BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Biologi perikanan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan ikan, yaitu sejak individu ikan tersebut menetas kemudian makan, tumbuh, bermain, bereproduksi, dan akhirnya mengalami kematian secara alami atau oleh karena faktor lain. Pengetahuan itu akan menguraikan tentang aspek-aspek biologi individu dari spesies ikan. Sehingga pengetahuan biologi perikanan ini merupakan pengetahuan dasar ketika mendalami pengetahuan dinamika pupulasi ikan, pengembangan spesies ikan untuk dikelola menjadi ikan budidaya dan upaya pelestarian spesies ikan yang akan mengalami kepunahan di perairan alaminya (Pulungan, 2005).
Biologi perikanan mencakup biologi ikan dimana penekanannya terhadap suatu spesies penting sebagai sumber daya. Tujuan yang terkandung dalam biologi perikanan diantaranya merupakan usaha agar orang yang mempelajarinya mengerti dan memahami sumber daya perikanan serta bagaimana pemanfaatan sumber daya tersebut secara optimum dan membuat rekomendasi dalam pemanfaatn serta perbaikannya (Effendie, 2009).
Ikan adalah suatu makhluk hidup didalam air dan berdarah dingin, artinya panas dari badannya cenderung mengikuti panas lingkungannya. Ikan bernapas terutama dengan menghisap hawa dari air dengan menggunakan insangnya, yang terdapat di bagian kiri dan kanan bagian kepala. Selain itu, sewaktu-waktu secara darurat ikan mengambil hawa dari permukaan air, jika dalam permukaan air terjadi kekurangan hawa (Achjar, 2008).
1.2. Tujuan dan Kegunaan
1.2.1. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Dapat melakukan analisis morfometri pada ikan sampel sehingga dapat diketahui kolerasi antara beberapa parameter bagian tubuh dari satu jenis ikan
Dapat melakukan identifikasi individu ikan
Mengetahui cara memperoleh indeks kematangan gonad, tingkat kematangan gonad, dan menghitung nilai fekunditas dari suatu individu
Dapat menganalisis pola kebiasaan makan dari suatu spesies ikan
Dapat mengukur diameter telur.
1.2.2. Kegunaan
Adapun manfaat dilakukan praktikum kali ini adalah mahasiswa mampu memahami dan menerapkan analisis morfometri, mengidentifikasi spesies ikan, mengetahui pola-pola kebiasaan makan ikan, mengetahui indeks kematangn gonad, mengetahui tingkat kematangan gonad dan nilai fekunditas suatu individu.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sistematika dan Morfologi Ikan Sepat Siam (Tricogaster pectoralis)
Sistematika ikan sepat siam menurut Effendie (2002), adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Labyrinthicy
famili : Anabantidae
genus : Trichogaster
species : Trichogaster pectoralis
Ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku gurami (Osphronemidae). Di Jawa Timur sepat juga dikenal dengan nama sliper. Dalam bahasa Inggris disebut Siamese gouramy (Siam adalah nama lama Thailand) atau snake-skin gouramy, merujuk pada pola warna belang-belang di sisi tubuhnya. Ikan rawa yang bertubuh sedang, panjang total mencapai 25cm, namun umumnya kurang dari 20 cm. Lebar pipih, dengan mulut agak meruncing. Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. Ikan air tawar yang liar biasanya berwarna perak kusam kehitaman sampai agak kehijauan pada hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh bagian belakang nampak agak terang berbelang-belang miring.Sejalur bintik besar kehitaman, yang hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari belakang mata hingga ke pangkal ekor (Bahar, 2006).
Ikan sepat siam memiliki keunggulan yaitu mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang buruk. Hal ini dimungkinkan karena ikan sepat siam sendiri memiliki alat pernafasan tambahan berupa labirin (bunga karang). Selain itu ikan sepat siam juga memiliki bulu cambuk yang merupakan modifikasi dari sirip anal dan berfungsi sebagai alat perlindungan diri dan membantu dalam hal pencarian makanan. Berdasarkan keunggulan tersebut, ikan sepat siam berpotensi sebagai komoditas ikan budidaya di masa yang akan datang, khususnya pemberdayaan pada lahan-lahan krisis (Effendie, 2002).
Analisa Morfometri Ikan Sepat Siam (Tricogaster pectoralis)
Ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku gurami. Ikan sepat siam merujuk pada pola warna belang-belang di sisi tubuhnya. Ikan rawa yang bertubuh sedang, panjang total mencapai 25 cm, namun umumnya kurang dari 20 cm. tubuhnya lebar, pipih, dengan mulut agak meruncing. Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek (Effendie, 2002).
Ikan sepat siam memiliki bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda antara ikan sepat siam yang satu dengan ikan sepat siam yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada spesifikasi tertentu pada karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan sepat siam di alam. Analisa morfometri merupakan suatu analisis atau pengamatan terhadap morfologi ikan sepat siam (Effendie, 2002).
Seksualitas Ikan Sepat Siam (Tricogaster pectoralis)
Ikan sepat siam untuk indukan harus sudah berusia 8 bulan dan pertumbuhannya relatif baik dibandingkan dengan individu ikan lainnya. Induk betina yang sudah matang telur ditandai adanya benjolan pada perutnya, sedangkan induk jantan ditandai dengan sirip punggung yang panjangnya melewati pangkal sirip ekor. Sebagian dapat membangun karang yang berbusa yang berguna untuk menyimpan telurnya di dalam mulut. Warna tubuh ikan sepat siam dipengaruhi oleh jenis kelamin reproduksi dan umurnya (Murtidjo, 2001).
Selain bentuk sirip punggung biasanya juga bisa di lihat dari warna tubuh atau tinggi badanya. Ikan betina biasanya lebih bersih dan lebih gelap. Sedangkan tinggi badan ikan jantan biasanya lebih tinggi di banding ikan betina. Induk ikan yang baik untuk dipijahkan tentunya setelah berumur 7 bulan dengan badan yang sehat tidak cacat juga tidak sakit (Fujaya, 2007).
Testes pada ikan jantan siam yang terdapat didalam tubuh ikan bervariasi mulai dari berwarna bening transparan sampai putih susu yang menunjukkan tahap perkembangan gonadnya dan berjumlah dua buah atau sepasang. Bentuknya memanjang dan terletak menggantung pada mesenteries (mesovaria) dengan posisi persis di bawah tulang punggung dan ginjal serta di samping gelembung renang. Testes kedua ikan ini terletak di dalam rongga perut ikan jantan. Ovari pada ikan sepat siam betina terdapat di dalam tubuh ikan tepatnya di dalam rongga perut ikan tersebut. Bentuknya memanjang dan berjumlah sepasang dengan letak menggantung pada mesenteries (mesovaria). Posisinya persis di bawah tulang punggung dan ginjal serta di samping gelembung renang. Warna ovari pada ikan sampel bervariasi mulai dari bening transparan sampai kuning keemasan yang menunjukkan tahap kematangan gonadnya dan memiliki butiran telur (Yudha, 2009).
Tingkat Kematangan Gonad Ikan Sepat Siam (Tricogaster pectoralis)
Menurut Effendie (2002), kematangan gonad ikan sepat siam terjadi sesaat akan terjadi pemijahan. Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad ikan sepat siam dapat dilakukan dengan cara histologi dan morfologi. Pengamatan secara histologi dapat dilakukan di Laboratorium, dimana ikan sepat siam dibedah terlebih dahulu kemudian diambil gonadnya. Dengan demikian, dapat diketahui anatomi perkembangan gonad secara lebih jelas dan mendetail.
Pengamatan secara morfologi dapat dilakukan di Laboratorium dan juga di lapangan. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad secara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan sepat siam betina lebih banyak diperhatikan daripada ikan sepat siam jantan karena perkembangan dari diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat daripada sperma yang terdapat dalam testes pembagian tingkat kematangan gonad tidaklah sama diantara beberapa orang peneliti. Hal tersebut tergantung juga kepada jenis ikan yang diteliti (Effendie, 2002).
Menurut Ardiwinata, R.O. 2006 Pada tahap-tahap tingkat kematangan gonad ikan sepat adalah sebagai berikut :
Organ seksual ikan kecil, pada ikan betina telur sudah dapat dilihat dengan mikroskop,satu demi satu, begitu juga dengan yang jantan.
Selanjutnya testes sudah dapat tampak jelas dilihat dengan mata biasa, dimana warnanya kemerahan.
Pada tahap ini ikan betina sudah tampak gemuk pada bagian bawah tubuhnya, dalam perut ikan sudah berisi gonad yang telah siap masak dan siap untuk di pijah.
Telur dan sperma ikan di keluarkan dengan cara di urut atau ditekan secara perlahan-lahan hingga pada bagian dalam perut ikan kosong dan hingga proses pemijahan selesai. Berat pada tubuh ikan kembali normal seperti biasa, dan masih dapat melakukan reproduksi kembali.
Indeks Kematangan Gonad Ikan Sepat Siam (Tricogaster pectoralis)
Secara morfologi perubahan-perubahan kondisi gonad ikan sepat siam dapat dinyatakan dengan tingkat pematangannya. Pengamatan secara morfologi meliputi pewarnaan, penampakan, serta ukuran gonad terhadap rongga tubuh. Namun untuk perhitungan secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan indeks kematangan gonad (IKG) yaitu suatu nilai dalam persen sebagai perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan tersebut (Effendie, 2002).
Di dalam reproduksi ikan sepat siam, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil dari metabolisme ikan sepat siam tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad ikan sepat siam akan semakin bertambah berat seiring dengan semakin besar ukuran gonadnya tersebut termasuk garis tengah telurnya. Berat gonad ikan sepat siam akan mencapai maksimum ketika akan terjadi pemijahan, kemudian akan menurun secara bertahap selama pemijahan berlangsung sampai dengan selesai (Effendie, 2002).
Pada ikan sepat siam betina indeks kematangan gonad lebih besar dibandingkan dengan indeks kematangan gonad ikan sepat siam jantan. Hal ini disebabkan oleh ukuran gonad ikan sepat siam betina (ovarium) lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan gonad (testis) pada ikan sepat siam jantan (Effendie, 2002).
Fekunditas Ikan Sepat Siam (Tricogaster pectoralis)
Jumlah telur yang telah masak dalam suatu ovari sebelum dikeluarkan pada waktu ikan sepat siam memijah, dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahan beberap kali dalam setahun karena mengandung telur dari berbagai tingkatan. Sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan (Effendie, 2002).
Telur yang dikeluarkan oleh ikan sepat siam betina berkisar atara 7.000 sampai dengan 8.000 butir, tetapi biasanya yang menjadi benih hanya sekitarr 4.000 ekor. Ini mungkin karena tidak semua telur dibuahi oleh sperma jantan atau karena ada sebagian telur yang tidak menetas. Namun bisa juga benih-benih tersebut mati karena tidak tahan terhadap keadaan lingkungannya. Seperti ikan gurami ikan sepat siam ini juga memiliki telur yang mengapung karena mengandung globul minyak. Telur-telur yang sehat akan berwarna kuning atau berwarna kuning keputihan. Dan biasanya akan menetas pada 36-48 jam terhitung setelah pembuahan. Kantong kuning telur tempat makanan larva yang pertama kali akan habis diserap dalam jangka waktu yang agak lama yaitu sekitar 3-7 hari. Ikan sepat siam dapat di pijahkan tanpa mengenal waktu pemijahan sehinga memunkinkan produksi benih melimpah sepanjang tahun. Ikan sepat siam menyimpan telur-telurnya dalam sebuah sarang busa yang dijaga oleh indukan jantan. Setelah menetas, anakan dari ikan sepat siam diasuh oleh induk jantan hingga dapat mencari makanan sendiri (Amri, 2006).
Kebiasaan makan Ikan Sepat Siam (Tricogaster pectoralis)
Makanan ikan sepat siam di perairan sudah tersedia diantaranya yaitu berupa makanan alami yang beraneka ragam baik dari golongan hewan (zooplankton, invertebrata, vertebrata), tumbuhan (phytoplankton, tumbuhan air) dan organisme lain (detritus). Organisme yang menjadi makanan bagi ikan sepat siam sangat bervariasi dan tergantung kepada atrophiclevel (Amri, 2008).
Ikan sepat siam kecenderungan jenis makanannya adalah bersifat omnivora karena di perairan alami sumber makanannya sebagian besar adalah berupa fitoplankton. Sedangkan ikan sepat siam yang dipelihara di akuarium sumber makanannya adalah antara lain cacing tubifex, jentik nyamuk dan sebagainya. Sebagian besar makanan ikan sepat siam adalah tumbuh-tumbuhan air dan lumut. Namun ikan sepat siam juga memangsa hewan-hewan kecil di air, termasuk ikan-ikan air tawar kecil yang dapat termuat di mulutnya. Ikan sepat siam sering ditemui ditempat-tempat yang terlindungi oleh vegetasi atau sampah-sampah yang menyangkut di tepi air (Amri, 2006).
Diameter Telur Ikan Sepat Siam (Tricogaster pectoralis)
Fekunditas dan diameter telur ini prosedur yang digunakan adalah dengan menghitung telur per bagian mulai dari anterior, tengah dan posterior, yang mana telur tersebut sudah diawetkan dengan formalin. Tentukan tahap kematangan ovary menurut Cassei, Nikolski dan Kasteven. Kemudian hitung nilai fekunditas setiap ovari dengan metode volumetrik dan gravimetrik dan ukur diameter beberapa telur yang didapatkan kemudian timbang berat gonad ikan sepat siam dan tentukan nilai fekunditasnya (Cahyono, 2001).
Sifat telur ikan sepat siam adalah berada pada gelembung-gelembung busa yang telah dibangun oleh induk jantan. Telur ikan sepat siam berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 0,6-0,9 mm, dan berbobot 0,08-0,15 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa (Murtidjo, 2001).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Biologi Perikanan dengan sampel ikan sepat siam (Tricogaster pectoralis) ini dilaksanakan pada hari Senin, 28 September 2015 pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Dasar Perikanan, Program Studi Akuakultur Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya.
3.2. Bahan dan Metoda
Alat, bahan dan metoda yang digunakan pada praktikum Biologi Perikanan adalah sebagai berikut.
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini disajikan pada Tabel 3.1. sebagai berikut.
Tabel 3.1 Alat Praktikum
No
Nama alat
Kegunaan
1
Cawan petri
Sebagai wadah gonad yang akan dihitung
2
Ember
Sebagai wadah ikan yang akan digunakan saat praktikum
3
Kaca preparat
Sebagai tempat untuk meletakan gonad untuk diamati pada mikroskop
4
Mikroskop
Digunakan untuk melihat gonad agar terlihat lebih jelas dan besar
5
Penggaris
Untuk mengukur panjang ikan (standar dan utuh), tinggi ikan dan lebar mulut ikan
6
Pinset
Untuk mengambil gonad yang akan diletakkan dikaca preparat
7
Pipet tetes
Untuk mengambil air yang digunakan untuk memotong gonad menjadi 4 bagian
8
Steroform
Sebagai tempat untuk ikan yang akan di bedah
9
Timbangan analitik
Untuk menimbang berat ikan serta berat gonad ikan
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini disajikan pada Tabel 3.2. sebagai berikut.
