan sekitar. Kemudian virus dapat ditularkan dari tangan ke mata atau hidung di mana infeksi terjadi.[14] Orang yang duduk berdekatan mungkin paling berisiko terinfeksi virus tersebut.[15] Penularan sering terjadi di tempat penitipan anak dan di sekolah karena anak-anak berdekatan dan di antara mereka terdapat anak-anak dengan kekebalan tubuh yang rendah dan kebersihan yang buruk.[16] Infeksi tersebut kemudian terbawa ke rumah dan menular ke anggota lain di dalam keluarga.[16] Tidak terdapat bukti bahwa udara yang disirkulasi ulang selama berada di dalam pesawat komersial dapat menularkan virus.[14] Pilek yang disebabkan oleh rhinovirus sangat mudah menginfeksi selama tiga hari pertama timbulnya gejala, kemudian menjadi tidak terlalu menular setelahnya.[17]
Cuaca
Teori tradisional meyakini bahwa pilek ditularkan melalui pemajanan yang terus-menerus seperti dalam kondisi hujan atau musim dingin, oleh karena itu pilek disebut dengan cold (dingin dalam bahasa Inggris).[18] Faktor risiko yang disebabkan oleh penggunaan pendingin badan (body cooling) masih menjadi kontroversi.[19] Beberapa virus yang menyebabkan pilek bersifat musiman, lebih sering terjadi saat cuaca dingin atau saat hujan.[20] Hal ini terutama diyakini terjadi karena orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan dan berdekatan satu dengan lainnya;[21] khususnya anak-anak yang pulang dari sekolah.[16] Namun, ini mungkin juga berkaitan dengan perubahan sistem pernapasan yang mengakibatkan mudahnya terjadi infeksi.[22] Kelembapan dapat meningkatkan risiko penularan karena udara kering memudahkan droplet kecil menyebar dengan mudah dan lebih jauh serta bertahan di udara lebih lama.[23]
Lain-lain
Imunitas kelompok, imunitas yang terjadi ketika semua orang dalam suatu kelompok menjadi kebal terhadap infeksi tertentu yang disebabkan oleh pemajanan sebelumnya terhadap virus-virus penyebab pilek. Selain itu populasi dengan anggota berusia lebih muda memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi pernapasan dibandingkan populasi dengan anggota berusia lebih tua yang berisiko lebih rendah terkena infeksi pernapasan.[24] Fungsi kekebalan yang rendah juga menjadi faktor risiko penyakit tersebut.[24][25] Tidur yang tidak cukup dan gizi buruk juga menimbulkan risiko lebih tinggi terhadap terjadinya infeksi setelah seseorang terpajan virus rhinovirus karena infeksi tersebut diyakini memengaruhi fungsi kekebalan.[26][27]
Patofisiologi
Pilek adalah penyakit saluran pernapasan atas.
Gejala pilek diyakini sangat berkaitan dengan respons imun terhadap virus.[28] Mekanisme respons imun tersebut berbeda-beda bergantung jenis virusnya. Contohnya, rhinovirus biasanya diperoleh melalui persinggungan langsung. Virus ini mengikat reseptor ICAM-1 manusia melalui metode yang tidak diketahui dan memicu pelepasan mediator inflamasi.[28] Kemudian mediator inflamasi ini memunculkan gejala.[28] Pada umumnya virus tersebut tidak menyebabkan kerusakan pada epitelium hidung.[3] Sebaliknya, virus sinsisial pernapasan (RSV)ditularkan secara langsung atau melalui droplet yang terbawa udara. Kemudian, virus mereplikasi diri di dalam hidung dan tenggorokan sebelum menyebar berkali-kali ke dalam saluran pernapasan bagian bawah.[29] RSV tidak menyebabkan kerusakan epitelium.[29] Virus parainfluenza manusia biasanya menyebabkan inflamasi di dalam hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan.[30] Pada anak kecil, apabila virus menyerang trakea,virus tersebut menimbulkan krup, batuk kering dan sesak napas. Hal tersebut dikarenakan kecilnya ukuran saluran pernapasan anak-anak.[30]
Diagnosis
Perbedaan infeksi saluran pernapasan bagian atas (URTI) semata karena gejalanya terlihat di lokasi yang berbeda. Pilek terutama menyerang hidung, faringitis terutama menyerang tenggorokan, dan bronkitis terutama menyerang paru-paru.[2] Pilek seringkali didefinisikan sebagai inflamasi hidung serta berbagai jenis inflamasi tenggorokan.[31] Swa-diagnosis biasa dilakukan.[3] Isolasi agen virus yang sesungguhnya jarang dilakukan.[31] Secara umum identifikasi jenis virus tidak mungkin dilakukan hanya berdasarkan gejalanya.[3]
Pencegahan
Satu-satunya cara efektif untuk mencegah pilek adalah dengan mencegah penularan virus secara fisik.[32] Tindakan pencegahan tersebut termasuk mencuci tangan dan memakai masker penutup muka. Di lingkungan pusat pelayanan kesehatan, jubah dan sarung tangan sekali pakai juga dikenakan.[32] Mengisolasi orang yang terkena pilek tidak mungkin dilakukan karena penyakit tersebut dapat menyebar kemana-mana dan gejalanya pun tidak spesifik. Vaksinasi terbukti sulit untuk mencegah penularan karena terlalu banyak virus yang dapat menyebabkan pilek dan virus-virus tersebut mengalami perubahan yang sangat cepat.[32] Pengembangan vaksin pencegah pilek yang sangat ampuh juga sepertinya tidak mungkin dilakukan.[33]
Mencuci tangan secara teratur mengurangi penularan virus selesma dan hal tersebut merupakan metode pencegahan yang paling efektif pada anak-anak.[34] Belum diketahui apakah menggunakan atau tidak menggunakan zat antivirus atau antibakteri pada saat mencuci tangan biasa mampu meningkatkan faedah mencuci tangan.[34] Memakai masker penutup muka ketika berdekatan dengan orang yang terinfeksi mungkin bisa berguna. Tidak ada bukti cukup untuk memastikan bahwa tindakan pencegahan dengan cara menjauhi penderita selesma atau pilek secara fisik atau dalam pergaulan dapat berguna.[34] Konsumsi suplemen Zinc mungkin efektif guna mengurangi frekuensi seseorang terserang pilek.[35] Konsumsi suplemen vitamin C secara rutin tidak dapat mengurangi risiko keparahan pilek tersebut. Vitamin C mungkin mengurangi lamanya pilek.[36]
Manajemen
Poster yang menghimbau para warga untuk "Berkonsultasilah dengan Dokter Anda" untuk penanganan pilek
Saat ini belum ada obat-obatan maupun jamu yang terbukti mampu memperpendek masa infeksi.[37] Penanganan meliputi pemberian obat pengurang gejala.[38] Pengurangan gejala termasuk juga memperbanyak istirahat, memperbanyak minum air agar tetap terhidrasi, berkumur-kumur dengan air garam hangat.[12] Namun, sebagian besar faedah perawatan ini diyakini sebagai efek plasebo.[39]
Tentang gejalanya
Penanganan yang membantu meringankan gejala termasuk obat-obatan penghilang nyeri ringan (analgesik) dan penawar demam (antipiretik) seperti ibuprofen[40] dan asetaminofen/parasetamol.[41] Bukti tidak menunjukkan bahwa obat batuk lebih efektif daripada obat-obatan untuk mengurangi nyeri ringan(analgesik). [42] Obat batuk juga tidak dianjurkan untuk digunakan pada anak-anak karena kurangnya bukti keefektifannya dan karena dapat membahayakan.[43][44] Pada 2009, Kanada melakukan pelarangan terhadap penggunaan obat batuk dan flu yang dijual bebas pada anak-anak usia enam tahun atau di bawah enam tahun karena ada kekhawatiran akan timbul risiko dan karena manfaatnya yang tidak dapat dibuktikan.[43] Akibat penyalahgunaan dekstrometorfan (obat batuk yang dijual bebas), penggunaan obat tersebut dilarang di sejumlah negara.[45]
Pada orang dewasa, gejala seperti hidung meler dapat diringankan dengan antihistamin generasi pertama. Namun, antihistamin generasi pertama diyakini menimbulkan efek samping, misalnya rasa kantuk.[38] Dekongestan lain seperti pseudoephedrine juga efektif pada orang dewasa.[46] Semprot hidung Ipratropium dapat meredakan gejala hidung meler, namun akan sedikit berakibat pada hidung mampet.[47] Antihistamin generasi kedua sepertinya tidak efektif.[48]
Karena kurangnya penelitian, belum diketahui apakah memperbanyak asupan cairan dapat meredakan gejala atau memperpendek durasi penyakit pernapasan tersebut. [49] Penggunaan udara yang dilembapkan dengan pemanasan juga belum diketahui dapat meredakan gejala karena kurangnya data mengenai hal tersebut.[50] Suatu penelitian menemukan bahwa balsam gosok dada efektif untuk meredakan gejala batuk pada malam hari, hidung mampet, dan susah tidur.[51]
Antibiotik dan antivirus
Antibiotik tidak mempan untuk melawan infeksi virus, oleh sebab itu antibiotik juga tidak mempan untuk melawan pilek.[52] Biasanya antibiotik diresepkan meskipun menimbulkan efek samping yang buruk.[52][53] Biasanya antibiotik diresepkan karena pasien mengharapkan dokter memberikannya dan dokter ingin membantu pasiennya. Meresepkan antibiotik juga dilakukan karena sulitnya menentukan penyebab infeksi mana yang dapat disembuhkan dengan antibiotik.[54] Tidak ada obat-obatan antivirus untuk mengatasi pilek meskipun beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa obat-obatan tersebut bermanfaat.[38][55]
Penanganan alternatif
