BAB 1
Bronkitis
Bronkitis
Gambar A menunjukkan letak dari paru-paru dan bronkus. Gambar B adalah gambar yang diperbesar dari bronkus normal. Gambar C adalah gambar yang diperbesar dari bronkus dengan bronkitis.
Klasifikasi dan rujukan luar
Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronkus) (saluran udara di dalam paru-paru).[1]
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Daftar isi
1Penyebab
2Gejala
3Diagnosis
4Pengobatan
5Referensi
6Pranala luar
Penyebab
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia)
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksiberulang bisa merupakan akibat dari:
Sinusitis kronis
Bronkiektasis
Alergi
Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:
Berbagai jenis debu
Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin
Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
Tembakau dan rokok lainnya.
Gejala
Gejalanya berupa:
batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)
bengek
lelah
pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
pipi tampak kemerahan
sakit kepala
gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.
Sesak napas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi napas mengi, terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.
Diagnosis
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernapasan yang abnormal.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
Tes fungsi paru-paru
Gas darah arteri
Rontgen dada.
Pengobatan[
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau asetaminofen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan asetaminofen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Sinusitis
Sinusitis
bagian kiri maxillary sinusitis ditandai dengan tanda panah menunjukan ketidakadaan udara yang transparan.
Ilustrasi sinusitis
Sinusitis, dikenal juga sebagai rhinosinusitis, adalah pembengkakan dari sinus (terdapat 6 sinus, 3 di kiri dan 3 di kanan). Dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, atau masalah-masalah auto imunitas. Jika disebabkan oleh virus, biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam 10 hari. Hal ini merupakan suatu hal yang umum terjadi di daerah berhawa dingin (4 musim), di mana di Amerika Serikat terjadi 24-31 juta kasus sinusitis tiap tahunnya.[1]
Daftar isi
[sembunyikan]
1Definisi
2Etiologi
3Pemeriksaan Sinusitis
4Pengobatan
5Gejala Sinusitis
6Komplikasi
7Prognosis
Definisi
Sinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya, akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Di sekitar rongga hidung terdapat empat sinus yaitu sinus maksilaris ( terletak di pipi) , sinus etmoidalis ( kedua mata) , sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis ( terletak di belakang dahi).
Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang melapisi sinus. Biasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan berisi cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat berkembang dan menyebabkan infeksi.
Secara klinis sinusitis dibagi atas berbagai jenis, termasuk:
1. Sinusitis akut: Sebuah kondisi mendadak seperti gejala seperti pilek, hidung tersumbat dan nyeri wajah yang tidak hilang setelah 10 sampai 14 hari. Sinusitis akut biasanya berlangsung 4 minggu atau kurang. 2. Sinusitis subakut: Sebuah peradangan yang berlangsung 4 sampai 8 minggu. 3. Sinusitis kronis: Suatu kondisi yang ditandai dengan gejala radang sinus yang berlangsung 8 minggu atau lebih. 4. Sinusitis berulang: Beberapa serangan dalam setahun.[2]
Etiologi
Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis :
1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Termasuk flu biasa, rhinitis alergi (pembengkakan pada lapisan hidung), polip hidung (pertumbuhan kecil di lapisan hidung), atau septum menyimpang (pergeseran di rongga hidung).
2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar)
Pemeriksaan Sinusitis
Sebagian besar sinusitis sudah dapat didiagnosis hanya berdasarkan pada riwayat keluhan pasien serta pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter.
Pemeriksaan Fisik : Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga hidung, ingus yang mirip nanah, serta pembengkakan disekitar mata dan dahi. Rhinoskopi adalah sebuah cara untuk melihat langsung ke rongga hidung, diperlukan guna melihat lokasi sumbatan ostia. Terkadang diperlukan penyedotan cairan sinus dengan menggunakan jarum suntik untuk dilakukan pemeriksaan kuman. Pemeriksaan kuman berguna untuk menentukan jenis infeksi yang terjadi.
Pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI : Pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI akan diperlukan bila sinusitis gagal disembuhkan dengan pengobatan awal.
Pengobatan
1. Sinusitis karena virus
Untuk sinusitis yang disebabkan oleh karena virus tidak diperlukan pemberian antibiotika. Obat yang biasa diberikan untuk sinusitis virus adalah penghilang rasa nyeri seperti parasetamol dan dekongestan.
2. Sinusitis karena bakteri
Curiga telah terjadi sinusitis infeksi oleh bakteri apabila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati dengan menggunakan antibiotika. Pemilihan antibiotika berdasarkan jenis bakteri yang paling sering menyerang sinus karena untuk mendapatkan antibiotika yang benar benar pas harus menunggu hasil dari biakan kuman yang memakan waktu 5-7 hari. Tetapi ini tidak menjamin bahwa obat yang diberikan akan cocok dengan bakterinya, apalagi sekarang ini banyak resistensi obat berganda, sehingga sebaiknya sebelum minum pertama kali obat antibiotik dilakukan terlebih dahulu kultur swab hidung, di mana hasil kultur bisa saja cocok/tidak dengan pengobatan yang diberikan.
Lima jenis bakteri yang paling sering menginfeksi sinus adalah ''Streptococcus pneumoniae'', ''Haemophilus influenzae'', ''Moraxella catarrhalis'', ''Staphylococcus aureus'', dan ''Streptococcus pyogenes''.
Antibiotika yang dipilih harus dapat membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa pilihan antiobiotika seperti amoxicillin, cefaclor, azithromycin, dan cotrimoxazole. Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 10 sampai 14 hari.
Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat membantu untuk melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus kasus yang kronis, dapat dipertimbangkan melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan. Cara lainnya yaitu memasukkan kain kasa yang berfungsi sebagai penyerap dan mengeluarkannya kembali, hal ini dilakukan terutama bagi mereka yang tak mampu membuang/mengeluarkan ingusnya sendiri.
Gejala Sinusitis
Pada penderita sinusitis, biasanya bisa di temukan gejala-gejala seperti di bawah ini :
Napas berbau
Sakit kepala
Hidung tersumbat
Postnasal Drip
Batuk, biasanya akan memburuk saat malam
Rasa sakit atau adanya tekanan di daerah dahi, pipi, hidung & di antara mata
Berkurangnya daya pengecap
Hidung terus meler dengan warna hijau pekat
Demam
Berkurangnya daya penciuman
gejala memburuk ketika malam hari
Komplikasi Komplikasi sinusitis lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada orang dewasa. Jika anak anda mengalami sinusitis dan telah pembengkakan di sekitar tulang pipi atau kelopak mata, ini mungkin merupakan infeksi bakteri pada jaringan kulit dan lembut atau infeksi pada jaringan sekitarnya mata.
Jika Anda melihat gejala ini, bawa anak Anda untuk periksa ke dokter, yang mungkin mereka akan merujuk ke spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT).
Infeksi tulang
Bila kondisinya parah, antibiotik sering dapat mengendalikan penyebaran infeksi ke tulang di dekatnya. Namun, dalam kasus yang sangat jarang (sekitar satu dari 10.000), infeksi dapat menyebar ke daerah sekitar mata, tulang, darah atau otak.[3]
Prognosis
1. Viral sinusitis
Biasanya sembuh tanpa pengobatan khusus
2. Bakteri sinusitis
a. Akut bakteri sinusitis : Sampai dengan 10% dari pasien tidak menanggapi terapi antimikroba awal.
b. Bakteri sinusitis kronis : Kekambuhan adalah umum. Kesembuhan klinis sangat sulit, meskipun kursus berulang agen antibakteri dan operasi sinus.