Tabel 3.2. Bahan Praktikum
No
Bahan
Kegunaan
1
Ikan sepat (Pectoralis trichogaster)
Sebagai bahan atau tempat gonad yang akan didapat
2
Air
Untuk memisahkan gonad pada cawan petri
3.2.3. Metoda
Adapun metoda yang dilaksanakan pada praktikum biologi perikanan ini adalah sebagai berikut.
3.2.3.1. Analisa Morfometri
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. mengidentifikasi jenis ikan sepat siam, yang didasarkan buku identifikasi dari Saanin (1968);
b. mengukur berat ikan sepat siam dengan penggaris, panjang total, panjang standar, lebar mulut dan tinggi badan menggunakan alat;
c. menggambar ikan sepat siam beserta bagian tubuhnya;
d. menuliskan data/hasil pengamatan dalam tabel/lembar kerja.
3.2.3.2. Membedakan jenis kelamin jantan dan betina
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. mengidentifikasi jenis ikan sepat siam, yang didasari buku identifikasi Saanin (1968);
b. mengamati perbedaan ikan sepat siam jantan dan ikan betina berdasarkan parameter-parameter yaitu bentuk tubuh, ekor, sirip dada, sirip punggung, sirip perut, warna perut, dan bentuk kepala;
c. menggambar ikan sepat siam beserta masing-masing bagian tubuhnya;
d. menuliskan datahasil pengamatan dalam tabellembar kerja.
3.2.3.3. Indeks kematangan Gonad (IKG)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. membersihkan tubuh ikan sepat siam dari segala kotoran dan keringkan dengan kertas tisu;
b. menimbang berat ikan sepat siam (Bt) beserta gonadnya (Bg) dengan timbangan analitik;
c. membedah ikan sepat siam pada bagian perutnya dan keluarkan gonad dengan hati-hati, jangan sampai pecah;
d. mengeringkan gonad tersebut dengan kertas tissu dan menimbang berat gonadnya (Bg)
e. menentukan IKG dengan persamaan sebagai berikut :
IKG = x 100
3.2.3.4. Tingkat kematangan Gonad (TKG)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. menyiapkan nilai IKG dari ikan sepat siam yang sudah diperoleh, baik dengan mata biasa maupun dengan kaca pembesar;
b. mengamati gonad ikan sepat siam untuk ukuran ikan jantan meliputi bentuk testes, besar kecilnya testes, warna testes, pengisian testes dalam rongga tubuh, dan keluar tidaknya testes dalam tubuh ikan (dalam keadaan segar);
c. mengamati gonad ikan sepat siam untuk ukuran ikan betina meliputi bentuk ovarium, besar kecilnya ovarium, pengisian ovarium dalam rongga perut, dan warna telur;
d. menentukan klasifikasi kematangan gonad dengan melihat kunci kematangan gonad menurut Kesteven dan Nikolsky.
3.2.3.5. Fekunditas
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. mengambil gonad dari tubuh ikan sepat siam dan telah dibersihkan dan menimbang beratnya dengan menggunakan timbangan digital;
b. mengambil gonad, kemudian memotong gonad menjadi lima bagian dan mengambil sebagian gonad pada bagian pangkal, tengah dan ujung gonad untuk pengamatan selanjutnya, sehingga seluruh bentuk dan ukuran telur terwakili;
c. menimbang sebagian telur yang telah diambil ;
d. setelah menimbang, lalu mengencerkan gonad dengan air sebanyak 100 cc dan mengaduk hingga homogen, sehingga tidak ada lagi telur yang mengelompok;
e. setelah homogen, mengambil dengan pipet dan menuangkan ke dalam sedgwijk rafter dan mengamati amati di bawah mikroskop, menghitung jumlahnya;
f. melakukan pengamatan masing-masing 3 kali ulangan.
3.2.3.6. Penentuan Kebiasaan Makan
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. menggambar ikan sepat siam beserta bagian-bagiannya, sebutkan ciri-ciri bagiannya;
b. membedah ikan sepat siam dan menggambar alat pencernaannya;
c. mengambil usus atau lambung dengan hati-hati kemudian mengeluarkan isinya dengan membedahnya. Kemudian mengukur volume usus atau lambung tanpa isi;
d. memasukkan usus atau lambung tersebut ke dalam gelas ukur dan mencatat volumenya;
e. memisahkan jenis usus yang berukuran besar ataupun kecil, mengidentifikasi jenisnya dan mengukur volumenya sesuai prosedur,
f. mengaduk hingga homogen dan mengambil dengan pipet tetes , menuangkan ke dalam sedgwijk rafter dan mengamati di bawah mikroskop.
3.3. Analisa Data
Hasil yang diperoleh dalam paktikum ini dianalisa secara deskriptif.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisa Morfometri
Dari praktikum yang telah dilakukan, data analisa morfometri dapat dilihat pada tabel 4.1., yaitu:
Tabel 4.1. Analisa Morfometri pada ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
No.
Berat
(gr)
Panjang total (cm)
Panjang standar (cm)
Lebar mulut (cm)
Tinggi badan (cm)
1.
64
16,5
13
1
5,5
2.
55
15,1
12,5
0,7
5,3
Membedakan ikan jantan dan ikan betina
Dari praktikum yang telah dilakukan, data perbedaan ikan jantan dan betina dapat dilihat pada tabel 4.2, yaitu:
Tabel 4.2. Ciri ikan jantan dan betina ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
No
Ciri ciri morfologi
Jantan
Betina
1.
Bentuk tubuh
Lebih kecil
Lebih besar
2.
Ekor
Hitam cerah
Hitam pucat
3.
Sirip dada
Lebih lebar
Lebih kecil
4.
Sirip punggung
Lebih lebar
Lebih kecil
5.
Sirip perut
Lebih lebar
Lebih panjang
6.
Warna
Lebih pucat
Lebih cerah
7.
Bentuk kepala
Lebih pendek
Lebih mancung
8.
Sisik
Lebih menarik bercorak
Tidak begitu menarik
9.
Ciri khusus
Warna lebih cerah
Warna kurang cerah
Indeks Kematangan Gonad
Dari praktikum yang telah dilakukan data indeks kematangan gonad dapat dilihat pada tabel 4.3. yaitu:
Tabel 4.3. Indeks Kematangan Gonad ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
No.
Berat gonad (gr)
Berta tubuh (gr)
Indeks kmatangan gonad (IKG)
1.
-
64
-
2.
0,71
55
1,29 %
Tingkat Kematangan Gonad
Dari praktikum yang telah dilakukan, data tingkat kematangan gonad dapat dilihat pada tabel 4.4, yaitu:
Tabel 4.4. Indeks Kematangan Gonad ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
No.
Jnis klamin
TKG Kesteven
TKG
Nikolsky
Warna
bentuk
1.
Jantan
-
-
-
-
2.
Betina
Perkembangan 1
Pemasakan
Kemerah-merahan
bulat
Fekunditas
Dari praktikum yang telah dilakukan, data fekunditas dapat dilihat pada tabel 4.5, yaitu:
Tabel 4.5. Fekunditas ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
Sample ikan ke -
Nilai fekunditas (butir )
1
-
2
2790 butir
Jenis dan Kebiasaan Makan
Dari praktikum yang telah dilakukan, data jenis dan kebiasaan makan dapat dilihat pada tabel 4.6. yaitu:
Tabel 4.6. Jenis dan Kebiasaan Makan ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
No.
Jenis pakan
Keterangan pakan
Jumlah
1.
Tumbuhan (fitoplankton)
Herbivora
-
2.
Tumbuhan (fitoplankton)
Herbivora
-
Diameter Telur Ikan
Dari praktikum yang telah dilakukan, data diameter telur ikan dapat dilihat pada tabel 4.7. yaitu:
Tabel 4.7. Jenis dan Kebiasaan Makan ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
No.
Ikan ke-
Diameter telur
1.
Betina
0,6 mm
Pembahasan
Pada analisis morfometri pada ikan sepat siam (Trichogaster Pectoralis), menggunakan dua sampel ikan sepat siam dengan ukuran yang berbeda-beda yaitu pada sampel pertama beratnya 64 gr, panjang total 16,5 cm, panjang standar 13 cm, lebar mulut 1 cm, dan tinggi badan 5,5 cm. Pada sampel kedua beratnya 55 gr, panjang total 15,1 cm, panjang standar 12,5 cm, lebar mulut 0,7 cm, dan tinggi badan 5,3 cm.
Setiap ikan sepat siam masing-masing memiliki ukuran tubuh maksimum. Ikan sepat siam sendiri memiliki panjang maksimum 25 cm dengan berat maksimum tubuhnya adalah 300 gr. Ukuran maksimum ini menjadi batas pertumbuhan ikan sepat siam, artinya ikan sepat siam tidak dapat bertambah panjang atau bertambah berat lagi, Ini sesuai dengan pendapat Cahyono (2010) dimana ikan sepat panjangnya dapat mencapai 25 cm. Tinggi badan 1/2 atau 1/3 panjang standar. Mulut kecil dan dapat disembulkan. Sirip dada lebih panjang daripada kepala. Jari-jari sirip perut yang pertama mengalami modifikasi menjadi filamen panjang mencapai sirip ekor. Pada daerah punggung berwarna hijau kegelapan sedangkan pada bagian perut berwarna lebih terang. Pada kepala dan badan terdapat garis-garis yang melintang
Adanya perbedaan morfometrik ikan sepat siam jantan dan ikan sepat siam betina terlihat pada tabel diatas. Bentuk tubuh pada ikan sepat siam jantan lebih kecil sedangkan pada ikan sepat siam betina terlihat lebih besar terutama pada bagian perutnya. Sirip dada dan sirip perut ikan sepat siam lebih lebar dibandingkan dengan sirip dada dan sirip perut ikan sepat siam betina. Sirip punggung ikan sepat siam jantan juga lebih lebar dibandingkan dengan ikan sepat siam betina. Warna ikan sepat siam jantan lebih pucat dengan garis-garis hitam disepanjang tubuh lebih tampak sedangkan warna ikan sepat siam betina lebih cerah. Bentuk kepala ikan sepat jantan pendek dan bentuk kepala ikan sepat siam betina lonjong, Sisik-sisik ikan sepat siam jantan lebih menarik dibandingkan dengan sisik pada ikan sepat siam betina. Ciri khusus yang sangat jelas adalah pada ikan sepat siam jantan warna lebih cerah dan pada ikan sepat siam betina warna kurang cerah. Dengan melihat secara kasat mata, ikan sepat siam dapat dibedakan antara yang jantan dan betina, kecuali pada ciri khusus.
Kedua sampel ikan sepat siam tersebut didapat gonad pada ikan sepat siam pertama dan kedua. Namun gonad yang dihitung indeks kematangan gonadnya adalah ikan kedua (ikan sepat siam betina), yaitu ikan sepat siam yang mempunyai gonad berupa telur. Nilai IKG dari gonad kedua dan keempat masing-masing 1,29 %,ini sesuai dengan pendapat Effendi (2002) dimana Kematangan gonad pada ikan akan terjadi bilamana ikan akan memijah. Pada saat itu, pertumbuhan gonad akan mencapai maksimal. Gonad akan mengalami pertambahan berat hingga mencapai maksimum dan kemudian akan mengalami penurunan berat setelah terjadi pemijahan. Selama proses reproduksi berlangsung, energi yang dihasilkan digunakan untuk perkembangan gonadnya .
Pada reproduksi ikan sepat siam, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil dari metabolisme ikan sepat siam tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad ikan sepat siam akan semakin bertambah berat seiring dengan semakin besar ukuran gonadnya tersebut termasuk garis tengah telurnya. Berat gonad ikan sepat siam akan mencapai maksimum ketika akan terjadi pemijahan, kemudian akan menurun secara bertahap selama pemijahan berlangsung sampai dengan selesai.
Tingkat Kematangan Gonad pada sampel kedua menurut Kesteven adalah perkembangan 1 karena telur sudah dapat dilihat satu persatu dengan mata tanpa bantuan alat (mikroskop) dan telurnya berbentuk bulat.Menurut Nikolsky TKG sampel kedua adalah pemasakan karena warnanya kemerah-merahan dan butiran-butiran telur masih sulit untuk dipisahkan.
Sampel pertama merupakan ikan sepat siam jantan sehingga nilai fekunditas telur tidak ada. Pada sampel kedua fekunditasnya tinggi karena jumlah telurnya sangat banyak sehingga menyulitkan praktikan menghitungnya. Telur yang dikeluarkan oleh ikan sepat siam betina berkisar atara 7.000 sampai dengan 8.000 butir, tetapi biasanya yang jadi benih hanya sekitarr 4.000 ekor. Ini mungkin karena tidak semua telur dibuahi oleh seperma jantan atau karena ada sebagian telur yang tidak menetas. Namun bisa juga benih-benih tersebut mati karena tidak tahan terhadap keadaan lingkungannya. Seperti ikan gurami ikan sepat siam ini juga memiliki telur yang mengapung karena mengandung globul minyak. Telur-telur yang sehat akan berwarna kuning atau berwarna kuning keputihan. Dan biasanya akan menetas pada 36 sampai 48 jam terhitung setelah pembuahan. Kantong kuning telur tempat makanan larva yang pertama kali akan habis diserap dalam jangka waktu yang agak lama yaitu sekitar 3 sampai 7 hari. Ikan sepat siam dapat di pijahkan tanpa mengenal waktu pemjahan sehinga memunkinkan produksi benih melimpah sepanjang tahun.
Kebiasaan makan ikan sepat siam diamati dari pengambilan isi lambung pada tiap ikan sampel yang diencerkan dengan air lalu diamati dibawah mikroskop dan didapatlah data seperti yang tertera pada tabel. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ikan sepat siam mempunyai kebiasaan makan yaitu herbivora. Ikan Sepat Siam kecenderungan jenis makanannya adalah bersifat omnivora karena di perairan alami sumber makanannya sebagian besar adalah berupa fitoplankton. Sedangkan ikan yang dipelihara di akuarium sumber makanannya adalah antara lain cacing tubifex, jentik nyamuk dan sebagainya. Sejalan dengan Amri (2006) bahwa di perairan makanan untuk ikan sepat siam sudah tersedia yaitu berupa makanan alami yang beraneka ragam baik dari golongan hewan (zooplankton, invertebrata, vertebrata), tumbuhan (phytoplankton, tumbuhan air) dan organisme lain (detritus). Organisme yang menjadi makanan bagi ikan sepat siam sangat bervariasi dan tergantung kepada atrophic level. Artinya dapat diketahui bahwa memang benar ikan sepat bersifat omnivor.
Untuk mengetahui diameter telur ikan sepat siam maupun rata-ratanya praktikan mengambil 30 sampel telur kemudian mengamatinya dengan cara meletakkannya dibawah mikroskop. Rata-rata diameter telur ikan sepat siam diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh diameter telur dan membaginya dengan jumlah sampel yang digunakan.
