BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan yang
paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai
viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang
dari 500 gram.
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi
ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya wanita yang mengalami
kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari,
sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan
ada 5 juta kehamilan pertahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000
janin yang mengalami abortus spontan.
Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan
masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang dipandang sebe;ah mata. Oleh
karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan
pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus
adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang
tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius
yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut telah kita ketahui pembahasan yang akan
dibicarakan dalam makalah ini ialah tentang “ABORTUS”, yakni sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dari Abortus?
2.
Apa saja klasifikasi dari Abortus?
3.
Apa saja etiologi dari Abortus?
4.
Apa saja tanda dan gejala dari Abortus?
5.
Bagaimana patofisiologi dari Abortus?
6.
Bagaimana penatalaksaan dari Abortus?
7.
Apa saja komplikasi dari Abortus?
Abortus | 1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi penugasan
yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Obstetri Ginekology, selain itu juga
diharapkan pemakalah ataupun pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang:
1.
Pengertian dari Abortus
2.
Klasifikasi dari Abortus
3.
Etiologi dari Abortus
4.
Tanda dan gejala dari Abortus
5.
Patofisiologi dari Abortus
6.
Penatalaksanaan dari Abortus
7.
Komplikasi dari Abortus
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab yang tersusun secara sistematis dengan
penjelasan sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, masalah, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II
: PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pengertian, klasifikasi, etiologi, tanda dan gejala,
patofisiologi, penatalaksanaan, dan komplikasi,
BAB III
: PENUTUP
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran.
Abortus | 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer Arif, 1999)
Abortus adalah peristiwa berakhirnya kehamilan pada usia kehamilan <20
minggu atau berat janin <1000 gram.
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar.
B. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan, yaitu:
1. Abortus spontan, adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor
mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah.
Abortus ini dapat dibagi menjadi:
a. Abortus imminens adalah keguguran mengancam. Abortus ini baru mengancam
dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.
b. Abortus incipiens adalah keguguran berlangsung. Abortus ini sudah
berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.
c. Abortus incompletes adalah keguguran lengkap. Sebagian dari buah kehamilan
telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan placenta) masih teringgal di
dalam rahim.
d. Abortus completes adalah keguguran lengkap. Seluruh buah kehamilan telah
dilahirkan dengan lengkap.
e. Missed abortion adalah keguguran tertunda. Keadaan dimana janin telah mati
sebelum minggu ke 22, tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih
selama janin mati.
f. Abortus habitualis adalah keguguran berulang-ulang. Abortus yang telah
berulang dan berturut-turut terjadi; sekurang-kurangnya 3x berturut-turut.
2. Abortus provokatus (induced abortion), adalah abortus yang disengaja baik dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat.
a. Abortus medisinalis (abortus therapeutika) adalah abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa
ibu (berdasarkan indikasi medis).
Abortus | 3
b. Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis. (Mochtar Rustam, 1998)
C. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1. Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga
janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena factor endogen seperti kelainan
kromosom (trisomy dan polyploidy)
Kelainan pertumbuhan selain oleh kelainan benih dapat juga disebabkan oleh
kelainan lingkungan atau factor eksogen (virus, radiasi, zat kimia)
2. Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya:
a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, typhus dll. Dapat menyebabkan abortus atau
partus praematurus. Janin dapat meninggal oleh toxin-toxin atau karena
penyerbuan kuman-kuman sendiri. Akan tetapi keadaan ibu yang toxis dapat
menyebabkan abortus walaupun janin hidup.
b. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesterone atau dysfungsi kelenjar
gondok
c. Trauma misalnya laparotomy atau kecelakaan dapat menimbulkan abortus
d. Kelainan alat kandungan: hypoplasia uteri, tumor uterus, cervik yang pendek,
retroflexio uteri incarcerate, kelainan endometrium dapat menimbulkan abortus.
D. Tanda dan Gejala
1. Abortus imminens
a. Perdarahan sedikit
b. Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali
c. Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
d. Tidak ditemukan kelainan pada cervik
2. Abortus incipiens
a. Perdarahan banyak; kadang-kadang keluar gumpalan darah
b. Nyeri karena kontraksi rahim kuat
c. Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan
Abortus | 4
3. Abortus inkompletus
a. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung
terus
b. Sering servix tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang
dianggapcorpus allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
mengadakan kontraksi
4. Abortus completes
a. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambatlambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali, karena dalam masa
ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai
b. Cervix juga dengan segera menutup kembali
c. Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, maka abortus
inkompletus atau endometritis post abortum harus dipikirkan
5. Missed abortion
a. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbs air tuban dan
macerasi janin
b. Buah dada mengecil kembali
c. Ammenorhoe berlangsung terus
6. Abortus febrilis
a. Demam kadang-kadang menggigil
b. Lochia berbau busuk
c. Abortus ini dapat menimbulkan endotoxin shock
E. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada kehamilan 8 minggu
sampai 14 minggu, penembus sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu,
janin dikeluarkan lebih dulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai
bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya,
Abortus | 5
janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papi raseus.
