PARADIGMA DEFENDENSIA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :
Sistem Ekonomi Indonesia
Dosen : Tisna Djaja, S.E., M.Si.
Oleh :
Obi Syarif Mabruri AN/III/F 1148010217
Rahmadiah Roza Edith AN/III/F 11480102
Rida Sabika Karima AN/III/F 11480102
Rini Nuraini AN/III/F 11480102
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami Paradigma Defendensia.
Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu, menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan 2
BAB II Pembahasan 3
2.1 Latar belakang paradigma defendensia 3
1. Asumsi dasar teori defendensia 5
2. Kritik terhadap teori defendensia 6
2.2 Pengaruh paradigma defendensia terhadap sistem ekonomi
indonesia 7
Pengertian defendensia 8
Teori defendensia 8
2.3 Perbandingan paradigma modernisasi dan defendensia 9
BAB III Penutup 12
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
Daftar Pustaka 13
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian Amerika Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.
Paradigma inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Teori ini berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara-negara Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih banyak ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar yang paling menentukan keterbelakangan negara Dunia Ketiga adalah adanya campur tangan dan dominasi negara maju pada laju pembangunan di negara Dunia Ketiga. Dengan campur tangan tersebut, maka pembangunan di negara Dunia Ketiga tidak berjalan dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi, namun semakin membawa kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan jilid dua di negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan oleh campur tangan negara maju kepada negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan ingin berhasil, maka ketergantungan ini harus diputus dan biarkan negara Dunia Ketiga melakukan roda pembangunannya secara mandiri.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah antara lain:
Bagaimana latar belakang paradigma defendensia
Bagaimana Pengaruh paradigm Defendensia terhadap sistem ekonomi Indonesia
Apa saja perbandingan paradigma modernisasi dan paradigma defendensia
Tujuan
Dengan rumusan masalah diatas, penyusunan makalah ini memunyai tujuan diantaranya yaitu:
Untuk mengetahui latar belakang dari paradigm defendensia.
Untuk mengetahui pengeruh dari paradigma defendensia terhadap sistem ekonomi Indonesia.
Untuk mengetahui perbedaan antara paradigm modernisasi dengan paradigma defendensia.
BAB II
PEMBAHASAN
Latar Belakang Paradigma Defendensia
Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian Amerika Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.
Paradigma inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Teori ini berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara-negara Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih banyak ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar yang paling menentukan keterbelakangan negara Dunia Ketiga adalah adanya campur tangan dan dominasi negara maju pada laju pembangunan di negara Dunia Ketiga. Dengan campur tangan tersebut, maka pembangunan di negara Dunia Ketiga tidak berjalan dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi, namun semakin membawa kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan jilid dua di negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan oleh campur tangan negara maju kepada negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan ingin berhasil, maka ketergantungan ini harus diputus dan biarkan negara Dunia Ketiga melakukan roda pembangunannya secara mandiri.
Ada dua hal utama dalam masalah pembangunan yang menjadi karakter kaum Marxis Klasik:
Negara pinggiran yang pra-kapitalis adalah kelompok negara yang tidak dinamis dengan cara produksi Asia, tidak feodal dan dinamis seperti tempat lahirnya kapitalisme, yaitu Eropa.
Negara pinggiran akan maju ketika telah disentuh oleh negara pusat yang membawa kapitalisme ke negara pinggiran tersebut. Ibaratnya, negara pinggiran adalah seorang putri cantik yang sedang tertidur, ia akan bangun dan mengembangkan potensi kecantikannya setelah disentuh oleh pangeran tampan. Pangeran itulah yang disebut dengan negara pusat dengan ketampanan yang dimilikinya, yaitu kapitalisme. Pendapat inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi.
Bantahan teori Dependensi atas pendapat kaum Marxis Klasik ini juga ada dua hal :
Negara pinggiran yang pra-kapitalis memiliki dinamika tersendiri yang berbeda dengan dinamika negara kapitalis. Bila tidak mendapat sentuhan dari negara kapitalis yang telah maju, mereka akan bergerak dengan sendirinya mencapai kemajuan yang diinginkannya.
Justru karena dominasi, sentuhan dan campur tangan negara maju terhadap negara Dunia Ketiga, maka negara pra-kapitalis menjadi tidak pernah maju karena tergantung kepada negara maju tersebut. Ketergantungan tersebut ada dalam format “neo-kolonialisme” yang diterapkan oleh negara maju kepada negara Dunia Ketiga tanpa harus menghapuskan kedaulatan negara Dunia Ketiga, (Arief Budiman, 2000:62-63).