Meskipun terdapat banyak penanganan alternatif yang digunakan untuk pilek, tidak ada cukup bukti untuk mendukung penggunaan penanganan biasa.[38] Sejak 2010, tidak ada cukup bukti untuk menganjurkan atau tidak menganjurkan madu atau irigasi hidung.[56][57] Suplemen Zinc dapat meredakan keparahan dan memperpendek durasi gejala apabila dikonsumsi dalam kurun waktu 24 jam sejak gejala awal muncul.[35] Efek vitamin C pada selesma, meskipun telah diteliti secara luas, mengecewakan.[36][58] Bukti mengenai kegunaan echinacea tidaklah ajek.[59][60] Jenis suplemen echinacea yang berbeda memiliki keefektifan yang berbeda pula.[59]
Hasil
Pilek biasanya ringan dan hilang dengan sendirinya seiring meredanya gejala pilek setelah satu minggu.[2] Komplikasi yang parah, jika ada, dialami oleh mereka yang berusia sangat tua, sangat muda, atau mereka yang mengalami imunosupresi (memiliki sistem imun yang lemah).[61] Infeksi bakteri sekunder dapat terjadi dan menyebabkan sinusitis, faringitis, atau infeksi telinga.[62] Sinusitis diperkirakan terjadi pada 8% kasus. Infeksi telinga terjadi pada 30% kasus.[63]
Kemungkinan
Pilek atau selesma merupakan penyakit yang paling umum pada manusia [61] dan terjadi di seluruh dunia.[16] Orang dewasa biasanya terkena infeksi dua hingga lima kali per tahun.[2][3] Anak-anak dapat terserang pilek enam hingga sepuluh kali per tahun (dan hingga dua belas kali per tahun pada anak sekolah).[38]Angka infeksi dengan gejala meningkat pada manula karena sistem imun yang melemah.[24]
Sejarah
Meskipun penyebab pilek baru dapat diidentifikasi pada 1950-an, penyakit tersebut telah ada di tengah kehidupan manusia sejak zaman purba.[64] Gejala dan penanganannya dijelaskan dalam papirus Ebers dari Mesir, teks medis tertua yang pernah ada, ditulis sebelum abad ke-16 Sebelum Masehi.[65] Istilah “selesma” ("common cold") mulai digunakan pada abad ke-16, yakni karena kemiripan gejalanya dengan gejala orang yang terpajan cuaca dingin.[66]
Di Inggris, Common Cold Unit (CCU) dibuat oleh Medical Research Council pada 1946 dan di sanalah rhinovirus ditemukan pada 1956.[67] Pada 1970-an, CCU menunjukkan bahwa penanganan dengan interferon selama fase inkubasi infeksi rhinovirus memberikan perlindungan dari penyakit tersebut.[68] Belum ada penanganan praktis yang dapat dikembangkan. Unit tersebut ditutup pada 1989, dua tahun setelah unit tersebut menyelesaikan riset terhadap tablet hisap zink glukonat untuk pencegahan dan penanganan pilek yang disebabkan oleh rhinovirus. Zink menjadi satu-satunya penanganan yang berhasil yang dikembangkan sepanjang sejarah CCU.[69]
Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi dari pilek belum dipahami secara benar di sebagian besar negara di dunia.[71] Di Amerika Serikat, terdapat 75 juta hingga 100 juta kunjungan ke dokter per tahun dengan keluhan selesma atau pilek dan perkiraan biayanya mencapai $7,7 juta per tahun. Penduduk Amerika membelanjakan $2,9 juta untuk obat-obatan yang dijual bebas. Penduduk Amerika membelanjakan $400 juta lainnya untuk obat-obatan dengan resep dokter hanya untuk meringankan gejala pilek.[72] Lebih dari sepertiga pasien yang memeriksakan diri ke dokter menerima resep antibiotik. Penggunaan resep antibiotik menimbulkan implikasi kekebalan terhadap antibiotik.[72] Sekira 22 juta hingga 189 juta hari terbuang setiap tahunnya karena pilek. Akibatnya, para orang tua absen dari kerja mereka selama 126 juta hari kerja agar mereka bisa berada di rumah dan merawat anak-anak mereka. Jika ditambahkan dengan 150 juta hari kerja yang ditinggalkan oleh para pegawai yang menderita pilek, dampak ekonomi total dari hilangnya waktu kerja yang disebabkan oleh penyakit pilek melampaui $20 miliar per tahun.[12][72] Ini berarti 40% dari total waktu kerja yang hilang di Amerika Serikat.[73]
Penelitian
Kemanjuran sejumlah obat antivirus telah diuji untuk menangani penyakit pilek. Sejak 2009, belum ada yang terbukti efektif maupun mendapat lisensi.[74] Percobaan terhadap obat antivirus pleconaril sedang dilakukan. Obat ini menjanjikan solusi untuk melawan picornavirus. Percobaan lain juga sedang dilakukan yakni percobaan terhadap BTA-798.[75] Bentuk obat oral pleconaril semula bermasalah dengan keamanannya, oleh karena itu penelitian dilakukan terhadap bentuk semprotnya.[75]
Peneliti dari University of Maryland, College Park dan University of Wisconsin–Madison telah memetakan genom untuk semua galur virus penyebab pilek yang telah diketahui.[76]
Faringitis
Faringitis (bahasa Latin: pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau hulu kerongkongan (pharynx). Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang lemah. Faringitis biasanya disebabkan oleh bakteri streptococcus. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena bakteri. Kadangkala makan makanan yang sehat dengan buah-buahan yang banyak, disertai dengan vitamin bisa menolong.
Gejala radang tenggorokan seringkali merupakan pratanda penyakit flu atau pilek.
Terdapat dua jenis radang tenggorok yaitu akut dan kronis:
Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.
Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.
Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidarasi terjadi karena
kekurangan zat natrium;
kekurangan air;
kekurangan natrium dan air.
Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan berat badan, yaitu
Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan), dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan), dan dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).
Selain mengganggu keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sudah sangat berat, dehidrasi bisa pula berujung pada penurunan kesadaran, koma, bahkan bisa saja meninggal dunia. Dan Jangan coba-coba menurunkan berat badan dengan cara dehidrasi karena anda akan menanggung resiko gangguan pada ginjal anda.
Penyebab tersering dehidrasi diantaranya intens, muntah, demam, atau berkeringat yang berlebihan.
Mual
Mual adalah perasaan tidak menyenangkan yang ada sebelum muntah.[1] Ini biasa disertai berkeringat, bertambahnya air liur, dan kontraksi ritmisn otot-oto dinding perut.[1] Dalam sumber lain Mual adalah suatu kondisi dimana seseorang mempunyai perasaan yang menekan dan tidak nyaman sebelum muntah, tetapi tidak selalu menyebabkan muntah.[2] Mual setelah makan bisa disebabkan karena berbagai keadaan, misalnya sehabis makan makanan tertentu.[2] Hal ini bisa terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa.[2] Muntah, yang biasanya mengikuti mual, adalah tindakan tidak terkontrol dan merupakan semburan hebat isi perut. Ini terjadi jika otot sfingter di bagian bawah esofagus melemas dan otot-otot dinding perut mendadak mengerut menekan lambung.[1] Mual dihasilkan oleh rangsang sekelompok sel saraf dalam tak, disebut pusat muntah.[1] Jika rangsangan cukup hebat, mual akan diikuti oleh muntah. Kadang-kadang merasa mual adalah hal yang tidak perlu dikhawatirkan.[1] Namun, bila sering mual atau berkali-kali mual tanpa alasan yang jelas harus mencari bantuan medis.[1] Pada banyak kasus, mual kadang tidak perlu diobati.[1] Namun, jika mual terus dirasakan atau diikuti gejala-gejala lain, seperti rasa sakit atau penurunan berat badan, penting bagi penderita untuk berkonsultasi dengan dokter.[1] Juga penting untuk menemukan penyebab mual dan muntah.[1] Pada banyak kasus, seperti masa hamil atau mabuk perjalanan, penyebabnya jelas.[1] Namun, ada penyebab lain untuk mual yang sering.[1] Kadang-kadang mual adalah satu-satunya gejala langsung kondisi yang membahayakan.[1] Sejumlah kondisi yang menyenangkan dapat menyebabkan mual, salah satu yang paling sering adalah kebanyakan makan.[1]
Masuk angin
Masuk angin adalah suatu "penyakit" yang disebabkan karena berkumpulnya gas yang tidak merata di dalam tubuh. Masuk Angin diyakini menjadi penyakit yang nyata, namun saat ini belum ada bukti medis untuk mendukung klaim ini. Penyakit ini mirip influenza karena gejala dan penyebabnya hampir sama. Masuk angin biasanya dianggap sekadar mitos di dunia kedokteran tetapi kenyataannya banyak sekali penderitanya.
Penyebab
Biasanya penyebab utamanya adalah udara dingin yang berlebihan. Contohnya adalah terlalu lama di ruangan AC, bermain hujan-hujanan, cuaca yang dingin, dan lainnya. Penyebab lainnya adalah terlalu banyak tertawa, salah makan, kurang kentut, atau karena terlalu lelah.[1] Masyarakat langsung menyebut masuk angin setiap kali merasa badan tidak enak. Badan tidak enak yang disebabkan masuk angin, umumnya terjadi di masa pergantian cuaca dari musim kemarau ke penghujan atau sebaliknya (pancaroba). Di masa peralihan itu angin seringkali bertiup kencang. Angin sering disalahkan karena masuk ke tubuh tanpa permisi dan menyebabkan badan terasa tak enak. Angin sering dituduh masuk ke tubuh tanpa permisi ketika tubuh terekspos angin yang bertiup kencang.
