Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
BASA JAWA SING APIK LAN PENER Pana Pramulia Universitas PGRI Adi Buana Surabaya panapramulia@gmail.com. 081231583444 Basa sing apik lan pener iku menawa manut paugeran kang wis dimupangati masyarakat utawa pemerintah. Salah sawijine tuladha yaiku Bahasa Indonesia. Masyarakat Indonesia wis kenal karo slogan “Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”. Apik lan pener migunakake Basa Indonesia iku mau kajaba sing diomongke (lisan), uga apa sing diserat (tulisan). Semana uga, Basa Jawa migunakake paugeran sing kaya mengkono mau. Basa Jawa sing diomongke lan diserat iku asale teka Aksara Jawa. Dadi, Aksara Jawa wis dadi paugeran Basa Jawa lisan lan tulis. Masyarakat sing migunakake Basa Jawa, kudu mituruti paugeran sing wis dimupangati. Ing zaman saiki, akeh masyarakat Jawa sing ora nggatekake paugeran iku mau. Sababe, akeh masyarakat sing jumbuh ora bisa mbedakake basa lisan karo basa tulis. Tuladhane akeh banget, “a” ning basa lisan dadi “o” ning basa tulis, “dh” ning basa lisan dadi “d” ning basa tulis, “th” ning basa lisan dadi “t” ning basa tulis, lan sapiturute. Kaluputan iku mau kudu dipenerake, sabab basa iku gandheng renteng karo karakter bangsa lan negara. Cara kang gampang ndandani kaluputan iku mau, nggawe sarana media sosial utawa SMS. Diwiwiti saka pribadine dewe-dewe, menawi nyerat status ning media sosial utawa ngirim SMS ning sedulur lan kanca. Cara kang kaya ngono iku bisa ndandani kalemkalem kaluputan nyerat Basa Jawa, sabab wong sing maca bisa katularan. Ukara sing luwih luwes, yaiku ngelmu gethok tular. Kata kunci: Basa Jawa, apik, pener, media sosial, SMS 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedudukan bahasa begitu penting dalam kehidupan manusia. Keraf (1984:1), menyatakan bahasa adalah alat yang utama dalam komunikasi untuk semua orang semua interaksi dan kegiatan dalam komunikasi untuk semua orang, semua interaksi dan kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh atau mati tanpa adanya bahasa. Bahasa meliputi bentuk lisan dan tulis. Percakapan atau dialog seharihari, pidato, ceramah yang biasa ditemui dalam interaksi sosial termasuk bentuk lisan. Bentuk tulis, seperti yang tercetak dalam koran, majalah, surat, dan lain sebagainya. Akan tetapi, antara bahasa lisan dengan bahasa tulis tentu berbeda. Bahasa yang disampaikan dalam bentuk tulis mempunyai karakteristik dan kaidah penulisan jelas. Demikian juga dengan bahasa yang disampaikan secara lisan, memiliki ciri yang khas. Maka dari itu, masyarakat Indonesia sudah mengenal slogan populer, yaitu “Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Berdasarkan munculnya slogan tersebut, kiranya masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika, secara keseluruhan masyarakat Indonesia sudah memahami atau bahkan bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar, maka slogan tersebut tidak perlu digaungkan. Hal tersebut terjadi, disebabkan Bahasa Indonesia masih tergolong muda. Bahasa Indonesia merupakan adaptasi dari Bahasa Melayu yang diresmikan menjadi bahasa nasional pada prosesi Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Semakin berkembangnya zaman, maka Bahasa Indonesia juga mengalami perkembangan. Masyarakat yang tidak mengikuti perkembangan Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis terancam tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Maka dari itu, slogan “Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar” senantiasa digaungkan oleh pemerintah melalui lembaga bahasa dan lembaga pendidikan. Hal tersebut juga terjadi