BASA JAWA SING APIK LAN PENER
Pana Pramulia
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
panapramulia@gmail.com. 081231583444
Basa sing apik lan pener iku menawa manut paugeran kang wis dimupangati masyarakat
utawa pemerintah. Salah sawijine tuladha yaiku Bahasa Indonesia. Masyarakat Indonesia wis kenal
karo slogan “Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”. Apik lan pener migunakake Basa Indonesia
iku mau kajaba sing diomongke (lisan), uga apa sing diserat (tulisan). Semana uga, Basa Jawa
migunakake paugeran sing kaya mengkono mau. Basa Jawa sing diomongke lan diserat iku asale
teka Aksara Jawa. Dadi, Aksara Jawa wis dadi paugeran Basa Jawa lisan lan tulis. Masyarakat sing
migunakake Basa Jawa, kudu mituruti paugeran sing wis dimupangati. Ing zaman saiki, akeh
masyarakat Jawa sing ora nggatekake paugeran iku mau. Sababe, akeh masyarakat sing jumbuh
ora bisa mbedakake basa lisan karo basa tulis. Tuladhane akeh banget, “a” ning basa lisan dadi “o”
ning basa tulis, “dh” ning basa lisan dadi “d” ning basa tulis, “th” ning basa lisan dadi “t” ning
basa tulis, lan sapiturute. Kaluputan iku mau kudu dipenerake, sabab basa iku gandheng renteng
karo karakter bangsa lan negara. Cara kang gampang ndandani kaluputan iku mau, nggawe sarana
media sosial utawa SMS. Diwiwiti saka pribadine dewe-dewe, menawi nyerat status ning media
sosial utawa ngirim SMS ning sedulur lan kanca. Cara kang kaya ngono iku bisa ndandani kalemkalem kaluputan nyerat Basa Jawa, sabab wong sing maca bisa katularan. Ukara sing luwih luwes,
yaiku ngelmu gethok tular.
Kata kunci: Basa Jawa, apik, pener, media sosial, SMS
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedudukan bahasa begitu penting dalam kehidupan manusia. Keraf (1984:1), menyatakan
bahasa adalah alat yang utama dalam komunikasi untuk semua orang semua interaksi dan kegiatan
dalam komunikasi untuk semua orang, semua interaksi dan kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh
atau mati tanpa adanya bahasa. Bahasa meliputi bentuk lisan dan tulis. Percakapan atau dialog seharihari, pidato, ceramah yang biasa ditemui dalam interaksi sosial termasuk bentuk lisan. Bentuk tulis,
seperti yang tercetak dalam koran, majalah, surat, dan lain sebagainya. Akan tetapi, antara bahasa
lisan dengan bahasa tulis tentu berbeda. Bahasa yang disampaikan dalam bentuk tulis mempunyai
karakteristik dan kaidah penulisan jelas. Demikian juga dengan bahasa yang disampaikan secara lisan,
memiliki ciri yang khas.
Maka dari itu, masyarakat Indonesia sudah mengenal slogan populer, yaitu “Bahasa Indonesia
yang Baik dan Benar. Berdasarkan munculnya slogan tersebut, kiranya masih banyak masyarakat
Indonesia yang belum bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika, secara keseluruhan
masyarakat Indonesia sudah memahami atau bahkan bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar,
maka slogan tersebut tidak perlu digaungkan. Hal tersebut terjadi, disebabkan Bahasa Indonesia masih
tergolong muda. Bahasa Indonesia merupakan adaptasi dari Bahasa Melayu yang diresmikan menjadi
bahasa nasional pada prosesi Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Semakin berkembangnya zaman,
maka Bahasa Indonesia juga mengalami perkembangan. Masyarakat yang tidak mengikuti
perkembangan Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis terancam tidak dapat berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Maka dari itu, slogan “Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar” senantiasa
digaungkan oleh pemerintah melalui lembaga bahasa dan lembaga pendidikan.