3. Jamur sinusitis
Akut sinusitis jamur (misalnya, mucormycosis). Pasien biasanya datang dengan penyakit lanjut. Prognosis buruk, terutama dalam kasus-kasus otak, sinus kavernosus, atau keterlibatan karotis. Angka kematian keseluruhan dari mucormycosis rhinocerebral adalah 25-50%. Sinusitis jamur kronis sering berulang.[4]
Asidosis
Gejala Asidosis
Asidosis respiratorik adalah keadaan turunnya pH darah yang disebabkan oleh proses abnormal pada paru-paru.[1] Ekskresikarbondioksida paru yang tidak adekuat pada keadaan produksi normal gas akan menimbulkan asidosis.[2] Penumpukan karbondioksida tersebut diakibatkan oleh fungsi pari-paru yang buruk atau pernapasan yang lambat.[3] Kecepatan dan kedalaman pernapasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.[3] Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.[3] Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.[3]
Asidosis respiratorik ini dapat digolongkan menjadi asidosis respiratorik akut atau asidosis respiratorik kronik.[1] Asidosis respiratorik akut terjadi jika kejadiannya baru berlangsung beberapa jam dan belum terjadi kompensasi oleh ginjal.[1] Asidosis respiratorik kronik biasanya telah terjadi lebih dari 12 jam sampai 5 hari, dan upaya kompensasi oleh ginjal telah terjadi.[1] Pada asidosis respiratorik akut, peningatan ion bikarbonat hanya sedikit, sedangkan pada yang kronik konsentrasi ion bikarbonatnya meningkat lebih banyak.[1]
Terdapat penyakit-penyakit yang memengaruhi paru-paru, sehingga erat kaitannya dengan asidosis respiratorik ini, yaitu
BAB II
Pengertian Tifus
Tifus (tipes) atau demam tifoid adalah penyakit yang terjadi karena infeksi bakteri Salmonella typhi dan umumnya menyebar melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Penyakit yang banyak terjadi di negara-negara berkembang dan dialami oleh anak-anak ini dapat membahayakan nyawa jika tidak ditangani dengan baik dan secepatnya.
Tifus dapat menular dengan cepat. Infeksi demam tifoid terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi sejumlah kecil tinja yang mengandung bakteri. Pada kasus yang jarang terjadi, penularan terjadi akibat terkena urine yang terinfeksi bakteri.
Kasus Tifus (Tipes)
Berdasarkan sebuah penelitian, ditemukan bahwa tifus menjangkiti sebanyak 800 hingga 100 ribu penduduk Indonesia sepanjang tahun 2008. Ini membuktikan bahwa tifus masih masih merupakan penyakit endemik dan masalah kesehatan yang serius di negara ini.
Sanitasi yang buruk dan terbatasnya akses air bersih diduga menjadi penyebab utamaberkembangnya penyakit tifus. Belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh diduga menjadi penyebab penyakit ini lebih banyak dialami anak-anak.
Gejala Utama: Demam Tinggi
Gejala tifus umumnya mulai muncul pada 1-3 minggu setelah tubuh terinfeksi, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Demam tinggi
Diare atau konstipasi
Sakit kepala
Sakit perut
Kondisi ini dapat memburuk dalam beberapa minggu. Jika tidak segera ditangani dengan baik, dapat terjadi komplikasi seperti pendarahan internal atau pecahnya sistem pencernaan (usus). Risiko komplikasi juga akan berkembang menjadi membahayakan nyawa jika situasi tersebut tidak segera ditangani dengan baik.
Pengobatan di Rumah atau Rumah Sakit?
Jika tidak ditangani dengan baik, diperkirakan 1 dari 5 orang akan meninggal karena tifus. Sementara yang tetap hidup berisiko menderita komplikasi yang disebabkan infeksi.
Umumnya tifus diobati dengan pemberian antibiotik. Keputusan pengobatan di rumah atau di rumah sakit bergantung kepada tingkat keparahan yang dialami. Jika tifus didiagnosis pada stadium awal, Anda dapat menjalani perawatan di rumah dengan pengobatan antiobiotik selama 1-2 pekan.
Perawatan di rumah sakit diperlukan jika kasus tifus terlambat terdiagnosis atau sudah dalam stadium lanjut.