di dalam Bahasa Jawa. Banyak masyarakat penutur Bahasa Jawa – dalam hal ini orang Jawa – belum bisa memahami Basa Jawa sing apik lan pener, dan juga belum bisa membedakan antara bahasa lisan Jawa dengan bahasa tulisan Jawa. Sebenarnya tidak banyak kekeliruan dalam bahasa lisan, tetapi ketika bahasa lisan itu ditulis, kekeliruan akan banyak ditemukan. Kekeliruan tersebut banyak ditemukan di media sosial dan SMS yang menggunakan Bahasa Jawa. Status-status di media sosial Facebook, Twitter, BBM, dan sebagainya yang menggunakan Bahasa Jawa tidak sesuai dengan aturan baku Bahasa Jawa. Komentar-komentar untuk status yang berbahasa Jawa tersebut juga banyak yang tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Jawa yang baik dan benar. Selain itu, banyak SMS menggunakan Bahasa Jawa yang saya terima sama seperti status-status di Facebook, bahkan berantakan secara struktur kebahasaan. Menurut saya, inilah waktu yang tepat mengenalkan lagi Basa Jawa sing apik lan pener kepada masyarakat, karena hampir setiap orang – sekarang ini – mempunyai media sosial. Ong (2013:269) menyatakan zaman sekarang ini muncul pergeseran dari kelisanan menuju keaksaraan dan lanjutan keaksaraan, yakni cetakan dan pemrosesan elektronik terhadap verbalisasi. Maksdunya, manusia berbondong-bondong menjadi penulis di media sosial. Dari media sosial tersebut, orang juga bebas mengomentari. Maka dari itu, akun-akun yang kita buat di media sosial dapat digunakan atau dikelola untuk mengenalkan kembali menulis menggunakan Basa Jawa sing apik lan pener kepada masyarakat, terutama teman-teman kita di media sosial. Di sisi lain, penamaan tempat, seperti warung dan toko yang menggunakan Bahasa Jawa juga tidak sesuai kaidah berbahasa Jawa. Padahal dasar dari Bahasa Jawa adalah Aksara Jawa, dimana antara “a” dan “o” jelas berbeda. Huruf “a” berasal dari aksara “ha”, sedangkan huruf “o” berasal dari aksara “ha” yang ada “taling tarung”. Contoh kekeliruan yang saya temukan, yaitu penamaan salah satu warung: Warung Wong Jowo. Seharusnya, penulisan yang benar dari warung tersebut, yaitu Warung Wong Jawa. Contoh kekeliruan lainnya, yaitu Toko Monggo Kerso, yang seharusnya Toko Mangga Kersa. Masih banyak lagi kekeliruan yang saya temukan pada penamaan tempat, tetapi dalam makalah ini saya fokus pada kekeliruan penulisan dalam media sosial dan SMS. Berdasarkan uraian tersebut, kiranya – meminjam Jangka Jayabaya – Wong Jawa ilang jawane, salah satu tandanya bahwa masyarakat Jawa sendiri belum bisa menulis menggunakan Basa Jawa sing apik lan pener. Bahasa merupakan produk kebudayaan sekaligus bagian dari pembinaan karakter bangsa. Bahasa berkorelasi langsung dengan karakter, karena dari cara menggunakan bahasa, seseorang akan terlihat karakternya. Bahkan, integritas suatu bangsa ditentukan bagaimana masyarakatnya menggunakan bahasanya. Sebenarnya, tidak bisa dipungkiri bahwa Bahasa Jawa merupakan bahasa agung, dimana mempunyai strata berbahasa antara satu orang dengan orang lainnya. Strata tersebut yang populer di masyarakat, di antaranya Basa ngoko, Basa Krama, dan Basa Krama Inggil. Strata bahasa dalam kebudayaan Jawa merupakan integritas yang dimiliki masyarakat Jawa khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya. Integritas tersebut merupakan pondasi karakter, karena di dalamnya memuat moral, etika, dan estetika dalam berperilaku. Integritas tersebut juga bisa runtuh disebabkan perilaku buruk, dan perilaku buruk dipicu pada awalnya dari kekeliruan berbahasa, hal ini dalam konteks Jawa, baik secara tulisan maupun hilangnya strata bahasa Jawa. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu strategi khusus untuk mengiklankan Basa Jawa sing apik lan pener di masyarakat. Makalah ini menguraikan cara dan strategi gethok tular untuk menulis menggunakan Bahasa Jawa yang baik dan benar dalam masyarakat di media sosial. Maka dari itu, judul makalah ini Basa Jawa Sing Apik Lan Pener. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2 Bagaimana cara mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener kepada masyarakat? Bagaimana status di media sosial digunakan sebagai strategi gethok tular menulis Basa Jawa sing apik lan pener? 2. PEMBAHASAN 2.1 Mengenalkan Basa Jawa Sing Apik lan Pener Zaman sekarang ini hampir setiap orang mempunyai media sosial pribadi. Satu orang bisa mempunyai lebih dari satu, seperti Facebook, Twitter, Line, Instagram, Path, BBM, dan sebagainya. Media sosial tersebut, kiranya efektif untuk mengabarkan berbagai macam informasi. Selain itu, media sosial merupakan sarana yang mudah untuk melakukan propaganda. Tentu, propaganda tersebut ada yang positif dan ada yang negatif. Di sisi lain, banyak sekali status-status negatif aktif dan negatif pasif bertebaran di beranda-beranda Facebook. Negatif aktif, seperti menyebarkan isu-isu tidak jelas yang dapat memprovokasi pengguna Facebook lain. Negatif pasif, salah satu contohnya menulis status Bahasa Jawa dengan tata bahasa yang keliru. Kekeliruan menulis status menggunakan Bahasa Jawa banyak ditemukan media sosial, seperti Facebook. Seperti yang disebutkan di latar belakang masalah, bahwa masyarakat Jawa sekarang tidak memahami perbedaan antara bahasa lisan dengan bahasa yang dituliskan. Banyak kekeliruan yang menuliskan huruf “o” yang seharusnya “a”, huruf “d” yang seharusnya “dh”, huruf “t” yang seharusnya “th”. Kekeliruan tersebut bisa berdampak bagi pengguna lain, baik masyarakat Jawa sendiri maupun bukan Jawa. Seperti halnya kebaikan, keburukan pun juga bisa menular. Seseorang yang menulis status Facebook akan dibaca banyak orang, terutama teman-teman yang berada dalam jaringannya. Jika seorang Jawa menulis status dengan Bahasa Jawa yang keliru, teman yang berada dalam jaringannya – yang bukan Jawa – akan menganggapnya benar. Hal tersebut menjadi persoalan, karena orang yang bukan Jawa, tetapi hidup di Jawa dan ingin belajar Bahasa Jawa akan terpengaruh (nular). Padahal, jika kita memaknai kata Jawa itu sendiri, yaitu paham atau mengerti. Berdasarkan pemaknaan tersebut, maka orang Jawa dituntut paham dan mengerti, terutama bahasanya sendiri. Dari sini, kiranya yang perlu dibenahi adalah pemahaman orang Jawa terhadap tata bahasa Jawanya. Di sisi lain, media sosial Facebook menyediakan perangkat untuk membuat grup. Kebanyakan grup Facebook banyak memberikan kontribusi positif sebagai ajang pembelajaran keilmuan tentang berbagai hal. Misalnya, Grup Sastra Jawa Gagrak Anyar, Grup Sastra Jawa, Grup Sinau Pewayangan, Grup Tukar Kawruh Basa Jawa, dan sebagainya. Beberapa grup yang disebutkan itu saya pilih, karena berkaitan dengan permasalahan dalam makalah ini. Akun-akun Facebook yang mengunggah status pada grup tersebut mempunyai tata Bahasa Jawa yang baik dan benar. Sebagai contoh unggahan dari Wisanggeni Suta Parta di Grup Sastra Jawa Gagrak Anyar yang bertanggal 19 Agustus 2016, “Wilujeng ratri bapa – ibu ingkang kinurmatan, kula badhe nyuwun tulung dipunjarwakaken ukara ing ngandhap puniki estunipun kepripun…”. Berdasarkan unggahan status tersebut, kiranya pembaca – dalam hal ini seseorang yang belum mengerti menulis menggunakan Bahasa Jawa – akan memahami, bahkan meniru apabila akan menulis status menggunakan Bahasa