Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA

ragam variasi bahasa, penggunaan variasi bahasa

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA Oleh : Uswatun Hasanah uzwaa.hasan@gmail.com PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan sesamanya. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan keinginannya agar dapat melangsungkan hubungan dengan komunitasnya. Segala aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari penggunaan bahasa sebagai sara komunikasi. Samsuri dalam Isti Ainurrahma berpendapat bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia dan mengikuti di dalam setiap pekerjaannya. Isti Ainurrahma. Ragam Bahasa dan Strategi Tindak Tutur Pedagang Asongan di Terminal Minak Koncar Kabupaten Lumajang. (Jember: Artikel Pendidikan Universitas Jember. 2013) h. 1 Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa bahasa sangat penting selain fungsinya sebagai alat komunikasi bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk meneruskan kebudayaan. Kebudayaan berperan penting dalam menentukan keberadaan suatu bahasa. Penilaian atas suatu hal dan tindak laku tergantung pada sistem nilai dan kebudayaan seseorang. Nababan dalam Isti Ainurrahma menyatakan kebudayaan adalah sistem aturan-aturan komunikasi dan interaksi yang memungkinkan suatu masyarakat terjadi, dipelihara dan dilestarikan. Sedangkan kebudayaan diartikan secara luas yaitu sistem keseluruhan dari kebiasaan-kebiasaan dan cara hidup manusia, bergaul dari bekerja dalam suatu kelompok. Isti Ainurrahma. h.2-3 Dari pendapat dapat kita lihat bahwa keberadaan kebudayaan juga menyebakan adanya variasi bahasa, karena adanya interaksi antar manusia sebagai penutur. Seiring dengan perkembangan teknologi dan zaman, bahasa juga mengalami perkembangan. Perbedaan golongan, pekerjaan, aktivitas, komunitas, juga memberikan andil terhadap keanekaragaman bahasa. Hal-hal tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab munculnya variasi bahasa. Terjadinya keanekaragaman atau kevariasian bahasa tidak hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak bisa hidup sendiri, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan berbeda-beda. Penutur yang berada diwilayah sangat luas akan menimbulkan keberagaman bahasa yang lebih banyak. Dari fenomena-fenomena diatas dapat kita lihat bahwasanya bahasa itu bersifat dinamis, dan akan mengalami perkembangan dan keanekaragaman. Faktor penyebab terjadinya keanekaragaman bahasa bisa datang melalui faktor internal maupun eksternal yang menyebabkan banyak variasi bahasa dari berbagai segi. Oleh karena itu dalam pembahasan ini kami akan membahas tentang pengertian variasi bahasa, faktor yang mempengaruhi variasi bahasa dan jenis keragaman atau variasi bahasa dari berbagai segi. PEMBAHASAN Pengertian Variasi Bahasa Secara sederhana variasi dapat diartikan sebagai suatu perbedaan atau keanekaragaman. Variasi merupakan padanan dalam bahasa Perancis Variete yang berarti ragam atau jenis. Sunahrowi. Variasi dan Register Bahasa dalam Pengajaran Sosiolinguistik. (Purwokerto: P3M STAIN Purwokerto. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. INSANIA. Vol.12.No.1 2007) h.3 Variasi (va-ri-a-si) menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) merupakan tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula; selingan; segalanya berlangsung berulang-ulang. Badan Pengembang dan Pembinaan Bahasa. KBBI Online. Dan pengertian bahasa menurut Kridalaksana, merupakan sistem lambang bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Harimurti Kridalaksana. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. (Ende Flores : Nusa Indah. 1985) h.12 Sedangkan variasi bahasa dalam kamus bahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa menurut pemakaiannya, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta medium pembicaraan. Badan Pengembang dan Pembina Bahasa. KBBI Online. 2003. h.920Menurut Chaer, variasi bahasa adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Abdul Chaer dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. (Jakarta : Rineka Cipta. 2004) h.62 Chaer dan Agustina menjelaskan terjadinya keanekaragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Ibid. h.61 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa merupakan sejenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Variasi Bahasa Dalam pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Menurut Chaer dan Agustina,variasi bahasa merupakan akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Abdul Chaer dan Leonie Agustina. h.62 Menurut Kridalaksana (1985:12) variasi bahasa ditentukan oleh faktor waktu, faktor tempat, faktor sosiokultural, faktor situasi dan faktor medium pengungkapan. Faktor waktu menimbulkan perbedaan bahasa dari masa ke masa. Faktor daerah membedakan bahasa yang dipakai di suatu tempat dengan tempat lain. faktor sosiokultural membedakan bahasa yang dipakai suatu kelompok sosial. Faktor situasional timbul karena pemakai bahasa memilih ciri-ciri bahasa tertentu dalam situasi tertentu. Faktor medium pengungkapan membedakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Harimurti Kridalaksana. h.12 Sedangkan menurut Nababan, penyebab timbulnya variasi bahasa ada empat faktor, yaitu daerah yang berlainan, kelompok atau keadaan sosial yang berbeda, situasi berbahasa yang berlainan, dan tahun atau zaman yang berlainan. Nababan, Sosiolinguistik: suatu pengantar. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1993) h.13 Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi variasi bahasa dapat dikategorikan menjadi faktor linguistik dan faktor non linguistik. a. Faktor-faktor linguistik yang mempengaruhi variasi bahasa Menurut Chaer faktor linguistik yang mempengaruhi variasi bahasa sebagai berikut Abdul Chaer. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. (Jakarta : Rineka Cipta. 1994) h.66-67: Interferensi Chaer memberikan batasan bahwa Interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan, sehinga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu. Alwi dkk menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa jawa, misalnya pemerkayaan bahasa Indonesia. Pungutan bahasa daerah dan bahasa Asing menyebabkan terjadinya interferensi. Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengakibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia. Alwi dkk. Tata Bahasa Baku Indonesia. (Jakarta: Balai Pustka. 2003) h.9 Misalnya masyarakat lebih cenderung menggunakan kata “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “ welcome” untuk “selamat datang”. Integrasi Chaer menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk dan sudah dianggap, diperlukan dan dipakai sebagai bagian dari bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Tidak dianggap lagi sebagai unsur pinjaman atau pungutan. Contoh kata yang berintegrasi seperti diskualifikasi, klasifikasi, dispensasi merupakan integrasi bahasa Asing ke dalam bahasa Indonesia. Alih Kode atau Campur Kode Chaer menyatakan bahwa alih kode adalah beralihnya suatu kode (baik bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa lain). alih kode ini bisa digunakan dengan tanpa alasan maupun dalam situasi tertentu. Contoh offer wae maknanya ditawar saja. Bahasa Gaul Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para anak jalanan. Penggunaan bahasa Gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama kamus bahasa gaul pada tahun 1999. Contoh ayah (bokap), ibu (nyokap), saya (gue), dan lain-lain. b. faktor Nonlinguistik yang mempengaruhi variasi bahasa Menurut Chaer faktor Nonlinguistik yang mempengaruhi variasi bahasa sebagai berikut Abdul Chaer. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. (Jakarta : Rineka Cipta. 1994) h.66-67: Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dsb. Faktor-faktor situsional : siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dimana, dan mengenai masalah apa. Jenis Variasi Bahasa Chaer dan Agustina membedakan variasi bahasa menjadi empat, yaitu variasi dari segi penutur, variasi dari segi pemakaian, variasi dari segi keformalan dan variasi dari segi sarana. Abdul Chaer dan Leonie Agustina. h.62-69 Variasi dari segi penutur Variasi dari segi penutur adalah variasi bahasa yang bersifat individu dan variasi bahasa dari sekelompok individu yang jumlahnya relative, yang berada pada sutu tempat/wilayah atau area. Ditinjau dari sudut pandang penutur bahasa, ada beberapa variasi yang berkaitan, diantaranya: Idiolek Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan warna suara, pemilihan diksi, gaya bahasa, susunan kalimat, ekspresi, dan sebagainya. Dan yang paling dominan adalah warna suara, sehingga kita dapat mengenali suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara bicaranya tanpa melihatnya. Dialek Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Contohnya; bahasa Jawa dialek Banyumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya. Kronolek atau Dialek Temporal Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini. Sosiolek Variasi bahasa sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya. Variasi bahasa sosiolek dibagi menjadi sebagai berikut: 1)      Variasi Bahasa Berdasarkan Usia Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa. 2)      Variasi Bahasa Berdasarkan Pendidikan Yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana. 3)      Variasi Bahasa Berdasarkan Seks Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak. 4)      Variasi Bahasa Berdasarkan Profesi Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa. 5)      Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat Kebangsawanan Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan adalah variasi yang terkait dengan tingkat dan kedudukan (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat. 6)      Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat Ekonomi Para Penutur Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah. 7)      Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat Golongan, Status, dan Kelas Sosial Chaer dan Agustina (2010:87-89) menyatakan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgar, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Abdul Chaer dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal edisi revisi. (Jakarta : Rineka Cipta. 2010) h.87-89 Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut: a.       Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya; b.      Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dipandang rendah; c.       Vulgar adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan; d.      Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia; e.       Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok (dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak); f.       Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll; g.      Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet, barang dalam arti mangsa, daun dalam arti uang, dll; h.      Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Biasanya digunakan oleh para pengemis. Variasi Bahasa dari Segi Pemakaian Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 2010. h.69 Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut. Variasi Bahasa dari Segi Keformalan Menurut Martin Joss sebagaimana yang dikutip oleh Chaer dan Agustina dalam bukunya membagi variasi bahasa dari segi keformalan menjadi lima macam, Ibid. h.70-71 yaitu: a.       Ragam Beku (frozen). Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai nya. b.      Ragam Resmi (formal) Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya. c.       Ragam Usaha (konsultatif) Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. d.      Ragam Santai (casual) Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya. e.       Ragam Akrab (intimate) Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas. Dalam kehidupan sehari-hari, kelima ragam diatas terkadang  digunakan secara bergantian. Ketika berurusan dengan masalah dokumen jual beli, sewa menyewa atau pembuatan akte notaris, kita menggunakan ragam beku. Dalam rapat dinas atau ruang kuliah, kita menggunakan  bahasa resmi. Pada waktu menyelesaikan tugas kelompok, kita menggunakan ragam usaha. Ketika beristirahat dan makan-makan di kantin, kita menggunakan ragam santai. Dan ketika kita bercakap-cakap dengan sahabat karib tanpa topik tertentu, biasanya menggunakan ragam akrab. Sebagai perbandingan, perhatikan tiga contoh ragam bahasa berikut ini yang memiliki maksud yang sama namun tingkat keformalannya berbeda; -          Suadara boleh mengambil buku-buku yang Saudara sukai! -          Ambillah yang kamu sukai! -          Kalau mau ambil aja! Variasi Bahasa dari Segi Sarana Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio dan sebagainya.  Hal ini memberikan kesimpulan bahwa ragam bahasa menurut sarana terbagi dua, yakni ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Hal ini didasarkan kepada kenyataan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis memiki wujud dan struktur yang berbeda. Lisan             Merupakan suatu cara berkomunkasi dengan beberapa orang yang diungkapkan melalui media lisan seperti alat ucap yang memiliki unsur dasar yakni; pelafalan dalam berkata-kata, tata bahasa, dan kosakata yang terkait oleh ruang dan waktu. Ditinjau dari cara penyampaiannya, ragam bahasa lisan mempunyai unsur suprasekmental (aksen, nada, dan tekanan) dan paralingual (gerak-gerik tangan, mata, kepala) yang sangat berpengaruh terhadap hasil komunikasi. Tulisan Dalam ragam tulis, kita harus memperhatikan tata cara penulisan (ejaan) ,tata bahasa, dan kosa kata.  Ragam bahasa tulis menuntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa dan struktur kalimat. Seperti bentuk kata, susunan kalimat, ketepatan dan kecermatan dalam pemilihan kosa kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 2010. h.72 KESIMPULAN Variasi bahasa terjadi karena beberapa faktor diantaranya karena penutur bahasa yang beragam, dan juga karena beragamnya aktivitas dan fungsi dari bahasa itu sendiri. Sedangkan jenis bahasa timbul karena terjadi nya hubungan antara bahasa dengan faktor faktor lain yang berkaitan dengan bahasa, seperti sosiologis, politik dan sebagainya. Keberadaan variasi bahasa itu sendiri menunjukan tingakat keberagaman dan kekayaan suatu bangsa. Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagaimana berikut: Variasi bahasa merupakan sejenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Faktor yang mempengaruhi variasi bahasa dapat berasal dari faktor linguistik dan Nonlinguistik Faktor linguistik yaitu Interferensi, Integrasi, Alih kode atau campur kode dan bahasa gaul. Sedangkan faktor nonlinguistik yaitu: Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dsb. Faktor-faktor situsional : siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dimana, dan mengenai masalah apa. Menurut Chaer dan Agustin variasi bahasa dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu: Variasi dari segi penutur: Idiolek, dialek, kronolek atau dialek temporal, dan sosiolek Variasi dari segi pemakaian: variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi dari segi keformalan: ragam baku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai, ragam aktrab (intimet). Variasi dari segi sarana: bahasa lisan, maupun bahasa tulisan. DAFTAR PUSTAKA Ainurrahma, Isti. 2013. Ragam Bahasa dan Strategi Tindak Tutur Pedagang Asongan di Terminal Minak Koncar Kabupaten Lumajang. Jember: Artikel Pendidikan Universitas Jember Alwi dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustka. Badan Pengembang dan Pembina Bahasa. 2003. KBBI Online. Badan Pengembang dan Pembinaan Bahasa. KBBI Online. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta. 2004 . 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 1994. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores : Nusa Indah. 1985 Nababan, 1993. Sosiolinguistik: suatu pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sunahrowi. 2007. Variasi dan Register Bahasa dalam Pengajaran Sosiolinguistik. Purwokerto: P3M STAIN Purwokerto. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. INSANIA. Vol.12.No.1 12