Saat di musim bukan pancaroba pun "angin tak diundang" ini sering menghinggapi orang-orang tertentu. Penyakit ini acapkali singgah di tubuh orang yang sering begadang, kurang tidur atau kurang istirahat. Gara-gara angin, penderitanya jadi merasa tak enak badan ketika bangun di pagi hari.
Masuk angin sebenarnya merupakan kumpulan gejala yang terjadi akibat gabungan kelelahan fisik, terlambat makan, dan stres pikiran. Karena gabungan ketiga hal itu, terjadilah pembentukan gas berlebihan di lambung dan usus. Kemudian timbul perasaan penuh di usus lalu mulas, diikuti mual dan muntah. Kalau sudah begini, inilah yang disebut masuk angin.
Sebenarnya penyebabnya bukan cuaca dingin, bukannya anginlah yang memicu terjadinya masuk angin. Cuaca dingin yang menyergap tubuh menimbulkan mekanisme vasoconstriction atau penyempitan pembuluh darah. Sebenarnya penyempitan pembuluh darah ini merupakan mekanisme tubuh untuk menjaga agar tidak terjadi pengeluaran kalori berlebihan dari tubuh, sehingga tubuh tidak perlu mengalami penurunan suhu atau hipotermia. Namun, dampak kurang menyenangkan dari penyempitan pembuluh ini adalah peredaran darah menjadi kurang lancar. Akibatnya, hasil metabolisme, berupa asam laktat, terakumulasi pada otot-otot. Inilah yang membuat badan jadi terasa pegal-pegal.
Cuaca dingin dapat menyebabkan rambut-rambut sel di saluran napas lambat bergerak. Padahal, mereka berfungsi untuk mengeluarkan lendir, bakteri, dan virus. Perlambatan ini juga menyebabkan seseorang menjadi rentan terkena infeksi seperti batuk, pilek, dan lain-lain.
Perihal perut kembung terisi gas, bisa terjadi akibat cuaca dingin yang menyebabkan perlambatan gerak peristaltik usus. Perlambatan inilah yang menyebabkan gas tertampung di saluran cerna, sehingga perut terasa kembung dan penuh (begah). Dan akhirnya perut akan tertekan oleh gas dan menyebabkan rasa mual sehingga menekan nafsu makan.
Gejala
Gejala masuk angin antara lain :
Tubuh terasa tidak nyaman (meriang/menggigil)
Selalu merasa kedinginan (terutama di ujung jari kaki dan tangan)
Cegukan
Perut kembung
Mudah lelah
Sering mengantuk
Pilek
Demam
Diare
Mual dan muntah
Berkeringat dingin
Sulit untuk mengeluarkan kentut maupun bersendawa
Nafsu makan berkurang
Pengobatan
Masuk angin ini termasuk penyakit penting tetapi kurang penting. Penting sebab meskipun di luar negeri tidak dikenal, di Indonesia banyak sekali penderitanya. Bisa dianggap kurang penting sebab ini termasuk penyakit yang hilang sendiri setelah penderitanya minum teh manis hangat atau air jahe hangat dan kerokan.[1] Bisa juga dengan meminum teh peppermint, karena peppermint berfungsi sebagai dekongestan, ekspektoran dan antivirus yang dapat meredakan nyeri tenggorokan dan melegakan batuk.[2]
Pengobatan yang biasanya dilakukan adalah dengan diurut, digosok dengan minyak gosok (dikerok), atau minum air hangat. Selama menderita masuk angin, penderita tidak boleh berada di ruangan dingin (terutama ruangan AC) dan tidak boleh terlalu lelah. Karena ini, banyak orang pernah tewas akibat heatstroke, yang merupakan kondisi medis yang nyata. Secara medis, dokter akan memberi parasetamol, vitamin, dan obat penenang. Dan tentu saja pasien dianjurkan untuk beristirahat.
Mengatasi gejala pegal linu, kembung, batuk pilek, pusing, mual, dan lain-lainnya dengan memakan sup panas, minum obat flu yang dijual bebas, dan beristirahat di tempat tidur yang hangat. Tindakan mereka ini sama dengan yang dianjurkan para dokter. Dianjurkan untuk memilih sup ayam, karena sup ini berguna sebagai anti radang yang meredakan gejala masuk angin.[2]
Di Pulau Jawa mengatasi masalah masuk angin dengan minum teh hangat atau air jahe hangat. Untuk menghangatkan badan, tubuh dibaluri minyak telon atau minyak kayu putih. Meski demikian, tindakan yang paling populer untuk mengusir angin adalah kerokan.
Penderita maag atau penderita keluhan lambung harus berhati-hati dengan jahe. Alih-alih menyembuhkan masuk angin, jahe bisa membuat iritasi lambung jadi tambah parah. Jahe yang merupakan rempah dari akar ini sudah lama disebut-sebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit, mulai dari mual dan artristis sampai infeksi saluran nafas atas.[2] Bawang Putih yang mengandung senyawa allicin, terbukti punya fungsi antibakteri dan antijamur.[2] Meminum Jus Jeruk, karena buah jeruk penuh dengan vitamin C. Vitamin C merupakan antioksidan alami serta dapat membantu tubuh melawan infeksi.[2]
Penderita yang akan sembuh biasanya ditandai dengan keluarnya angin melalui anus (kentut) atau melalui mulut (bersendawa), dan terkadang bisa juga ditandai dengan muntah (hanya 1-2 kali,bukan terus-menerus). Umumnya bau kentut penderita masuk angin hampir atau tidak menyengat sama sekali.
Migrain
Migrain adalah gangguan kronis yang ditandai dengan terjadinya sakit kepala ringan hingga berat yang seringkali berhubungan dengan gejala-gejala sistem syaraf otonom. Kata migrain berasal dari Yunani ἡμικρανία (hemikrania), yaitu "rasa sakit di salah satu sisi kepala",[1] from ἡμι- (hemi-), "half", and κρανίον (kranion), "skull".[2]
Tandanya berupa sakit kepala unilateral (hanya pada separuh bagian kepala), berdenyut-denyut, dan berlangsung selama 2 hingga 72 jam. Gejala-gejala yang turut menyertai antara lain mual, muntah, fotofobia (semakin sensitif terhadap cahaya), fonofobia (semakin sensitif terhadap suara) dan rasa sakitnya semakin hebat bila melakukan aktifitas fisik.[3] Sekitar-sepertiga penderita sakit kepala migrain mengalami aura: yaitu semacam gangguan visual, indra, bicara, atau gerak/motorik yang menjadi pertanda bahwa sakit kepala tersebut akan segera muncul.[3]
Migrain dipercaya terjadi sebagai akibat dari gabungan berbagai faktor lingkungan dan genetik.[4] Kira-kira dua-per tiga kasus terjadi pada orang-orang yang sudah berkeluarga.[5] Kadar hormon yang naik-turun juga dapat berpengaruh: migrain sedikit lebih banyak terjadi pada remaja pria daripada wanita sebelum masa puber, namun pada orang dewasa, sekitar dua hingga tiga kali lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria.[6][7] Kecenderungan migrain biasanya berkurang selama masa kehamilan.[6] Mekanisme pasti migrain belum diketahui. Meski demikian, ada keyakinan bahwa penyakit ini disebabkan oleh gangguan neurovaskuler.[5] Teori utama yang mendasari adalah adanya hubungan dengan meningkatnya keterangsangan korteks serebral dan kendali abnormal sel-sel syaraf rasa sakit di dalam nukleus trigeminal batang otak.[8]
Manajemen dasar yang direkomendasikan yaitu dengan analgesik sederhana seperti ibuprofen dan asetaminofen untuk sakit kepala, antiemetik untuk mual, dan menghindari pemicu timbulnya migrain. Agensia khusus seperti triptan atau ergotamin mungkin dapat diaplikasikan bila analgesik sederhana tidak efektif. Lebih dari 10% jumlah penduduk di seluruh dunia pernah terkena migrain pada suatu ketika sepanjang hidup mereka.