Vaksinasi Tifoid
Di Indonesia, vaksin tifoid sebagai pencegahan tifus menjadi imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah, tapi belum masuk ke kategori wajib. Vaksin tifoid diberikan kepada anak yang berusia di atas dua tahun dan diulang tiap tiga tahun. Imunisasi tifoid di Indonesiadilakukan dalam bentuk suntik pada balita dan dalam bentuk oral pada anak yang berusia di atas enam tahun.
Seperti pada vaksin-vaksin lainnya, vaksin tifoid tidak memberikan perlindungan 100 persen. Anak yang sudah diimunisasi tifoid tetap dapat terinfeksi, namun tingkat infeksi yang dialami anak yang sudah divaksin tidak akan seberat mereka yang belum divaksin sama sekali.
Vaksinasi juga dianjurkan bagi orang yang berniat bekerja atau bepergian ke daerah yang sedang dilanda kasus penyebaran tifus. Tindakan pencegahan lain yang juga perlu dilakukan adalah memperhatikan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi.
Jika Anda dan anak Anda berniat makan di luar rumah, sebaiknya hindari makan di tempat terbuka yang mudah terpapar bakteri dan disarankan untuk mengonsumsi minuman dalam kemasan.
Gejala Tifus
Pada umumnya, masa inkubasi bakteri penyebab tifus (tipes) adalah 7-14 hari, namun juga bisa lebih pendek, yaitu tiga hari, atau bahkan 30 hari. Ini adalah durasi antara bakteri pertama memasuki jaringan tubuh sampai gejala pertama muncul.
Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi pengidap tifus dapat memburuk dalam beberapa minggu. Bahkan perlu waktu hingga bulanan sebelum tubuh dapat sepenuhnya pulih ditambah dengan meningkatnya risiko berkembangnya komplikasi. Gejala juga dapat muncul kembali karena tidak mendapat pengobatan.
Padahal jika dirawat dengan baik, kondisi pengidap bisa mulai membaik dalam 3-5 hari. Berikut gejala yang umum terjadi begitu Anda terinfeksi:
Demam yang dapat meningkat secara bertahap tiap hari di minggu pertama. Demam biasanya meninggi pada malam hari
Otot terasa sakit
Sakit kepala
Merasa sakit atau tidak enak
Pembesaran ginjal dan hati
Kelelahan dan lemas
Berkeringat
Batuk kering
Penurunan berat badan
Sakit perut
Kehilangan nafsu makan
Anak-anak sering mengalami diare, sementara orang dewasa cenderung mengalami konstipasi
Muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik kecil berwarna merah muda
Linglung. Merasa tidak tahu sedang berada di mana dan apa yang sedang terjadi di sekitar dirinya
Gejala tifus berkembang dari minggu ke minggu, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Minggu pertama
Gejala-gejala awal di sini perlu diperhatikan, terutama terkait perkembangan suhu badan penderita.
Demam. Awalnya tidak tinggi, kemudian meningkat menjadi 39°C-40°C. Temperatur tubuh dapat naik atau turun di minggu ini
Sakit kepala
Lemas dan tidak enak badan
Batuk kering
Mimisan
Minggu kedua
Jika tidak segera ditangani, Anda akan memasuki stadium kedua dengan gejala:
Demam tinggi yang masih berlanjut yang cenderung memburuk di daerah perut dan dada
Mengigau
Sakit perut
Diare atau sembelit parah
Tinja umumnya berwarna kehijauan
Perut sangat kembung akibat pembengkakan hati dan empedu.
Minggu ketiga
Temperatur tubuh akan menurun di akhir minggu ketiga, namun jika tidak segera ditangani, komplikasi mungkin akan muncul di tahap ini, seperti:
Pendarahan pada usus
Pecahnya usus
Minggu keempat:
Suhu demam akan menurun secara perlahan-lahan
Jika tidak segera ditangani, maka akan muncul gejala-gejala lain, antara lain mengigau dan berbaring kelelahan tanpa gerakan dengan mata setengah tertutup, hingga komplikasi yang membahayakan nyawa. Pada sebagian kasus, gejala dapat kembali muncul dua minggu setelah demam mereda.