Disamping itu, lahirnya teori dependensi ini juga dipengaruhi dan merupakan jawaban atas krisis teori Marxis ortodoks di Amerika Latin. Menurut pandangan Marxis ortodoks, Amerika Latin harus mempunyai tahapan revolusi industri “borjuis” sebelum melampaui revolusi sosialis proletar. Namun demikian Revolusi Repuplik Rakyat Cina (RRC) tahun 1949 dan revolusi Kuba pada akhir tahun 1950-an mengajarkan pada kaum cendikiawan, bahwa negara dunia ketiga tidak harus mengikuti tahapan-tahapan perkembangan tersebut. Tertarik pada model pembanguan RRC dan Kuba, banyak intelektual radikal di Amerika Latin berpendapat, bahwa negara-negara Amerika Latin dapat saja langsung menuju dan berada pada tahapan revolusi sosialis.
Asumsi Dasar Teori Dependensia
Keadaan ketergantungan dilihat dari satu gejala yang sangat umum, berlaku bagi seluruh negara dunia ketiga. Teori dependensi berusaha menggambarkan watak-watak umum keadaan ketergantungan di Dunia Ketiga sepanjang perkembangan kapitalisme dari Abad ke-16 sampai sekarang.
Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh “faktor luar”, sebab terpenting yang menghambat pembangunan karenanya tidak terletak pada persoalan kekurangan modal atau kekurangan tenaga dan semangat wiraswasta, melainkan terletak pada diluar jangkauan politik ekonomi dalam negeri suatu negara. Warisan sejarah kolonial dan pembagian kerja internasional yang timpang bertanggung jawab terhadap kemandekan pembangunan negara Dunia Ketiga
Permasalahan ketergantungan lebih dilihatnya sebagai masalah ekonomi, yang terjadi akibat mengalir surplus ekonomi dari negara Dunia Ketiga ke negara maju. Ini diperburuk lagi kerena negara Dunia Ketiga mengalami kemerosotan nilai tukar perdagangan relatifnya.
Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global. Disatu pihak, mengalirnya surplus ekonomi dari Dunia Ketiga menyebabkan keterbalakangannya, satu faktor yang mendorong lajunya pembangunan dinegara maju.
Keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan. Bagi teori dependensi, pembangunan di negara pinggiran mustahil terlaksana. Sekalipun sedikit perkembangan dapat saja terjadi dinegara pinggiran ketika misalnya sedang terjadi depresi ekonomi dunia atau perang dunia. Teori dependensi berkeyakinan bahwa pembangunan yang otonom dan berkelanjutan hampir dapat dikatakan tidak mungkin dalam situasi yang terus menerus terjadi pemindahan surplus ekonomi ke negara maju.
Teori Dependensi juga lahir atas respon ilmiah terhadap pendapat kaum Marxis Klasik tentang pembangunan yang dijalankan di negara maju dan berkembang. Aliran neo-marxisme yang kemudian menopang keberadaan teori Dependensi ini.
Kritik Terhadap Teori Dependensia
Setelah menghadapi sekian banyak tudingan dari teorisi Dependensi, banyak juga para analis pembangunan yang berpegangan pada teori awal tadi yang merasa bahwa hal-hal yang dikemukakan dalam teori Dependensi itu sesuatu yang dilebih-lebihkan. Adapun yang menuduh kaum dependista” telah mendistorsikan sejarah dalam kupasan mereka, terutama yang menyangkut hubunagan antara negara-negara maju dengan negara-negara terbelakang. Namun, nyatanya teori Dependensi dan keterbelakangan tersebut memang mendapat pengaruh yang besar di tengah negara-negara sedang berkembang.
Menurut Servaes (1986), hal-hal yang dikritik pada teori Dependensi dan keterbelakangan itu pada pokoknya adalah :
Bahwa pandangan kaum dependensia tentang kontradiksi yang fundamental di dunia antara Pusat dan Periferi ternyata tidak berhasil memperhitungkan struktur-struktur kelas yang bersifat internal dan kelas produksi di Periferi yang menghambat terbentukya tenaga produktif.
Bahwa teori Dependensi cenderung untuk berfokus kepada masalah pusat dan modal internasional karena kedua ha itu “dipersalahkan” sebagai penyebab kemiskinan dan keterbelakangan, ketimbang masalah pembentukan kelas-kelas local.
Teori Dependensi telah gagal dalam memperbedakan kapitalis dengan feodalis; atau bentuk-bentuk pengendalian produser masa prakapitalis lainnya dan apropriasi surplus.
Teori Dependensi mengabaikan produktifitas tenaga kerja sebagai titik sentral dalam pembangunan ekonomi nasional, dan meletakkan tenaga penggerak (motor force) dari pembangunan kapitalis dan masalah keterbelakangan pada transfer surplus ekonomi Pusat ke Periferi.
