Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman Observasi Lapangan Pekarangan “Hama pada Tanaman Jeruk Bali” Dosen Pengampu : Ir. Titiek Widyastuti, MS Disusun oleh: Inayatul Lutfi 20110210047 Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk bali (C. grandis ) atau sering disebut pomelo merupakan salah satu jenis jeruk yang berasal dari Bali sesuai dengan namanya. Buahnya berbentuk bulat dengan bagian atas agak meruncing dan bagian bawah mendatar, serta ukurannya agak lebih besar dari jeruk biasa. Kulit buah berwarna hijau saat muda hingga kekuning-kuningan saat tua. Daging buah berwarna merah muda, bertekstrur halus, manis dan berair banyak. Tinggi pohon antara 5 – 15 m dengan tajuk agak rendah dan melebar dengan percabangan tidak teratur. Batangnya ada yang berduri (berasal dari biji dan masih muda) dan tidak berduri (setelah dewasa). Daun berbentuk bulat telur berwarna kuning agak suram dan sedikit berbulu. Bunga jeruk besar berupa bunga majemuk atau bunga tunggal yang bertandan, bentuknya agak besar dan harum. Klasifikasi tanaman jeruk bali secara umum: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Spesies : C. grandis Daging buah jeruk bali yang segar serta banyak mengandung air sering dimanfaatkan sebagai bahan pembuat minuman dengan cara mengekstrak sari buahnya. Bagian dalam kulit buah yang berwarna putih dapat dijadikan manisan setelah dibuang bagian kulit luarnya yang banyak mengandung kelenjar minyak. Di Vietnam, bunganya yang harum digunakan untuk membuat parfum. Kayunya dimanfaatkan untuk gagang perkakas. Pohon jeruk bali yang kualitas buahnya rendah pun masih tetap dipelihara untuk dimanfaatkan daun, bunga, buah, dan bijinya untuk obat batuk, demam, dan gangguan pencernaan. B. Tinjauan Pustaka 1. Syarat Tumbuh a. Iklim Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin. Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus. Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%. b. Media Tanam dan Ketinggian Tempat Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 727%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5 6,5 dengan pH optimum 6. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300. 2. Hama dan Penyakit a. Hama Kutu loncat (Diaphorina citri) Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, selain itu buang bagian yang terserang. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii) Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC). Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella) Bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP) < Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah. Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp) Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperakperakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP). Penggerek buah (Citripestis sagittiferella) Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: lubang yang mengeluarkan getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii) Bagian yang diserang Helopeltis antonii. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP). Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp) Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes. Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua. Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yang diserang. Thrips (Scirtotfrips citri) Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas. Kutu dompolon (Planococcus citri) Bagian yang diserang adalah tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur. Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu. Lalat buah (Dacus sp) Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate. Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri) Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai. Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur. Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC). Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes) Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah. Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati. Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G). b. Penyakit CVPD Penyebab: Bacterium dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik. Tristeza Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen. Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat. Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade. Woody gall (Vein Enation) Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange. Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun. Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan. Blendok Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun. Embun tepung Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot 25 EC). Kudis Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate). Busuk buah Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon. Busuk akar dan pangkal batang Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning. Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah. Buah gugur prematur Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur. Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol. Jamur upas Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi. Kanker Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah. Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm. Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam. II. PERMASALAHAN A. Kasus Bapak Tumiran mempunyai pekarangan dengan luas ± 75 m² yang ditanami beberapa tanaman, seperti jeruk bali, kelengkeng, durian, dan rambutan. Pak Tumiran mendapatkan bibit tanaman-tanaman teresebut baik dari membeli bibit stek (durian) ataupun melalui pencangkokan (jeruk bali). Pada tanaman jeruk bali milik Bapak Tumiran telah berbuah, akan tetapi permukaan buah tidak rata dan terdapat benjolanbenjolan yang mengeluarkan cairan seperti getah. Selain itu, pada daun ditemukan ulat dan bercak kehitaman serta terdapat benang-benang putih seperti tepung. Hal yang sama terjadi pada batang yang kering, mengelupas dan terdapat tepung putih di permukaan batang. B. Identifikasi Masalah Pada permukaan buah jeruk bali terdapat benjolan-benjolan yang mengeluarkan cairan seperti getah. Selain itu, pada daun ditemukan ulat dan bercak kehitaman serta benang-benang putih seperti tepung. Sedangkan batang tanaman tampak kering, mengelupas dan terdapat tepung putih di permukaannya. C. Analisis Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dapat diketahui beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya masalah dalam kasus tersebut yaitu: 1. Tanaman jeruk bali diduga terserang hama getah buah Pada kasus tersebut yang sesuai dengan hasil observasi lapangan diketahui bahwa permukaan jeruk bali tidak halus dan rata dikarenakan adanya benjolan-benjolan yang mengeluarkan cairan bening seperti getah. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri tanaman jeruk yang terserang hama getah buah yang disebabkan oleh penggerek buah (Citripestis sagitiferella Moore). Ulat menggerek buah sampai ke daging buah, sehingga terlihat bekas lubang yang mengeluarkan getah seperti blendok, kadang-kadang tertutup dengan kotoran. Bagian buah yang terserang biasanya pada setengah bagian bawah dan apabila serangan parah buah akan busuk dan gugur. 2. Tanaman jeruk bali diduga terserang penyakit blendok Dalam hal ini, dugaan penyakit blendok menyerang tanaman jeruk bali tersebut terlihat dari batang tanaman tersebut. Penyakit blendok dapat disebabkan oleh jamur Diplodia natalensis ataupun jamur Phytophthora. Pada batang tanaman jeruk bali tersebut tampak kering dan kulitnya mengelupas. Selain itu, di beberapa tampak lembab dan tertutup oleh benang-benang putih seperti terinfeksi jamur. Hal tersebut sesuai dengan gejala tanaman jeruk yang terjangkit penyakit blendok yakni kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. 