ISLAMISME: KEMUNCULAN DAN
PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Siti Mahmudah
Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung, Indonesia
sitimahmudah@radenintan.ac.id
Abstract. This study examines the origin, existence, and development of Islamism group in
Indonesia since pre-independence until now. Islamism is a group of Muslims who are
obedient to the teachings of Islam, but they are very extreme, literal, static and rigid in
understanding the teachings of Islam (Alquran), and reject to the other Muslims who
disagree with Islamic ideology that they have embraced. The group of Islamism existed and
emerged in Indonesia, it was not apart from the influence of the spread of Islamic teachings
from al-Ikhwan al-Muslimun that was founded by Hasan al-Banna in Egypt in 1928. The
group of Islamism was the first Muslim group before the other Muslim groups in Indonesia;
such as the Pos-Islamism group, the Liberal Islam Group, the Moderate Islamic Group, the
Progressive Islam Group. The group of Islamism in Indonesia—as al-Ikhwan al-Muslimun in
Egypt who aspires to spread the ideology of Islam for all of the world—seeks to spread their
ideology with the movement of "creeping up" for all of the area in Indonesian, since before
independence until now. Islamist groups succeeded in spreading Islam and Sharia through
mosques, schools, ta'lim majlis. The existence and development of Islamist groups in
Indonesia today are flattered. They have very much support from the political elite.
However, they are not aware that their hands are being borrowed or exploited by political
elites to seize or get the power in irrational ways.
Keywords: Islamism, Emergence, Existence, Development, Indonesia.
Abstrak. Studi ini membahas tentang asal usul, eksistensi dan perkembangan kelompok
Islamisme di Indonesia sejak pra-kemerdekaan sampai sekarang. Kelompok Islamisme
adalah kumpulan Muslim yang patuh terhadap ajaran Islam, namun mereka sangat
ekstrem, literal, statis dan kaku dalam memahami ajaran Islam (Alquran), serta menolak
golongan Muslim lain yang berbeda dengan faham Islam yang sudah mereka anut.
Kelompok Islamisme ada dan muncul di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh penyebaran
ajaran Islam ala al-Ikhwan al-Muslimun yang didirikan oleh Hasan al-Banna di Mesir pada
tahun 1928. Kelompok Islamisme merupakan kelompok Muslim yang pertama ada sebelum
adanya kelompok-kelompok Muslim lain di Indonesia; seperti kelompok Pos-Islamisme,
Kelompok Islam Liberal, Kelompok Islam Moderat, Kelompok Islam Progresif. Kelompok
Islamisme di Indonesia –sebagaimana al-Ikhwan al-Muslimun di Mesir yang bercita-cita
menyebarkan faham berislam ke seluruh dunia—berupaya menyebarkan paham Islamisme
dengan gerakan merayap ke seluruh bumi Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka
sampai sekarang. Kelompok Islamisme berhasil menyebarkan faham Islam dan Syariah
melalui, antara lain: masjid-masjid, sekolah-sekolah, majelis-majelis taklim. Eksistensi dan
perkembangan kelompok-kelompok Islamisme di Indonesia zaman ini sedang merasa
tersanjung, karena banyak mendapat dukungan dari para elit politik. Namun sebaliknya,
mereka tidak sadar bahwa tangan-tangan mereka sedang dipinjam atau pun
dimanfaatkan oleh para elit politik untuk merebut atau pun mendapatkan sebuah
kekuasaan dengan cara-cara yang tidak rasional.
Kata Kunci: Islamisme, Eksistensi, Kemunculan, Perkembangan, Indonesia.
1
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
mesti berijtihad sendiri terhadap setiap
masalah yang datang dan baru, belum
pernah ada pada zaman Nabi Muhammad
saw. Jadi sudah sangat jelas bahwa apa
yang diwacanakan oleh kelompok
Islamisme yang ingin mendirikan negara
Islam ala zaman Nabi saw. di Madinah,
sangatlah jauh dari jangkauan dan
sungguh tidak rasional. Alasan lain bahwa
kelompok
Islamisme
adalah
para
penganut Islam yang lahir sekitar abad ke18, jauh sesudah masa Nabi saw. (w. 632
M/ awal abad ke-7) berakhir, dan sangat
mustahil bisa mempraktikkan Islam persis
seperti di zaman Nabi saw.
Selain dari yang telah disebut di
atas, munculnya gerakan Islamisme pada
tahun 1928 M, karena adanya tarik
menarik dengan relasi kuasa yang ada
pada masa itu. Ada sekelompok Muslim di
Mesir menolak sistem yang dipraktikkan
oleh rezim. Alasannya bahwa rezim tidak
menerapkan Syariat Islam sebagai dasar
negara dan rezim lebih cenderung pro
terhadap
hukum
Barat.
Gerakan
Islamisme untuk pertama kalinya ada di
Mesir bersamaan dengan
munculnya
sebuah organisasi Islam, yaitu al-Ikhwan
al-Muslimun yang didirikan oleh Hasan alBanna tahun 1928.
Kelompok Islamisme2 merupakan
kelompok Muslim yang pertama ada di
Indonesia, jauh sebelum Pos-Islamisme
yang baru muncul sekitar tahun 1970-an.
Kelompok Islamisme yang berpandangan
bahwa Islam adalah agama yang paling
sempurna dibanding agama lain yang ada
(Kristen atau pun Yahudi),3 syariatnya pun
murni dari Allah, dan bisa menjadi
alternatif untuk menolak praktik kuasa
yang menurut mereka, tidak Islami di
Indonesia. Wujudnya ada di dalam Partai
Masyumi
pada
masa
itu
yang
Pendahuluan
Islamisme adalah
pemahaman
agama (Islam) dalam bentuk tatanan
sebuah negara, yaitu negara Islam.
Kelompok Islamisme telah mengidolakan
Islam pada zaman Nabi saw. di Madinah,
dan
mereka
berupaya
untuk
mengembalikan praktik berislam pada
zaman sekarang untuk kembali seperti
praktik berislam pada zaman Nabi saw.,
yaitu zaman empat belas abad yang silam.
Agenda
utama
Islamisme
adalah
mendirikan tatanan negara Islam dan
memobilisasi umat Islam dalam rangka
membangun tatanan yang totaliter yang
disebut sebagai nizam Islami.1 Islam
mendukung Islam sebagai suatu gerakan
yang ingin mengembalikan Islam seperti
yang telah dipraktikkan oleh Nabi saw. di
Madinah. Inilah ide utama dibentuknya
gerakan Islamisme. Alasannya bahwa
praktik Islam yang dianggapnya benar,
tidak salah, tidak bisa ditawar, tidak bisa
diubah, bisa menyelamatkan, tidak ada
unsur Barat, betul-betul dari Tuhan dan
tidak dipengaruhi oleh pemikiran
manusia. Menurut Islamisme hanyalah
model praktik berislam pada zaman Nabi
saw. selainnya adalah praktik berislam
yang ditolak alias bid’ah.
Islam zaman Nabi saw. di Madinah
yang telah diidolakan oleh kelompok
Islamisme, menurut penulis, hanya dapat
dipraktikkan dan terpraktikkan pada
zaman Nabi saw. sampai wafatnya. Setelah
zaman Nabi saw. berakhir dan digantikan
oleh al-Khulafa’ al-Rasyidin, sistem
pemerintahan yang persis pada zaman
Nabi saw. sudah tidak bisa dipraktikkan
lagi. Alasannya, Nabi Muhammad saw.
menjalankan
pemerintahannya
di
Madinah dalam bimbingan wahyu Allah,
sedangkan para al-Khulafa’ al-Rasyidin
2
1
Kelompok Muslim yang berpegang teguh
pada keyakinan bahwa Islam itu murni dan mesti
jadi dasar dalam sebuah negara secara formal.
3 Siti Mahmudah, Reformasi Syariat Islam
(Kritik Pemikiran Khalil Abdul Karim), dalam
Jurnal al-Adalah, Vol. 13 No. 1 2016, h. 83.