Jawa. Dengan catatan, seseorang tersebut mengikuti grup dan sekaligus berkeinginan belajar menulis Bahasa Jawa yang baik dan benar. Pertanyaannya, bagaimana jika ingin mengajarkan Basa Jawa sing apik lan pener kepada teman-teman kita di media sosial? Salah satu caranya, yaitu memasukkan teman-teman Facebook kita yang berminat belajar menulis Bahasa Jawa di grup-grup yang saya sebutkan tadi. Strategi ini efektif dan efisien, karena kita tidak perlu secara langsung mengajarkan kepada mereka menulis Bahasa Jawa yang baik dan benar. Dengan masuknya mereka di grup, secara otomatis mereka dapat belajar sekaligus memahami menulis Bahasa Jawa yang baik dan benar. Sebagian teman-teman saya, baik berteman di dunia nyata dan sekaligus Facebook berminat belajar tentang kebudayaan Jawa. Akan tetapi, sebelum mereka belajar banyak tentang kebudayaan Jawa, alangkahbaiknya jika memulai belajar dari tata bahasanya terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut, sebagian teman-teman itu saya sarankan masuk di grup Facebook, seperti Grup Sastra Jawa Gagrak Anyar, Grup Sastra Jawa, Grup Sinau Pewayangan, Grup Tukar Kawruh Basa Jawa, dan sebagainya. Sebagian lagi – tanpa sepengetahuan mereka – saya masukkan langsung di grup-grup tersebut. Secara otomatis, jika ada akun yang memosting kiriman di salah satu grup, akun Facebook teman-teman tersebut akan memeroleh pemberitahuan. Dengan demikian, mereka akan belajar banyak hal tentang unggahan di grup, terutama tata bahasanya. Berikut beberapa gambar hasil screenshoot yang merupakan contoh menulis menggunakan Basa Jawa sing apik lan pener di grup Facebook. Status-status di grup seperti contoh di atas, bukan sekadar memberikan informasi dan pengetahuan, tetapi juga mengenalkan kepada masyarakat kaidah berbahasa Jawa yang baik dan benar. Anggota-anggota grup yang sebelumnya tidak mengerti tata bahasa baku Jawa, akan diajari secara tidak langsung melalui unggahan dari anggota yang lain. Dari sini, menurut pengamatan saya, teman-teman yang bergabung dengan grup-grup tersebut mengalami perubahan dalam menulis status menggunakan Bahasa Jawa. Sebagian mereka sudah memahami perbedaan “a” dan ‘o”. Berikut dua teman saya yang status Facebooknya menggunakan Bahasa Jawa mulai membaik. Berdasarkan unggahan status di atas, grup-grup Facebook seperti Grup Sastra Jawa Gagrak Anyar, Grup Sastra Jawa, Grup Sinau Pewayangan, dan Grup Tukar Kawruh Basa Jawa memberikan kontribusi terhadap pengenalan tata bahasa Jawa, sehingga dapat memengaruhi anggotanya untuk menulis Bahasa Jawa yang baik dan benar. Grup-grup Facebook dapat dijadikan propaganda mempromosikan kebaikan – dalam hal ini mempromosikan tata bahasa Jawa, selain memberikan informasi dan mengenalkan budaya-budaya Jawa yang diuraikan melalui unggahannya. Maka dari itu, media-media sosial yang kita miliki hendaknya dikelola sebaik-baiknya agar bermanfaat untuk sesama, terutama untuk integritas bangsa dan negara. 2.2 Status Media Sosial Digunakan Sebagai Strategi Gethok Tular Menulis Basa Jawa Sing Apik Lan Pener Pada sub-bab berikut, uraian berkaitan langsung dengan sub-bab sebelumnya. Jika pada subbab sebelumnya membahas bagaimana mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener dengan cara memasukkan teman-teman kita di grup-grup Facebook, maka pada sub-bab ini akan diuraikan strategi mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener secara lebih lanjut. Strategi tersebut di dalam konteks Jawa biasa disebut gethok tular. Strategi ini kiranya efektif untuk mengenalkan Bahasa Jawa yang baik dan benar di media sosial. Salah satu caranya dengan menulis status menggunakan Bahasa Jawa sesuai kaidah tata bahasa Jawa. Mengapa hal tersebut perlu dilakukan, karena banyak sekali statusstatus di Facebook menggunakan Bahasa Jawa yang keliru. Berikut contoh status keliru yang diambil dari Facebook. 