3. Tanaman jeruk bali diduga terjangkit penyakit embun tepung Tanaman jeruk diduga terjangkit penyakit embun tepung dapat dilihat dari adanya benang-benang putih seperti tepung yang dapat dikatakan sebagai embun tepung pada daun dan batang tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri tanaman yang terserang embun tepung yaitu adanya tepung putih pada daun dan tangkai muda suatu tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Odidium tingitanium yang tumbuh diluar jaringan tanaman, tetapi memasukkan organ pemakan (Haustorium) kedalam sel epidermis. Serangan mengakibatkan rusaknya jaringan epidermis daun dan buah yang tidak dapat sembuh kembali. 4. Tanaman jeruk bali terserang oleh ulat daun Berdasarkan hasil observasi ditemukan ulat daun yang terdapat pada daun tanaman jeruk bali. Hama ulat daun (Papilio sp) tersebut berada di atas permukaan daun tanaman tersebut. Ulat daun menyerang tanaman dengan memakan daun terutama pada saat masih muda. 5. Tanaman jeruk bali diduga terserang kutu daun (Aphis gossypii) Berdasarkan orbervasi ditemukan daun mengeriting dan agak bercak-bercak coklat serta terdapat seperti tepung yang berwarna putih. Hasil serangan ini menunjukan ciri-ciri yang diakibatkan oleh kutu daun (Aphis gossypii). Serangga ini bersifat polifag dan kosmopolitan, menyerang dengan cara menusuk dan mengisap cairan sel-sel epidermis dan mesofil daun dengan menggunakan stiletnya. III. PENYELESAIAN Untuk menangani beberapa kasus yang sesuai dengan analisi masalah tersebut diperlukan pengendalian yang tepat baik. Berikut merupakan beberpa cara pengendalian dari masalah tersebut antara lain: 1. Pengendalian penggerek buah Pengendalian hama getah buah dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut. a. Pendangiran tanah di bawah pohon untuk mematikan kepompong hama. b. Pembungkusan buah dengan kertas atau bahan lainnya yang dilakukan sejak buah berumur 2 bulan. c. Pengumpulan buah-buah yang gugur, kemudian dibenamkan ke dalam tanah sedalam 30 cm. d. Konservasi musuh alaminya. Musuh alami hama ini berupa parasitoid telur Trichogramma nana. Pelepasan 500 parasitoid dewasa untuk tiap 4000 m2 dapat menekan populasi hama sehingga kerusakan buah berkurang 50-80%. e. Apabila populasi hama masih tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida yang aplikasinya dilakukan bersamaan dengan penetasan telur. Misalnya, insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu. 2. Penyakit Blendok Phytophthora (Phytophthora spp.) Pengendalian penyakit Blendok Phytophyta dapat dilakukan beberapa pengendalian sebagai berikut: a. Memakai varietas yang tahan terhadap Phytophthora. b. Jeruk ditanam di atas gundukan setinggi 15-20 cm. c. Air hujan dan air pengairan jangan sampai menggenang di sekeliling pangkal batang tanaman. d. Pada waktu mengairi harus dijaga agar air tidak mengenai pangkal batang. e. Mengurangi kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan dan drainase yang sebaik-baiknya. f. Bagian yang sakit dipotong. g. Luka-luka ditutup dengan pestisida penutup luka. 3. Penyakit Embun Tepung Pengendalian penyakit embun tepung dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut ini: a. Kurangi kelembaban disekitar tajuk tanaman dengan melakukan pemangkasan. b. Gunakan ajir tunggal secara berdiri/tegak untuk masing-masing tanaman. Ajir yang berdiri menyebabkan sirkulasi udara pada tajuk tanaman di dalam baris lebih baik sehingga mengurangi kelembaban di sekitar tajuk. c. Jika tersedia, gunakan varietas yang tahan. d. Lakukan rotasi tanaman untuk memutuskan siklus hidup embun tepung. Rotasi dapat dilakukan dengan tanaman lain seperti sayuran daun, kacang kedelai, dan jagung. e. Sebagai langkah terakhir gunakan fungisida secara bijaksana dengan mempertimbangkan faktor ekologis, ekonomis, dan praktis (tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu). 