Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi di dalam tubuh. Sebagian besar orang-orang menyebutnya dengan penyakit kencing manis. Biasanya para penderita DM akan disertai dengan berbagai gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan. Apabila tidak dilakukan perawatan dan pengontrolan pengobatan yang baik pada penderita DM, maka akan menyebabkan berbagai penyakit menahun seperti serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai dan lain sebagainya. Penyebab diabetes dapat disebabkan berbagai hal seperti keturunan, pola hidup yang tidak sehat, dan lain-lain. Penderita diabetes pun setiap tahunnya semakin bertambah. World Health Organisation (WHO) pada tahun 2003 memperkirakan bahwa terdapat 194 orang atau 51% dari 3,8 milyar penduduk dunia menderita DM, yang mana sebagian besar berasal dari usia 20—79 tahun. Yang mana pada tahun 2025 diperkirakan akan meningkat kembali menjadi 333 juta orang. Angka kenaikan penderita DM ini dipicu juga karena tidak adanya pengawasan nutrisi yang baik dan terpenuhi untuk tubuh, pola hidup yang tidak sehat, dan kurangnya melakukan aktifitas fisik. Selain itu seseorang telah terindikasi mengidap DM dapat disebabkoleh merokok, dan obesitas. Untuk itu diperlukannya pemahaman mengenai DM pada setiap orang, agar memberikan pemahaman lebih mengenai DM. 1.2 Rumusan Masalah Apa definisi dari Diabetes Mielitus ? Sebutkan klasifikasi dari Diabetes Mielitus ? Apa etiologi dari Diabetes Mielitus? Bagaimana patofisiologi dari Diabetes Mielitus? Apa saja manisfistasi klinik Diabetes Mielitus ? Apa saja komplikasi dari Diabetes Mielitus? Apa saja penatalaksanaan Diabetes Mielitus ? Bagaimana diagnosa dari Diabetes Mielitus ? Bagaimana Asuhan keperawatan pada Diabetes Mielitus ? 1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui definisi dari Diabetes Mielitus Untuk mengetahui klasifikasi dari Diabetes Mielitus Untuk mengetahui etiologi dari Diabetes Mielitus Untuk mengetahui patofisiologi dari Diabetes Mielitus Untuk mengetahui manisfistasi klinik Diabetes Mielitus Untuk mengetahui komplikasi dari Diabetes Mielitus Untuk mengetahui penatalaksanaan Diabetes Mielitus Untuk mengetahui diagnosa dari Diabetes Mielitus Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada Diabetes Mielitus BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang bersifat progresif, dikarakteristikan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memetabolisme karbohidrat,lemak, dan protein, yang mengarah kepada hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) (Black, 2009). Menurut Sherwood (2012), diabetes secara harfiah artinya “mengalirkan”, yang menunjukkan pengeluaran urin dalam jumlah besar. Mellitus artinya “manis”. Urin pasien DM terasa manis kerena banyaknya glukosa dalam urin. Diabetes mellitus sejauh ini adalah penyakit endokrin yang paling sering ditemukan. Diabetes miletus merupakan penyakit yang banyak diderita pada kalangan masyarakat, terutama pada kalangan masyarakat urban. Diabetes miletus adalah penyakit diakibatkan karena produksi insulin yang sedikit atau ketidakefektifan insulin walaupun produksinya dalam jumlah yang normal. 2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus Menurut Blac (2009), diabetes melitus diklasifikasikan menjadi empat derajat klinis berbeda yang terdiri atas tipe 1, tipe 2, gestasional, dan jenis spesifik lain dari diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 1 adalah hasil dari autoimunitas kerusakan sel beta, yang mengarah kepada defisiensi hormon insulin. Diabetes melitus tipe 2 adalah hasil dari kerusakan pengeluaran insulin secara pogresif yang disertai dengan resistensi insulin, biasanya berkaitan dengan obesitas. Diabetes melitus gestasional adalah jenis diabetes melitus yang didiagnosis selama masa kehamilan. Diabetes melitus jenis lain, mungkin terjadi sebagai hasil dari kerusakan genetik di fungsi sel beta, penyakit kelenjar pankreas (misalnya sistik fibrosis), atau penyakit yang diinduksi penggunaan obat-obatan. Menurut WHO, diabetes melitus dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan perawatan dan simtoma. Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes Mellitus Tipe 1 biasa menyerang anak-anak. Merupakan diabetes yang terjadi karena berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta pada pulau langerhans. Hilangnya sel beta dikarenakan reaksi autoimun yang salah sehingga menghancurkan sel beta di pankreas. Salah satu gejala DM tipe 1 ini adalah buang air kecil yang terlalu sering. Diabetes Melitus Tipe 2 Merupakan tipe diabetes yang bukan karena berkurangnya rasio insulin dalam darah, melainkan karena kelainan metabolisme. Terjadi Hiperglisema yaitu bertambahnya atau melebihnya glukosa darah. Diabetes Melitus Gestasional Diabetes tipe ini adalah diabetes yang timbul pada saat kehamilan, yang diakibatkan oleh kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekstra pada kehamilan. Resiko terjadinya anomali kongenital berkaitan langsung dengan derajat hiperglikemia pada saat diagnosis ditegakkan. Pada diabetes melitus jenis ini, insulin