ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN MAS
DI KECAMATAN PAGELARAN,
KABUPATEN TANGGAMUS,
PROVINSI LAMPUNG
FAJARWULAN SETIORINI
SKRIPSI
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN – KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN MAS
DI KABUPATEN TANGGAMUS,
KECAMATAN PAGELARAN,
PROVINSI LAMPUNG
SKRIPSI
Sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FAJARWULAN SETIORINI
C44104068
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN - KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN IKAN MS DI KECAMATAN
PAGELARAN, KABUPATEN TANGGAMUS, PROVINSI LAMPUNG
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir Skripsi ini.
Bogor,
Juli 2008
Fajarwulan Setiorini
C44104068
ABSTRAK
FAJARWULAN SETIORINI. Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di
Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.
Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan NARNI FARMAYANTI
Pemasaran menjadi permasalahan utama yang dialami oleh pembudidaya
Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya harga jual
Ikan Mas yang diperoleh pembudidaya. Perbedaan harga jual pembudidaya
dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat menggambarkan seberapa
efisien saluran pemasaran yang ditempuh oleh pembudidaya. Semakin besar
selisih antara harga jual pembudidaya dengan harga yang dibayarkan konsumen
akhir menjadi indikasi akan semakin tidak efisiennya saluran pemasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat saluran Ikan Mas di
Kecamatan Pagelaran. Saluran 1 terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul,
pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer luar kecamatan dan
rumah makan. Saluran 2 terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul,
pedagang pengecer. Saluran 3 pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang
pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer luar kecamatan. Saluran 4 terdiri
dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul lua kecamatan,
pemancingan.
Farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya (total) pada saluran 1
sebesar 34,36% dan 44,06%, pada saluran 2 sebesar 89,66% dan 120,40%, saluran
3 sebesar 72,22% dan 59,91%, saluran 4 sebesar 65% dan 107,89%. Dari keempat
saluran pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, berdasarkan farmer’s share
dan rasio keuntungan dan biaya (total) saluran yang paling efisien adalah saluran
2 yang melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.
Pada saluran 2, farmer’s share yang diterima lebih besar dibandingkan saluran
yang lainnya karena melibatkan sedikit pedagang perantara sehingga
memungkinkan Ikan Mas lebih cepat sampai ke tangan konsumen dan margin
yang terbentuk diantara pedagang perantara tidak terlalu besar.
Kata Kunci : Ikan Mas, Efisiensi Pemasaran
SKRIPSI
Judul penelitian
: Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan
Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung
Nama Mahasiswa
: Fajarwulan Setiorini
Nomor Pokok
: C44104068
Program Studi
: Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Narni Farmayanti.M.Sc.
NIP. 131918658
Ir.Wawan Oktariza,M.Si.
NIP. 1319653528
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan
Prof. Dr. Indra Jaya, M.Sc
NIP. 131578799
Tanggal lulus :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada akhir
Maret 2008 sampai akhir April 2008 dengan judul ”Analisis Efisiensi Pemasaran
Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir.Wawan
Oktariza,M.Si. dan Ir. Narni Farmayanti.M.Sc., selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberi bimbingan dan arahan hingga penyelesaian skripsi; segenap pihak
dan seluruh responden yang telah memberi data dan informasi yang diperlukan
dalam penelitian; serta keluarga dan teman-teman yang telah memberi dorongan
dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga
bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor,
Juli
2008
Fajarwulan
Setiorini
2
© Hak cipta milik Fajarwulan Setiorini, Tahun 2008
Hak Cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro, Lampung pada tanggal 27 Agustus 1986
dari ayah H. M.Yunus dan Hj. Sulastri. Penulis merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui adalah SMUN 1 Metro, lulus tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi
Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial
Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Institut Pertanian
Bogor penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa, diantaranya :
3
1. 2006-2007 staf Kewirausahaan HIMASEPA (Himpunan Mahasiswa Sosial
Ekonomi Perikanan).
2. 2005-2006 Koordinator Economic Resources Development (ERD)
KOPEL (Kelompok Pelaut).
3. 2007-2008 staf Creative Inovatif For Allah (CIA) FKM-C (Forum
Keluarga Muslim Perikanan).
4. 2007-2008 staf PPSDM BEM-C tahun 2007.
5. 2007-2008 Bendahara HIMASEPA
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ...... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ...... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ...... xiv
I. PENDAHULUAN .................................................................................... ...... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... ......
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ ......
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ ......
1.4. Kegunaan Penelitian............................................................................ ......
1
5
6
7
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... ...... 8
2.1. Komoditas Ikan Mas ........................................................................... ......
2.2. Pendapatan Usaha ............................................................................... ......
2.3. Rasio Penerimaan terhadap Biaya....................................................... ......
2.4. Analisis Pemasaran ............................................................................. ......
2.4.1. Saluran Pemasaran ................................................................... ......
2.4.2. Fungsi-fungsi Pemasaran .......................................................... .....
2.4.3. Struktur Pasar ........................................................................... ......
2.4.4. Perilaku Pasar ........................................................................... ......
2.5. Efisiensi Pemasaran ............................................................................ .....
2.5.1. Marjin Pemasaran...................................................................... ......
2.5.2. Farmer’s Share .......................................................................... ......
2.5.3. Rasio Keuntungan dan Biaya .................................................... ......
2.6. Hasil Penelitian Terdahulu.................................................................. ......
8
9
10
11
12
15
16
19
19
19
20
21
21
III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................ ...... 23
IV. METODOLOGI.................................................................................... ...... 25
4
4.1. Metode Penelitian ............................................................................... ...... 25
4.2. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ ..... 25
4.3. Metode Pengambilan Contoh.............................................................. ..... 27
4.4. Metode Analisis Data.......................................................................... ..... 28
4.4.1. Analisis Pendapatan Usaha ....................................................... ...... 28
4.4.2. Analisis Penerimaan Terhadap Biaya ....................................... ...... 29
4.4.3. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran ............................... ...... 29
4.4.4. Analisis Struktur Pasar.............................................................. ...... 29
4.4.5. Analisis Perilaku Pasar.............................................................. ..... 30
4.5. Analisis Marjin Pemasaran ................................................................. ...... 30
4.6. Analisis Farmer’s Share .................................................................... ...... 31
4.7. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya................................................ ...... 31
4.8. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. ...... 31
Halaman
4.9. Batasan dan Pengukuran ..................................................................... ...... 32
V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................... ...... 33
5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ....................................................... ......
5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah .............................................................. ......
5.2. Sosial Kependudukan.......................................................................... ......
5.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin........... ......
5.2.2. Mata Pencarian.......................................................................... ......
5.3. Gambaran Umum Usaha Budidaya Ikan Mas..................................... ......
5.3.1. Kondisi Kelompok Budidaya Ikan Mas.................................... ......
5.3.2. Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas ..................................... ......
5.3.2.1. Persiapan Kolam ............................................................ ......
5.3.2.2. Pengangkutan dan Penebaran Benih .............................. ......
5.3.2.3. Pemeliharaan /Pembesaran ............................................ ......
5.3.2.4. Pemanenan dan Pengangkutan....................................... ......
33
33
34
34
35
36
36
37
37
38
38
39
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. ...... 41
6.1. Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Mas .............................. ......
6.2. Karakteristik Pedagang Perantara ....................................................... ......
6.3. Karakteristik Pemilik Rumah Makan.................................................. ......
6.4. Analisis Usaha Pembudidaya Ikan Mas.............................................. ......
6.4.1 Analisis Pendapatan Usaha ........................................................ ......
6.4.2. Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C) ............................ ......
6.5. Lembaga dan Saluran Pemasaran........................................................ ......
6.5.1. Lembaga Pemasaran Ikan Mas.................................................. ......
6.5.2. Saluran Pemasaran Ikan Mas .................................................... ......
6.6. Fungsi-fungsi Pemasaran .................................................................... ......
6.6.1. Fungsi Pemasaran Pembudidaya Ikan Mas............................... ......
6.6.2. Fungsi Pemasaran Pedagang Pengumpul.................................. ......
6.6.3. Fungsi Pemasaran Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan ...... ......
6.6.4. Fungsi Pemasaran Pedagang Pengecer ..................................... ......
6.6.5. Fungsi Pemasaran Pemilik Kolam Pemancingan...................... ......
6.6.6. Fungsi Pemasaran Pemilik Rumah Makan ............................... ......
41
42
43
43
43
45
45
45
46
47
47
48
49
51
52
53
5
6.7. Analisis Struktur Pasar........................................................................ ...... 54
6.7.1. Jumlah Lembaga Pemasaran ..................................................... ...... 54
6.7.2. Sifat Produk............................................................................... ...... 55
6.7.3. Kemudahan Keluar Masuk Pasar .............................................. ...... 56
6.7.4. Informasi Pasar ......................................................................... ...... 57
6.8. Perilaku Pasar...................................................................................... ...... 59
6.8.1. Praktek Pembelian dan Penjualan ............................................. ...... 59
6.8.2. Praktek Penentuan Harga .......................................................... ...... 60
6.8.3. Praktek Pembayaran Harga ....................................................... ...... 60
6.8.4. Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran ..................................... ...... 61
6.9. Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Ikan Mas........................... ...... 61
6.9.1. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan
Farmer’s Share Saluran 1 ........................................................ ...... 61
Halaman
6.9.2. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan
Farmer’s Share Saluran 2 ........................................................ ...... 64
6.9.3. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan
Farmer’s Share Saluran 3 ........................................................ ...... 65
6.9.4. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan
Farmer’s Share Saluran 4 ........................................................ ...... 67
VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. ...... 73
7.1. Kesimpulan ......................................................................................... ...... 73
7.2. Saran.................................................................................................... ...... 74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. ...... 75
LAMPIRAN................................................................................................. ...... 77
6
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Data Produksi Berdasarkan Jenis Ikan Tahun 2004-2006 di
Provinsi Lampung ..................................................................................... .. .....2
2. Produksi Perikanan Air Tawar dan Kabupaten Tahun 2006..................... .. .....3
3. Produksi Kolam Menurut Jenis Ikan dan Kecamatan Tahun 2007........... .. .....4
4. Karakteristik (Ciri) Struktur Pasar Berdasarkan Sudut Penjual dan
Pembeli......................................................................................................... ....18
5. Jumlah Responden Penelitian ................................................................... .. ....28
6. Pola Penggunaan Lahan Kecamatan Pagelaran ........................................ .. ....34
7. Jumlah Penduduk Kecamatan Pagelaran Menurut
Kelompok Umur (Tahun).......................................................................... .......34
8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
Tahun 2007 .......................................................................................................35
9. Jumlah Penduduk Kecamatan Pagelaran Berdasarkan
Mata Pencaharian ...................................................................................... .......35
10. Kelompok Usaha Budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran............. .......36
11. Karakteristik Pembudidaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Mata
Pencaharian, Umur dan Luas Kolam ...................................................... .......41
12.Umur, Jumlah Tanggungan dan Tingkat Pendidikan Pedagang Perantara
Tahun 2008 .............................................................................................. .......43
13. Total Penerimaan, Biaya, Keuntungan dan Keuntungan per Musim
Tanam Budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran .....................................44
14. Rentang Biaya dan Keuntungan Pembudidaya ..............................................44
7
15. Rentang Rasio Keuntungan dan Biaya Pembudidaya.....................................45
16. Keadaan Produk pada Tiap Lembaga Pemasaran yang Terlibat Pada
Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran........................................ .......56
17. Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran 1 ......................... .......63
18. Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran 2 ......................... .......65
19. Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran 3 ......................... .......66
20. Distribusi Margin Ikan Mas pada Saluran Pemasaran 4 ......................... .......68
21. Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran pada Tiap Lembaga Pemasaran.....69
22. Farmer’s share, Rasio Keuntungan dan Biaya, dan Marjin Pemasaran
Tiap Saluran ....................................................................................................71
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan Mas.................................................................................................... .........8
2. Pola Pemasaran Hasil Perikanan Bahan Konsumsi .................................. ....... 15
3. Hubungan Antara Fungsi-Fungsi Pertama dan Turunan Terhadap
Margin Tataniaga dan Nilai Margin Tataniaga.......................................... ........20
4. Kerangka Pemikiran.................................................................................. ........24
5. Saluran Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran ............................ ........47
8
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus ............................... .......77
2. Karakteristik Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran,
Kabupaten Tanggamus............................................................................ .......78
3. Karakteristik Pedagang Pengumpul Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran,
Kabupaten Tanggamus............................................................................ .......79
4. Karakteristik Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan Ikan Mas
di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus................................... .......80
5. Karakteristik Pedagang Pengecer Ikan Mas di Kaecamatan Pagelaran,
Kabupaten Tanggamus............................................................................ .......81
6. Karakteristik Pedagang Pengecer Luar Kecamatan Ikan Mas
di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus................................... .......82
7. Karakteristik Pemilik Kolam Pemancingan di Kecamtan Pagelaran,
Kabupaten Tanggamus............................................................................ .......83
8. Karakteristik Pemilik Rumah Makan Luar Kecamatan
di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus................................... .......84
9. Analisis Pendapatan Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran,
Kabupaten Tanggamus............................................................................ .......85
10. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengumpul.... .......93
11. Rincian Biaya Pedagang Pengumpul per Kg .......................................... .......94
12. Biaya Pemasaran, dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengumpul
Luar Kecamatan ...................................................................................... .......95
13. Rincian Biaya Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan per Kg............... .......96
14. Biaya Pemasaran, dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengecer ...... .......97
9
15. Rincian Biaya Pedagang Pengecer per Kg.............................................. .......98
16. Biaya Pemasaran, dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengecer Luar
Kecamatan.......................................................................................................99
17. Rincian Biaya Pedagang Pengecer Luar Kecamatan per Kg .................. ......100
18. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Rumah Makan......................101
19. Harga Jual, Harga Beli, Biaya Pemasaran, Margin dan Keuntungan
Pemasaran Pemilik Kolam Pemancingan................................................ ......104
20. Dokumentasi Penelitian .......................................................................... ......106
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan sektor perikanan adalah suatu proses perubahan dan
pembaharuan yang berencana menuju tatanan masyarakat, khususnya masyarakat
perikanan yang lebih baik. Perikanan mempunyai peranan yang cukup penting,
terutama dikaitkan dengan upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
perikanan, menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan
pangan dan gizi, meningkatkan ekspor, menyediakan bahan baku industri,
memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta mendukung
pembangunan wilayah dan tetap memperhatikan kelestarian dan fungsi
lingkungan hidup.
Pertumbuhan sektor perikanan dan kelautan berasal dari produksi
perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Selama ini kegiatan budidaya
ikan air tawar lebih banyak dilakukan oleh petani kecil yang belum mempunyai
10
akses terhadap manajemen usaha, pasar dan permodalan. Dalam rangka
pemerataan pembangunan, kegiatan budidaya perikanan dapat dijadikan alternatif
komoditi di bidang agroindustri yang cukup berprospek bila dikembangkan.
Salah satu komoditi perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk
dikembangkan sebagai ikan budidaya adalah Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) banyak dilakukan antara lain karena
mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan yang ditempatinya dengan
kisaran 4° - 32° Celcius, tahan terhadap berbagai penyakit, dan tahan terhadap
perubahan fisik lingkungan, seperti adanya proses seleksi, penampungan,
penimbangan, atau pengangkutan. Ikan Mas juga dikenal sebagai ikan pemakan
segala (omnivora), makanannya antara lain serangga kecil, siput, cacing, ikan-ikan
kecil, sampah-sampah dapur, dan lain sebagainya. Dari sifatnya yang pantang
menolak segala macam makanan ini, maka tidak heran bila Ikan Mas ini paling
banyak dibudidayakan oleh masyarakat (Afrianto 1998).
Ikan Mas merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi dan digemari oleh masyarakat Jawa Barat. Seiring berjalannya waktu, Ikan
Mas telah memasyarakat dan hampir tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia
salah satunya adalah Provinsi Lampung.
Tabel 1. Data Produksi Perikanan Air Tawar di Provinsi Lampung
Tahun 2004-2006
No
Jenis Ikan
1
Ikan Mas
2
2004
2005
2006*
5.122
3.852
3.206,7
Tawes
237
283
233,5
3
Mujair
709
185
218,6
4
Nilem
96
121
61,0
5
Nila
2.028
1.700
1.675,5
6
Gurami
456
826
1.432,6
7
Sepat Siam
-
-
-
8
Tambakan
127
72
56,1
9
Lele
4.154
3.565
3.693,8
10
Sidat
-
-
-
11
Patin
1.065
2.473
3.221,7
12
Jelawat
-
-
-
13
Toman
-
-
-
14
Betutu
-
-
-
15
Udang Galah
2
-
-
11
16
Ikan Lainnya
-
340
166,7
17
Gabus
-
-
-
18
Baung
-
-
-
19
Betok
-
-
-
20
Bawal
-
-
-
13.996
13.417
JUMLAH
Sumber : DKP tahun 2004-2005; *: DKP Provinsi Lampung tahun 2006
13.966,2
Berdasarkan data produksi perikanan air tawar tahun 2004-2006 Propinsi
Lampung, diketahui bahwa produksi Ikan Mas mempunyai kontribusi cukup besar
terhadap produksi perikanan air tawar di Propinsi Lampung. Pada tahun 20042005, Ikan Mas menempati urutan pertama dengan jumlah produksi sebesar 5.122
ton dan 3.852 ton. Sedangkan pada tahun 2006, Ikan Mas menempati posisi ketiga
dibawah Ikan Lele dan Ikan Patin dengan jumlah produksi sebesar 3.206,7 ton.
Pada tahun 2005-2006, produksi Ikan Mas menurun karena banyak pembudidaya
yang beralih ke Ikan Gurami dan Ikan Patin, hal ini dikarenakan harga Ikan
tersebut lebih tinggi daripada harga Ikan Mas. Tetapi walaupun terjadi
peningkatan di beberapa jenis ikan, Ikan Mas tetap merupakan komoditi unggulan
dikarenakan kualitasnya yang telah diakui oleh konsumen dan pengalaman
masyarakat akan budidaya Ikan Mas yang selalu menghasilkan keuntungan.
12
Tabel 2. Produksi Perikanan Air Tawar Provinsi Lampung Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2006
Satuan : Ton
Kabupaten/Kota Jumlah
Kab. Lampung
Timur
Kab. Lampung
Tengah
Kab. Lampung
Selatan
Kota Bandar
Lampung
Kab. Lampung
Barat
Kab. Tulang
Bawang
Kab.
Tanggamus
Kab. Lampung
Utara
Kota Metro
Kab. Way
Kanan
Jumlah – Total
Mas
Tawes Nila
Nilem patin
Ikan
Gurami Tambakan lele
1.575,1
255,3
-
250,6
43,6
192,4
72,1
4.115,4
468,8
180,2
414,1
-
1.933,5
57,4
-
430,5
76,7
18,6
1,5
350,7
83,8
107,8
42,0
3.915,3
5,1
631,3
Mujair Ikan
Lainnya
72,8
51,9
1.677,5 783,4
35,3
483,8
65,2
7,1
-
957,8
196,9
-
276,7
-
14,2
9,5
-
14,5
4,0
2,0
22,4
4,2
-
23,7
44,6
17,4
12,1
36,2
10,7
12,3
20,8
89,1
1,2
16,1
-
14,0
16,0
-
17,6
-
0,9
1.915,7 -
137,1
-
-
281,2
-
1.527,7 53,6
-
72,0
51,0
-
10,0
-
3,0
-
3,0
-
2,0
3,0
922,0
897,7
314,1
359,5
3,5
359,5
-
312,0
38,4
9,0
33,8
-
597,0
125,0
-
0,5
-
13.966,2 3.206,7 233,5
1.675,5 61,0
3.221,7 1.432,6 56,1
3.693,8 218,6
166,7
Sumber : DKP Provinsi Lampung tahun 2006
3
Berdasarkan Tabel 2, daerah produksi Ikan Mas tersebar di 8 kabupaten
dan 1 kota yaitu Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Tengah,
Kabupaten Lampung Selatan, Kota Bandar lampung, Kabupaten Lampung Barat,
Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Utara,
dan Kabupaten Way Kanan. Kabupaten Tanggamus memiliki produksi Ikan Mas
terbesar dibandingkan daerah lainnya dengan jumlah 1.915,7 ton atau sekitar 59,7
% dari produksi keseluruhan Ikan Mas Provinsi Lampung.
Kabupaten Tanggamus mempunyai 28 kecamatan. Sebagian besar Ikan
Mas yang dihasilkan oleh Kabupaten Tanggamus berasal dari Kecamatan
Pagelaran. Pada tahun 2007, Kecamatan Pagelaran berkontribusi sebesar 46,25%
terhadap produksi ikan air tawar, dan 55,2% terhadap produksi Ikan Mas di
Kabupaten Tanggamus.
Tabel 3. Produksi Kolam Menurut Jenis Ikan dan Kecamatan Tahun 2007
Kecamatan
Jumlah
(Ton)
Jenis Ikan
426
Mas
140,3
Nila
48,9
Gurami
10,9
Lele
216
Mujair
9,9
Pugung
1.514,9
996,3
73,9
13,2
426,3
4,2
Pagelaran
3.071,4
2.084,9
113,7
24,7
837,3
10,8
Gading Rejo
200,6
-
14,9
7,2
175,3
32
Gisting
285,4
153
58,1
7,5
65,2
1,6
Kecamatan
Lainnya
1.143
402,2
281,5
80
301
78,3
Jumlah (ton)
6.641,3
3.776,7
591
591
2.021,1
109
Pringsewu
Sumber : DKP Kabupaten Tanggamus
Berdasarkan Tabel 3, Kecamatan Pagelaran merupakan sentra penghasil
Ikan Mas di Provinsi Lampung. Jumlah ikan air tawar yang dihasilkan Kecamatan
Pagelaran pada tahun 2007 berjumlah 3.071,4 ton. Kecamatan Pagelaran
menyumbangkan produksi Ikan Mas terbanyak dibandingkan dengan jumlah ikan
yang lainnya yaitu sebesar 2.084,9 ton atau 31,4% dari jumlah total ikan. Jumlah
ini menempati urutan pertama dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Kondisi
air yang bagus, lingkungan yang baik serta pengalaman secara turun-temurun,
4
menjadikan hampir keseluruhan masyarakat Kecamatan Pagelaran bermata
pencaharian sebagai pembudidaya ikan.
Potensi perikanan budidaya Kecamatan Pagelaran sebagai sentra produksi
Ikan Mas memerlukan informasi pasar dan identifikasi pasar untuk mengetahui ke
mana, bagaimana, kapan dan kepada siapa produk akan dipasarkan. Oleh karena
itu, diperlukan penelitian untuk mengamati efisiensi pemasaran produksi
perikanan terutama pada pemasaran Ikan Mas.
1.2 Perumusan Masalah
Kecamatan Pagelaran merupakan salah satu sentra produksi Ikan Mas
untuk Provinsi Lampung. Sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah
pembudidaya Ikan Mas. Budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pegelaran sudah
berlangsung cukup lama, tetapi dalam kurun waktu yang cukup lama tersebut
usaha budidaya Ikan Mas tidak mengalami perkembangan. Modal yang dimiliki
pembudidaya umumnya kecil dan tidak dikelola dengan manajemen yang baik.
Modal usaha dan keperluan rumah tangga dan biaya keperluan sehari-hari sering
dicampur aduk, sehingga pendapatan bersih pembudidaya Ikan Mas juga tidak
diketahui dengan jelas.
Salah satu aspek yang juga menjadi permasalahan yang dialami oleh
pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran yaitu pemasaran. Sifat dasar ikan
yang mudah rusak (perishable) serta adanya jarak antara lokasi pembudidaya dan
lokasi konsumen dapat menyebabkan berkurangnya kualitas ikan dan
menimbulkan biaya untuk memasarkan ikan. Sedangkan konsumen menginginkan
kualitas ikan yang baik dan segar. Ketersediaan informasi juga mempengaruhi
kegiatan pemasaran terutama informasi mengenai harga dan permintaan
konsumen. Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran umumnya tidak
mengetahui informasi pasar sehingga hanya berperan sebagai penerima harga.
Pedagang pengumpul yang mengetahui informasi pasar mempunyai posisi tawar
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembudidaya, sehingga pembudidaya
menerima harga yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul selama minimal
menutupi biaya produksi.
5
Posisi tawar yang kuat diantara pedagang perantara akan mempengaruhi
margin ditingkat pedagang perantara dan pembudidaya, yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada tingkat keuntungan yang diterima oleh pedagang perantara
maupun pembudidaya.. Marjin pemasaran yang diperoleh dari perbedaan harga
jual pembudidaya dan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat
menggambarkan seberapa efisienkah saluran pemasaran yang ditempuh oleh
pembudidaya. Semakin besar selisih harga jual pembudidaya dengan harga yang
dibayarkan konsumen akhir menjadi indikasi akan semakin tidak efisien saluran
pemasaran, dan semakin sedikit farmer’s share yang diterima oleh pembudidaya.