Tanda dan gejala
Migrain biasanya muncul bersama sakit kepala parah dan terjadi berulang hingga membuat seseorang tidak bisa melakukan aktifitas secara normal, yang berhubungan dengan gejala-gejala otonom.[5][9] Sekitar 15-30% pasien migrain mengalami migrain dengan aura[10][11] dan para pasien yang mengalami migrain dengan aura juga seringkali mengalami migrain tanpa aura.[12] Tingkatan rasa sakit, lama terjadinya sakit kepala, dan frekuensi serangan bervariasi.[5] Migrain yang berlangsung hingga lebih dari 72 jam disebut status migrainosus.[13] Ada empat fase yang kemungkinan terjadi sebelum munculnya migrain:[3]
Prodromal, terjadi beberapa jam atau beberapa hari sebelum sakit kepala menyerang
Aura, yang muncul tepat sebelum serangan sakit kepala
Fase rasa sakit, juga disebut fase sakit kepala
Postdromal, efek yang dialami setelah serangan migrain berakhir
Fase Prodromal
Prodromal atau gejala yang menjadi pertanda migrain pada ~60% pasien[14][15] yang dimulai dua jam atau dua hari sebelum rasa sakit atau gejala aura bermula [16] Gejala-gejala ini bisa muncul dalam berbagai macam fenomena [17] antara lain: perubahan suasana hati, mudah tersinggung, depresi atau euforia, lemas, sangat menginginkan makanan tertentu, otot kaku (terutama di bagian leher), konstipasi/sembelit atau diare, dan semakin sensitif terhadap bau atau suara keras.[14] Gejala ini bisa muncul pada migrain dengan aura maupun tidak.[18]
Fase Aura
Aura yaitu fenomena neurologi fokus yang muncul sebelum atau selama sakit kepala.[15] Gejala tersebut muncul selama lebih dari beberapa menit dan biasanya berakhir kurang dari 60 menit.[19] Gejala-gejalanya bisa bersifat visual, sensorik atau motorik dan kebanyakan pasien mengalami lebih dari satu.[20] Efek visual adalah yang paling umum dan terjadi pada lebih dari 99% kasus dan secara khusus pada lebih dari setengah jumlah kasus yang terjadi.[20] Gangguan penglihatan seringkali berupa scintillating scotoma (sebuah area peralihan parsial dalam lapang pandang yang berkelip-kelip.)[15] Gangguan ini biasanya bermula di dekat pusat penglihatan lalu menyebar ke pinggir berupa garis-garis zigzag yang pernah digambarkan mirip benteng atau dinding-dinding kastil.[20] Biasanya garis-garis tersebut berwarna hitam putih namun beberapa pasien juga melihat garis-garis berwarna.[20] Beberapa pasien kehilangan sebagian lapang pandang mereka dan disebut sebagai hemianopsia sementara pasien yang lain mengalami pandangan kabur.[20]
Aura sensorik adalah yang nomor dua paling umum muncul pada 30-40% pasien yang mengalami aura.[20] Sering disertai dengan rasa tertusuk-tusukyang dimulai dari salah satu tangan dan lengan lalu menyebar ke area hidung-mulut pada sisi yang sama.[20] Rasa kebas biasanya muncul setelah rasa kesemutan berakhir bersamaan dengan hilangnya indera posisi.[20] Gejala-gejala lain fase aura antara lain: gangguan bicara atau bahasa, rasa berputar-putar, dan gangguan motorik yang lebih jarang muncul.[20] Gejala motorik menandakan bahwa migrain yang terjadi merupakan jenis hemiplegik, rasa lemas biasanya berlangsung lebih dari satu jam tidak seperti aura lainnya.[20] Aura jarang terjadi tanpa diikuti sakit kepala,[20] yang dikenal dengan nama migrain diam.
Fase Rasa Sakit
Sederhananya, sakit kepala ini bersifat unilateral, berdenyut-denyut, dan intensitasnya ringan hingga parah.[19] Biasanya rasa sakitnya terjadi secara bertahap[19] dan semakin parah seiring dengan bertambahnya aktifitas fisik.[3] Meski demikian, pada lebih dari 40% kasus, sakit kepala yang terjadi bersifat bilateral, biasanya juga disertai sakit leher.[21] Sakit kepala bilateral hanya umum terjadi pada pasien migrain tanpa aura.[15] Kadangkala, sakitnya terutama terasa di bagian kepala belakang dan atas.[15] Pada orang dewasa, sakit biasanya berlangsung selama 4 hingga 72 jam[19] sementara pada anak-anak, seringkali berlangsung kurang dari 1 jam.[22] Frekuensi serangan bervariasi, dari hanya beberapa kali saja seumur hidup hingga beberapa kali seminggu, dengan rata-rata satu kali sebulan.[23][24]
Sakit kepala seringkali disertai dengan rasa mual, muntah, sensitif terhadap cahaya, sensitif terhadap suara, sensitif terhadap bau, lemas dan mudah tersinggung.[15] Pada migrain basilar, migrain dengan gejala neurologis yang berhubungan dengan batang otak atau dengan gejala neurologis pada kedua sisi tubuh,[25] dampak yang biasanya terjadi antara lain: suatu sensasi duani berputar, kepalaterasa ringan, dan kebingungan.[15] Mual terjadi pada hampir 90% pasien, dan muntah terjadi padasepertiganya.[26] Oleh sebab itulah kebanyakan pasien ingin berada di ruangan yang gelap dan tenang.[26] Gejala lain yang dapat turut menyertai: pandangan kabur, hidung tersumbat, diare, sering buang air kecil, pucat, atau berkeringat.[27] Kulit kepala bengkak atau terasa lunak bisa juga terjadi seperti halnya kaku leher.[27] Gejala-gejala umum lebih jarang terjadi pada pasien lansia.[28]
Posdromal
Efek migrain dapat berlangsung selama beberapa hari setelah sakit kepala inti berakhir; efek ini dinamakan migrain posdromal. Banyak pasien yang melaporkan rasa nyeri di bagian yang terserang migrain, beberapa pasien juga melaporkan tidak dapat berpikir dengan normal selama beberapa hari setelah sakit kepala berakhir. Pasien mungkin mengalami kelelahan atau "hung over" dan rasa sakit kepala, gangguan kognitif, gejala gastrointestinal, perubahan suasana hati, dan lemah.[29] Berdasarkan sebuah ikhtisar yang mengatakan, "Sebagian pasien secara ganjil tiba-tiba merasa segar atau senang bukan main setelah serangan, sementara sebagian yang lain merasakag depresi dan gelisah."[30]
Penyebab
Penyebab utama migrain tidak diketahui[31] meski demikian, penyakit tersebut diyakini berhubungan dengan gabungan faktor lingkungan dan genetik.[4] Penyakit ini terjadi pada orang yang sudah berkeluarga sebanyak dua-pertiga dari seluruh kasus yang terjadi[5] dan jarang terjadi akibat cacat gen tunggal.[32] Sejumlah kondisi psikologis yang memiliki keterkaitan antara lain: depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar[33] sebagaimana berbagai kejadian biologis atau pemicu.
Genetik
Studi pada saudara kembar menunjukkan ada sekitar 34 hingga 51% pengaruh genetik terhadap peluang munculnya sakit kepala migrain.[4] Hubungan genetis ini lebih kuat pada migrain dengan aura ketimbang migrain tanpa aura.[12] Sejumlah varian gen spesifik meningkatkan risiko ringan hingga menengah.[34]
Jarang ada gangguan-gangguan gen tunggal yang mengakibatkan migrain.[34] Salah satu yang diakibatkan gangguan ini dikenal dengan migrain hemiplegik familial, tipe migrain dengan aura, yang diwarisi secara dominan autosomal.[35][36] Gangguan-gangguan tersebut berkaitan dengan varian kode gen untuk protein yang terlibat dalam transport ion.[15] Gangguan genetik lain yang menyebabkan migrain adalah sindrom CADASIL atau Cerebral Autosomal Dominant Arteriopathy dengan infark subkortikal dan leukoensefalopati.[15]
Pemicu
Migrain mungkin terjadi karena adanya pemicu, beberapa pasien melaporkan memang ada pengaruhnya dalam sedikit kasus[5] sementara mayoritas disebabkan oleh faktor lainnya.[37] Banyak hal telah disebut-sebut sebagai pemicu, namun kekuatan dan signifikansi hubungannya masih belum pasti.[37][38] Pemicu dapat muncul sekitar 24 jam sebelum gejala bermula.[5]
Aspek fisiologis
Pemicu yang umum disebut-sebut antara lain stres, lapar, dan kelelahan (hal-hal ini memang turut menyebabkan sakit kepala akibat ketegangan).[37] Migrain lebih sering muncul saat menstruasi.[39] Pengaruh hormonal lainnya antara lain menarche, penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, perimenopause, dan menopause, juga turut berperan.[40] Pengaruh hormonal ini rupanya berperan lebih besar pada migrain tanpa aura.[41] Migrain biasanya tidak terjadi selama kedua dan trimester ketiga atau selama menopause setelah itu.[15]
Aspek Makanan
Kajian mengenai pemicu menemukan bahwa bukti yang ada kebanyakan hanya berdasarkan pada penilaian subyektif dan belum cukup kuat membuktikan atau membantah pemicu-pemicu tertentu.[42][43] Terkait agensia tertentu tampaknya tidak ada bukti mengenai efek tiramin pada migrain[44] sementara itu monosodium glutamat (MSG) seringkali dilaporkan sebagai pemicu dari jenis makanan[45] namun bukti-bukti yang ada tidak konsisten mendukung laporan ini.[46]
Aspek lingkungan
Disimpulkan bahwa semua bukti yang ada untuk mendukung pemicu potensial pada lingkungan di dalam maupun di luar kualitasnya kurang, namun tetap disarankan pada para penderita migrain untuk mengambil langkah pencegahan terkait kualitas udara dan pencahayaan dalam ruang.[47] Pernah diyakini bahwa migrain lebih banyak terjadi pada orang-orang berinteligensi tinggi, namun hal ini tidaklah benar.[41]
Patofisiologi
Migrain diyakini sebagai gangguan neurovaskuler[5] berdasarkan bukti pendukung menggunakan mekanisme yang dimulai dari dalam bagian otak lalu menyebar ke dalam pembuluh darah.[48] Beberapa peneliti menduga mekanisme neuronal memainkan peranan yang lebih besar,[49] namun sebagian yang lain menduga pembuluh darah memegang peran kunci.[50] Others feel both are likely important.[51] Tingginya kadar neurotransmitter serotonin, yang juga dikenal sebagai 5-hidroksitriptamin, juga diyakini turut berperan.[48]
Aura
Depresi kortikal menyebar atau depresi Leão menyebar merupakan ledakan aktifitas neuron yang diikuti dengan periode inaktifitas yang ditemukan pada para pasien migrain dengan aura.[52] Ada banyak penjelasan terkait munculnya depresi ini termasuk aktifasi reseptor NMDA yang menyebabkan kalsium masuk ke dalam sel.[52] Setelah terjadi ledakan aktifitas, darah terpompa ke dalam korteks serebral di dalam area yang terdampak lalu berkurang dalam waktu dua hingga enam jam.[52] Diyakini bahwa ketika depolarisasi mengalir ke bagian bawah otak, syaraf-syaraf yang mengindra rasa sakit di kepala dan leher terpicu.[52]
Sakit
Mekanisme pasti sakit kepala yang muncul saat migrain belum diketahui.[53] Beberapa bukti mendukung adanya peran utama struktur sistem syaraf pusat (seperti batang otak dan diensefalon)[54] sementara ada data lain yang mendukung peran aktifasi periferi (misalnya melalui syaraf sensorik yang membungkus pembuluh darah kepala dan leher).[53] Pembuluh-pembuluh yang diduga potensial antara lain: arteri dural, arteri pial dan arteri ekstrakranial yaitu yang berada di kulit kepala.[53] Peran vasodilasi arteri ekstrakranial pada khususnya diyakini signifikan.[55]
Diagnosis
Diagnosis migrain dilakukan berdasarkan tanda dan gejala.[5] Tes imaging kadang-kadang dilakukan untuk mengeluarkan penyebab-penyebab sakit kepala lainnya.[5] Diyakini masih banyak sekali pasien dengan kondisi demikian belum terdiagnosis.[5]
Diagnosis migrain tanpa aura, menuruy International Headache Society, dapat dilakukan berdasarkan kriteria berikut, yaitu kriteria "5, 4, 3, 2, 1":[3]
Lima atau lebih serangan — untuk migrain dengan aura, dua serangan sudah cukup digunakan untuk diagnosis.