Hal tersebut juga terjadi di dalam Bahasa Jawa. Banyak masyarakat penutur Bahasa Jawa –
dalam hal ini orang Jawa – belum bisa memahami Basa Jawa sing apik lan pener, dan juga belum
bisa membedakan antara bahasa lisan Jawa dengan bahasa tulisan Jawa. Sebenarnya tidak banyak
kekeliruan dalam bahasa lisan, tetapi ketika bahasa lisan itu ditulis, kekeliruan akan banyak
ditemukan. Kekeliruan tersebut banyak ditemukan di media sosial dan SMS yang menggunakan
Bahasa Jawa. Status-status di media sosial Facebook, Twitter, BBM, dan sebagainya yang
menggunakan Bahasa Jawa tidak sesuai dengan aturan baku Bahasa Jawa. Komentar-komentar untuk
status yang berbahasa Jawa tersebut juga banyak yang tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Jawa yang
baik dan benar. Selain itu, banyak SMS menggunakan Bahasa Jawa yang saya terima sama seperti
status-status di Facebook, bahkan berantakan secara struktur kebahasaan.
Menurut saya, inilah waktu yang tepat mengenalkan lagi Basa Jawa sing apik lan pener
kepada masyarakat, karena hampir setiap orang – sekarang ini – mempunyai media sosial. Ong
(2013:269) menyatakan zaman sekarang ini muncul pergeseran dari kelisanan menuju keaksaraan dan
lanjutan keaksaraan, yakni cetakan dan pemrosesan elektronik terhadap verbalisasi. Maksdunya,
manusia berbondong-bondong menjadi penulis di media sosial. Dari media sosial tersebut, orang juga
bebas mengomentari. Maka dari itu, akun-akun yang kita buat di media sosial dapat digunakan atau
dikelola untuk mengenalkan kembali menulis menggunakan Basa Jawa sing apik lan pener kepada
masyarakat, terutama teman-teman kita di media sosial.
Di sisi lain, penamaan tempat, seperti warung dan toko yang menggunakan Bahasa Jawa juga
tidak sesuai kaidah berbahasa Jawa. Padahal dasar dari Bahasa Jawa adalah Aksara Jawa, dimana
antara “a” dan “o” jelas berbeda. Huruf “a” berasal dari aksara “ha”, sedangkan huruf “o” berasal dari
aksara “ha” yang ada “taling tarung”. Contoh kekeliruan yang saya temukan, yaitu penamaan salah
satu warung: Warung Wong Jowo. Seharusnya, penulisan yang benar dari warung tersebut, yaitu
Warung Wong Jawa. Contoh kekeliruan lainnya, yaitu Toko Monggo Kerso, yang seharusnya Toko
Mangga Kersa. Masih banyak lagi kekeliruan yang saya temukan pada penamaan tempat, tetapi dalam
makalah ini saya fokus pada kekeliruan penulisan dalam media sosial dan SMS.
Berdasarkan uraian tersebut, kiranya – meminjam Jangka Jayabaya – Wong Jawa ilang
jawane, salah satu tandanya bahwa masyarakat Jawa sendiri belum bisa menulis menggunakan Basa
Jawa sing apik lan pener. Bahasa merupakan produk kebudayaan sekaligus bagian dari pembinaan
karakter bangsa. Bahasa berkorelasi langsung dengan karakter, karena dari cara menggunakan bahasa,
seseorang akan terlihat karakternya. Bahkan, integritas suatu bangsa ditentukan bagaimana
masyarakatnya menggunakan bahasanya. Sebenarnya, tidak bisa dipungkiri bahwa Bahasa Jawa
merupakan bahasa agung, dimana mempunyai strata berbahasa antara satu orang dengan orang
lainnya. Strata tersebut yang populer di masyarakat, di antaranya Basa ngoko, Basa Krama, dan Basa
Krama Inggil. Strata bahasa dalam kebudayaan Jawa merupakan integritas yang dimiliki masyarakat
Jawa khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Integritas tersebut merupakan pondasi karakter, karena di dalamnya memuat moral, etika, dan
estetika dalam berperilaku. Integritas tersebut juga bisa runtuh disebabkan perilaku buruk, dan
perilaku buruk dipicu pada awalnya dari kekeliruan berbahasa, hal ini dalam konteks Jawa, baik
secara tulisan maupun hilangnya strata bahasa Jawa. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu strategi
khusus untuk mengiklankan Basa Jawa sing apik lan pener di masyarakat. Makalah ini menguraikan
cara dan strategi gethok tular untuk menulis menggunakan Bahasa Jawa yang baik dan benar dalam
masyarakat di media sosial. Maka dari itu, judul makalah ini Basa Jawa Sing Apik Lan Pener.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
Bagaimana cara mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener kepada masyarakat?