Bassam Tibi, Islamism and Islam (Yale
University Press), diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan judul: Islam dan Islamisme
(Bandung: Mizan, 2016), h. 292.
2
ISLAMISME: KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA -- Siti Mahmudah
di Indonesia. Penolakan dan perlawanan
dimaksud sudah dimulai sejak tahun 1950an yang dilakukan kelompok Islamisme6
dan
dipelopori
oleh
kelompok
Masyumi7pada mulanya, terus berlanjut
sampai sekarang yang berbuntut pada
peristiwa pilkada Jakarta yang telah
dimenangkan atas isu agama (Islam dan
syariat Islam) yang berkembang dan
berhasil menumbangkan lawan politiknya
(Ahok-Djarot) dalam Pemilu Gubernur
Jakarta, 19 April 2017 lalu.
Permasalahan
yang
telah
dipaparkan tersebut di atas akan dibahas
secara lebih rinci dalam sub bab
pembahasan dalam penelitian ini. Sebagai
fokusnya, penelitian ini akan menjawab
permasalahan
tentang
kemunculan,
eksistensi, perkembangan, dan paradigma
Islamisme di Indonesia.
menginginkan
Indonesia
Merdeka
berdasarkan
syariat
Islam
yang
dituangkan dalam sila pertama Pancasila:
Ketuhanan,
dengan
kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya
dan berubah menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa , ditetapkan
sebagai sila yang pertama Pancasila, sejak
tahun 1945 sampai sekarang.
Kelompok Islamisme di Indonesia,
sejak zaman pemerintahan Soekarno
sampai sekarang telah menolak sistem
pemerintahan yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 45 dan tetap berupaya untuk
kembali pada Piagam Jakarta. Alasannya
bahwa Piagam Jakarta lebih cocok untuk
Indonesia yang nota bene dihuni oleh
mayoritas Muslim, yaitu 95 %.4
Selanjutnya kelompok Islamisme
telah mempertahankan sebuah paham
bahwa Islam adalah agama dan negara.
Negara tidak mempunyai fungsi lain
kecuali untuk mempraktikkan ritus-ritus
agama.5 Penulis berpendapat bahwa
anggapan-anggapan terhadap syariat
Islam ini semakin terus diwacanakan yang
menimbulkan
kesan
represif
dan
menyimpang dari hakikat syariat itu
sendiri.
Negara
bersifat
nasional
sedangkan keberadaan Islam sebagai
agama, seperti halnya agama yang lain di
Indonesia
sama-sama
menopang
keberadaan sebuah negara untuk bisa
saling bekerja sama demi menunjang
kesejahteraan masyarakat. Antara agama
dan negara tidak saling beradu kekuatan
untuk saling menguasai dalam rangka
mempertahankan status quo.
Wujud dari adanya pertahanan
terhadap status quo tersebut di atas adalah
adanya bentuk-bentuk penolakan dan
perlawanan terhadap rezim yang berkuasa
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan pendekatan historis kontekstualis
dan teori relasi-kuasa. Alasannya bahwa
untuk dapat menjawab permasalahan
yang telah dipaparkan dalam pendahuluan
tersebut di atas sangat membutuhkan
analisa yang sangat mendalam untuk
memperoleh jawaban dari apa yang telah
dirumuskan dalam pendahuluan research
ini. Isu-isu yang berbau syara semakin
berkembang di Indonesia dan sangat
dipengaruhi oleh adanya relasi kuasa: Di
mana ada sebuah kekuasaan pasti ada
penolakan ,8 wujudnya adalah sebuah
gerakan masa dengan memunculkan
segala macam isu dalam rangka menolak
kuasa yang ada.
Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian pustaka (library research). Data
4
7
Fuad Zakaria, Mitos dan Realitas dalam
Gerakan Islamisme Kontemporer (Yogyakarta: LkiS,
2014), h. 113.
5 Ibid., h. 112.
6 Kelompok Islam yang mendukung Islam
sebagai
suatu
gerakan
pilitik.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Islam_Militan.
Ensiklopedi Islam, jilid 3 (Jakarta: Ichtiar
Baru van Hoeve, 2002), h. 228.
8 Siti Mahmudah, Historisitas Syariah: Kritik
Relasi Kuasa Khalil Abdul Karim (Yogyakarta: LkiS,
2016), h. 25.
3
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
dekolonialisasi,11
krisis
nasional
(kekalahan perang melawan Israel tahun
1967), gejala sosial politik global (bukan
gejala keagamaan),12 al-hall al-Islam
(solusi Islam); faktor internal: otoriter,
korupsi, tidak adil, sosio ekonomi dan
politik. Penganjur dan pengikut gerakan
ini disebut Islamisme, artinya Muslim yang
berkomitmen terhadap aksi politik untuk
menerapkan apa yang mereka anggap
sebagai
agenda
Islam.13
Gerakan
Islamisme ini terbukti muncul secara
besar-besaran di Mesir pada tahun 1970an dan puncaknya ditandai oleh
terbunuhnya Presiden Anwar Sadat pada
September 1981.14
Sadat dimusuhi dan ditembak oleh
kelompok Islamisme karena dianggap proBarat dan memberikan kelonggaran pada
Israel
dengan
penerimaan
damai.
Perjanjian Perdamaian (Camp David) yang
ditandatangani pada tanggal 17 September
1978 di Gedung Putih dan diselenggarakan
untuk perdamaian di Timur Tengah.
Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter,
memimpin perundingan rahasia yang
berlangsung selama 12 hari antara
Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana
Menteri
Israel
Menachem
Begin.
Perjanjian ini mendapatkan namanya dari
tempat peristirahatan milik para Presiden
AS, Camp David, di Frederick County,
Maryland. Perjanjian ini juga melahirkan
yang diperoleh dari hasil pemberitaan di
media massa, buku-buku dan jurnal-jurnal
diolah dan dianalisa berdasarkan metode
kualitatif dengan pendekatan historis
kontektualis,
dikembangkan
dengan
imajinasi kreatif dari penulis, dan dibaca
berdasarkan teori relasi kuasa Foucault.
Asal-Usul Munculnya Islamisme di
Indonesia
Agama dan politik tampak menyatu
dalam negara Muslim historis, sejak zaman
Nabi saw. di Madinah, karena upaya Nabi
saw. menggunakan agama (Islam) dengan
bimbingan wahyu untuk merespon
persoalan umat pada waktu itu. Penulis
berargumen bahwa inilah yang menjadi
akar masalah adanya perdebatan panjang
yang menimbulkan adanya kesalah
pahaman antara Islam dan politik.
Persoalan
ini
telah
memunculkan
kebingungan dan kesalahpahaman tentang
apa Islam yang sebenarnya. Dunia Barat
berpaham bahwa Islam adalah agama
politik. Kelompok Islamisme berpaham
bahwa Islam dan politik itu adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (din
wa daulah).
Asal usul Islamisme (Islam politik)
yang muncul sebagai akibat krisis di dunia
Islam dapat ditelusuri sejak lahirnya alIkhwan al-Muslimun9 di Mesir—sebagai
pangkalan awal gerakan Islamisme—pada
tahun 1928 M. Gerakan ini menyebar ke
seluruh
dunia
Muslim,
termasuk
Indonesia10
dalam
rangka
9 Visi al-Ikhwan al-Muslimun adalah tentang
negara Islam berbasis syariah sebagai tatanan
politik yang menjadi ciri mendasar Islamisme.
Lihan Bassam Tibi, Islamism and Islam, h. 20.
10 Sosok Hasan al-Banna adalah tokoh utama
yang bisa disebut dan diabadikan dalam hal yang
terkait dengan hal Islamisme ini.
11 Ini termasuk faktor exsternal, yaitu
kebencian terhadap dominasi Barat dan Israel.