Segera konsultasikan kepada dokter jika Anda atau anak Anda mengalami demam tinggi dan beberapa gejala di atas. Ingatlah bahwa walaupun telah menerima vaksin atau imunisasi, seseorang masih berkemungkinan mengidap tifus. Pemeriksaan juga sebaiknya dilakukan jika Anda terserang demam setelah berkunjung ke tempat yang memiliki kasus penyebaran tifus.
Penyebab Tifus
Bakteri penyebab tifus (tipes), Salmonella typhi, masuk ke usus melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi untuk kemudian berkembang biak di dalam saluran cerna. Demam tinggi, sakit perut, sembelit, atau diare akan timbul ketika bakteri ini telah berkembang biak.
Bakteri ini berkaitan, tapi tidak sama dengan bakteri salmonella yang menyebabkan seseorang keracunan makanan.
Sanitasi Buruk adalah Penyebab Utama Penularan
Tinja yang mengandung bakteri Salmonella typhi adalah sumber utama penularan tifus. Tinja ini diproduksi oleh orang yang lebih dulu telah terinfeksi. Di negara seperti Indonesia, persebaran bakteri Salmonella typhi biasanya terjadi melalui konsumsi air yang terkontaminasi tinja yang terinfeksi tersebut.
Dampak yang sama terjadi pada makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi. Kondisi ini terutama disebabkan oleh buruknya sanitasi dan akses mendapatkan air bersih.
Bakteri ini juga dapat menyebar jika orang yang telah terinfeksi bakteri tidak mencuci tangan sebelum menyentuh atau mengolah makanan. Penyebaran bakteri terjadi ketika ada orang lain yang menyantap makanan yang tersentuh tangan pengidap.
Orang yang menyantap makanan olahan pengidap juga akan terinfeksi jika pengolah tidak mencuci tangannya setelah buang air kecil karena penularan juga dapat terjadi dari urine pengidap bakteri, meski cara ini memang lebih jarang terjadi.
Beberapa situasi berikut juga dapat menjadi penyebab penyebaran tifus:
Mengonsumsi seafood dari air yang terkontaminasi urin dan tinja terinfeksi
Mengonsumsi seafooddari air yang terkontaminasi urine dan tinja terinfeksi
Mengonsumsi sayur-sayuran yang menggunakan pupuk yang terdiri dari kotoran manusia yang terinfeksi
Mengonsumsi produk susu yang telah terkontaminasi
Menggunakan toilet yang terkontaminasi bakteri. Anda akan terinfeksi jika menyentuh mulut sebelum mencuci tangan setelah buang air.
Melakukan seks oral dengan pembawa bakteri Salmonella typhi.
Jika tidak segera diobati, Salmonella typhi akan menyebar ke seluruh tubuh dengan memasuki pembuluh darah. Gejala tifus akan memburuk jika bakteri telah menyebar ke luar sistem pencernaan. Selain itu, bakteri yang menyebar dapat merusak organ dan jaringan dan menyebabkan komplikasi serius. Kondisi yang paling umum terjadi adalah pendarahan internal atau usus bocor.
Diagnosis Tifus
Di Indonesia, pemeriksaan Widal (uji serologi untuk mendeteksi keberadaan bakteri salmonella) masih banyak dilakukan untuk menentukan diagnosis. Walau demikian, interpretasi hasil tes Widal harus hati-hati. Hal ini dikarenakan pada daerah endemis, seperti di Indonesia, semua orang sudah pernah terpapar Salmonella thyphosa. Secara alami, tubuh telah membentuk antibodi terhadap bakteri ini. Itu sebabnya, ketika pemeriksaan Widal dilakukan, antibodi dalam tubuh akan memberi reaksi positif. Namun ini bukan berarti Anda positif mengidap tifus. Walau demikian, tes ini sangat membantu terutama di daerah yang tidak memiliki tes diagnostik yang lebih canggih dan mahal.