Bagaimana status di media sosial digunakan sebagai strategi gethok tular menulis Basa
Jawa sing apik lan pener?
2. PEMBAHASAN
2.1 Mengenalkan Basa Jawa Sing Apik lan Pener
Zaman sekarang ini hampir setiap orang mempunyai media sosial pribadi. Satu orang bisa
mempunyai lebih dari satu, seperti Facebook, Twitter, Line, Instagram, Path, BBM, dan sebagainya.
Media sosial tersebut, kiranya efektif untuk mengabarkan berbagai macam informasi. Selain itu,
media sosial merupakan sarana yang mudah untuk melakukan propaganda. Tentu, propaganda
tersebut ada yang positif dan ada yang negatif. Di sisi lain, banyak sekali status-status negatif aktif
dan negatif pasif bertebaran di beranda-beranda Facebook. Negatif aktif, seperti menyebarkan isu-isu
tidak jelas yang dapat memprovokasi pengguna Facebook lain. Negatif pasif, salah satu contohnya
menulis status Bahasa Jawa dengan tata bahasa yang keliru. Kekeliruan menulis status menggunakan
Bahasa Jawa banyak ditemukan media sosial, seperti Facebook. Seperti yang disebutkan di latar
belakang masalah, bahwa masyarakat Jawa sekarang tidak memahami perbedaan antara bahasa lisan
dengan bahasa yang dituliskan. Banyak kekeliruan yang menuliskan huruf “o” yang seharusnya “a”,
huruf “d” yang seharusnya “dh”, huruf “t” yang seharusnya “th”.
Kekeliruan tersebut bisa berdampak bagi pengguna lain, baik masyarakat Jawa sendiri
maupun bukan Jawa. Seperti halnya kebaikan, keburukan pun juga bisa menular. Seseorang yang
menulis status Facebook akan dibaca banyak orang, terutama teman-teman yang berada dalam
jaringannya. Jika seorang Jawa menulis status dengan Bahasa Jawa yang keliru, teman yang berada
dalam jaringannya – yang bukan Jawa – akan menganggapnya benar. Hal tersebut menjadi persoalan,
karena orang yang bukan Jawa, tetapi hidup di Jawa dan ingin belajar Bahasa Jawa akan terpengaruh
(nular). Padahal, jika kita memaknai kata Jawa itu sendiri, yaitu paham atau mengerti. Berdasarkan
pemaknaan tersebut, maka orang Jawa dituntut paham dan mengerti, terutama bahasanya sendiri. Dari
sini, kiranya yang perlu dibenahi adalah pemahaman orang Jawa terhadap tata bahasa Jawanya.
Di sisi lain, media sosial Facebook menyediakan perangkat untuk membuat grup. Kebanyakan
grup Facebook banyak memberikan kontribusi positif sebagai ajang pembelajaran keilmuan tentang
berbagai hal. Misalnya, Grup Sastra Jawa Gagrak Anyar, Grup Sastra Jawa, Grup Sinau Pewayangan,
Grup Tukar Kawruh Basa Jawa, dan sebagainya. Beberapa grup yang disebutkan itu saya pilih, karena
berkaitan dengan permasalahan dalam makalah ini. Akun-akun Facebook yang mengunggah status
pada grup tersebut mempunyai tata Bahasa Jawa yang baik dan benar. Sebagai contoh unggahan dari
Wisanggeni Suta Parta di Grup Sastra Jawa Gagrak Anyar yang bertanggal 19 Agustus 2016,
“Wilujeng ratri bapa – ibu ingkang kinurmatan, kula badhe nyuwun tulung dipunjarwakaken ukara
ing ngandhap puniki estunipun kepripun…”.