Besarnya margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan
biaya akan menentukan efisiensi pemasaran di Kecamatan Pagelaran. Sistem
pemasaran yang efisien akan menciptakan kondisi usaha yang menguntungkan
bagi pembudidaya dan pelaku-pelaku pemasaran yang terlibat, sehingga untuk
meningkatkan harga jual dan keuntungan pembudidaya diperlukan saluran
pemasaran yang paling efisien dalam menyalurkan Ikan Mas ke konsumen.
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pendapatan usaha yang diterima pembudidaya Ikan Mas di
Kecamatan Pagelaran ?
2. Bagaimana pola saluran pemasaran Ikan Mas, fungsi pemasaran serta
lembaga pemasaran yang terlibat di Kecamatan Pagelaran?
3. Bagaimana efisiensi pemasaran Ikan Mas berdasarkan marjin pemasaran,
bagian harga yang diterima produsen (farmer’s share), dan rasio
keuntungan dan biaya ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui pendapatan usaha yang diterima pembudidaya Ikan Mas.
2. Menganalisis pola saluran pemasaran Ikan Mas, fungsi pemasaran dan
lembaga pemasaran yang terlibat.
6
3. Mengetahui efisiensi pemasaran Ikan Mas berdasarkan marjin pemasaran,
bagian harga yang diterima pembudidaya (farmer’s share), dan rasio
keuntungan dan biaya.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memahami lebih mendalam
tentang teori yang telah didapat guna menganalisis permasalahan perikanan
di pembudidaya dan memberikan alternatif pemecahannya.
2. Pembudidaya dan lembaga pemasaran sebagai tambahan informasi untuk
membantu proses pengambilan keputusan dalam hal pemasaran Ikan Mas
serta demi terwujudnya kerjasama yang saling menguntungkan dan juga
sebagai bahan pertimbangan pembudidaya untuk mengetahui saluran
pemasaran yang lebih efisien.
3. Bagi Unit Pengembangan Pelayanan, penelitian ini diharapkan dapat
membantu kelompok pembudidaya ikan untuk terus dapat mengontrol dan
meningkatkan perkembangan usaha budidaya Ikan Mas.
7
77
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditas Ikan Mas
Ikan Mas sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1810-an dan mulai
dibudidayakan sejak tahun 1860 di sekitar provinsi Jawa Barat. Tahun 1978 oleh
Balai Penelitian Perikanan darat (sekarang balai Penelitian Perikanan Air Tawar),
ikan ini secara resmi diperkenalkan dan disebarluaskan kepada petani untuk
dibudidayakan. Budidaya Ikan Mas yang banyak dilakukan oleh masyarakat dan
petani budidaya yakni di kolam, keramba, dan jaring apung (Rokhdianto 1991).
Klasifikasi Ikan Mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Ostheichthyes
Sub-kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Cypriniformes
Subordo
: Cyprinoidea
Famili
: Cyprinidea
Genus
: Cyprinus
Spesies
: Cyprinus carpio, l.
Gambar 1. Ikan Mas
Ciri- ciri morfologi adalah ciri-ciri yang menunjukkan bentuk dan struktur
suatu organisme. Secara umum, karakteristik Ikan Mas memiliki bentuk tubuh
yang agak memanjang dan memipih tegak (compressed) dengan mulut terletak di
ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Bagian ujung mulut
78
memiliki dua pasang sungut (berbel). Pada bagian dalam mulut terdapat gigi
kerongkongan (pharingeal teeth) yang tersusun dari tiga baris gigi geraham. Sirip
punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari keras, sementara
di bagian akhir bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan sirip perut
(ventral). Sirip dubur (anal) memiliki ciri seperti punggung, yaitu berjari keras
dan bergerigi. (Afrianto 1998).
Ikan Mas (Cyprinus carpio) termasuk ikan yang bersifat termofil karena
mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan yang ditempatinya. Dalam
hal makanan, Ikan Mas tidak memilih-milih makanannya dan mudah
menyesuaikan diri dengan makanan yang tersedia karena Ikan Mas tergolong
omnivora (pemakan segala). Ikan Mas memiliki proses pertumbuhan yang cepat
tetapi proses pematangan kelaminnya lambat sehingga sebagian besar energi
pertumbuhan Ikan Mas digunakan untuk menambah berat badan tubuhnya. Hal ini
menyebabkan Ikan Mas memiliki produktivitas yang tinggi. Sifat-sifat unggul
inilah yang menyebabkan Ikan Mas banyak dibudidayakan oleh masyarakat dan
petani budidaya, baik dalam skala kecil maupun skala besar.
2.2. Pendapatan Usaha
Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua komponen pokok, yaitu
penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Kegunaan
analisis ini adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan dan
menggambarkan keadaan di masa yang akan datang dari perencanaan atau
tindakan. Bagi seorang petani, analisis pendapatan memberikan bantuan untuk
mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo
dan Patong 1973)
Berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, Soekartawi (1985)
mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut :
1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang tidak ada kaitannya dengan
jumlah barang yang diproduksi. Misalnya sewa lahan, pajak, penyusutan
alat-alat, bangunan, dan lain – lain.
2. Biaya variabel (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas
usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang
79
diproduksi. Misalnya biaya tenaga kerja, bibit, pupuk, obat-obatan, dan
lain-lain.
3. Penerimaan usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang
diterima dari penjualan produk usaha.
4. Pembayaran usahatani (farm payment) didefinisikan sebagai jumlah uang
yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa usaha.
5. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) yaitu nilai produksi total
usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak
dijual, dan peningkatan nilai investasi.
6. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses) yaitu nilai semua input
yang habis dipakai (tunai dan tidak tunai), tidak termasuk tenaga kerja
keluarga.
7. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) yaitu ukuran yang
diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja
modal sendiri, ditambah pinjaman dan pengelolaan atau selisih antara
penerimaan kotor usaha dan pengeluaran total usahatani.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha tani terbagi menjadi
faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang masih bisa dikendalikan.
Faktor yang tidak dapat dikendalikan contohnya adalah iklim dan tanah.
Sedangkan faktor yang masih bisa dikendalikan dan perbaikannya masih dalam
batas kemampuan petani, yaitu luas usahatani, efisiensi kerja, dan efisiensi
produksi (Soeharjo dan Patong 1973).
2.3. Rasio Penerimaan Terhadap Biaya
Perbandingan penerimaan dan biaya (R-C ratio) menunjukkan besarnya
pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam
produksi usahatani. R-C ratio dapat digunakan untuk mengukur tingkat
keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari angka tersebut dapat diketahui
apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak. Ukuran tersebut penting
karena dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan petani dalam kemungkinan
pengembangan produksi (Hernanto, 1988).
80
Semakin tinggi nilai R/C menunjukkan semakin besar penerimaan yang
diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C yang semakin
tinggi maka tingkat efisiensi pendapatan pun semakin baik. Suatu usahatani
dikatakan layak dan menguntungkan apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu
dan sebaliknya suatu usahatani dikatakan belum menguntungkan atau tidak layak
apabila nilai R/C kurang dari satu.
2.4. Analisis Pemasaran
Pemasaran adalah serangkaian proses kegiatan atau aktivitas yang
ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari titik produsen ke
titik konsumen (Limbong dan Sitorus 1987).
Pemasaran menurut Kotler (1993), adalah proses sosial dan manajerial di
mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan, dengan cara menciptakan, menawarkan serta mempertukarkan produk
dan nilai dengan pihak lain.
Pertukaran adalah konsep yang yang melandasi pemasaran. Agar terjadi
pertukaran maka lima kondisi berikut harus dipenuhi, yaitu: (1) sekurangkurangnya ada dua pihak, (2) masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang
bernilai bagi pihak lain, (3) masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan
mengirim suatu produk kepada pihak lain, (4) masing-masing pihak bebas untuk
menerima atau menolak tawaran pihak lain, (5) masing-masing pihak percaya dan
berhubungan baik dengan pihak lain (Kotler 1993)
Tujuan akhir dari pemasaran menurut Hanafiah dan Saeffudin (1986)
adalah menempatkan barang-barang ke tangan konsumen akhir. Untuk mencapai
tujuan tersebut, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan tataniaga yang dibangun
berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses
pengimbangan (equalisasi) dan proses penyebaran (dispersi).
Proses konsentrasi merupakan tahap pertama dari arus barang. Barangbarang yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah lebih
besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran secara lebih efisien. Equalisasi
(pengimbangan) merupakan proses tahap kedua dari arus barang, terjadi di antara
proses konsentrasi dan proses dispersi. Proses equalisasi ini merupakan tindakan-
81
tindakan penyesuaian permintaan dan penawaran, berdasarkan tempat, waktu,
jumlah dan kualitas. Dispersi atau penyebaran merupakan proses tahap terakhir
dari arus barang, di mana barang-barang yang telah terkumpul disebarkan ke arah
konsumen atau pihak yang menggunakannya.
Pemasaran dapat dipelajari dari berbagai sudut pandang dan pendekatan
yang berbeda. Seperti pendekatan fungsional atau fungsi pemasaran, pendekatan
organisasional atau kelembagaan yang meliputi seluruh partisipan yang terlibat
dalam pendekatan subsistem komoditas yang menggabungkan kedua pendekatan
sebelumnya. Dalam pendekatan subsistem komoditas, analisis kelembagaan
didasarkan pada identifikasi saluran pemasaran utama. Dimana analisis mengenai
saluran pemasaran tersebut menyediakan pengetahuan yang sistematis bagaimana
arus barang dan jasa mengalir dari titik asal (produsen) sampai titik akhir
(konsumen). Pendekatan ini meliputi mengenai marjin dan biaya pemasaran.
2.4.1 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah cara atau sistem untuk menyampaikan produk
yang dihasilkan oleh produsen kepada konsumen. Dalam saluran pemasaran
terdapat lembaga-lembaga pemasaran seperti produsen (petani), pedagang
pengumpul, pedagang antar kota dan sebagainya.Menurut Hanafiah dan Saeffudin
(1986) lembaga pemasaran (tataniaga) adalah badan-badan yang
menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dengan mana barang-barang
bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Ke dalam istilah lembaga
pemasaran ini termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga
pemberi jasa.
Lembaga Pemasaran menurut Sudiyono (2001), menurut penguasaan
terhadap komoditi yang diperjualbelikan dapat dibedakan atas tiga :
1. Lembaga yang tidak memiliki tapi menguasai benda, seperti perantara,
makelar (Broker, Selling Broker dan Buying Broker).
2. Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi pertanian yang
diperjualbelikan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir dan
importer.
82
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditikomoditi pertanian yang diperjualbelikan, seperti perusahaan-perusahaan
penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi, asuransi pemasaran dan
perusahaan penentu kualitas produk pertanian (surveyor).
Banyaknya lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran dipengaruhi
oleh jarak dari produsen ke konsumen, sifat komoditas, skala produksi dan
kekuatan modal yang dimiliki (Saefuddin dan Hanafiah 1986).
Saluran pemasaran yang dilalui oleh barang dan jasa akan sangat
menentukan nilai keuntungan dari suatu produk dan berpengaruh pada pembagian
penerimaan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran. Dalam
memilih saluran pemasaran ada beberapa faktor penting yang harus
dipertimbangkan (Sudiyono 2001), yaitu :
1. Pertimbangan pasar, meliputi konsumen sasaran akhir dengan melihat
potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli, dan volume
pemasaran.
2. Pertimbangan barang, meliputi nilai barang per unit, besar dan berat harga,
tingkat kerusakan dan sifat teknis barang.
3. Pertimbangan intern perusahaan, meliputi sumber permodalan,
pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran dan pelayanan.
4. Pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai pemasaran, meliputi segi
kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan
kebijakan perusahaan.
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
serta terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa yang siap
digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas
memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Hal ini mengatasi kesenjangan
waktu, tempat dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orangorang yang membutuhkan atau menginginkannya (Kotler 1993). Saluran
pemasaran dikarakteristikan dengan jumlah tingkat saluran pemasaran. Setiap
perantara yang menjalankan pekerjaan tertentu untuk mengalihkan produk dan
kepemilikannya agar lebih mendekati pembeli akhir bisa akan memebentuk
tingkat saluran, karena produsen dan pelanggan akhir, kedua-duanya
83
melaksanakan pekerjaan terntentu dan keduanya merupakan bagian dari setiap
saluran pemasaran.
Terdapat tiga kelompok yang secara langsung terlibat dalam penyaluran
barang atau jasa mulai dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen, yaitu : (1)
pihak produsen, (2) lembaga perantara, (3) pihak konsumen akhir. Pihak produsen
adalah pihak yang memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan. Pihak lembaga
perantara adalah yang memberikan pelayanan dalam hubungannya dengan
pembelian atau penjualan barang dan jasa dari produsen dan konsumen, yaitu
pedagang besar (wholeseller) dan pedagang pengecer (retailer). Sedangkan
konsumen akhir adalah pihak yang langsung menggunakan barang dan jasa yang
dipasarkan (Limbong dan Sitorus 1987).
Panjang-pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil
perikanan menurut Hanafiah dan Saefudin (1986), tergantung pada beberapa
faktor, antara lain :
a. Jarak antara produsen dan konsumen.
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang
saluran yang ditempuh oleh produk.
b. Cepat tidaknya produk rusak.
Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen, dan
dengan demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat.
c. Skala produksi
Apabila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil maka jumlah
produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal mana akan tidak
menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan
demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan dan dengan demikian
saluran yang akan dilalui produk cenderung panjang.
d. Posisi keuangan pengusaha
Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek
saluran pemasaran.
Pola saluran pemasaran untuk produk perikanan relatif agak berbeda
dengan pola saluran pemasaran produk non perikanan. Hal ini dikarenakan produk
perikanan yang mempunyai sifat mudah rusak (perishable). Pergerakan hasil
84
perikanan sebagai barang konsumsi (segar atau produk olahan) dari produsen
sampai konsumen pada dasarnya menggambarkan proses pengumpulan maupun
penyebaran. Pola saluran pemasaran produk perikanan barang konsumsi adalah
seperti terlihat pada Gambar 2.
Produsen
Produsen
Pedagang
pengumpul
lokal
Pedagang
eceran
Pedagang
besar
Produsen
Produsen
Pedagang
pengumpul
lokal
Institutio
nal
market
Pedagang
eceran
Konsu
men
Pedagang
eceran
Produsen
Gambar 2. Pola Pemasaran Hasil Perikanan Bahan Konsumsi
Sumber : Hanafiah dan Saeffudin 1986
2.4.2 Fungsi – Fungsi Pemasaran
Fungsi-fungsi pemasaran merupakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan
untuk memindahkan barang-barang atau jasa-jasa dari sektor produksi ke sektor
konsumsi (Hanafiah dan Saeffudin, 1986).
Fungsi pemasaran menurut Mubyarto (1994) adalah mengusahakan agar
pembeli atau konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu
dan harga yang tepat. Fungsi-fungsi pemasaran dalam pelaksanaan aktivitasnya
dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran ini yang akan
terlibat dalam proses penyampaian barang dan jasa dari produsen sampai ke
tangan konsumen.
Fungsi-fungsi pemasaran menurut Hanafiah dan Saefudin (1986), dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
85
1. Fungsi Pertukaran :
- Penjualan
- Pembelian
2. Fungsi pengadaan secara fisik :
- Pengangkutan
- Penyimpan
3. Fungsi Pelancar :
- Permodalan
- Penanggung resiko
- Standardisasi dan grading
- Informasi pasar
Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak
milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari dua
fungsi, yaitu fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi penjualan adalah
kegiatan yang bertujuan mencari atau mengusahakan agar ada pembeli atau ada
permintaan pasar yang cukup baik pada tingkat harga yang menguntungkan.
Fungsi pembelian adalah pembelian persediaan produksi untuk diolah dan dijual
kembali.
Fungsi pengadaan secara fisik adalah semua kegiatan atau tindakan yang
menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu pada barang dan jasa. Fungsi
fisik meliputi pengangkutan dan penyimpanan.
Fungsi pelancar adalah semua tindakan yang berhubungan dengan
kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dengan konsumen. Fungsi
pelancar meliputi dari fungsi permodalan, penangungan resiko, standardisasi dan
grading, informasi pasar.
2.4.3 Struktur Pasar
Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan
keputusan oleh perusahaan atau industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar,
distribusi perusahaan menurut berbagi ukuran, deskripsi produk atau deferensiasi
produk, syarat-syarat masuk atau penguasaan pangsa pasar (Limbong dan Sitorus,
1987). Terdapat ada empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan dalam
86
menentukan struktur pasar, yaitu : jumlah atau ukuran pasar, kondisi atau keadaan
produk, kondisi keluar atau masuk pasar, tingkat pengetahuan informasi pasar
yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran misalnya biaya, harga, dan kondisi
pasar antara partisipan (Dahl dan Hammond 1977).
Berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar menurut Limbong dan Sitorus
(1987) diklasifikasikan menjadi dua struktur pasar yaitu :
1. Pasar bersaing sempurna yang mempunyai ciri-ciri antara lain : terdapat
banyak jumlah pembeli maupun penjual, pembeli dan penjual hanya
menguasai sebagian kecil dari barang dan jasa yang dipasarkan sehingga
tidak dapat mempengaruhi harga (penjual dan pembeli berperan sebagai
penerima harga, barang atau jasa yang dipasarkan bersifat homogen, serta
penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar).
2. Pasar bersaing tidak sempurna, dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi
pembeli dan sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri dari pasar monopolistik,
monopoli, oligopoli dan duopoli.
Karakteristik pasar persaingan murni adalah jumlah penjual dan pembeli
relatif banyak dan seimbang dalam jumlah sehingga harga yang terbentuk
merupakan hasil akhir dari interaksi penawaran dan permintaan. Petani secara
individu tidak dapat mempengaruhi harga bebas sebab pangsa pasar (market
share) yang dimiliki petani tersebut sangat kecil sekali (Sudiyono 2001).
Pasar persaingan monopolistik mempunyai 3 karakteristik utama yaitu,
produk yang dihasilkan berbeda corak, jumlah penjual relatif banyak dan adanya
persaingan tidak sempurna, terdiri dari banyak penjual dan pembeli yang
melakukan transaksi pada berbagai harga dan bukan atas harga dengan produk
yang berbeda corak (Sudiyono 2001).
Karakteristik utama pasar oligopoli adalah adanya beberapa perusahaan
yang menghasilkan produk yang homogen ataupun berbeda corak, sehingga
tindakan perusahaan satu mempengaruhi dan mendapatkan reaksi perusahaan lain.
Oligopoli yang menghasilkan produk yang homogen disebut oligopoli murni,
sedangkan oligopoli yang menghasilkan produk berbeda corak disebut oligopoli
terdeferensiasi (Sudiyono 2001).
87
Struktur pasar produk perikanan yang banyak dijumpai dalam praktek
adalah pasar persaingan monopolistik dan oligopoli (Sudiyono 2001). Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal :
1. Bagian pangsa pasar (market share) yang dimiliki petani umumnya sangat
kecil, sehingga petani dalam pemasaran produk pertanian bertindak
sebagai penerima harga (price taker).
2. Produk pertanian pada umumnya diproduksi secara masal dan homogen,
sehingga apabila petani menaikkan harga komoditi yang dihasilkan akan
menyebabkan konsumen beralih untuk mengkonsumsi komoditi yang
dihasilkan petani lainnya.
3. Komoditi yang dihasilkan mudah rusak (perishable), sehingga harus
secepatnya dijual tanpa memperhitungkan harga.
4. Lokasi produksi terpencil dan sulit dicapai oleh alat transportasi yang
mudah dan cepat.
5. Petani kekurangan informasi harga dan kualitas serta kuantitas yang
diinginkan konsumen, sehingga petani mudah diperdaya lembaga-lembaga
pemasaran yang berhubungan dengan petani langsung.
6. Adanya kredit dan pinjaman dari lembaga kepada petani yang bersifat
mengikat.
Tabel 4. Karakteristik (ciri) Struktur Pasar Berdasarkan Sudut Penjual dan
Pembeli.
No
Karakteristik
Jumlah Penjual dan Pembeli
Struktur Pasar
Sifat Produk
Sudut Penjual
Sudut Pembeli
1
Banyak
Homogen
Persaingan Murni
Persaingan murni
2
Banyak
Diferensiasi
3
Beberapa
Homogen
Persaingan
Monopolistik
Oligopoli Murni
Persaingan
monopsomistik
Oligopsoni murni
4
Beberapa
Diferensiasi
5
Satu
Unik
Oligopoli
Diferensiasi
monopoli
Oligopsoni
diferensiasi
Monopsoni
Sumber : Dahl dan Hammond 1977
88
2.4.4 Perilaku Pasar
Perilaku pasar adalah pola tingkah laku dari lembaga pemasaran yang
menyesuaikan dengan struktur pasar di mana lembaga tersebut melakukan
kegiatan penjualan dan pembelian. Perilaku sebagi pola tanggapan dan
penyesuaian mengantisipasi keadaan pasar di dalam usaha untuk mencapai
tujuannya. Perilaku ini juga memahami bagaimana suatu produk yang dipasarkan
mengalir dari tangan tangan produsen ke tangan konsumen. Perilaku suatu
pemasar akan sangat jelas pada saat beroperasi, misalkan dalam penentuan harga,
promosi usaha, pangsa pasar, penjualan, pembelian, siasat pemasaran dan lain
sebagainya (Dahl dan Hammond 1977 ).
2.5. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari ratio input dan output. Input
berupa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam
memasarkan hasil perikanan. Sedangkan output adalah kepuasan dari konsumen.
Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen
akan meningkatkan efisiensi sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input
tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran.
(Soekartawi 1985).
2.5.1. Marjin Pemasaran
Marjin didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar kepada penjual
pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir (Saefuddin dan Hanafiah
1986). Perlakuan yang berbeda-beda yang diberikan masing-masing pelaku
pemasaran terhadap komoditas yang dipasarkan menyebabkan perbedaan harga
jual antar tiap lembaga yang terlibat hingga sampai ke konsumen akhir. Perbedaan
harga inilah yang disebut dengan marjin pemasaran.
89
Harga
Sr
Sf
Pr
Margin
pemasaran
Pf
Dr
Df
Qr, f
Jumlah
Gambar 3. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap margin
tataniaga dan nilai margin tataniaga
Sumber : Hammond dan Dahl 1977
Keterangan :
Pr : Harga retail
Sr : Supply retail
Dr : Demand retail
Pf : Harga farmer
Sf : Supply farmer
Df : Demand farmer
Qr, f : Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan konsumen
Pada gambar 3 diatas dapat dilihat besarnya margin pemasaran adalah
hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan
jumlah produk yang dipasarkan (Pr – Pf) x Qr,f. Besaran (Pr – Pf) menunjukkan
marjin pemasaran komoditi per unit.
Rendahnya marjin pemasaran suatu komoditas belum tentu dapat
mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam
melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan harga yang
diterima petani terhadap harga yang dibayar konsumen akhir (farmer’s share).
Share yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam persentase
(Limbong dan Sitorus 1987).
2.5.2. Farmer’s Share
Farmer’s share adalah bagian yang diterima oleh petani dari kegiatan
usaha budidaya dalam menghasilkan komoditas tertentu yang merupakan
90
perbandingan harga jual petani dengan harga beli konsumen (Sarma 1995).
Farmer’s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin pemasaran sehingga
semakin tinggi marjin pemasaran, maka bagian yang akan diperoleh petani
semakin rendah. Semakin tinggi farmer’s share berfungsi untuk mengukur
seberapa besar bagian yang diterima oleh petani ketika melakukan pemasaran
komoditi perikanan.
2.5.3. Rasio Keuntungan dan Biaya
Rasio keuntungan dan biaya dapat digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya mendefinisikan besarnya
keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Semakin
meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional
sistem tataniaga akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus 1987).
2.6. Hasil Penelitian Terdahulu
Harahap (2007) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan
pemasaran ikan hias air tawar (kasus Desa Cibitung Tengah, Kecamatan
Tenjolaya, Kabupaten Bogor). Dari hasil penelitian, pendapatan atas biaya total
dan pendapatan atas biaya tunai tertinggi sebesar Rp. 29.338.403,72 dan Rp.
17.478.637,05 per tahunnya. Penelitian tersebut juga menghasilkan 5 saluran
pemasaran ikan hias air tawar.
a. Saluran I
: Petani Ikan hias – Tengkulak – Agen – Pengecer – Konsumen
b. Saluran 2
: Petani Ikan hias – Tengkulak – Agen – Konsumen
c. Saluran 3
: Petani Ikan hias – Tengkulak – Agen – Eksportir
d. Saluran 4
: Petani Ikan hias – Kelompok tani – Agen – Eksportir –
Konsumen luar negeri
e. Saluran 5
: Petani Ikan hias – Kelompok tani – Eksportir – Konsumen luar
negeri
Pada saluran 1, keuntungan total yang diperoleh sebesar Rp. 686,65 per
ekor, total marjin pemasaran sebesar 888% per ekor, rasio keuntungan dan biaya
yang diterima sebesar 2,86% per ekor, dan farmer’s share sebesar 11,20%. Pada
saluran 2, keuntungan total yang diterima sebesar Rp. 416,45 per ekor, total
91
marjin pemasaran sebesar 209,05% per ekor, rasio keuntungan dan biaya yang
diterima sebesar 1,99% per ekor, farmer’s share sebesar 17,86%. Saluran 3,
keuntungan total yang diterima Rp. 92,10 per ekor, total marjin pemasaran 125%
per ekor, rasio keuntungan dan biaya sebesar 1,12% per ekor, farmer’s share
sebesar 50%. Pada saluran 4, total keuntungan yng diterima sebesar Rp. 382,80
per ekor, total marjin pemasaran 500% dan rasio keuntungan dan biaya sebesar
2,66%, farmer’s share sebesar 16,67%. Saluran 5 menghasilkan total keuntungan
sebesar Rp.83,23 per ekor, total marjin pemasaran sebesar 125% per ekor, rasio
keuntungan dan biaya sebesar 8,61% per ekor dan farmer’s share sebesar 50%.