Teori Dependendi juga dinilai menggalakan suatu ideology berorientasi ke Dunia Ketiga yang meruntuhkan potensi solodaritas kelas internasional dengan menyatukan semuanya sebagai “musuh”, yakni baik elit maupun massa yang berada di bangsa-bangsa Pusat.
Teori Dependensi dinilai statis karena ia tidak mampu menjelaskan dan memperhitungkan perubahan-perubahan ekonomi di negara-negara terbelakang menurut waktunya.
Pengaruh Paradigma Dependensia terhadap Sistem Ekonomi Indonesia
Selain teori Modernisasi, dalam pembangunan terdapat satu pendangan lain yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Teori modernisasi menilai bahwa masalah pembangunan dan kemiskinan disebabkan oleh faktor internal. Hubungan atau kontak dengan negara-negara maju dianggap membantu proses pembangunan negara-negara yang sedang berkembang.
Perspektif dependensia muncul setelah perspektif modernisasi diterapkan di banyak negara terbelakang. Pengamatan yang dilakukan oleh ahli sejarah telah memberikan gambaran serta dukungan bukti empirik terhadap kegagalan modernisasi. Sebagai sebuah kritik, dependensia harus dapat menguraikan kelemahan-kelemahan dari modernisasi dan mengeluarkan pendapat baru yang mampu menutup kelemahan tersebut.
Lain halnya dengan pandangan teori ketergantungan, teori ini memandang bahwa hambatan pembangunan justru disebabkan oleh turut campurnya negara-negara maju. Bantuan dari negara maju dianggap akan menimbulkan ketergantungan dan masalah baru bagi negara yang sedang berkembang.
Pengertian dependensia
Dependensia adalah suatu keadaan dimana keputusan-keputusan utama yang mempengaruhi kemajuan ekonomi di negara berkembang seperti keputusan mengenai harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh individu atau lembaga di luar negara yang bersangkutan.
Secara filosofis, teori dependensia menghendaki untuk meninjau kembali pengertian pembangunan. Pembangunan tidak harus dan tidak tepat untuk diartikan sebagai sekedar proses industrialisasi, peningkatan keluaran (output), dan peningkatan produktifitas. Dalam pandangan teori dependensia, pembangunan lebih tepat diartikan sebagai peningkatan standar hidup bagi setiap penduduk di negara dunia ketiga. Oleh karena itu, pembangunan tidak sekedar pelaksanaan program yang melayani kepentingan elite dan penduduk perkotaan, tetapi lebih merupakan program yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk pedesaan, pencari kerja, dan sebagian besar kelas sosial lain yang memerlukan bantuan. Setiap program pembangunan yang hanya menguntungkan sebagian kecil masyarakat dan membebani mayoritas, menurut teori dependensia tidaklah dapat dikatakan sebagai program pembangunan yang sebenarnya.
Teori dependensia
Teori ketergantungan tahap pertama, teori ini berpangkal pada teori-teori imperialisme dan kolonialisme. dipelopori oleh :
Raul presbich : Industri Substitusi Import
Presbich ini menentang pendangan pembagian kerja internasional, adanya keuntungan komparatif. Menurutnya negara-negara didunia ini terbagi menjadi dua, yaitu negara pusat yang menghasilkan barang-barang produksi. Negara pinggiran yaitu negara yang memproduksi hasil pertanian. Dua negara ini saling berhubungan dan seharusnya saling diuntungkan. Namun yang terjadi negara pinggiran semakin tertinggal bila dibanding dengan negara pusat.
Andre Gunder frank : Pembangunan Keterbelakangan
Menurutnya keterbelakangan dan kemiskinan negara-negara pinggiran (negara satelit) bukanlah sebuah gejala alamiah dan bukan karena kekurangan modal. Keterbelakangan dan kemiskinan merupakan akibat dari proses ekonomi, politik dan sosial sebagai implikasi dari globalisasi dari sistem kapitalis. Frank membagi negara – negara menjadi dua yaitu negara metropolis dan negara satelit. Negara metrolis bekerjasama dengan elit lokal negara satelit untuk melakukan dominasi di negara satelit.
Theotonia Dos Santos : Struktur Ketergantungan
Menurut Dos santos Negara-negara satelit merupakan negara bayangan dari negara metropolis. Pandangan ini bertentangan dengan pendapat Frank, frank memandangan hubungan negara satelit dengan negara metropolis selalu bersifat parasitisme (negatif) atau merugikan negara satelit.