Berlangsung selama beberapa jam sampai tiga hari
Terjadi dua atau lebih gejala di bawah ini:
Unilateral (Terjadi pada setengah bagian kepala);
Berdenyut-denyut;
"Intensitas rasa sakit sedang atau parah";
"Semakin memburuk atau menyebabkan pasien menghidari aktifitas fisik biasanya"
Terjadi satu atau lebih gejala berikut ini:
Mual dan/atau muntah;
Sensitif terhadap cahaya(fotofobia) dan suara (fonofobia)
Bila seseorang mengalami dua dari gejala berikut: fotofobia, mual, atau tidak dapat bekerja/belajar selama seharian maka kemungkinan besar terdiagnosis migraine.[56] Pasien yang mengalami empat dari lima gejala berikut: sakit kepala berdenyut-denyut, terjadi selama 4–72 jam, rasa sakit di salah satu sisi kepala, mual, atau gejala-gejala yang memengaruhi aktifitas kehidupan seseorang, maka kemungkinan besar diagnosis migrain adalah 92%.[11] Pasien yang mengalami kurang dari tiga gejala-gejala ini hanya memiliki kemungkinan sebesar 17%.[11]
Klasifikasi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Klasifikasi dan diagnosis ICHD migrain
Migrain pertama kali diklasifikasikan secara komprehensif pada tahun 1988.[12] Masyarakat Sakit Kepala Internasional (International Headache Society) membuat klasifikasi sakit kepala paling mutakhir pada tahun 2004.[3] Berdasarkan klasifikasi ini migrain merupakan sakit kepala primer yang disertai dengan antara lain sakit kepala tipe ketegangan dan sakit kepala kluster.[57]
Migrain dibagi menjadi tujuh subkelas (beberapa di antaranya masih dibagi menjadi subdivisi lagi):
Migrain tanpa aura, atau "migrain biasa", yaitu berupa sakit kepala migrain yang tidak disertai aura
Migrain dengan aura, atau "migrain klasik", biasanya berupa sakit kepala migrain dengan aura. Meski jarang, aura juga dapat muncul tanpa sakit kepala, atau dengan sakit kepala non-migrain. Dua variasi lainnya yaitu migrain hemiplegik familial dan migrain hemiplegik sporadis, yaitu migrain dengan aura yang juga menyebabkan pasien mengalami kelemahan motorik. Bila seorang kerabat dekat mengalami kondisi yang sama, maka disebut "familial", bila sebaliknya maka disebut "sporadis". Variasi lainnya yaitu migrain tipe-basilar, yaitu sakit kepala dan aura yang disertai dengan kesulitan bicara, dunia berputar, telinga berdenging, atau sejumlah gejala yang berkaitan denganbatang otak, namun tanpa terjadi kelemahan motorik. Tipe migrain ini mula-mula diyakini disebabkan oleh spasme arteri basilar, arteri yang mengangkut darah ke batang otak.[25]
Sindrom periodik masa kanak-kanak yang biasanya menjadi prekursor migrain antara lain muntah siklik (periode muntah parah mendadak), migrain abdominal (sakit perut, biasanya disertai mual), dan vertigo paroksismal benigna anak-anak (serangan vertigo mendadak).
Migrain retinal terdiri dari sakit kepala migrain diserai gangguan penglihatan atau bahkan kebutaan sementara pada salah satu mata.
Komplikasi migrain yaitu berupa sakit kepala migrain dan/atau aura yang biasanya terjadi dalam waktu lama atau amat sangat sering, atau disertai dengan kejang-kejang atau lesi otak.
Migrain probabel adalah suatu kondisi yang menunjukkan sifat-sifat migrain, namun tidak ada cukup bukti untuk mendiagnosis kondisi tersebut sebagai migrain (yang juga disertai penggunaan obat berlebihan).
Migrain kronis adalah komplikasi migrain, dan sakit kepala yang memenuhi kriteria diagnostik sakit kepala migrain dan berlangsung selama jangka waktu yang lebih panjang. Biasanya selama lebih dari atau sama dengan 15 hari/bulan selama kurun waktu lebih dari 3 bulan.[58]
Migrain abdominal
Diagnosis untuk migrain abdominal sangat kontroversial.[59] Beberapa bukti menunjukkan bahwa nyeri abdominal berulang selama waktu tertentu tanpa disertai sakit kepala juga merupakan suatu jenis migrain.[59][60] Atau paling tidak merupakan prekursor dari migrain.[12] Episode nyeri ini bisa muncul atau pun tidak muncul pada gejala awal mirip migrain dan biasanya berlangsung dalam hitungan menit hingga jam.[59] Keadaan ini biasanya terjadi pada seseorang dengan sejarah migrain khas perorangan atau keluarga.[59] Gejala lain yang juga dipercaya sebagai prekursor adalah: Sindrom muntah bersiklus dan benign paroxysmal vertigo pada masa kanak-kanak.[12]
Diagnosis diferensial
Kondisi lain yang juga dapat menyebabkan gejala yang sama untuk sakit kepala pada migrain termasuk: temporal arteritis, sakit kepala cluster, glaukoma akut, meningitis dan subarachnoid hemorrhage.[11] Temporal arteritis biasanya muncul pada orang berusia di atas 50 tahun dan ditunjukkan dengan adanya bagian lunak pada pelipis, sakit kepala cluster ditunjukkan oleh satu-sisi hidung tersumbat, mata berair dan nyeri hebat di sekitar rongga mata, glaukoma akut berhubungan dengan masalah penglihatan, meningitis dengan demam, dan subaracchnoid hemorrhage dengan serangan yang cepat.[11] Tekanan sakit kepala biasanya muncul pada ke dua sisi, tidak berdenyut, dan kurang melumpuhkan.[11]
Pencegahan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pencegahan migrain
Perawatan pencegahan migrain termasuk: pengobatan, suplemen nutrisi, perubahan gaya hidup, dan pembedahan. Pencegahan direkomendasikan untuk mereka yang mengalami sakit kepala lebih dari dua hari dalam seminggu, tidak dapat menoleransi pengobatan untuk menyembuhkan serangan akut, atau serangan hebat yang sulit untuk dikontrol.[11]
Tujuannya adalah untuk mengurangi frekuensi, kesakitan, dan atau durasi migrain, dan juga untuk meningkatkan efektivitas terapi yang gagal.[61] Alasan pencegahan yang lain adalah untuk menghindari sakit kepala karena kelebihan pemakain obat. Keadaan ini merupakan masalah umum yang dapat menyebabkan sakit kepala kronis harian.[62][63]
Pengobatan
Obat untuk mencegah migrain dianggap efektif apabila dapat mengurangi frekuensi atau tingkat keparahan serangan migrain setidaknya sampai 50%.[64] Pedoman dengan peringkat yang cukup konsisten topiramate, divalproex/sodium valproate, propranolol, dan metoprolol mempunyai tingkat bukti yang tertinggi untuk pertama -tingkat use.[65] Rekomendasi yang menyangkut efektivitas bagaimanapun bervariasi untuk gabapentin.[65] Timolol juga efektif untuk pencegahan migrain dan mengurangi frekuensi serangan migrain dan mengurangi tingkat keparahannya, sementara frovatriptan bekerja efektif untuk pencegahan migrain saat menstruasi.[65] Amitriptyline and venlafaxine are probably also effective.[66] Botox telah ditemukan bermanfaat pada migrain kronis tetapi tidak untuk yang bersifat episodik.[67]
Terapi alternatif
Ekstrak akar
Petasites hybridus (butterbur) telah terbukti efektif mencegah migrain.[68]
Akupunktur efetif untuk menangani migrain.[69] Penggunaan akupunktur "sejati" tidak lebih efisien daripada akupunktur tiruan, namun demikian, keduanya tampak lebih efektif dari perawatan rutin, dengan efek merugikan yang lebih ringan daripada perawatan dengan obat profilaksis.[70] Penanganan kiropraktik, fisioterapi, pijat dan relaksasi mungkin dapat efektif seperti propranolol atau topiramate dalam pencegahan sakit kepala migrain; akan tetapi, penelitian mengalami kesulitan dengan metodologinya.[71] Terdapat bukit sementara dari manfaat untuk: magnesium, coenzyme Q(10), riboflavin, vitamin B(12),[72] and Fever-few, walaupun percobaan dengan kualitas yang lebih baik perlu dilakukan untuk memastikan hasil awal ini.[73] Dari semua pengobatan alternatif ini butterbur memberikan bukti yang terbaik untuk penggunaannya.[74]
Perangkat dan Pembedahan