4. Ulat Daun (Papilio sp.) Pengendalian ulat daun (Papilio sp.) dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut: a. Monitoring dilakukan pada tunas-tunas muda (telur). b. Daun muda untuk larva dan daun tua untuk stadia kepompong. c. Pengendalian dilakukan secara mekanis apabila populasinya sedikit yaitu dengan membuang telur yang ada. d. Apabila populasinya tinggi dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang bersifat kontak. 5. Kutu Daun (Aphis gossypii) Pengendalian Kutu Daun (Aphis gossypii) dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut: a. Menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC). b. Dengan menggunakan cendawan Fusarium sp. IV. KESIMPULAN Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa tanaman jeruk bali milik pak tumiran terjangkit hama getah buah, penyakit blendok dan embun tepung, serta terserang hama kutu dan ulat daun. pengandalian yang dapat dilakukan baik secara mekanik, biologi, maupun kimiawi. DAFTAR PUSTAKA Khalsoven. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru – Van Hoeve. 701 halaman. Trimirta, 2012. Teknologi pengendalian hama dan penyakit. http://jikatrimitra.com/hortikultura/jeruk/167-hama-penyakit/298jeruk%3Epengendalian-hama.html. Akses 2 November 2012. Prisilia, 2008, hama putih pada jeruk, http://flolovers.dinogroups.com/apps/voas013b.cfm?counter=yes&content=show&grou p_cont=%22%22A%2C%20%0A&group_cat=!%220%20%20%0A&fid=%22 %22A%2C%20%0A&m_id=mb&tn10Rdf=yes&comid=RT3cfH04u84793R0 J6iE&counter_dg=newdetectcount. Akses 2 November 2012. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~###~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ DISKUSI A. Diskusi Kelompok 1. Pertanyaan : Mengapa penggerek buah dapat menyerang buah jeruk bali tersebut tentunya ada beberapa faktor yang menyebabkannya, jelaskan! Selain itu, bagaimana siklus hidup, karakteristik hingga penyerangan dari penggerek buah tersebut? Jawaban: a. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hama menyerang suatu tanaman, yaitu tanaman inang atau host, penyebab hama dan penyakit itu sendiri, dan faktor lingkungan.  Tanaman Inang Pengaruh tanaman inang terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang. dalam kasus tersebut, salah satu tanaman inang dari hama penggerek buah adalah jeruk besar seperti jeruk bali.  Patogen ataupun organisme Yang dimaksud pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma, spiroplasma dan riketsia. Pada kasus tersebut, organisme yang menyebabkan terjadinya serangan pada buah yaitu hama penggerek buah (Citripestis sagitiferella Moore).  Lingkungan Faktor lingkungan yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api, pencemaran air. Faktor lingkungan ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang dan mnenciptakan kondisi yang sesuai bagi kehidupan jenis pathogen maupun hama tertentu. Dalam kasus tersebut, faktor lingkungan memiliki andil besar dalam perkembangan hama penggerek buah pada tanaman jeruk bali. Hal tersebut dikarenakan lingkungan yang terbentuk pada pekarangan Par Tumiran cukup lembab dengan intensitas cahaya matahari yang kurang karena tajuk antara tanaman yang satu dengan yang lain saling menutupi. Akibatnya, utelur-telur yang berada pada buah dapat berkembang dengan baik. b. Siklus Hidup hingga penyebaran hama penggerek buah  Siklus hidup hama penggerek buah (Citripestis sagitiferella Moore) Kupu betina meletakkan telur secara berkelompok, tersusun seperti genting pada separuh bagian bawah kulit buah. Telur menetas dalam 5-7 hari. Ulat yang baru menetas berwarna kuning kemerahan panjang 2 mm, menjelang menjadi kepompong berubah menjadi hijau dengan panjang 16 mm. Ulat dewasa terbentuk dalam waktu 13-21 hari. Dengan perantaraan benang suteranya, ulat-ulat ini turun, masuk dalam tanah pada kedalaman 1-2 cm menjadi kepompong berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 14 mm. Setelah 10-11 hari berubah menjadi kupu-kupu dewasa. Kupu betina panjangnya 10-11 mm sedangkan kupu jantan 10 mm. Siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung 29-39 hari.  