Fungsi pemasaran yang dilakukan pleh lembaga pemasaran tersebut
meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran
terdiri dari aktivitas pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa pengemasan dan
pengangkutan, serta fungsi fasilitas berupa aktivitas grading, pembiayaan, dan
penanggungan resiko. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani adalah pasar
oligopsoni begitu pula dengan tengkulak dan kelompok tani. Bila ditinjau dari sisi
penjual, pasar yang dihadapi oleh agen ikan hias adalah pasar oligopoli dan pasar
monpsoni merupakan struktur yang dihadapi oleh pedagang pengecer.
Dari kelima saluran pemasaran tersebut, semua saluran pemasaran
memilki marjin pemasaran yang tinggi dan farmer’s share yang rendah. Hal ini
disebabkan rantai pemasaran yang cukup panjang sehingga menyebabkan biaya
pemasaran yang rendah.
92
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian kinerja pemasaran Ikan Mas membahas mengenai kegiatan
budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran yang akan dinilai dari kegiatan
pemasaran Ikan Mas dari mulai produsen sampai ke konsumen akhir, lembagalembaga pemasaran, struktur pasar yang terjadi dan marjin pemasaran,serta
menganalisis pendapatan usaha yang didapatkan oleh pembudidaya Ikan Mas.
Analisis struktur dan perilaku pasar dilakukan untuk menjelaskan tingkat
persaingan yang ada di dalam pasar dan melihat pengaruhnya dalam penentuan
harga juga kesepakatan atau kerjasama antara lembaga pemasaran yang terjadi di
dalam pasar. Margin pemasaran digunakan untuk melihat perbedaan harga yang
dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen yang
diakibatkan oleh struktur dan perilaku pasar yang terjadi. Farmer’s share
digunakan untuk membandingkan harga yang diterima produsen atau
pembudidaya dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang sering
dinyatakan dalam persentase. Rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk
mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga
pemasaran. Marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya
merupakan komponen untuk menilai efisiensi pemasaran.
Pendapatan usaha diukur dengan pengurangan penerimaan usaha Ikan Mas
yang dinilai dari total nilai produk yang dihasilkan, yaitu hasil kali dari jumlah
output dengan harga yang terjadi dan alokasi biaya usaha yang meliputi biaya
untuk sarana produksi yang habis terpakai, biaya alat-alat produksi dan biaya
tenaga kerja. Pendapatan usaha dilakukan dengan menilai pendapatan atas biaya
tunai dan pendapatan atas biaya total. Rasio penerimaan terhadap biaya dilakukan
untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani, apakah usaha
tersebut menguntungkan atau tidak. Agar mendapatkan keuntungan maksimum
maka pengusaha harus menggunakan input-input produksinya secara efisien.
Untuk lebih jelasnya, kerangka pendekatan studi dapat silihat pada Gambar 3.
93
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Lembaga Pemasaran Ikan Mas :
Pembudidaya Ikan Mas
- Analisis
-
Pembudidaya
-
Pedagang Pengumpul
-
Pengecer
-
Konsumen akhir
- Lembaga dan
pendapatan Usaha
Saluran Pemasaran
- Fungsi-fungsi
- R-C Ratio
Pasar
- Struktur Pasar
- Perilaku Pasar
Efisiensi pemasaran
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
- Margin Pemasaran
- Farmer’s Share
- Rasio keuntungan
dan Biaya
94
IV. METODOLOGI
4.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus (case study)
dengan satuan kasusnya adalah pedagang yang terlibat dalam kegiatan pemasaran
Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus. Studi kasus ini
diharapkan bisa memberikan gambaran tentang kekhasan unit-unit studi yang
menjadi subjek mendalam. Studi kasus menurut Nazir (1998) adalah penelitian
tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau
khas dari keseluruhan personalitas. Unit kasus dalam penelitian ini adalah
pengumpul, grosir dan pengecer dalam pemasaran Ikan Mas di Kecamatan
Pagelaran, Kabupaten Tanggamus.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah sejumlah data yang diperoleh melalui observasi
langsung di lapang (Singarimbun dan Effendi 1989). Data primer diperoleh
melalui kuesioner dan wawancara dengan pembudidaya, pedagang pengumpul,
pedagang pengecer, pemilik kolam pemancingan dan pemilik rumah makan. Data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui informasi pustaka. Data sekunder
diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Lampung,
DKP Kabupaten Tanggamus, Kantor Kecamatan Pagelaran, Unit Pengembangan
Pelayanan dan data dari buku-buku penunjang sebagai bahan acuan. Adapun datadata yang diperlukan untuk penelitian ini, yaitu :
1. Data yang diperlukan untuk mengetahui saluran pemasaran, meliputi :
a. Tingkat Pembudidaya, yaitu :
1. Karakteristik pembudidaya (umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan,
pengalaman usaha budidaya).
2. Gambaran usaha (jumlah produksi, tekhnik dan peralatan yang digunakan
serta jumlah ikan dan luas kolam).
3. Cara penjualan ikan
4. Tujuan penjualan ikan (dijual kemana).
95
5. Volume penjualan dan harga jual
b. Tingkat pengumpul, yaitu :
1. Karekteristik pengumpul (umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan,
pengalaman usaha).
2. Cara pembelian ikan (sumber pembelian ikan, frekuensi pembelian dan
jumlah yang dibeli serta harga beli produk).
3. Tujuan penjualan ikan (dijual kemana).
4. Volume penjualan dan harga jual.
2. Data yang diperlukan untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran, meliputi :
a. Fungsi Pertukaran
1. Pembudidaya (jumlah atau volume penjualan kepada pedagang, frekuensi
penjualan, proses penjualan).
2. Pengumpul (jumlah pembelian dari pembudidaya atau pedagang lain,
frekuensi pembelian, jumlah atau volume penjualan ke pedagang lain atau
ke konsumen, frekuensi penjualan).
b. Fungsi pengadaan secara fisik
1. Pembudidaya (biaya transportasi atau pengangkutan (bila ada)).
2. Pengumpul (jumlah produk yang disimpan, lokasi penyimpanan produk,
lama penyimpanan, biaya transportasi, alat transportasi yang digunakan.)
c. Fungsi Pelancar
1. Pembudidaya (proses sortiran dan grading, jumlah yang disortir (hasil
sortiran dijual kemana), pembiayaan usaha budidaya, biaya pengangkutan,
sumber informasi pasar, cara memperoleh informasi pasar).
2. Pengumpul (proses penyortiran dan grading, biaya yang dikeluarkan : biaya
pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya tenaga kerja, resiko usaha yang
ditanggung pedagang, sumber informasi pasar, cara memperoleh informasi
pasar).
3. Data yang diperlukan untuk mengetahui struktur pasar, meliputi :
a. Jumlah pelaku yang terlibat (jumlah pembeli dan penjual)
b. Keragaman produk
96
c. Hambatan keluar masuk pasar :
1. Hambatan yang dialami pembudidaya
2. Hambatan yang dialami pedagang pengumpul
3. Hambatan yang dialami oleh pedagang pengecer
4. Modal yang diperlukan oleh masing-masing lembaga pemasaran
5. Jumlah pesaing di pasar
d. Informasi pasar
1. Sumber informasi pasar atau harga
2. Sarana informasi yang digunakan
4. Data yang diperlukan untuk mengetahui perilaku pasar, adalah :
a. Praktek pembelian dan penjualan antara lembaga-lembaga pemasaran
b. Sistem penentuan harga
c. Cara pembayaran harga dari pedagang ke pembudidaya
d. Cara pembayaran harga diantara lembaga pemasaran
e. Praktek kerjasama antara lembaga pemasaran
5. Data yang diperlukan untuk mengetahui bagian harga yang diterima petani
(farmer’s share) dan margin pemasaran, rasio keuntungan dan biaya, R-C ratio
serta pendapatan usaha, meliputi :
a. Harga jual pembudidaya
b. Harga beli dari pedagang pengumpul
c. Biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul
d. Keuntungan pedagang pengumpul
e. Harga jual dari pedagang pengumpul
f. Harga beli dari pedagang pengecer
g. Biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengecer
h. Keuntungan pedagang pengecer
i. Harga jual dari pedagang pengecer ke konsumen
4.3. Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan responden pembudidaya dipilih secara sengaja (purposive
sampling). Purposive sampling adalah metode pengambilan responden yang
dilakukan sengaja tetapi dengan pertimbangan tertentu (Made 2006).
97
Pertimbangan dalam penelitian ini dalah pembudidaya yang telah melakukan
usahanya minimal satu tahun. Berdasarkan pertimbangan statistik jumlah
responden yang akan diambil berjumlah 30 orang (Walpole 1982). Penarikan
responden terhadap beberapa kelompok pedagang perantara dilakukan dengan
cara snowball sampling, dimana sampel ditentukan berdasarkan keterangan yang
diperoleh dari sampel unit yang dapat lebih menunjang tujuan penelitian yang
bersangkutan. Jumlah sampel pedagang perantara sebanyak 13 orang dan
pedagang pecel lele sebanyak 3 orang.
Tabel 5. Jumlah Responden Penelitian
No
Responden
Jumlah (orang)
1
Pembudidaya
2
Pedagang Pengumpul
3
3
P. Pengumpul Luar Kecamatan
2
4
Pedagang Pengecer
3
5
P. Pengecer Luar Kecamatan
3
6
Kolam Pemancingan
2
7
Rumah Makan
3
30
Sumber : Diolah dari Lampiran 2-8
4.4 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis
secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis dilakukan dengan mengadakan saluran
dan lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar,
keragaan pasar, marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap
biaya dan analisis pendapatan usaha.
4.4.1 Analisis Pendapatan Usaha
Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran.
Penerimaan total adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu
(Lipsey dan Richard 1995). Pengeluaran total usaha adalah semua nilai input yang
dikeluarkan dalam proses produksi. Rumus penerimaan total, biaya dan
pendapatan adalah :
Keuntungan (П) = Total Penerimaan – Total Biaya …………… (1)
98
Nilai total penerimaan lebih besar dari total biaya (TR>TC) usaha tersebut
menguntungkan. Nilai total penerimaan kurang dari total biaya (TR<TC) usaha
tersebut rugi.
4.4.2 Analisis Rasio Penerimaan Terhadap Biaya (R-C Ratio)
Analisis R-C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya
(Soekartawi 1995). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil
yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup
menguntungkan. Rumus R - C rasio, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
R - C Ratio =
Total Penerimaan
x100% ………………….(2)
Total Pengeluaran
Dimana : R = Revenue (Penerimaan)
C = Cost (Biaya)
Total biaya yang diperhitungkan dalam perhitungkan dalam perhitungan
R- C rasio, meliputi biaya tunai dan biaya. Rasio R - C menunjukkan besarnya
penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang akan dilakukan dalam budidaya Ikan
Mas. Semakin tinggi nilai R-C ratio, maka semakin menguntungkan usaha
tersebut.
4.4.3 Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasikan saluran pemasaran yang
ada untuk mengetahui proses penyampaian produk dari tangan produsen ke
konsumen. Selain itu, melalui analisis saluran dan lembaga pemasaran dapat
dilihat fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran
yang terlibat. Dengan analisis lembaga pemasaran ini dapat dilihat sejauh mana
peran lembaga pemasaran dalam menjaga mutu produk sebelum sampai ke tangan
konsumen (Limbong dan Sitorus 1987).
4.4.4 Analisis Struktur pasar
Analisis struktur pasar Ikan Mas dilihat berdasarkan saluran pemasaran,
keadaan produk yang diperdagangkan, pengetahuan konsumen akan harga dan
99
biaya serta mudah tidaknya keluar atau masuk dari pasar. Struktur pasar dapat
diketahui dengan melihat jumlah penjual atau pembeli yang telibat, keadaan atau
sifat produk, informasi pasar, serta hambatan untuk masuk dan keluar dari pasar
(Sudiyono 2001).
4.4.5 Analisis Perilaku Pasar
Perilaku pasar Ikan Mas dapat dianalisis dengan mengamati praktek
penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, dan kerjasama
diantara lembaga-lembaga pemasaran. Perilaku pasar akan sangat jelas pada saat
beroperasi, misalkan dalam penentuan harga, promosi usaha, pangsa pasar,
penjualan, siasat pemasaran dan lain sebaginya (Dahl dan Hammond 1977)
4.5. Analisis Marjin Pemasaran
Analisis marjin pemasaran digunakan untuk melihat tingkat efisiensi
produk Ikan Mas. Marjin pemasaran adalah merupakan perbedaan harga yang
yang dibayar kepada produsen dan harga yang dibayar konsumen (Saefudin dan
Hanafiah 1986). Perhitungan analisis marjin pemasaran dilakukan untuk
mengetahui perbedaan harga per satuan di tingkat produsen atau tingkat
konsumen yang terjadi pada rantai pemasaran (Sudiyono 2001). Secara matematis
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Mi = Pki – Ppi
…………………………………………………. (3)
Dimana : Mi = Marjin pemasaran pasar tingkat ke-i
Pki = Harga beli konsumen tingkat ke-i
Ppi = Harga jual produsen ke-i
Margin pemasaran dapat pula diperoleh dengan menjumlah biaya
pemasaran dan keuntungan setiap lembaga. Secara sistematis margin pemasaran
dapat ditulis sebagai berikut :
Mi = Ci + ∏ i .......................................................(4)
Dimana :
Ci = Biaya lembaga pemasaran ditingkat ke-i
Пi = Keuntungan lembaga di tingkat ke-i
100
4.6. Analisis Farmer’s Share
Analisis ini digunakan untuk membandingkan harga yang diterima
produsen atau petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang
biasa disebut dengan farmer’s share (Limbong dan Sitorus 1987). Farmer’s share
berhubungan negatif dengan marjin pemasaran, semakin tinggi marjin pemasaran
maka bagian yang akan diperoleh produsen atau petani semakin rendah. Secara
matematis, farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut:
Fs =
Pf
x100% …………………………………….(5)
Pr
Keterangan :
Fs : Persentase yang diterima oleh petani
Pf : Harga di tingkat petani
Pr : Harga di tingkat konsumen
4.7. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya
Analisis ini digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan
dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran. Tingkat efisiensi sebuah
sistem pemasaran juga dapat dilihat dari rasio keuntungan terhadap biaya
pemasaran. Semakin meratanya rasio keuntungan terhadap pemasaran, maka
secara teknis (operasional) sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Rasio
keuntungan dan biaya dalam Hanapi (2006) dirumuskan sebagai berikut:
∏ /C =
KPi
BPi
....................................................(6)
Keterangan :
KPi = Keuntungan lembaga pemasaran (Rp/kg)
BPi = Biaya pemasaran (Rp/kg)
Nilai П/C lebih dari satu (П/C > 1), maka usaha tersebut efisien dan
apabila П/C kurang dari satu (П/C < 1) maka kegiatan tersebut tidak efisien.
4.8. Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data di lapang dilaksanakan mulai tanggal 25 Maret sampai
dengan 24 April 2008 di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Propinsi
Lampung.
101
4.9. Batasan dan Pengukuran
1. Responden adalah pembudidaya Ikan Mas dan lembaga-lembaga pemasaran
yang terlibat di dalam saluran atau jaringan pemasaran Ikan Mas.
2. Lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang menjalankan fungsifungsi pemasaran ketika komoditas mulai bergerak dari (produsen)
pembudidaya kepada konsumen.
3. Saluran pemasaran adalah rangkaian penyaluran produk dari produsen
(pembudidaya) ke tangan konsumen akhir.
4. Struktur pasar adalah bentuk pasar berdasarkan atas karakteristik atau sifat
yang dimiliki lembaga pemasaran yang terlibat.
5. Perilaku pasar adalah tingkah laku peserta pasar, dapat dilihat dari proses
praktek pembelian dan penjualan, penentuan harga, sistem pembayaran dan
kerjasama antar lembaga.
6. Fungsi pemasaran adalah kegiatan lembaga pemasaran dalam menyalurkan
Ikan Mas.
7. Efisiensi pemasaran adalah kondisi pemasaran dimana pengusaha dapat
bekerja atas dasar biaya input yang rendah tanpa mengurangi kepuasan
konsumen. Efisiensi pemasaran dari masing-masing saluran pemasaran diukur
dengan margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya.
8. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga antara pembayaran konsumen
dengan harga yang diterima oleh pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan
Pagelaran.
9. Farmer’s share adalah perbandingan antara harga yang diterima pembudidaya
dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dan dinyatakan dalam
persentase.
10. Rasio keuntungan dan biaya adalah perbandingan besarnya keuntungan atas
biaya pemasaran yang dikeluarkan.
11. Pendapatan usaha adalah pendapatan pembudidaya dari pengurangan total
penerimaan dengan biaya pada satu tahun usaha.
12. R-C ratio adalah perbandingan antara penerimaan yang diterima pembudidaya
dengan biaya yang dikeluarkan pembudidaya selama satu tahun usaha.
102
V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah
Kabupaten Tanggamus memiliki 28 kecamatan, salah satunya Kecamatan
Pagelaran. Kecamatan Pagelaran merupakan salah satu sentra produksi perikanan
budidaya Ikan Mas di Kabupaten Tanggamus. Batas wilayah Kecamatan
Pagelaran yaitu :
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ambarawa
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Air Naningan
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pugung
Kecamatan Pagelaran mempunyai 24 pekon/desa, berjarak 114 km dari
Ibukota Kabupaten dan 50 km dari Ibukota Provinsi. Kecamatan Pagelaran
terletak pada ketinggian 110-600 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan bentuk
wilayah berupa daratan. Kisaran suhu antara 20°C-25°C dengan curah hujan
sebesar 1952 mm per tahun (data monografi Kecamatan Pagelaran 2007).
Kecamatan Pagelaran mempunyai luas wilayah sebesar 12.226,5 Ha.
Wilayah tersebut antara lain terdiri dari tanah sawah, tanah kering, tanah basah,
tanah hutan, dan tanah keperluan fasilitas umum.Tanah sawah mempunyai luasan
3.250 Ha dengan persentase sebesar 26,58%. Tanah Kering terdiri dari
pekarangan atau bangunan, tegal atau kebun, ladang atau tanah huma memiliki
luasan terbesar yaitu 5.428 Ha dengan persentase sebesar 44,40%. Tanah basah
berupa kolam atau balong memiliki luasan sebesar 260 Ha dengan persentase
2,13%. Tanah perkebunan yang merupakan perkebunan rakyat memiliki luas
326,3 Ha dengan persentase 26,69%. Sedangkan tanah keperluan fasilitas umum
terdiri dari lapangan olah raga dan kuburan memiliki luasan sebesar 25 Ha dengan
persentase 0,2%. Rincian penggunaan lahan Kecamatan Pagelaran dapat dilihat
pada Tabel 6.
103
Tabel 6. Pola Penggunaan Lahan Kecamatan Pagelaran Tahun 2007
No
1.
Rincian Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Tanah sawah
26,58
- Irigasi teknis
816,00
- Irigasi setengan teknis
1.538
- Tadah hujan/sawah rendengan
2.
3.
896
Tanah Kering
44,40
- Pekarangan/bangunan
1.441
- Tegal/Kebun
2.170
- Ladang/tanah huma
1.817
Tanah Basah
2,13
- Balong/empang
4.
260
Tanah Perkebunan
26,69
- Perkebunan rakyat
5.
Persentase (%)
3.263,5
Tanah Keperluan Fasilitas Umum
0,20
- Lapangan Olah raga
15
- Kuburan
10
Total
12.226,5
100,00
Sumber : Data Monografi Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Tahun 2007
5.2. Sosial Kependudukan
5.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin
Penduduk merupakan faktor yang penting dari suatu wilayah. Karakteristik
penduduk akan mempengaruhi kinerja suatu wilayah dan aktifitas sosial ekonomi
yang dilakukan penduduk. Sebaran penduduk Kecamatan Pagelaran menurut
kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Pagelaran Menurut Kelompok Umur
Tahun 2007
No
Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
1
0-6
6.340
2
7 - 12
12.311
3
13 - 21
6.540
4
22 - 59
26.640
5
> 60
7.246
Total
59.077
Sumber : Data Monografi Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Tahun 2007
104
Berdasarkan Tabel 7 diatas, Jumlah penduduk Kecamatan Pagelaran pada
tahun 2007 sebanyak 59.077 jiwa terdiri atas penduduk laki-laki 30.333 jiwa dan
penduduk perempuan 28744 jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) sebesar 13.972
KK. Penduduk usia produtif (13-59 tahun) mendominasi jumlah penduduk di
Kecamatan Pagelaran sebanyak 33.180 jiwa. Penduduk usia non produktif (0 – 6
dan >60 tahun) sebanyak 13.586 jiwa.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2007
Keterangan
Jumlah (orang)
Rasio Jenis Kelamin
Laki-Laki
30.333
Perempuan
28.744
Jumlah
59.077
105,53
Sumber : Data Monografi Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 8 jumlah penduduk laki-laki sebesar 30.333 orang dan
penduduk perempuan sebesar 28.744 orang. Rasio jenis kelamin dimana jumlah
laki-laki per 100 orang perempuan sebesar 105,53.
5.2.2. Mata Pencaharian
Lapangan pekerjaan masyarakat di Kecamatan Pagelaran cukup beragam.
Penduduk Kecamatan Pagelaran sebagian besar bekerja pada sektor pertanian dan
sebagian kecil bekerja di sektor pemerintahan.
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kecamatan Pagelaran Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007
No
Mata Pencaharian
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1
Petani
5.781
- Petani pemilik
3.486
- Pemilik penggarap
- Penggarap/Penyekap
88,76
612
1.076
- Penyewa
607
2
Nelayan
778
5,97
3
Buruh bangunan
215
1,65
4
PNS
471
3,62
13.026
100,00
Total
Sumber : Data Monografi Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 9, pekerja di sektor pertanian mempunyai persentase
88,76% dari jumlah penduduk keseluruhan, sedangkan pekerja di Pemerintahan
mempunyai persentase sebesar 3,62%.
105
5.3. Gambaran Umum Usaha Budidaya Ikan Mas
5.3.1. Kondisi Kelompok Budidaya Ikan Mas
Usaha budidaya Ikan Mas merupakan salah satu sektor usaha yang sedang
berkembang di Kecamatan Pagelaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
jumlah pembudidaya baik secara kelompok maupun mandiri. Menurut data Unit
Pengembangan Pelayanan (UPP) Kabupaten Tanggamus, terdapat 12 kelompok
pembudidaya ikan (pokdakan) di Kecamatan Pagelaran. Kelompok Pembudidaya
Ikan berada di bawah naungan Unit Pengembangan Pelayanan (UPP) Kabupaten
Tanggamus yang diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung.
UPP telah berdiri sejak tahun 2005 yang mempunyai tugas untuk menyalurkan
bantuan dana penguatan modal (DPM) kepada petani melalui kelompok
pembudidaya ikan (pokdakan).
Setiap pokdakan beranggotakan petani-petani yang mempunyai visi dan
misi yang sama. Anggota pokdakan mempunyai kebebasan seperti halnya
pembudidaya mandiri dalam hal menjual hasil produksinya kepada beberapa
pengumpul, tidak mengharuskan menjual kepada pengumpul yang sama dengan
ketua kelompok, karena ketua kelompok belum tentu merangkap sebagai
pedagang pengumpul.
Tabel 10. Kelompok usaha budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran Tahun
2007
Pekon / Desa
Nama Kelompok
Jumlah anggota (orang)
Panutan
Ulam Sai
10
Polaman
Mina Karya Lestari
12
Panutan
Ikan Semesta Lestari
11
Panutan
Lumbung Ulam Rakyat
10
Panutan
Mina Usaha Lestari
Pamenang
Mina Sejahtera
10
Blitar
Serbaguna
13
Panutan
Mina Sentosa Abadi
11
Panutan
Mina Rakyat Desa
9
Sukaratu
Bina Usaha
9
Panutan
Mina Jaya
5
Umbul Solo
Metropolis
5
Sumber : Unit Pengembangan Pelayanan Kabupaten Tanggamus Tahun 2007
9
106
Ketua kelompok biasanya bekerja sama dengan koperasi dalam hal
peminjaman pakan ikan. Selama proses pembesaran, apabila terjadi kekurangan
pakan maka anggota kelompok akan meminjam pakan dari ketua kelompok.