Perangakat medis, seperti biofeedback dan neurostimulator, memiliki berbagai kelebihan untuk mencegah migrain, terutama ketika berbagai obat anti-migrain mengandung kontraindikasi atau dalam kondisi kelebihan pengobatan. Biofeedback membantu pasien sadar terhadap beberapa parameter fisiologis sehingga dapat mengontrolnya dan dapat bersantai dan dapat bekerja efisien untuk perawatan migrain.[75][76] Neurostimulasi dengan menggunakan neurostimulator berupa implan seperti alat pacu jantung untuk merawat migrain kronis yang sulit disembuhkan dengan memberikan hasil yang cukup memuaskan pada kasus yang parah.[77][78] Pembedahan migrain, yang melibatkan dekompresi pada syaraf tertentu sekitar kepala dan leher, juga merupakan pilihan untuk orang tertentu yang tidak mengalami kemajuan setelah mendapatkan pengobatan.[79]
Manajemen
Ada tiga aspek penting dalam perawatan: menghindari pencetus, mengontrol gejala akut, dan pencegahan farmakologi.[5] Pengobatan lebih efektif bila digunakan pada masa awal serangan.[5] Penggunaan obat yang sering dapat menyebabkan sakit kepala kelebihan pengobatan, keadaan di mana sakit kepala menjadi lebih parah dan lebih sering.[3] Hal ini dapat timbul pada pemakaian triptans, ergotamines, dan analgesik, terutama analgesic narkotik.[3]
Analgesik
Jenis yang direkomendasikan sebagai perawatan awal untuk mereka dengan gejala ringan hingga moderat adalah analgesik sederhana seperti obat anti inflamasi non-steroid (NSAID) atau kombinasi dari asetaminofen, asam acetilsalisilat, dan kafein.[11] Sejumlah NSAID memberikan bukti mendukung penggunaannya. Ibuprofen terbukti memberikan menyembuhkan rasa nyeri pada sebagian orang.[80] Diclofenac telah terbukti efektif.[81]
Aspirin dapat mengatasi nyeri migrain moderate hingga parah, dengan efektivitas yang mirip sumatriptan.[82] Ketorolac tersedia dalam formulasi intravena.[11] Parasetamol (juga dikenal sebagai asetaminofen), digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan metoklopramid, merupakan pengobatan efektif lainnya dengan risiko merugikan yang rendah.[83] In pregnancy acetaminophen and metoclopramide are deemed safe as are NSAIDs until the third trimester.[11]
Triptan
Triptan seperti sumatriptan efektif baik untuk nyeri dan mual pada hampir 75% penderita.[5][84] Ini merupakan perawatan yang awalnya direkomendasikan untuk mereka dengan nyeri moderat hingga parah atau mereka dengan gejala yang tidak memberikan respon pada analgesik sederhana.[11] Berbagai sediaan tersedia termasuk bentuk oral, injeksi, nasal spray, dan tablet hisap.[5] Secara umum, semua triptan tampaknya sama efektifnya, dengan efek samping yang sama. Namun, seseorang dapat memberikan respon yang lebih baik terhadap yang lebih spesifik.[11] Umumnya efek samping ringan, seperti flushing; bagaimanapun, kasus jarang seperti penyakit jantung iskemik pernah terjadi.[5] Sehingga obat ini tidak direkomendasikan untuk seseorang dengan penyakit kardiovaskuler.[11] Walaupun secara historis tidak direkomendasikan untu mereka dengan migrain basiler tidak ada bukti spesifik kerusakan karena penggunaannya pada populasi ini yang mendukung peringatan ini.[25] Obat ini tidak menyebabkan adiktif, tetapi dapat menyebabkan sakit kepala karena kelebihan bila digunakan lebih dari 10 hari per bulan.[85]
Ergotamin
Ergotamin dan dihidroergotamin adalah pengobatan lama yang masih diresepkan untuk migrain, yang terakhir merupakan nasal spray dan sediaan injeksi.[5] Pengobatan ini sama efektifnya dengan triptan,[86] are less expensive,[87] dan mengalami efek merugikan yang biasanya tidak parah.[88] Pada kasus sudah lemah, seperti pada status migrainosus, ini merupakan pilihan perawatan yang efekftif.[88]
Lainnya
Metoklopramida intravena atau lidokain intranasal adalah pilihan-pilihan potensial lainnya.[11] Metoklopramida adalah pengobatan yang direkomendasikan untuk mereka yang berada di bagian UGD.[11] Suatu dosis tunggal dari deksametason intravena, ketika diberikan pada pengobatan standar dari suatu serangan migrain, diasosiasikan dengan penurunan kekambuhan sakit kepala sebesar 26% dalam 72 jam berikutnya.[89] Manipulasi tulang belakang untuk mengobati sakit kepala migrain yang berkelanjutan terbukti tidak didukung.[90] Direkomendasikan bahwa golongan opioid dan barbiturat tidak digunakan.[11]
Prognosa
Prognosa jangka panjang pada orang-orang dengan migrain bervariasi.[9] Kebanyakan orang dengan migrain memiliki periode kehilangan produktivitas yang disebabkan oleh penyakitnya [5] meskipun biasanya kondisi tersebut cukup jinak[9] dan tidak berasosiasi dengan peningkatan resiko kematian.[91] Ada empat pola utama dari penyakit migrain : gejala dapat hilang secara sempurna, gejala dapat berlanjut namun berkurang seiring waktu, gejala dapat berlanjut dengan frekuensi dan keparahan yang sama, atau serangan migrain dapat memburuk dan menjadi lebih sering.[9]
Migrain dengan aura nampaknya menjadi faktor resiko dari stroke iskemik[92] yang menggandakan resiko tersebut.[93] Orang dewasa muda, wanita, pengguna kontrasepsi hormonal, dan perokok meningkatkan resiko ini lebih lanjut.[92] Nampaknya juga ada suatu asosiasi dengan pembedahan arteri serviks.[94] Migrain tanpa aura nampaknya bukan merupakan suatu faktor.[95] Hubungan dengan masalah jantung tidak memberikan kesimpulan meskipun suatu studi tunggal mendukung asosiasi tersebut.[92] Secara umum bagaimanapun migrain tidak tampak untuk meningkatkan resiko kematian akibat stroke atau penyakit jantung.[91] Terapi preventatif migrain pada penderita migrain dengan aura dapat mencegah stroke yang diasosiasikan.[96]
Mulas
Mulas atau melilit atau sering dianggap dan disebut sakit perut (Gastro Oesophageal Reflux) adalah rasa sakit atau nyeri yang hanya terjadi di bagian perut. Mulas umumnya terjadi karena ukuran perut membesar dari dalam dan mengurangi ruang bebas di dalam perut. Mulas juga adalah rangsangan untuk segera buang air besar, buang air kecil, bersendawa, atau buang angin. Biasanya ini adalah salah satu tanda keluhan pencernaan manusia misalnya maag, masuk angin, mual disertai muntah, konstipasi, diare, atau keluhan pencernaan lainnya. Mulas juga merupakan salah satu gejala menstruasi atau pula kehamilan pada wanita. Sakit pada perut juga bisa menjadi gejala awal kanker seperti kanker pankreas atau kanker usus. Penyebabnya juga karena makan terlalu banyak atau terlau cepat dan stres.
Tanda dan gejala
Tanda atau gejala mulas pada setiap orang tidak terlalu jauh berbeda dan bahkan hampir sama. Tetapi tanda atau gejala umum dari rasa mulas adalah:
Sulit berkonsentrasi dikarenakan menahan rasa mulas di perut.
Tubuh tidak nyaman karena perut terasa tertekan dan berat.
Biasanya secara refleks, penderita harus sedikit membungkuk dan memegang perut untuk meredakan rasa mulasnya.
Perut terasa seperti ditekan atau ditusuk sesuatu.
Terkadang disertai dengan tanda perut begah dan/atau perut kembung.
Bahkan kadang-kadang rasa mulas dapat merambat ke bagian dada (umumnya karena rangsangan untuk bersendawa atau karena maag), meskipun tidak selalu terjadi. Rasa mulas kadang-kadang juga dapat menjadi lebih menyakitkan jika dibiarkan saja terus-menerus.
Pengobatan
Rasa mulas pada perut dapat dihilangkan atau dikurangi dengan mengonsumsi obat-obatan herbal, jamu-jamuan tertentu, terapi tertentu, atau cukup digosok dengan minyak gosok pada bagian perut yang sakit (jika rasa mulasnya tergolong ringan). Bahkan, biasanya mulas dapat menghilang dengan sendirinya (kecuali jika dikarenakan suatu penyakit). Atau dapat menghilang dengan melakukan hal yang dirangsang oleh tubuh misalnya saja:
Mulas karena rangsangan untuk buang air besar akan hilang setelah buang air besar.
Mulas karena rangsangan untuk buang air kecil akan hilang setelah buang air kecil.
Mulas karena rangsangan untuk bersendawa akan hilang setelah bersendawa.
Mulas karena rangsangan untuk buang angin akan hilang setelah buang angin.
Ini juga berlaku untuk kondisi-kondisi lainnya seperti kehamilan, menstruasi, dan sebagainya.