Sifat telur ikan sepat siam adalah berada pada gelembung-gelembung busa yang telah dibangun oleh induk jantan. Telur ikan sepat siam berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 0,6-0,9 mm, dan berbobot 0,08-0,15 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Berat gonad ikan sepat siam akan mencapai maksimum pada saat sebelum ikan sepat siam melakukan proses pemijahan saja. Dan setelah melakukan proses pemijahan, berat tubuh ikan sepat siam pun akan kembali menyusut atau menurun secara bertahap sampai selesai melakukan proses pemijahan. Berat gonad ikan sepat siam akan mencapai maksimum pada saat sebelum ikan sepat siam melakukan proses pemijahan saja dan setelah melakukan proses pemijahan, berat tubuh ikan sepat siam pun akan kembali menyusut atau menurun secara bertahap sampai selesai melakukan proses pemijahan.
Setelah kita menghitung berat indeks kematangan gonad, pada proses kali ini kita hanya mengamati gonad yang telah kita peroleh tersebut. Menurut Kesteven, ikan sepat mata merah jantan berada pada dara yaitu organ seksualitas ikan sepat siam masih sangat kecil berdekatan dengan tulang punggung. Testes dan ovarium transparan dan tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa dan betina pada kondisi matang gonad. Sedangkan menurut Nikolsky, ikan sepat mata merah jantan berada pada kondisi belum masak yaitu individu muda yang belum dalam reproduksi, gonad sangat kecil dan ikan sepat siam betina berada pada kondisi matang gonad. Dalam penganalisis daur tingkat kematangan gonad satu spesies ikan sepat siam.
Kapasitas reproduksi dari pemijahan populasi tertentu untuk mengetahuinya harus menggunakan fekunditas populasi relatif. Misalnya fekunditas populasi relatif dari seratus, seribu atau sepuluh ribu dari kelompok umur tertentu. Jumlah ikan sepat siam dalam tiap-tiap kelas umur dikalikan fekunditas rata-rata dari umur itu. Hasil yang didapat dari menjumlahkan semua kelompok umur memberikan fekunditas relatif. Fekunditas ini dapat berbeda dari tahun-ketahun karena banyak individu dalam jumlah banyak akan menyebabkan fekunditas rendah pada tahun yang lain.
Diameter telur ikan tawes diukur menggunakan mikroskop dengan didapatlah hasil rata-rata diameter telur sebesar 0,6 mm. Perhitungan diameter telur ikan ternyata dipengaruhi oleh umur ikan dan berat ikan. Menurut Murtidjo (2001), Telur ikan sepat siam berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 0,6-0,9 mm, dan berbobot 0,08-0,15 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum biologi perikanan ini adalah:
Analisa morfometri mempunyai nilai terbesar pada ikan sampel pertama pertama dengan berat 64 gr, panjang total 16,5 cm, panjang standar 13 cm, lebar mulut 1 cm, dan tinggi badan 5,5 cm
Indeks kematangan gonad pada ikan sampel kedua lebih besar dibandingkan dengan IKG pada ikan sampel ketiga karena gonad ikan sampel kedua lebih besar dan lebih berat dibandingkan dengan gonad ikan sampel ketiga
Ikan sampel pertama dan ikan sampel keempat tidak memiliki nilai fekunditas karena ikan sampel pertama dan keempat adalah ikan jantan
Kebiasaan makan ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis) adalah herbivora.
Diameter telur pada ikan sepat siam adalah 0,6 mm, dengan berat gonad ikan sepat siam 0,71.
5.2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih disiplin waktu ketika akan praktikum karna waktu yang dibutuhkan untuk praktikum Biologi Perikanan ini cukup lama dan sebaiknya ketika melakukan praktikum ikan yang digunakan masih dalam keadaan segar.
BAB 6
PENDAHULUAN
6.1. Latar Belakang
Sebagai suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemeliharaan dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan sangatlah membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri. Oleh karenanya, ilmu perikanan harus senantiasa dikaji dan dikembangkan terutama oleh para dosen dan mahasiswa perikanan sebagai ujung tombak dalam pengembangan dan penerapan teknologi perikanan (Fujaya, 2007).
Biologi Perikanan adalah ilmu yang mempelajari ikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen oleh manusia, yang mencakup biologi ikan di mana penekanannya terhadap spesies penting sebagai sumberdaya. Tujuan mempelajari Biologi Perikanan adalah agar orang yang mempelajarinya mengerti dan memahami sumberdaya perikanan serta bagaimana pemanfaatan sumberdaya tersebut secara optimum dan membuat rekomendasi dalam pemanfaatan serta perbaikannya (Sumantadinata, 2005).
Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernapas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan ikan lele, ikan betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan betok memiliki organ labirin di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Labirin ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair (S.Nurdawati, 2006).
Ikan betok merupakan komoditas ikan rawa yang sangat disukai oleh masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan, sebab selain rasanya yang sangat gurih juga nilai ekonomisnya yang cukup tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya. Selama ini ikan betok diperoleh dengan cara menangkapnya di alam, sehingga dikhatirkan suatu saat produktivitasnya akan menurun. Berbagai upaya telah ditempuh para pembudidaya ikan untuk mengembangkan ikan betok, tapi belum membuahkan hasil yang diharapkan. Ini terkendala karena minimnya informasi mengenai kondisi fisiologi, morfologi, ekologi dan sifat genetik yang dimiliki oleh para pembudidaya ikan. Ikan betok yang hidup di ekosistem rawa yang berbeda-beda memiliki tingkat keragaman genetik yang cukup tinggi baik dilihat dari segi pertumbuhan,ukuran, warna, rasa dan reproduksi yang berbeda-beda. Dilihat dari segi reproduksinya, ikan betok merupakan jenis ikan yang mudah untuk berkembang biak, baik secara alami maupun buatan (Fujaya, 2007).
6.2. Tujuan dan Kegunaan
6.2.1. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat melakukan analisis morfometri pada ikan sampel sehingga dapat diketahui kolerasi antara beberapa parameter bagian tubuh dari satu jenis ikan
Dapat melakukan identifikasi individu ikan
Mengetahui cara memperoleh indeks kematangan gonad, tingkat kematangan gonad, dan menghitung nilai fekunditas dari suatu individu
Dapat menganalisis pola kebiasaan makan dari suatu spesies ikan
Dapat mengukur diameter telur.
6.2.2. Kegunaan
Adapun manfaat dilakukan praktikum kali ini adalah mahasiswa mampu memahami dan menerapkan analisis morfometri, mengidentifikasi spesies ikan, mengetahui pola-pola kebiasaan makan ikan, mengetahui indeks kematangn gonad, mengetahui tingkat kematangan gonad dan nilai fekunditas suatu individu
BAB 7
TINJAUAN PUSTAKA
7.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Betok (Anabas testudineus)
Adapun sistematika ikan betok menurut Achjar (2005), adalah sebagai berikut :
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Actinopterygii
ordo : Perciformes
famili : Anabantidae
genus : Anabas
spesies : Anabas testudineus
Ikan betok memiliki kepala yang relatif besar dan bersisik keras. Sisi atas tubuh berwarna gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping berwarna kekuningan, terutama di bagian bawah, terdapat garis-garis gelap melintang yang samar dan tidak beraturan. Sebuah bintik hitam terdapat di ujung belakang tutup insang. Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri. Bentuk badan ikan betok adalah lonjong dengan kepala lebar dan memipih ke belakang. Sirip punggung memiliki 16-19 duri keras dengan sirip perut yang kuat. Badan ikan betok berwarna kehitaman dan hidup di perairan tawar dan payau, sungai, daerah muara, danau, kolam dan selokan. Makanan ikan betok berupa ikan kecil, udang kecil, serangga dan binatang-binatang kecil lainnya (Achjar, 2005).
Ikan betok memiliki bentuk tubuh kompres atau pipih dengan bagian pektoral lebih besar dari pada anal. Ikan ini memiliki sisik yang tebal dan juga rapat. Selain itu ikan ini memiliki sirip dorsal dan sirip anal yang bermodifikasi menjadi duri-duri yang tajam. Adanya sisik yang tebal dan juga duri-duri pada tubuhnya untuk melindungi ikan tersebut dari predator dan juga membantu ikan tersebut dalam membuat sarang berupa lubang-lubang pada dinding atau permukaan kolam atau perairan tergenang lainnya (Asyari, 2006).
7.2. Analisa Morfometri Ikan Betok (Anabas testudineus)
Ikan betok (Anabas testudineus) pada umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25 cm, namun kebanyakan lebih kecil. Ikan betok (Anabas testudineus) ditutupi oleh sisik yang berwarna hijau kehitaman pada bagian punggung dan putih mengkilat atau putih kehijau-hijauan dibagian perut. Ikan betok memiliki labirin karena di dalam rongga insang bagian atas terdapat alat pernapasan berbentuk labirin, setiap ruang pada labirin tersebut terdapat pembuluh-pembuluh darah yang dapat (mengekstrasi) oksigen dari udara yang masuk ke dalam labirin (Effendie, 2005).
Secara umum ikan betok berbentuk lonjong lebih ke belakang menjadi pipih kepala relatif besar, mulut tidak dapat ditonjolkan. Gurat sisi sempurna dan di bagian belakang di bawah sirip punggung yang berjari-jari lunak menjadi putus. Sirip punggung terdiri dari 17 buah jari-jari keras dan lemah, sirip disokong oleh 10 buah jari-jari keras dan 15 buah jari-jari lemah sirip perut mempunyai 1 buah jari-jari keras dan 3 buah jari-jari lemah (Muslim, 2006).
7.3. Seksualitas Ikan Betok (Anabas testudineus)
Sifat seksual primer pada ikan betok ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluh pada ikan betina, dan pada ikan jantan testis dengan pembuluhnya. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Apabila spesies ikan mempunyai morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina, maka pada species itu mempunyai seksualitas dimormorisme (Effendie, 2005).
Dalam sistem reproduksi ikan betok, kelenjar gonad memiliki peran yang sangat penting. Untuk itu kelamin betina, gonad disebut ovarium. Sedangkan untuk kelamin ikan jantan disebut testes. Pada ikan betok betina untuk ovarium umumnya memanjang dan agak bulat. Letak ovarium ikan ada yang melekat langsung pada dinding rongga tubuh sebelah dorsal dan ada pula yang menggantung pada rongga tubuh. Luas rongga tubuh pada ikan yang digunakan untuk perletakan ovarium sangat beragam. Hal ini berkaitan dengan tingkat perkembangan kelamin ikan (Ardiwinata, 2006).
Untuk ikan air tawar kelamin jantan, testes ikan betok ini memiliki bentuk memanjang dalam rongga tubuh di bawah gelembung renang di atas usus. Testes menempel pada rongga tubuh di bagian depan gelembung renang kerena jaringan pengikat yang disebut mesenterium. Pada saat sebelum ikan, sebagian besar energi digunakan untuk keperluan perkembangan gonad. Berat gonad akan mencapai maksimum pada saat individu siap melakukan pemijahan dan kemudian akan menurun secara bertahap (Tim Biologi Perikanan, 2007).
Terdapat beberapa perbedaan yang dapat dengan mudah dilihat dari ikan betok dengan kelamin jantan dan yang berkelamin betina, salah satunya dapat dilihat dari ukuran, dimana pada umumnya ikan betok jantan mempunyai tubuh yang ukurannya lebih kecil dan ramping dibandingkan dengan betinanya yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dan gemuk. Selain perbedaan dari ukuran tubuh, dapat terlihat pula dari bentuk ujung sirip dan sisiknya. Pada spesies jantan ujung sirip berbentuk menyerupai gerigi halus dan sisik ikan betok jantan lebih halus serta kecil-kecil, sedangkan individu betina ujung siripnya rata dan ukuran sisik lebih besar dibanding jantan (Effendi, 2002).
7.4. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Betok (Anabas testudineus)
Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk ukuran panjang dan berat warna, dan perkembangan gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina ini lebih banyak diperhatikan daripada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih muda dilihat daripada sperma yang terdapat dalam testes (Effendie, 2005).
Tingkat Kematangan Gonad Ikan Betok (Anabas testudineus) menurut (Asyari, 2006) adalah sebagai berikut :
Ovari seperti benang panjang ke depan, rongga tubuh, warna jernih, dan permukaan licin. Testes seperti benang lebih pendek (terbatas) dan terlihat ujungnya dirongga tubuh.
Ukuran ovari lebih besar, pewarnaanya lebih gelap kekuning-kuningan, telur belum terlihat jelas dengan mata. Ukuran testes lebih besar pewarnaan putih seperti susu, benuk lebih jelas.
Ovarinya berwarna kuning, secara morfologi telur mulai terlihat butirnya oleh mata. Permukaan testes tampak bergerigi,warna makin putih,testes makin bear dalam keadaan diam mudah putus.
Ovarium makin besar, telur makin besar, berwarna kuning, mudah dipisahkan, mengisi ½ -2/3 rongga perut usus terdesak seperti pada TKG III tampak lebih jelas dan testes sama pejal.
Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat didekat pelepasan, banyak telur seperti pada TKG II testes bagian belakang kempis dan bagian pelepasan masih kempis.
7.5 Indeks Kematangan Gonad Ikan Betok (Anabas testudineus)
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad (Muslim, 2006).
Gonad ikan betok akan bertambah berat seiring dengan semakin besar ukurannya termasuk garis tengah telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum disaat akan memijah, kemudian berat gonad menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai. Pada ikan betok jantan (testes) bersifat internal dan bentuknya memanjang, umumnya berpasangan. Ukuran dan warna gonad bervariasi tergantung kepada tingkat kematangannya. Berat bisa mencapai 12% atau lebih dari berat tubuhnya, sedangkan ikan betok betina (ovarium) berbentuk longitudinal, letaknya internal dan biasanya berjumlah sepasang. Ukuran dan perkembangannya bervariasi tergantung dengan tingkat kematangannya. Jika dalam keadaan matang, ovarium bisa mencapai 70% dari berat tubuhnya (Safran, 2006).
7.6. Fekunditas Ikan Betok (Anabas testudineus)
Pada umumnya, terdapat hubungan antara fekunditas, ukuran berat, panjang, usia dan ukuran butir telur. Semakin berat atau panjang tubuh ikan dan semakin tua usianya, maka fekunditasnya makin tinggi Selain itu, ikan memiliki kebiasaan tidak menjaga telurnya, umumnya memberikan petunjuk bahwa fekunditas tinggi. Sebaliknya, ikan yang mempunyai kebiasaan menjaga telurnya setelah memijah memiliki fekunditas rendah (Murtidjo, 2008).
Ikan betok bersifat ovipar, dapat memijah sepanjang tahun dengan puncak pemijahannya pada musim hujan dengan puncaknya pada bulan Oktober hingga Desember, telur-telur mengapung bebas. Ikan dengan kisaran bobot tubuh 15-110 gram dan bobot gonad 2,42-15,96 gram mempunyai jumlah telur (fekunditas) antara 4.882-19.248 butir (Safran, 2006).