12 Noorhaidi Hasan dalam bukunya Islam
Politik di Dunia Kontemporer, mengutip Gilles
Kepel, dalam bukunya Jihad: The Trail of Political
Islam, mendefinisikan Islam Politik muncul sebagai
gejala sosial politik di berbagai belahan dunia yang
berkait dengan aktivitas sekelompok individu
Muslim yang melakukan gerakan dengan landasan
ideologi yang diyakini bersama, yaitu tatanan Ilahi.
Lihat Gilles Kepel, Jihad: The Trail of Political Islam
(London: I.B. Tauris, 2002), h. 23.
13 Noorhaidi Hasan, Islam Politik di Dunia
Kontemporer: Konsep, Geneologi, dan Teori
(Yogyakarta: SUKA-Press, 2012), h. 11.
14 Asef Bayat,
Making Islam Democratic:
Social Movements and the Post-Islamist Turn
(Stanford University Press, 2007), diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit LkiS
dengan judul: Pos-Islamisme, terj. Faiz Tajul Milah.
(Yogyakarta: LKiS, 2012), h. X & 30.
4
ISLAMISME: KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA -- Siti Mahmudah
semacam
lengan kanan
dari
kehendak rakyat, dan bukan hanya
sebagai eksponen militan dari
kelompok Islam. 17
Prestasi terbesar Islamisme Mesir
adalah melatih dan mencetak guru-guru
masa depan yang akan mengibarkan
bendera Islamisme di ruang-ruang kelas
mereka.18 Ini yang dipraktikkan dan
terpraktikkan di Indonesia dengan
berdirinya TK IT (Islam Terpadu), SD IT,
SMP IT, SMA IT dan organisasi
Pendidikan Islam, seperti ROHIS
(Rohani Islam) yang menyebar di
sekolah-sekolah SMA, hampir di seluruh
Indonesia. Ini juga sebagai hipotesa
untuk jawaban sebuah pertanyaan:
mengapa 60 % hasil survey bahwa
pemuda di Jakarta, Tanggerang dan
Bekasi menginginkan Indonesia menjadi
negara Islam, dan hasil survey tahun
2016 Habib Rizieq menjadi tokoh papan
atas di Indonesia.19
Islamisme merupakan gerakan
masa, untuk sebuah perubahan sosial
akibat ketidakpuasan dan kecewa
terhadap rezim yang dianggapnya
otoriter dan tidak perduli dengan
kemiskinan rakyat. Ciri-cirinya, gerakan
ini diikuti oleh masa yang cukup besar
dan sulit untuk dilawan. Ini terjadi di
Indonesia sejak sebelum kemerdekaan
dan terus berlanjut dan mulai mencapai
puncaknya pasca-tumbangnya rezim
otoriter Suharto pada bulan Mei 1998.
Ada kesempatan politik yang sangat
terbuka lebar pasca-Suharto yang bisa
dimanfaatkan oleh kelompok Islamisme
yang sudah lama eksis di Indonesia.
Gerakan Islam yang mulai
bangkit pasca lengsernya rezim Orde
Baru ditandai oleh dua model gerakan;
yaitu struktural dan kultural. Model
Perjanjian Damai Israel-Mesir pada tahun
1979.15
Peristiwa
kejadiannya
dapat
dipaparkan sebagai berikut:
Pada saat dilaksanakan parade
pesawat udara di hari nasional, 6
Oktober 1981, Anwar Sadat, gagah
dalam seragam upacara, berdiri di
tribun untuk menonton parade militer
menandai
ulang
tahun
ke-8
peluncuran perang Oktober 1973
melawan
Israel
(menyeberangi
Terusan Suez dan menerobos Israel
Bar-Lev Saluran Sinai). Peringatan ini
selalu dirayakan dengan acara khusus
dan penuh hikmat.16 Para anggota
kelompok Islam yang disebut al-Jihâd
yang dikepalai oleh Letnan Khaled
Islambouli, anggota kelompok 'Abd alSalam Faraj memilih tanggal simbolis
tersebut untuk bertindak terhadap
negara Mesir dengan cara yang paling
spektakuler, yaitu dengan membunuh
Presiden. Tiba-tiba, dalam tampilan
penuh dari kamera televisi, sebuah
truk tanah militer berhenti dan
terlihat ada empat orang yang
melepaskan tembakan. Mereka berdiri
dengan senjata otomatis. Pada saat
itulah Presiden Anwar Sadat tewas di
tengah-tengah kepanikan yang tidak
terlukiskan. Ketika saat shock dan
kelumpuhan telah berlalu, semua
masyarakat Mesir datang untuk
mengetahui Letnan Khalid alIslambouli, pemimpin kelompok
pembunuh. Ia berteriak dan berkata
bahwa ia telah menembak berulangulang dan telah ia lakukan di manamana: "Saya Khalid al-Islambouli, saya
telah membunuh Firaun, dan saya
tidak takut mati . Di mata opini publik
Mesir,
Khalid muncul sebagai
18
15
Asef Bayat, Making Islam Democratic . . ., h.
82
https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Perdam
aian_Camp_David, diakses tanggal 13 September
2017.
16 Gilles Kepel, Muslim Extremism…, h. 35.
17 Ibid., h. 191-192.
19
Wawancara dengan Dr. Iwu Dwisetyani
Utomo, seorang Dosen dan Peneliti dari Australian
National Universiti (ANU Canberra-Australia, 2
April 2017.
5
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
Indonesia, menurut Noorhaidi Hasan,
sebagai
perwujudan
sebuah
kekecewaan (frustrasi) yang mendalam
terhadap rezim yang menurut mereka
otoriter dan lebih memilih bekerja
sama dengan Barat.22 Sesuai dengan
teori relasi-kuasa Foucault bahwa setiap
ada sebuah kekuasaan akan melahirkan
sebuah penolakan. Maka, munculnya
kelompok-kelompok Islamisme jihadis
di Indonesia itu pun sebagai jawaban
atas kekecewaan dan mereka memiliki
modal pemahaman politik Islam sebagai
warisan dari para pendahulunya, baik
dari Timur tengah, seperti al-Ikhwan alMuslimun atau pun Masyumi di
Indonesia.
Contok nyata di Indonesia, yaitu
adanya Gerakan 212 menjelang
Pemilihan Umum (Pemilu) Gubernur
Jakarta April 2017 lalu yang menolak
pencalonan Ahok-Djarot sebagai balon
Gubernur yang bertanding dengan
Anies-Sandi. Realitasnya Ahok-Djarot
kalah dan sekaligus mendapat putusan 2
tahun penjara atas tuntutan kelompok
Islamisme yang dianggap telah menista
agama Islam dan melecehkan Alquran.
Peristiwa pemilihan Presiden di
Iran tahun 23 Mei 1997,23 di mana
seorang kandidat Presiden
dari
kelompok Pos-Islamisme, Muhammad
Khatami, mengalahkan ulama yang telah
mapan, Ayatollah Nateq Nuri, yang
mendapatkan dukungan penuh dari
seluruh bangunan konservatif, media
yang dijalankan negara, militer,
kebanyakan Imam salat Jumat, dan
Pemimpin
Agung
Ayatollah
Ali
Khameini. Penulis katakan bahwa
peristiwa ini merupakan revolusi kedua
Iran, yaitu: Revolusi Pos-Islamisme .
Muhammad Khatami berkuasa atas janji
reformasi
pemerintahan
PosIslamisme
menuju
negara
yang
demokrasi dan kebebasan sipil. Iran
gerakan pertama ditandai dengan
maraknya pendirian partai-partai Islam,
seperti PBB (Partai Bulan Bintang), PKS
(Partai Keadilan Sosial), PKU (Partai
Kebangkitan Umat), Partai Masyumi
Baru, dan PP (Partai Persatuan). Model
gerakan
kedua
ditandai
dengan
munculnya Ormas-Ormas Islam, seperti
Front Pembela Islam (FPI), Laskar Jihad
(LJ), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI),
Hizb al-Tahrir Indonesia (HTI), dan
menyusul gerakan lainnya yang sudah
ada sejak zaman Orde Baru, seperti
Persatuan Pekerja Muslim Indonesia
(PPMI), dan Komite Indonesia untuk
Solidaritas Dunia Islam (KISDI).
