BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemi di dalam tubuh. Sebagian besar orang-orang menyebutnya
dengan penyakit kencing manis. Biasanya para penderita DM akan disertai
dengan berbagai gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
berat badan. Apabila tidak dilakukan perawatan dan pengontrolan pengobatan
yang baik pada penderita DM, maka akan menyebabkan berbagai penyakit
menahun seperti serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit
pembuluh darah tungkai dan lain sebagainya. Penyebab diabetes dapat
disebabkan berbagai hal seperti keturunan, pola hidup yang tidak sehat, dan
lain-lain. Penderita diabetes pun setiap tahunnya semakin bertambah.
World Health Organisation (WHO) pada tahun 2003 memperkirakan
bahwa terdapat 194 orang atau 51% dari 3,8 milyar penduduk dunia menderita DM, yang mana sebagian besar berasal dari usia 20—79 tahun. Yang mana pada tahun 2025 diperkirakan akan meningkat kembali menjadi 333 juta orang. Angka kenaikan penderita DM ini dipicu juga karena tidak adanya pengawasan nutrisi yang baik dan terpenuhi untuk tubuh, pola hidup yang tidak sehat, dan kurangnya melakukan aktifitas fisik. Selain itu seseorang telah terindikasi mengidap DM dapat disebabkoleh merokok, dan obesitas. Untuk itu diperlukannya pemahaman mengenai DM pada setiap orang, agar memberikan pemahaman lebih mengenai DM.
1.2 Rumusan Masalah
Apa definisi dari Diabetes Mielitus ?
Sebutkan klasifikasi dari Diabetes Mielitus ?
Apa etiologi dari Diabetes Mielitus?
Bagaimana patofisiologi dari Diabetes Mielitus?
Apa saja manisfistasi klinik Diabetes Mielitus ?
Apa saja komplikasi dari Diabetes Mielitus?
Apa saja penatalaksanaan Diabetes Mielitus ?
Bagaimana diagnosa dari Diabetes Mielitus ?
Bagaimana Asuhan keperawatan pada Diabetes Mielitus ?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui definisi dari Diabetes Mielitus
Untuk mengetahui klasifikasi dari Diabetes Mielitus
Untuk mengetahui etiologi dari Diabetes Mielitus
Untuk mengetahui patofisiologi dari Diabetes Mielitus
Untuk mengetahui manisfistasi klinik Diabetes Mielitus
Untuk mengetahui komplikasi dari Diabetes Mielitus
Untuk mengetahui penatalaksanaan Diabetes Mielitus
Untuk mengetahui diagnosa dari Diabetes Mielitus
Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada Diabetes Mielitus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang bersifat progresif,
dikarakteristikan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memetabolisme karbohidrat,lemak, dan protein, yang mengarah kepada hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) (Black, 2009). Menurut Sherwood (2012), diabetes secara harfiah artinya “mengalirkan”, yang menunjukkan pengeluaran urin dalam jumlah besar. Mellitus artinya “manis”. Urin pasien DM terasa manis kerena banyaknya glukosa dalam urin. Diabetes mellitus sejauh ini adalah penyakit endokrin yang paling sering ditemukan. Diabetes miletus merupakan penyakit yang banyak diderita pada kalangan masyarakat, terutama pada kalangan masyarakat urban. Diabetes miletus adalah penyakit diakibatkan karena produksi insulin yang sedikit atau ketidakefektifan insulin walaupun produksinya dalam jumlah yang normal.
2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut Blac (2009), diabetes melitus diklasifikasikan menjadi empat
derajat klinis berbeda yang terdiri atas tipe 1, tipe 2, gestasional, dan jenis spesifik lain dari diabetes melitus.
Diabetes melitus tipe 1 adalah hasil dari autoimunitas kerusakan sel beta, yang mengarah kepada defisiensi hormon insulin.
Diabetes melitus tipe 2 adalah hasil dari kerusakan pengeluaran insulin secara pogresif yang disertai dengan resistensi insulin, biasanya berkaitan dengan obesitas.
Diabetes melitus gestasional adalah jenis diabetes melitus yang didiagnosis selama masa kehamilan.
Diabetes melitus jenis lain, mungkin terjadi sebagai hasil dari kerusakan genetik di fungsi sel beta, penyakit kelenjar pankreas (misalnya sistik fibrosis), atau penyakit yang diinduksi penggunaan obat-obatan.
Menurut WHO, diabetes melitus dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan
perawatan dan simtoma.
Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Mellitus Tipe 1 biasa menyerang anak-anak. Merupakan diabetes yang terjadi karena berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta pada pulau langerhans. Hilangnya sel beta dikarenakan reaksi autoimun yang salah sehingga menghancurkan sel beta di pankreas. Salah satu gejala DM tipe 1 ini adalah buang air kecil yang terlalu sering.