Berdasarkan unggahan status tersebut, kiranya pembaca – dalam hal ini seseorang yang belum
mengerti menulis menggunakan Bahasa Jawa – akan memahami, bahkan meniru apabila akan menulis
status menggunakan Bahasa Jawa. Dengan catatan, seseorang tersebut mengikuti grup dan sekaligus
berkeinginan belajar menulis Bahasa Jawa yang baik dan benar. Pertanyaannya, bagaimana jika ingin
mengajarkan Basa Jawa sing apik lan pener kepada teman-teman kita di media sosial? Salah satu
caranya, yaitu memasukkan teman-teman Facebook kita yang berminat belajar menulis Bahasa Jawa
di grup-grup yang saya sebutkan tadi. Strategi ini efektif dan efisien, karena kita tidak perlu secara
langsung mengajarkan kepada mereka menulis Bahasa Jawa yang baik dan benar. Dengan masuknya
mereka di grup, secara otomatis mereka dapat belajar sekaligus memahami menulis Bahasa Jawa yang
baik dan benar.
Sebagian teman-teman saya, baik berteman di dunia nyata dan sekaligus Facebook berminat
belajar tentang kebudayaan Jawa. Akan tetapi, sebelum mereka belajar banyak tentang kebudayaan
Jawa, alangkahbaiknya jika memulai belajar dari tata bahasanya terlebih dahulu. Berdasarkan hal
tersebut, sebagian teman-teman itu saya sarankan masuk di grup Facebook, seperti Grup Sastra Jawa
Gagrak Anyar, Grup Sastra Jawa, Grup Sinau Pewayangan, Grup Tukar Kawruh Basa Jawa, dan
sebagainya. Sebagian lagi – tanpa sepengetahuan mereka – saya masukkan langsung di grup-grup
tersebut. Secara otomatis, jika ada akun yang memosting kiriman di salah satu grup, akun Facebook
teman-teman tersebut akan memeroleh pemberitahuan. Dengan demikian, mereka akan belajar banyak
hal tentang unggahan di grup, terutama tata bahasanya. Berikut beberapa gambar hasil screenshoot
yang merupakan contoh menulis menggunakan Basa Jawa sing apik lan pener di grup Facebook.
Status-status di grup seperti contoh di atas, bukan sekadar memberikan informasi dan
pengetahuan, tetapi juga mengenalkan kepada masyarakat kaidah berbahasa Jawa yang baik dan
benar. Anggota-anggota grup yang sebelumnya tidak mengerti tata bahasa baku Jawa, akan diajari
secara tidak langsung melalui unggahan dari anggota yang lain. Dari sini, menurut pengamatan saya,
teman-teman yang bergabung dengan grup-grup tersebut mengalami perubahan dalam menulis status
menggunakan Bahasa Jawa. Sebagian mereka sudah memahami perbedaan “a” dan ‘o”. Berikut dua
teman saya yang status Facebooknya menggunakan Bahasa Jawa mulai membaik.
Berdasarkan unggahan status di atas, grup-grup Facebook seperti Grup Sastra Jawa Gagrak
Anyar, Grup Sastra Jawa, Grup Sinau Pewayangan, dan Grup Tukar Kawruh Basa Jawa memberikan
kontribusi terhadap pengenalan tata bahasa Jawa, sehingga dapat memengaruhi anggotanya untuk
menulis Bahasa Jawa yang baik dan benar. Grup-grup Facebook dapat dijadikan propaganda
mempromosikan kebaikan – dalam hal ini mempromosikan tata bahasa Jawa, selain memberikan
informasi dan mengenalkan budaya-budaya Jawa yang diuraikan melalui unggahannya. Maka dari itu,
media-media sosial yang kita miliki hendaknya dikelola sebaik-baiknya agar bermanfaat untuk
sesama, terutama untuk integritas bangsa dan negara.
2.2 Status Media Sosial Digunakan Sebagai Strategi Gethok Tular Menulis Basa Jawa Sing
Apik Lan Pener
Pada sub-bab berikut, uraian berkaitan langsung dengan sub-bab sebelumnya. Jika pada subbab sebelumnya membahas bagaimana mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener dengan cara
memasukkan teman-teman kita di grup-grup Facebook, maka pada sub-bab ini akan diuraikan strategi
mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener secara lebih lanjut. Strategi tersebut di dalam konteks
Jawa biasa disebut gethok tular. Strategi ini kiranya efektif untuk mengenalkan Bahasa Jawa yang
baik dan benar di media sosial. Salah satu caranya dengan menulis status menggunakan Bahasa Jawa
sesuai kaidah tata bahasa Jawa. Mengapa hal tersebut perlu dilakukan, karena banyak sekali statusstatus di Facebook menggunakan Bahasa Jawa yang keliru. Berikut contoh status keliru yang diambil
dari Facebook.