Selain tes Widal, terdapat juga tes yang lebih cepat dan akurat mendeteksi tifus, yaitu tes TUBEX. Tes imunologi ini dilakukan menggunakan partikel berwarna untuk meningkatkan sensitivitas.
Tifus juga didiagnosis dengan menganalisis sampel darah, tinja, atau urine di laboratorium. Selain pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, akurasi diagnosis juga dapat dilakukan dengan memeriksa sampel cairan tulang belakang. Namun tes ini hanya digunakan jika pemeriksaan lain tidak mendatangkan hasil yang meyakinkan. Waktu yang panjang dan rasa sakit yang ditimbulkan membuat tes ini lebih jarang dilakukan.
Jika Anda positif mengidap tifus, ada baiknya untuk turut memeriksakan anggota keluarga lain demi mendeteksi kemungkinan penularan
Pengobatan Tifus
Terapi antibiotik adalah cara paling efektif dalam menangani tifus dan harus diberikan sesegera mungkin. Sampel darah, tinja, dan urine Anda akan diperiksa di laboratorium untuk menentukan jenis antibiotik yang tepat untuk diberikan. Selain itu, obat penurun demam juga dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh. Perawatan tifus (tipes) dapat dilakukan di rumah sakit, tapi jika lebih cepat terdeteksi dan gejala masih ringan, Anda dapat menjalani perawatan di rumah.
Pengobatan Tifus (Tipes) di Rumah Sakit
Antibiotik di rumah sakit akan diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diperlukan, asupan cairan dan nutrisi juga akan dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui infus. Anda mungkin harus mengikuti pengobatan antibiotik hingga hasil tes terhadap tinja dan urin benar-benar bersih dari bakteri penyebab tifus .
Infus diberikan karena perawatan tifus yang dilakukan di rumah sakit umumnya diiringi muntah terus-menerus, diare parah, serta perut kembung. Infus berisi cairan diberikan untuk mencegah dehidrasi akibat gejala diare. Penderita anak yang mengalami demam tifus dapat direkomendasikan untuk melalui perawatan di rumah sakit sebagai tindak pencegahan.
Pada sebagian kecil kasus, operasi mungkin diperlukan jika terjadi komplikasi yang membahayakan nyawa, seperti pendarahan dalam atau rusaknya sistem pencernaan.
Hampir semua kondisi pengidap berangsur membaik setelah dirawat di rumah sakit selama 3-5 hari. Tubuh akan pulih dengan perlahan-lahan bahkan setelah berminggu-minggu pascainfeksi hingga Anda sepenuhnya pulih kembali.
Pengobatan Tifus (Tipes) di Rumah
Umumnya orang yang terdiagnosis tifus pada stadium awal membutuhkan 1-2 minggu pengobatan dengan tablet antibiotik yang diresepkan. Meski tubuh akan mulai membaik setelah 2-3 hari mengonsumsi antibiotik, sebaiknya jangan menghentikan konsumsi sebelum antibiotik habis. Ini penting untuk memastikan agar bakteri benar-benar hilang dari tubuh.
Meski begitu pemberian antibiotik untuk mengobati tifus mulai menimbulkan masalah tersendiri di negara-negara di Asia Tenggara. Beberapa kelompok Salmonella typhi menjadi kebal terhadap antibiotik. Beberapa tahun terakhir, bakteri ini juga menjadi kebal terhadap antibiotik golongan kloramfenikol, ampicillin dan trimotheprim-silfamethoxazole.