Setelah panen, anggota kelompok hanya membayar sejumlah pakan yang
dipinjamnya kepada ketua kelompok. Tidak semua kelompok dapat diakui oleh
Unit Pengembangan Pelayanan. Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi,
seperti harus mempunyai visi dan misi yang sama setiap anggota kelompok,
berperilaku jujur, pekerja keras dan ulet. Setelah itu akan ada tim verifikasi dari
UPP yang akan menilai apakah pokdakan tersebut bisa diterima atau tidak.
Pembudidaya Ikan Mas yang masuk dalam kelompok selain memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dalam memelihara ikan berdasarkan pengalaman
sendiri dan orang lain juga mendapat tambahan pengetahuan dan informasi dari
penyuluh perikanan. Penyuluh perikanan melakukan pertemuan dengan kelompok
pembudidaya untuk membahas permasalah dan memberikan teknik budidaya Ikan
Mas.
5.3.2. Kegiatan Usaha Pembesaran Ikan Mas
5.3.2.1. Persiapan Kolam
Kolam yang digunakan pembudidaya berupa kolam tanah dengan
pemeliharaan dalam air tenang. Awal kegiatan budidaya Ikan Mas dimulai dengan
persiapan kolam. Luasan kolam berbeda-beda antara 1.500-4.000 m² per kolam.
Berdasarkan wawancara dengan responden pembudidaya, kegiatan
budidaya diawali dengan pengeringan kolam. Pengeringan air dilakukan 2-3 hari
sebelum siap untuk dilakukan pengapuran. Pengapuran dimaksudkan agar ikanikan kecil, seperti ikan sapu-sapu, yang merupakan hama bisa hilang. Kapur
disebar ke seluruh kolam dan didiamkan selama 1 hari. Kapur yang digunakan
tergantung dari luasan kolam dan banyaknya ikan dan hama pengganggu. Ratarata penggunaan kapur sebesar 0,016-0,02 kg per m². Setelah itu kolam diberi
pupuk yang diperlukan untuk pertumbuhan plakton sebagai makanan awal benih
Ikan Mas. Pupuk yang diberikan tergantung dari luas kolam dan jumlah benih
yang ditebar. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, rata-rata penggunaan
pupuk sebesar 0,01-0,012 kg per m². Setelah kolam diberi kapur dan pupuk, maka
107
kolam sudah bisa diisi air kembali dengan terlebih dahulu menutup saluran outlet.
Kolam dapat diisi benih ikan setelah mencapai air mencapai kisaran 1-1,5 meter.
Pergantian air secara keseluruhan dilakukan sebelum pemeliharaan dan
setelah pemanenan. Sumber air yang digunakan berasal dari sungai terdekat dan
dari saluran irigasi. Dalam budidaya Ikan Mas air harus masuk dan keluar terusmenerus agar ketersediaan oksigen terjamin, karena Ikan Mas akan stres dan mati
jika tidak terjadi pergantian air.
5.3.2.2. Pengangkutan dan Penebaran Benih
Penanganan dalam pengangkutan benih sangat berpengaruh terhadap
tingkat kematian benih selama pembesaran. Penanganan yang salah akan
mengakibatkan kematian yang tinggi. Untuk mencegah tingkat kematian yang
tinggi, pengangkutan benih dilakukan pada kondisi suhu rendah (pagi atau sore
hari). Jumlah benih dalam wadah angkut disesuaikan dengan besarnya wadah
angkut dan lamanya perjalanan. Pembudidaya di Kecamatan Pagelaran memilih
menggunakan plastik yang berisikan oksigen untuk membawa benih. Benih
diperoleh dari petani lokal di Kecamatan Pagelaran dengan mengunakan motor
selama 20-30 menit.
Pembudidaya di Kecamatan Pagelaran melakukan pemilihan benih
berdasarkan ukuran yang seragam dan kondisi fisik yang terlihat sehat.
Pembudidaya pada umumnya membeli benih Ikan Mas dengan ukuran yang sama
yaitu sekitar 5-7 cm dengan harga Rp120,00-Rp125,00 per ekor, karena
pembudidaya menargetkan setiap dua bulan atau 70 hari melakukan panen.
Sebelum benih ditebar dilakukan proses aklimatisasi agar suhu air dalam wadah
angkut sama dengan kolam. Penebaran benih disesuaikan dengan luasan kolam
yang tersedia. Jumlah benih yang ditebar juga tergantung pada kemampuan
pemberian pakan dan hasil panen yang diinginkan. Rata-rata benih yang ditebar
adalah 2-3 ekor/m².
5.3.2.3. Pemeliharaan/Pembesaran
Benih yang baru ditebar tidak langsung diberi makanan berupa pelet, tetapi
diberi pakan alami berupa plakton selama 2-3 hari. Setelah itu pembudidaya
108
hanya memberikan pakan Ikan Mas berupa pelet, sehingga jumlah hasil panen
sangat tergantung pada jumlah pemberian pelet. Siklus pemeliharaan Ikan Mas
membutuhkan waktu selama 70 hari hingga panen. Dalam pemeliharaan Ikan
Mas, penyortiran dilakukan pada saat ikan siap untuk dipanen. Penyortiran
dilakukan karena ukuran Ikan Mas yang akan di panen belum tentu semuanya
mencapai ukuran konsumsi. Berdasarkan wawancara dengan pembudidaya,
hampir keseluruhan Ikan Mas yang akan dipanen mencapai ukuran konsumsi
dengan ukuran 1 kg berisi 3 – 8 ekor, dan hanya sebagian kecil dengan ukuran
konsumsi 1 kg berisi 8-10 ekor.
Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebnyak 3 kali sehari, yaitu pagi,
siang dan sore hari. Berdasarkan wawancara dengan pembudidaya, jumlah
pemberian pakan tidak berdasarkan bobot ikan tetapi pakan diberikan hingga Ikan
Mas kenyang yang ditandai dengan ikan tidak mau makan lagi. Pemberian pakan
dilakukan di satu tempat di kolam, sehingga pemberian pakan dapat merata dan
agar semua ikan mengetahui letak pemberian pakan.
Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran jarang yang terjangkit penyakit, dalam
1 tahun usaha hanya 1-2 kali terkena penyakit. Hal ini dimungkinkan karena
kondisi air yang bagus serta benih yang dipakai merupakan hasil dari perkawinan
induk lokal. Apabila Ikan Mas terkena penyakit, pembudidaya biasanya
memberikan obat PK, dan kapur dulumit untuk mencegah menyebaran penyakit.
5.3.2.4. Pemanenan dan Pengangkutan
Pemanenan Ikan Mas biasanya dilakukan pada suhu rendah atau sore hari
pada hari ke-70. Sebelum panen ikan dipuasakan atau tidak diberi pakan untuk
mencegah ikan muntah pada saat perjalanan. Biaya pemanenan ditanggung oleh
pembudidaya dengan kisaran Rp 20.000,00-Rp 25.000,00 per orang. Sedangkan
biaya untuk plastik dan oksigen ditanggung oleh pedagang pengumpul. Oleh
karena itu harga jual pembudidaya adalah sama Rp13.000,00 per kg.
Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan tong besar atau plastik. Untuk
plastik, satu kantongnya dapat menampung sekitar 10 kg Ikan dengan 1 kilo berisi
8-10 ekor. Sementara untuk pengangkutan dengan menggunakan tong besar dapat
menampung 30 kg. Ikan Mas hasil panen dijual oleh pedagang pengumpul ke
109
pedagang pengumpul luar kecamatan yang berada di sekitar Kabupaten
Tanggamus, Bandar Lampung dan Kota Metro dan ke pedagang pengecer. Biaya
transportasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 97,92 per kg.
110
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Mas
Pembudidaya Ikan Mas yang diwawancara sebanyak 30 orang.
Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran terbagi menjadi dua kelompok
berdasarkan keikutsertaannya dalam kelompok pembudidaya ikan (pokdakan).
Pembudidaya yang masuk dalam kelompok sebanyak 15 orang atau 50% dan
pembudidaya yang tidak masuk kelompok sebanyak 15 orang atau 50% dari
jumlah total responden yang diwawancara.
Tabel 11. Karakteristik Pembudidaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Mata
Pencaharian, Umur dan Luas Kolam Tahun 2008
Karakteristik
1. Tingkat Pendidikan
- SD
- SMU
- D1
- D3
Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
5
19
3
3
30
16,67
63,33
10,00
10,00
100,00
26
86,66
- Pedagang
2
6,67
- Perangkat Desa
2
6,67
30
100,00
- 24 – 31
12
40,00
- 31 – 38
9
30,00
- 38 – 44
5
16,67
- 44 – 51
2
6,67
- 51 - 58
2
6,67
30
100,00
- 1500 – 2000
14
46,67
- 2000 – 2500
8
26,67
- 2500 – 3000
4
13,33
- 3000 – 3500
3
10,00
- 3500 - 4000
1
3,33
30
100,00
2. Mata Pencaharian
- Pembudidaya
Total
3. Tingkat Umur
Total
4. Luas Kolam
Total
Sumber : Diolah dari Lampiran 2
111
Berdasarkan Tabel 11, pembudidaya Ikan Mas memiliki tingkat
pendidikan yang rendah hanya menempuh pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu
sebanyak 5 orang atau 16,67% dari jumlah total responden yang diwawancara.
Pembudidaya Ikan Mas rata-rata menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA) sebanyak 19 orang atau 63,33% dari jumlah total responden. Pendidikan
mayoritas pembudidaya tidak menjadikan adanya kemampuan mempengaruhi
penjualan kepada pengumpul. Karena keterikatan dan juga tidak tersedianya
modal untuk melakukan pemasaran secara langsung.
Responden yang menjadikan budidaya Ikan Mas sebagai pekerjaan utama
sebanyak 26 orang atau 86,67%. Jumlah tanggungan berkisar antara 1-6 orang.
Umur pembudidaya berkisar antara 24-50 tahun. Pembudidaya yang mempunyai
luas kolam 1500-2000 m² sebanyak 14 orang atau 46,67% dari jumlah
keseluruhan responden, sedangkan jumlah responden yang memiliki luas kolam
3500-4000 m² berjumlah 1 orang atau 3,33%.
6.2. Karakteristik Pedagang Perantara
Pedagang perantara di Kecamatan Pagelaran terdiri dari pedagang
pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer, pedagang
pengecer luar kecamatan dan pemilik kolam pemancingan. Pedagang pengumpul
adalah orang yang aktif membeli dan mengumpulkan barang dari produsen
(pembudidaya) di daerah produksi dan menjualnya kepada pedagang perantara
berikutnya dan jarang menjualnya kepada konsumen akhir (Hanafiah dan
Saefudin 1986). Pedagang pengumpul luar kecamatan adalah orang yang membeli
dari pengumpul dan menjualnya dalam jumlah lebih kecil kepada pedagang
eceran. Pedagang eceran adalah perantara yang menjual barang-barang dalam
jumlah kecil secara langsung kepada konsumen akhir. Pemilik kolam
pemancingan adalah orang yang menjual Ikan Mas kepada pemancing atau hobiis
yang memancing di tempat pemancingan.
Berdasarkan Tabel 12, jumlah pedagang perantara yang menjadi
responden sebanyak 13 orang terdiri dari pedagang pengumpul 3 orang, pedagang
pengumpul luar kecamatan 2 orang, pedagang pengecer 3 orang, pedagang
pengecer luar kecamatan 3 orang, pemilik kolam pemancingan 2 orang. Umur
112
pedagang berkisar antara 24 – 55 tahun, jumlah tanggungan keluarga antara 1 – 11
orang. Bedasarkan tingkat pendidikan SMA 9 orang, Diploma 1 orang dan
Sarjana 3 orang. Pedagang pengecer berpendidikan sarjana memiliki kemampuan
usaha yang lebih tinggi. Karena selain memiliki lapak di pasar sebagai tempat
penjualan ikan, juga memiliki kolam budidaya Ikan Mas.
Tabel 12. Umur, Jumlah Tanggungan dan Tingkat Pendidikan Pedagang Perantara
Tahun 2008
Pedagang perantara
Umur
(tahun)
Pendidikan
Jumlah
(orang)
Pedagang pengumpul
29 – 37
Jumlah
Tanggungan
(orang)
4-6
Pedagang pengumpul
luar kecamatan
39 - 55
1-5
1
1
2
Pedagang pengecer
24 - 29
2 - 11
2
1
3
Pedagang pengecer
luar kecamatan
32 - 50
3-7
2
1
3
4 - 11
1
1
2
Pemilik kolam
35 - 50
pemancingan
Sumber : Diolah dari Lampiran 3-7
SMA
Diploma
Sarjana
3
3
6.3. Karakteristik Pedagang Rumah Makan
Jumlah pedagang rumah makan yang menjadi responden sebanyak 3
orang. Umur pedagang rumah makan berkisar antara 31-66 tahun, jumlah
tanggungan keluarga 2-5 orang. Berdasarkan tingkat pendidikannya, ketiga
responden menempuh pendidikan sampai tingkat SMA. Pedagang rumah makan
yang menjadi responden menjadikan rumah makan sebagai pekerjaan utama.
Untuk lebih jelasnya, umur, jumlah tanggungan dan tingkat pendidikan pedagang
rumah makan dapat dilihat pada Lampiran 8.
6.4. Analisis Usaha Pembudidaya Ikan Mas
6.4.1. Analisis Pendapatan Usaha
Analisis pendapatan usaha pembudidaya Ikan Mas bertujuan untuk
mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan.
Pendapatan usaha diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya
dalam satu tahun. Total biaya yang dimaksud adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam usaha budidaya Ikan Mas untuk menghasilkan produksi dalam satu tahun.
113
Total penerimaan merupakan perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan
dengan harga produk.
Tabel 13. Total Penerimaan, Biaya, Keuntungan, dan Keuntungan per Musim
Tanam Budidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran Tahun 2007
Keterangan
Total (Rp)
Penerimaan
1.450.280.000,00
Rata-rata
(Rp/orang)
48.342.666,70
877.658.550,00
Keuntungan
572.621.450,00
Keuntungan Per
143.155.363,00
musim tanam
Sumber : Diolah dari Lampiran 9
Biaya
Maksimum (Rp)
Minimum (Rp)
104.000.000,00
21.580.000,00
29.255.285,00
70.800.000,00
11.237.825,00
19.087.381,70
4.771.845,28
38.259.050,00
9.564.762,50
9.029.175,00
2.257.293,75
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa total penerimaan rata-rata
budidaya Ikan Mas dalam satu tahun sebesar Rp 48.342.666,77. Total biaya ratarata sebesar Rp 29.255.285,00. Sehingga diperoleh keuntungan rata-rata sebesar
Rp19.087.381,7 per tahun. Keuntungan rata-rata yang diperoleh pembudidaya dari
satu musim tanam sebesar Rp 4.771.845,28.
Tabel 14. Rentang Biaya dan Penerimaan Pembudidaya
Rentang Biaya (Rp)
Rentang Penerimaan (Rp)
Luas Kolam
(m2)
1500
33.924.900 - 11.237.825
52.000.000 - 21.580.000
1600
22.722.300
32.500.000
1800
18.245.050
33.800.000
2000
18.668.200 - 15.632.100
31.200.000 - 24.700.000
2500
40.316.600 - 15.057.775
78.000.000 - 27.040.000
2800
33.934.600 - 33.934.600
65.000.000 - 65.000.000
3000
32.206.000 - 28.017.250
41.600.000 - 41.600.000
3200
43.790.000
78.000.000
3500
60.400.000 - 70.800.000
93.600.000 - 104.000.000
4000
43.124.900 - 43.124.900
70.200.000 - 70.200.000
Sumber : Lampiran 9
Berdasarkan Tabel 14, biaya terkecil berada pada luas kolam 1500 m2
yaitu sebesar Rp 11.237.825,00, dimana dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
kebutuhan budidaya menghasilkan penerimaan terkecil sebesar Rp 21.580.000,00.
Biaya terbesar dikeluarkan pada luas kolam 3500 m2 sebesar Rp 60.400.00,00,
dari biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan budidaya menghasilkan penerimaan
terbesar sebesar Rp 104.000.000,00. Jenis-jenis input yang digunakan oleh
114
pembudidaya terdiri dari benih berukuran 5-7 cm, pakan, obat-obatan, pupuk dan
kapur. Obat-obatan yang digunakan adalah NASA, Kapur dulumit dan PK.
6.4.2. Analisis Rasio Penerimaan Terhadap Biaya (R/C)
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) bertujuan untuk melihat
seberapa jauh setiap rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dan untuk
melihat usaha untung, rugi, atau tidak untung dan tidak rugi (impas).
Tabel 15. Rentang Rasio Keuntungan dan Biaya Pembudidaya
Luas Kolam
R/C Terkecil - R/C Terbesar
1500 m2
1.48 - 1.94
1600 m2
1.43 - 1.43
1800 m2
1.85 - 1.85
2000 m2
1.47 - 1.67
2500 m2
1.13 - 1.93
2800 m2
1.92 - 1.92
3000 m2
1.29 - 1.96
3200 m2
1.78 - 1.78
3500 m2
1.47 - 1.55
4000 m2
1.63 - 1.63
Sumber : Diolah dari Lampiran 9
Berdasarkan Tabel 14, nilai R/C dari masing-masing pembudidaya Ikan
Mas memperoleh R/C lebih dari 1 artinya usaha budidaya Ikan Mas
menguntungkan. R/C terbesar yang terdapat pada pembudidaya dengan luas
kolam 300 m2 yaitu sebesar 1,96 artinya setiap satu rupiah biaya yang digunakan
dalam usaha akan menghasilkan penerimaan Rp.1,96. Sedangkan R/C terkecil
yang terdapat pada pembudidaya dengan luas kolam 2500 m2 yaitu sebesar 1,13
yang artinya setiap satu rupiah biaya yang digunakan dalam usaha akan
menghasilkan penerimaan Rp.1,13.
Pembudidaya dengan luas kolam 3000 m2 dapat memaksimalkan produksi
dari volume luas kolamnya dengan biaya yang lebih rendah dari luas kolam
diatasnya, sehingga memperoleh R/C terbesar. Sedangkan pembudidaya dengan
luas kolam 2500 m2 walaupun mengeluarkan biaya yang rendah tetapi tidak
memaksimalkan volume produksinya sehingga memperoleh R/C terkecil.
115
6.5. Lembaga dan Saluran Pemasaran Ikan Mas
6.5.1. Lembaga Pemasaran Ikan Mas
Lembaga pemasaran Ikan Mas yang terdapat di kecamatan Pagelaran
terdiri dari pembudidaya Ikan Mas sebagai produsen, pedagang pengumpul,
pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer, pedagang rumah
makan dan pemilik kolam pemancingan.
Pembudidaya menjual Ikan Mas kepada pedagang pengumpul, dari
pedagang pengumpul Ikan Mas dijual kepada pedagang pengumpul luar
kecamatan, pedagang eceran, dan pemancingan. Pedagang rumah makan membeli
Ikan Mas dari pedagang eceran di pasar. Pembudidaya umumnya menjual Ikan
Mas kepada pedagang pengumpul karena adanya keterikatan dengan pedagang
pengumpul dan keterbatasan modal. Tetapi pembudidaya tidak harus menjual
kepada pedagang pengumpul yang sama setiap kali panen, tergantung pada
banyaknya stok Ikan Mas dan harga beli pedagang. Penjualan langsung kepada
pedagang pengumpul membuat pembudidaya tidak perlu mencari tempat
penjualan lain dan tidak menanggung biaya pemasaran.
6.5.2. Saluran Pemasaran Ikan Mas
Saluran pemasaran yang terbentuk di Kecamatan Pagelaran terdiri dari 4
saluran. Saluran pemasaran tersebut terdiri dari :
1. Saluran pemasaran 1 : Pembudidaya – pengumpul – pedagang luar
kecamatan – pedagang pengecer luar kecamatan– rumah makan –
konsumen
2. Saluran pemasaran 2 : Pembudidaya – pengumpul – pedagang pengecer di
Kecamatan– konsumen
3. Saluran pemasaran 3 : Pembudidaya – pengumpul – pedagang luar
kecamatan – pedagang eceran luar kecamatan- konsumen
4. Saluran pemasaran 4 : Pembudidaya – pengumpul – pedagang luar
kecamatan – pemancingan – pemancing
Saluran pemasaran yang terdapat di Kecamatan Pagelaran merupakan
saluran distribusi tidak langsung yang ditandai dengan adanya pedagang perantara
116
pada masing-masing tipe saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang terbentuk di
Kecamatan Pagelaran dapat dilihat pada Gambar 5.
Kec. Pagelaran
Pembudidaya Ikan
Mas
Luar Kecamatan
Pedagang
pengumpul
Pedagang
pengumpul
luar
kecamatan
Pedagang
pengecer luar
Kecamatan
Rumah
Makan
Konsumen
Pedagang
pengecer
Kolam
Pemancingan
Pemancing
Konsumen
Gambar 5. Saluran Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran
6.6. Fungsi-fungsi Pemasaran
6.6.1. Fungsi Pemasaran Pembudidaya Ikan Mas
Fungsi pemasaran yang dilakukan pembudidaya yaitu fungsi pertukaran,
fungsi pengadaan secara fisik dan fungsi pelancar. Fungsi pertukaran yang
dilakukan oleh pembudidaya adalah penjualan. Pembudidaya umunya menjual
hasil panennya kepada pengumpul langganannya, kegiatan penjualan dilakukan di
kolam pada saat panen. Biaya panen ditanggung oleh pembudidaya dengan
membayar tenaga kerja untuk menjaring Ikan Mas. Uang pembayaran Ikan Mas
diterima pembudidaya kurang lebih 1 minggu setelah ikan berada di tangan
pedagang pengumpul. Setiap pedagang pengumpul harus menyediakan oksigen
dan plastik atau tong besar sebagai tempat mengangkut Ikan Mas. Harga jual Ikan
Mas dari pembudidaya sebesar Rp13.000,00. Harga tersebut merata di
pembudidaya, karena di Kecamatan Pagelaran setiap pembudidaya menjual Ikan
Mas dengan harga yang sama.
Fungsi pengadaan secara fisik yang dilakukan oleh pembudidaya yaitu
fungsi penyimpanan dan pengangkutan. Fungsi penyimpanan jarang dilakukan
oleh pembudidaya. Penyimpanan terjadi pada saat pembudidaya panen secara
117
bersamaan. Hal ini ditandai dengan tingginya penawaran sedangkan permintaan
dari konsumen tetap. Kelebihan penawaran ini membuat pembudidaya kesulitan
dalam memasarkan produknya, pembudidaya harus mengantri berhari-hari dengan
pembudidaya yang lain agar pengumpul mau membeli produk mereka. Fungsi
pengangkutan tidak dilaksanakan oleh pembudidaya di Kecamatan Pagelaran.
Pada saat panen, pedagang pengumpul mendatangi pembudidaya dan
menyediakan semua kebutuhan untuk pengangkutan Ikan Mas.
Fungsi pelancar yang dilaksanakan oleh pembudidaya terdiri dari fungsi
permodalan, dan informasi pasar. Fungsi permodalan dilaksanakan dalam bentuk
perjanjian berupa penyediaan pakan dengan ketua kelompok serta bantuan dana
dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung bagi kelompok
pembudidaya ikan (pokdakan), sedangkan pembudidaya mandiri berkerjasama
dengan pedagang pakan. Setelah panen, kelompok pembudidaya ikan membayar
pinjaman pakan sesuai dengan harga jual di pasar dan membayar bantuan dana
secara kredit, sedangkan bagi pembudidaya mandiri membayar pakan kepada
pedagang pakan dengan melebihkan Rp 1000,00-Rp 2000,00 untuk setiap karung
pakan. Fungsi informasi pasar yang dilaksanakan oleh pembudidaya yaitu
memberikan informasi kepada pedagang pengumpul ketika akan panen, harga
yang berlaku di sesama pembudidaya.
6.6.2. Fungsi Pemasaran Pedagang Pengumpul
Fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu fungsi
pertukaran, fungsi pengadaaan secara fisik, dan fungsi pelancar. Fungsi
pertukaran yang dilaksanakan oleh padagang pengumpul terdiri dari fungsi
pembelian dan penjualan. Pedagang pengumpul melakukan pembelian dari
pembudidaya Ikan Mas. Volume pembelian pedagang pengumpul pada saat
penelitian antara 600-2000 kg per hari. Harga beli Ikan Mas ditingkat pedagang
pengumpul pada saat dilakukan penelitian adalah sebesar Rp13.000,00 per kg
untuk ukuran konsumsi yaitu 3-10 ekor per kg. Harga ini relatif tinggi
dikarenakan di Kecamatan Pagelaran penawaran Ikan Mas sedang turun. Cara
pembayaran kepada pembudidaya dilakukan secara kredit selama kurang lebih 1
minggu. Fungsi penjualan yang dilaksanakan oleh pedagang pengumpul yaitu
118
menjual Ikan Mas kepada pedagang perantara diatasnya. Harga jual Ikan Mas di
Kecamatan Pagelaran antara Rp14.500,00-Rp15.000,00. Berdasarkan saluran
pemasaran Ikan Mas di Kecamatan pagelaran, pedagang pengumpul menjual Ikan
Mas kepada pedagang pengecer dan pedagang pengumpul luar kecamatan. Cara
pembayaran Ikan Mas yang dilakukan oleh pedagang perantara diatas pedagang
pengumpul dilakukan secara tunai.