Diabetes Melitus Tipe 2
Merupakan tipe diabetes yang bukan karena berkurangnya rasio insulin dalam darah, melainkan karena kelainan metabolisme. Terjadi Hiperglisema yaitu bertambahnya atau melebihnya glukosa darah.
Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes tipe ini adalah diabetes yang timbul pada saat kehamilan, yang diakibatkan oleh kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekstra pada kehamilan. Resiko terjadinya anomali kongenital berkaitan langsung dengan derajat hiperglikemia pada saat diagnosis ditegakkan. Pada diabetes melitus jenis ini, insulin sulit bekerja karena beberapa hormon pada ibu hamil memiliki efek metabolik yang bertoleransi dengan glukosa.
Sedangkan American Diabetes Association (1997) membagi DM dalam empat klasifikasi dengan dua tipe utama yaitu tipe I dan tipe II.
Diabetes tipe I
Merupakan tipe diabetes yang terjadi karena kerusakan sel-sel beta pada pancreas untuk memproduksi insulin. Hal ini disebabkan reaksi autoimun pada tubuh.
Diabetes tipe II
Merupakan tipe diabetes dimana jumlah insulin dalam tubuh memadai namun kurangnya jumlah reseptor insulin di permukaan sel menyebabkan insulin yang dapat masuk ke dalam sel hanya sedikit dan proses metabolism karbohidrat terganggu sehingga kadar glukosa dan insulin tinggi. DM tipe II mempunyai tingkat genetic tinggi, 80-90% disebabkan keturunan.
Diabetes tipe Gestasional
Tipe diabetes yang hanya terjadi pada masa kehamilan. Namun resiko yang ditimbulkan terhadap bayi sangan besar seperti kelainan bawaan, gangguan pernapasan, bahkan kematian janin. Toleransi karbohidrat akan kembali normal mulai pada trisemester ketiga.
Diabetes tipe spesifik lainnya
Defek genet ik fungsi sel ß yang ditandai dengan mutasi pada:
Hepatocyte nuclear transcription factor (HNF) 4a.
Glukokinase
Hepacytocyte nuclear transcription for 1a.
Insulin promoter factor
Defek genetic pada kerja insulin (misalbya resistensi tipe A).
Penyakit pada pankreas eksokrin, diantaranya pancreatitis, pankreatektomi, neoplasia, fibrosis kistik, hemokromatosis.
Endokrinopati, yaitu sindrom Cushing, akromegali, feokromositoma, hipertiroidisme, glukagonoma.
Obat atau bahan kimia : glukortikoid, tiazid, dan lain.
Infeksi : rubella kongenital, sitomegalovirus, coxsackievirus, dan lainnya.
Bentuk jarang diabetes imnunologik : sindrom “Stiff Man”, antibody anti reseptor insulin.
Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan diabetes : sindrom Down, sindrom Klinefelter, dan lainnya.
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko Diabetes Melitus
Secara umum, diabetes melitus dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Genetika
Seseorang yang memiliki penyakit diabetes miletus dapat menurunkan
penyakit tersebut kepada anak-anaknya. Anak penderita diabetes tipe 2
memiliki peluang menderita DM 2 sebanyak 15%-30% risiko
ketidakmampuan metabolisme karbohidrat secara normal.
2. Obesitas (berat badan = 20% dari berat ideal)
Obesitas yang terjadi pada seseorang dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah sisi reseptor insulin yang dapat bekerja dalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Dengan terjadinya obesitas maka akan merusak sel beta dalam memproduksi dan melepaskan insulin, sehingga terjadi penumpukan gula darah.
3. Usia
Semakin bertambah umur seseorang maka prevalensi DM semakin meninggi. Biasanya DM dialami oleh orang-orang yang telah berusia 30 tahun, yang mana telah mengalami perubahan fisiologis, anatomi, dan biokimia. Salah satu yang mengalami perubahan adalah sel beta penghasil insulin pada pankreas.
4. Hipertensi
a. Etiologi dan Faktor Risiko pada Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1, yang sebelumnya disebut IDDM atau juvenile-onset diabetes mellitus, dikarakteristikan oleh kerusakan sel beta pankreas, yang mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes mellitus tipe 1 adalah salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada anak-anak, tiga sampai empat kali lebih umum dibandingkan dengan penyakit anak-anak lainnya seperti sistik fibrosis, artritis rheumatoid anak-anak, dan leukemia (Black, 2009). Kejadian diabetes mellitus tipe 1 pada pria dan wanita hampir sama dengan kondisi lebih umum terjadi pada orang African Americans, Hispanic Americans, Asian Americans,dan Native Americans.