Gerakan-gerakan Islam tersebut
di atas ada yang dengan sengaja
berteriak menyerukan tatanan dunia
totaliter dengan menggelar wacana dan
aktivitas keagamaan yang bertujuan
menyemai norma, simbol dan retorika
penuh dengan kecurigaan, kebencian
dan bahkan kekerasan. Sebagai buktinya
telah terjadi pengeboman di manamana, seperti di Bali pada bulan Oktober
2002 dan 2005, di Hotel Marriot dan
Kedutaan Australia di Jakarta pada
2004, Hotel Marriot dan Ritz-Carlton di
Jakarta pada 2009, dan dekat Gereja
Christ Cathedral, Serpong, pada 20102012.20
Peristiwa teror tersebut di atas
sungguh sangat merepotkan pemerintah
Indonesia untuk mencari jalan keluar
yang paling ampuh dan aman bagi
masyarakat Indonesia maupun para
turis yang datang ke Indonesia dan
terutama dalam rangka menjaga
hubungan
baik
dengan
dunia
internasional. Segala daya upaya
dilakukan oleh pemerintah dan telah
ditemukan solusinya di bawah bendera
penegakan hukum (law enforcement),
terutama melalui Densus 88.21 Peristiwa
teror tersebut di atas terjadi di
23 Asef Bayat, Making Islam Democratic . . .,
20
Noorhaidi Hasan, Islam Politik . . ., h. ix.
Ibid, h. ix.
22 Ibid, h. xii.
21
197.
6
h.
ISLAMISME: KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA -- Siti Mahmudah
bukan merupakan ciri Islam itu sendiri
tetapi penanda batas utama antara
Islam dan Islamisme. Ini merupakan
tradisi temuan, diciptakan untuk
menanggapi globalisasi modernitas,
yang dihasilkan oleh krisis Islam
modern yang lazim terjadi di seluruh
peradaban Islam. Tanpa krisis Republik
Weimar di Jerman, tidak akan ada
sosialisme nasional, dan tanpa krisis di
dunia Islam, mungkin tidak akan ada
Islamisme. Kedua, sebagai varian
fundamentalisme agama, Islamisme
bukan hanya bentuk lain dari
modernitas, sebagaimana yang disebut
oleh sebagian sarjana
tentang
perbedaan modernitas lipat ganda . Ini
merupakan ideologi totaliter, dengan
adanya
gerakan
tersebut
yang
mempresentasikannya.
Penggunaan
instrumental bentuk masyarakat sipil
yang demokratis tidak mengubah
gerakan totalitarian menjadi gerakan
yang demokratis. Ketiga, Islamisasi
demokrasi yang seharusnya dicapai
dalam konteks syariah hanyalah
kamuflase bagi agenda tatanan yang
totaliter. Konsep Islamis ihwal tatanan
Ilahi tidak hanya menolak kedaulatan
rakyat, tetapi juga menolak setiap
pluralisme demokratis yang mengakui
suatu tempat bagi politik lain. Islamis
berpikir dalam kode biner ihwal
mukmin sejati dan orang kafir.
Islamisme secara intrinsik tidak sesuai
dengan bentuk liberal Islam yang
terbuka . Islamisme tidak memiliki
semua dasar-dasar etika untuk
merengkuh pluralisme demokratis. 25
Masalah yang terkait dengan
gagasan
kembalinya
yang-suci ,
Bassam Tibi berargumen bahwa krisis
Islam modern diperburuk oleh kesulitan
menghadapi modernitas dan juga oleh
krisis pembangunan yang terkait dengan
modernitas dunia Arab yang tidak gagal.
dijadikan model penerapan demokrasi
di dunia Muslim sejak saat itu. Peristiwa
ini bertolak belakang dengan apa yang
terjadi di Indonesia dalam pemilihan
Gubernur DKI Jakarta pada bulan April
2017 yang lalu. Kandidat gubernur dan
wakil Gubernur Anies-Sandi menang,
karena mendapat dukungan penuh dari
kelompok Islamisme di wilayah Jakarta
dan bahkan dari seluruh Islamisme yang
ada di Indonesia dari sabang sampai
merauke.
Pemilu Presiden di Indonesia
2014 yang lalu, beda lagi. Di mana
kandidat yang kalah terus mengajak
kelompok Islamisme untuk terus eksis di
ruang publik dengan cara menghasut
masyarakat awam sejak 2014 sampai
sekarang.24
Sebagai
contohnya,
sekarang muncullah isu-isu PKI yang
sebenarnya
sudah
tidak
layak
dimunculkan lagi dalam konteks
Indonesia yang sekarang. Zamannya
sudah beda dan banyak yang melek
bahwa isu PKI itu hanya isu politik untuk
menjatuhkan lawan dan mencari-cari
kelemahan lawan. Maka muncullah isu
PKI yang tidak jelas ujung pangkalnya.
Jadi, kemunculan kembali Islam
dalam format Islamisme bukanlah
kemunculan kembali iman, melainkan
kemunculan kembalinya yang-suci
dengan klaim politik. Menurut Bassam
Tibi, gagasan kembalinya yang-suci ini
bertumpu pada tiga anggapan jika
diterapkan pada Islam, yaitu sebagai
berikut:
Pertama,
agama
Islam
itu
diperuntukkan bagi umat Islam awam
dan bukan formula politik untuk suatu
tatanan negara, tetapi merupakan
sistem ibadah dan budaya yang
menentukan pandangan dunia dan cara
hidup mereka. Hal ini sudah begitu jelas
bahwa formula Islamis ihwal din wadaulah (kesatuan agama dan negara)
24
Hasil pengamatan
pemberitaan Media masa.
penulis
25
melalui
51.
7
Bassam Tibi, Islam and Islamism . . ., h. 50-
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
2. Islamisme terdiri atas Islamisme
institusional (anti kekerasan) dan
Islamisme
jihadis
(kekerasan
sebagai sarana untuk mencapai
tujuan). Namun antara keduanya
memiliki ambisi yang sama, yaitu
tatanan negara Islam. Islamisme
ingin mengganti sistem rezim yang
menurut mereka otoriter kepada
sistem yang totaliter. Ini sama saja
berpindah dari satu penyakit ke
penyakit ke penyakit lain yang lebih
kronis.
3. Politisasi
agama
merupakan
fenomena
global,
di
mana
Islamisme adalah menjadi contoh
pentingnya. Islamisme adalah
politik yang diagamaisasikan.27
Islamisme telah mengglobal, ada di
dunia
Islam,
Eropa28maupun
diaspora di Barat.
Tokoh-tokoh Islamisme di dunia
Islam dapat dicontohkan, antara lain
Hasan al-Banna, Sayyid Qutb, Abd al-Qadir
Audah, Yusuf al-Qaradhawi asal Mesir;
Abu al-A la al-Maududi asal India; dan
Usamah bin Muhammad bin Awwad bin
Ladin asal Riyadh, Arab Saudi, anggota
dewan dari al-Qaeda. Sedangkan tokohtokoh Islamisme di Indonesia dapat
digambarkan
seperti,
antara
lain
Kartosoewirjo,
Kahar Muzakkar, dan
Abdullah SungkarAadalah tokoh di Negara
Islam Indonesia (NII); sedangkan Abu
Bakar Ba asyir khususnya, selain menjadi
tokoh di Negara Islam Indonesia (NII), ia
juga menjadi pendukung Negara Islam Irak
dan Suriah (ISIS); Dr. Habib Muhammad
Rizieq bin Hussein Shihab, L.c., M.A.
sebagai tokoh Front Pembela Islam; dan
Ismail Yusanto tokoh Hizb al-Tahrir
Indonesia.