Karakteristik hama penggerek buah (Citripestis sagitiferella Moore) Ulat hama ini berwarna hijau, panjangnya 2mm, tetapi menjelang berkepompong dapat mencapai 16 mm. kepompongnya berwarna merah dan panjangnya 14 mm. Ngengat betina berukuran panjang 10-11 mm, sedangkan yang jantan panjangnya 10 mm. Tubuh ngengat berwarna abu-abu.  Penyerangan dari hama penggerek buah (Citripestis sagitiferella Moore) Stadium hidup yang berperan sebagai hama adalah larvanya. Fase kritis tanaman dan saat pemantauan populasi adalah pada saat tanaman berbuah, buah-buah berumur 2 bulan dengan ukuran diameter mulai 5-6 cm. Serangan berlanjut sampai buah berumur 3 bulan dan menjelang masak fisiologis. Gejala yang ditimbulkan yaitu Ulat menggerek buah sampai ke daging buah, sehingga terlihat bekas lubang yang mengeluarkan getah seperti blendok, kadang-kadang tertutup dengan kotoran. Bagian buah yang terserang biasanya pada setengah bagian bawah dan apabila serangan parah buah akan busuk dan gugur. Hal tersebut sesuai dengan tanaman jeruk yang diduga terserang hama penggerek buah di lapangan yakni pada permukaan buah terdapat benjolan-benjolan yang mengeluarkan cairan seperti getah. 2. Pertanyaan: Bagaimana mencegah agar hama penggerek buah tidak menyerang jeruk bali tersebut? Kemudian berkaitan dengan solusi untuk penyakit blendok, kapan waktu yang ideal untuk melakukan pemangkasan dan pemangkasan itu seperti apa? Jawaban: a. Pencegahan hama penggerek buah pada tanaman jeruk bali Tindakan yang dapat ditempuh untuk mencegah adanya hama penggerek buah pada tanaman jeruk bali yaitu dapat dilakukan melalui dua cara yaitu:  Pendangiran tanah Pendangiran dapat dilakukan pada tanah di bawah tanaman jeruk bali. Hal tersebut berjuan untuk mematikan kepompong hama penggerek buah yang tersimpan di dalam tanah. Dengan melakukan pendangiran, maka kepompong tersebut dapat tercacah dan mati sehingga tidak akan berkembang menjadi kupu-kupu yang menyuntikkan telurnya ke buah jeruk bali tersebut.  Pembungkusan buah Pembungkusan buah dapat menggunakan kertas atau bahan lainnya yang dilakukan sejak buah berumur 2 bulan. Hal tersebut bertujuan agar kupu-kupu betina tidak dapat menembus kulit jeruk bali untuk menyuntikkan telur-telurnya. b. Pemangkasan untuk mengatasi penyakit blendok  Pemangkasan Pemangkasan pada tanaman berkaitan dengan kebersihan tanaman. Dalam kasus tersebut, pemangkasan tersebut bertujuan untuk mengurangi tajuk yang saling menutupi antara satu tanaman jeruk bali dengan yang lain sehingga intensitas cahaya matahai berkurang dan menciptakan suasana lembab bagi tanaman. Dengan dilakukannya pemangkasan, maka akan mengurangi suasana lembab karena intensitas cahaya matahari bertambah banyak. Hal tersebut dapat mematikan jamur yang menyebabkan penyakit blendok pada tanaman jeruk tersebut. Selain itu, pemangkasan pada beberapa tanaman terutama bagian yang terkena infeksi sehingga tidak menyebar ke bagian tanaman yang lain.  Waktu pemangkasan Pemangkasan tanaman dapat dilakukan pada saat tajuk dari sebuah tanaman saling menutupi dan mengeakibatkan berkurangnya intensitas cahaya matahai untuk tanaman tersebut menjadi berkurang. Pada tanaman buah (misal: jeruk bali), waktu yang tepat untuk melakukan pemangkasan yaitu pada saat tanaman tersebut belum berbuah. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada hasil fotosintat yang hilang karena pemangkasan yang nantinya akan menghambat pertumbuhan dalam pembentukan buah. 3. Pertanyaan: Pestisida penutup luka jenis apakah yang digunakan pada penanggulangan penyakit blendok dan bagaimana cara pengaplikasiannya? Jawaban: a. Pestisida penutup luka Pada kasus tersebut untuk menanggulangi penyakit blendok dapat menggunakan pestisida penutup luka jenis fungisida. Hal tersebut dikarenakan penyebab penyakit blendok pada tanaman jeruk bali tersebut yaitu jamur. Fungisida tersebut dapat dalam bentuk cair maupun padat yang diemulsikan. b. Pengaplikasian pestisida penutup luka Cara pengaplikasian pestisida penutup luka pada tanaman jeruk bali yang diduga terkena penyakit blendok yaitu dengan cara mengoleskan fungisida tersebut pada bagian batang yang terinfeksi jamur. B. Diskusi Kelas 1. Kelompok Bayam dan Kangkung a. Pertanyaan: Berikan contoh agen hayati yang digunakan untuk menanggulangi hama ulat grayak! Jawaban: Penggunaan agen hayati dapat disebut juga pengendalian biologis, yaitu pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan hama. Musuh alami seperti parasitoid, predator, dan patogen serangga hama merupakan agens hayati yang dapat digunakan sebagai pengendali ulat grayak . NPV efektif mengendalikan hama ulat grayak. Kombinasi NPV dengan azadirachtin (insektisida nabati dari tanaman mimba) lebih efektif mengendalikan ulat grayak. Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan agens hayati berbahan aktif bakteri yang efektif mengendali- kan ulat grayak. Pemanfaatan Bt sebagai agens hayati untuk mengendalikan ulat grayak aman terhadap serangga bukan sasaran seperti parasitoid dan predator). b. Pertanyaan: Tanaman apa saja yang termasuk tanaman inang dari hama ulat grayak? Jawaban: Tanaman pangan yang menjadi tanaman inang dari hama ulat grayak antara lain seperti padi,kedele dan jagung, juga pada tanaman hortikultura seperti cabe, kubis, kacang panjang dan lainnya. Ulat grayak juga menyerang tanaman perkebunan seperti tembakau. Bahkan ulat ini juga menyerang berbagai macam gulma seperti Limnocharis sp., Passiflora foetida , Ageratum sp., Cleome sp., Clibadium sp., dan Trema sp. 2. Kelompok Hama Keong Mas dan Tikus pada Tanaman Padi a. Pertanyaan: Musuh alami apa saja yang dapat digunakan untuk menanggulangi hama tikus pada tanaman padi? Jawaban: Untuk menanggulangi hama tikus pada tanaman padi dapat memanfaatkan beberapa musuh alami tikus antara lain seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular tikus. Selain itu, secara alami tikus dapat dikendalikan dengan menggunakan tanaman yang berbau seperti jengkol, brotowali dan bawang merah. 3. Kelompok Hama Ulat Sundep dan Walang Sangit pada Tanaman Padi a. Pertanyaan: Tanaman rawa apa yang dapat menjadi tanaman perangkap dalam penanggulangan hama walang sangit pada tanaman padi? Jawaban: - Penggunaan tanaman rawa sebagai perangkap walang sangit dianjurkan pada saat awal fase generatif. Walang sangit sangat tertarik pada bau-bau dari tanaman rawa seperti Ceratophyllum dermesum L., C. Submersum L., Lycopodium carinatum D., dan Limnophila spp. Selain dengan tanaman rawa, bau-bau binatang juga dapat digunakan sebagai perangkap walang sangit. Kepiting mati ataupun keong yang dibusukkan dan diletakan di sekeliling pertanaman padi mampu menekan populasi walang sangit. Bau busuk yang ditimbulkan kepiting mati dapat menjadi penarik bagi walang sangit. Apabila sudah terkumpul, walang sangit dapat segera dimusnahkan. 4. Kelompok Buah Nangka a. Pertanyaan: Bagaimana siklus hidup dari kutu putih dan bagaimana pula gejala tanaman yang diserang kutu putih tersebut? Jawaban:  Siklus hidup kutu putih: Panjang tubuhnya 3-4 mm dan lebarnya 1,5-2 mm. punggungnya berwarna kuning dan tertutup oleh lapisan tepung lilin berwarna putih. Seekor kutu betina dapat menghasilkan telur sampai 300 butir. Periode bertelur berlangsung selama 6-20 hari. Setelah 3-6 hari telur menetas dan kutu muda akan menghisap cairan daun dan buah. Dari telur sampai dewasa membutuhkan waktu 1-4 bulan dan dalam satu tahun dapat menghasilkan dua generasi. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia telur – nimfa – dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.  Gejala tanaman yang terserang kutu putih: Kutu putih ini biasanya ditemukan pada anak daun terutama dekat tulang daun karena serangga ini merusak tanaman dengan cara mengisap cairan tanaman.Infestasi berat serangan ditandai adanya warna putih dan terdapat semacam massa seperti lilin pada bagian batang, buah dan sepanjang tulang daun bagian permukaan bawah daun. Infestasi berat biasanya muncul pada percabangan dan daun disertai embun madu. Apabila serangan terjadi pada pucuk, daun tidak dapat berkembang dengan sempurna, bahkan dapat mati. Daun tua yang terserang menjadi berwarna hijau kusam, pada serangan berat, daun menjadi layu. b. Pertanyaan: Berikan contoh jenis parasitoid yang digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah dan kutu putih! Jawaban:  Parasitoid lalat buah Penggunaan musuh alami lalat buah yang berupa parasitoid dan sudah teridentifikasi adalah Biosteres sp dan Opius sp yang dalam hal ini merupakan parasitoid dari famili Braconidae. Musuh alami berupa predator yang umum adalah semut / lebah (Hymenoptera), laba-laba (Arachnida), kumbang tanah carabid dan juga staphylinid (coleoptera), cocoped (Dermaptera), sayap jala chrysopid (ordo Neuroptera) serta kepik penratomid (hemiptera).  Parasitoid kutu putih: Penggunaan parasitoid jenis lebah, yaitu : Tetracnemoidea sydneyensis dan T. Peregrina, serta predator dari bangsa kepik : Cryptolaemus montrouzieri. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan Coccinella repanda, dan jamur Entomophthora fresenii. 5. Kelompok Jambu Air a. Pertanyaan: Apakah tujuan dari tujuan penyiangan? Mengapa penyiangan dapat menyuburkan tanah? Jawaban: Tujuan dari penyiangan yaitu untuk menghilangkan gulma-gulma yang tumbuh di sekitar tanaman yang sedang dibudidayakan (jambu air). Penyiangan dilakukan pada saat masa awal tumbuh tanaman tersebut agar tidak terjadi kompetisi dalam memperoleh unsur hara antara tanaman jambu air dengan gulma yang tumbuh di sekitarnya. Penyiangan dapat menyuburkan tanah karena pada saat melakukan penyiangan juga sering kali dibarengi dengan pembalikan tanah sebagai upaya mematikan gulma. Selain itu, setelah melakukan pembalikan tanah untuk mematikan gulma maka sering dilakukan pendangiran tanah yang dapat menggemburkan tanah, sehingga meningkatkan kesuburan tanah. DAFTAR PUSTAKA (Tambahan) Abiyasa. 2012. http://blog.ub.ac.id/abiyasa/files/2012/06/Makalah-DBT-Hama-dan-PenyakitJeruk1.docx. Makalah DBT-Hama dan Penyakit Jeruk1. Akses 2 November 2012. Hadi, S. 2011. http://www.blognyadikka.com/2012/06/cara-mengatasi-lalat-buah.html. Lalat Buah. Akses 9 November 2012. Lutfi. 2011. http://saungsumberjambe.blogspot.com/2011/09/ulat-grayak-spodopteralitura.html. Ulat Grayak. Akses 9 November 2012. Ndik. 2012. http://satopepelakan.blogspot.com/2011/01/kutu-putih-pseudococcusviburni.html. Kutu Putih. Akses 9 November 2012. Nur, A. 2012. http://arif-nma.com/2012/06/21/walang-sangit/. Walang Sangit. Akses 9 November 2012. Wahid. 2008. http://petaniwahid.blogspot.com/2008/08/musuh-alami-tikus-mengatasi-hamatikus.html. Musuh Alami Tikus. Akses 9 November 2012. LAMPIRAN FOTO DI LAPANGAN Gambar 1. Buah jeruk bali yang diduga terserang hama getah buah (permukaan buah tidak rata, terdapat benjolan yang mengeluarkan cairan seperti getah). Gambar 2. Tanaman jeruk bali yang diduga terjangkit penyakit blendok (batang mengering, kulit pohon mengelupas, terdapat tepung putih di permukaan batang). Gambar 3. Tanaman jeruk bali diduga terserang penyakit embun tepung (terdapat tepung putih pada daun dan batang tanaman jeruk bali). Gambar 4. Tanaman jeruk bali terserang ulat daun (ulat daun menempel pada daun). Gambar 5. Tanaman jeruk bali diduga terserang hama kutu daun (terdapat bercak kecoklatan pada permukaan daun dan bintik-bintik telur pada daun).