1. Podo wingi, isuk ora sarapan sego.
2. Sopo sing dino iki nganggur.
3. Wis kadung teko tibake wonge ora ono.
Tentu kita tidak secara langsung menegur atau membetulkan. Salah satu cara efektif, yaitu
dengan memberi komentar menggunakan Bahasa Jawa yang baik dan benar. Misalnya, pada contoh
pertama kita bisa berkomentar, “Aku ya padha wingi, isuk sarapan sega,” atau Awakmu padha karo
aku, wingi sarapan sega, saiki sarapan bubur”. Kekeliruan pada contoh dua hampir sama dengan yang
pertama, tetapi contoh ketiga ada perbedaan. Dimana, kekeliruan terdapat pada huruf “d” dan “o”.
Cara membetulkan kekeliruan tersebut sama, yaitu dengan mengomentari menggunakan Bahasa Jawa
yang baik dan benar. Misalnya, “kadhung sara mlaku rana, tibake sing digoleki ora ana. Nasib”.
Dengan begitu, pembuat status paling tidak merasa ada yang berbeda secara penulisan bahasa dengan
komentatornya. Berikut contoh status yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Jawa.
Selain di Facebook, saya banyak menemukan kekeliruan di BBM. Cara membetulkan sama
saja, hanya bedanya kalau di BBM komentar yang kita kirim bersifat pribadi, sedangkan Facebook
komentar yang kita kirim dapat dilihat akun-akun yang berteman dengan pengunggah status. Akan
tetapi, paling tidak cara semacam itu dapat mengenalkan menulis menggunakan Bahasa Jawa yang
baik dan benar. Dengan demikian, paling tidak pembuat status akan membaca komentar yang secara
tata bahasa berbeda. Jika pembuat status yang keliru itu reflektif, maka strategi gethok tular ini akan
berhasil memengaruhi. Dari sini, kita dapat mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener secara
efektif.
Media sosial bernama BBM, juga menyediakan perangkat untuk membuat grup. Hanya, grup
dalam BBM terbatas. Maksudnya, tidak sama dengan grup di Facebook yang setiap orang bisa
membacanya. Akan tetapi, melalui grup BBM kita bisa mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener
kepada teman-teman kita. Memang untuk mengajarkan hal tersebut membutuhkan waktu yang
panjang. Maksudnya, ketika kita komentar pada status tidak secara otomatis teman kita yang selalu
keliru menulis menggunakan Bahasa Jawa tersebut membetulkannya dengan segera. Masih ada
beberapa kata yang masih salah tulis, tetapi sebagian sudah benar secara kaidah. Butuh ketelatenan
untuk mengajarkan sesuatu yang baik kepada orang lain. Berikut contoh dialog di BBM yang
beberapa kata benar, dan sebagian masih keliru.
Contoh dialog hasil screenshoot di atas, dapat ditemukan beberapa kekeliruan di samping ada
sebagian kata yang ditulis benar. Kata “iso” pada gambar pertama seharusnya “isa”, dan kata “iyo”
yang benar “iya”. Sedangkan penulisan kata “kerja” sudah benar menurut kaidah. Gambar kedua
kesalahan penulisan terdapat pada kata “budal”, yang seharusnya “budhal”. Penulisan kata “teka”
sudah benar menurut kaidah bahasa Jawa. Gambar ketiga ditemukan kesalahan penulisan pada kata
“kerjo”, yang seharusnya “kerja”. Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa kebanyakan kesalahan
penulisan terdapat pada huruf “a” dan “d”. Kesalahan penulisan huruf “a” dipengaruhi dari bahasa
lisan Jawa, sedangkan kesalahan penulisan huruf “d” dipengaruhi Bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil pengamatan saya, baik di Facebook, BBM, dan WhatsApp, usaha gethok
tular yang dilakukan beberapa teman sedikit demi sedikit berhasil. Artinya, usaha mengenalkan Basa
Jawa sing apik lan pener melalui media sosial dengan cara menulis status dan memberikan komentar
menggunakan Bahasa Jawa sesuai kaidah mulai memengaruhi teman-teman lainnya. Walaupun, usaha
ini membutuhkan waktu yang panjang, karena kekeliruan menulis Bahasa Jawa sudah tertanam
sedemikian rupa. Usaha ini membutuhkan ketelatenan dan orang-orang yang peduli akan keselamatan
Bahasa Jawa. Bahasa merupakan identitas bangsa. Maka, siapa lagi yang akan menjaganya?