Diabetes mellitus tipe 1 diwariskan dalam bentuk alel heterozigot. Kembar identik memiliki risiko 25%-50% mewariskan penyakit ini, sedangkan saudara kandung berisiko 6% dan keturunan berisiko 5%. Sebuah gabungan juga terjadi antara diabetes melitus tipe 1 dan Human Leukocyte Antigens (HLAs). Faktor lingkungan seperti paparan virus yang mencetuskan proses autoimunitas yang menghancurkan sel beta. Islet Cell Antibodies (ICAs) kemudian muncul,memingkat dalam hitungan bulan dan tahun seiring dengan hancurnya sel-sel beta. Hal ini mempercepat hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi
ketika 80%-90% massa sel beta telah dihancurkan.
b. Etiologi dan Faktor Risiko pada Diabtetes Melitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2, yang sebelumnya disebut NIDDM atau adult-onset diabetes mellitus, adalah gangguan yang melibatkan faktor genetik dan lingkungan. Diabetes mellitus adalah jenis paling umum dari diabetes melitus, mempengaruhi 90% dari seluruh orang yang menderita diabetes melitus. Diabetes mellitus tipe 2 biasanya didiagnosis pada umur diatas 40 tahun dan lebih umum diantara orang dewasa, orang dewasa dengan obesitas, dan pada beberapa populasi etnis dan ras (Black, 2009). Akan tetapi, diagnosis diabetes melitus tipe 2 pada anak-anak dan remaja sedang mengalami peningkatan, terutama pada orang African Americans dan Hispanic/Latino Americans. Rata-rata, orang-orang yang didiagnosis diabetes melitus tipe 2 telah memiliki diagnosis sekitar 6,5 tahun sebelum identifikasi klinis dan perawatan. Prevalensi diabetes melitus tipe 2 sangat mencolok pada orang Native Americans, Africa Americans, Hispanic Americans, tentunya pada orang dewasa dan obesitas. Diabetes melitus adalah penyebab utama kebutaan baru pada orang dewasa yang berumur 20 hingga 74 tahun dan penyebab utama gagal ginjal kronis, terhitung sekitar 40% dari kasus baru yang ada (Black, 2009).
Diabetes melitus tipe 2 tidak tergabung dengan tipe jaringan HLAs, dan sirkulasi ICAs jarang hadir. Keturunan memainkan peran utama dalam ekspresi diabetes melitus tipe 2. Penyakit ini lebih umum terjadi pada kembar identik (58%-75%) dibandingkan pada populasi secara umum.
Obesitas adalah faktor risiko paling utama, dimana 85% orang dengan diabetes melitus tipe 2 menjadi obesitas (Black, 2009). Hal ini tidak jelas apakah kepekaan jaringan (hati dan otot) yang lemah kepada insulin atau sekresi insulin yang lemah yang menjadi kerusakan utama pada diabetes melitus tipe ini. Prevalensi penyakit arteri koronaria pada orang-orang dengan diabetes melitus tipe 2 adalah dua kali dibandingkan pada populasi non diabetes, sedangkan prevalensi penyakit kardiobaskular dan total kematian adalah dua sampai tiga kali lipat lebih besar dibandingkan pada orang non diabetes (Black, 2009).
2.4 Patofisiologi Diabetes Melitus
Jenis diabetes miletus yang paling umum dikenal orang adalah diabetes
melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2.
Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 disebabkan karena berkurang atau rusaknya sel beta sebagai penghasil insulin pada pankreas yang menyebabkan produksi insuline menjadi berkurang atau tidak terproduksi lagi. Pada saat makanan yang masuk ke dalam tubuh, maka makanan tersebut akan dirubah menjadi glukosa. Glukosa kemudian masuk ke dalam aliran darah. Selanjutnya pankreas menghasilkan sedikit insulin atau tidak menghasilkan insulin sama sekali karena kerusakan sel beta pada pulau langerhans yang terdapat pada pankreas. Insulin yang dihasilkan tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, selanjutnya dikarena jumlah insulin yang diproduksi dengan glukosa yang masuk ke dalam tubuh terlalu sedikit maka menyebabkan penumpukan glukosa dalam darah.
Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena kurangya sensitivitas terhadap insulin (disebabkan kurangnya jumlah reseptor insulin dipermukaan sel) yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin dalam darah. Pada awalnya makan yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi glukosa, kemudian glukosa akan masuk ke dalam aliran darah. Selanjutnya pankreas akan menghasilkan insulin, dan insulin tersebut akan masuk ke dalam pembuluh darah. Namun insulin tersebut mengalami penurunan sensitivitas, sehingga glukosa menumpuk dalam darah dan tidak dapat masuk ke dalam sel.
2.5 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Gejala yang terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
Pada klien dengan DM Tipe II sering ditemukan gejala-gejala :
Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul dan luka tidak sembuh
Kelainan ginekologis : gatal-gatal sampai dengan keputihan
Kesemutan dan baal-baal
Lemah tubuh atau cepat lelah
Trias gejala hyperglikemi (poliuri, polipagi, polidipsi) ditambah penurunan BB.