Pedagang pengumpul melaksanakan fungsi pengadaan secara fisik yang
terdiri dari pengangkutan dan penyimpanan. Penyimpanan dilakukan dengan
menggunakan jaring di kolam penampungan. Kegiatan penyimpanan ini dilakukan
tidak berlangsung lama hanya sehari, sehingga tidak ada biaya penyimpanan.
Fungsi pengangkutan dilaksanakan apabila pembeli meminta untuk mengantarkan
Ikan Mas ke tempatnya. Pengangkutan akan menambah biaya pemasaran,
sehingga akan berpengaruh kepada peningkatan harga jual. Pedagang pengumpul
mengeluarkan biaya pengangkutan rata-rata sebesar Rp 97,92 per kg.
Fungsi pelancar yang dilaksanakan pedagang pengumpul terdiri dari
permodalan, penanggungan resiko, standardisasi dan grading, dan informasi pasar.
Modal usaha yang digunakan oleh pedagang pengumpul berasal dari modal
sendiri. Modal ini digunakan pedagang pengumpul untuk pembelian ikan, biaya
transportasi, biaya terminal dan biaya penyusutan bobot. Pembiayaan yang
dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk transportasi, terminal, dan
penyusutan bobot adalah Rp 982,03 per kg. Fungsi penanggungan resiko yang
dialami oleh pedagang pengumpul adalah penyusutan bobot dan kematian pada
saat penyimpanan, dan pengangkutan ke tempat pembeli. Fungsi standardisasi dan
grading yang dilaksanakan pedagang pengumpul yaitu pada saat terdapat
permintaan dari tempat pemancingan. Tempat pemancingan biasanya
menginginkan Ikan Mas dengan ukuran 3-5 ekor per kg. Fungsi informasi pasar
dilakukan pedagang pengumpul yaitu dengan mengumpulkan informasi mengenai
waktu panen pembudidaya dan harga yang sedang berlaku di kalangan
pembudidaya, juga mengenai stok Ikan Mas yang terdapat di pasar.
119
6.6.3. Fungsi Pemasaran Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan
Pedagang pengumpul luar kecamatan melaksanakan fungsi pemasaran
yang terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik, dan fungsi
pelancar. Fungsi pertukaran yang dilakukan berupa penjualan dan pembelian.
Pedagang pengumpul luar kecamatan membeli Ikan Mas dari pedagang
pengumpul. Volume pembelian pengumpul luar kecamatan berkisar antara 300800 kg per hari. Harga beli Ikan Mas dari pedagang pengumpul antara
Rp14.500,00-Rp15.000,00 per kg.
Fungsi penjualan yang dilaksanakan pengumpul luar kecamatan yaitu
menjual Ikan Mas ke pedagang pengecer dan pemancingan. Cara pembayaran
untuk pembelian dan penjual yang dilakukan pengumpul luar kecamatan
dilakukan secara tunai. Harga jual Ikan Mas dari pedagang pengumpul luar
kecamatan antara Rp17.000,00-Rp18.000,00 per kg.
Pedagang pengumpul luar kecamatan melaksanakan fungsi pengadaan
secara fisik yang terdiri dari pengangkutan dan penyimpanan. Pengangkutan
dilaksanakan pengumpul luar kecamatan dengan menggunakan plastik berisikan
oksigen. Mobil angkut yang digunakan adalah mobil truk kecil yang berkapasitas
1000-2000 kg ikan. Pedagang pengumpul luar kecamatan rata-rata mengeluarkan
Rp 375,00 per kg untuk biaya transportasi. Penyimpanan dilaksanakan pengumpul
luar kecamatan untuk menampung ikan mas dari pedagang pengumpul. Pedagang
pengumpul luar kecamatan membeli Ikan Mas pada malam hari dan langsung
membawa ke daerahnya. Penyimpanan dilakukan hanya sampai pagi kira-kira
pukul 04.00-05.00 wib, karena pada waktu tersebut pedagang pengumpul luar
kecamatan menjual kepada pedagang pengecer serta membagi-bagikan kepada
pekerjanya untuk di jual di pasar.
Fungsi pelancar yang dilaksanakan oleh pedagang pengumpul luar
kecamatan terdiri dari fungsi permodalan, standardisasi dan grading,
penanggungan resiko, dan informasi pasar. Umumnya, pedagang pengumpul luar
kecamatan menggunakan modal sendiri dalam melaksanakan usahanya.
Pembiayaan yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul luar kecamatan rata-rata
sebesar Rp1593,33 per kg yang meliputi biaya transportasi, biaya terminal dan
biaya penyusutan bobot. Pengumpul luar kecamatan melakukan standardisasi dan
120
grading untuk memisahkan ikan yang akan dijual ke pedagang pengecer dan ikan
yang akan di jual ke tempat pemancingan. Ikan Mas yang dijual ke pedagang
pengecer adalah Ikan Mas ukuran konsumsi dengan ukuran 8-10 ekor per kg,
sedangkan Ikan Mas yang dijual ke tempat pemancingan berukuran 3-5 ekor per
kg. Penanggungan resiko juga dilaksanakan oleh pedagang luar kecamatan yaitu
meliputi kerusakan alat, penyusutan bobot, dan kematian selama pengangkutan
dan penyimpanan. Resiko tersebut ditanggung sendiri oleh pedagang luar
kecamatan. Fungsi informasi pasar dilakukan pedagang pengumpul luar
kecamatan yaitu dengan memberikan informasi harga Ikan Mas di tingkat
pedagang pengecer kepada pedagang pengumpul dan masuknya Ikan Mas dari
Jawa yang mempengaruhi harga jual.
6.6.4. Fungsi Pemasaran Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer yang ditemukan pada saluran pemasaran yaitu
pedagang pengecer di Kecamatan Pagelaran dan pedagang pengecer luar
kecamatan. Pedagang pengecer di Kecamtan Pagelaran hanya membeli dari
pedagang pengumpul di Kecamatan, sedangkan pedagang pengecer di luar
kecamatan membeli Ikan Mas dari pedagng pengumpul luar kecamatan. Fungsi
pemasaran yang dilaksanakan masing-masing pedagang pengecer adalah fungsi
pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik, dan fungsi pelancar. Fungsi pertukaran
terdiri dari pembelian dan penjualan. Pedagang pengecer melakukan pembelian
Ikan Mas dari pedagang pengumpul dari Kecamatan Pagelaran atau dari pedagang
pengumpul luar kecamatan. Pedagang pengecer membeli ikan dari pedagang
pengumpul di Kecamatan Pagelaran dengan harga Rp17.000,00 per kg, sedangkan
jika membeli dari pedagang luar kecamatan berkisar antara Rp14.500,00Rp15.000,00 per kg. Volume pembelian Ikan Mas berkisar antara 20-250 kg.
Fungsi penjualan dilaksanakan padagang pengecer dengan menjual Ikan Mas
kepada konsumen yang berada di pasar. Konsumen yang membeli Ikan Mas dari
pedagang pengecer merupakan konsumen rumah tangga dan rumah makan.
Pedagang pengecer di Kecamatan Pagelaran menjual Ikan Mas seharga
Rp16.000,00 per kg, sedangkan harga jual dari pedagang pengecer luar kecamatan
sebesar Rp18.000,00 per kg. Harga jual pedagang pengecer kepada konsumen
121
rumah tangga dan rumah makan adalah sama. Lokasi penjualan Ikan Mas dari
pedagang pengecer dalam kecamatan adalah pasar pagelaran, sedangkan pedagang
pengecer luar kecamatan yaitu pasar tradisional shopping, dan pasar pagi 24.
Pedagang pengecer melaksanakan fungsi fisik yang terdiri dari fungsi
pengangkutan. Fungsi pengangkutan yang dilaksanakan pedagang pengecer
menggunakan jerigen. Pedagang pengecer dalam kecamatan rata-rata
mengeluarkan Rp 311,11 per kg untuk biaya transportasi, sedangkan pedagang
pengecer luar kecamatan Rp 91,11 per kg. Masing-masing pedagang pengecer
tidak melaksanakan penyimpanan, karena Ikan Mas yang di beli dari pedagang
pengumpul langsung dibawa ke pasar untuk dijual.
Pedagang pengecer juga melaksanakan fungsi pelancar yang terdiri dari
permodalan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Modal usaha yang
digunakan pedagang pengecer berasal dari modal sendiri. Pembiayaan yang
dikeluarkan oleh pedagang pengecer dalm kecamatan rata-rata sebesar Rp 658,81
per kg yang meliputi biaya transportasi, biaya terminal dan biaya penyusutan
bobot. Pedagang pengecer luar kecamatan mengeluarkan biaya untuk transportasi,
terminal dan penyusutan bobot sebesar Rp 551,3 per kg. Penanggungan resiko
oleh pedagang pengecer berasal dari penyusutan bobot. Fungsi informasi pasar
yang dilaksanakan pedagang pengecer yaitu memberikan informasi mengenai
harga Ikan Mas yang berlaku di pasar. Pedagang pengecer tidak melakukan fungsi
standardisasi dan grading, karena baik konsumen rumah tangga maupun
konsumen rumah makan memilih sendiri Ikan Mas yang akan dibelinya.
6.6.5. Fungsi Pemasaran Pemilik Kolam Pemancingan
Pemilik kolam pemancingan melaksanakan fungsi pemasaran meliputi
fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik, dan fungsi pelancar. Fungsi
pertukaran yang dilakukan oleh pemilik kolam pemancingan adalah pembalian
dan penjualan. Pemilik kolam pemancingan melakukan pembelian Ikan Mas dari
pedagang pengumpul di Kecamatan Pagelaran atau dari Pedagang Pengumpul luar
kecamatan. Ikan Mas yang dibeli adalah Ikan Mas dengan uluran 3-5 ekor per kg.
Harga beli Ikan Mas dari pedagang pengumpul Kecamatan Pagelaran adalah
Rp17.500,00 per kg dengan volume pembelian 50 kg per hari, sedangkan harga
122
beli dari pedagang pengumpul luar kecamatan sebesar Rp18.500,00 per kg dengan
volume pembelian 40 kg per hari. Fungsi penjual yang dilaksanakan yaitu menjual
Ikan Mas di tempat pemancingan dengan harga jual Rp 20.000 per kg.
Fungsi pengadaan secara fisik yang dilaksanakan terdiri dari fungsi
penyimpanan. Pemilik kolam pemancingan melakukan penyimpanan dengan
menampung Ikan Mas di kolam pemancingan. Pemilik kolam pemancingan tidak
melaksanakan fungsi pengangkutan. Pengangkutan Ikan Mas dilakukan dengan
menggunakan plastik yang berisi oksigen yang diantarkan langsung oleh
pedagang pengumpul baik di Kecamatan Pagelaran maupun di luar kecamatan.
Fungsi pelancar yang dilaksanakan terdiri dari fungsi permodalan,
penangungan resiko, dan informasi pasar. Modal usaha kolam pemancingan
berasal dari modal sendiri. Pembiayaan yang dikeluarkan oleh pemilik kolam
pemancingan rata-rata sebesar Rp 791,67 per kg yang meliputi biaya terminal dan
biaya penyusutan bobot. Pemilik kolam pemancingan juga menanggung resiko
dari kematian dan penyusutan bobot Ikan Mas. Fungsi informasi pasar yang
dilakukan mengenai usaha pemancingan Ikan Mas kepada masyarakat sekitar.
6.6.6 Fungsi Pemasaran Pemilik Rumah Makan
Fungsi pemasaran yang dilakukan pemilik rumah makan meliputi fungsi
pertukaran, pengadaan secara fisik, dan pelancar. Fungsi pertukaran yang
dilaksanakan oleh pemilik rumah makan adalah fungsi pembelian dan penjualan.
Pemilik rumah makan membeli Ikan Mas dari pedagang pengecer yang ada di
pasar. Pemilik rumah makan tidak membeli dari pedagang pengumpul
dikarenakan pemilik rumah makan hanya melakukan pembelian dalam jumlah
kecil. Jenis masakan yang ditawarkan oleh rumah makan bermacam-macam tidak
hanya berbahan Ikan Mas, hal itu pula yang menyebabkan pembelian Ikan Mas
untuk rumah makan bejumlah sedikit. Harga beli pemilik rumah makan adalah
Rp18.000,00 per kg. Volume pembelian Ikan Mas berkisar antara 1-3 kg dengan
ukuran 6-8 ekor per kg. Pemilik rumah makan menjual masakan Ikan Mas kepada
konsumen. Harga jual Ikan Mas antara Rp 4500,00-Rp 7000,00 per porsi (tanpa
nasi), harga ini tergantung dari jenis makanan yang dihidangkan. Menu Ikan Mas
bakar lebih murah daripada menu Ikan Mas goreng.
123
Fungsi fisik yang dilaksanakan terdiri dari fungsi pengangkutan. Fungsi
pengangkutan dilaksanakan oleh pemilik rumah makan setelah melakukan
pembelian dari pedagang pengecer. Pengangkutan dilakukan dengan mengunakan
plastik. Pemilik rumah makan rata-rata mengeluarkan Rp 63,71 per kg untuk
biaya transportasi. Pemilik rumah makan tidak melakukan penyimpanan,
dikarenakan Ikan Mas yang dijual setiap hari umumnya laku terjual dan apabila
terdapat sisa biasanya dimakan sendiri oleh keluarga dari pemilik rumah makan.
Fungsi pelancar yang dilaksanakan oleh pemilik rumah makan meliputi
permodalan, standardisasi dan grading, serta informasi pasar. Modal yang
digunakan oleh pemilik rumah makan adalah modal sendiri. Pembiayaan yang
dikeluarkan oleh pemilik rumah makan rata-rata sebesar Rp 3148,33 per kg yang
meliputi biaya transportasi dan biaya terminal. Standardisasi dan grading
dilakukan oleh pemilik rumah makan pada saat pembelian dari pedagang
pengecer, umumnya pemilik rumah makan memilih sendiri Ikan Mas yang akan di
beli. Fungsi informasi pasar yang dilakukan adalah menyebarkan informasi
mengenai rumah makan yang dikelola kepada masyarakat sekitar.
6.7. Analisis Struktur Pasar
Struktur pasar Ikan Mas diidentifikasikan dengan melihat jumlah lembaga
pemasaran yang terlibat, keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar, serta
informasi pasar.
6.7.1. Jumlah Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran Ikan Mas yang terlibat di Kecamatan Pagelaran
terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang
pengecer, pemilik kolam pemancingan dan pemilik rumah makan. Responden
pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan pagelaran berjumlah 30 orang, yang terbagi
15 orang pembudidaya yang masuk kelompok dan 15 orang pembudidaya
mandiri.
Pembudidaya sebagai pihak produsen hanya menjual Ikan Mas kepada
pedagang pengumpul. Kondisi ini menyebabkan posisi tawar (bargaining
position) dari pembudidaya sangat lemah. Tidak ada keterikatan hubungan antara
pembudidaya dan pedagang pengumpul, menyebabkan setiap pembudidaya
124
memiliki kebebasan dalam menjual produksinya kepada pedagang pengumpul
mana saja. Dalam keadaan normal, untuk terus menjaga kelangsungan dari
penjualan Ikan Mas umumnya pembudidaya menjual kepada pedagang
pengumpul langganannya. Pada saat panen raya, pembudidaya harus menerima
harga yang diberikan oleh pedagang pengumpul dan juga harus mengantri dengan
pembudidaya lain untuk mendapatkan waktu panen. Sedangkan pada waktu
penawaran ikan dari pembudidaya sedang turun, maka pedagang pengumpul harus
berlomba-lomba dengan pedagang pengumpul lainnya dalam mendapatkan ikan.
Pedagang pengumpul yang menjadi responden berjumlah 3 orang. Tiap
pedagang pengumpul dapat menjual kepada lebih dari satu pedagang luar
kecamatan dan pedagang pengecer. Kondisi permintaan Ikan Mas yang cukup
tinggi memberi peluang kepada pedagang pengumpul untuk mengembangkan
usahanya. Pedagang pengumpul luar kecamatan yang menjadi responden
berjumlah 2 orang. Berdasarkan wawancara dengan pedagang pengumpul luar
kecamatan, Ikan Mas yang dihasilkan dari Kecamatan Pagelaran hanya dipasarkan
di Provinsi Lampung saja untuk memenuhi permintaan pasar yang besar.
Pedagang pengumpul dalam kecamatan dan pedagang pengumpul luar kecamatan
kemudian menyalurkan Ikan Mas ke pedagang pengecer.
Pedagang pengecer yang menjadi responden berjumlah 6 orang, 3 orang
pedagang pengecer dalam kecamatan dan 3 orang pedagang pengecer luar
kecamatan. Jumlah pedagang pengecer lebih banyak daripada jumlah pedagang
pengumpul luar kecamatan. Pedagang pengecer sebagai penjual yang berhadapan
dengan konsumen akhir yang jumlahnya relatif lebih banyak. Pemilik rumah
makan merupakan salah satu konsumen dari pedagang pengecer. Pemilik rumah
makan yang dijadikan responden berjumlah 3 orang. Kolam pemancingan yang
menjadi responden berjumlah 2. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik
kolam pemancingan, masih jarang masyarakat yang mencoba dalam bidang
pemancingan. Sehingga tidak banyaknya pesaing menyebabkan pemilik kolam
pemancingan memiliki posisi tawar yang tinggi dalam penentuan harga jual.
125
6.7.2. Sifat Produk
Produk Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran dari mulai pembudidaya sampai
ke tangan pedagang pegecer bersifat homogen (seragam). Dalam penentuan
pembeliannya, konsumen tidak tergantung pada siapa yang menjual Ikan Mas
melainkan pada tingkat harga komoditas tersebut. Pedagang pengecer menjual
Ikan Mas hingga sampai ke tangan konsumen rumah tangga dan rumah makan.
Konsumen rumah makan menjual produk yang bersifat berbeda karakteristik
(deferensiasi). Perbedaan karakteristik dari komoditas yang dihasilkan rumah
makan dirasakan oleh konsumen. Perbedaan tersebut meliputi rasa, isi per porsi,
jenis hidangan dam pelayanan rumah makan. Untuk lebih jelasnya keadaan
produk pada tiap lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Keadaan Produk pada Tiap Lembaga Pemasaran yang Terlibat Pada
Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran tahun 2008
Tingkatan Pemasaran
Pembudidaya
Pedagang pengumpul
Pedagang pengumpul luar kecamatan
Pedagang pengecer
Pemilik kolam Pemancingan
Pemilik rumah makan
Sumber : Data Primer
Keadaan Produk
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Heterogen
6.7.3. Kemudahan Keluar Masuk Pasar
Kondisi keluar masuk pasar berkaitan dengan kemampuan lembaga
pemasaran untuk memasuki dan meninggalkan pasar. Hal ini dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya hambatan untuk memasuki pasar yang dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain, tinggi rendahnya modal atau biaya yang dimiliki untuk
bertindak sebagai pesaing dalam rangka memasuki pasar dan keterikatan antara
lembaga pemasaran atau hubungan dengan lembaga pemasaran.
Keseluruhan pembudidaya menjual hasil panennya ke pedagang
pengumpul, hal ini dikarenakan pembudidaya tidak mampu memasarkan sendiri
hasil-hasil produksinya karena dibutuhkan modal yang cukup besar untuk
membayar biaya pemasaran dan juga pengetahuan akan lembaga-lembaga
perantara diatasnya yang membutuhkan produk Ikan Mas.
Sementara hambatan yang dirasakan di pedagang pengumpul untuk
memasuki pasar pada keadaan penawaran Ikan Mas turun, cukup besar. Hal ini
126
disebabkan karena untuk mendapatkan Ikan Mas cukup sulit dan harus bersaing
dengan pedagang pengumpul lainnya. Pada keadaan normal, seseorang yang
mempunyai relasi dengan pedagang perantara diatasnya yang membutuhkan Ikan
Mas dan memiliki modal untuk membiayai biaya transportasi serta penyediaan
oksigen dan plastik dapat sewaktu-waktu menjadi pedagang pengumpul, karena
pembayaran atas pembelian Ikan Mas dilakukan dengan cara kredit dengan jangka
waktu kurang lebih 1 minggu.
Hambatan yang dialami oleh pedagang pengumpul luar kecamatan cukup
besar, yaitu ketersediaan modal yang besar karena pembayaran yang dilakukan
adalah secara tunai, dan harus mempunyai hubungan dengan pedagang
pengumpul di Kecamatan Pagelaran untuk mendapatkan stok Ikan Mas serta harus
mempunyai pengetahuan tentang kualitas ikan yang baik. Pada tingkat pedagang
pengecer tidak diperoleh hambatan yang berarti dalam memasuki pasar.
Hambatan yang paling besar adalah modal namun jumlahnya relatif kecil karena
pembelian Ikan Mas yang dilakukan dalam jumlah kecil.
Pemilik kolam pemancingan tidak mengalami hambatan yang berarti,
karena umumnya pemilik kolam pemancingan memiliki modal yang besar untuk
penyediaan stok Ikan Mas. Pemilik rumah makan juga tidak mengalami hambatan
yang berarti. Dalam penyediaan menu Ikan Mas, pemilik rumah makan langsung
dapat membeli dari pedagang pengecer di pasar. Hambatan yang dialami oleh
pemilik rumah makan adalah bagaimana caranya agar konsumen mengenal dan
dapat membeli hidangan yang disajikan di rumah makan tersebut.
6.7.4. Informasi Pasar
Informasi pasar sangat penting bagi lembaga-lembaga pemasaran jika
yang diinginkan adalah terjadinya efisiensi dalam mekanisme pasar. Pembudidaya
memerlukan informasi tentang kemungkinan jumlah permintaan dan harga dari
produk sebagai dasar untuk membuat keputusan tentang harga jual yang
ditetapkan. Informasi harga bagi pedagang pengumpul diperoleh secara langsung
dari pedagang perantara yang berada diatasnya. Sumber informasi ini diperoleh
dari harga yang dibayar oleh konsumen akhir dan sumber tersebut kemudian
menjadi patokan para pedagang dibawahnya. Harga yang berlaku di Kecamatan
127
Pagelaran sesuai harga pasar, pada saat permintaan naik harga Ikan Mas naik dan
pada saat permintaan turun harga Ikan Mas turun. Karena harga yang berlaku
adalah harga pasar, baik harga jual pembudidaya dan harga beli penjual umumnya
seragam. Pertukaran informasi umumnya hanya terbatas pada sesama pedagang
perantara, sehingga biasanya pembudidaya tidak mengetahui kondisi harga di
tingkat pengecer.
Berdasarkan uraian mengenai jumlah pedagang perantara yang terlibat,
keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar dan informasai pasar, dapat diketahui
struktur pasar Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus. Struktur
pasar yang terbentuk di antara pembudidaya dan pedagang pengumpul adalah
struktur pasar oligopsoni dimana jumlah pembudidaya lebih banyak daripada
jumlah pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul mempunyai bargaining
position yang lebih kuat dibandingkan pembudidaya. Sehingga pedagang
pengumpul berperan sebagai price maker dan pembudidaya sebagai price taker.
Saling ketergantungan yang ada antar pelaku menyebabkan tindakan suatu pelaku
(misalnya menurunkan harga) akan berdampak nyata terhadap para pesaing.
Pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar kecamatan
membentuk struktur pasar oligopoli, dimana jumlah pedagang pengumpul sebagai
penjual lebih sedikit daripada jumlah pedagang pengumpul luar kecamatan
sebagai pembeli. Pada saat penawaran tinggi, pedagang pengumpul luar
kecamatan memiliki bargaining position yang lebih kuat, sedangkan pada saat
penawaran turun pedagang pengumpul memiliki posisi tawar yang lebih kuat.
Struktur pasar yang terbentuk antara pedagang pengumpul dan pedagang
pengumpul luar kecamatan dengan pedagang eceran adalah struktur pasar
oligopoli. Jumlah pedagang pengumpul sebagai penjual lebih sedikit daripada
jumlah pedagang pengecer. Pada kondisi ini, pedagang pengecer memiliki
pengetahuan yang lebih mengenai harga di kalangan konsumen daripada
pedagang pengumpul. Tetapi pedagang pengumpul tetap memiliki bargaining
position yang kuat dibandingkan pedagang pengecer. Hal ini disebabkan oleh
pembelian Ikan Mas oleh pedagang pengecer hanya dalam jumlah kecil. Pedagang
pengecer dengan rumah makan membentuk struktur pasar oligopoli, hal ini
disebabkan jumlah pedagang pengecer sebagai penjual daripada rumah makan
128
sebagai pembeli. Rumah makan bebas menentukan harga jual dari produk hasil
olahannya kepada konsumen walaupun masih bersaing dengan rumah makan yang
menjual produk yang sama.