Mereka
menjadikan
taghrib
(westernisasi)
sebagai
kambing
hitamnya. Akhirnya mereka menyerah
dan kecewa dengan berdalih kembalinya
yang-suci (kembali ke syariah) untuk
menjawab krisis modernitas.26 Ini juga
yang menjadi salah satu sebab
munculnya gerakan Islamisme di
samping faktor-faktor yang lain. Setiap
ada sebuah kekuasaan akan melahirkan
sebuah penolakan, dan Islamisme
muncul sebagai wujud penolakan
terhadap rezim yang dianggapnya gagal
dan otoriter.
Selanjutnya perlu diperhatikan
tiga perbedaan yang sangat mendasar
dalam rangka mencari pemahaman
terhadap Islamisme, yaitu sebagai
berikut:
1. Agama politik dan problematika
tatanan politik. Di mana Islamisme
itu berasal dari politisasi agama.
Jika agama yang dipolitisasi ini
hanyalah indikasi dari adanya
perbedaan budaya, bisa disediakan
ruang dengan mengatasnamakan
keanekaragaman.
Tetapi,
Islamisme, sebagai varian Islam
atas
fenomena
global
fundamentalisme agama, secara
unik berfokus pada tatanan
internasional. Kalangan Islamisme
berupaya memobilisasi masa atas
dasar agama dalam rangka
menegakkan bukan hanya negara
Islam, tetapi juga memperbarui
dunia. Negara syariah bukanlah
varian
Islam
atas
konstitusionalisme tetapi inti dari
tatanan yang tertanam dalam
upaya
Islamisme
demi
mewujudkan pax Islamica global.
Tujuan ini sama-sama dicanangkan
oleh Islamisme, baik yang tanpa
kekerasan maupun yang jihadis.
26
27
28
Eropa adalah tuan rumah bagi diaspora
Islam yang sangat berkembang dan Eropa
bersebelahan dengan dunia Islam.
Ibid, h.238
Ibid, h. 305-307.
8
ISLAMISME: KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA -- Siti Mahmudah
mendukung tegaknya negara Islam
termasuk di Indonesia, sejak zaman prakemerdekaan sampai sekarang. Pengaruh
Qutbisme sangat kuat sekali bahkan
sampai ke Indonesia, yaitu Islamisme yang
memahami Islam sebagai tatanan negara.
Qutb untuk Islamisme sebanding
dengan Marx untuk Marxisme. Alasannya
bahwa Qutb adalah penggerak utama
Islam politik (Islamisme), di mana ide-ide
utamanya begitu cepat menyebar ke
seluruh dunia dan sampai ke Indonesia.
Sedangkan Yusuf al-Qaradhawi adalah
warisan Qutb. Ia menulis dalam bukunya
al-Hall al-Islami wa al-Hulul alMustauradah (solusi Islam dan solusi yang
diimpor). Karyanya sebagai wujud atas
penolakan terhadap nilai-nilai Barat untuk
menggantikan nilai-nilai yang Islami.
Menurutnya bahwa demokrasi solusi yang
diimpor, Islam menghadirkan syariah
sebagai solusi impor (demokrasi).33
Ide-ide
tokoh
pendahulu
Islamisme tersebut di atas telah dijadikan
dasar penolakan demokrasi oleh penggiat
dan pengikut Islamisme sejak dahulu
sampai sekarang termasuk di Indonesia.
Islamisme di Indonesia tidak ada begitu
saja tanpa dipengaruhi oleh para penggiat
Islamisme dari Timur tengah, terutama
Mesir, yaitu gerakan merayap dari alIkhwan al-Muslimun.
Eksistensi
dan
Perkembangan
Islamisme di Indonesia
Perlu ada penegasan bahwa apa
yang dipahami oleh Barat: Islam adalah
agama politik. Alasannya bahwa Islam
memantapkan eksistensinya melalui
penaklukan militer.29 Pernyataan Barat
yang demikian ini adalah wujud salah
paham terhadap makna Islam yang
sebenarnya, karena tidak memahami apa
itu Islam dan apa itu Islamisme. Di mana
Islam bukan agama politik, ada perbedaan
antara Islam dan Islamisme. Islam adalah
paham agama tauhid yang mengajak pada
keimanan, sedangkan Islamisme adalah
pemahaman agama (Islam) dalam bentuk
tatanan sebuah negara, yaitu negara Islam.
Mereka telah memanfaatkan agama untuk
kepentingan politik.
Kelompok Islamisme mempunyai
tujuan
sosial,
yaitu:
membangun
komunitas ideologis; mendirikan negara
Islam dan menerapkan syariat Islam.30
Tujuan ini berlaku sama bagi kelompok
Islamisme, baik di Negara Arab maupun di
Indonesia. Alasannya, bahwa seluruh
dunia Islam mendapat pengaruh dari
Sayyid Qutb,31 sang rector spiritus Islam
politik yang pertama kali menafsirkan
jihad sebagai revolusi dunia Islam dalam
mengupayakan tegaknya tatanan dunia
Islam di seluruh dunia sebagai tantangan
terhadap sekularisme.32 Qutb adalah ide
utama tentang adanya tatanan Ilahi
(pemerintah Allah) dalam bukunya
Ma’alim fi al’Thariq . Menurutnya, ini
adalah kewajiban agama (Islam) untuk
mengejar jihad sebagai revolusi dunia
Islam
dalam
rangka
mengatasi
kebodohan pra-Islam yang identik dengan
kafir. Faham inilah yang terus disebarkan
ke seluruh telinga umat Islam sedunia.
Inilah jawaban dari pertanyaan: mengapa
banyak
orang
terpengaruh
untuk
Kelompok-kelompok
Islamisme di
Indonesia
Ledakan Islamisme di arena politik
Indonesia
pasca-Soeharto
mendapat
perhatian banyak pengamat dalam
maupun luar negeri. Alasannya, hal itu
terjadi di Indonesia sebagai negeri Muslim
terbesar di dunia yang secara umum
diasosiasikan dengan varian Islam yang
damai dan toleran.34 Di mana Islam di
Indonesia bisa berdialog dengan budaya
29
32
30
33
Bassam Tibi, Islamism and Islam . . ., h. 54.
Ibid, h. 125-126
34 Noorhaidi Hasan, Islam Politik . . ., h. 170.
Noorhaidi Hasan, Islam Politik . . ., h. 16
Asef Bayat, Pos-Islamisme, h. 15
31 Sayyid Qutb dieksekusi pada tahun 1966
atas tuduhan merencanakan pembunuhan para
pejabat Mesir termasuk Presiden Nasser.
9
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
lokal yang juga plural. Islam tidak menolak
budaya yang ada bahkan bisa tetap
beradaptasi dengan budaya yang ada.
Itulah yang dinamakan dengan Istilah
Islam keindonesiaan atau pun Islam
Nusantara.
Apakah Islamisme mau menerima
apa yang dimaksud dengan Islam
keindonesiaan atau pun Islam Nusantara
dimaksud. Menurut pengamatan penulis,
tidak. Alasannya, Islamisme masih
berpaham bahwa Islam itu identik Arab,
baik dalam hal cara berpakaian, adat
istiadat, pola hidup, pola berekonomi, dan
pendidikan. Sebagai buktinya mereka
lebih nyaman menggunakan cadar bagi
yang perempuan, memelihara jenggot dan
celana cingkrang bagi yang laki-laki,
memilih jalan berdagang dalam hal
pengembangan ekonomi, dan mendirikan
sekolah-sekolah model Islam terpadu dan
Dakwah Salafi.