Obat seperti antasida bekerja sangat efektif mengatasi masalah ini. Namun untuk meredakan rasa mulas secara perlahan, duduk diam dengan tenang setelah makan serta menghindari membungkuk, atau tiduran juga dapat membantu. Menurunkan berat badan hingga lingkar pinggang mengecil dapat membantu karena mengurangi tekanan pada perut, dan membuat rasa mulas semakin reda. Butylscopolamine (Buscopan) dapat digunakan untuk mengobati sakit perut dan kram perut.[1]
Cara memeriksa berdasarkan lokasi
Sakit perut pada bagian tengah agak ke atas
Nyeri lambung (gastritis, ulkus lambung, kanker lambung)
Nyeri pankreas (pankreatitis atau kanker pankreas, dapat menyebar ke sisi kiri pinggang, punggung, dan bahkan bahu)
Duodenum ulkus (divertikulitis)
Radang usus buntu (dimulai di sini, setelah beberapa waktu, nyeri bergerak menurun menuju perut bagian kanan bawah)
Nyeri perut bagian atas kanan
Hati (hepatomegali yang disebabkan oleh karena hati berlemak, hepatitis, atau disebabkan oleh kanker hati)
Kandung empedu dan saluran empedu (batu empedu, radang kandung empedu, cacing gelang)
Nyeri usus besar (di bawah daerah hati) (obstruksi usus, gangguan fungsional, akumulasi gas, kejang, radang, kanker usus besar)
Nyeri perut pada bagian kiri atas
Nyeri limpa (splenomegali)
Nyeri pankreas (pankreatitis atau kanker pankreas, dapat menyebar ke sisi kiri pinggang, punggung, dan bahkan bahu)
Nyeri usus besar (di bawah daerah limpa) (obstruksi usus, gangguan fungsional, akumulasi gas, kejang, radang, kanker usus besar)
Sakit perut di bagian tengah (nyeri di daerah sekitar pusar)
Radang usus buntu (biasanya pertama dimulai terasa di sini)
Nyeri usus halus (peradangan, kejang usus, gangguan fungsional)
Nyeri perut kanan agak ke bawah
Sekum (intususepsi, obstruksi usus)
Nyeri Usus buntu (disini merupakan lokasi usus buntu)
Nyeri perut kiri agak ke bawah
Kolon sigmoid (polip, sigmoid volvulus, obstruksi atau akumulasi gas)
Nyeri pada panggul
Kandung kemih (sistitis, mungkin gejala sekunder untuk divertikulum batu kandung kemih, dan kanker kandung kemih)
Rasa sakit pada wanita (bagian rahim, ovarium, tuba fallopi)
Sakit pinggang dan sakit punggung bagian kanan
Nyeri liver (hepatomegali)
Nyeri ginjal bagian kanan (lokasinya di bawah area nyeri liver)
Sakit pinggang dan sakit punggung bagian kiri
Nyeri limpa yang sedikit sakit akibat splenomegali
Nyeri ginjal bagian kiri
Rendah kembali sakit
Nyeri ginjal (batu ginjal, kanker ginjal, hidronefrosis)
Nyeri saluran kemih (kencing batu)
Pendekatan diagnosis
Mulas dapat dibedakan sesuai dengan daerah yang terasa sakit.
Ketika seorang dokter memeriks pasien untuk menentukan etiologi dan pengobatan selanjutnya untuk sakit perut, ia harus melihat riwayat pasien dari jenis keluhan dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis di lebih dari 90% kasus. Penting juga untuk dokter perlu mengingat nyeri perut yang dapat disebabkan oleh masalah di luar perut, seperti serangan jantung khususnya dan pneumonia yang kadang-kadang dapat hadir sebagai nyeri perut.
Investigasi yang akan membantu diagnosis termasuk :
Tes darah termasuk menghitung darah secara lengkap, elektrolit, urea, kreatinin, tes fungsi hati, tes kehamilan, amilase dan lipase.
Urinalisis (pemeriksaan urin).
Penggambaran, termasuk X-ray dada dan perut.
Sebuah elektrokardiograf untuk mengetahui serangan jantung yang kadang-kadang dapat hadir sebagai nyeri perut.
Jika diagnosis masih belum jelas setelah penyelidikan dan pemeriksan dasar seperti di atas, maka investigasi lebih lanjut dapat mengungkapkan diagnosis.
Investigasi tersebut akan mencakup:
CT scan dari perut / panggul.
USG perut atau panggul.
Endoskopi dan kolonoskopi (tidak digunakan untuk mendiagnosis nyeri akut).
Sembelit
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.
Pencegahan
Jangan jajan di sembarang tempat.
Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan lainnya setiap hari.[1]
Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar. Tidak perlu memaksa untuk buang air besar setiap hari bila tidak ada rangsangan karena siklus pencernaan tiap orang berbeda-beda.
Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
Tidur minimal 4 jam sehari.
Menambah bumbu herbal dalam makanan, kecuali cabe.[2]
Diet secara tidak berlebihan.[2]
Mengonsumsi makanan anti inflamasi, seperti alpukat, apel, dan kelapa.[2]
Pengobatan
Jogging merupakan salah satu olahraga yang dapat meredakan dan mencegah sembelit.
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut dan punggung,[3] minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training. Terapi tertawa juga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara refleks bergerak sehingga perut terpijat sehingga merangsang gerakan peristaltik usus dan melancarkan buang air besar.
Konstipasi dapat juga diredakan atau diatasi dengan merendam kaki ke dalam air dingin. Kaki direndam sampai terasa cukup dingin. Terapi ini juga dapat mengatasi kaki pegal, pendarahan hidung, dan insomnia.[4]
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu dengan mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang kadang-kadang menyebabkan perut terasa melilit berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar), penghisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan).
Tekanan di dalam saluran pencernaan penderita kosntipasi terlalu rendah untuk mendorong keluar tinja dari dalam usus. Agar tekanannya menjadi tinggi, bagian atas usus perlu dibuat agar bertekanan lebih tinggi daripada bagian bawahnya, yakni dengan menempelkan air es di perut dan air hangat di pantat. Hal ini biasanya diterapkan untuk konstipasi yang datang secara tiba-tiba.[5]
Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:
Menahan buang air besar.
Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas.
Makan dalam porsi yang banyak.
Meminum minuman yang berkafein dan minuman ringan.
Mengkonsumsi makanan atau minuman dingin.
Penyebab
Model tinja atau feses 1 (konstipasi kronis), 2 (konstipasi sedang) dan 3 (konstipasi ringan) dari Bristol Stool Chart yang menunjukkan tingkat konstipasi atau sembelit.
Konstipasi atau sembelit adalah keluhan pada sistem pencernaan yang paling umum dan banyak ditemui di masyarakat luas termasuk di sekitar kita. Bahkan diperkirakan sekitar 80% manusia pernah mengalami konstipasi atau sembelit. Penyebab umum konstipasi atau sembelit yang berada disekitar kita antara lain:[butuh rujukan]
Kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.[6]
Menderita panas dalam.
Stres atau depresi dan aktivitas yang cukup padat.[7]
Pengaruh hormon dalam tubuh (misalnya dalam masa menstruasi atau kehamilan).
Usus kurang elastis (biasanya karena sedang dalam masa kehamilan atau usia lanjut).
Kelainan anatomis pada sistem pencernaan.
Gaya hidup dan pola makan yang kurang teratur (seperti diet yang buruk).
Efek samping akibat meminum obat yang mengandung banyak kalsium atau alumunium (misalnya obat antidiare, analgesik, dan antasida). [8]
Kekurangan asupan vitamin C dan kekurangan makanan berserat.
Merupakan gejala penyakit (misalnya tifus dan hernia).
Sering menahan rangsangan untuk buang air besar dalam jangka waktu yang lama.
Emosi, karena orang yang emosi atau cemas ususnya kejang, sehigga pertaltik usus terhenti dan usus besar menyerap kembali cairan feses. Akibatnya feses menjadi semakin keras.
Jarang atau kurang berolahraga. [8]
Kelebihan konsumsi serat. [9]
Kelebihan memakan daging. Terutama daging merah karena sulit dicerna dan memiliki banyak zat besi. Besi adalah zat yang membuat pengerasan tinja, membuatnya berwarna gelap dan hitam. [8]
Dari penyalahgunaan obat, seperti obat laksatif. Sebagai contoh, pemakaian pencahar berguna untuk melancarkan gerakan peristaltik. Lama-kelamaan usus menjadi terbiasa dan bergantung pada obat tersebut, mengakibatkan reaksi usus menjadi lamban, dan menghambat gerak peristaltik mandiri usus.
Makanan beku menghemat waktu dan energi tetapi menyebabkan banyak masalah kesehatan. Makanan beku memiliki serat yang sangat rendah dan banyak pengawet yang dapat mengganggu gerakan usus. Seperti es krim yang hampir tak mengandung serat sehingga tidak dapat membantu mengatur pergerakan usus ditambah lagi dengan kandungan gula dan susu di dalamnya dapat mengeraskan tinja. [10]
Memakan buah atau sayuran tertentu yang dapat memadatkan kotoran secara alami secara berlebihan seperti pisang. [10]
Tanda dan gejala
Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:
Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).
Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah.
Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan sampai mengalami ambeien dan berkeringat dingin).
Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin).
Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.
Bau mulut.[11]
Sedangkan untuk gejala psikologis yang dapat terjadi pada para penderita konstipasi antara lain:
Kurang percaya diri
Lebih suka menyendiri atau menjauhkan diri dari orang sekitar.
Tetap merasa lapar tapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang.
Emosi meningkat dengan cepat.
Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres sehingga rentan sakit kepala atau bahkan demam.
Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.
Kurang bersemangat dalam menjalani aktivitas.
Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi tubuh terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun.
Nafsu makan dapat menurun.