7.7. Kebiasaan Makan Ikan Betok (Anabas testudineus)
Ikan betok merupakan karnivora yang biasa memangsa larva udang ataupun benih ikan yang ada di perairan. Namun apabila jenis nutrisi ini sedikit, ikan betok mampu mengkonsumsi berbagai tumbuhan air renik maupun makrophyta, misalnya fitoplankton atau ganggang air tawar yang lainya. Ikan ini juga memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Ukuran mulut ikan dapat memberikan petunjuk terhadap kebiasaan makan.. Begitupun pada lambungnya yang menunjukkan beberapa adaptasi dalam bentuknya (Suwigyo, 2005).
Ikan betok merupakan karnivora yang biasa memangsa larva udang ataupun benih ikan yang ada di perairan. Namun, apabila jenis nutrisi ini sedikit, maka ikan betok ini mampu mengkonsumsi berbagai tumbuhan air renik maupun makrophyta, misalnya fitoplankton atau ganggang air tawar yang lainnya sehingga ikan ini disebut juga ikan omnivora (pemakan segalanya) (Cahyono, 2000).
7.8 Diameter Telur Ikan Betok (Anabas testudineus)
Fekunditas individu ikan betok yang berukuran panjang total 18 cm sebanyak 17.235 butir telur. Ikan ini mulai matang kelamin pada ukuran 14 cm. Musim pemijahan pada awal musim penghujan. Kisaran fekunditas total ikan betok adalah 964-30.208 butir dengan panjang total berkisar antara 0,36-6,37 gram. Kisaran diameter telur ikan betina yang telah metang gonad (TKG III dan IV) adalah 0,23-1,42 mm. Berdasarkan pola penyebaran diameter telur TKG III dan TKG IV dapat diduga bahwa pola pemijahan ikan betok berdasarkan 3 bulan penelitian (Fujaya, 2007).
BAB 8
METODOLOGI PRAKTIKUM
8.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan dengan sampel ikan betok (Anabas testudineus) ini dilaksanakan pada hari Senin, 12 Oktober 2015 pada pukul 14.30 sampai selesai di Laboratorium Dasar Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.
8.2. Bahan dan Metoda
Alat, bahan dan metoda yang digunakan pada praktikum Biologi Perikanan adalah sebagai berikut.
8.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini disajikan pada Tabel 8.1. sebagai berikut.
Tabel 8.1 Alat Praktikum
No
Nama alat
Kegunaan
1
Cawan petri
Sebagai wadah gonad yang akan dihitung
2
Ember
Sebagai wadah ikan yang akan digunakan saat praktikum
3
Kaca preparat
Sebagai tempat untuk meletakan gonad untuk diamati pada mikroskop
4
Mikroskop
Digunakan untuk melihat gonad agar terlihat lebih jelas dan besar
5
Penggaris
Untuk mengukur panjang ikan (standar dan utuh), tinggi ikan dan lebar mulut ikan
6
Pinset
Untuk mengambil gonad yang akan diletakkan dikaca preparat
7
Pipet tetes
Untuk mengambil air yang digunakan untuk memotong gonad menjadi 4 bagian
8
Steroform
Sebagai tempat untuk ikan yang akan di bedah
9
Timbangan analitik
Untuk menimbang berat ikan serta berat gonad ikan
8.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini disajikan pada Tabel 8.2. sebagai berikut.
Tabel 8.2. Bahan Praktikum
No
Bahan
Kegunaan
1
Ikan betok (Anabas testudineus)
Sebagai bahan atau tempat gonad yang akan didapat
2
Air
Untuk memisahkan gonad pada cawan petri
8.2.3. Metoda
Adapun metoda yang dilaksanakan pada praktikum biologi perikanan ini adalah sebagai berikut.
8.2.3.1. Analisa Morfometrik
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Identifikasi masing-masing jenis ikan sampel berdasarkan buku identifikasi
Ukur berat ikan, panjang total, panjang standar, lebar mulut dan tinggi badan.
Gambar ikan sampel beserta masing-masing bagian tubuhnya.
Tuliskan data dan hasil pengamatan dalam tabel atau lembar kerja.
8.3.2.2. Membedakan Ikan Jantan dan Ikan Betina
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Identifikasi masing-masing jenis ikan sampel berdasarkan buku identifikasi
Amati perbedaan ikan jantan dan ikan betina berdasarkan parameter-parameter berikut ini :
Bentuk tubuh
Sirip dada
Sirip punggung
Bentuk ekor
Sirip perut
Warna tubuh
Bentuk kepala
Menggambarkan ikan sampel beserta masing-masing bagian tubuhnya
Menuliskan data/hasil pengamatan dalam tabel/lembar kerja
8.3.2.3. Indeks kematangan Gonad (IKG)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Membersihkan tubuh ikan dari segala kotoran dan keringkan dengan kertas tissu
Menimbang berat ikan beserta gonadnya (Bt)
Membedah ikan pada bagian perutnya dan keluarkan gonad dengan hati-hati, jangan sampai pecah
Keringkan gonad tersebut dengan kertas tissu dan timbang (Bg)
Menentukan IKG dengan persamaan sebagai berikut :
IKG =
8.3.2.4. Tingkat kematangan Gonad (TKG)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Ikan yang sudah diperoleh nilai IKG-nya disiapkan untuk diamati baik dengan mata biasa maupun dengan kaca pembesar
Pengamatan terhadap gonad ikan meliputi:
Ukuran ikan jantan :
Bentuk testes
Besar kecilnya testes
Warna testes
Pengisian testes dalam rongga tubuh
Keluar tidaknya testes dalam tubuh ikan (dalam keadaan segar)
Ukuran ikan betina :
Bentuk ovarium
Besar kecilnya ovarium
Pengisian ovarium dalam rongga perut
Warna ovarium
Warna telur
Ditentukan klasifikasi kematangan gonad dengan melihat kunci kematangan gonad menurut Kesteven dan Nikolsky.
8.3.2.5. Fekunditas
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Gonad yang telah diambil dari tubuh ikan dan telah dibersihkan kemudian ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan digital.
Gonad diambil kemudian potong gonad menjadi lima bagian dan ambil sebagian gonad pada bagian pangkal, tengah dan ujung gonad untuk pengamatan selanjutnya sehingga diharapkan seluruh bentuk dan ukuran telur terwakili.
Sebagian telur yang telah diambil tersebut ditimbang beratnya.
Setelah ditimbang kemudian gonad diencerkan dengan air sebanyak 100 cc dan aduk hingga homogen dimana tidak ada lagi telur yang mengelompok.
Setelah homogen kemudian ambil dengan pipet dan tuangkan ke dalam sedgwijk rafter dan amati di bawah mikroskop kemudian hitung jumlahnya.
Lakukan pengamatan masing-masing 3 kali ulangan.
8.3.2.6. Penentuan Kebiasaan Makan
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Gambar ikan dengan bagian-bagiannya sebutkan ciri-ciri bagiannya.
Ikan dibedah gambar alat pencernaannya.
Ambil ususnya jangan sampai pecah atau putus. Jika ikan mempunyai lambung, angkat dari bagian perutnya.
Masukkan usus atau lambung tersebut ke dalam gelas ukur dan catat volumenya.
Ambil usus atau lambung dengan hati-hati kemudian keluarkan isinya dengan membedahnya. Kemudian usus atau lambung tersebut diukur volumenya tanpa isi.
Pisahkan jenis usus yang berukuran besar ataupun kecil kemudian identifikasi jenisnya, jika mungkin ukur volumenya sesuai prosedur.
Aduk hingga homogen dan ambil dengan pipet kemudian tuangkan ke kaca objek dan amati dibawah mikroskop.
8.3.2.7. Penghitungan Diameter Telur
Cara kerja yang di lakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Ambil telur (± 100 butir)
Masukkan dalam petridish
Tambahkan aquadest sampai telur terendam
Pisahkan teur secara manual dengan bantuan spatula
Amati dibawah mikroskop okuler.
BAB 9
HASIL DAN PEMBAHASAN
9.1. Hasil
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil yang dituangkan dalam tabel-tabel sebagai berikut :
9.1.1 Analisis Morfometri
Tabel 9.1 Analisis Morfometrik pada ikan betok (Anabas testudineus)
No
Berat
(g)
Panjang total
(cm)
Panjang standar
(cm)
Lebar mulut
(cm)
Tinggi badan
(cm)
1
121
18
15
2
4,2
2
132
19,5
14
2
7,2
9.1.2. Membedakan Ikan Jantan dan Ikan Betina
Tabel 9.2. Ciri ikan jantan dan betina ikan betok (Anabas testudineus)
Ciri-ciri Morfologi
Jantan
Betina
Bentuk tubuh
Lebih besar
Kecil
Ekor
Lebih lebar
Lebih kecil
Sirip dada
Runcing
Tidak runcing
Sirip punggung
Lebih lebar
Lebih pendek
Sirip perut
Lebih lebar
Lebih pendek
Warna
Lebih gelap
Lebih terang
Bentuk kepala
Lebih lebar
Lebih pipih
Sisik
Lebih besar
Lebih kecil
Ciri khusus
Mempunyai testes
Mempunyai ovarium
9.1.3. Indeks Kematangan Gonad
Tabel 9.3. Indeks Kematangan Gonad ikan betok (Anabas testudineus)
No
Berat Gonad (gr)
Berat Tubuh (gr)
Indeks Kematangan Gonad (IKG)
1
3
121
2,48
2
-
-
-
9.1.4. Tingkat Kematangan Gonad
Tabel 9.4. Tingkat Kematangan Gonad ikan betok (Anabas testudineus)
No
Jenis Kelamin
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Warna
Bentuk
Kesteven
Nikolsky
1
Jantan
Pulih-salin
Kondisi salin
putih
lonjong
2
Betina
Perkembangan II
Pemasakan
Kuning
Lonjong
9.1.5. Fekunditas
Tabel 9.5. Fekunditas pada ikan betok (Anabas testudineus)
Sampel ikan ke-
Nilai Fekunditas (butir)
Sampel ke-1
-
Sampel ke-2
900 butir
9.1.6. Kebiasaan Makan
Tabel 9.6. Kebiasaan makan pada ikan betok (Anabas testudineus)
No
Jenis pakan
Keterangan pakan
Jumlah
1
Omnivora
Plankton, serangga, tumbuan
-
2
Omnivora
Plankton, serangga, tumbuan
-
9.1.7. Diameter Telur
Tabel 9.7. Pengukuran diameter telur ikan betok (Anabas testudineus)
No
Ikan ke
Diameter telur
1
Sampel ke-1
-
2
Sampel ke-2
-
9.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum Biologi Perikanan dengan sampel ikan betok dapat diperoleh hasil mengenai analisis morfometri, perbedaan ikan jantan dan ikan betina (seksulitas ikan), Indeks Kematangan Gonad (IKG), Tingkat Kematangan Gonad (TKG), nilai Fekunditas, kebiasaan makan, dan diameter telur dari ikan tersebut. Dari pengamatan morfometrik kedua ikan betok, didapatkan hasil yang berbeda-beda.
Untuk menentukan seksualitas ikan jantan dan betina ikan betok maka kita bisa mengamati perbedaan fisik dari ikan tersebut, berdasalkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa ikan jantan ikan betook mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh lebih panjang dan pipih, sirip punggung lebih panjang, begitu juga dengan sirip perut. Sedangakan ciri-ciri ikan betok betina yaitu ekor dan sirip dada lebih besar, warnanya lebih mencolok, sisiknya lebih banyak, dan antara ikan jantan dan betina mempunyai gelembung renang.
Diketahui bahwa Indeks Kematangan Gonad (IKG) merupakan hasil dari pembagian antara berat gonad dan berat tubuh ikan dan dikalikan dengan 100%. Berat tubuh ikan berpengaruh pada hasil penghitungan indeks kematangan gonad. Untuk mencari Tingkat Kematangan Gonad digunakan dua metode yaitu Kesteven dan Nikolsky. Berdasarkan ciri-ciri yang diamati, bahwa dari kedua sampel yang diamati jenis kelamin sampel yaitu betina dan jantan dengan tingkat kematangan gonad rata-rata perkembangan I menurut Kesteven. Sedangakan menurut Nikolsky rata-rata yaitu pada tahap pemasakan. Dari kedua sampel sampel kedua yaitu pada tahap bunting menurut kesteven dan masak menurut Nikolsky.
Ikan betok yang telah dibedah, kemudian diambil telurnya dan diamati di bawah mikroskop untuk dihitung jumlah telurnya. Dari kedua ikan sampel, hanya satu ikan yang dihitung fekunditasnya. Ikan yang dihitung fekunditasnya memiliki telur sebanyak lebih 1080 butir, yang dihitung dengan cara manual. Dengan jumlah telur sebanyakitu menunjukkan bahwa ikan betok mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang tinggi.
Diameter telur ikan didapat dari pengamatan sampel telur dengan menggunakan mikroskop okuler yang sudah dilengkapi dengan micrometer.
BAB 10
KESIMPULAN DAN SARAN
10.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut :
Analisa morfometri dari 5 ikan betok memiliki panjang yang berbeda-beda, seperti panjang total, panjang standar, lebar mulut dan tinggi badan.
Hal yang mencolok untuk membedakan betok jantan dan betina yaitu pada bentuk tubuh dan warna sisik.
Selisih panjang maksimum dengan panjang minimum adalah sebesar 3 hingga 4 cm.
Indeks Kematangan Gonad ikan betok merupakan perbandingan berat gonat dengan berat tubuh ikan.
Tingkat Kematangan Gonad ikan betok (Anabas testudineus) menurut Kesteven ialah tahap perkembangan 1,bunting dan perkembangan 2, sedangkan berdasarkan Nikolsky adalah tahap reproduksi dan pemasakan.
Fekunditas ikan betok merupakan jumlah telur yang dihasilkan pada induk, dan dari hal ini dapat ditaksir jumlah anak yang akan lahir.
Ikan betok merupakan jenis pemakan karnivora, memakan binatang air, dan serangga air.
10.2. Saran
Praktikum biologi perikanan diharapkan dapat menunjang ilmu tentang perikanan, sehingga praktikan yang telah selesai mengikuti praktikum ini dapat mengaplikasikannya.
BAB 11
PENDAHULUAN
11.1. Latar Belakang
Biologi perikanan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan ikan yaitu sejak individu ikan tersebut menetas(hadir ke alam) kemudian makan, tumbuh, bermain, bereproduksi dan akhirnya mengalami kematian secara alami atau oleh karena faktor lain. Pegamatan terhadap aspek aspek biologis spesies ikan di lakukan para pakar biologi perikanan melalui pendekatan secara kuantitatif. Dengan perlakuan yang di berikan bukan di tujukan hanya kepada satu individu spesies ikan dan pada saat tertentu saja, tetapi pada kelompok individu dan dengan waktu pengamatan yang relatif lama kecuali untuk kegiatan pratikum mahasiswa di laboratorium (Yanhar, 2002).