Sedangkan pada tahap awal klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II/ NIDDM mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah dan tes toleransi glukosa. Sedangkan pada tahap lanjut klien akan mengalami gejala yang sama dengan penderita Diabetes Mellitus Tipe I/ IDDM
2.6 Komplikasi
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.
A. Komplikasi Metabolik Akut
Ketoasidosis Diabetik
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal.
Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin.
Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.
B. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang
1. Mikroangiopaty
Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetik), syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin.Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.
Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :
a) Penimbunan sorbitol dalam intima vaskular
b) Hiperlipoproteinemia
c) Kelainan pembekun darah
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.
Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa secara keseluruhan.
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah
a) Akut
Hipoglikemia dan hiperglikemia
Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler .
b) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
6) Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
(a) Grade 0 : tidak ada luka
(b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
(c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
(d) Grade III : terjadi abses
(e) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
(f) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
2.8 Diagnosis Diabetes Melitus
Pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan tes laboratorium dilakukan untuk
mengevaluasi klien dengan penyakit diabetes melitus. Manifestasi klinis
memberikan indikasi kehadiran diabetes melitus, tetapi tes laboratorium
dibutuhkan untuk membuat diagnosis yang pasti.
Menurut Black & Hawks (2009), terdapat tiga macam tes diagnosis yang
dapat dilakukan untuk menentukan kadar gula darah seseorang, diantaranya yaitu:
Fasting Blood Glucose Level
Pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan pada orang yang sedang
berpuasa, minimal orang itu tidak mengonsumsi makanan selama 8 jam.
Casual Blood Glucose Level
Pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan pada orang dalam kondisi
bebas, baik ketika orang itu sedang berpuasa ataupun tidak.
Postload Blood Glucose Level
Pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan pada orang yang telah
mengonsumsi makanan, biasanya dilakukan saat 3 jam setelah orang tersebut
makan.
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DIABETES MELITUS
PENGKAJIAN PASIEN
Identitas
Nama, usia (DM Tipe 1 Usia < 30 tahun. DM Tipe 2 Usia > 30 tahun, cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan aktivitas fisik yang sedikit.
Riwayat Keperawatan
Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
Kondisi hiperglikemi:
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
Riwayat penyakit sekarang
Dominan yang muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan menurun. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
Riwayat kesehatan keluarga
Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan,stress dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Klien terlihat lemah, pucat, kesadaran menurun, dan berat badan menurun ,Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah (TD) : hipertensi
Nadi : nadi menurun atau normal
Suhu : normal atau meningkat
Respiratory Rate (RR) : frekuensi meningkat atau normal
BB : Menurun
Pemeriksaan Persistem
Sistem pernafasan
Hidung
Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung,bentuk simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : gigi kadang goyah, ada karies, gusi mudah berdarah
Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : bentuk simetris atau tidak,bersih atau kotor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak adanya pembesaran kelenjar limfe
Sistem kardiovaskuler
Wajah
Inspeksi : konjungtiva anemis,pucat
Leher
Inspeksi : tidak adanya bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : dada terlihat simetris
Palpasi : normal (sonor)
Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 tunggal, aritmia
Sistem Pencernaan – eliminasi alvi
Mulut
Nafas bau aceton
Anamnesa : rasa panas atau sakit saat berkemih
Inspeksi : mukosa bibir kering, kondisi gigi karies atau tidak, tidak ada stomatitis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut
Lidah
Inspeksi : lidah sering terasa tebal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : peningkatan lingkar abdomen
Perkusi : tidak ada acietes
Palpasi : ada nyeri tekan pada abdomen
Auskultasi : bising usus menurun
Sistem perkemihan
Anamnesa : Pasien mengatakan banyak kencing
Perempuan
Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi maupun varises
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung kemih
Inspeksi : tidak ada benjolan, dan tidak ada pembesaran
Palpasi : ada nyeri tekan
Ginjal :
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : ada nyeri tekan.