Segera konsultasikan dengan dokter jika kondisi Anda memburuk saat menjalani perawatan di rumah. Pada sebagian kecil pengidap, penyakit ini dapat saja kambuh lagi. Agar tubuh segera pulih dan mencegah risiko tifus datang lagi, pastikan Anda menjalani langkah-langkah sederhana berikut ini:
Istirahat cukup
Makan teratur. Anda dapat makan sesering mungkin dalam kadar sedikit dibandingkan jika makan dengan porsi besar sebanyak tiga kali sehari
Minum banyak air putih
Cuci tangan teratur dengan sabun dan air hangat untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi
Bakteri Menetap dalam Tubuh
Beberapa orang yang telah pulih sudah tidak menunjukkan gejala-gejala tifus, namun mereka dapat tetap mengidap bakteri Salmonella typhi dalam saluran usus mereka selama bertahun-tahun. Sekitar 5 persen pengidap tifus yang tidak menjalani pengobatan yang cukup tetapi kemudian pulih, akan terus membawa bakteri ini di dalam tubuhnya. Tanpa mereka sadari, para pembawa ini bisa membuat orang lain terinfeksi melalui tinja mereka.
Umumnya orang-orang ini juga dapat segera kembali bekerja atau bersekolah. Namun beberapa profesi perlu mendapat perhatian khusus. Mereka disarankan untuk memastikan bahwa tubuhnya tidak lagi memiliki bakteri Salmonella typhi sebelum kembali ke aktivitas sehari-sehari. Profesi yang berisiko ini, antara lain:
Orang yang pekerjaannya berhubungan dengan pengolahan dan penyiapan makanan
Perawat yang sering berhadapan atau mengurus orang yang rentan sakit
Pengasuh balita atau perawat lansia
Pengobatan Tambahan Saat Tifus (Tipes) Kambuh
Sebagian orang mengalami gejala tifus yang kembali kambuh sepekan setelah pengobatan antibiotik selesai dijalani. Biasanya dokter akan kembali meresepkan antibiotik meski gejala-gejala yang dirasakan tidak separah sebelumnya.
Jika setelah menjalani pengobatan ternyata hasil tes tinja menemukan bahwa Anda masih mengidap bakteri Salmonella typhi, Anda mungkin akan disarankan untuk menjalani 28 hari pengobatan antibiotik kembali untuk membersihkan sisa-sisa bakteri. Ini untuk mengurangi potensi Anda menjadi pembawa bakteri tifus jangka panjang.
Selama Anda masih terdiagnosis terinfeksi, sebaiknya hindari aktivitas mengolah makanan. Selain itu pastikan Anda mencuci tangan setelah buang air.
Komplikasi Tifus
Sekitar 10 persen pengidap tifus (tipes) menderita komplikasi. Komplikasi terjadi ketika pengidap tifus terlambat atau tidak diobati dengan antibiotik yang tepat. Komplikasi terjadi rata-rata tiga minggu setelah infeksi. Komplikasi yang paling umum terjadi adalah sistem pencernaan yang mengalami pendarahan internal dan infeksi yang menyebar ke jaringan sekitarnya hingga mengakibatkan usus atau sistem pencernaan pecah.
Gejala Pendarahan Dalam
Pengidap tifus yang mengalami pendarahan dalam biasanya merasakan gejala-gejala seperti merasa lelah sepanjang waktu, sesak napas, muntah darah, kulit pucat, denyut jantung tidak teratur, dan tinja berwarna hitam pekat.
Umumnya pendarahan dalam akibat tifus tidak mengancam nyawa. Meski demikian, transfusi darah mungkin dibutuhkan untuk mengganti hilangnya darah dari tubuh. Operasi juga mungkin diperlukan untuk memperbaiki kerusakan pada daerah pendarahan.
Luka pada Dinding Sistem Pencernaan
Perforasi terjadi ketika dinding sistem pencernaan terluka dan sebuah lubang pun terbentuk sehingga isi sistem pencernaan dapat tertumpah ke rongga perut. Tidak seperti kulit, lapisan perut bernama peritoneum tidak memiliki mekanisme pertahanan untuk melawan infeksi. Maka nyawa pasien akan terancam ketika bakteri penyebab tifus menyebar hingga ke perut dan menginfeksi peritoneum. Kondisi ini dikenal sebagai peritonitis.
