Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Luka Basah

Patofisiologi

LUKA BASAH PENGERTIAN LUKA BASAH Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997). Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan). Sedangkan disebut luka basah jika lukan yang ada dikulit terkena air, dan adanya pus atau nanah pada luka tersebut. DIAGNOSA LUKA BASAH PADA DIEBETES MELITUS dapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah sebagai berikut : 1.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah. Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal. Kriteria Hasil : – Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler – Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis – Kulit sekitar luka teraba hangat. – Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah. – Sensorik dan motorik membaik Rencana tindakan : 1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah. 2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah : Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya. Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema. 3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi. Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres. 4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ). Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren. 2.Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas. Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka. Kriteria hasil : 1.Berkurangnya oedema sekitar luka. 2. pus dan jaringan berkurang 3. Adanya jaringan granulasi. 4. Bau busuk luka berkurang. Rencana tindakan : 1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan. Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya. 2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati. Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi. 3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik. Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit. 3.Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan. Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang Kriteria hasil : 1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang . 2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri . 3. Pergerakan penderita bertambah luas. 4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ). Rencana tindakan : 1.Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien. Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien. 2.Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri. Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan. 3.Ciptakan lingkungan yang tenang. Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri. 4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien. 5.Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien. Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin. 6.Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka. Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman. 7.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien. 4.Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka. 5.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang. 6.Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah. 7.Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. 8.Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. 9.Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh. 10.Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki. (http://suryamalakianno.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-diabetes-mellitus.html) PERAWATAN LUKA BASAH PADA DIABETES MELITUS Biasanya luka operasi yang bebas dari infeksi akan menjadi luka kering dan cepat sembuhnya. Namun bila luka tersebut terinfeksi atau terkena air, bisa menjadi sebuah luka basah, tentunya akan semakin lama sembuhnya. Namun bila perawatan luka dilakukan dengan tepat, luka basah bisa sembuh dengan segera. Tentunya dengan perawatan luka yang steril, sehingga tidak terjadi paparan infeksi pada luka tersebut. Juga harus dikendalikan, infeksi yang terjadi di luka basah tersebut. Biasanya antibiotika akan diresepkan untuk menekan infeksi pada luka basah, namun yang tak kalah pentingnya adalah asupan gizi bagi pemilik luka basah atau yang terinfeksi. Pada beberapa kasus luka basah pada penderita kencing manis atau diabetes, akan semakin komplek persoalannya. Hal ini karena gula darah yang tinggi akan semakin menyulitkan proses penyembuhan pada luka tersebut. Biasanya bakteri sangat nyaman dengan kondisi ini dan tumbuh dengan suburnya, maka sangat wajar bila selama gulanya tidak bisa dikendalikan akan selamanya luka basah ini sulit untuk disembuhkan. Namun lebih sering luka basah yang menjadi borok terjadi karena perawatan luka yang kurang steril. Dimana tangan yang sebenarnya tidak steril masih menyentuh daerah luka maupun pada kapas ata kasa yang digunakan. Memang bila tidak memiliki dasar tentang perawatan luka yang steril, maka sebaiknya membawanya ke layanan medis terdekat. Hal ini untuk menghindari keadaan luka menjadi semakin memburuk. (http://tipseha.blogspot.com/2013/11/merawat-luka-basah.html/10.13/20-05-2015)