Sistem endokrin
Kelenjar Pankreas
Otot
kram otot, tonus otot menurun
Persendian
Inspeksi : adanya kelemahan pada sendi
Sistem genetalia
Seksualitas : rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda - tanda infeksi,
Palpasi : tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
Sistem muskuloskeletel dan integument
Kulit : Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
4 4
Kekuatan otot
4 4
Ekstremitas Atas
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, gangren di ekstrimitas
Palpasi : suhu akral dingin
Auskultasi : tidak ada krepitasi
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : gangren di ekstrimitas, ada oedem,
Palpasi : suhu akral dingin
Auskultasi : tidak ada krepitasi
Sistem persarafan
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi
Nervus II opticus (penglihatan)
Pandangan kabur
Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata
Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
normal
Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah simetris
Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran berkurang
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
Nervus X vagus
normal
Nervus XI aksesorius
Adanya kelemahan
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke segala arah
Persepsi sensori
Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a.Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b.Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c.Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
ANALISA DATA PASIEN
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
Kerusakan integritas kulit (00046)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Kekurangan volume cairan (00027)
DEFINITION:
Perubahan atau gangguan epidermis dan / dermis
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Penurunan cairan intravaskuler,interstisial, dan/atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi ,kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium
DEFINING CHARACTERISTICS
Dx 1
kerusakan lapisan kulit
gangguan permukaan kulit
invasi struktur tubuh
Dx 3
penurunan tekanan nadi
penurunan volume nadi
penurunan tugor kulit
penurunan tugor lidah
membran mukosa kering
kulit kering
peningkatan frekuensi nadi
peningkatan konsentrasi urine
penurunan berat badan tiba-tiba
haus
kelemahan
Dx 2
berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
kerapuhan kapiler
diare
penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
mengeluh asupan makanan kurang dari RDA
RELATED FACTORS:
Dx 1
perubahan status cairan
perubahan pigmentasi
perubahan turgor
faktor perkembangan
kondisi ketidakseimbangan nutrisi (mis.,obesitas,emasiasi)
penurunan imunologis
penurunan sirkulasi
kondisi gangguan metabolik
gangguan sensasi
Dx 3
kehilangan cairan aktif
kegagalan mekanisme regulasi
Dx 2
faktor biologis
faktor ekonomi
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
faktor psikologis
ASSESSMENT
Subjective data entry
klien nyeri pada lukanya
pasien mengeluh penurunan berat badan yang sangat drastis
pasien mengeluh sering buang air kencing
Objective data entry
Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
Tekanan Darah (TD) : hipertensi
Nadi : nadi menurun atau normal
Suhu : normal atau meningkat
Respiratory Rate (RR) : frekuensi meningkat atau normal
Berat Badan : menurun
DIAGNOSIS
Client
Diagnostic
Statement:
Ns. Diagnosis (Specify):
Kerusakan integritas kulit (00046)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Kekurangan volume cairan (00027)
Related to:
kondisi gangguan metabolik
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
kegagalan mekanisme regulasi
INTERVENSI
NIC
NOC
INTERVENSI
AKTIVITAS
OUTCOME
INDICATOR
Manajemen nutrisi
Def : panduan atau penyediaan asupan makanan dan cairan untuk diet seimbang
Perawatan luka tekan (3520)
Def :
Memfasilitasi dari penyembuhan luka tekan
Kekurangan volume cairan (00027)
Pertimbangkan dalam hubungannya dengan ahli gizi sesuai kebutuhan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Anjurkan asupan kalori yang sesuai untuk tipe tubuh dan gaya hidup
Anjurkan asupan makanan zat besi yang meningkat,sesuai kebutuhan
Berikan pasien makanan tinggi protein,tinggi kalori,makan-makanan yang bergizi dan minuman yang dapat mulai dikonsumsi sesuai kebutuhan
Monitor catatan asupan nutrisi dan kalori
Timbang pasien dengan interval yang sesuai
Berikan invormasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana mendapatkannya
Ukur dan gambarkan karakteristik dari luka interval regulernya
Menentukan tingkat dari formasi luka seperti stadium 1-4. Jaga luka lembab untuk membantu penyembuhan. Bersihkan kulit sekitar kulit dengan sabun dan air
Bersihkan luka dengan cairan nontoksis yang sesuai,bekerja dari daerah dalam
Gunakan jarum ukuran 19 dan semprotan 35 cc untuk membersihkan bagian dalam luka.
Catat karakteristik dari pengairan
Bersihkan jaringan luka bila diperlukan
Gunakan bahan membran permeabel untuk luka
Gunakan obat luar
Gunakan penutup
Gunakan posisi yang lain bila terjadi penekanan yang lama
Monitoring tanda dan gejala infeksi pada luka
Tingkatkan pemasukan protein untuk membantu membentuk jaringan tisue
Monitor pemasukan kalori untuk meyakinkan pemasukan yang adekuat.
