Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Nama : Abdul Azis NIM : E1101151028 Matkul : Filsafat Komunikasi Analisis Filsafat Komunikasi Suku Madura Suku Madura merupakan suku yang berasal dari satu diantara tiga suku yang menyingkir ke kepulauan nusantara, suku bangsa Burma, Thai, dan Vietnam, akibat perluasan kekuasaan bangsa Cina. Suku bangsa tersebut, entah karena berbaur dengan suku asli yang mendiami pulau madura atau tidak, akan tetapi Suku Madura memiliki ciri fisik yang cukup berbeda dengan suku-suku di pulau-pulau terdekatnya seperti, tengkorak yang celah matanya lebar mendatar dengan tulang pipi lebih menonjol dan raut wajah yang tidak begitu halus serta kulit yang lebih gelap karena letak geografisnya. Suku bangsa tersebut kemudian menyebar ke seluruh pulau, membentuk kelompok-kelompok kecil lagi hingga menciptakan dialek-dialek setempat yang terhadap perbedaaannya dari barat (Bangkalan), tengah (sampang dan Pamekasan), timur (Sumenep) dan timur sekali (Kangean). Letak geografis yang saling berjauhan antara satu kelompok dengan kelompok lain cukup berjauhan hingga menyebabkan perbedaan di antara mereka itu semakin mantap. Walau memiliki perbedaan-perbedaan seperti dialek, tempat tinggal yang saling berjauhan, ciri fisik yang bereda dengan suku-suku terdekat, akan tetapi mereka tetap memiliki kesamaan terkait bahasa. Hal ini bisa dilihat dari kesamaan dalam cara menamakan benda-benda umum seperti padi, pandan, ubi, udang hujan, dan lain sebagainya. Dalam model penyebutan nama seseorang berdasarkan nama anak sulungnya, kesamaan substansi pada penggunaan kata bantu, ekor, batang, lembar, buah, dalam menghitung sesuatu pun memiliki kesamaan. Pada dasarnnya, bahasa madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga mempnyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan bahasa Madura banyak terpengaruh dari bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Akan tetapi pengaruh dari bahawa Jawa sangat terasa dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan mataram atau Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakat dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi sudha tentu dengan lafal yang berbeda. Bahasa Madura memang memiliki kesamaan dengan bahasa daerah-daerah lain, akan tetapi Bahasa Madura memmpunyai sistem pelafalan yang unik. Saking uniknya, orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi. Bahasa Madura sulit dipelajari dikarenakan mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan (b), (d), (j), (g), jh, dh dan bh pada konsonan rangkap seperti jj, dd, dan bb. Namun penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah. Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan [o]. Sebagaimana Bahasa Jawa, Bahasa Madura juga mengenal tingkatan-tingkatan, namun sedikit berbeda karena hanya terbagi atas tiga tingkatan, yakni: Enje' - iya (sama dengan ngoko) 'Èngghi-Enten (sama dengan Madya) Èngghi-Bhunten (sama dengan Krama) Contohnya: Berempa' arghana paona? : Berapa harga mangganya? (Enje'-iya) Senapa arghana paona? : Berapa harga mangganya? ('Engghi-Enten) Saponapa argha epon pao paneka? : Berapa harga mangganya? (Engghi-Bhunten) Sedangkan dalam penulisannya, Bahasa Madura menggunakan Carakan (sebutan untuk aksara serumpun di Pulau Jawa dan Bali) dan Pegon (aksara bahasa Arab yang telah dikodifikasi untuk penulisan bahasa Arab. Abjad Arab ditulis dari kanan ke kiri bergaya kursif dan terdiri dari 28 huruf.) dalam penulisan namun pada buku-buku berbahasa Madura terbitan setelah tahun 1972 sudah dimulai disesuaikan dengan Ejaan yang Disempurnakan namun menggunakan huruf diakritik dalam penulisan yaitu a,â,è,e,i,o,u. Contoh-contoh: Bhâsa Mâdurâ sè paling alos dâri Songènnèp : Bahasa Madura yang paling halus dari Sumenep Sokona Brudin ghi’ bârâ, bân makalowar dârâ : Kakinya Brudin masih bengkak dan mengeluarkan darah Sengko’ èntar-a mellè talè : Saya pergi mau beli tali Tang Eppa’ nyamana Abdoel Mutallib : Bapak saya namnya Abdoel Mutallib Tolong olo’ aghi taksi : Tolong panggilkan taksi Seperti yang telah disinggung di atas, suku Madura tersebar ke seluruh pulau sehingga menciptakan dialek-dialek tersendiri di setiap daerah. Akan tetapi, ada satu dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep. Hal ini dikarenakan pada masa lalu Sumenep merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Dari beberapa dialek Bahasa Madura, ada satu dialek yang merupakan sempalan dari Bahasa Madura yang karena berbedanya hingga tak jarang dianggap bukan bagian Bahasa Madura, khususnya oleh masyarakat Madura daratan. Contoh: akoh: saya (sengko' dalam bahasa Madura daratan) kaoh: kamu (be'en atau be'na dalam bahasa Madura daratan) berrA' : barat (berre' dengan e schwa / â dalam bahasa Madura daratan) morrAh: murah (modhe dalam bahasa Madura daratan)