Inilah
kelompok-kelompok
Islamisme yang bermunculan di Indonesia
Pasca-Soeharto, pada 21 Mei 1998, antara
lain, sebagai berikut:
a. Laskar Pembela Islam
b. Laskar Jihad
c. Laskar Mujahidin Indonesia
d. KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia), bagian dari
perluasan penyebaran pengaruh alIkhwan al-Muslimun di Indonesia,
yang awalnya berkembang di
kampus-kampus universitas dalam
payung gerakan tarbiyah.
e. HTI (Hizb al-Tahrir Indonesia),
tumbuh sebagai bagian dari
gerakan transnasional Hizb alTahrir yang berpusat di Timur
Tengan.
f. Barisan Pemuda Ka bah
g. Gerakan Pemuda Islam (GPI)
h. Front Hizbullah Bulan Bintang
i. Front Pembela Islam (FPI),
didirikan pada tanggal 17 Agustus
35
http://breaktime.co.id/entertainment/showbiz/b
erita-terupdate-hari-ini-hti-resmi-
1998 oleh Muhammad Rizieq
Syihab
(1965).
Kebanyakan
anggotanya berasal dari ikatanikatan pemuda masjid dari penjuru
Jakarta dan sejumlah madrasah
atau pun pesantren di sekitar
Jakarta. Latar belakang mereka
umumnya
para
pemuda
pengangguran,
termasuk
kelompok-kelompok preman. Moto
yang diajarkan hiduplah dengan
mulia atau lebih baik mati sebagai
syahid . Dalam tempo singkat, FPI
berhasil memperluas jaringannya
ke kota-kota di luar Jakarta. Pada
tahun 2004 telah mendirikan 18
cabang di tingkat provinsi dan
sebanyak 50 perwakilan cabang di
tingkat kabupaten dengan puluhan
ribu
simpatisan
di
seluruh
Indonesia.
Akhir-akhir ini terjadi pembubaran
salah satu dari kelompok-kelompok
Islamisme tersebut di atas, yaitu kelompok
yang
menamakan
dirinya
sebagai
kelompok Hizb al-Tahrir Indonesia.
Terjadi pro dan kontra atas tindakan
pemerintah atas pembubaran HTI di
Indonesia yang resmi dibubarkan pada
tanggal 24 Oktober 2017.35 Alasannya
bahwa HTI telah menolak Pancasila
sebagai dasar negara yang sah dan sebagai
alternatifnya adalah negara Khilafah.
Noorhaidi Hasan menolak tindakan
pemerintah yang membubarkan Hizb alTahrir, demikian komentarnya:
Saya tidak pernah suka apalagi
mendukung ide revitalisasi khilafah
yang didengungkan HTI. Bagi saya, itu
mimpi utopis para pecundang
modernitas global yang frustrasi
dengan masa depan. Tapi biarkanlah
ide itu rontok berhadapan dengan
nalar publik yang berkembang di
ruang demokrasi, yang mestinya tidak
lagi tertarik dengan segala model
dibubarkan.html.
Nopember 2017
10
Diakses
pada
tanggal
2
ISLAMISME: KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA -- Siti Mahmudah
kekuasaan. Mereka hanya sedang
berusaha merintis jalan mobilitas ke
atas yang diharapkan semua muda.
Digertak pakai penegakan hukum saja
beres.37
Model pernyataan HTI tersebut di
atas— tolong dong, perhatikan kami —
yang dimaksud oleh Prof. Noorhaidi di
atas, perlu dipahami melalui teori CDA
(Critical Discourse Analysis), 38 yaitu
bahwa sebuah makna perlu dipahami
lewat apa yang tersembunyi di balik
maknanya. Dalam bahasa awam sering
diistilahkan dengan ada udang di balik
batu ,
maksudnya
ada
maksud
tersembunyi di balik sebuah tindakan
seseorang
terhadap
orang
lain.
Masalahnya, hanya orang-orang tertentu
saja yang sanggup memahami teori ini.
Perlu ada seorang pemimpin dan juga
pakar ilmu pengetahuan di Indonesia ini,
atau paling tidak bahwa pemimpin itu
perlu punya penasihat kenegaraan yang
terdiri atas beberapa orang pakar yang
ahli dalam bidangnya. Jadi, tidak hanya
bagi-bagi kursi secara merata tanpa
melihat latar belakang kepakarannya.
kekuasaan
teokratis
yang
membelenggu. Faktanya, mayoritas
masyarakat Indonesia percaya NKRI
dan Pancasila merupakan harga mati.
Saya khawatir, jika dihadapi dengan
cara yang tidak demokratis, Ide-ide
HTI justru akan semakin justified dan
beresonansi di kalangan masyarakat
Indonesia yang sedang didera
mentalilas
kecemasan
(siege
mentality) dan kepercayaan yang
terlalu tinggi terhadap hal-hal yang
berbau konspiratif. 36
Statemen tersebut di atas
merupakan kritik terhadap pemerintah
yang tidak menerapkan sistem dialog
dalam menghadapi kelompok-kelompok
yang menjadi oposisinya. Menurut
pengalaman penulis, kekerasan tetap
tidak bisa dihadapi dengan kekerasan.
Sebaliknya mesti dihadapi dengan cara
dialog yang ramah untuk dicari solusi
jalan tengahnya, dan ini yang belum
dipraktikkan pemerintah selama ini.
Selanjutnya
Prof.
Noorhaidi
menambah
komentarnya
bahwa
pembubaran Hizb al-Tahrir Indonesia
(HTI) oleh pemerintah RI adalah
blunder besar . Alasanya bahwa akar
intoleransi di Indonesia yang menjadi
masalah utama negeri ini bukan
khilafah, tapi mentalitas kecemasan dan
keyakinan pada konspirasi yang
terwujud dalam nyala api demonstrasi
411, 212 di Jakarta 2016-2017 dampak
dari Pemilihan Gubernur (Pilgub)
Jakarta (Ahok-Djarot dan Anies-Sandi).
Anak muda teriak khilafah itu
seperti hanya mau minta tolong dong,
perhatikan kami . Masa depan kami
tidak begitu jelas, nih. Jadi, menurut
Prof. Noorhaidi Hasan, HTI di Indonesia,
tidak
melakukan
langkah-langkah
sistematik
untuk
meruntuhkan
36
Status Prof. Noorhaidi Hasan di FB, 9 Mei
pukul 08.57 am, 2017.
37 Hasil research Prof. Noorhaidi Hasan dan
koleganya di 20 Provinsi di Indonesia pada tahun
2013. Dimuat dalam Tempo. Co, ed. Kurniawan,
Makna Demokrasi bagi Islamisme di
Indonesia
Hakikat
Islamisme
adalah
kelompok yang menolak demokrasi,
seperti dalam
hal adanya praktik
Pemilu. Alasannya bahwa Pemilu
dipandang sebagai kegiatan yang
mendewakan kehendak mayoritas
(rakyat) daripada kehendak Tuhan.
Mereka berpendapat bahwa Pemilu itu
adalah serupa dengan syirik, yaitu lebih
percaya dan tunduk dengan kehendak
manusia daripada Tuhan. Namun lain
halnya di Indonesia, Islamisme ikut
dalam Pemilu, dengan pertimbangan
bahwa Pemilu adalah cara sah merebut
Senin, 8 Mei 2017 21.11 pm. Diakses pada tanggal
24 Oktober 2017.
38 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar
Analisis Teks Media (Yogyakarta: LkiS. 2011), h. 18
11
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
Namun demikian, antara para tokoh
politik dan kelompok Islamisme
bagaikan dua sisi yang saling
membutuhkan dan saling ingin berkuasa
dan menguasai ruang publik dalam
rangka
menambah
masa
untuk
kelompoknya. Ini adalah sebuah
kesempatan emas untuk bisa menguasai
ruang publik dan untuk bisa lebih
mengeksiskan diri di ruang publik.