sulit bekerja karena beberapa hormon pada ibu hamil memiliki efek metabolik yang bertoleransi dengan glukosa. Sedangkan American Diabetes Association (1997) membagi DM dalam empat klasifikasi dengan dua tipe utama yaitu tipe I dan tipe II. Diabetes tipe I Merupakan tipe diabetes yang terjadi karena kerusakan sel-sel beta pada pancreas untuk memproduksi insulin. Hal ini disebabkan reaksi autoimun pada tubuh. Diabetes tipe II Merupakan tipe diabetes dimana jumlah insulin dalam tubuh memadai namun kurangnya jumlah reseptor insulin di permukaan sel menyebabkan insulin yang dapat masuk ke dalam sel hanya sedikit dan proses metabolism karbohidrat terganggu sehingga kadar glukosa dan insulin tinggi. DM tipe II mempunyai tingkat genetic tinggi, 80-90% disebabkan keturunan. Diabetes tipe Gestasional Tipe diabetes yang hanya terjadi pada masa kehamilan. Namun resiko yang ditimbulkan terhadap bayi sangan besar seperti kelainan bawaan, gangguan pernapasan, bahkan kematian janin. Toleransi karbohidrat akan kembali normal mulai pada trisemester ketiga. Diabetes tipe spesifik lainnya Defek genet ik fungsi sel ß yang ditandai dengan mutasi pada: Hepatocyte nuclear transcription factor (HNF) 4a. Glukokinase Hepacytocyte nuclear transcription for 1a. Insulin promoter factor Defek genetic pada kerja insulin (misalbya resistensi tipe A). Penyakit pada pankreas eksokrin, diantaranya pancreatitis, pankreatektomi, neoplasia, fibrosis kistik, hemokromatosis. Endokrinopati, yaitu sindrom Cushing, akromegali, feokromositoma, hipertiroidisme, glukagonoma. Obat atau bahan kimia : glukortikoid, tiazid, dan lain. Infeksi : rubella kongenital, sitomegalovirus, coxsackievirus, dan lainnya. Bentuk jarang diabetes imnunologik : sindrom “Stiff Man”, antibody anti reseptor insulin. Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan diabetes : sindrom Down, sindrom Klinefelter, dan lainnya. 2.3 Etiologi dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Secara umum, diabetes melitus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Genetika Seseorang yang memiliki penyakit diabetes miletus dapat menurunkan penyakit tersebut kepada anak-anaknya. Anak penderita diabetes tipe 2 memiliki peluang menderita DM 2 sebanyak 15%-30% risiko ketidakmampuan metabolisme karbohidrat secara normal. 2. Obesitas (berat badan = 20% dari berat ideal) Obesitas yang terjadi pada seseorang dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah sisi reseptor insulin yang dapat bekerja dalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Dengan terjadinya obesitas maka akan merusak sel beta dalam memproduksi dan melepaskan insulin, sehingga terjadi penumpukan gula darah. 3. Usia Semakin bertambah umur seseorang maka prevalensi DM semakin meninggi. Biasanya DM dialami oleh orang-orang yang telah berusia 30 tahun, yang mana telah mengalami perubahan fisiologis, anatomi, dan biokimia. Salah satu yang mengalami perubahan adalah sel beta penghasil insulin pada pankreas. 4. Hipertensi a. Etiologi dan Faktor Risiko pada Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes melitus tipe 1, yang sebelumnya disebut IDDM atau juvenile-onset diabetes mellitus, dikarakteristikan oleh kerusakan sel beta pankreas, yang mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes mellitus tipe 1 adalah salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada anak-anak, tiga sampai empat kali lebih umum dibandingkan dengan penyakit anak-anak lainnya seperti sistik fibrosis, artritis rheumatoid anak-anak, dan leukemia (Black, 2009). Kejadian diabetes mellitus tipe 1 pada pria dan wanita hampir sama dengan kondisi lebih umum terjadi pada orang African Americans, Hispanic Americans, Asian Americans,dan Native Americans. Diabetes mellitus tipe 1 diwariskan dalam bentuk alel heterozigot. Kembar identik memiliki risiko 25%-50% mewariskan penyakit ini, sedangkan saudara kandung berisiko 6% dan keturunan berisiko 5%. Sebuah gabungan juga terjadi antara diabetes melitus tipe 1 dan Human Leukocyte Antigens (HLAs). Faktor lingkungan seperti paparan virus yang mencetuskan proses autoimunitas yang menghancurkan sel beta. Islet Cell Antibodies (ICAs) kemudian muncul,memingkat dalam hitungan bulan dan tahun seiring dengan hancurnya sel-sel beta. Hal ini mempercepat hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi ketika 80%-90% massa sel beta telah dihancurkan. b. Etiologi dan Faktor Risiko pada Diabtetes Melitus Tipe 2 Diabetes mellitus tipe 2, yang sebelumnya disebut NIDDM atau adult-onset diabetes mellitus, adalah gangguan yang melibatkan faktor genetik dan lingkungan. Diabetes mellitus adalah jenis paling umum dari diabetes melitus, mempengaruhi 90% dari seluruh orang yang menderita diabetes melitus. Diabetes mellitus tipe 2 biasanya didiagnosis pada umur diatas 40 tahun dan lebih umum diantara orang dewasa, orang dewasa dengan obesitas, dan pada beberapa populasi etnis dan ras (Black, 2009). Akan tetapi, diagnosis diabetes melitus tipe 2 pada anak-anak dan remaja sedang mengalami peningkatan, terutama pada orang African Americans dan Hispanic/Latino