1. Podo wingi, isuk ora sarapan sego. 2. Sopo sing dino iki nganggur. 3. Wis kadung teko tibake wonge ora ono. Tentu kita tidak secara langsung menegur atau membetulkan. Salah satu cara efektif, yaitu dengan memberi komentar menggunakan Bahasa Jawa yang baik dan benar. Misalnya, pada contoh pertama kita bisa berkomentar, “Aku ya padha wingi, isuk sarapan sega,” atau Awakmu padha karo aku, wingi sarapan sega, saiki sarapan bubur”. Kekeliruan pada contoh dua hampir sama dengan yang pertama, tetapi contoh ketiga ada perbedaan. Dimana, kekeliruan terdapat pada huruf “d” dan “o”. Cara membetulkan kekeliruan tersebut sama, yaitu dengan mengomentari menggunakan Bahasa Jawa yang baik dan benar. Misalnya, “kadhung sara mlaku rana, tibake sing digoleki ora ana. Nasib”. Dengan begitu, pembuat status paling tidak merasa ada yang berbeda secara penulisan bahasa dengan komentatornya. Berikut contoh status yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Jawa. Selain di Facebook, saya banyak menemukan kekeliruan di BBM. Cara membetulkan sama saja, hanya bedanya kalau di BBM komentar yang kita kirim bersifat pribadi, sedangkan Facebook komentar yang kita kirim dapat dilihat akun-akun yang berteman dengan pengunggah status. Akan tetapi, paling tidak cara semacam itu dapat mengenalkan menulis menggunakan Bahasa Jawa yang baik dan benar. Dengan demikian, paling tidak pembuat status akan membaca komentar yang secara tata bahasa berbeda. Jika pembuat status yang keliru itu reflektif, maka strategi gethok tular ini akan berhasil memengaruhi. Dari sini, kita dapat mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener secara efektif. Media sosial bernama BBM, juga menyediakan perangkat untuk membuat grup. Hanya, grup dalam BBM terbatas. Maksudnya, tidak sama dengan grup di Facebook yang setiap orang bisa membacanya. Akan tetapi, melalui grup BBM kita bisa mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener kepada teman-teman kita. Memang untuk mengajarkan hal tersebut membutuhkan waktu yang panjang. Maksudnya, ketika kita komentar pada status tidak secara otomatis teman kita yang selalu keliru menulis menggunakan Bahasa Jawa tersebut membetulkannya dengan segera. Masih ada beberapa kata yang masih salah tulis, tetapi sebagian sudah benar secara kaidah. Butuh ketelatenan untuk mengajarkan sesuatu yang baik kepada orang lain. Berikut contoh dialog di BBM yang beberapa kata benar, dan sebagian masih keliru. Contoh dialog hasil screenshoot di atas, dapat ditemukan beberapa kekeliruan di samping ada sebagian kata yang ditulis benar. Kata “iso” pada gambar pertama seharusnya “isa”, dan kata “iyo” yang benar “iya”. Sedangkan penulisan kata “kerja” sudah benar menurut kaidah. Gambar kedua kesalahan penulisan terdapat pada kata “budal”, yang seharusnya “budhal”. Penulisan kata “teka” sudah benar menurut kaidah bahasa Jawa. Gambar ketiga ditemukan kesalahan penulisan pada kata “kerjo”, yang seharusnya “kerja”. Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa kebanyakan kesalahan penulisan terdapat pada huruf “a” dan “d”. Kesalahan penulisan huruf “a” dipengaruhi dari bahasa lisan Jawa, sedangkan kesalahan penulisan huruf “d” dipengaruhi Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan saya, baik di Facebook, BBM, dan WhatsApp, usaha gethok tular yang dilakukan beberapa teman sedikit demi sedikit berhasil. Artinya, usaha mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener melalui media sosial dengan cara menulis status dan memberikan komentar menggunakan Bahasa Jawa sesuai kaidah mulai memengaruhi teman-teman lainnya. Walaupun, usaha ini membutuhkan waktu yang panjang, karena kekeliruan menulis Bahasa Jawa sudah tertanam sedemikian rupa. Usaha ini membutuhkan ketelatenan dan orang-orang yang peduli akan keselamatan Bahasa Jawa. Bahasa merupakan identitas bangsa. Maka, siapa lagi yang akan menjaganya? 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Media sosial, seperti Facebook merupakan perangkat yang efektif untuk menyebarkan virusvirus positif kepada masyarakat, khususnya pengguna Facebook. Salah satunya menularkan menulis Basa Jawa sing apik lan pener. Grup-grup di Facebook, seperti Grup Sastra Jawa Gagrak Anyar, Grup Sastra Jawa, Grup Sinau Pewayangan, Grup Tukar Kawruh Basa Jawa, dan sebagainya, memberi kontribusi besar dalam mengenalkan menulis menggunakan Basa Jawa sing apik lan pener. Grup-grup tersebut, berpengaruh terhadap anggotanya untuk menulis Bahasa Jawa yang baik dan benar. Grup-grup Facebook dapat dijadikan propaganda mempromosikan kebaikan – dalam hal ini mempromosikan tata bahasa Jawa, selain memberikan informasi dan mengenalkan budaya-budaya Jawa yang diuraikan melalui unggahannya. Di sisi lain, untuk mengenalkan menulis menggunakan Basa Jawa sing apik lan pener dengan strategi gethok tular di media sosial. Strategi ini dapat mengajarkan menulis menggunakan Basa Jawa sing apik lan pener secara tidak langsung. Caranya, dengan menulis status menggunakan Bahasa Jawa yang baik dan benar dan dengan memberi komentar menggunakan Bahasa Jawa yang baik dan benar terhadap status yang ditulis teman. Usaha gethok tular yang dilakukan sedikit demi sedikit berhasil. Artinya, usaha mengenalkan Basa Jawa sing apik lan pener melalui media sosial dengan cara menulis status dan memberikan komentar menggunakan Bahasa Jawa sesuai kaidah mulai memengaruhi teman-teman lainnya. 3.2 Rekomendasi Di zaman sekarang ini, yang penuh dengan media sosial, mengenalkan atau membelajarkan menulis menggunakan Bahasa Jawa kepada masyarakat begitu mudah. Salah satunya seperti yang diuraikan dalam makalah ini. Akan tetapi, perlu adanya kesadaran pribadi masing-masing untuk ikut berusaha mengenalkan dan membelajarkan menulis menggunakan Bahasa Jawa kepada masyarakat dengan cara apapun. Setiap orang Jawa berkewajiban memelihara Basa Jawa sing apik lan pener, karena seperti yang makna dari kata Jawa itu sendiri, yaitu paham atau mengerti. Artinya, paham akan bahasanya, paham berkewajiban memeliharanya, dan mengerti banyak kekeliruan orang Jawa menulis menggunakan Bahasa Jawa, sehingga mengerti pula untuk mengenalkan kembali Basa Jawa sing apik lan pener. DAFTAR RUJUKAN https://www.facebook.com/ana.muhifin?fref=ts https://www.facebook.com/pihans.nahip?fref=ts https://www.facebook.com/groups/sastrajawa/?fref=ts Keraf, Gorys. 1984. Komposisi. Ende. Flores: Nusa Indah. Ong, Walter J. 2013. Kelisanan dan Keaksaraan. Yogyakarta: Gading. BIODATA Nama : Pana Pramulia Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Pekerjaan : Dosen Instansi : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Alamat Instansi : Jl. Ngagel Dadi III-B No. 37 Surabaya Telepon/Posel : (031) 5041097 Alamat Rumah : Wisma Permai Regency Blok CC1, Sidoarjo Telepon/Posel/Pose : 081231583444/panapramulia@gmail.com Tempat tanggal lahir : Nganjuk/8 April 1983 NPWP : 45.995.556.3-621.000 Status Peserta : Pemakalah Judul Makalah : Basa Jawa Sing Apik Lan Pener