Sekarang adalah slogan PDIP
tidak takut kehilangan umat Islam. Ayo
Muslim saudaraku!!! Kita buktikan, kita
tidak butuh PDIP .41 Profil yang
membuat status ini menggunakan foto
Prabowo. Ini adalah bahasa politik yang
diciptakan untuk memberi dan mencari
dukungan untuk tokoh politik dan dalam
rangka menjatuhkan tokoh politik
tertentu. Pelaku sudah jelas berasal dari
kelompok Islamisme yang dirinya tidak
sadar bahwa ia sedang dimanfaatkan
oleh seorang tokoh politik untuk
mendukung dirinya dan menjatuhkan
lawannya dengan alasan demi Islam dan
demi umat Islam Indonesia.
Sampel tindakan di atas bisa
dijadikan gambaran bahwa eksistensi
Islamisme di Indonesia pada saat ini
baru sebatas
dimanfaatkan
tapi
mereka tidak sadar dan bahkan tidak
tahu bahwa mereka dimanfaatkan
dengan membawa bendera Islam.
Sebaliknya mereka bangga bahwa
mereka adalah pejuang Islam untuk
umat Islam di Indonesia yang
sesungguhnya. Ini merupakan tindakan
yang cukup memprihatinkan, tapi
kebanyakan dari mereka tidak sadar dan
belum tahu.
Peristiwa Pilgub Jakarta yang
terjadi
bulan
April
lalu
yang
dimenangkan oleh Anies-Sandi, jelasjelas mendapat dukungan besar dari
kelompok Islamisme yang ada di sekitar
wilayah Jakarta. Isu Jakarta bersyariat
kendali kekuasaan dan sebagai cara
memperjuangkan penerapan syariat
Islam.39 Ini terbukti, di mana AniesSandi sebagai gubernur Jakarta terpilih
untuk
periode
2017-2022
atas
dukungan Islamisme, mau tidak mau
mesti lebih terlihat syar i dalam praktik
kepemimpinannya
dari
gubernur
sebelumnya. Misalnya tentang apa yang
yang dipraktikkan oleh gubernur dan
wakil gubernur Jakarta di awal
pemerintahannya saat ini. Mereka telah
wewujudkan apa yang pernah dijanjikan
dalam kampanye dulu di hadapan
Islamisme
sebagai
pendukungnya,
antara lain: memperdengarkan suara
azan di Balai Kota yang berhasil
disambungkan dari masjid Fatahilah;
dan mereka telah berhasil menutup
Hotel Alexis dengan cara tidak
memperpanjang izin usahanya sejak 27
Oktober 2017. Alasannya, Alexis
menyediakan hiburan khusus untuk
kaum dewasa untuk praktik-praktik
prostitusi.40 Tindakan yang dilakukan
oleh gubernur dan wakilnya (AniesSandi), bila dibaca dengan menggunakan
teori CDA (Critical Discourse Analysis)
bermakna
bahwa
mereka
telah
memanfaatkan syariat Islam dalam
rangka melegitimasi kekuasaannya. Ini
dilakukan oleh mereka dalam rangka
menolak
sistem
pemerintahan
sebelumnya (Ahok-Djarot) yang ditolak
oleh kelompok Islamisme yang dianggap
tidak menerapkan syariat Islam.
Konteks Indonesia saat ini, di
bawah pimpinan Presiden Jokowi,
demokrasi sudah terpraktikkan walau
pun masih dalam tahapan proses.
Eksistensi kelompok Islamisme dalam
pengamatan penulis juga ikut dan
mengikuti sistem demokrasi yang ada,
meskipun masih sebatas dimanfaatkan
oleh tokoh-tokoh politik dalam rangka
memperoleh sebuah kursi kekuasaan.
39Noorhaisi
Hasan, Islam Politik . . ., h. 90
40 Tempo. Co, 30 Oktober 2017. Diakses pada
41
Status an. Yunisman Mzaini di FB, 30
Oktober 2017.
tanggal 1 Nopember 2017
12
ISLAMISME: KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA -- Siti Mahmudah
Islam. Gus Dur pernah memberikan
kritik untuk masalah ini. Menurut Gus
Dur, realitas penganut agama Islam di
Indonesia masih berada pada tahap
Islam identitas dan penganut Islam yang
benar-benar taat menjalankan rutinitas
ibadahnya belum sebanding dengan
yang masih abangan. Hal ini yang tidak
sepadan dengan ambisi Islamisme untuk
menegakkan negara Islam yang
berdasar syariat Islam secara total di
Indonesia.
Istilah taghut sering disuarakan
oleh Islamisme untuk menyebut
pemerintahan Jokowi saat ini. Apa yang
mereka maksudkan dengan istilah
taghut adalah sebuah cibiran yang
dilontarkan kepada rezim yang dianggap
tidak taat pada syariat Islam (hukum
Ilahi).43 Apa yang ada di balik ungkapan
taghut
dimaksud adalah bahwa
Presiden
Jokowi
terlibat
atas
pencalonan Ahok sebagai balon
gubernur Jakarta. Islamisme berpaham
bahwa yang berhak dicalonkan sebagai
gubernur Jakarta adalah orang yang
beragama Islam.
Menurut pengamatan penulis,
apa yang ada di balik itu semua, ada
kelompok yang dimanfaatkan oleh tokoh
politik dalam rangka menambah suara
dalam rangka menjatuhkan lawan
politiknya. Seperti munculnya isu-isu
PKI di permukaan secara tiba-tiba. Ini
adalah politik kotor yang dimainkan
oleh tokoh politik di Indonesia untuk
menghasut rakyat dan kelompok
Islamisme
dengan
niat
untuk
meruntuhkan kepercayaan rakyat pada
pemerintahan Jokowi.
Jadi Islamisme dalam konteks
Indonesia
sekarang
sedang
dimanfaatkan oleh tokoh politik
Indonesia dalam rangka menduduki
sebuah kekuasaan dan menyingkirkan
kekuatan lawan untuk hengkang dari
pun sempat terdengar di telinga penulis.
Peristiwa ini telah mengingatkan
penulis atas tragedi
meninggalnya
Gamal Abdul Nasser, Presiden Mesir,
pada tahun 1970 dan digantikan oleh
Anwar Sadat. Sadat terpilih sebagai
Presiden Mesir juga atas dukungan
kelompok Islamisme atas janji-janji
kampanye Sadat yang membuat
kelompok Islamisme tersanjung dan
sempat naik daun pada waktu itu. Sadat
berjanji akan menerapkan syariat Islam
di Mesir seperti apa yang diinginkan
oleh kelompok Islamisme pada waktu
itu. Realitasnya, Sadat dianggap ingkar
janji dan mati tertembak sebagai aksi
balas dendam kelompok Islamisme
Jihadis yang merasa kecewa akan janjijanji Sadat yang tidak kunjung dipenuhi.
Dari gambaran kemenangan
Anies-Sandi atas dukungan Islamisme
se-Indonesia menunjukan suatu bukti
bahwa umat Muslim kalangan Islamisme
di Indonesia sudah terdoktrin bahwa
Islam memiliki teori politik dan negara,
segalanya ada dalam syariah yang
bersumber dari Alquran. Pola ini penulis
dapatkan dari pembacaan di FB tentang
adanya debat kusir sekitar politik di
Indonesia dan hubungannya dengan
Islam. Di mana ada yang menolak
dengan ide pemisahan antara politik
negara dan Islam. Menurut mereka tidak
mungkin dipisahkan, karena semua
aturan sudah lengkap diatur dalam
syariat Islam, mulai dari masalah
taharah sampai masalah urusan
pemerintahan dan negara.42 Selain itu,
Islamisme memiliki paham bahwa
seorang pemimpin adalah pemimpin
politik sekaligus pemimpin keagamaan
umat Islam.
Dasar paham Islamisme adalah
bahwa
agama mayoritas bangsa
Indonesia adalah Islam yang mesti
dipimpin oleh pemimpin yang beragama
43
42
Debat kusir di FB seputar perpolitikan di
Indonesia 2017, terkait dengan Ahok sebagai calon
Gubernur Jakarta.