Abortus spontan (keguguran pada 20 minggu pertama kehamilan) dapat
diklasifikasikan sebagai mengancam, tidak dapat dielakkan, inkomplet, atau missed.
Keguguran dini dapat disebabkan oleh infeksi, inkompetensi serviks, kelainan genetic,
merokok atau riwayat abortus.
Abortus | 6
F. PATHWAY
Factor predisposisi (kelemahan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan placenta,
kelainan maternal)
Gangguan sirkulasi uterus
Perdarahan dalam desidua
Embrio terlepas (semua atau sedikit)
Abortus
Resiko anca,am
kesehatan pada janin
Cemas terhadap
keselamatan
janin
Terlepas sedikit
Benda asing dalam uterus
Terjadi perlukaan pada endometrium
Gg. Rasa nyaman nyeri
Kontraksi uterus
Perdarahan
Defisit Volume
Cairan
Therapy bedrest
Intoleransi Aktivitas
Abortus | 7
G. Penatalaksanaan
TATALAKSANA UMUM
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk TTV
2. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90
mmHg)
3. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan
kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam: ampicillin 2g IV/IM
kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam, Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam.
Metronidazole 500mg IV setiap 8 jam
TATALAKSANA KHUSUS
1. Abortus imminens
Karena ada harapan kehamilan dapat berlangsung terus, pasien disuruh:
a. Istirahat rebah: tidak usah melebihi 48 jam. Kalau telur masih baik, perdarahan
dalam waktu ini akan berhenti.
b. Pasien harus menjaga diri, jangan banyak bekerja, dan coitus dilarang selama 2
minggu.
c. Diberi sedative, misalnya luminal, codein, morphin.
d. Progesterone 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi
kerentanan otot-otot Rahim (misalnya gestanon)
e. Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan
antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4
minggu.
f. Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.
2. Abortus incipiens
a. Untuk mempercepat pengosongan rahim diberi oxyticin 21/2 satuan tiap ½ jam
sebanyak 6 kali.
b. Untuk mengurangi nyeri karena his boleh diberikan sedative
c. Lakukan evaluasi TTV, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam
d. Jika Pitocin tidak berhasil, dapat dilakukan curettage asal pembukaan cukup
besar.
3. Abortus inkompletus
a. Harus segera dibersihkan dengan curettage atau secara digital.
Abortus | 8
b. Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu;
gunakan jari atau forcep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari cervix
c. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu; lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual adalah metode yang dianjurkan.
d. Jika usia kehamilan lenih dari 16 minggu; berikan infus 40 IU oksitosin dalam
1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi
e. Lakukan evaluasi TTV pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam
4. Abortus komplit
a. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet silfas ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfuse darah
5. Missed abortion
a. Pemberian oxytocin dan antibiotika
b. Segera setelah kematian janin dapat dipastikan, diberi Pitocin misalnya 10
satuan dalam 500cc glucose
c. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan pemasangan luminaria stift
d. Jika usia kehamilan kurang dari 12 minggu; evakuai dengan AVM atau sendok
kuret
e. Jika usia kehamilan lebih dari 12 minggu namun kurang dari 16 minggu; pastika
cervix terbuka, bila perlu lakukan pematangan cervix sebelum dilakukan
dilatasi atau kuretase
f. Jika usia kehamilan 16-22 minggu; lakukan pematangan cervix. Lakukan
evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500ml NaCl 0,9%/Ringer Laktat
dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
6. Abortus febrilis
a. Diberi antibiotika dahulu
b. Curettage baru dikerjakan setelah suhu tenang selama 3 hari
H. Komplikasi
Adapun komplikasi dari abortus adalah:
1. Perdarahan, apabila perdarahan dari janin lahir tidak segera diatasi atau pertolongan
tidak diberikan tepat pada waktunya maka akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
2. Syock, berkurangnya volume darah yang disebabkan oleh adanya perdarahan
Abortus | 9
3. Infeksi, hal ini seharusnya jarang terjadi jika memakai teknik asepsis dengan
cermat.
Abortus | 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Abortus dapat disebabkan oleh berbagai factor, yaitu factor janin,
factor ibu, factor penggunaan obat, factor lingkungan, factor imunologis.
Penanganan abortus harus dilakukan secara cepat dan tepat agar ibu tidak terlalu
kehabisan banyak darah dan dapat menyelamatkan ibu dari ancaman kematian.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca khususnya mahasiswa untuk mendalami dan memahami tentang abortus.
Sebaiknya perawat juga harus mengetahui dan memahami konsep
kegawatdaruratan, baik kegawatdaruratan umu maupun kegawatdaruratan
maternitas. Karena dengan perawat memahami konsep penanganan abortus,
diharapkan pasien dengan kasus abortus dapat tertangani dan bisa diselamatkan.
Abortus | 11