Pedagang pengumpul luar kecamatan dengan kolam pemancingan
membentuk pasar oligopsoni, dimana jumlah pedagang pengumpul luar
kecamatan sebagai penjual lebih banyak daripada jumlah kolam pemancingan
sebagai pembeli. Pada kondisi ini, pemilik kolam pemancingan bebas menentukan
harga jual dari Ikan Mas walaupun masih bersaing dengan tempat pemancingan
yang lain. Para pemancing, umumnya mau mengeluarkan biaya yang relatif mahal
untuk meyalurkan hobinya dan menikmati fasilitas yang tersedia.
6.8. Perilaku Pasar
Perilaku pasar menunjukkan tingkah laku lembaga pemasaran pada
struktur pasar tertentu dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Perilaku pasar
dalam penelitian ini ditinjau dari praktek pembelian dan penjualan, proses
penentuan atau pembentukan harga, pembayaran harga dan kerjasama antar
lembaga pemasaran.
6.8.1. Praktek Pembelian dan Penjualan
Pembudidaya Ikan Mas biasanya menjual hasil produksinya kepada
pedagang pengumpul yang sama setiap kali panen dan cara pembayarannya
adalah kredit. Ikatan seperti ini biasanya terjadi karena pembudidaya sudah
percaya kepada pedagang pengumpul, baik dari penetapan harga dan juga
pembayaran hasil panen. Pedagang pengumpul mempunyai modal yang berasal
dari modal sendiri. Pedagang pengumpul menjual Ikan Mas ke pedagang
pengumpul luar kecamatan yang sudah menjadi langganannya. Hal ini
dikarenakan, agar pedagang pengumpul mudah dalam menyalurkan Ikan Mas baik
pada keadaan normal maupun panen raya.
Dari pedagang pengumpul sampai ke tangan konsumen pembelian dan
penjual dilakukan secara tunai. Pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul
luar kecamatan memasarkan Ikan Mas salah satunya kepada pedagang pengecer.
Setiap pedagang pengumpul umumnya mempunyai lebih dari 2 pedagang
129
pengecer yang menjadi langanannya. Pedagang pengecer membeli secara tunai
dari pedagang pengumul dan menjual langsung kepada konsumen rumah tangga
dan rumah makan. Konsumen memiliki kebebasan dalam memilih Ikan Mas yang
akan dibelinya. Pemilik rumah makan mengolah Ikan Mas menjadi berbagai
bentuk masakan yang berdampak pada perbedaan harga jualnya. Rumah makan
menjual hidangan Ikan Mas berkisar antara Rp 4.000,00-Rp 7.000,00 per porsi.
Selain menjual ke pedagang pengecer, pedagang pengumpul juga memasarkan ke
kolam pemancingan. Kolam pemancingan membeli Ikan Mas dengan ukuran 3-5
ekor per kg. Minat yang tinggi dari para pemancing untuk memuaskan hobi
memancingnya, menjadikan pemilik kolam pemancingan harus menyiapkan Ikan
Mas untuk pancingan 40-50 kg per hari dan pemilik kolam pemancingan dapat
menjual dengan harga tinggi yakni Rp 20.000,- per kg.
6.8.2. Praktek Penentuan Harga
Penentuan harga merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi
pendapatan nelayan. Pada kegiatan penentuan harga di Kecamatan Pagelaran,
Pembudidaya memiliki posisi tawar (bargaining position) yang lemah. Posisi
tawar yang lemah disebabkan oleh keterbatasan modal pembudidaya dan
lemahnya akses pasar yang dimiliki. Keuntungan yang dimiliki oleh pembudidaya
ketika pedagang pengumpul kesulitan dalam mencari Ikan Mas karena sedikitnya
hasil Ikan Mas yang dihasilkan oleh pembudidaya. Pada saat itu, pembudidaya
dapat menaikkan harga jualnya dan umumnya pedagang pengumpul menyetujui.
Pedagang pengumpul merupakan pihak pertama yang menentukan harga
Ikan Mas, kemudian diikuti oleh lembaga pemasaran yang ada di atasnya. Harga
yang ditentukan berdasarkan dari kesepakatan kedua belah pihak walaupun masih
terdapat lembaga pemasaran yang memegang kendali terhadap harga.
6.8.3. Praktek Pembayaran Harga
Praktek pembayaran harga Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran terbagi menjadi dua cara :
130
1. Sistem Pembayaran Tunai
Sistem pembayaran tunai artinya begitu Ikan Mas diterima, langsung
dibayarkan sesuai dengan harga yang disepakati bersama. Sistem pembayaran ini
terjadi pada pedagang pengumpul luar kecamatan sampai ke tangan konsumen.
2. Sistem Pembayaran Kemudian (Kredit)
Sistem pembayaran ini dilakukan oleh pedagang pengumpul kepada
pembudidaya. Hal ini dilakukan karena jumlah Ikan Mas yang dibeli dari
pembudidaya dalam jumlah besar sehingga belum tersedianya modal untuk
membayar langsung kepada pembudidaya. Pembayaran berjangka kurang lebih
satu minggu setelah barang diterima oleh pedagang pegumpul. Cara pembayaran
seperti ini biasanya didasari oleh rasa saling percaya antara kedua belah pihak.
6.8.4. Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran
Hubungan kerjasama yang menguntungkan terjadi antara pembudidaya
dengan pedagang pengumpul. Kerjasama didasarkan pada lamanya hubungan
dagang dan rasa saling percaya. Kerjasama yang dilakukan oleh pedagang
pengumpul bukanlah dalam penyediaan pakan tetapi dalam tempo waktu
pembayaran hasil panen yang lebih cepat. Dan juga apabila terjadi panen raya,
pembudidya tersebut akan didahulukan dalam waktu panen. Kerjasama dalam
bentuk penyediaan pakan dilakukan oleh ketua kelompok yang berhubungan
dengan koperasi, dan dari pedagang pakan. Bagi kelompok pembudidaya ikan
(pokdakan) kerjasama yang terjadi bukan hanya dari penyediaan pakan oleh ketua
kelompok, juga adanya bantuan dana dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
Provinsi Lampung.
Hubungan kerjasama diantara pedagang perantara lainnya hanya
merupakan hubungan yang sifatnya sebagai mitra kerja (penjual dan pembeli),
untuk memperlancar dan mempermudah penjualan dan pembelian. Beberapa
pedagang pengumpul saling bertukar informasi mengenai kondisi harga.
Kejujuran sangat diperlukan oleh para pelaku pemasaran untuk terus bertahan
menghadapi persaingan usaha.
131
6.9. Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Ikan Mas
6.9.1. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer’s Share Saluran 1
Pada saluran 1 perantara yang terlibat terdiri dari pembudidaya, pedagang
pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer, dan rumah
makan. Saluran pemasaran 1 mempunyai saluran yang lebih panjang dari pada
saluran yang lainnya karena melibatkan 5 pedagang perantara.
Pembudidaya menjual Ikan Mas ke pedagang pengumpul dengan harga
jual rata-rata Rp13.000,00 per kg. Pedagang pengumpul mendapatkan margin
pemasaran rata-rata sebesar Rp1833,33 per kg dengan menjual kepada pedagang
luar kecamatan rata-rata sebesar Rp14.833,33 per kg. Pedagang luar kecamatan
menjual kepada pedagang eceran luar kecamatan dengan harga rata-rata
Rp16.750,00 per kg sehingga memperoleh marjin pemasaran rata-rata sebesar
Rp 2.000,00. Pedagang eceran luar kecamatan pada saluran 1 menjual ke
konsumen rumah makan dengan harga rata-rata Rp17.666,67 per kg dan
memperoleh marjin pemasaran rata-rata Rp 833,3 per kg.
Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah
biaya terminal dan biaya transportasi. Biaya terminal yang dikeluarkan rata-rata
sebesar Rp 234,11 per kg yang terdiri dari upah, plastik dan oksigen. Biaya
transportasi yang dikeluarkan pedagang pengumpul rata-rata sebesar
Rp 97,92 per kg. Pedagang pengumpul luar kecamatan mengeluarkan biaya
terminal untuk upah, plastik dan oksigen rata-rata sebesar Rp 479,17 per kg. Biaya
transportasi rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 375,00.
Biaya terminal dan biaya transportasi juga dikeluarkan oleh pedagang
pengecer. Biaya terminal yang terdiri dari uang sampah, keamanan dan listrik
rata-rata sebesar Rp 31,3 per kg, sedangkan untuk biaya transportasi sebesar
Rp 91,11 per kg. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pemilik rumah makan
terdiri dari biaya terminal untuk upah, listrik, dan keperluan dapur rata-rata
sebesar Rp 2.035,18 per kg dan biaya transportasi yang dikeluarkan rata-rata
Rp 63,71 per kg. Total margin pada keseluruhan pedagang perantara di saluran 1
sebesar Rp 24.833,33. Total keuntungan yang diperoleh pedagang perantara
adalah Rp7.992,45, sedangkan bagian yang diterima oleh pembudidaya (farmer’s
share) pada saluran 1 sebesar 34,91%.
132
Tabel 17. Distribusi Margin Ikan Mas Pada Saluran Pemasaran 1
Lembaga Pemasaran
Rp/Kg
Pembudidaya
Harga jual
13.000,00
Pengumpul
Harga beli
Harga jual
Biaya transportasi
Biaya terminal
Biaya penyusutan bobot
Margin
Keuntungan
Rasio Keuntungan dan biaya (%)
13.000,00
14.750,00
97,92
234,11
650,00
1.750,00
767,97
86,29
Pedagang pengumpul luar kecamatan
Harga beli
Harga jual
Biaya transportasi
Biaya terminal
Penyusutan bobot
Margin
Keuntungan
Rasio keuntungan dan biaya
14.750,00
16.833,34
375,00
479,17
739,17
2083,34
490,00
45,26
Pengecer Luar Kecamatan
Harga beli
Harga jual
Biaya transportasi
Biaya terminal
Penyusutan bobot
Margin
Keuntungan
Rasio keuntungan dan biaya (%)
16.833,34
18.000,00
91,11
31,30
428,89
1.166,66
615,36
176,30
Rumah makan
Harga beli
Harga jual
Biaya transportasi
Biaya terminal
Margin
Keuntungan
Rasio keuntungan dan biaya (%)
18.000,00
37.833,33
451,07
13.660,65
19.833,33
5.721,61
43,38
Total margin
Total keuntungan
Farmer’s share
Sumber : Diolah dari Lampiran 10-19
24.833,33
7.992,45
34,36
133
6.9.2. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer’s Share Saluran 2
Jumlah pedagang perantara yang terlibat dalam kegiatan pemasaran di
saluran 2 adalah 3 orang yang terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul,
pedagang pengecer. Pada saluran ini, Ikan Mas dipasrkan hanya ke wilayah
Kecamatan Pagelaran saja tidak sampai keluar kecamatan. Pada saluran 2,
pembudidaya menjual Ikan Mas kepada pedagang pengumpul dengan harga jual
Rp13.000,00 per kg. Pedagang pengumpul kemudian menjual kepada pedagang
pengecer dengan harga Rp14.500,00 per kg. Pedagang pengumpul mendapatkan
margin sebesar Rp1.500,00 per kg. Ikan Mas oleh pedagang pengecer dijual
langsung ke konsumen dengan harga Rp16.000,00 per kg. Margin yang diterima
oleh pedagang pengecer atas penjualannya ke konsumen sebesar Rp1.500,00 per
kg.
Pedagang perantara pada saluran 2 mengeluarkan biaya-biaya untuk
memasarkan Ikan Mas. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya transportasi,
biaya terminal dan juga penyusutan bobot. Biaya transportasi yang dikeluarkan
adalah sebesar Rp97,92, per kg, sedangkan biaya terminal yang terdiri dari upah
pekerja, plastik, dan oksigen yang dikeluarkan sebesar Rp 234,11 per kg.
Penyusutan bobot yang dibayarkan oleh pedagang pengumpul Rp 650 per kg.
Keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 517,97 per kg,
rasio keuntungan dan biaya sebesar 52,74%.
Pedagang pengecer mengeluarkan biaya transportasi sebesar Rp 311,11
dan biaya terminal yang dikeluarkan sebesar Rp 73,48 per kg. Biaya terminal
yang dikeluarkan pedagang pengecer terdiri dari uang keamanan, uang sampah
dan uang listrik. Pedagang pengecer mendapatkan keuntungan sebesar Rp 843,19
per kg, dan rasio keuntungan dan biaya yang diperoleh sebesar 128,38%.
Berdasarkan Tabel 18, menjelaskan total margin yang diterima pedagang
perantara adalah sebesar Rp 3.000,0 per kg. Keuntungan total yang diterima
adalah sebesar Rp 1.361,16 per kg. Farmer’s share atau bagian yang diterima oleh
pembudidaya pada saluran 2 adalah 89,66%.
134
Tabel 18. Distribusi Margin Ikan Mas Pada Saluran Pemasaran 2
Lembaga Pemasaran
Pembudidaya
Harga jual
Rp/Kg
13.000,00
Pengumpul
Harga beli
Harga jual
Biaya transportasi
Biaya terminal
Biaya penyusutan bobot
Margin
Keuntungan
Rasio Keuntungan dan biaya (%)
13.000,00
14.500,00
97,92
234,11
650,00
1.500,00
517,97
52,74
Pengecer
Harga beli
Harga jual
Biaya transportasi
Biaya terminal
Penyusutan bobot
Margin
Keuntungan
Rasio keuntungan dan biaya (%)
14.500,00
16.000,00
311,11
73,48
272,22
1.500,00
843,19
128,38
Total margin
Total keuntungan
Farmer’s share
3.000,00
1.361,16
89,66
Sumber : Diolah dari Lampiran 9,10 dan 14
6.9.3. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer’s Share pada
Saluran 3
Pada saluran 3, pedagang perantara yang terlibat adalah pembudidaya,
pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan dan pedagang
pengecer.
Berdasarkan Tabel 19, Biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh
pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul luar kecamatan terdiri dari biaya
transportasi, biaya terminal dan biaya penyusutan bobot. Biaya terminal
merupakan biaya yang dikeluarkan hingga Ikan Mas siap angkut yang terdiri dari
upah pekerja, plastik dan oksigen. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang
pengecer meliputi biaya transportasi dan biaya terminal. Biaya terminal yang
dikeluarkan meliputi uang keamanan, uang kebersihan dan uang listrik.
135
Tabel 19. Distribusi Margin Ikan Mas Saluran Pemasaran 3
Lembaga Pemasaran
Pembudidaya
Harga jual
Rp/Kg
13.000,00
Pengumpul
Harga beli
Harga jual
Biaya transportasi
Biaya terminal
Biaya penyusutan bobot
Margin
Keuntungan
Rasio Keuntungan dan biaya (%)
13.000,00
15.000,00
97,92
234,11
650,00
2.000,00
1.017,97
103,66
Pedagang pengumpul luar kecamatan
Harga beli
Harga jual
Biaya transportasi
Biaya terminal
Penyusutan bobot
Margin
Keuntungan
Rasio keuntungan dan biaya
15.000,00
17.000,00
375,00
479,17
739,17
2.000,00
406,66
25,52
Pengecer Luar Kecamatan
Harga beli
Harga jual
Biaya transportasi
Biaya terminal
Penyusutan bobot
Margin
Keuntungan
Rasio keuntungan dan biaya (%)
17.000,00
18.000,00
91,11
31,30
428,89
1.000,00
448,61
81,37
Total margin
Total keuntungan
Farmer’s share
5.000,00
1.873,24
72,22
Sumber : Diolah dari Lampiran 9,10,12 dan 16
Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer meliputi biaya
transportasi dan biaya terminal. Biaya terminal yang dikeluarkan meliputi uang
keamanan, uang kebersihan dan uang listrik. Pembudidaya menjual Ikan Mas
kepada pedagang pengumpul adalah sebesar Rp13.000,00 per kg. Harga jual yang
ditetapkan pedagang pengumpul ke pedagang pengumpul luar kecamatan adalah
sebesar Rp15.000,00 per kg, dan mendapatkan margin sebesar Rp2.000,00 per kg.
Biaya transportasi yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp 7,92 per kg,
sedangkan untuk biaya terminal sebesar Rp 234,11 per kg. Biaya penyusutan
bobot yang dikeluarkan sebesar Rp 650,00 per kg. Pedagang pengumpul
136
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.017,97 per kg dan rasio keuntungan dan
biaya 103,66%.
Pedagang luar kecamatan menjual Ikan Mas dengan harga sebesar Rp
17.000,00 per kg kepada pedagang pengecer luar kecamatan. Margin dan
keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul luar kecamatan masingmasing Rp 2.000,00 per kg dan Rp 406,66 per kg. Biaya yang dikeluarkan oleh
pedagang pengumpul luar kecamatan untuk biaya transportasi sebesar Rp 37 per
kg. Biaya terminal dan penyusutan bobot masing-masing sebesar Rp 479,17 per
kg dan Rp 793,17 per kg.
Rasio keuntungan yang diterima pedagang pengumpul luar kecamatan
25,52 %. Pedagang pengecer luar kecamatan menjual kepada konsumen dengan
harga Rp18.000,00 per kg dan memperoleh margin sebesar Rp1.000,00 per kg.
Biaya yang dikeluarkan untuk tansportasi sebesar Rp 91,11 per kg. Biaya terminal
sebesar Rp 31,3 dan penyusutan bobot sebesar Rp 428,89 per kg. Keuntungan
yang diterima sebesar Rp 448,61 per kg dan rasio keuntungan dan biaya sebesar
81,37%. Bagian yang diterima oleh pembudidaya (farmer’s share) pada saluran 3
sebesar 72,22%.
6.9.2. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran dan Farmer’s Share pada
Saluran 4
Pedagang perantara yang terlibat pada saluran 4 adalah pembudidaya,
pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, dan kolam
pemancingan.
Pembudidaya menjual Ikan Mas ke pedagang pengumpul dengan harga
Rp13.000,00 per kg. Pedagang pengumpul kemudian menjual ke pedagang
pengumpul luar kecamatan sebesar Rp15.000,00, dan memperoleh margin sebesar
Rp 2.000,00 per kg. Ikan Mas dari pedagang pengumpul luar kecamatan di
pasarkan ke kolam pemancingan dengan harga Rp 17.500,00 per kg, dan
memperoleh margin sebesar Rp 2.500,00 per kg. Pemilik kolam pemancingan
yang menjual Ikan Mas kepada pemancing Rp 20.000,00 per kg, dan
mendapatkan margin sebesar Rp 2.500,00 per kg.
137
Tabel 20. Distribusi margin Ikan Mas saluran Pemasaran 4
Lembaga Pemasaran
Pembudidaya
Harga jual
Rp/Kg
13.000,00
Pengumpul
Harga beli
Harga jual
Biaya transportasi
Biaya terminal
Biaya penyusutan bobot
Margin
Keuntungan
Rasio Keuntungan dan biaya (%)
13.000,00
15.000,00
97,92
234,11
650,00
2.000,00
1.017,97
103,66
Pedagang pengumpul luar kecamatan
Harga beli
Harga jual
Biaya transportasi
Biaya terminal
Penyusutan bobot
Margin
Keuntungan
Rasio keuntungan dan biaya
15.000,00
17.500,00
375,00
479,17
739,17
2.500,00
906,66
56,90
Pemancingan
Harga beli
Harga jual
Biaya terminal
Penyusutan bobot
Margin
Keuntungan
Rasio keuntungan dan biaya (%)
Total margin
Total keuntungan
Farmer’s share
Sumber : Diolah dari Lampiran 9,10,12, dan 19
17.500
20.000
554,17
237,50
2.500,00
1.708,33
215,79
7.000,00
3632,96
65,00
Berdasarkan Tabel 21, biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul
sebesar Rp 97,92 per kg untuk biaya transportasi dan Rp 234,11 per kg unuk biaya
terminal. Biaya terminal yang dikeluarkan pedagang pengumpul terdiri dari upah
pekerja, plastik dan oksigen. Biaya penyusutan bobot yang dibayarkan sebesar Rp
650,00 per kg. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp
1.017,97 per kg, dan rasio keuntungan dan biaya yang didapatkan 103,66%.
Pedagang pengumpul luar kecamatan juga mengeluarkan biaya transportasi dan
terminal. Biaya transportasi dan biaya terminal yang dikeluarkan masing-masing
sebesar Rp 375,00 per kg dan Rp 479,17 per kg. Biaya penyusutan bobot yang
dikeluarkan sebesar Rp 739,17 per kg. Keuntungan yang didapat oleh pedagang
luar kecamatan sebesar Rp 906,66 per kg. Rasio keuntungan dan biaya sebesar
138
56,90%. Pemilik kolam pemancingan hanya mengeluarkan biaya terminal dan
penyusutan bobot tanpa biaya transportasi. Ikan Mas di antarkan langsung oleh
pedagang pengumpul luar kecamatan ke kolam pemancingan, sehingga tidak ada
biaya tansportasi yang dikeluarkan pemilik kolam pemancingan. Biaya terminal
yang terdiri dari upah pekerja, listrik dikeluarkan pemilik kolam pemancingan
sebesar Rp 554,17 per kg. Biaya penyusutan bobot yang dikeluarkan sebesar Rp
237,5 per kg. Keuntungan yang didapatkan pemilik kolam pemancingan sebesar
Rp 1.708,33 per kg. Rasio keuntungan dan biaya sebesar 215,79%. Farmer’s share
atau bagian yang diterima oleh pembudidaya sebesar 65%. Margin pemasaran
total pada saluran 4 sebesar Rp 7.000,00 per kg dan keuntungan total sebesar Rp
3.632,96 per kg.
Berdasarkan uraian diatas (Tabel 17,18,19,20) dapat diketahui bahwa
margin pemasaran total terbesar terdapat pada saluran 1 sebesar Rp 25.249,99 per
kg. Pada saluran 1, pemilik rumah makan menjual Ikan Mas olahan dengan harga
yang relatif tinggi per ekornya sehingga setelah dikonversi harga jual Ikan Mas
per kg menjadi tinggi, yang menyebabkan margin pemasaran yang besar.
Sedangkan margin pemasaran total terkecil berada pada saluran 2 sebesar Rp
3.000,00 per kg. Pedagang pengecer menjual Ikan Mas langsung ke konsumen
dengan jumlah yang diinginkan oleh konsumen. Jual beli dilakukan dengan proses
tawar-menawar sehingga margin yang diperoleh kecil.
Bagian yang diterima pembudidaya (farmer’s share) terbesar terdapat
pada saluran 2 sebesar 89,66%, sedangkan farmer’s share terkecil terdapat pada
saluran 1 sebesar 34,36%. Dilihat dari farmer’s sharenya, saluran pemasaran yang
relatif efisien adalah saluran pemasaran 2.
Tabel 21. Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran pada Tiap Lembaga Pemasaran
Lembaga Pemasaran
Keuntungan per Biaya Pemasaran
Saluran 1
Saluran 2
Saluran 3
86,29
52,74
103,66
45,26
25,52
Pedagang pengumpul
Pedagang pengumpul luar
kecamatan
Pedagang pengecer
Pedagang pengecer luar
kecamatan
Pemilik kolam pemancingan
Rumah makan
Sumber : Diolah dari Lampiran 10-19
Saluran 4
103,66
56,90
128,38
176,3
81,37
215,79
43,38
139
Berdasarkan Tabel 21, di tingkat pedagang pengumpul rasio keuntungan
dan biaya pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran 3 dan 4 yaitu
sebesar 103,66 artinya setiap Rp100,00 biaya pemasaran yang dikeluarkan akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp103,66. Rasio keuntungan dan biaya terkecil
terdapat pada saluran 52,74. Nilai rasio keuntungan dan biaya pemasaran belum
efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada jumlah keuntungan
yang didapatkan.
Rasio keuntungan dan biaya pemasaran terbesar pada tingkat pedagang
pengumpul luar kecamatan berada di saluran 4 yaitu 56,90,sedangkan rasio
keuntungan dan biaya terkecil berada pada saluran 3 yaitu sebesar 25,52. Rasio
keuntungan dan pemasaran pada masing-masing saluran belum efisien karena
jumlah biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada keuntungan yang didapatkan.
Pada tingkat pedagang pengecer dalam kecamatan, pemasaran yang
dilakukan oleh pedagang pengecer pada saluran 2 adalah efisien. Hal ini
ditunjukkan dengan rasio keuntungan dan biaya sebesar 128,38 yang berarti
keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya pemasaran yang
dikeluarkan. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran pedagang pengecer luar
kecamatan yang terbesar terdapat pada saluran 1 yaitu 176,3%, sedangkan rasio
keuntungan dan biaya terkecil berada pada saluran 3 yaitu sebesar 81,37%. Pada
saluran 3 pemasaran yang dilakukan pedagang pengecer luar kecamatan belum
efisien kerena biaya yang dikeuarkan lebih besar daripada jumlah keuntungan
yang diperoleh.