Timbang BB dan monitor setiap hari
Catat intake dan output
Monitor status hidrasi (membran mukosa,nadi,tekanan darah)
Monitor laboratorium (BUN,Hematokrit,osmolalitas urine)
Monitor status hemodinamik
Monitor tanda vital
Monitor elektrolit
Nutritional status (1004)
Def :
Sejauh mana nutrisi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Tissue integrity : skin and mucous membranes (1101)
Def :
Struktural intactness and normal physiological of skin and mucous
membrane
Fluid balance
Def :
Water balance in the intracellular and extracellular compartment of the body
Nutrient intake: 4
Food intake : 4
Fluid intake : 4
Weight/height ratio : 4
Muscle tone : 4
Hydration : 4
Skin temperature : 3
Sensation : 4
Elasticity : 3
Hydration : 4
Texture : 3
Tissue perfusion : 4
Skin integritas : 4
Blood pressure : 4
Radial pulse rate : 4
Mean arterial pressure : 4
Skin turgor : 4
Urine specific gravity : 4
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DIABETES MELITUS
Contoh kasus
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit Ny D terkena luka di tumit kaki kiri, namun klien tidak mengetahui penyebabnya, semakin hari luka semakin memburuk dan membengkak, lalu diperiksakan ke dokter praktek dan hanya diberikan obat oral. Karena tidak tahan dengan rasa sakitnya, akhirnya suami Ny D membawa Ny D ke RSUD jombang.
Dari hasil pemeriksaan klien mengatakan, sering sekali minum(banyak kencing), dan banyak makan. Dari hasil pengujian sementara didapatkan : kondisi umum klien : lemah, TTV : TD : 160/90 mmhg HR: 90x/ menit ,Nadi :70x/menit, suhu : 37 C, RR: 18x/ menit, TB : 155 cm, Umur 45 tahun kaki teraba dingin dan terlihat pucat, gula darah sementara: 450/dl, ada riwayat DM pada anggota keluarga ( bapaknya meninggal karena komplikasi DM ) . Ny D mengaku satu tahun terakhir berat badannya mengalami penurunan dari 65 kg menjadi 47 kg.
Tgl. Pengkajian : 08 Mei 2015
Jam pengkajian : 08.00 WIB
Ruang/Kelas : Mawar
No. Register : 205694
Tgl. MRS : 07 Mei 2015
3.1 Pengkajian
Identitas
Identitas Klien
Nama : Ny. D
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Pahlawan No.03 Surabaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Diagnosa medis : Diabetes Melitus
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Y
Umur : 49 Th
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Jl.Pahlawan No.03 Surabaya
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan Dengan Klien : Suami
Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada luka dan penurunan berat badan drastis.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit Ny D terkena luka di tumit kaki kiri, namun klien tidak mengetahui penyebabnya, semakin hari luka semakin memburuk dan membengkak, lalu diperiksakan ke dokter praktek dan hanya diberikan obat oral. Karena tidak tahan dengan rasa sakitnya, akhirnya suami Ny D membawa Ny D ke RSUD jombang.
Riwayat Kesehatan Dahulu
pasien menderita obesitas
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien (bapaknya meninggal karena komplikasi DM)
Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien tinggal dalam lingkungan yang cukup bersih.
Riwayat Alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Penampilan : Klien tampak lemah
Kesadaran : Composmentis(GCS 456)
Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 37ºC
Nadi : 70x/menit
HR : 90x/menit
BB : 47 kg
TB : 166 cm
Pemeriksaan Per Sistem
Sistem pernafasan
Hidung
Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung,bentuk simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering ,ada karies
Sinus paranasalis
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak adanya pembesaran kelenjar limfe
Sistem kardiovaskuler
Wajah
Inspeksi : konjungtiva anemis,pucat
Leher
Inspeksi : tidak adanya bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : dada terlihat simetris
Palpasi : normal (sonor)
Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur
Sistem Pencernaan – eliminasi alvi
Anamnesa : pasien mengatakan makan 5X dalam sehari dengan porsi yang banyak.
Mulut
Nafas bau aceton
Inspeksi : mukosa bibir kering, kondisi gigi karies ,tidak ada stomatitis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut
Lidah
Inspeksi : tidak ada percak putih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : tidak ada bekas operasi,bersih
Perkusi : tidak ada acietes
Palpasi : ada nyeri tekan pada abdomen
Auskultasi : bising usus menurun
Sistem perkemihan
Anamnesa : Pasien mengatakan banyak minum dan banyak kencing
Perempuan
Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi maupun varises
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung kemih
Inspeksi : tidak ada benjolan, dan tidak ada pembesaran
Palpasi : ada nyeri tekan
Ginjal :
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : ada nyeri tekan.