Americans. Rata-rata, orang-orang yang didiagnosis diabetes melitus tipe 2 telah memiliki diagnosis sekitar 6,5 tahun sebelum identifikasi klinis dan perawatan. Prevalensi diabetes melitus tipe 2 sangat mencolok pada orang Native Americans, Africa Americans, Hispanic Americans, tentunya pada orang dewasa dan obesitas. Diabetes melitus adalah penyebab utama kebutaan baru pada orang dewasa yang berumur 20 hingga 74 tahun dan penyebab utama gagal ginjal kronis, terhitung sekitar 40% dari kasus baru yang ada (Black, 2009). Diabetes melitus tipe 2 tidak tergabung dengan tipe jaringan HLAs, dan sirkulasi ICAs jarang hadir. Keturunan memainkan peran utama dalam ekspresi diabetes melitus tipe 2. Penyakit ini lebih umum terjadi pada kembar identik (58%-75%) dibandingkan pada populasi secara umum. Obesitas adalah faktor risiko paling utama, dimana 85% orang dengan diabetes melitus tipe 2 menjadi obesitas (Black, 2009). Hal ini tidak jelas apakah kepekaan jaringan (hati dan otot) yang lemah kepada insulin atau sekresi insulin yang lemah yang menjadi kerusakan utama pada diabetes melitus tipe ini. Prevalensi penyakit arteri koronaria pada orang-orang dengan diabetes melitus tipe 2 adalah dua kali dibandingkan pada populasi non diabetes, sedangkan prevalensi penyakit kardiobaskular dan total kematian adalah dua sampai tiga kali lipat lebih besar dibandingkan pada orang non diabetes (Black, 2009). 2.4 Patofisiologi Diabetes Melitus Jenis diabetes miletus yang paling umum dikenal orang adalah diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes melitus tipe 1 disebabkan karena berkurang atau rusaknya sel beta sebagai penghasil insulin pada pankreas yang menyebabkan produksi insuline menjadi berkurang atau tidak terproduksi lagi. Pada saat makanan yang masuk ke dalam tubuh, maka makanan tersebut akan dirubah menjadi glukosa. Glukosa kemudian masuk ke dalam aliran darah. Selanjutnya pankreas menghasilkan sedikit insulin atau tidak menghasilkan insulin sama sekali karena kerusakan sel beta pada pulau langerhans yang terdapat pada pankreas. Insulin yang dihasilkan tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, selanjutnya dikarena jumlah insulin yang diproduksi dengan glukosa yang masuk ke dalam tubuh terlalu sedikit maka menyebabkan penumpukan glukosa dalam darah. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena kurangya sensitivitas terhadap insulin (disebabkan kurangnya jumlah reseptor insulin dipermukaan sel) yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin dalam darah. Pada awalnya makan yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi glukosa, kemudian glukosa akan masuk ke dalam aliran darah. Selanjutnya pankreas akan menghasilkan insulin, dan insulin tersebut akan masuk ke dalam pembuluh darah. Namun insulin tersebut mengalami penurunan sensitivitas, sehingga glukosa menumpuk dalam darah dan tidak dapat masuk ke dalam sel. 2.5 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Gejala yang terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut : Pada tahap awal sering ditemukan : Poliuri (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum. Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak. Pada klien dengan DM  Tipe II sering ditemukan gejala-gejala : Kelainan kulit  : gatal-gatal, bisul dan luka tidak sembuh Kelainan ginekologis : gatal-gatal sampai dengan keputihan Kesemutan dan baal-baal Lemah tubuh atau cepat lelah Trias gejala hyperglikemi (poliuri, polipagi, polidipsi) ditambah penurunan BB. Sedangkan pada tahap awal klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II/ NIDDM mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah dan tes toleransi glukosa. Sedangkan pada tahap lanjut klien akan mengalami gejala yang sama dengan penderita Diabetes Mellitus Tipe I/ IDDM 2.6 Komplikasi Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun. A.    Komplikasi Metabolik Akut Ketoasidosis Diabetik                  Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal. Hipoglikemi      Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin.        Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma. B. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang 1. Mikroangiopaty Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetik), syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular  yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin.Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom. Makroangiopaty Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa : a)      Penimbunan sorbitol dalam intima vaskular b)      Hiperlipoproteinemia c)      Kelainan pembekun darah Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium. Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa secara keseluruhan.             Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus  adalah a)      Akut Hipoglikemia dan hiperglikemia Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler). Penyakit mikrovaskuler,  mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler . b)      Komplikasi menahun Diabetes Mellitus 1)      Neuropati diabetik 2)      Retinopati diabetik 3)      Nefropati diabetik 4)      Proteinuria 5)      Kelainan koroner 6)      Ulkus/gangren Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain: (a)    Grade 0        :     tidak ada luka (b)   Grade I         :     kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit (c)    Grade II       :     kerusakan kulit mencapai otot dan tulang (d)   Grade III      :     terjadi abses (e)    Grade IV      :     Gangren pada kaki bagian distal (f)    Grade V       :     Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal 2.7 Penatalaksanaan Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes : 1.      Diet 2.      Latihan 3.      Pemantauan 4.      Terapi (jika diperlukan) 5.      Pendidikan 2.8 Diagnosis Diabetes Melitus Pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan tes laboratorium dilakukan untuk mengevaluasi klien dengan penyakit diabetes melitus. Manifestasi klinis memberikan indikasi kehadiran diabetes melitus, tetapi tes laboratorium dibutuhkan untuk membuat diagnosis yang pasti. Menurut Black & Hawks (2009), terdapat tiga macam tes diagnosis yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar gula darah seseorang, diantaranya yaitu: Fasting Blood Glucose Level Pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan pada orang yang sedang berpuasa, minimal orang itu tidak mengonsumsi makanan selama 8 jam. Casual Blood Glucose Level Pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan pada orang dalam kondisi bebas, baik ketika orang itu sedang berpuasa ataupun tidak. Postload Blood Glucose Level Pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan pada orang yang telah mengonsumsi makanan, biasanya dilakukan saat 3 jam setelah orang tersebut makan. BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS PENGKAJIAN PASIEN Identitas Nama, usia (DM Tipe 1 Usia < 30 tahun. DM Tipe 2 Usia > 30 tahun, cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan aktivitas fisik yang sedikit. Riwayat Keperawatan Keluhan utama Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala. Kondisi hipoglikemi Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran. Riwayat penyakit sekarang Dominan yang muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan menurun. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita. Riwayat kesehatan keluarga Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Riwayat Psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan,stress dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum Klien terlihat lemah, pucat, kesadaran menurun, dan berat badan menurun ,Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital Tekanan Darah (TD) : hipertensi Nadi : nadi menurun atau normal Suhu : normal atau meningkat Respiratory Rate (RR) : frekuensi meningkat atau normal BB : Menurun Pemeriksaan Persistem Sistem pernafasan Hidung Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung,bentuk simetris Palpasi : tidak ada nyeri tekan Mulut Inspeksi : gigi kadang goyah, ada karies, gusi mudah berdarah Sinus paranasalis Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi Palpasi : tidak ada nyeri tekan Leher Inspeksi : bentuk simetris atau tidak,bersih atau kotor Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak adanya pembesaran kelenjar limfe Sistem kardiovaskuler Wajah Inspeksi : konjungtiva anemis,pucat Leher Inspeksi : tidak adanya bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Palpasi : tidak ada nyeri tekan Dada Inspeksi : dada terlihat simetris Palpasi : normal (sonor) Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 tunggal, aritmia Sistem Pencernaan – eliminasi alvi Mulut Nafas bau aceton Anamnesa : rasa panas atau sakit saat berkemih Inspeksi : mukosa bibir kering, kondisi gigi karies atau tidak, tidak ada stomatitis Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut Lidah Inspeksi : lidah sering terasa tebal Palpasi : tidak ada nyeri tekan Abdomen Inspeksi : peningkatan lingkar abdomen Perkusi : tidak ada acietes Palpasi : ada nyeri tekan pada abdomen Auskultasi : bising usus menurun Sistem perkemihan Anamnesa : Pasien mengatakan banyak kencing Perempuan Genetalia eksterna Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi maupun varises Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan Kandung kemih Inspeksi : tidak ada benjolan, dan tidak ada pembesaran Palpasi : ada nyeri tekan Ginjal : Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang Palpasi : ada nyeri tekan. Sistem endokrin Kelenjar Pankreas Otot kram otot, tonus otot menurun Persendian Inspeksi : adanya kelemahan pada sendi Sistem genetalia Seksualitas : rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita. Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda - tanda infeksi, Palpasi : tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan Sistem muskuloskeletel dan integument Kulit : Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku. 4 4 Kekuatan otot 4 4 Ekstremitas Atas Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, gangren di ekstrimitas Palpasi : suhu akral dingin Auskultasi : tidak ada krepitasi Ekstremitas Bawah Inspeksi : gangren di ekstrimitas, ada oedem, Palpasi : suhu akral dingin Auskultasi : tidak ada krepitasi Sistem persarafan Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi. Pemeriksaan nervus Nervus I olfaktorius (pembau) Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi Nervus II opticus (penglihatan) Pandangan kabur Nervus III oculomotorius Tidak oedem pada kelopak mata Nervus IV toklearis Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah) normal Nervus VI abdusen Bola mata simetris Nervus VII facialis Klien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah simetris Nervus VIII auditorius/akustikus Fungsi pendengaran berkurang  Nervus IX glosoparingeal Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit Nervus X vagus normal Nervus XI aksesorius Adanya kelemahan Nervus XII hypoglosal/hipoglosum Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke segala arah Persepsi sensori Mata Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata Penciuman-(hidung) Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah : a.Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. b.Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ). c.Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman. ANALISA DATA PASIEN NS. DIAGNOSIS : (NANDA-I) Kerusakan integritas kulit (00046) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) Kekurangan volume cairan (00027) DEFINITION: Perubahan atau gangguan epidermis dan / dermis asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik Penurunan cairan intravaskuler,interstisial, dan/atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi ,kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium DEFINING CHARACTERISTICS Dx 1 kerusakan lapisan kulit gangguan permukaan kulit invasi struktur tubuh Dx 3 penurunan tekanan nadi penurunan volume nadi penurunan tugor kulit penurunan tugor lidah membran mukosa kering kulit kering peningkatan frekuensi nadi peningkatan konsentrasi urine penurunan berat badan tiba-tiba haus kelemahan Dx 2 berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal kerapuhan kapiler diare penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat mengeluh asupan makanan kurang dari RDA RELATED FACTORS: Dx 1 perubahan status cairan perubahan pigmentasi perubahan turgor faktor perkembangan kondisi ketidakseimbangan nutrisi (mis.,obesitas,emasiasi) penurunan imunologis penurunan sirkulasi kondisi gangguan metabolik gangguan sensasi Dx 3 kehilangan cairan aktif kegagalan mekanisme regulasi Dx 2 faktor biologis faktor ekonomi ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien ketidakmampuan untuk mencerna makanan faktor psikologis ASSESSMENT Subjective data entry klien nyeri pada lukanya pasien mengeluh penurunan berat badan yang sangat drastis pasien mengeluh sering buang air kencing Objective data entry Tanda-tanda Vital, TB dan BB : Tekanan Darah (TD) : hipertensi Nadi : nadi menurun atau normal Suhu : normal atau meningkat Respiratory Rate (RR) : frekuensi meningkat atau normal Berat Badan : menurun DIAGNOSIS Client Diagnostic Statement: Ns. Diagnosis (Specify): Kerusakan integritas kulit (00046) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) Kekurangan volume cairan (00027) Related to: kondisi gangguan metabolik ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien kegagalan mekanisme regulasi INTERVENSI NIC NOC INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR Manajemen nutrisi Def : panduan atau penyediaan asupan makanan dan cairan untuk diet seimbang Perawatan luka tekan (3520) Def : Memfasilitasi dari penyembuhan luka tekan Kekurangan volume cairan (00027) Pertimbangkan dalam hubungannya dengan ahli gizi sesuai kebutuhan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Anjurkan asupan kalori yang sesuai untuk tipe tubuh dan gaya hidup Anjurkan asupan makanan zat besi yang meningkat,sesuai kebutuhan Berikan pasien makanan tinggi protein,tinggi kalori,makan-makanan yang bergizi dan minuman yang dapat mulai dikonsumsi sesuai kebutuhan Monitor catatan asupan nutrisi dan kalori Timbang pasien dengan interval yang sesuai Berikan invormasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana mendapatkannya Ukur dan gambarkan karakteristik dari luka interval regulernya Menentukan tingkat dari formasi luka seperti stadium 1-4. Jaga luka lembab untuk membantu penyembuhan. Bersihkan kulit sekitar kulit dengan sabun dan air Bersihkan luka dengan cairan nontoksis yang sesuai,bekerja dari daerah dalam Gunakan jarum ukuran 19 dan semprotan 35 cc untuk membersihkan bagian dalam luka. Catat karakteristik dari pengairan Bersihkan jaringan luka bila diperlukan Gunakan bahan membran permeabel untuk luka Gunakan obat luar Gunakan penutup Gunakan posisi yang lain bila terjadi penekanan yang lama Monitoring tanda dan gejala infeksi pada luka Tingkatkan pemasukan protein untuk membantu membentuk jaringan tisue Monitor pemasukan kalori untuk meyakinkan pemasukan yang adekuat. Timbang BB dan monitor setiap hari Catat intake dan output Monitor status hidrasi (membran