Rasio keuntungan dan biaya pada rumah makan pada saluran 1 sebesar
43,38% menunjukan bahwa pemasaran yang dilakukan belum efisien karena biaya
yang dikeluarkan lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh. Pada tingkat
pemilik kolam pemancingan rasio keuntungan dan biaya pada saluran 4 yang
diperoleh sebesar 215,79%. Nilai ini menunjukkan bahwa pemasaran yang
dilakukan pemilik kolam pemancingan efisien karena keuntungan yang diperoleh
lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
140
Tabel 22. Farmer’s share, Rasio Keuntungan dan Biaya, dan Marjin Pemasaran
Tiap Saluran
Saluran Pemasaran
Farmer’s share
(%)
Saluran 1
34,36
Saluran 2
89,66
Saluran 3
72,22
Saluran 4
65,00
Sumber : Diolah dari lampiran 9-19
Rasio keuntungan dan biaya
(total)
44,06
120,40
59,91
107,89
Marjin pemasaran
(total) (Rp)
24.833,33
3.000,00
5.000,00
7.000,00
Berdasarkan Tabel 22, rasio keuntungan terbesar berada pada saluran 2
sebesar 120,40% dimana setiap Rp100,00 biaya yang dikeluarkan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp.120,40. Marjin pemasaran total pada saluran 2 mempunyai
nilai yang paling kecil yaitu sebesar Rp 3.000,00. Pada saluran 2, farmer’s share
yang diterima lebih besar dibandingkan saluran yang lainnya sehingga saluran
pemasaran 2 lebih efisien dibandingkan saluran yang lain karena melibatkan
sedikit pedagang perantara sehingga memungkinkan Ikan Mas lebih cepat sampai
ke tangan konsumen dan margin yang terbentuk diantara pedagang perantara tidak
terlalu besar.
Volume penjualan rata-rata yang dilakukan pedagang pengumpul yang
langsung menjual ke pedagang pengumpul luar kecamatan lebih besar
dibandingkan penjualan yang dilakukan ke pedagang pengecer dalam kecamatan.
Hal ini disebabkan, sebagian besar masyarakat Kecamatan Pagelaran bermata
pencarian sebagai pembudidaya Ikan Mas sehingga permintaan konsumen akan
Ikan Mas rendah. Kemudahan fasilitas jalan menuju ke Kecamatan Pagelaran
sehingga memperlancar proses penyampaian barang dari pusat produksi.
Kompetisi pasar yang berlaku umumnya bersifat oligopoli kecuali antara
pembudidaya dengan pengumpul yang bersifat oligopsoni dan antara pedagang
pengumpul luar kecamatan dengan kolam pemancingan yang juga bersifat
oligopsoni. Struktur pasar oligopoli mencerminkan adanya penekanan harga dari
pihak yang memiliki informasi lebih banyak. Struktur pasar yang bersifat
oligopsoni menyebabkan pasar menjadi tidak efisien. Jumlah pembudidaya yang
banyak selaku produsen menyebabkan jumlah barang di pasar menumpuk pada
panen raya sehingga dapat dipastikan harga menjadi lebih rendah. Hal ini akan
merugikan pembudidaya karena biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan
penerimaan. Kelompok pembudidaya diharapkan menjadi tempat bertukar
informasi dan kegiatan pemasaran bersama sehingga posisi tawar (bargaining
141
position) pembudidaya menjadi lebih kuat. Dengan dukungan Dinas Perikanan
dan Kelautan (DKP) Kabupaten Tanggamus dalam bantuan dana serta
penyuluhan-penyuluhan, diharapkan pembudidaya Ikan Mas tidak hanya dapat
meningkatkan kuantitas tetapi juga kualitas dari Ikan Mas.
142
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Data Produksi Ikan Mas.
http://www.dkp.co.id.[31 Januari 208]
Afrianto E. 1998. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Yogyakarta: Kanisius.
Dahl D.C., Hammond J.W.1977. Market and Price Analysis. The Agricultural
Industries. Mc.Graw. Hill Book Caompany, Inc.
Hanapi, Meiriza. 2006. Anaisis Efisiensi pemasaran Bunga Potong pada Pusat
Promosi Bunga dan Tanaman Hias Rawa belong, Jakarta. (Skripsi). Bogor :
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Harahap. 2007. Analisis Pendapatan Dan Pemasaran Ikan Hias Air Tawar (Kasus
Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor). Bogor :
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya.
Kotler P. 1993. Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan dan Pengendalian.
Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Limbong W. H, P.Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Made I. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Nazir M., 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Rokhdianto. 1991. Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Saanin H. 1984. Taksanomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Vol I dan II. Jakarta Bina
Cipta.
Saefuddin AM, Hanafiah AM. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta : UI.
Press.
Sarma M. 1985. Pengantar Ilmu Ekonomi Pertanian. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
Singarimbun M, S Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Soeharjo A., D. Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Bogor :
Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
143
Soekartawi, A. Soeharjo., J.l. Dillon., J.B. Hardaker.. 1985. Ilmu Usahatani dan
Penelitian Untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta : UI-Press.
Sudiyono A. 2001. Pemasaran Pertanian. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Walpole R. E. 1982. Pengantar Statistik.. Ed 3. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Total penerimaan rata-rata pembudidaya per tahun sebesar Rp 48.342.666,7.
Total biaya rata-rata yang dikeluarkan pembudidaya Rp 29.255.285,00.
Keuntungan rata-rata yang dihasilkan sebesar Rp 19.087.381,7. Keuntungan
per musim tanam sebesar
Rp 4.771.845,28.
2. Terdapat empat saluran pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran,
Kabupaten Tanggamus. Saluran pertama melibatkan pembudidaya, pedagang
pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer luar
kecamatan, rumah makan. Saluran kedua melibatkan pembudidaya, pedagang
pengumpul dan pedagang eceran. Saluran ketiga melibatkan pembudidaya,
pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang eceran
luar kecamatan. Saluran keempat melibatkan pembudidaya, pedagang
pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan dan pemancingan.
3. Keseluruhan lembaga pemasaran melakukan fungsi pertukaran, fungsi
pengadaan secara fisik dan fungsi pelancar. Pada tingkat pembudidaya ada
fungsi pertukaran dan fungsi pengadaan secara fisik yang tidak dilaksanakan
yaitu fungsi pembelian dan fungsi pengangkutan. Fungsi standardisasi dan
grading hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul
luar kecamatan. Pemilik kolam pemancingan tidak melaksanakan fungsi
pengadaan secara fisik yaitu fungsi pengangkutan.
144
4. Berdasarkan margin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan dan
biaya (total) saluran yang paling efisien adalah saluran 2 dengan nilai masingmasing Rp 3.000,00 per kg, 89,66% dan 120,40
7.2. Saran
1. Diperlukan upaya baik dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat,
Unit Pengembangan dan Pelayanan (UPP) maupun dari pembudidaya sendiri
agar informasi pasar dapat sampai ke tangan pembudidaya. Informasi dapat
diperoleh melalui dua cara yaitu dari pembudidaya sendiri dengan membentuk
kelompok pemasaran dan melalui informasi-informasi dari Dinas Kelautan
dan Perikanan (DKP) setempat.
2. Unit Pengembangan dan Pelayanan (UPP) diharapkan dapat membentuk
kelompok-kolompok yang beranggotakan pembudidaya dan pedagang
pengumpul, dimana terjadi hubungan timbal balik antara kedua belah pihak.
Pembudidaya mempunyai posisi tawar yang lebih baik dimana pedagang
pengumpul membeli Ikan Mas dengan harga lebih tinggi dan ketersediaan stok
Ikan Mas di pedagang pengumpul selalu terjaga.
3. Kelompok Pembudidaya Ikan (pokdakan) mengajak pembudidaya yang lain
untuk menjadi anggota kelompok, dan menjaga serta meningkatkan kualitas
dan kuantitas hasil produksinya.
145
Lampiran 1. Denah Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus
146
Sumber : Data Monografi Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus
Tahun 2007
Lampiran 2. Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan
Pagelaran, Kabupaten Tanggamus
147
Pekerjaan
Pendidikan
Jumlah
Tanggungan
(orang)
SMU
4
8
32
29
Pedagang
Perangkat
desa
pembudidaya
SMU
SMU
3
4
8
10
Pria
35
pembudidaya
SMU
3
10
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Pria
Pria
Pria
Pria
Pria
Pria
Pria
Pria
Pria
Pria
Pria
50
44
29
42
40
35
32
35
35
29
40
pembudidaya
pembudidaya
pembudidaya
pembudidaya
pembudidaya
pembudidaya
pembudidaya
pembudidaya
pembudidaya
pembudidaya
pembudidaya
SMU
SMU
SMU
D1
SMU
SD
SD
SMU
SMU
SD
SMU
5
5
4
3
2
4
3
4
6
3
4
7
28
5
20
12
10
7
10
10
5
2
16
Pria
24
pembudidaya
D1
1
2
17
Pria
25
pembudidaya
SMU
1
5
18
Pria
25
Pedagang
D1
2
5
19
Pria
29
SMU
3
10
20
Pria
30
pembudidaya
Perangkat
desa
D3
3
9
21
Pria
32
pembudidaya
SMU
4
10
22
Pria
26
pembudidaya
SMU
2
5
23
Pria
55
pembudidaya
SD
6
30
24
Pria
30
pembudidaya
D3
4
8
25
Pria
45
pembudidaya
D3
3
12
26
Pria
43
pembudidaya
SD
6
18
27
28
29
30
Pria
Pria
Pria
Pria
35
28
28
40
pembudidaya
pembudidaya
pembudidaya
pembudidaya
SMU
SMU
SMU
SMU
2
3
4
5
10
6
8
9
No.
Responden
Jenis
Kelamin
Umur
(tahun)
1
Pria
33
2
3
Pria
Pria
4
Pengalaman
Usaha
(tahun)
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Lampiran 3. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Ikan Mas di
Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus
Alamat
Umbul
solo
Umbul
solo
Panutan
Umbul
solo
Umbul
solo
Panutan
Lugu sari
Lugu sari
Panutan
Panutan
Panutan
Panutan
Pamenang
Pamenang
Pamenang
Rawa
Harum
Rawa
Harum
Rawa
Harum
Umbul
solo
Panutan
Rawa
Harum
Rawa
Harum
Umbul
solo
Umbul
solo
Umbul
solo
Umbul
solo
Umbul
solo
Lugu sari
Lugu sari
Lugu sari
Luas
kolam
(m2)
2000
2500
2000
2500
3000
1500
1600
3000
2000
2000
2500
4000
1500
2500
3500
1500
2500
1500
3500
1500
2500
3000
2500
3200
1500
1500
1800
2800
2500
1500
148
Pendidikan
Jumlah
Tanggungan
(Orang)
Pengalaman
Usaha
(Tahun)
Alamat
Pembudidaya
dan pengumpul
SMU
6
10
Panutan
44
Pembudidaya
dan pengumpul
SMU
5
25
Pamenang
37
Pengumpul
SMU
4
5
Umbul
Solo
No.
Responden
Jenis
Kelamin
Umur
(tahun)
Pekerjaan
1
Laki-laki
29
2
Laki-laki
3
Laki-laki
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Lampiran 4. Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan Ikan
Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus
149
Pendidikan
Jumlah
Tanggungan
(orang)
Pengalaman
Usaha
(tahun)
Alamat
Pedagang
SMU
7
12
16 c
Pedagang
Sarjana
3
7
22
No.
Responden
Jenis
Kelamin
Umur
(tahun)
Pekerjaan
1
Wanita
55
2
Laki-laki
39
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Lampiran 5. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Ikan Mas di Kecamatan
Pagelaran, Kabupaten Tanggamus
No.
Responden
Jenis
Kelamin
Umur
(tahun)
Pekerjaan
Pendidikan
Jumlah
Tanggungan
Pengalaman
Usaha (tahun)
Alamat
150
(orang)
1
Laki-laki
25
pengecer
D1
1
3
2
Laki-laki
23
pengecer
SMU
-
5
Rawa
harum
Rawa
harum
3
Laki-laki
29
pengecer
SMU
5
5
Panutan
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Lampiran 6. Karakteristik Responden Pedagang Pengecer Luar Kecamatan Ikan
Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus
No.
Responden
Jenis
Kelamin
Umur
(tahun)
Pekerjaan
Pendidikan
Jumlah
Tanggungan
Pengalaman
Usaha
Alamat
151
(orang)
(tahun)
1
Perempuan
32
Pedagang
SMU
2
8
16 c
2
Perempuan
50
Pedagang
SMU
11
34
Selikur
3
Laki-laki
39
Pedagang
Sarjana
3
7
28
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Lampiran 7. Karakteristik Responden Pemilik Kolam Pemancingan di Kecamtan
Pagelaran, Kabupaten Tanggamus
No.
Responden
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Umur
(tahun)
35
Pekerjaan
PNS
Pendidikan
S1
Jumlah
Tanggungan
(orang)
4
Pengalaman
Usaha (tahun)
5
Alamat
Tejosari
152
1
2
Perempuan
50
Pedagang
SMU
11
7
Selikur
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Lampiran 8. Karakteristik Responden Pemilik Rumah Makan Luar Kecamatan di
Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus
No.
Responden
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Umur
(tahun)
31
Pekerjaan
Pedagang
Pendidikan
SMU
Jumlah
Tanggungan
(orang)
2
Pengalaman Usaha
(Tahun)
1
Alamat
15 a
153
1
2
Laki-laki
39
Pedagang
SMU
3
5
Koramil
3
Laki-laki
66
Pedagang
SMU
5
10
Kampus
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
154
Lampiran 9. Analisis Pendapatan Pembudidaya Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus
Keterangan
Luas (m2)
Jumlah kolam
Frekuensi penanaman ikan
A. Biaya investasi (Rp.)
a. Pembuatan kolam
b. Cangkul (ut=5) @Rp.45.000
c. Jaduk (ut=3 tahun) @Rp. 25.000
d. Buleng (ut=3 tahun)
@Rp.20.000
e. Waring (ut=5 tahun)
@Rp.20000
g. Paralon (ut=3 tahun) @15000
h. Baskom (ut=3 tahun) @30000
Total Investasi
B. Biaya tetap (Rp.)
1. Pajak (PBB)
2. Sewa lahan
3. Perawatan
a. Cangkul
b. Jaduk
c. Buleng
d. Waring
e. Paralon
f. Baskom
4. Perbaikan kolam/tahun
5. Penyusutan
a. Cangkul
b. Jaduk
c.Buleng
P1
P2
2000
1
5
P3
2500
1
5
P4
2000
1
5
P5
2500
1
3
P6
P7
3000
1
4
1500
1
4
P8
1600
1
5
3000
1
4
45.000
25.000
7.000.000
90.000
50.000
45.000
50.000
45.000
50.000
45.000
50.000
45.000
75.000
90.000
75.000
4.000.000
45.000
50.000
20.000
20.000
20.000
40.000
60.000
40.000
20.000
60.000
900.000
90.000
30.000
1.135.000
1.100.000
120.000
60.000
1.395.000
900.000
90.000
60.000
1.165.000
1.200.000
120.000
60.000
1.540.000
1.500.000
120.000
60.000
1.905.000
750.000
90.000
60.000
5.035.000
750.000
90.000
30.000
960.000
1.500.000
90000
120.000
8.910.000
1.500.000
3.000.000
2.400.000
3.500.000
4.000.000
900
1.600
600
18.000
3.000
1.000
200.000
900
1.600
600
22.000
4.000
2.000
300.000
900
1.600
600
18.000
3.000
2.000
200.000
900
2.400
1.200
24.000
4.000
2.000
360.000
1.800
2.400
1.800
30.000
4.000
2.000
800.000
900
1.600
1.200
15.000
3.000
2.000
300.000
900
800
600
15.000
3.000
1.000
300.000
1.800
1.600
1.800
30.000
3.000
4.000
560.000
9.000
16.500
6.500
9.000
16.500
6.500
9.000
16.500
6.500
9.000
25.000
13.000
18.000
25.000
20.000
9.000
16.500
13.000
9.000
8.000
6.500
18.000
16.500
20.000
20.625
41.250
2.000.000
155
Lanjutan Lampiran 9
d.waring
f. Paralon
g. Baskom
Total Biaya tetap
C. Biaya variabel
1. Benih (5-7 cm)
2. Pelet
3. Obat-obatan
4. Pupuk
5. Kapur
6. Listrik
7. Biaya panen
Total Biaya Variabel
Total Biaya
Penerimaan
a. Volume Produksi
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
b. Harga Jual
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
Total Penerimaan
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
Keuntungan
Keuntungan per periode tanam
R/C
180.000
30.000
10.000
1.977.100
220.000
40.000
20.000
3.643.100
180.000
30.000
20.000
2.888.100
240.000
40.000
20.000
4.241.500
300.000
40.000
20.000
5.265.000
150.000
30.000
20.000
582.825
150.000
30.000
10.000
2.534.800
300.000
30.000
40.000
1.067.950
1.800.000
11.500.000
65.000
2.400.000
14.720.000
130.000
250.000
64.000
300.000
500.000
18.364.000
21.252.100
1.800.000
13.800.000
65.000
54.000
240.000
150.000
16.109.000
20.350.500
3.360.000
22.080.000
65.000
180.000
216.000
240.000
800.000
26.941.000
32.206.000
1.920.000
8.096.000
65.000
30.000
144.000
3.000.000
16.100.000
130.000
187.500
45.000
200.000
13.655.000
15.632.100
6.000.000
29.900.000
130.000
77.500
16.000
300.000
250.000
36.673.500
40.316.600
400.000
10.655.000
11.237.825
725.000
20.187.500
22.722.300
6.000.000
31.280.000
65.000
148.000
100.000
360.000
720.000
38.673.000
39.740.950
1.900
1.900
6.000
6.000
2.400
2.400
1.770
1.770
3.200
3.200
1.660
1.660
2.500
2.500
6.000
6.000
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
24.700.000
9.067.900
1.813.580
1.58
78.000.000
37.683.400
7.536.680
1.93
31.200.000
9.947900
1.989.580
1.47
23.010.000
2.659.500
531.900
1.13
41.600.000
9.394.000
1.878.800
1.29
21.580.000
10.342.175
2.068.435
1.92
32.500.000
9.777.700
1.955.540
1.43
78.000.000
38.259.050
7.651.810
1.96
90.000
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
156
Lanjutan Lampiran 9
Keterangan
Luas (m2)
Jumlah kolam
Frekuensi penanaman ikan
A. Biaya investasi (Rp.)
a. Pembuatan kolam
b. Cangkul (ut=5) @Rp.45.000
c. Jaduk (ut=3 tahun) @Rp. 25.000
d. Buleng (ut=3 tahun)
@Rp.20.000
e. Waring (ut=5 tahun) @Rp.20000
g. Paralon (ut=3 tahun) @15000
h. Baskom (ut=3 tahun) @30000
Total Investasi
B. Biaya tetap (Rp.)
1. Pajak (PBB)
2. Sewa lahan
3. Perawatan
a. Cangkul
b. Jaduk
c. Buleng
d. Waring
e. Paralon
f. Baskom
4. Perbaikan kolam/tahun
5. Penyusutan
a. Cangkul
b. Jaduk
c.Buleng
d.waring
P9
P10
2.000
1
3
P11
P12
2.000
1
4
2.500
1
4
45.000
25.000
P13
P14
P15
P16
4.000
1
3
1.500
1
5
2.500
1
4
3.500
1
4
1.500
1
4
45.000
50.000
600.000
90.000
75.000
90.000
100.000
350.000
45.000
75.000
45.000
50.000
135.000
50.000
45.000
25.000
20.000
1.000.000
90.000
60.000
1.240.000
40.000
1.300.000
90.000
60.000
1.585.000
40.000
1.500.000
150.000
90.000
2.545.000
100.000
1.700.000
225.000
120.000
2.335.000
40.000
800.000
90.000
60.000
1.460.000
40.000
1.200.000
135.000
90.000
1.560.000
40.000
1.500.000
150.000
90.000
1.965.000
40.000
700.000
90.000
30.000
930.000
1.500.000
2.000.000
3.000.000
5.000.000
1.500.000
900
800
600
20.000
3.000
2.000
150.000
900
1.600
1.200
26.000
3.000
2.000
100.000
1.800
2.400
1.200
30.000
5.000
3.000
24.000
1.800
3.200
2.400
34.000
7.500
4.000
1.000.000
900
2.400
1.200
16.000
3.000
2.000
200.000
900
1.600
1.200
24.000
4.500
3.000
350.000
2.700
1.600
1.200
30.000
5.000
3.000
800.000
900
800
1.200
14.000
3.000
1.000
320.000
9.000
8.000
6.500
200.000
9.000
16.500
13.000
260.000
18.000
25.000
13.000
300.000
18.000
34.000
35.000
340.000
9.000
25.000
13.000
160.000
9.000
16.500
13.000
240.000
27.000
16.500
13.000
300.000
9.000
8.000
13.000
140.000
34.375
20.625
7.000000
157
Lanjutan Lampiran 9
f. Paralon
g. Baskom
Total Biaya tetap
C. Biaya variabel
1. Benih (5-7 cm)
2. Pelet
3. Obat-obatan
4. Pupuk
5. Kapur
6. Listrik
7. Biaya panen
Total Biaya Variabel
Total Biaya
Penerimaan
a. Volume Produksi
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
b. Harga Jual
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
Total Penerimaan
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
Keuntungan
Keuntungan per periode tanam
R/C
30.000
20.000
1.950.800
30.000
20.000
2.483.200
50.000
30.000
537.775
75.000
40000
8.594.900
30.000
20.000
503.125
45.000
30.000
3.738.700
50.000
30.000
6.280.000
30.000
10.000
2.050.900
2.400.000
14.720.000
2.400.000
12.880.000
65.000
5.625.000
27.600.000
195.000
7.200.000
55.200.000
130000
150.000
3.360.000
27.600.000
240.000
600.000
16.185.000
18.668.200
90.000
420.000
600.000
34.530.000
43.124.900
1.920.000
8.096.000
65.000
500.000
220.000
3.360.000
22.080.000
130.000
300.000
300.000
300.000
18.020.000
19.970.800
2.400.000
10.672.000
130.000
148.000
330.000
240.000
600.000
14.520.000
15.057.775
2.400
2.400
2.400
2.400
2.080
2.080
13.000
13.000
31.200.000
11.229.200
2.245.840
1.56
31.200.000
12.531.800
2.506.360
1.67
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
750.000
11.551.000
12.054.125
32.000
300.000
400.000
26.302.000
3.004.0700
440.000
1.400.000
64.520.000
70.800.000
250.000
24.000
240.000
400.000
31.874.000
33.924.900
5.400
5.400
1.800
1.800
3.600
3.600
8.000
8.000
4.000
4.000
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
27.040000
11.982.225
2.396.445
1.79
70.200.000
27.075.100
5.415.020
1.63
23.400.000
11.345.875
2.269.175
1.94
46.800.000
16.759.300
3.351.860
1.56
104.000.000
33.200.000
6.640.000
1.47
52.000.000
18.075.100
3.615.020
1.53
158
Lanjutan lampiran 9
Keterangan
Luas (m2)
Jumlah kolam
Frekuensi penanaman ikan
A. Biaya investasi (Rp.)
a. Pembuatan kolam
b. Cangkul (ut=5) @Rp.45.000
c. Jaduk (ut=3 tahun) @Rp. 25.000
d. Buleng (ut=3 tahun)