Sistem endokrin
Kelenjar Pankreas
Otot : neuropati ekstremitas
sistem genetalia
Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda - tanda infeksi,
Palpasi : tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan
Sistem muskuloskeletel dan integument
Kulit : Turgor kulit menurun, adanya luka pada kaki kiri, kaki teraba dingin dan terlihat pucat,
4 4
Kekuatan otot 4 3
Ekstremitas Atas
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada luka
Palpasi : suhu akral dingin
Auskultasi : tidak ada krepitasi
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : ada gangren di ekstrimitas(kaki kiri)
Palpasi : suhu akral dingin
Auskultasi : tidak ada krepitasi
Sistem persarafan
Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi
Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata
Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
normal
Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah simetris
Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
Nervus X vagus
normal
Nervus XI aksesorius
Adanya kelemahan
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke segala arah
Persepsi sensori
Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri
3.2 Analisa Data Pasien
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
Kerusakan integritas kulit (00046)
DEFINITION:
Perubahan atau gangguan epidermis dan / dermis
DEFINING CHARACTERISTICS
kerusakan lapisan kulit
gangguan permukaan kulit
invasi struktur tubuh
RELATED FACTORS:
perubahan status cairan
perubahan pigmentasi
perubahan turgor
faktor perkembangan
kondisi ketidakseimbangan nutrisi (mis.,obesitas,emasiasi)
penurunan imunologis
penurunan sirkulasi
kondisi gangguan metabolik
gangguan sensasi
ASSESSMENT
Subjective data entry
Pasien mengeluh nyeri pada tumit kaki kiri
Objective data entry
Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 37ºC
Nadi : 70x/menit
HR : 90x/menit
BB : 45 kg
TB : 160 cm
terdapat luka pada tumit kaki kiri
DIAGNOSIS
Client
Diagnostic
Statement:
Ns. Diagnosis (Specify):
Kerusakan integritas kulit (00046)
Related to:
kondisi gangguan metabolik
Intervensi
NIC
NOC
INTERVENSI
AKTIVITAS
OUTCOME
INDICATOR
Perawatan luka tekan (3520)
Def :
Memfasilitasi dari penyembuhan luka tekan
Ukur dan gambarkan karakteristik dari luka interval regulernya
Menentukan tingkat dari formasi luka seperti stadium 1-4.
Jaga luka lembab untuk membantu penyembuhan.
Bersihkan kulit sekitar kulit dengan sabun dan air
Bersihkan luka dengan cairan nontoksis yang sesuai,bekerja dari daerah dalam
Gunakan jarum ukuran 19 dan semprotan 35 cc untuk membersihkan bagian dalam luka.
Catat karakteristik dari pengairan
Bersihkan jaringan luka bila diperlukan
Gunakan bahan membran permeabel untuk luka
Gunakan obat luar
Gunakan penutup
Gunakan posisi yang lain bila terjadi penekanan yang lama
Monitoring tanda dan gejala infeksi pada luka
Tingkatkan pemasukan protein untuk membantu membentuk jaringan tisue
Monitor pemasukan kalori untuk meyakinkan pemasukan yang adekuat.
Tissue integrity : skin and mucous membranes (1101)
Def :
Struktural intactness and normal physiological of skin and mucous
membrane
Skin temperature : 3
Sensation : 4
Elasticity : 3
Hydration : 4
Texture : 3
Tissue perfusion : 4
Skin integritas : 4
Implementasi
No.
Diagnosa/ Masalah kolaboratif
Tgl/jam
Tindakan
Paraf
1.
Kerusakan integritas kulit (00046)
08 Mei 2015/08.30 WIB
Mengukur dan gambarkan karakteristik dari luka interval regulernya
Menentukan tingkat dari formasi luka seperti stadium 1-4. Jaga luka lembab untuk membantu penyembuhan. Bersihkan kulit sekitar kulit dengan sabun dan air
Membersihkan luka dengan cairan nontoksis yang sesuai,bekerja dari daerah dalam
Menggunakan jarum ukuran 19 dan semprotan 35 cc untuk membersihkan bagian dalam luka.
Mencatat karakteristik dari pengairan
Membersihkan jaringan luka bila diperlukan
Menggunakan bahan membran permeabel untuk luka
Menggunakan obat luar
Menggunakan penutup
Menggunakan posisi yang lain bila terjadi penekanan yang lama
Memonitoring tanda dan gejala infeksi pada luka
Meningkatkan pemasukan protein untuk membantu membentuk jaringan tisue
Memonitor pemasukan kalori untuk meyakinkan pemasukan yang adekuat.
Evaluasi
No.
Diagnosa/ Masalah kolaboratif
Tgl/Jam
Catatan Perkembangan
Paraf
1.