Konstipasi dan wanita
Sembelit adalah derita tersendiri buat kaum wanita. Berhari-hari tidak buang air besar tentu saja membuat perut jadi begah. Tak hanya itu saja, perut pun terasa membuncit karena proses pembuangan menjadi tidak lancar selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Perbandingannya empat wanita banding satu pria. Wanita pekerja yang berusia 18-55 tahun lebih cenderung mengalami gangguan pencernaan terutama sembelit.[12]
Penyebab wanita sering mengalami konstipasi antara lain:
Kekuatan sfingter dan otot perut wanita yang lebih lemah dari pria mempersulit wanita untuk buang air besar bila dibandingkan dengan pria.
Ketika ada keinginan untuk buang air besar di tempat umum atau di luar rumah, wanita cenderung merasa risih untuk buang air besar dengan alasan seperti rasa malu atau jijik pada toilet umum.[13]
Banyak wanita melakukan diet secara berlebihan. Gerakan peristaltik dari usus seakan terabaikan dengan pola diet yang tidak benar. Penyebab utamanya adalah karena kurangnya asupan serat.
Korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron dapat mengumpulkan kelembaban air di dalam tubuh. Akibatnya, cairan untuk melunakan tinja menjadi berkurang, sehingga tinja menjadi keras dan sulit untuk dikeluarkan (ini merupakan hormon fisiologi dari menstruasi dan kehamilan).
Pada awal kehamilan, ada rasa takut pada wanita apabila melakukan buang air besar nantinya akan menyebabkan janin ikut keluar hingga terjadi keguguran. Itu karena terdapat anggapan mengejan saat buang air besar sama dengan mengejan saat persalinan. Kebanyakan wanita hamil mengalami konstipasi pada saat hamil. Terutama saat kehamilan mencapai trimester tiga atau sekitar 7 bulan.
Bentuk panggul wanita yang lebar untuk mengeluarkan janin membuat usus dapat menjadi tidak stabil. Selain itu, untuk akumulasi lemak tubuh dan darah cenderung terkumpul di panggul juga.
Bentuk usus wanita memungkinkan akan terjadinya distorsi karena panggul wanita yang lebar, jadi kotoran keras mudah untuk terjebak di sana (contohnya bulb rektum).
Daerah abdomen wanita lebih padat karena ada rahim dan indung telur.[1]
Stres akibat sindrom iritasi usus (IBS) karena usus menjadi terdistorsi, kemudian menyebabkan obstruksi, sehingga tinja terjebak di sana.
Gangguan kulit
Konstipasi dapat menyebabkan wajah berjerawat.
Gangguan kulit biasanya jarang ditemukan pada penderita konstipasi biasa dan lebih rentan menyerang penderita obstipasi. Apabila si penderita memilliki daya tahan tubuh yang lemah maka gangguan tersebut akan semakin tampak. Penyebabnya karena racun atau toksin yang berasal dari tinja, termasuk juga karbon dioksida dan asam laktat hasil pencernaan makanan yang menumpuk di usus besar dan membebani kinerja hati. Karena kinerja hati terbebani, maka tubuh tidak mampu menghasilkan darah bersih dan metabolisme pun terganggu. Akibatnya, kekebalan tubuh berkurang, menyebabkan gejala akibat penyebaran toksin inilah yang dapat langsung terlihat pada kulit penderita. [14]Toksin-toksin yang terserap di usus besar juga bisa menghambat proses penyerapan nutrisi, menimbulkan reaksi alergi, bahkan menyebabkan penyakit jika sistem imun tubuh sedang lemah.[1]
Gangguan yang dapat terjadi misalnya kulit terlihat kusam, kulit terasa kasar, flek hitam, jerawat, eksim, dan sebagainya. Biasanya gangguan-gangguan ini hanya dapat hilang bila si penderita sudah sembuh dari konstipasi atau obstipasi.
Epidemiologi
Setiap tahunnya di Amerika,kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter dan menghabiskan 725 juta dollar karena masalah konstipasi.
Kontipasi biasanya terjadi pada wanita (karena faktor fisik dan psikologis), orang berusia lanjut (karena kinerja sistem pencernaan pada orang tua mulai menurun), dan anak-anak (karena sistem pencernaan pada anak-anak belum terlalu sempurna).[15]
Sekitar 12% dari populasi penduduk di seluruh dunia mengalami konstipasi.[16]
Pendapatan dari pasien obstipasi menyumbang sekitar 3% dari total seluruh pendapatan rawat jalan.[17]
Kemungkinan seseorang terkena konstipasi dalam suatu masyarakat adalah sebesar 2 sampai 30%.[18]
Sekitar 50% penderita konstipasi yang berobat ke rumah sakit mengeluhkan bahwa buang air besar mereka seperti terhambat.[18]
Jumlah penderita konstipasi di Amerika dan Asia-Pasifik sekitar 17,3%, dua kali lebih banyak dibandingkan dengan Eropa yakni 8,75%.[19]
Sekitar 25% penderita konstipasi cenderung tidak melakukan apapun untuk menyembuhkan konstipasi yang diderita, dan mereka lebih memilih untuk membiarkannya sembuh dengan sendirinya.[19] Sekitar 20% penderita sembelit menyepelekan gejalanya walaupun mereka sudah mengalaminya dalam waktu berbulan-bulan dan menganggap hal tersebut sudah biasa. [20]
Kurang lebih sepertiga penderita konstipasi menggunakan pencahar, meskipun baru-baru ini ada tinjauan yang menunjukkan
bahwa obat pencahar adalah pengobatan yang aman dan efektif.[19]
Sekitar 18% penderita konstipasi tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya dan akibatnya sekitar 12% dari mereka juga tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik. [21]
Obstruksi semu
Terkadang, orang-orang khawatir akan menderita sembelit, tetapi sebenarnya mereka tidak mengalami sembelit sama sekali. Merupakan persepsi yang salah jika seseorang tidak buang air besar setiap hari maka dikatakan ia mengalami sembelit. Itu hanya salah satu dari irama alami tubuh. Irama alami tubuh mengatur segalanya, termasuk "jadwal alami" untuk buang air besar. Beberapa orang sehat bahkan hanya buang air besar tiga kali seminggu.[22]
Setelah minum pencahar, pemakai akan terkadang mengalami waktu dimana ia tidak buang air besar. Hal ini karena usus besar sepenuhnya kosong (hampir tidak terdapat tinja), setelah pencahar menunjukkan efek. Biasanya akan memerlukan satu sampai dua hari sebelum usus besar terisi dan melakukan kontraksi untuk buang air besar.[22]
Yang lainnya
Munculnya rasa mulas dan nyeri pada perut bukan selalu merupakan suatu tanda dan gejala, begitupula mulas dan nyeri yang tak tentu juga tidak menuju ke suatu gejala penyakit. Pada anak-anak,[6] konstipasi dapat mengarah kepada soiling (enuresis dan encopresis).[23] Konstipasi memang mengganggu, tetapi konstipasi tetap dibutuhkan oleh tubuh untuk menyeimbangkan proses pencernaan dan mencegah divertikulosis.[24]
Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: ἀναιμία anaimia, artinya kekurangan darah, from ἀν- an-, "tidak ada" + αἷμα haima, "darah" ) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. Penyebab anemia yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan. [1]
Tanda dan gejala anemia
Gejala anemia :
Bila anemia terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam jumlah yang sangat rendah sebelum gejalanya muncul. Gejala- gejala tersebut berupa :
Asimtomatik : terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang lama
Letargi
Nafas pendek atau sesak, terutama saat beraktfitas
Kepala terasa ringan
Palpitasi
Pucat
Kekebalan Tubuh Menurun
Sedangkan, tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan yaitu :
Pucat pada membran mukosa, yaitu mulut, konjungtiva, kuku.
Sirkulasi hiperdinamik, seperti takikardi, pulse yang menghilang, aliran murmur sistolik
Gagal jantung
Pendarahan retina [1]
Tanda-tanda spesifik pada pasien anemia diantaranya :
Glossitis : terjadi pada pasien anemia megaloblastik, anemia defisiensi besi
Stomatitis angular : terjadi pada pasien anemia defisiensi besi.
Jaundis (kekuningan) : terjadi akibat hemolisis, anemia megaloblastik ringan.
Splenomegali : akibat hemolisis, dan anemia megaloblastik.
Ulserasi di kaki : terjadi pada anemia sickle cell
Deformitas tulang : terjadi pada talasemia
Neuropati perifer, atrofi optik, degenerasi spinal, merupakan efek dari defisiensi vitamin B12.
Garing biru pada gusi (Burton’s line), ensefalopati, dan neuropati motorik perifer sering terlihat pada pasien yang keracunan metal. [1]
Klasifikasi anemia
Klasifikasi anemia akibat Gangguan Eritropoiesis
Anemia defisiensi Besi :
Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb, mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.
Anemia Megaloblastik
Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.
Anemia Aplastik
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposelularitas. Hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta gen.
Anemia Mieloptisik
Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid pada tahap awal. [2]
Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel
Anemia mikrositik : penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia (gangguan Hb)
Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal.
Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat konsumsi alcohol, dan anemia megaloblastik. [3]
Etiologi
Secara garis besar, anemia dapat disebabkan karena :
Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit gangguan sistem imun, talasemia.
Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik, kekurangan nutrisi.
Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan akut, perdarahan kronis, menstruasi, ulser kronis, dan trauma. [4]
Diagnosa
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Persentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).
Manajemen terapi
Terapi langsung ditujukan pada penyebab anemia, dapat berupa :
Transfusi darah
Pemberian kortikosteroid atau obat-obatan lain yang dapat menekan sistem imun.
Pemberian eritropoietin, hormon yang berperan pada proses hematopoiesis, berfungsi untuk membantuk sumsum tulang pada proses hematopoiesis.
Pemberian suplemen besi, vitamin B12, vitamin-vitamin, dan mineral lain yang dibutuhkan. [5]