Biologi perikanan mencakup biologi ikan dimana penekanannya terhadap suatu spesies penting sebagai sumber daya.Tujuan yang terkandung dalam Biologi Perikanan diantaranya merupakan usaha agar orang yang mempelajarinya mengerti dan memahami sumber daya perikanan serta bagaimana pemanfaatan sumber daya tersebut secara optimum dan membuat rekomendasi dalam pemanfaatn serta perbaikannya (Effendie, 2009).
Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki cita rasa yang lezat dan kandungan protein yang tinggi sehingga banyak disukai oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, ikan tambakan juga dijadikan ikan hias karena bentuk dan gerakannya yang cukup menarik. Akibat mempunyai nilai ekonomis sebagai ikan konsumsi dan ikan hias, sehingga diharapkan nantinya bisa menjadi ikan yang menjanjikan keuntungan bagi pembudidayanya ikan tambakan adalah jenis ikan omnivora, makanan utama ikan ini adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kecil seperti plankton dan alga yang hidup menempel pada akar tumbuhan air dan substrat. Ikan tambakan juga menyukai jenis makanan seperti cacing tubifex dan cacing tanah yang berukuran kecil (Hidayat, 2008).
11.2. Tujuan dan Kegunaan
11.2.1. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Dapat melakukan analisis morfometri pada ikan sampel sehingga dapat diketahui kolerasi antara beberapa parameter bagian tubuh dari satu jenis ikan
Dapat melakukan identifikasi individu ikan
Mengetahui cara memperoleh indeks kematangan gonad, tingkat kematangan gonad, dan menghitung nilai fekunditas dari suatu individu
Dapat menganalisis pola kebiasaan makan dari suatu spesies ikan
Dapat mengukur diameter telur.
11.2.2. Kegunaan
Adapun manfaat dilakukan praktikum kali ini adalah mahasiswa mampu memahami dan menerapkan analisis morfometri, mengidentifikasi spesies ikan, mengetahui pola-pola kebiasaan makan ikan, mengetahui indeks kematangn gonad, mengetahui tingkat kematangan gonad dan nilai fekunditas suatu individu.
BAB 12
TINJAUAN PUSTAKA
12.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Adapun klasifikasi ikan tambakan menurut Supriani (2004) adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Actinopterygii
ordo : Perciformes
famili : Helostomatidae
genus : Helostoma
spesies : Helostoma temminckii
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya berbentuk berlekuk tunggal, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 35 cm (Yanhar, 2002).
Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan misalnya seperti lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill rakers) yang membantunya menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air (Yurisman, 2009).
12.2. Analisis Morfometri Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Ikan dari keluarga scombridae memiliki ciri-ciri seperti sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil. Ikan dari genus Osteichilus ukuran panjang tubuhnya lebih besar daripada tinggi tubuhnya, badannya ditutupi dengan sisik cicloid atau stenoid, sirip ekor bercagak dua dan bentuknya simetris, mulutnya terletak didepan kepala dan menyerupai gelembung renang yang terbagi dalam dua bagian, bagian belakang lebih kecil daripada bagian depan. Berdasarkan bentuk tubuh dan sisiknya, ikan ini habitatnya adalah sungai, selain itu suka hidup dirawa-rawa dan danau, menyukai perairan yang berarus sedang dan diperairan yang lebar dengan air yang jernih dan banyak ditumbuhi tanaman. Diperairan umum, ikan tambakan memijah pada musim penghujan (Yuningsih, 2002).
12.3. Seksualitas Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Reproduksi merupakan suatu kegiatan penting dalam siklus hidup ikan untuk menjaga kelestarian hidupnya. Aspek-aspek reproduksi berupa faktor kondisi, rasio kelamin, ukuran ikan pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas dan diameter telur penting diketahui untuk kepentingan pengelolaan perikanan dan kelestarian spesies. Biologi reproduksi dapat memberikan gambaran tentang aspek biologi yang terkait dengan proses reproduksi (Yanhar, 2002).
Ikan tambakan berwarna putih susu sedangkan ovari pada ikan Tambakan berwarna kuning keemasan dimana dapat dilihat dengan mata telanjang. Letaknya di samping kiri dan kanan gelembung renang, dibawah vertebrate (tulang belakang) dan diatas saluran pencernaan. Hasil pengamatan dari 3 ekor ikan Tambakan didapatkan ciri individu jantan dan betina. Individu jantan mempunyai ciri-ciri antara lain ukuran tubuh lebih ramping dari tubuh ikan betina yang lebar, bentuk tengkuk kepala runcing pada ikan jantan dan pada ikan betina agak tumpul, pada individu ikan jantan permukaan kepala lebih kasar daripada ikan betina serta warna badan ikan jantan lebih gelap daripada ikan betina (Cahyono, 2001).
12.4. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) adalah tahap-tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Penentuan tingkat kematangan gonad antara lain dengan mengamati perkembangan gonad. Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor dalam antara lain adalah perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat fisiologi ikan tersebut seperti kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan. Faktor luar yang mempengaruhi adalah makanan, suhu dan arus. Penentuan TKG dapat dilakukan secara morfologi dan histologi. Penentuan secara morfologi dilihat dari bentuk, panjang dan warna, serta perkembangan isi gonad. Penentuan TKG secara histologi dapat dilihat dari anatomi perkembangan gonadnya (Nurdawati, 2008).
Ikan tambakan merupakan ikan yang tingkat kematangan gonadnya cepat, karena ikan tambakan dalam ukuran yang belum cukup besar, tetapi sudah mempunyai telur dengan tingkat kematangan gonad yang sudah cukup matang, tetapi sama halnya dengan kebanyakan ikan jenis lainnya pada ikan tambakan kematangan gonad terjadi pada saat ikan ini akan melakukan pemijahan. Pada saat tersebut gonad ikan tambakan akan mengalami pertambahan besar hingga mencapai maksimum dan kemudian akan mengalami penurunan berat setelah terjadi pemijahan. Selama proses reproduksi berlangsung energi yang dihasilkan dari sumber pakan tambakan yang berupa plankton dan tumbuh-tumbuhan air akan digunakannya untuk kepentingan perkembangan gonadnya (Effendie, 2002).
12.5. Indeks Kematangan Gonad Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Indeks kematangan gonad (IKG) adalah angka (dalam persen) yang menunjukkan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh. IKG dapat menggambarkan ukuran ikan pada waktu memijah. Indeks kematangan gonad akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada waktu akan terjadi pemijahan. Kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG ikan jantan (Husna, 2006).
Ikan tambakan yang matang gonad dapat dilihat dari ciri-cirinya dimana induk betina badannya relatif tebal dan agak membulat, sisik dari dagu keperut lebih putih bersih, perut mengembang dengan pangkal sirip dada bewarna kemerah-merahan. Sebaliknya badan induk jantan lebih tipis memanjang dan liar, bila diberi tekanan pada bagian perut maka akan keluar cairan putih atau sperma. Pada spesies ikan tambakan baik yang betina ataupun yang jantan tersebut banyak ditemui tingkat kematangan gonadnya berada pada tingkat III menurut nikolsky yang artinya gonad dalam keadaan hampir masak dimana telur dapat dibedakan dengan mata. Testis berubah dari transparan menjadi warna merah darah. Sedangkan menurut kesteven berada pada tingkat IV artinya perkembangan II, testesberwarna kemerahan, tidak ada pati jantan atau sperma kalau bagian perut di tekan. Ovari berwarna orangekemerahan. Ovari mengisi dua pertiga ruang bagian bawah (Asyari, 2006).
Nilai indeks kematangan gonad ikan tambakan didapatkan berkisar antara 0,1806% sampai dengan 0,7820 % dimana indeks ini menunjukan bahwa seiring dengan berkembangnya gonad maka berat gonad akan bertambah dan semakin memenuhi rongga perut. Besarnya IKG yang diperoleh menggambarkan nilai yang bervariasi untuk masing-masing ikan menurut panjang tubuh, maupun tingkat kematangan gonad. Tingkat kematangan gonad suatu ikan banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana ikan itu hidup. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan dan proses kematangan gonad secara langsung seperti suhu, makanan dan kualitas air (Hidayat, 2008).
Nilai IKG setiap spesies ikan tidak sama karena setiap spesies memiliki perbedaan dalam ukuran dan umur ketika mencapai kematangan gonad untuk pertama kalinya. Gonad sebagai penentu jenis kelamin dari suatu individu ikan akan memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan kapasitas rongga perut yang tersedia dan bentuk tubuh ikan tambakan itu sendiri. Keadaan yang seperti ini yang menyebabkan berbedanya nilai indeks kematangan gonad pada ikan tambakan walaupun ikan ini berada pada tingkat kematangan gonad yang sama (Effendie, 2002).
12.6. Fekunditas Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Fekunditas adalah semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan, sedangkan fekunditas individu adalah jumlah fekunditas dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan pada tahun itu juga. Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranaan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamiknya, dari fekunditas kita dapat menentukan atau dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yanga bersangkutan. Kegunaan fekunditas adalah bagian dari studi sistematika mengenai ras dinamika pupulasi, produktifitas, potensi reproduksi dan sebagainya. Sedangkan dalam bidang akuakultur adalah jumlah telur yang dihasilkan berguna dalam persiapan fasilitas kultur ikan (Effendie, 2009).
Fekunditas merupakan jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah. Jumlah telur yang terdapat di dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas total diartikan sebagai jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan selama hidupnya, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan berat. Fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun itu pula. Ikan yang umurnya relatif lebih muda yang baru pertama kali memijah, fekunditasnya juga relarif lebih sedikit dibandingkan dengan ikan yang berumur relatif lebih tua yang telah memijah beberapa kali (Efriyeldi, 2005).
Pada ikan tambakan matang telur terjadi pada umur kurang dari 15 bulan, populasi minimum telur mereka sudah bisa bertambah hingga dua kali lipat dari populasi telur awalnya. Jumlah telur ikan tambakan bias mencapai 12.000 butir telur. Reproduksi ikan tambakan sendiri terjadi ketika periode musim kawinnya sudah tiba (Effendie, 2002).
12.7. Kebiasaan Makan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Kebiasaan makanan (food habit) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh predator. Kebiasaan makanan ikan dapat diketahui melalui analisis makanan yang terdapat di dalam saluran pencernaan dan membandingkan dengan makanan yang terdapat di perairan. Perbandingan tersebut akan menunjukkan apakah suatu hewan cenderung memilih jenis makanan tertentu sebagai pakannya atau tidak. Sampai saat ini informasi mengenai studi makanan dan reproduksi pada ikan tambakan (Helostoma temminckii) di perairan Lubuk Lampam masih sangat terbatas. Untuk mencegah punahnya spesies ikan yang masih ada di sungai tersebut dibutuhkan suatu upaya pengelolaan yang baik dan terpadu agar potensinya dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari. Oleh karena itu diperlukan studi mengenai makanan dan reproduksi ikan tambakan (Helostoma temminckii) di perairan Lubuk Lampam sebagai informasi dasar bagi pengelolaan sumber daya perikanan yang berkelanjutan (Supriani, 2004).
Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang memakan hampir segala jenis makanan. Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman air, zooplankton, hingga serangga air. Bibirnya yang dilengkapi gigi-gigi kecil membantunya mengambil makanan dari permukaan benda padat semisal batu. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel plankton dari air. Saat sedang mencabut makanan yang menempel di permukaan benda padat memakai mulutnya, ikan ini bagi manusia terlihat seolah-olah sedang mencium benda tersebut (Mudi, 2008).
Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata. Pembauan dan sentuhan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam perairan keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari makan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan sentuhan dan pembauan tidak melakukan mengukur, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak (Prianto, 2006).
12.8. Diameter Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Diameter telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah tertera. Ukuran diameter telur dipakai untuk menentukan kualitas kuning telur. Telur yang berukuran besar akan menghasilkan larva yang berukuran lebih besar dari pada telur yang berukuran kecil. Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad (Cheah, 2008).
Masa pemijahan setiap spesies ikan berbeda-beda, ada pemijahan yang berlangsung singkat (total spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang (partial spawner) ada pada ikan yang berlangsung sampai beberapa hari. Didalam pemijahan ikan tambakan akan ditandai dengan bau amis pada permukaan air kolam. Telur akan terlihat bergaris tengah (diameter) 1- 2,5 mm, terapung karena adanya lapisan globul lemak (Murtidjo, 2001).
BAB 13
METODOLOGI PRAKTIKUM
13.1.Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan dengan sampel ikan tambakan (Heleostoma teminckii) ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 28 September 2015 pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Dasar Perikanan, Program Studi Akuakultur Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya.
13.2. Bahan dan Metoda
Alat, bahan dan metoda yang digunakan pada praktikum Biologi Perikanan adalah sebagai berikut.
13.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini disajikan pada Tabel 13.1. sebagai berikut.
Tabel 13.1. Alat Praktikum
No
Nama alat
Kegunaan
1
Cawan petri
Sebagai wadah gonad yang akan dihitung
2
Ember
Sebagai wadah ikan yang akan digunakan saat praktikum
3
Kaca preparat
Sebagai tempat untuk meletakan gonad untuk diamati pada mikroskop
4
Mikroskop
Digunakan untuk melihat gonad agar terlihat lebih jelas dan besar
5
Penggaris
Untuk mengukur panjang ikan (standar dan utuh), tinggi ikan dan lebar mulut ikan
6
Pinset
Untuk mengambil gonad yang akan diletakkan dikaca preparat
7
Pipet tetes
Untuk mengambil air yang digunakan untuk memotong gonad menjadi 4 bagian
8
Steroform
Sebagai tempat untuk ikan yang akan di bedah
9
Timbangan analitik
Untuk menimbang berat ikan serta berat gonad ikan
13.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini disajikan pada Tabel 13.2. sebagai berikut :
Tabel 13.2. Bahan Praktikum
Nama Bahan
Spesifikasi
Fungsi
Ikan Tambakan
2 ekor
Yang akan diamati dalam praktikum
13.2.3. Metoda
13.2.3.1. Analisa Morfometri
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Identifikasi masing-masing jenis sampel ikan,
Ukur berat ikan, panjang total, panjang standar, lebar mulut dan tinggi badan
Tuliskan data/hasil pengamatan dalam table/lembar kerja
Hitung korelasi panjang dan berat
Log W = Log a + b Log L
Lo
13.2.3.2. Membedakan jenis kelamin jantan dan betina (seksualitas ikan)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Jika seksualitas telah diketahui pasti atau terlihat dari luar:
Amati perbedaan ikan jantan dan ikan betina berdasarkan parameter – parameter berikut ini :
Bentuk tubuh
Ekor
Sirip dada
Sirip punggung
Sirip perut
Warna tubuh
Bentuk kepala
Menuliskan data/hasil pengamatan dalam table/lembar kerja.