Perbandingan Paradigma Modernisasi dan Defendensia
Teori modernisasi menganjurkan untuk lebih memperat keterkaitan negara berkembang dengan negara maju melalui bantuan modal, peralihan teknologi, pertukaran budaya dan lain sebagainya. Dalam hal ini, teori dependensia memberikan anjuran yang sama sekali berbeda, yakni berupaya secara terus menerus untuk mengurangi keterkaitannya negara pinggiran dengan negara sentral, sehingga memungkinkan tercapainya pembangunan yang dinamis dan otonom, sekalipun proses dan pencapaian tujuan ini mungkin memerlukan revolusi sosialis.
Kegagalan modernisasi membawa kemajuan bagi negara dunia ketiga telah menumbuhkan sikap kritis beberapa ilmuan sosial untuk memberikan suatu teori pembangunan yang baru, yang tentu saja mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teori yang telah ada. Kritikan terhadap modernisasi yang dianggap sebagai “musang berbulu domba” dan cenderung sebagai bentuk kolonialisme baru semakin mencuat dengan gagalnya negara-negara Amerika Latin menjalankan modernisasinya.
Teori ketergantungan merupakan analisis tandingan terhadap teori modernisasi. Teori ini didasari fakta lambatnya pembangunan dan adanya ketergantungan dari negara dunia ketiga, khususnya di Amerika Latin. Teori ketergantungan memiliki saran yang radikal, karena teori ini berada dalam paradigma neo-Marxis. Sikap radikal ini analog dengan perkiraan Marx tentang akan adanya pemberontakan kaum buruh terhadap kaum majikan dalam industri yang bersistem kapitalisme.
Marx mengungkapkan kegagalan kapitalisme dalam membawa kesejahteraan bagi masyarakat namun sebaliknya membawa kesengsaraan. Penyebab kegagalan kapitalisme adalah penguasaan akses terhadap sumberdaya dan faktor produksi menyebabkan eksploitas terhadap kaum buruh yang tidak memiliki akses. Eksploitasi ini harus dihentikan melalui proses kesadaran kelas dan perjuangan merebut akses sumberdaya dan faktor produksi untuk menuju tatanan masyarakat tanpa kelas.
Ketergantungan merupakan situasi yang memiliki kesejarahan spesifik dan juga merupakan persoalan sosial politik. Kedua teori ini berbeda dalam memberikan jalan keluar persoalan keterbelakangan negara Dunia Ketiga.
Perbandingan Paradigma Modernisasi dengan Paradigma Defendensia :
Elemen Perbandingan
Modernisasi
Defendensia
Persamaan fokus perhatian (keprihatinan)
Pembangunan Dunia Ketiga
Sama
Metode
Sangat Abstrak
Perumusan Model-model
Sama
Sama
Dwi_Kutub struktur ekonomi
Tradisional dan Modern
(Maju)
Sentral (metropolis)
Pinggiran (satelit)
Perbedaan warisan teoritis
Teori Evolusi
Teori Fungsionalisme
Program KEPBALL
Marxis Ortodoks
Hubungan Internasional
Saling menguntungkan
Merugikan negara dunia ketiga
Masa depan Dunia Ketiga
Optimis
Pesimis
Kebijaksanaan Pembangunan (Pemecahan Masalah)
Lebih mendekatkan
keterkaitan negara maju.
Mengurangi keterkaitan
dengan negara sentral
revolusi sosialis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian Amerika Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.
Setelah menghadapi sekian banyak tudingan dari teorisi Dependensi, banyak juga para analis pembangunan yang berpegangan pada teori awal tadi yang merasa bahwa hal-hal yang dikemukakan dalam teori Dependensi itu sesuatu yang dilebih-lebihkan. Adapun yang menuduh kaum dependista” telah mendistorsikan sejarah dalam kupasan mereka, terutama yang menyangkut hubunagan antara negara-negara maju dengan negara-negara terbelakang. Namun, nyatanya teori Dependensi dan keterbelakangan tersebut memang mendapat pengaruh yang besar di tengah negara-negara sedang berkembang.
Selain teori Modernisasi, dalam pembangunan terdapat satu pendangan lain yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Teori modernisasi menilai bahwa masalah pembangunan dan kemiskinan disebabkan oleh faktor internal. Hubungan atau kontak dengan negara-negara maju dianggap membantu proses pembangunan negara-negara yang sedang berkembang.
3.2 Saran
Makalah ini tersususn jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dalam penyusunan makalah di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfa’at bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://alfananta.blogspot.co.id/2013/04/teori-dependensi.html
http://eentan.blogspot.co.id/2007/12/teori-modernisasi-dan-dependensi.html
http://bersama-arief.blogspot.co.id/2012/03/sistem-ekonomi.html
9
9
3