mukosa,nadi,tekanan darah) Monitor laboratorium (BUN,Hematokrit,osmolalitas urine) Monitor status hemodinamik Monitor tanda vital Monitor elektrolit Nutritional status (1004) Def : Sejauh mana nutrisi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik Tissue integrity : skin and mucous membranes (1101) Def : Struktural intactness and normal physiological of skin and mucous membrane Fluid balance Def : Water balance in the intracellular and extracellular compartment of the body Nutrient intake: 4 Food intake : 4 Fluid intake : 4 Weight/height ratio : 4 Muscle tone : 4 Hydration : 4 Skin temperature : 3 Sensation : 4 Elasticity : 3 Hydration : 4 Texture : 3 Tissue perfusion : 4 Skin integritas : 4 Blood pressure : 4 Radial pulse rate : 4 Mean arterial pressure : 4 Skin turgor : 4 Urine specific gravity : 4 BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS Contoh kasus Satu bulan sebelum masuk rumah sakit Ny D terkena luka di tumit kaki kiri, namun klien tidak  mengetahui  penyebabnya, semakin hari luka semakin memburuk dan membengkak, lalu diperiksakan ke dokter praktek dan hanya diberikan obat oral. Karena tidak tahan dengan rasa sakitnya, akhirnya suami Ny D membawa Ny D ke RSUD jombang. Dari hasil pemeriksaan klien mengatakan, sering sekali minum(banyak kencing), dan banyak makan. Dari hasil pengujian sementara didapatkan : kondisi umum klien : lemah, TTV : TD : 160/90 mmhg HR: 90x/ menit ,Nadi :70x/menit, suhu : 37 C, RR: 18x/ menit, TB : 155 cm, Umur 45 tahun kaki teraba dingin dan terlihat pucat, gula darah sementara: 450/dl, ada riwayat DM pada anggota keluarga ( bapaknya meninggal karena komplikasi DM ) . Ny D mengaku satu tahun terakhir berat badannya mengalami penurunan dari 65 kg menjadi 47 kg. Tgl. Pengkajian : 08 Mei 2015 Jam pengkajian : 08.00 WIB Ruang/Kelas : Mawar No. Register : 205694 Tgl. MRS : 07 Mei 2015 3.1 Pengkajian Identitas Identitas Klien Nama : Ny. D Umur : 45 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat  : Jl.Pahlawan No.03 Surabaya Agama : Islam Pekerjaan : Ibu rumah tangga Suku : Jawa Pendidikan : SMP Diagnosa medis : Diabetes Melitus Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. Y Umur  : 49 Th Jenis Kelamin  : Laki - Laki Alamat  : Jl.Pahlawan No.03 Surabaya Agama  : Islam Suku : Jawa Pekerjaan : Wiraswasta Hubungan Dengan Klien  : Suami Riwayat Keperawatan Keluhan Utama Klien mengeluh nyeri pada luka dan penurunan berat badan drastis. Riwayat Kesehatan Sekarang Satu bulan sebelum masuk rumah sakit Ny D terkena luka di tumit kaki kiri, namun klien tidak  mengetahui  penyebabnya, semakin hari luka semakin memburuk dan membengkak, lalu diperiksakan ke dokter praktek dan hanya diberikan obat oral. Karena tidak tahan dengan rasa sakitnya, akhirnya suami Ny D membawa Ny D ke RSUD jombang. Riwayat Kesehatan Dahulu pasien menderita obesitas Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien (bapaknya meninggal karena komplikasi DM) Riwayat Kesehatan Lingkungan Klien tinggal dalam lingkungan yang cukup bersih. Riwayat Alergi Klien tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Penampilan : Klien tampak lemah Kesadaran : Composmentis(GCS 456) Tanda – tanda Vital Tekanan Darah : 160/90 mmHg Respirasi : 18 x/menit Suhu : 37ºC Nadi : 70x/menit HR : 90x/menit BB : 47 kg TB : 166 cm Pemeriksaan Per Sistem Sistem pernafasan Hidung Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung,bentuk simetris Palpasi : tidak ada nyeri tekan Mulut Inspeksi : mukosa bibir kering ,ada karies Sinus paranasalis Inspeksi : tidak ada tanda-tanda adanya infeksi Palpasi : tidak ada nyeri tekan Leher Inspeksi : bentuk simetris Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak adanya pembesaran kelenjar limfe Sistem kardiovaskuler Wajah Inspeksi : konjungtiva anemis,pucat Leher Inspeksi : tidak adanya bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Palpasi : tidak ada nyeri tekan Dada Inspeksi : dada terlihat simetris Palpasi : normal (sonor) Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur Sistem Pencernaan – eliminasi alvi Anamnesa : pasien mengatakan makan 5X dalam sehari dengan porsi yang banyak. Mulut Nafas bau aceton Inspeksi : mukosa bibir kering, kondisi gigi karies ,tidak ada stomatitis Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut Lidah Inspeksi : tidak ada percak putih Palpasi : tidak ada nyeri tekan Abdomen Inspeksi : tidak ada bekas operasi,bersih Perkusi : tidak ada acietes Palpasi : ada nyeri tekan pada abdomen Auskultasi : bising usus menurun Sistem perkemihan Anamnesa : Pasien mengatakan banyak minum dan banyak kencing Perempuan Genetalia eksterna Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi maupun varises Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan Kandung kemih Inspeksi : tidak ada benjolan, dan tidak ada pembesaran Palpasi : ada nyeri tekan Ginjal : Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang Palpasi : ada nyeri tekan. Sistem endokrin Kelenjar Pankreas Otot : neuropati ekstremitas sistem genetalia Inspeksi : tidak ada odem, benjolan, maupun varises, dan tidak ada tanda - tanda infeksi, Palpasi : tidak ada benjolan atau masa dan tidak ada nyeri tekan Sistem muskuloskeletel dan integument Kulit : Turgor kulit menurun, adanya luka pada kaki kiri, kaki teraba dingin dan terlihat pucat, 4 4 Kekuatan otot 4 3 Ekstremitas Atas Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada luka Palpasi : suhu akral dingin Auskultasi : tidak ada krepitasi Ekstremitas Bawah Inspeksi : ada gangren di ekstrimitas(kaki kiri) Palpasi : suhu akral dingin Auskultasi : tidak ada krepitasi Sistem persarafan Pemeriksaan nervus Nervus I olfaktorius (pembau) Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi Nervus II opticus (penglihatan) Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas. Nervus III oculomotorius Tidak oedem pada kelopak mata Nervus IV toklearis Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah) normal Nervus VI abdusen Bola mata simetris Nervus VII facialis Klien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah simetris Nervus VIII auditorius/akustikus Fungsi pendengaran baik   Nervus IX glosoparingeal Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit Nervus X vagus normal Nervus XI aksesorius Adanya kelemahan Nervus XII hypoglosal/hipoglosum Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke segala arah Persepsi sensori Mata Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warna iris hitam Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata Penciuman-(hidung) Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri 3.2 Analisa Data Pasien NS. DIAGNOSIS : (NANDA-I) Kerusakan integritas kulit (00046) DEFINITION: Perubahan atau gangguan epidermis dan / dermis DEFINING CHARACTERISTICS kerusakan lapisan kulit gangguan permukaan kulit invasi struktur tubuh RELATED FACTORS: perubahan status cairan perubahan pigmentasi perubahan turgor faktor perkembangan kondisi ketidakseimbangan nutrisi (mis.,obesitas,emasiasi) penurunan imunologis penurunan sirkulasi kondisi gangguan metabolik gangguan sensasi ASSESSMENT Subjective data entry Pasien mengeluh nyeri pada tumit kaki kiri Objective data entry Tanda-tanda Vital, TB dan BB : Tekanan Darah : 160/90 mmHg Respirasi : 18 x/menit Suhu : 37ºC Nadi : 70x/menit HR : 90x/menit BB : 45 kg TB : 160 cm terdapat luka pada tumit kaki kiri DIAGNOSIS Client Diagnostic Statement: Ns. Diagnosis (Specify): Kerusakan integritas kulit (00046) Related to: kondisi gangguan metabolik Intervensi NIC NOC INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR Perawatan luka tekan (3520) Def : Memfasilitasi dari penyembuhan luka tekan Ukur dan gambarkan karakteristik dari luka interval regulernya Menentukan tingkat dari formasi luka seperti stadium 1-4. Jaga luka lembab untuk membantu penyembuhan. Bersihkan kulit sekitar kulit dengan sabun dan air Bersihkan luka dengan cairan nontoksis yang sesuai,bekerja dari daerah dalam Gunakan jarum ukuran 19 dan semprotan 35 cc untuk membersihkan bagian dalam luka. Catat karakteristik dari pengairan Bersihkan jaringan luka bila diperlukan Gunakan bahan membran permeabel untuk luka Gunakan obat luar Gunakan penutup Gunakan posisi yang lain bila terjadi penekanan yang lama Monitoring tanda dan gejala infeksi pada luka Tingkatkan pemasukan protein untuk membantu membentuk jaringan tisue Monitor pemasukan kalori untuk meyakinkan pemasukan yang adekuat. Tissue integrity : skin and mucous membranes (1101) Def : Struktural intactness and normal physiological of skin and mucous membrane Skin temperature : 3 Sensation : 4 Elasticity : 3 Hydration : 4 Texture : 3 Tissue perfusion : 4 Skin integritas : 4 Implementasi No. Diagnosa/ Masalah kolaboratif Tgl/jam Tindakan Paraf 1. Kerusakan integritas kulit (00046) 08 Mei 2015/08.30 WIB Mengukur dan gambarkan karakteristik dari luka interval regulernya Menentukan tingkat dari formasi luka seperti stadium 1-4. Jaga luka lembab untuk membantu penyembuhan. Bersihkan kulit sekitar kulit dengan sabun dan air Membersihkan luka dengan cairan nontoksis yang sesuai,bekerja dari daerah dalam Menggunakan jarum ukuran 19 dan semprotan 35 cc untuk membersihkan bagian dalam luka. Mencatat karakteristik dari pengairan Membersihkan jaringan luka bila diperlukan Menggunakan bahan membran permeabel untuk luka Menggunakan obat luar Menggunakan penutup Menggunakan posisi yang lain bila terjadi penekanan yang lama Memonitoring tanda dan gejala infeksi pada luka Meningkatkan pemasukan protein untuk membantu membentuk jaringan tisue Memonitor pemasukan kalori untuk meyakinkan pemasukan yang adekuat. Evaluasi No. Diagnosa/ Masalah kolaboratif Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf 1. Kerusakan integritas kulit (00046) 09 Mei 2015/08.00 WIB S : Pasien mengatakan nyeri berkurang O : Tanda- tanda Vital Tekanan Darah : 150/80 mmHg Respirasi : 17 x/menit Suhu : 37ºC Nadi : 60x/menit HR : 85x/menit BB : 47 kg TB : 155 cm A : luka sudah teratasi sebagian P : Rencana tindakan keperawatan 1,2,3 sampai 13 dilanjutkan Analisa Data NS. DIAGNOSIS : (NANDA-I) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) DEFINITION: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik DEFINING CHARACTERISTICS berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal kerapuhan kapiler diare penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat mengeluh asupan makanan kurang dari RDA RELATED FACTORS: faktor biologis faktor ekonomi ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien ketidakmampuan untuk mencerna makanan faktor psikologis ASSESSMENT Subjective data entry Pasien mengatakan berat badannya turun drastis dari 65 menjadi 47 kg Objective data entry Tanda-tanda Vital, TB dan BB : Tekanan Darah : 160/90 mmHg Respirasi : 18 x/menit Suhu : 37ºC Nadi : 70x/menit HR : 90x/menit BB : 47 kg TB : 155 cm banyak makan tetapi BB turun terus DIAGNOSIS Client Diagnostic Statement: Ns. Diagnosis (Specify): Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) Related to: ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien Intervensi NIC NOC INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR Manajemen nutrisi Def : panduan atau penyediaan asupan makanan dan cairan untuk diet seimbang Pertimbangkan dalam hubungannya dengan ahli gizi sesuai kebutuhan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Anjurkan asupan kalori yang sesuai untuk tipe tubuh dan gaya hidup Monitor catatan asupan nutrisi dan kalori Timbang pasien dengan interval yang sesuai Berikan invormasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana mendapatkannya Nutritional status (1004) Def : Sejauh mana nutrisi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik Nutrient intake: 4 Food intake : 4 Fluid intake : 4 Weight/height ratio : 4 Muscle tone : 4 Hydration : 4 Implementasi No. Diagnosa/ Masalah kolaboratif Tgl/jam Tindakan Paraf 1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) 08 Mei 2015 10.00 WIB Mempertimbangkan dalam hubungannya dengan ahli gizi sesuai kebutuhan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Menganjurkan asupan kalori yang sesuai untuk tipe tubuh dan gaya hidup Memonitor catatan asupan nutrisi dan kalori Menimbang pasien dengan interval yang sesuai Memberikan invormasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana mendapatkannya Evaluasi No. Diagnosa/ Masalah kolaboratif Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf 1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) 09 Mei 2015 09.00 WIB S : pasien mengtakan konsumsi makan dikurangi O : Tanda- tanda Vital Tekanan Darah : 150/80 mmHg Respirasi : 17 x/menit Suhu : 37ºC Nadi : 60x/menit HR : 85x/menit BB : 45 kg TB : 160 cm A : nutrisi sudah teratasi sebagian P : Rencana tindakan keperawatan 1,2,3 sampai 7 dilanjutkan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah di dalam tubuh, Penyakit ini berhubungan erat dengan keberadaan hormon Insulin yang di produksi oleh kelenjar Pankreas serta berfungsi mengubah glukosa menjadi glikogen. Terdapat beberapa tipe DM yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional dan DM jenis lain. Penyebab umum dari DM adalah genetika, usia, obesitas, hipertensi, gaya hidup yang salah. Dan fakto lingkungan. DM memengaruhi berbagai sistem tubuh yang meliputi sistem pencernaan, sistem urinaria, sistem imun, sistem integument, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, system saraf dan sistem indra sehingga menimbulkan beberapa gejala kesehatan pada penderitanya. Sebagai contoh adalah hal yang dirasakan pasien dalam kasus pemicu yaitu sering buang air kecil, sering haus dan lapar, serta terjadi penurunan berat badan sebanyak 15 Kg dalam 2 bulan terakhir dan merasa sering kesemutan pada ekstremitas bawah. Gejala yang umumnya ada pada penderita DM yaitu hipoglukemia, polyuria, polydipsia,polifagia, rasa lelah dan kelemahan otot , penurunan berat badan secara drastis dan beberapa kasus mengalami gangguan pandangan. Usaha untuk menangani penyakit DM ada bermacam-macam dan umumnya adalah mengenai pola hidup. Aktivitas yang dapat mendukung kesehatan penderita DM meliputi perbaikan pola makan, olahraga, pemberian injeksi Insulin ( DM tipe 1) dan meminum obat oral untuk diabetes (biasanya DM tipe 2). Dengan begitu diperlukan usaha yang aktif dari penderita DM untuk memulihkan kesehatannya sendiri. Saran Setelah mengetahui dan memahami bagaimana proses penyakit Diabetes Melitus dan asuhan keperawatan kepada klien dengan Diabetes Melitus, mahasiswa keperawatan sebaiknya mampu menerapkannya dalam praktik lapangan. Hasil diskusi kelompok kami ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kami memohon kritik dan sran sehingga dapat membangun kesempurnaan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA http://prwobany.blogspot.com/2011/10/askep-diabetes-melitus.html Diakses tanggal 6 Mei 2015 https://www.scribd.com/doc/179358617/88445539-Makalah-Kmb-1-Tentang-Asuhan-Keperawatan-Diabetes-Melitus-docx Diakses tanggal 6 Mei 2015 Alvarado. (2011). Diabetes and Your Eyesight. Diambil dari http://www.glaucoma.org/glaucoma/diabetes-and-your-eyesight.php. Baradero, Mary, et. al. (2009). Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tambayong, Jan. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 53