Jika seksualitasnya belum diketahui, maka dilakukan analisa melalui jaringan gonad :
Bedah ikan tersebut
Lalu ambil gonadnya
Letakkan diatas gelas objek
Cincang dengan scalpel sampai halus
Teteskan dengan larutan acetormin ( 1 tetes )
Tutup dengan coverglass
Amati di bawah mikroskop
Menuliskan data/hasil pengamatan dalam table/ lembar kerja
13.2.3.3. Tingkat kematangan gonad (TKG)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Ikan yang sudah diperoleh nilai IKG-nya disiapkan untuk diamati, baik dengan mata biasa maupun dengan kaca pembesar
b. Pengamatan terhadap gonad ikan meliput
Ukuran ikan jantan :
Bentuk testes
Besar kecilnya testes
Warna testes
Pengisian testes dalam rongga tubuh
Keluar tidaknya testes dalam tubuh ikan ( dalam keadaan segar )
Ukuran ikan betina :
Bentuk ovarium
Besar kecilnya ovarium
Pengisian ovarium dalam rongga perut
Warna ovarium
Warna telur
c. Ditentukan klasifikasi kematangan gonad dengan melihat kunci kematangan gonad menurut Kesteven dan Nikolsky
13.2.3.4. Indeks Kematangan Gonad ( IKG )
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Membersihkan tubuh ikan dari segala kotoran dan keringkan dengan kertas tissue
b. Menimbang berat ikan beserta gonadnya (Bt)
c. Membedah ikan pada bagian perutnya dan keluarkan gonad dengan hati – hati, jangan sampai pecah
d. Keringkan gonad tersebut dengan kertas tissue dan timbang (Bg)
e. Menentukan IKG dengan persamaan sebagai berikut
IKG =
Keterangan :
IKG : Indeks kematangan gonad ( % )
Bg : Berat gonad (g)
Bt : Berat total (g)
13.2.3.5. Fekunditas
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Ikan dipotong butterfly kemudian ambil gonadnya, gonad yang telah diambil dari tubuh ikan kemudian dibersihkan, lalu ditimbang beratnya dengan menggunakan neraca digital
Kemudian potong gonad menjadi empat bagian dan ambil sebagian gonad pada bagian pangkal, tengah, ujung gonad untuk pengamatan selanjutnya, sehingga diharapkan seluruh bentuk dan ukuran telur terwakili.
Sebagian telur yang telah diambil tersebut ditimbang beratnya
Setelah ditimbang, gonad diencerkan dengan air sebanyak 100 cc dan aduk hingga homogeny, dimana tidak ada lagi telur yang mengelompok
Setelah homogeny, hitung telur dari ikan sampel
Fekunditas ikan dianalisis menggunakan metode gravimetric
F =
Keterangan :
F : Fekunditas (butir)
G : Berat gonad (g)
Q : Berat gonad sampel (g)
N : Jumlah telur pada gonad sample (butir)
13.2.3.6. Penentuan Kebiasaan Makan
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Ikan dibedah
Ambil ususnya jangan sampai pecah atau putus. Jika ikan mempunyai lambung, angkat dari bagian perutnya
Ambil usus atau lambung dengan hati-hati kemudian keluarkan isinya dengan membedahnya. Kemudian usus atau lambung tersebut diukur volumenya tanpa isi
Pisahkan jenis usus yang berukuran besar ataupun kecil, identifikasi jenisnya dan jika mungkin ukur volumenya sesuai prosedur
Aduk hingga homogeny dan ambil dengan pipet, tuangkan ke kaca objek dan amati di bawah mikroskop
Pilihlah organisme sejenis ke dalam tumpukan-tumpukan (fitoplankton, zooplankton, tumbuhan, hewan, detritus, ikan, serangga, dan lain-lain)
Tumpukan-tumpukan tersebut dinyatakan dalam persen (%)
13.3. Analisis Data
Hasil yang diperoleh dalam praktikum ini dinalisa secar deskriptif.
BAB 14
HASIL DAN PEMBAHASAN
14.1. Hasil
14.1.1. Analisa Morfometri
Hasil yang didapat dari praktikum ini disajikan dalam tabel 14.1. sebagai berikut :
Tabel 14.1. Analisa Morfologi pada ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
No.
Berat(g)
Panjang total (cm)
Panjang standar(cm)
Lebar mulut(cm)
Tinggi Badan(cm)
1.
Jantan
14,5
13,5
0,01
7,4
2.
Betina
14,1
11,6
0,5
7,0
14.1.2. Membedakan ikan jantan dan ikan betina
Dari praktikum yang telah dilakukan, data perbedaan ikan jantan dan betina disajikan dalam tabel 14.2.sebagai berikut:
Tabel 14.2. Ciri jantan dan ikan betina Ikan Tambakan (Helostoma Temminckii)
Ciri-ciri morfologi
Jantan
Betina
Bentuk Tubuh
Memanjang dan lebih ramping
Melebar dan lebih gendut
Ekor
Tidak terlalu lebar
Lebih lebar
Sirip Dada
Memanjang dan meruncing
Membulatg dan teksturnya halus
Sirip Punggung
Lebih pendek
Lebih lebar
Sirip Perut
Lebih pendek
Lebih lebar
Warna
Terang
Lebih pucat
Bentuk Kepala
Sisik
Ciri Khusus
Lonjong dan lebih pipih
Kasar dan rapat
-
Lebar
Kasar dan rapat
-
14.1.3. Indeks Kematangan Gonad
Dari praktikum yang telah dilakukan, data indeks kematangan gonad disajikan dalam tabel 14.3. sebagai berikut :
Tabel 14.3. Indeks Kematangan Gonad ikan Tambakan (Helostoma Temminckii)
No.Ikan
Berat Gonad (g)
Berat Tubuh (g)
Indeks Kematangan Gonad (IKG)
1. Jantan
6
52
1,1 %
2.Betina
5
57
0,08 %
14.1.4. Tingkat Kematangan Gonad
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel 14.4. sebagai berikut :
Tabel 14.4. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tambakan (Helostoma Temmincki)
No.
Jenis kelamin
TKG
Warna
Bentuk
Kesteven
Nikolsky
1.
2.
Jantan
Betina
Dara Belum
Perkembangan I Masak
Putih
Kuning
Lonjong
Bulat
14.1.5. Fekunditas
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel 14.5. sebagai berikut :
Tabel 14.5. Fekunditas pada Ikan Tambakan (Helostoma Temminckii)
No.Sampel ikan ke-
Nilai fekunditas (butir)
1.Jantan
2.Betina
-
17.440 butir
14.1.6. Jenis Kebiasaan Makan
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel 14.6. sebagai berikut :
Tabel 14.6. Pola Makan pada Ikan Tambakan (Helostoma Temminckii)
No.
Jenis Pakan
Keterangan Pakan
Jumlah
1.
2.
Plankton, ikan kecil dan alga
Plankton, ikan kecil dan alga
Omnivora
Omnivora
-
-
14.1.7. Diameter Telur
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel 14.7. sebagai berikut :
Tabel 14.7. Pengukuran Diameter Telur Ikan Tambakan (Helostoma Temminckii)
No.
Ikan ke-
Diameter Telur
1.
Betina
0,6 mm
14.2. Pembahasan
Pada praktikum yang ini menggunakan ikan tambakan (Helostoma temminckii) sebanyak 2 ekor. Pengukuran yang dilakukan pada praktikum ini kali ini antara lain berat ikan, panjang total, panjang standar, lebar, tinggi badan, IKG, TKG, fekunditas dan diameter telur.
Pengamatan ukuran bukaan mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi yang sesuai dengan kebiasaan makan dari ikan tersebut. Perbedaan bentuk mulut ini juga diikuti dengan keberadaan gigi dan perbedaan bentuk gigi pada ikan. Sementara bentuk ususnya lebih panjang sebab akan digunakan untuk memproses selulosa yang membutuhkan jangka waktu lama. Pada ikan tambakan bentuk mulutnya untuk jantan dan betina hampir sama di mana keduanya memiliki bentuk mulut yang mampu disembulkan. Ini sejalan dengan pendapat Mudi (2008) Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir segala jenis makanan. Makanannya bervariasi, mulai darilumut, tanaman air, zooplankton, hingga serangga air. Bibirnya yang dilengkapi gigi-gigi kecil membantunya mengambil makanan dari permukaan benda padat semisal batu. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel plankton dari air. Saat sedang mencabut makanan yang menempel di permukaan benda padat memakai mulutnya, ikan ini bagi manusia terlihat seolah-olah sedang mencium benda tersebut .
Dalam praktikum juga dilakukan pengamatan terhadap perbedaan ciri-ciri morfologi pada ikan jantan dan betina. Pada sampel ikan yang kami amati ikan jantan memiliki tubuh lebih ramping dan kecil, ekornya tidak terlalu lebar, sirip dada lebih meruncing, sirip punggung dan sirip perut lebih pendek dibanding ikan betina, warnanya lebih cerah, bentuk kepala lebih pipih, sisik kasar dan rapatserta memiliki testis. Sedangkan ikan betina memiliki tubuh yang lebih besar, ekor lebih lebar, sirip dada bentuknya lebih membulat, sirip punggung dan sirip perut lebih lebar, warna agak redup, bentuk kepala dan sisik kasar dan rapat serta memiliki ovum dalam organ reproduksinya.
Dalam praktikum kematangan gonad ikan yang akan diamati yaitu tingkat kematangan gonad ikan. Dari hasil pengamatan didapatkan jumlahnya sepasang dan menggantung pada selaput mesorchia atau mesoravia. Bentuk dan ukuran gonad pada ikan yang diamati bervariasi, untuk praktikum kali ini ukuran gonad ikan masih kecil dan tidak terlihat. Tingkat kematangan gonad dari hasil pengamatan pada ikan jantan identifikasi matang gonadnya berada pada proses dara pada ketentuan Kesteven atau belum masak pada ketentuan Nikolsky. Sementara pengamatan pada ikan betina untuk tingkat kematangan gonadnya berada pada tahap perkembangan I untuk ketentuan Kesteven dan tahap masak pada ketentuan Nikolsky.
Pola kebisaan makan ikan tambakan adalah omnivora. Jenis pakannya yaitu plankton, ikan kecil dan tumbuhan seperti alga. Usus ikan tambakan setelah setelah di identifikasi dengan cara dibedah ukuran ususnya mencapai 60 cm, artinya ikan tambakan ini yaitu ikan yang memakan dari jenis-jenis plankton dan ditritus. Karena ikan yang mempunyai usus ukuran pendek biasanya ia pemakan omnivora atau pemakan daging (predator).
Diameter telur ikan tambakan tergantung pada ukuran gonad dari masing-masing ikan dan cukup bervariasi. Dari hasil yang dipraktikumkan hanya satu diantara dua ikan yang sudah terlihat gonad dan ada isi telurnya, sehingga dapat diamati dan dihitung nilai fekunditasnya.
BAB 15
KESIMPULAN DAN SARAN
15.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Bentuk tubuh antara ikan jantan dan ikan betina didapatkan hasil bahwaukuran tubuh ikan betina lebih besar daripada ikan jantan.
2. Perbedaan ikan jantan dan betina dari segi warna dan pergerakan ikan didapatkan hasil bahwa ikan jantan memiliki warna dan pergerakan yang lebih agresif daripada ikan betina
3. Fekunditas dari hasil pengamatan antara lain diperoleh nilai 10.Diameter620 butir telur dari gonad ikan betina yang telah matang
4. Pengukuran diameter dari nilai yang sering muncul tertinggi dan terendah didapatkan angka 41, 30, dan 15.
5. Ikan tambakan dari hasil pengamatan bentuk mulut dan struktur ususnya dapat dikategorikan sebagai ikan herbivora.
15.2. Saran
Saat praktikum sebaiknya alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum harus disiapkan jauh-jauh hari sebelum praktikum sehingga praktikum bisa berjalan dengan lancar dan baik.
BAB 16
PENDAHULUAN
16.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara perairan yang terdiri dari perairan laut dan perairan darat (tawar) yang kaya akan sumberdaya ikan yang sangat potensial jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Ikan banyak mengandung protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Selain itu ikan juga memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dan dapat digunakan sebagai pengganti daging ternak, namun ikan juga termasuk bahan pangan yang mudah sekali busuk apabila tidak mendapatkan penanganan (Bahar, 2006).
Biologi perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen oleh manusia. Biologi perikanan mempelajari daur hidup ikan, mulai dari lahir sampai mati. Biologi ikan khusus mempelajari tentang kehidupan ikan yang berupa pertumbuhan ikan, tentang bagaimana ikan-ikan dalam suatu populasi melakukan pemijahan, tumbuh dan menentukan kebiasaan makanan. Dengan mengetahui ilmu biologi perikanan dapat menjadi acuan sebagai peluang yang sangat besar bagi pengembangan usaha perikanan baik berupa usaha budidaya ataupun lainnya (Bahar, 2006).
Keanekaragaman ikan air tawar yang dimiliki Indonesia sebagian telah dikenal dengan baik dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat, misalnya ikan mas, lele, nila, patin, gurame dan bawal yang telah dikuasai sistem budidayanya. Namun beberapa komoditas lain belum dikuasai sepenuhnya sistem budidayanya
termasuk ikan gabus, sehingga sampaisekarang masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam, terutama pada musim penghujan dimana populasi ikan ini melimpah. Kegiatan penangkapan ikan sepat yang dilakukan secara berlebihan dapat mengancam kepunahan ikan, seperti halnya di Kalimantan Selatan populasi ikan ini sudah menurun. Berbagai aktivitas manusia yang merusak alam serta metode penangkapan yang tidak ramah lingkungan telahberdampak pada penurunan stok populasi di alam yang dapat mengancam kelestariannya Sama halnya pada ikan sepat akan mengalami kepunahan jika dilakukan dengan metode penangkapan yang tidak ramah lingkungan serta berlebihan (Mamangkey, 2007).
16.2. Tujuan dan Kegunaan
16.2.1. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Dapat melakukan analisis morfometri pada ikan sampel sehingga dapat diketahui kolerasi antara beberapa parameter bagian tubuh dari satu jenis ikan
Dapat melakukan identifikasi individu ikan
Mengetahui cara memperoleh indeks kematangan gonad, tingkat kematangan gonad, dan menghitung nilai fekunditas dari suatu individu
Dapat menganalisis pola kebiasaan makan dari suatu spesies ikan
Dapat mengukur diameter telur.
16.2.2. Kegunaan
Adapun manfaat dilakukan praktikum kali ini adalah mahasiswa mampu memahami dan menerapkan analisis morfometri, mengidentifikasi spesies ikan, mengetahui pola-pola kebiasaan makan ikan, mengetahui indeks kematangn gonad, mengetahui tingkat kematangan gonad dan nilai fekunditas suatu individu.