13
Noorhaidi, Islam Politik . . ., h. 88
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
sebuah kekuasaan. Ironisnya, Islamisme
sangat bangga dengan kesempatan ini,
meskipun
dimanfaatkan
mereka
sebagian tidak tahu dan sebagian tahu
yang penting bisa tetap eksis di ruang
publik dan bisa menambah pengikut
untuk kelompoknya.
Di negara-negara di mana Muslim
menjadi minoritas, seperti di Amerika
dan Perancis, Muslim menyukai adanya
praktik sekuralisasi. Alasannya, mereka
bebas mempraktikkan agamanya, jika
agama Kristen atau Katolik menjadi
agama negara, umat Islam akan
terdiskriminasi. Sementara di negara di
mana Muslim menjadi mayoritas seperti
Indonesia, Islamisme justru menolak
sekularisasi.44
Islamisme adalah sebutan untuk
sebuah grup Muslim yang memahami
bahwa Islam selain sebagai agama juga
sebagai tatanan sebuah negara. Mereka
memahami bahwa syariat Islam bisa
dijadikan alternatif terhadap solusi
impor, seperti demokrasi. Demikian juga
bisa dijadikan solusi atas semua
kejahatan
politik
yang
telah
mengakibatkan adanya krisis ekonomi,
mental dan akhlak yang disebabkan oleh
ulah rezim yang diktator, manipulatif
dan korup.
Eksistensi Islamisme di Indonesia
berdasarkan
pembacaan
terhadap
realitas Indonesia zaman sekarang
terkait dengan eksistensi Islamisme
yang telah terwadahi dalam ormasormas Islam seperti, antara lain
Masyumi, Front Pembela Islam (FPI),
Hizb al-Partai Keadilan Sosial (PKS),
Laskar Jihad (LJ), Majlis Mujahidin
Indonesia (MMI), Tahrir Indonesia
(HTI), Negara Islam Indonesia (NII),
Gerakan 411 (4 Nopember 2016) dan
Gerakan 212 (2 Desember 2016).45 Di
mana eksistensi Islamisme lebih
cenderung dimanfaatkan oleh tokohtokoh politik Indonesia untuk menuju
sebuah kekuasaan. Sebagai sampelnya
adalah apa yang terjadi di sekitar Pemilu
Gubernur Jakarta sejak 2016 sampai
terpilihnya
Anies-Sandi
sebagai
Gubernur Jakarta pada bulan April 2017
yang lalu.
Kontribusi penelitian ini dapat
memberikan gambaran dan pemahaman
kepada para pembaca khususnya dan
pengembang ilmu pengetahuan pada
Kesimpulan
Hasil pemaparan dan analisa data
yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa Islamisme merupakan produk
dari perpolitikan di negara Timur
Tengah. Lahirnya gerakan al-Ikhwan alMuslimun yang didirikan oleh seorang
tokoh Islamisme utama dan pertama di
dunia Islam, yaitu Hasan al-Banna di
Mesir pada tahun 1928 telah menjadi
dasar gerakan Islamisme yang terus
berkembang sampai sekarang. Paham
Islamisme ini disebarkan dengan
gerakan merayap sampai ke seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Jadi,
Islamisme adalah gerakan Islam tertua
dan yang pertama ada di Indonesia dari
pengaruh Mesir,
sejak sebelum
Indonesia merdeka sampai sekarang.
44
http://www.academia.edu/3709160/Islamisme_d
an_Post-Islamisme, diakses tanggal 4 Nopember
2017
45
Gerakan 212 atau demonstrasi 2
Desember 2016 adalah kelompok yang menuntut
mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) dipenjara karena kasus penistaan
agama (Surat al-Maidah). Ketua Presidium Alumni
212 Slamet Maarif, Wakil Ketua Presidium Alumni
212 Hasri Harahab dan Buni Yani, Pakar Ekonomi
Syariah Didin Hafidhudin. Mereka, Pada hari ini, 2
Desember 2017 sedang mengikuti pelaksanaan
Kongres Nasional Alumni 212 di Wisma
Persaudaraan Haji Indonesia (PHI), Jakarta.
Agendanya untuk menghasilkan
Maklumat
Jakarta yang akan dijadikan arah pergerakan
Presidium Alumni 212 ke depan. Pada hari ini juga,
2 Desember 2017 sedang diadakan Reuni Akbar
212
di
Monas
Jakarta.
https://m.cnnindonesia.com. Diakses pada tanggal
2 desember 2017.
14
ISLAMISME: KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA -- Siti Mahmudah
umumnya terkait dengan istilah trend
Islamisme
yang
selalu
menjadi
perbincangan hangat di belahan dunia
global. Islam itu sangat berbeda dengan
Islamisme, Islam bukan agama politik,
Islamisme memanfaatkan Islam untuk
kepentingan politik.
DAFTAR PUSTAKA
Abaza, M. Changing Images of Three
Generation of Azharites in Indonesia.
Singapore: Institut of Southeast
Asia Studies Heng Mui Keng
Terrace Pasir Panjang, 1993.
Bayat, A. Making Islam Democratic: Social
Movements and the Post-Islamist
Turn (Stanford University Press,
2007), diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia dengan judul: PosIslamisme, terj. Faiz Tajul Milah.
Yogyakarta: LKiS, 2012.
Foucault 1954-1984. Terj. Arief. .
Yogyakarta: Jalasutra, 2011.
Hasan,
N. Islam Politik di Dunia
Kontemporer: Konsep, Geneologi,
dan Teori. . Yogyakarta: SUKAPress, 2012.
Hooker, M. B. Southeast Asian Shari ahs .
Studia Islamika, 20 No. 2, 236, 2013.
Hooker, V. Developing Islamic Arguments
for Change Through Liberal Islam ,
Dalam Islam Perspectives on the
New
Millennium.
Singapore:
Institute of Southenest Asian
Studies, 2004.
J., B. I.. Dekonstruksi Tradisi: Gelegar
Pemikiran Arab Islam, terj. Imam
Khoiri. Yogyakarta: LKiS, 2001.
Bertens, K. Filsafat Barat Kontemporer
Prancis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2001.
Karim, K. A. Syari’ah: Sejarah Perkelahian
Pemaknaan, terj. Kamran As’ad,
Judul Asli: al-Judzûr at-T ãrîkhiyyah
li
asy-Syarî’ah
al-Islãmiyyah.
Yogyakarta: LKiS, 2003.
Bertens, K. Filsafat Barat Kontemporer
Prancis. . Jakarta: Gramedia
Pustaka, 2001.
Kepel, G.. Muslim Extremism in Egypt: the
Prophet and Pharaoh. . London:
University of California Press, 1993.
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar
Analisis Teks Media. . Yogyakarta:
LKiS, 2011.
M. Aunu Abied Shah, M. A.. Khalil Abdul
Karim: "Kiai Merah" dari Mesir
(Metode Ilmiah dan Aplikasinya
dalam
Historiografi
Islam).
Taswirul Afkar: Jurnal Refleksi
Pemikiran
Keagamaan
&
Kebudayaan, Edisi No. 15, 2003.
Foucault, M. The Will to Truth, terj. Alan
Sheridan. . London and New York:
Tavistock Publications, 1980.
Foucault, M. Order of Thing an Archaeology
of the Human Sciences, terj. B.
Priambodo & Pradana Boy.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Mahmudah, S. Historisitas Syariah: Kritik
Relasi-Kuasa Khalil Abdul Karim.
Yogyakarta: LKiS, . 2016.
Foucault, M. Aesthetic, Method, and
Epistemology: Esential Works of
15
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
Mahmudah, S. Reformasi Syariat Islam
(Kritik Pemikiran Khalil Abdul
Karim). Al_Adalah, 13 No. 1, 2016.
Minhaji, A. Kontribusi Pembentukan Hukum
Islam: Kontribusi Joseph Schacht. .
Yogyakarta: UII Press, 2001.
Tibi, B..Islamism and Islam (Yale University
Press), diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia dengan judul:
Islam dan Islamisme. . Bandung:
Mizan, 2016.
16