@Rp.20.000
e. Waring (ut=5 tahun) @Rp.20000
g. Paralon (ut=3 tahun) @15000
h. Baskom (ut=3 tahun) @30000
Total Investasi
B. Biaya tetap (Rp.)
1. Pajak (PBB)
2. Sewa lahan
3. Perawatan
a. Cangkul
b. Jaduk
c. Buleng
d. Waring
e. Paralon
f. Baskom
4. Perbaikan kolam/tahun
5. Penyusutan
a. Cangkul
b. Jaduk
c.Buleng
d.waring
P17
P18
2.500
1
3
P19
1.500
1
4
P20
3.500
1
4
P21
P22
P23
P24
1.500
1
5
2.500
1
4
3.000
1
4
2.500
1
5
3.200
1
4
7.000.000
90.000
75.000
5.500.000
45.000
75.000
90.000
75.000
60.000
1.500000
150.000
120.000
1.995.000
90.000
25.000
90.000
25.000
90.000
75.000
45.000
50.000
5.000.000
90.000
75.000
40.000
1.000.000
135.000
60.000
1.350.000
40.000
700.000
90.000
60.000
1.005.000
60.000
1.300.000
180.000
90.000
1.795.000
40.000
700.000
90.000
60.000
985.000
60.000
1.200.000
150.000
90.000
6.665.000
60.000
1.600.000
150.000
90.000
9.065.000
20.000
1.000.000
135.000
90.000
6.865.000
34.375
41.250
34.375
3.000.000
2.000.000
6.000.000
2.500.000
1.800
800
1.200
20.000
4.500
2.000
300.000
1.800
800
1.200
14.000
3.000
2.000
320.000
1.800
2.400
1.800
26.000
6.000
3.000
1.600.000
900
1.600
1.200
14.000
3.000
2.000
160.000
1.800
2.400
1.800
24.000
5.000
3.000
320.000
1.800
2.400
1.800
32.000
5.000
3.000
160.000
900
2.400
600
20.000
4.500
3.000
500.000
1.800
2.400
1.800
30.000
5.000
4.000
400.000
18.000
8.000
13.000
200.000
18.000
8.000
13.000
140.000
18.000
25.000
20.000
260.000
9.000
16.500
13.000
140.000
18.000
25.000
20.000
240.000
18.000
25.000
20.000
320.000
9.000
25.000
6.500
200.000
18.000
25.000
20.000
300.000
5.000.000
159
Lanjutan Lampiran 9
f. Paralon
g. Baskom
Total Biaya tetap
C. Biaya variabel
1. Benih (5-7 cm)
2. Pelet
3. Obat-obatan
4. Pupuk
5. Kapur
6. Listrik
7. Biaya panen
Total Biaya Variabel
Total Biaya
Penerimaan
a. Volume Produksi
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
b. Harga Jual
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
Total Penerimaan
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
Keuntungan
Keuntungan per periode tanam
R/C
45.000
20.000
3.634.300
30.000
20.000
2.571.800
60.000
30.000
8.054.000
30.000
20.000
2.911.200
50.000
30.000
775.375
50.000
30.000
710.250
45.000
30.000
881.275
50.000
40.000
5.898.000
2.700.000
15.870.000
4.800.000
46.000.000
130.000
3.840.000
22.080.000
195.000
3.600.000
20.700.000
130.000
256.000
360.000
800.000
52.346.000
60.400.000
2.500.000
18.400.000
130000
125.000
80.000
240.000
200.000
21.675.000
24.586.200
3.360.000
22.080.000
130.000
78.000
16.000
300.000
37.500
19.001.500
22.635.800
3.360.000
18.400.000
65.000
200.000
160.000
240.000
400.000
22.825.000
25.396.800
160.000
300.000
600.000
26.630.000
27.405.375
192.000
300.000
700.000
27.307.000
28.017.250
200.000
240.000
875.000
25.745.000
2.662.6275
4.800.000
31.280.000
195.000
250.000
192.000
300.000
875.000
37.892.000
43.790.000
3.000
3.000
3.600
3.600
7.200
7.200
3.500
3.500
3.600
3.600
3.200
3.200
3.500
3.500
6.000
6.000
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
13000
39.000.000
16.364.200
3.272.840
1.72
46.800.000
21.403.200
4.280.640
1.84
93.600.000
33.200.000
6.640.000
1.55
45.500.000
20.913.800
4.182.760
1.85
46.800.000
19.394.625
3.878.925
1.71
41.600.000
13.582.750
2.716.550
1.48
45.500.000
18.873.725
3.774.745
1.71
78.000.000
34.210.000
6.842.000
1.78
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
160
Lanjutan lampiran 9
Keterangan
Luas (m2)
Jumlah kolam
Frekuensi penanaman ikan
A. Biaya investasi (Rp.)
a. Pembuatan kolam
b. Cangkul (ut=5) @Rp.45.000
c. Jaduk (ut=3 tahun) @Rp. 25.000
d. Buleng (ut=3 tahun) @Rp.20.000
e. Waring (ut=5 tahun) @Rp.20000
g. Paralon (ut=3 tahun) @15000
h. Baskom (ut=3 tahun) @30000
Total Investasi
B. Biaya tetap (Rp.)
1. Pajak (PBB)
2. Sewa lahan
3. Perawatan
a. Cangkul
b. Jaduk
c. Buleng
d. Waring
e. Paralon
f. Baskom
4. Perbaikan kolam/tahun
5. Penyusutan
a. Cangkul
b. Jaduk
c.Buleng
d.waring
f. Paralon
P25
P26
1.500
1
5
P27
P28
P29
P30
1.500
1
5
1.800
1
4
2.800
1
4
2.500
1
5
1.500
1
5
45.000
75.000
40.000
800.000
90.000
60.000
1.110.000
45.000
50.000
40.000
700.000
90.000
90.000
1.015.000
4000000
90000
25000
40000
750.000
105.000
90.000
5.100.000
6.000.000
4.500
75.000
60.000
1.400.000
150.000
120.000
7.809.500
6000000
90.000
50.000
60.000
1.200.000
150.000
120.000
7.670.000
4.000.000
45.000
50.000
40.000
750.000
90.000
90.000
5.065.000
24.750
38.500
34.375
20.625
2000000
2.500.000
900
2.400
1.200
16.000
3.000
2.000
375.000
900
1.600
1.200
14.000
3.000
3.000
250.000
1.800
800
1.200
15.000
3.500
3.000
400.000
900
2.400
1.800
28.000
5.000
4.000
600.000
1.800
1.600
1.800
24.000
5.000
4.000
500.000
900
1.600
1.200
15.000
3.000
3.000
500.000
9.000
25.000
13.000
160.000
30.000
9.000
16.500
13.000
140.000
30.000
18.000
8.000
13.000
150.000
35.000
9.000
25.000
20.000
280.000
50.000
18.000
16.500
20.000
240.000
50.000
9.000
16.500
13.000
150.000
30.000
161
Lanjutan Lampiran 9
g. Baskom
Total Biaya tetap
C. Biaya variabel
1. Benih (5-7 cm)
2. Pelet
3. Obat-obatan
4. Pupuk
5. Kapur
6. Listrik
7. Biaya panen
Total Biaya Variabel
Total Biaya
Penerimaan
a. Volume Produksi
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
b. Harga Jual
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
Total Penerimaan
Ukuran konsumsi (isi 8-10 ekor)
Keuntungan
Keuntungan per periode tanam
R/C
20.000
26.575.00
30.000
3.012.200
30.000
704.050
40.000
1.104.600
40.000
957.075
30.000
793.825
2.100.000
16.100.000
195.000
1.800.000
13.800.000
130.000
1.920.000
14.720.000
65.000
3.840.000
27.600.000
130.000
4.800.000
29.900.000
195.000
200.000
240.000
625.000
19460000
22117500
120.000
240.000
625.000
16.715.000
19.727.200
96.000
240.000
500.000
17.541.000
18.245.050
160.000
300.000
800.000
32.830.000
33.934.600
240.000
300.000
900.000
36.335.000
37.292.075
3.000.000
18.400.000
195.000
125.000
160.000
240.000
500.000
22.620.000
23.413.825
3.250
3.250
2.250
2.250
2.600
2.600
5.000
5.000
5.000
5.000
2.750
2.750
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
13.000
42250000
20.132.500
4.026.500
1.91
29250000
9.522.800
1.904.560
1.48
33800000
15.554.950
3.110.990
1.85
65000000
31.065.400
6.213.080
1.92
65000000
27.707.925
5.541.585
1.74
35.750.000
12.336.175
2.467.235
1.53
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Asumsi :
1. Biaya Perawatan = 2% x nilai investasi
2. Pemeliharaan kolam/panen = Rp.20.000-Rp.25.000 (3-8) x jumlah panen
3. Biaya panen = (4-10) orang (Rp.20.000-Rp.25.000) x jumlah panen
162
Lampiran 10. Perhitungan Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengumpul
a. Biaya dan Keuntungan Total
Volume
penjualan
/pembelian
(Kg)
Harga
jual
(Rp)
Harga
beli
(Rp)
1
2.000
14.500
2
1.000
3
600
Respond
en ke
Penjualan
(Rp)
Harga
Pokok
Penjualan
(Rp)
Keuntungan
kotor (Rp)
Biaya
transportasi
(Rp)
13.000
29.000.000
26.000.000
3.000.000
15.000
13.000
15.000.000
13.000.000
15.000
13.000
9.000.000
7..800.000
Biaya
Terminal
(Rp)
Penyusutan
bobot (Rp)
Keuntungan
pemasaran
(Rp)
Lama
penjualan
(hari)
Keuntungan
per hari (Rp)
137.500
466.666.67
1.300.000
1.095.833.33
1
1.095.833.33
2.000.000
100.000
230.333.33
650.000
1.019.666.67
1
1.019.666.67
1.200.000
75.000
143.200
390.000
591.800
1
59.1800
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
b. Biaya dan Keuntungan per Kg
Respond
en ke
Harga beli
(Rp/kg)
Harga jual
(Rp/kg)
Biaya
transportasi
(Rp/Kg)
Biaya
terminal
(Rp/Kg)
Biaya
penyusutan
bobot
(Rp/Kg)
Margin
(Rp/kg)
Keuntungan
pemasaran
(Rp/kg)
Biaya
pemasaran
(Rp/kg)
Keuntungan/biaya
(%)
1
13.000
14.500
68.75
233.33
650
1.500
547.92
952.08
57.55
2
13.000
15.000
100
230.33
650
2.000
1.019.67
980.33
104.01
3
13.000
15.000
125
238.67
650
2.000
986.33
1.013.67
97.30
Total
Ratarata
39.000
44.500
293.75
702.33
1.950
5.500
2.553.92
2.946.08
258.86
13.000
14.833.33
97.92
234.11
650
1.833.33
851.31
982.03
86.29
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
163
Lampiran 11. Rincian Biaya Pedagang Pengumpul per Kg
Responden
ke
1
Keterangan
1. Transportasi
68,75
60.000,00
30,00
1.300.000,00
650,00
4. Plastik
300.000,00
150,00
5. Oksigen
106.666,67
53,33
1. Transportasi
100.000,00
100,00
75.000,00
75,00
3. Penyusutan
650.000,00
650,00
4. Plastik
150.000,00
150,00
5.333,33
5,33
1. Transportasi
75.000,00
1250
2. Upah Pekerja (ambil dan bongkar muat)
50.000,00
83,33
3. Penyusutan
73.500,00
122,50
4. Plastik
90.000,00
150,00
3.200,00
5,33
3. Penyusutan
2. Upah Pekerja (ambil dan bongkar muat)
5. Oksigen
3
Biaya (Rp/Kg)
137.500,00
2. Upah Pekerja (ambil dan bongkar muat)
2
Biaya (Rp/hari)
5. Oksigen
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Biaya terminal (Rp/kg)
233,33
230,33
238,67
164
Lampiran 12. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan
a. Biaya dan Keuntungan Total
Responden
ke
Volume
penjualan
/pembelian
(Kg)
Harga
jual
(Rp)
Harga
beli
(Rp)
Penjualan
(Rp)
Harga
Pokok
Penjualan
(Rp)
Keuntungan
kotor (Rp)
Biaya
transportasi
(Rp)
Biaya
Terminal
(Rp)
Penyusutan
bobot (Rp)
Keuntungan
pemasaran
(Rp)
Lama
penjualan
(hari)
Keuntungan
per hari
(Rp)
1
800
17.000
14.500
13.600.000
11.600.000
13.400.000
200.000
340.000
580.000
12.280.000
1
280.000
2
300
17.000
15.000
5.100.000
4.500.000
600.000
150.000
160.000
226.000
64.000
1
64.000
Biaya
pemasaran
(Rp/kg)
Keuntungan/biaya
(%)
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
b. Biaya dan Keuntungan per Kg
Responden
ke
Harga beli
(Rp/kg)
Harga jual
(Rp/kg)
Biaya
transportasi
(Rp/Kg)
Biaya
terminal
(Rp/Kg)
Biaya
penyusutan
bobot
(Rp/Kg)
Margin
(Rp/kg)
Keuntungan
pemasaran
(Rp/kg)
1
14.500
17.000
250
425
725
2.500
1.100
1.400
78.57
2
15.000
17.000
500
533,33
753,33
2.000
213,33
1.786,67
11.94
jumlah
29.500
34.000
750
958,33
1.478,33
4.500
1.313,33
3.186,67
90.51
rata-rata
14.750
17.000
375
479,17
739,17
2.250
656,67
1.593,33
45.26
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
165
Lampiran 13. Rincian Biaya Pedagang Pengumpul Luar Kecamatan per Kg
Responden
ke
1
Keterangan
Biaya
terminal
(Rp/Kg)
Biaya
(Rp/Kg)
1. Transportasi
200.000
250
2. Upah Pekerja
100.000
125
3. Penyusutan bobot
580.000
725
4. Plastik
160.000
200
80.000
100
1. Transportasi
150.000
500
2. Upah Pekerja
50.000
166,7
226.000
753,33
4. Plastik
60.000
200
5. Oksigen
50.000
166,67
5. Oksigen
2
Biaya
(Rp/hari)
3. Penyusutan bobot
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
425
533,33
166
Lampiran 14. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengecer
a. Biaya dan Keuntungan Total
Responden
ke
Volume
penjualan
/pembelian
(Kg)
Harga
jual
(Rp)
Harga
beli
(Rp)
1
30
16.000
2
20
3
100
Penjualan
(Rp)
Harga
Pokok
Penjualan
(Rp)
Keuntungan
kotor (Rp)
Biaya
transportasi
(Rp)
14.500
480.000
435.000
45.000
10.000
863.6
3.500
16.000
14.500
320.000
290.000
30.000
10.000
3.166,67
16.000
13.000
1.600.000
1.300.000
300.000
10.000
3.333,33
Biaya
terminal
(Rp)
Keuntungan
pemasaran
(Rp)
Lama
penjualan
(hari)
Keuntungan
per hari (Rp)
30.636,36
1
30.636,36
2.900
13.933,33
1
13.933,33
14.000
272.666,67
1
272.666,67
Penyusutan
bobot (Rp)
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
b. Biaya dan Keuntungan per Kg
Biaya
transportasi
(Rp/Kg)
Biaya
penyusutan
bobot
(Rp/Kg)
Biaya
terminal
(Rp/Kg)
Keuntungan
pemasaran
(Rp/kg)
Biaya
pemasaran
(Rp/kg)
Keuntungan/biaya
(%)
Farmer's
share
(%)
628,79
138,55
81,25
491,67
1.008,33
48,76
81,25
3.000
2.666,67
333,33
800
81,25
816,67
6.000
4.029,55
1.970,45
272,22
2.000
1.343,19
656,82
Responden
ke
Harga beli
(Rp/kg)
Harga jual
(Rp/kg)
1
14.500
16.000
333,33
28,79
266,67
1.500
871,21
2
14.500
16000
500
158,33
350
1.500
3
13.000
16000
100
33,33
200
42.000
48.000
933,33
220,45
14.000
16.000
311,11
73,48
Margin
(Rp/kg)
Total
rata-rata
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
167
Lampiran 15. Rincian Biaya Pedagang Pengecer per Kg
Responden
ke
1
2
3
Volume
penjualan
(kg/hari)
Keterangan
Mas = 30 kg
1. Transportasi
10.000
90,91
lele = 20 Kg
2. Uang sampah
1.000
9,09
nila = 40 Kg
3. Uang keamanan
1.500
13,64
patin = 20 kg
666,67
6,06
total = 110 kg
4. Listrik
5. Penyusutan
bobot
3.500
116,67
Mas = 20 kg
1. Transportasi
10.000
500
lele = 20 Kg
2. Uang sampah
1.000
50
Nila =30 kg
3. Uang keamanan
1.500
75
patin =10 kg
666,67
33,33
total = 80
4. Listrik
5. Penyusutan
bobot
2.900
145
Mas = 100
1. Transportasi
10.000
100
Total = 100
2. Uang sampah
1.000
10
3. Uang keamanan
1.500
15
833,33
8,33
14.000
140
4. Listrik
5. Penyusutan
bobot
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Biaya
(Rp/hari)
Biaya
terminal
(Rp/Kg)
Biaya
(Rp/Kg)
28,79
158,33
33,33
168
Lampiran 16. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pedagang Pengecer Luar Kecamatan
a. Biaya dan Keuntungan Total
Volume
penjualan
/pembelian
(Kg)
Harga
jual
(Rp)
Harga
beli
(Rp)
1
250
18.000
2
50
3
75
Responden
ke
Penjualan
(Rp)
Harga
Pokok
Penjualan
(Rp)
Keuntungan
kotor (Rp)
Biaya
transportasi
(Rp)
17.000
4.500.000
4.250.000
250.000
10.000
18.000
17.000
900.000
850.000
50.000
18.000
16.000
1.350.000
1.200.000
150.000
Biaya
terminal
(Rp)
Penyusutan
bobot (Rp)
Keuntungan
pemasaran
(Rp)
Lama
penjualan
(Hari)
Keuntungan
per hari
(Rp)
3.685,89
85.000
151.314,10
1
151.314,10
5.000
2.291,67
24.000
18.708,33
1
18.708,33
10.000
2.500
35.000
102.500
1
102.500
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
b. Biaya dan Keuntungan per Kg
Responden
ke
Harga beli
(Rp/kg)
Harga jual
(Rp/kg)
Biaya
transportasi
(Rp/Kg)
Biaya
terminal
(Rp/Kg)
Biaya
penyusutan
bobot (Rp/Kg)
Margin
(Rp/kg)
Keuntungan
pemasaran
(Rp/kg)
Biaya
pemasaran
(Rp/kg)
Keuntungan/biaya
(%)
Farmer's
share %
1
17.000
18.000
40
14,74
340
1.000
605,26
394,74
153,33
72,22
2
17.000
18.000
100
45,83
480
1.000
1.000
625,83
159,79
72,22
3
16.000
18.000
133,33
33,33
466,67
2.000
1.366,67
633,33
215,79
72,22
jumlah
50.000
54.000
273,33
93,91
1286,67
4.000
2.971,92
1.653,91
528,91
216,67
rata-rata
16.666,67
18.000
91,11
31,30
428,89
1.333,33
990,64
551,30
176,30
72,22
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
169
Lampiran 17. Rincian Biaya Pedagang Pengecer Luar Kecamatan per Kg
Responden
ke
1
Volume
penjualan
(kg/hari)
Mas = 250 Kg
Nila = 10 kg
Total = 260
2
Mas = 50
patin = 30
total = 80 kg
3
Mas = 75 Kg
lele = 20 Kg
Patin = 20 Kg
Total= 115 kg
Keterangan
1. Transportasi
2. Uang sampah
3. Uang keamanan
4. Listrik
5. Penyusutan bobot
1. Transportasi
2. Uang sampah
3. Uang keamanan
4. Listrik
5. Penyusutan bobot
1. Transportasi
2. Uang sampah
3. Uang keamanan
4. Listrik
5. Penyusutan bobot
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Biaya
(Rp/hari)
10000
1000
2000
833,33
85000
5000
1000
2000
666,67
24000
10000
1000
2000
833,33
35000
Biaya
(Rp/Kg)
38,46
3,85
7,69
3,21
62,5
12,5
25
8,33
300
86,96
8,69
17,39
7,25
304,35
Biaya
terminal
(Rp/Kg)
14,74
45,83
33,33
170
Lampiran 18. Biaya Pemasaran Keuntungan Pemasaran Rumah Makan
a. Biaya dan Keuntungan Total
Responden
ke
Volume
penjualan
/pembelian
(Kg)
Jumlah
porsi
Harga
jual (Rp)
1
1
8
5.000
2
2
14
3
3
18
Penjualan
(Rp)
Harga
Pokok
Penjualan
(Rp)
Keuntungan
kotor (Rp)
18.000
18.000
40.000
22.000
547,94
14311,11
7.140,94
1.303,22
4.500
18.000
36.000
63.000
27.000
972,22
20810,81
5.216,97
23,95
7.000
18.000
54.000
126.000
72.000
957,45
57.382,98
13.659,58
23,4
Harga beli
(Rp)
Biaya
transportasi
(Rp)
Biaya
Terminal
(Rp)
Keuntungan
pemasaran
(Rp)
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
b. Biaya dan Keuntungan per Porsi
Responden
ke
Jumlah
Pembelian
(Kg)
Jumlah isi
per Kg
(ekor)
1
1
2
3
Biaya
terminal
(Rp)
Keuntungan
pemasaran
(Rp)
Jumlah porsi
Harga jual
(Rp)
Biaya
transportasi (Rp)
8
8
5.000
68,49
1.431,11
3.500,39
233,42
2
7
14
4.500
69,44
1.486,48
2.944,07
189,21
3
6
18
7.000
53,19
3.187,94
3.758,87
115,97
jumlah
6
21
40
16.500
191,13
6.105,54
10.203,33
538,61
rata-rata
2
7
13,33
5.500
63,71
2.035,18
3.401,11
179,54
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Keuntungan/biaya
Keuntungan/biaya
171
Lanjutan Lampiran 18
c. Rincian Biaya per Porsi
Responden
ke
1
2
3
Volume penjualan
(porsi)
Mas = 8 porsi
Lele = 39 porsi
Ayam = 28 porsi
Total = 75 porsi
mas = 14
tongkol = 12
daging = 16
ayam = 16
telur = 16
total = 74
mas = 18
lele = 12
simba = 8
tongkol = 16
Kembung sate = 16
daging = 24
total = 94
Keterangan
1. Biaya transportasi
2. Upah pekerja
3. Listrik
4. Minyak goreng
5. Minyak tanah
6. Bumbu+lalapan
Biaya
(Rp/hari)
5.000
40.000
3.333,33
10.000
24.000
25.000
Biaya (Rp/porsi)
66,67
533,33
44,44
133,33
320
333,33
Biaya pemasaran (Rp/porsi)
1.431,11
1. Biaya transportasi
2. Upah pekerja
3. Minyak Goreng
4. Minyak tanah
7. Bumbu
5.000
30.000
10.000
15.000
50.000
67,57
405,41
135,14
202,70
675,68
1.486,49
1. Biaya transportasi
2. Upah pekerja
3. Listrik
4. Minyak goreng
5. Minyak tanah
7. Bumbu
5.000
125.000
4.666,67
80.000
15.000
70.000
53,19
1329,79
49,65
851,06
159,57
744,68
3.187,94
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008-05-01
172
Lanjutan Lampiran 18
d. Biaya per Kg
Responden
ke
Jumlah
isi per
kg
Jumlah
pembelian (kg)
Harga beli
per kg
Harga jual
(Rp/kg)
Biaya
transportasi
(Rp/kg)
Biaya
terminal
(Rp/kg)
Margin(Rp/kg)
Keuntungan
pemasaran
(Rp/kg)
Keuntungan/biaya
%
Farmer's
share %
1
1
8
18.000
40.000
547,95
11.448,89
22.000
10.003,17
83,38
32,5
2
2
7
18.000
31.500
486,11
10.405,41
13.500
2.608,48
23,95
41,27
3
3
6
18.000
42.000
319,15
19.127,66
24.000
4.553,19
23,41
30,95
Jumlah
6
21
54.000
113.500
1.353,21
40.981,95
59.500
17.164,84
130,74
104,72
Rata-rata
2
7
18.000
37.833,33
451,07
13.660,65
19.833,33
5.721,61
43,58
34,91
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
173
Lampiran 19. Biaya Pemasaran dan Keuntungan Pemasaran Pemilik Kolam Pemancingan
a. Biaya dan Keuntungan Total
Responden
ke
Volume
penjualan
/pembelian (Kg)
Harga
jual
(Rp)
Harga
beli
(Rp)
Penjualan
(Rp)
Harga
Pokok
Penjualan
(Rp)
Keuntungan
kotor (Rp)
Biaya
terminal
(Rp)
Penyusutan
bobot (Rp)
Keuntungan
pemasaran
(Rp)
Lama
penjualan
(hari)
Keuntungan
per hari
(Rp)
1
100
20.000
17.500
2.000.000
1.750.000
250.000
39.166,67
15.000
195.833,33
2
97.916,67
2
40
20.000
18.500
800.000
740.000
60.000
28.666,67
7.000
24.333,33
1
24.333,33
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
b. Biaya dan Keuntungan per Kg
Harga jual
(Rp/kg)
20.000
20.000
Biaya
terminal
(Rp/Kg)
391,67
716,67
Biaya
penyusutan
bobot
(Rp/Kg)
300
175
Margin
(Rp/kg)
2.500
1.500
Keuntungan
pemasaran
(Rp/kg)
1.808,33
608,33
Biaya
pemasaran
(Rp/kg)
691,67
891,67
36.000
40.000
1108,33
475
4.000
2.416,67
1.583,33
18.000
20.000
554,17
237,5
2.000
1.208,33
791,67
Responden
ke
1
2
Harga
beli
(Rp/kg)
17.500
18.500
Total
Rata-rata
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Keuntungan/biaya
(%)
261,45
68,22
164,84
farmer's share
%
65
65
174
Lanjutan Lampiran 19
Rincian Biaya Pedagang Pemancingan per Kg
Responden
ke
1
2
Keterangan
1. Upah
2. Listrik
3. Penyusutan
1. Listrik
2. Penyusutan
3. Upah
Biaya
(Rp/hari)
30.000
1.666,67
7.500
1.666,67
7.000
20.000
Sumber : Data Primer, Maret-April 2008
Biaya
(Rp/Kg)
300
16,67
75
41,67
175
500
Biaya terminal (Rp/Kg)
391,67
716,67
Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian
a. Persiapan Kolam
Pengisian Kolam
Pemilihan benih Ikan Mas
b. Pemeliharaan/Pembesaran
Kolam Budidaya
2
Pemberian pakan
Ikan Mas Ukuran Konsumsi
c. Pengepakan dan Penampungan
Pengepakan Ikan Mas
d. Kolam Pemancingan
Bak Penampungan
3
Kolam Pemancingan