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Media sosial, seperti Facebook merupakan perangkat yang efektif untuk menyebarkan virusvirus positif kepada masyarakat, khususnya pengguna Facebook. Salah satunya menularkan menulis
Basa Jawa sing apik lan pener. Grup-grup di Facebook, seperti Grup Sastra Jawa Gagrak Anyar,
Grup Sastra Jawa, Grup Sinau Pewayangan, Grup Tukar Kawruh Basa Jawa, dan sebagainya,
memberi kontribusi besar dalam mengenalkan menulis menggunakan Basa Jawa sing apik lan pener.
Grup-grup tersebut, berpengaruh terhadap anggotanya untuk menulis Bahasa Jawa yang baik dan
benar. Grup-grup Facebook dapat dijadikan propaganda mempromosikan kebaikan – dalam hal ini
mempromosikan tata bahasa Jawa, selain memberikan informasi dan mengenalkan budaya-budaya
Jawa yang diuraikan melalui unggahannya.
Di sisi lain, untuk mengenalkan menulis menggunakan Basa Jawa sing apik lan pener dengan
strategi gethok tular di media sosial. Strategi ini dapat mengajarkan menulis menggunakan Basa Jawa
sing apik lan pener secara tidak langsung. Caranya, dengan menulis status menggunakan Bahasa Jawa
yang baik dan benar dan dengan memberi komentar menggunakan Bahasa Jawa yang baik dan benar
terhadap status yang ditulis teman. Usaha gethok tular yang dilakukan sedikit demi sedikit berhasil.
Artinya, usaha mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener melalui media sosial dengan cara menulis
status dan memberikan komentar menggunakan Bahasa Jawa sesuai kaidah mulai memengaruhi
teman-teman lainnya.
3.2 Rekomendasi
Di zaman sekarang ini, yang penuh dengan media sosial, mengenalkan atau membelajarkan
menulis menggunakan Bahasa Jawa kepada masyarakat begitu mudah. Salah satunya seperti yang
diuraikan dalam makalah ini. Akan tetapi, perlu adanya kesadaran pribadi masing-masing untuk ikut
berusaha mengenalkan dan membelajarkan menulis menggunakan Bahasa Jawa kepada masyarakat
dengan cara apapun. Setiap orang Jawa berkewajiban memelihara Basa Jawa sing apik lan pener,
karena seperti yang makna dari kata Jawa itu sendiri, yaitu paham atau mengerti. Artinya, paham akan
bahasanya, paham berkewajiban memeliharanya, dan mengerti banyak kekeliruan orang Jawa menulis
menggunakan Bahasa Jawa, sehingga mengerti pula untuk mengenalkan kembali Basa Jawa sing apik
lan pener.
DAFTAR RUJUKAN
https://www.facebook.com/ana.muhifin?fref=ts
https://www.facebook.com/pihans.nahip?fref=ts
https://www.facebook.com/groups/sastrajawa/?fref=ts
Keraf, Gorys. 1984. Komposisi. Ende. Flores: Nusa Indah.
Ong, Walter J. 2013. Kelisanan dan Keaksaraan. Yogyakarta: Gading.
BIODATA
Nama
: Pana Pramulia
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Dosen
Instansi
: Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Alamat Instansi
: Jl. Ngagel Dadi III-B No. 37 Surabaya
Telepon/Posel
: (031) 5041097
Alamat Rumah
: Wisma Permai Regency Blok CC1, Sidoarjo
Telepon/Posel/Pose
: 081231583444/panapramulia@gmail.com
Tempat tanggal lahir : Nganjuk/8 April 1983
NPWP
: 45.995.556.3-621.000
Status Peserta
: Pemakalah
Judul Makalah
: Basa Jawa Sing Apik Lan Pener