Kerusakan integritas kulit (00046)
09 Mei 2015/08.00 WIB
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Tanda- tanda Vital
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Respirasi : 17 x/menit
Suhu : 37ºC
Nadi : 60x/menit
HR : 85x/menit
BB : 47 kg
TB : 155 cm
A : luka sudah teratasi sebagian
P : Rencana tindakan keperawatan 1,2,3 sampai 13 dilanjutkan
Analisa Data
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
DEFINITION:
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
DEFINING CHARACTERISTICS
berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
kerapuhan kapiler
diare
penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
mengeluh asupan makanan kurang dari RDA
RELATED FACTORS:
faktor biologis
faktor ekonomi
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
faktor psikologis
ASSESSMENT
Subjective data entry
Pasien mengatakan berat badannya turun drastis dari 65 menjadi 47 kg
Objective data entry
Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 37ºC
Nadi : 70x/menit
HR : 90x/menit
BB : 47 kg
TB : 155 cm
banyak makan tetapi BB turun terus
DIAGNOSIS
Client
Diagnostic
Statement:
Ns. Diagnosis (Specify):
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Related to:
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
Intervensi
NIC
NOC
INTERVENSI
AKTIVITAS
OUTCOME
INDICATOR
Manajemen nutrisi
Def : panduan atau penyediaan asupan makanan dan cairan untuk diet seimbang
Pertimbangkan dalam hubungannya dengan ahli gizi sesuai kebutuhan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Anjurkan asupan kalori yang sesuai untuk tipe tubuh dan gaya hidup
Monitor catatan asupan nutrisi dan kalori
Timbang pasien dengan interval yang sesuai
Berikan invormasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana mendapatkannya
Nutritional status (1004)
Def :
Sejauh mana nutrisi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Nutrient intake: 4
Food intake : 4
Fluid intake : 4
Weight/height ratio : 4
Muscle tone : 4
Hydration : 4
Implementasi
No.
Diagnosa/ Masalah kolaboratif
Tgl/jam
Tindakan
Paraf
1.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
08 Mei 2015
10.00 WIB
Mempertimbangkan dalam hubungannya dengan ahli gizi sesuai kebutuhan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Menganjurkan asupan kalori yang sesuai untuk tipe tubuh dan gaya hidup
Memonitor catatan asupan nutrisi dan kalori
Menimbang pasien dengan interval yang sesuai
Memberikan invormasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana mendapatkannya
Evaluasi
No.
Diagnosa/ Masalah kolaboratif
Tgl/Jam
Catatan Perkembangan
Paraf
1.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
09 Mei 2015
09.00 WIB
S : pasien mengtakan konsumsi makan dikurangi
O : Tanda- tanda Vital
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Respirasi : 17 x/menit
Suhu : 37ºC
Nadi : 60x/menit
HR : 85x/menit
BB : 45 kg
TB : 160 cm
A : nutrisi sudah teratasi sebagian
P : Rencana tindakan keperawatan 1,2,3 sampai 7 dilanjutkan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah di dalam tubuh, Penyakit ini berhubungan erat dengan
keberadaan hormon Insulin yang di produksi oleh kelenjar Pankreas serta
berfungsi mengubah glukosa menjadi glikogen. Terdapat beberapa tipe DM
yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional dan DM jenis lain. Penyebab
umum dari DM adalah genetika, usia, obesitas, hipertensi, gaya hidup yang
salah. Dan fakto lingkungan.
DM memengaruhi berbagai sistem tubuh yang meliputi sistem pencernaan,
sistem urinaria, sistem imun, sistem integument, sistem kardiovaskuler,
sistem pernapasan, system saraf dan sistem indra sehingga menimbulkan
beberapa gejala kesehatan pada penderitanya. Sebagai contoh adalah hal yang dirasakan pasien dalam kasus pemicu yaitu sering buang air kecil, sering haus dan lapar, serta terjadi penurunan berat badan sebanyak 15 Kg dalam 2 bulan terakhir dan merasa sering kesemutan pada ekstremitas bawah. Gejala yang umumnya ada pada penderita DM yaitu hipoglukemia, polyuria,
polydipsia,polifagia, rasa lelah dan kelemahan otot , penurunan berat badan
secara drastis dan beberapa kasus mengalami gangguan pandangan.
Usaha untuk menangani penyakit DM ada bermacam-macam dan umumnya
adalah mengenai pola hidup. Aktivitas yang dapat mendukung kesehatan
penderita DM meliputi perbaikan pola makan, olahraga, pemberian injeksi
Insulin ( DM tipe 1) dan meminum obat oral untuk diabetes (biasanya DM
tipe 2). Dengan begitu diperlukan usaha yang aktif dari penderita DM untuk
memulihkan kesehatannya sendiri.
Saran
Setelah mengetahui dan memahami bagaimana proses penyakit Diabetes Melitus dan asuhan keperawatan kepada klien dengan Diabetes Melitus, mahasiswa keperawatan sebaiknya mampu menerapkannya dalam praktik lapangan. Hasil diskusi kelompok kami ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kami memohon kritik dan sran sehingga dapat membangun kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://prwobany.blogspot.com/2011/10/askep-diabetes-melitus.html Diakses tanggal 6 Mei 2015
https://www.scribd.com/doc/179358617/88445539-Makalah-Kmb-1-Tentang-Asuhan-Keperawatan-Diabetes-Melitus-docx Diakses tanggal 6 Mei 2015
Alvarado. (2011). Diabetes and Your Eyesight. Diambil dari
http://www.glaucoma.org/glaucoma/diabetes-and-your-eyesight.php.
Baradero, Mary, et. al. (2009). Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tambayong, Jan. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
53