BAB 17
TINJAUAN PUSTAKA
17.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Gabus (Channa striata)
Sistematika ikan gabus (Channa striata) menurut Adawyah (2007), adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Actinopterygii
ordo : Perciformes
famili : Channidae
genus : Channa
spesies : Channa striata
Ikan gabus merupakan ikan asli perairan tawar daerah ropis seperti Asia dan Afrika. Ikan gabus banyak ditemukan di perairan umum, hidup di muara-muara sungai, danau, dan dapat pula hidup di air kotor dengan kadar okigen rendah bahkan tahan terhadap kekeringan. Dapat ditemukan di bagian perairan umum di wilayah Indonesia diantaranya Jawa, Sumatra, Lombok, Bali, Singkep, dan Flores. Ikan gabus merupakan karnivor dengan ciri-ciri fisik yaitu memilik bentuk tubuh hampir bulat, panjang, dan makin kebelakang berbentuk pipih (kompressed). Bagian depan cembung, perut rata dan kepala pipih seperti ular , warna tubuh pada bagian punggung hijau kehitaman dan bagian perut berwarna krem atau putih (Darmawan, 2001).
Ikan gabus disebut juga snake head karena kepalanya lebar dan bersisik besar seperti ular, mulutnya bersudut tajam, sirip dorsal dan sirip anal panjang serta tingginya hampir sama. Semua jenis ikan ini mampu menghirup udara dari atmosfer karena memiliki organ pernafasan tambahan yang disebut diverticula , yang merupakan tulang rawan terletak pada daerah pharink. Tubuh ikan gabus bulat panjang, makin kebelakang makin pipih dan ditutupi oleh sisik yang bewarna hitam dengan sedikit belang pada bagian punggung dan perutnya berwarna putih. Sirip punggung mempunyai jari – jari lemah lebih panjang dan lebih lebar dari anal dengan 38 - 47 jari – jari lemah. Linea lateralisnya sempurna dengan 52 – 57 sisik dan ikan ini mempunyai panjang hingga berukuran 100 cm. Ikan gabus hidup di air tawar hingga payau, ikan ini mampu hidup di daerah yang minim oksigen dan dapat berjalan dengan menggunakan sirip ventral diatas tanah dan dapat hidup didalam lumpur (Haliman, 2005).
17.2. Analisa Morfometri Ikan Gabus (Channa striata)
Morfometri merupakan pengukuran mofometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik yang lain tanpa melalui lengkungan badan. Metode pengukuran standar ikan antara lain panjang standar, moncong/bibir, sirip punggung atau tinggi badan dan ekor. Ikan bertulang belakang memiliki beraneka ragam karakteristik tubuh sehingga bentuk badan dan ukuran berbeda. Ikan bertulang belakang memiliki beranekaragam karakteristik tubuh, sehingga bentuk badan dan ukuran berbeda. Penjelasan ukuran standar pengukuran tubuh ikan sebagaimana dikemukakan oleh ( Peristiwady 2006).
Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total dan panjang baku. Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Hasil pengukuran biasanya dinyatakan dalam milimeter atau centimeter, ukuran ini disebut ukuran mutlak. Tiap spesies akan mempunyai ukuran mutlak yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh umur, jenis kelamin dan lingkungan hidupnya. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata (Mashudi, 2001).
Ikan gabus merupakan ikan air tawar yang bersifat bentopelagik hidup di antara permukaan dan wilayah dalam perairan. Wilayah asli tempatnya tinggal umumnya adalah wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus tenang, dan banyak terdapat tanaman air. Pada awalnya ikan sepat hanya ditemukan di perairan air tawar Asia Tenggara, namun belakangan mereka menyebar ke seluruh wilayah beriklim hangat sebagai binatang introduksi (Mashudi, 2001)
17.3. Seksualitas Ikan Gabus (Channa striata)
Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada ikan, yang dikatakan ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi heteroseksual, bila populai tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Namun, penentuan seksualitas ikan di suatu perairan harus berhati-hati karena secara keseluruhan terdapat bermacam-macam seksualitas ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri, protogini, hingga gonokorisme yang berdiferensiasi maupun yang tidak (wahyuningsih, 2006).
Sifat seksulitas pada ikan terbagi dua yaitu sifat seksual primer pada ikan tandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan dan Sifat Seksualitas Sekunder biasanya tanda seksualitas skunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja. Apa bila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya di hilangkan), bagian yang menjadi tanda sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu perubahan. Sebaliknya tanda bulat hitam pada ikan amia betina akan muncul pada bagian ekornya seperti pada ikan amia jantan apabila ovariumnya dihilangkan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari hormon yang dikeluarkan mempunya peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan amia menunjukkan bahwa hormon yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam (wahyuningsih, 2007).
Pada sebagian besar ikan, betina dan jantan merupakan individu terpisah. Akan tetapi, pada beberapa famili, seperti Sparidae dan Serrinadae, jantan dan betinanya bisa terdapat pada satu invidu sehinga mereka dapat melakukan pembuahan sendiri. Fenomena ini dikenal sebagai hermaphroditic. Pada hermaphroditic, telur dan sperma sama-sama dihasilkan baik pada waktu sama, maupun berbeda, selanjutnya mereka kawin dengan jenis hermaprodit lainnya. Pembuahan sendiri secara eksternal bisa terjadi pada ikan hermaphrodit yang akan mengeluarkan telur dan sperma secara simultan. Pada jenis hermaphrodit yang lain pembuahan internal sendiri juga dapat berlangsung (Satrimandala, 2013).
17.4. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Gabus (Channa striata)
Kematangan ikan terjadi pada saat ikan akan memasuki saat pemijahan. Pada saat pemijahan gonad akan mengalami pertambahan berat hingga mencapai berat maksimum dan kemudian akan mengalami penurunan berat setelah mengalami pemijahan. Selama proses reproduksi berlangsung energi yang dihasilkan digunakan untuk perkembangan gonadnya.
Menurut Effendie (2002), Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad ikan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara histology dan secara morfologi
secara histologi
pengamatan dilakukan di laboratorium dari cara ini dapat diketahui anatomi perkembangan gonad lebeih jelas dan mendetail,
secara morfologi
perkembangan dilakukan didalam laboratorium dan dapat pula dilakukan dilapangan. Dasar yang dipakai untuk cara ini adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perembangan nutrisi gonad yang dapat dilihat.
Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran, panjang dan berat, warna dan perkembangan nutrisi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dibandingkan dengan perkembangan gonad ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat didalam testes (Effendie, 2002).
17.5 Indeks Kematangan Gonad Ikan Gabus (Channa striata)
Ikan merupakan salah satu organisme yang hidup di air, dimana setiap individu mempunyai ciri yang berbeda satu sama lain terutama dalam menentukan jenis kelamin setiap individu. Untuk mengetahui ciri yang menentukan jenis kelamin ikan diperlukan pengamatan terhadap organ reproduksinya. Pengenalan mengenai seksualitas dalam budidaya erat kaitannya karena, hal ini akan mengetahui bagaimana memperoleh bibit atau induk-iduk yang unggul. Aplikasi dari mengetahui seksualitas pada ikan ialah bagaimana kita menemukan induk-induk unggul yang menghasilkan bibit-bibit anak ikan yang unggul pula baik untuk budidaya maupun dalam koleksi populasi ikan jenis tersebut dalam suatu ekologi ekosistem (Sugiwnyo, 2005).
Untuk membedakan suatu individu ikan baik ikan jantan maupun ikan betina kita dapat memperhatikan ciri- ciri seksual yang dimilikinya yaitu ciri seksual primer atau sekunder. Pengamatan terhadap ciri seksual primer dapat dilakukan dengan cara membelah tubuh ikan dibagian perut dapat dilakukan dengan cara membelah tubuh ikan dibagian perut dan kemudian memperhatikan gonat yang dimilikinya, gonad tersebut adalah tetes atau ovari. Untuk membedakan tetes atau ovari adalah dengan memperhatikan warna gonad, bentuk permukaan gonad dan diameter gonad, sedangkan cara kedua adalah memperhatikan ciri seksual sekunder yakni penentuan jenis kelamin dilakukan dengan cara memperhatikan bentuk tubuh dan organ pelengkapnya (Evy, 2001)
17.6. Fekunditas Ikan Gabus (Channa striata)
Fekunditas adalah jumlah telur yang sudah masuk kedalam ovarium yang sebelum dikeluarkan pada waktu akan memijah. Ada beberapa macam fekunditas yaitu fekunditas individu, fekunditas relative, fekunditas matual dan fekunditas total (Cahyono, 2001).
Fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Telur yang besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan pada tahun berikutnya. Tetapi sering terjadi kalau kondisi baik, telur yang kecil pun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar. Sehubungan dengan ini maka dianjurkan untuk menentukan fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam tahap kematangan yang ke IV dan yang paling baik sesaat sebelum terjadi pemijahan (Utiah, 2006).
Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahan beberapa kali dalam satu tahun karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi mementukan telur yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang. (Alam Ikan 20) menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan ikan (Cahyono, 2001).
Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas ini pun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan. Untuk ikan-ikan tropik dan sub-tropik, definisi fekunditas yang paling cocok mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya. Parameter ini relevan dalam studi populasi dan dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama kalinya dapat diketahui dan juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan pula dalam pengelolaan perikanan yang baik (Cahyono, 2001).
17.7. Feeding Habits Ikan Gabus (Channa striata)
Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam perairan keruh dalam dalam mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak (Amri, 2003).
Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan terdapat apa yang dinamakan feeding periodicity masa ikan aktif mengambil makanan selama 24 jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang satu atau dua kali. Lamanya ada yang satu atau dua jam, bahkan ada yang terus menerus. Pada ikan buas memakan mangsa ukuran besar interval pengambilan makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan nocturnal aktif pada malam hari dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan untuk ikan diurnal pada siang hari. Feeding periodicity ini berhubungan suplai makanan juga dengan musim (Effendie,2002).
Menurut Bahar (2006), Pertumbuhan pada ikan bersifat Autocatalityc, yaitu pertumbuhan yang berjalan lambat pada bagian permulaan kemudian disusul dengan pertumbuhan yang cepat dan diakhiri dengan lambatnya pertumbuhan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan digolongkan jadi dua bagian yaitu
Faktor dalam, merupakan faktor yang sukar dikontrol, diantaranya ialah keturunan, seks, umur, parasit dan penyakit. Dalam suatu kultur, faktor keturunan dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk mencari ikan yang baik pertumbuhannya. Faktor seks tidak dapat dikontrol, umur berperan dalam pertumbuhan. Pertumbuhan cepat terjadi pada ikan ketika berumur pada umur tiga sampai lima tahun. Ikan tua pada umumnya kekurangan makanan berlebih untuk pertumbuhan karena sebagian besar makanannya digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan. Penyakit dan parasit juga mempengaruhi pertumbuhan terutama jika yang diserang alat pencernaan makanan sehingga efesiensi berkurang karena kekurangan makanan yang berguna untuk pertumbuhan
Faktor luar, yang utama dalam pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan. Di daerah yang bermusim empat jika suhu perairan turun dibawah 10o C ikan peraran panas akan berhenti mengambil makanan, atau mengambil makanan hanya sedikit sedikit sekali untuk keperluan mempertahankan kondisi tubuh. Pada kondisi suhu optimum apabila ikan itu tidak mendapat makanan tidak pula dapat tumbuh.
17.8. Diameter Telur Ikan Gabus (Channa striata)
Ukuran ikan tambakan bisa dilihat dari mulutnya yang membuka dan menutup tersebut. Semakin besar mulutnya maka semakin besar juga ikannya. Umpan yg digunakan biasanya cacing tanah berdiameter 1 hingga 3 mm dan panjang ±10 - 15 cm. Bisa juga dgn telur semut rangrang (karangga) dan bisa juga dgn lumut yang berwarna hijau. Untuk memancing ikan ini keluar dari persembunyiannya biasanya kita cukup menaburkan minyak yg sudah tengik minyak kulanjar, bahasa Banjar ke permukaan air. setelah ditabur, tunggu beberapa saat, mereka akan muncul ke permukaan (Desrino, 2009).
Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Semakin meningkat tingkat kematangan gonad garis tengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar. Masa pemijahan setiap spesies ikan berbeda-beda, ada pemijahan yang berlangsung singkat (total leptolepisawner), tetapi banyak pula pemijahan dalam waktu yang panjang (partial leptolepisawner) ada pada ikan yang berlangsung beberapa hari. Semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar pula (Desrino, 2009).
Ovari pada ikan terdapat di dalam tubuh ikan. Bentuknya juga bergantung pada rongga tubuh yang tersedia. Tetapi pada umumnya mempunyai bentuk tubuh yang memanjang. Jumlahnya sepasang dan menggantung pada mesentris atau mesovaria. Posisinya persis di bawah tulang punggung dan ginjal serta disamping gelembung udara. Warnanya bervariasi mulai daritransparan sampai kuning emas atau abu-abu (Pulungan, 2005).
Perbedaan ukuran diameter telur diperoleh disebabkan oleh pemberian vitamin E ke pakan yang diberikan kepada induk yang mengandung baik protein, lemak maupun unsur mikro nutrient, induk ikan sepat siam yang diberi pakan yang mengandung vitamin E menghasilkan ukuran diameter telur yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Salah satu fungsi dari vitamin E adalah sebagai antioksidant yang dapat mencegah terjadinya oksidasi lemak pada telur terutama pada asam lemak tak jenuh sehingga menghasilkan diameter telur yang besar (Pulungan, 2005).
BAB 18
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
18.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Universitas Sriwijaya. Praktikum Biologi Perikanan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2015 pukul 14.30 WIB.
18.2. Bahan dan Metoda
Alat, bahan dan metoda yang digunakan pada praktikum Biologi Perikanan adalah sebagai berikut.
18.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini disajikan pada Tabel 18.1. sebagai berikut.
Tabel 18.1 Alat Praktikum
No
Nama alat
Kegunaan
1
Cawan petri
Sebagai wadah gonad yang akan dihitung
2
Ember
Sebagai wadah ikan yang akan digunakan saat praktikum
3
Kaca preparat
Sebagai tempat untuk meletakan gonad untuk diamati pada mikroskop
4
Mikroskop
Digunakan untuk melihat gonad agar terlihat lebih jelas dan besar
5
Penggaris
Untuk mengukur panjang ikan (standar dan utuh), tinggi ikan dan lebar mulut ikan
6
Pinset
Untuk mengambil gonad yang akan diletakkan dikaca preparat
7
Pipet tetes
Untuk mengambil air yang digunakan untuk memotong gonad menjadi 4 bagian
8
Steroform
Sebagai tempat untuk ikan yang akan di bedah
9
Timbangan analitik
Untuk menimbang berat ikan serta berat gonad ikan
18.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini disajikan pada Tabel 18.2. sebagai berikut.
Tabel 18.2. Bahan Praktikum
No
Bahan
Kegunaan
1
Ikan gabus (Chana striata)
Sebagai bahan atau tempat gonad yang akan didapat
2
Air
Untuk memisahkan gonad pada cawan petri
18.2.3. Metoda
Adapun metoda yang dilaksanakan pada praktikum biologi perikanan ini adalah sebagai berikut.
18.2.3.1 Analisa Morfometri
Cara kerja dari analisa morfometri yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Identifikasi masing-masing jenis ikan sampel.
Ukur berat ikan, panjang total, panjang standar, lebar mulut dan tinggi badan
ikan.
Catat hasil pengamatan dalam lembar kerja.
18.2.3.2. Membedakan Jenis Kelamin Jantan dan Betina (Seksualitas Ikan)
Cara kerja dalam membedakan jenis jantan dan betina ikan sepat siam ini adalah sebagai berikut:
Jika seksualitas telah diketahui pasti atau terlihat dari luar:
Amati perbedaan ikan jantan dan betina berdasarkan parameter-parameter berikut ini:
Bentuk tubuh
Ekor
Sirip dada
Sirip punggung
Sirip perut
Warna tubuh
Bentuk kepala
Tulis data pengamatan dalam lembar kerja
Jika seksualitasnya belum diketahui, maka dilakukan analisa melalui jaringan gonad:
Bedah ikan
Diambil gonadnya
Lalu diletakkan di atas gelas objek
Cincang dengan scalpel sampai halus
Ditetesi dengan larutan acetocarmin (1 tetes)
Lalu tutup dengan coverglass
Amati di bawah mikroskop
Tulis hasil di lembar kerja
18.2.3.3. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Ikan yang sudah diperoleh nilai IKG-nya disiapkan untuk diamamti, baik dengan mata biasa maupun dengan kaca pembesar.
Pengamatan terhadap gonad ikan meliputi
Ukuran ikan jantan:
Bentuk testes
Besar kecilnya testes
Warna testes
Pengisian testes dalam rongga tubuh
Keluar tidaknya testes dalam tubuh ikan (dalam keadaan segar)
Ukuran ikan betina:
Bentuk ovarium
Besar kecilnya ovarium
Pengisian ovarium dalam rongga perut
Warna ovarium
Warna telur
Menentukan klasifikasi kematangan gonad dengan melihat kunci kematangan gonad menurut Kesteven dan Nikolsky.
18.2.3.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Membersihkan tubuh ikan dari segala kotoran dan keringat dengan kertas tissu
Menimbang berat ikan beserta gonadnya (Bt)
Membedah ikan pada bagian perutnya dan kelurkan gonad dengan hati-hati, jangan sampai pecah
Keringkan gonad dengan kertas tissu dan ditimbang (Bg)
Menentukan IKG dengan persamaan sebagai berikut
IKG = Bg × 100 %
Bt
Keterangan :
IKG : Indeks kematangan gonad
Bt : Berat gonad
Bg : Berat gonad
18.2.3.5. Fekunditas
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Gonad yang telah diambil dari tubuh ikan yang telah dibersihkan, ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan digital
Gonad diambil, kemudian gonad dipotong menjadi empat bagian dan diambil sebagian gonad pada bagian pangkal, tengah dan ujung gonad untuk pengamatan selanjutnya, sehingga diharapkan seluruh bentuk dan ukuran telur terwakili
Sebagian telur yang telah diambil tersebut ditimbang beratnya
Setelah ditimbang, gonad diencerkan dengan air sebanyak 100 cc dan diaduk hingga homogen, dimana tidak ada lagi telur dari ikan sampel
Setelah homogen, telur dihitung dari ikan sampel
Fekunditas ikan dianalisis menggunakan metode gravimetric.
F = G × N
Q
Keterangan :
F : Fekunditas
G : Berat gonad
Q : Berat gonad sampel
N : Jumlah telur pada gonad sampel (butir)
Penentuan Kebiasaan Makan
Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Ikan dibedah
Ambil usus jangan sampai pecah atau putus. Jika ikan mempunyai lambung, gunakan dari bagian perutnya
Ambil usus atau lambung dengan hati-hati kemudian keluarkan isinya dengan membedahnya. Usus atau lambung tersebut diukur volumenya tanpa isi
Memisahkan jenis usus yang berukuran besar ataupun kecil, identifikasi jenisnya dan diukur volumenya
Aduk hingga homogen dan ambil dengan pipet, dituangkan ke kaca objek dan diamati dibawah mikroskop
Memilih organisme sejenis ke dalam tumpukan-tumpukan (fitoplankton, zooplankton, tumbuhan, hewan, detritus, ikan, serangga dan lain-lain)
Tumpukan-tumpukan tersebut dinyatakan dalam persen (%)
Penghitungan Diameter Telur
Cara kerja yang dilakukanpada praktikumini adalah sebagai berikut:
Telur diambil (± 50 butir) dari tiga bagian : posterior, median, dan anterior dari gonad
Dimasukkan dalam petridisk
Ditambahkan akuadest sampai telur terendam
Memisahkan telur secara manual dengan bantuan spatula
Mengamati dibawah mikroskop okuler dan sudah ditera dengan micrometer objektif terlebih dahu
BAB 19
HASIL DAN PEMBAHASAN
19.1. Hasil
Analisa Morfometri
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel 19.1. sebagai
berikut:
Tabel 19.1. Analisa morfometri pada ikan gabus Channa striata
No.
Berat (gr)
Panjang Total (cm)
Panjang Standar (cm)
Lebar Mulut (cm)
Tinggi Badan (cm)
1.
16
11
8
1
9
2.
-
-
-
-
-
Membedakan Ikan Jantan dan Ikan Betina
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel 19.2 sebagai berikut:
Ciri ikan jantan dan ikan betina gabus (Channa striata)
Tabel 19.2. Jika seksualitas atau kelaminnya sudah diketahui
Ciri-ciri Morfologi
Jantan
Betina
Bentuk tubuh
Pipih memanjang
Pipi memanjang
Ekor
berbentuk baji
Berbentuk baji
Sirip dada
lebar
Pendek
Sirip punggung
Panjang
Panjang
Sirip perut
Panjang
Panjang
Warna
Hitam Gelap
Hitam terang
Bentuk kepala
Terminal dengan mulut meruncing
Terminal dengan mulut meruncing
Sisik
Sikoid, licin dan kasar
Sikloid, licin dan halus
Ciri khusus
Tidak memiliki gonad
Memiliki gonad
Indeks Kematangan Gonad
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel 19.3. sebagai berikut:
Tabel 19.3. Indeks kematangan gonad ikan gabus (Channa striata)
No
Berat Gonad (g)
Berat tubuh (g)
Indeks Kematangan Gonad (IKG)
1.
30
230
13%
2.
27
260
10,4%
Tingkat Kematangan Gonad
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel 19.4. sebagai berikut:
Tabel 19.4. Tingkat kematangan gonad ikan gabus (Channa striata)
No.
Jenis Kelamin
TKG
Warna
Bentuk
Kesteven
Nikolsky
1.
Betina
Perkembangan I
Pemasakan
Kuning perak
Bulat telur
2.
Jantan
Perkembangan II
Masak
Putih memerah
Memanjang
Fekunditas
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel 19.5. sebagai berikut:
Tabel 19.5. Fekunditas pada Ikan tambakan (Helostoma temmincki)
Sampel ikan ke-
Nilai fekunditas
1
± 2800 butir
Kebiasaan Makan
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel 19.6. sebagai berikut:
Tabel 19.6. Pola kebiasaan makan pada ikan gabus (Channa striata)
No.
Jenis Pakan
Keterangan pakan
Jumlah
1.
Hebivora
Tumbuhan
5% dari berat tubuh
2.
Herbivora
Tumbuhan
5% dari berat tubuh
Diameter Telur
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel 19.7. sebagai berikut:
Tabel 19.7. Pengukuran diameter telur pada gabus (Channa striata)
No.
Ikan ke-
Diameter Telur
1
1
0,5
2.
-
-
9.2. Pembahasan
Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki cita rasa yang lezat dan kandungan protein yang tinggi sehingga banyak disukai oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, ikan ini juga dijadikan ikan hias karena bentuk dn gerakannya yang cukup menarik. Karena mempunyai nilai ekonomis sebagai ikan konsumsi dan ikan hias, sehingga diharapkan nantinya ikan ini bisa menjadi ikan yang menjanjikan keuntungan bagi pembudidayanya.
Ikan gabus adalah jenis ikan herbivora, makanan utama ikan ini adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kecil seperti plankton dan alga yang hidup menempel pada akar tumbuhan air dan substrat. Ikan tambakan juga menyukai jenis makanan seperti cacing Tubifex dan cacing tanah yang berukuran kecil.
Pada praktikum kali ini ikan yang digunakan adalah ikan gabus dengan berat 16 gram, panjang 8cm, lebar mulut 1cm, dan tinggi ikan tambakan yaitu 7cm masing- masing morfometri antara ikan yang satu dengan yang lainnya memiliki suatu perbedaan di antar ikan yang lainnya. Pada praktikum ini kita akan dapat membedakan antara ikan gabus jantan dengan ikan gabus betina dari berbagai ciri-cirinya. Misalnya dari segi bentuk tubuh, ikan gabus jantan akan bentuk tubuhnya akan lebih kelihatan ramping jika dibandingkan dengan ikan gabus betina. Dari segi warna, ikan gabus jantan berwarna terang atau cerah sementara ikan gabus betina warnanya lebih gelap.
Untuk mengetahui makanan dari ikan gabus dapat dilihat dari usus ikan bgabus tersebut kita dapat meneliti makanan yang dimakan oleh ikan tersebut. Ikan gabus yang kita bedah dan teliti dengan menggunakan pisau, kita ambil gonad ikan tersebut lalu kita amati. Gonad ikan betina yang telah matang akan kelihatan berwarna kuning, sementara gonad yang belum matang akan kelihatan berwarna merah, dan pada ikan betok jantan sperma akan kelihatan berwarna putih susu. Masing-masing gonad ikan tersebut kita timbang untuk mengetahui berat dari gonad yang dihasilkan oleh ikan gabus.
Untuk menentukan Indeks Kematangan Gonad ikan dapat kita lakukan dengan cara berat gonad ikan dibagi dengan berat tubuh ikan lalu dikali dengan 100%. Gonad yang telah kita timbang, lalu kita ambil sampel sebanyak beberapa gram, gonad tersebut kita letakkan di dalam cawan petri lalu kita encerkan dengan air, Kemudian telur tersebut kita hitung, indeks kematangan gonad yang kami dapat yaitu pada ikan sebesar 8%. Untuk menentukan Fekunditas ikan dapat dihitung dengan cara berat gonad dibagi berat gonad sampel dikalikan dengan jumlah telur. Dalam praktikum ini Fekunditas yang kami dapatkan yaitu 2800.
Setelah mendapatkan nilai fekunditas ikan maka kita akan menentukan diameter dari ikan. Untuk menentukan diameter ikan kita akan mengambil sampel telur ikan, sampel tersebut kita amati dengan menggunakan mikroskop. Untuk menentukan diameter telur dapat dihitung dengan jumlah seluruh diameter telur dibagi dengan jumlah sampel telur, maka diameter telur yang kami dapatkan pada ikan pertama yaitu 13-40, sementara pada ikan kedua adalah 13-35.
BAB 20
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan praktikum biologi perikanan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Biologi perikanan mempelajari daur hidup ikan, mulai dari lahir sampai mati.
Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total dan panjang baku.
Ikan gabus disebut juga snake head karena kepalanya lebar dan bersisik besar seperti ular, mulutnya bersudut tajam, sirip dorsal dan sirip anal panjang serta tingginya hampir sama.
Fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula.
indeks kematangan gonad ikan adalah nilai persen sebagai perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan
20.2. Saran
Saran dari praktikum kali ini adalah sebelum melakukan praktikum sebaiknya alat yang akan digunakan dipersiapkan dengan benar agar pada saat praktikum bisa berjalan lanjar.
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, M. Rismunandar. 2005. Perikanan Darat. Sinar Baru, Bandung.
Amri, Khairul. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Ardiwinata, R.O. 2006. Pemeliharaan Tambakan. Vorkink-van Hoeve, Bandung.
Asyari. 2006. Karakteristik Habitat dan Jenis Ikan Pada Beberapa Suaka Perikanan di Daerah Aliran Sungai Barito-Kalimantan Selatan. jumal ilmu-ilmu perairan dan perikanan Indonesia. jilid 13, no. 2. diterbitkan oleh Departemen Manajemen Sumber Oaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan. IPB. Halaman : 155 -163.
Bahar. 2006. Biologi Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Cahyono, Bambang. 2001. Budidaya Ikan Air Tawar. Kanisius, Yogyakarta.
Effendi. 2009. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta, Bogor.
Effendie. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantama, Yogyakarta.
Efriyeldi dan C. P. Pulungan., 2005. Hubungan Panjang Beratdan Fekunditas ikan Tambakan (Helostomatemminvki) dari Perairan Sekitar Taratak Buluh. Pusat Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru.
Fujaya, Yushinta. 2007. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta, Bogor.
Hidayat, R. 2008. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Tambakan dengan Kombinasi Pakan Yang Berbeda. Skripsi. Universitas Riau.
Husna. 2006. Pertumbuhan Ikan Betok dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Skripsi. Universitas Riau. Kelautan dan Perikanan. Unversitas Hasanuddin, Makassar.
Khairul.2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Murtidjo. Agus Bambang.2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius, Jakarta.
Muslim. 2006. Perikanan Rawa lebak Lebung. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
Nurdawati, S dan Asyari., A D. Utomo, 2005. Inventarisasi dan Biologi Reproduksi Beberapa Jenis Ikan Pada Berbagai Tipe Suaka Perikanan di Sungai Lempuing Kabupaten OKI, Sumsel. Jurnal IImu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Voi. IX, No.2. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan. IPB. Bogor.
Prianto E, Husna, Nurdawati S, Asyari. 2006. Kebiasaan Makan Ikan Tambakan (Helostoma teminckii) di Danau Sababila DAS Barito Kalimantan Tengah .Jurnal Iktiologi Indonesia.14(2): 161-166.
Pulungan. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Laboratorium Biologi Perikanan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. Universitas Riau, PekanBaru.
Sumantadinata, Komar. 2005. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan Di Indonesia..Sastra Hudaya. Bogor.
Supriani. 2004. Tipe pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan larva ikan tambakan (Helostoma temmincki) dalam upaya peningkatan SR (survival rate) di akuarium. Laporan Hasil Kegiatan Perekayasaan. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Lokal Budidaya Air Tawar Mandiangin . Kalimantan Selatan.
Suwigyo. 2005. Kebiasaan makan ikan. Gramedia, Jakarta.
Tim Biologi perikanan. 2007. Petunjuk Praktikum Biologi Perikanan. Program Studi Budidaya Perairan dan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
Yanhar. 2002. Pengaruh dosis HCG yang berbeda terhadap ovulasi dan penetasan telur ikan tambakan (Helostoma temmincki). Skripsi. Universitas Riau.
Yudha et. al,. 2009. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari.
Yuningsih, Y. S., 2002. Perkembangan larva ikan tambakan (Helostoma temmincki). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yurisman. 2009. The influence of injection ovaprim by different dosage to ovulation and hatching of tambakan (Helostomatemmincki). Berkala Perikanan Terubuk.37(1) : 68-85.
.
LAMPIRAN
84
Universitas Sriwijaya84