Peritonitis adalah penyakit yang gawat karena peritoneum biasanya steril dan bebas dari kuman. Dalam situasi ini, infeksi dapat menyebar dengan cepat melalui darah ke berbagai organ lainnya. Infeksi ini dapat mengakibatkan berbagai organ berhenti berfungsi, bahkan membawa kematian jika tidak segera ditangani.
Tanda utama perforasi adalah sakit perut yang tidak tertahankan. Gejala lain adalah infeksi dalam darah (sepsis), mual dan muntah. Di rumah sakit, pengidap peritonitis akan diobati dengan suntikan antibiotik sebelum dioperasi untuk menutup lubang pada dinding usus
Pencegahan Tifus
Vaksinasi tifus (tipes) di Indonesia termasuk dalam jadwal imunisasi anak. Vaksinasi ini sangat dianjurkan untuk diberikan kepada anak berusia dua tahun untuk selanjutnya diulangi tiap tiga tahun sekali. Pemberian vaksin juga idealnya diberikan sebulan sebelum Anda berkunjung ke tempat yang merupakan endemi tifus.
Beberapa reaksi dan efek samping yang mungkin muncul dan dirasakan setelah pemberian vaksin tifus, yaitu:
Rasa sakit dan kemerahan atau bengkak di sekeliling area suntikan
Mual
Pusing
Sakit perut
Diare
Meski demikian, pemberian vaksin tifoid tidak membuat tiap orang yang divaksin menjadi 100 persen kebal terhadap bakteri ini. Risiko masih tetap ada, meski gejalanya tidak akan separah yang terjadi pada mereka yang belum divaksin.
Langkah Pencegahan Selain Vaksin
Terkait dengan negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, adalah daerah endemi tifus. Penyakit ini umumnya terjadi di negara-negara dengan kebersihan dan sanitasi buruk. Selain Asia, negara-negara di Amerika Selatan dan Tengah, Timur Tengah, serta Afrika juga merupakan daerah dengan tingkat kasus tifus yang tinggi.
Sayangnya di negara-negara berkembang, penyakit ini tumbuh subur seiring meningginya tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik untuk mengobati tifus. Ini mengakibatkan beberapa antibiotik sudah tidak mampu melawan tifus. Diperlukan penyusunan dan penyebaran terhadap daftar obat-obatan yang sudah tidak efektif agar pasien mendapat pengobatan yang tepat.
Untuk mencegah penyakit ini, vaksinasi tifus harus dipadukan dengan perbaikan sanitasi dan penyediaan air bersih, serta kebiasaan hidup sehat. Perhatikan hal-hal berikut ini untuk menghindari risiko tertular tifus:
Cuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan dan minuman, serta setelah buang air atau membersihkan kotoran, misalnya saat mencuci popok kain. Gunakan hand-sanitizer jika tidak tersedia air untuk mencuci tangan
Jika Anda akan bepergian ke tempat yang memiliki kasus penyebaran tifus, sebaiknya pastikan air yang akan diminum sudah direbus dengan baik terlebih dulu
Jika harus membeli minuman, sebaiknya minum air dalam kemasan
Minimalkan konsumsi makanan yang dijual di pinggir jalan karena mudah terpapar bakteri
Hindari es batu dalam minuman Anda. Juga sebaiknya hindari membeli dan mengonsumsi es krim yang dijual di pinggir jalan.
Hindari konsumsi buah dan sayuran mentah, kecuali Anda mengupas atau mencucinya sendiri dengan air bersih.
Batasi konsumsi makanan boga bahari (seafood), terutama yang belum dimasak.
Sebaiknya gunakan air matang untuk menggosok gigi atau berkumur, terutama jika Anda sedang berada di tempat yang tidak terjamin kebersihan airnya.
Bersihkan toilet secara teratur. Hindari bertukar barang pribadi, seperti handuk, sprei, dan alat mandi. Cuci benda-benda tersebut secara terpisah di dalam air hangat.
Hindari konsumsi susu yang tidak terpasteurisasi.
Bawalah selalu antibiotik yang telah diresepkan dokter dan ikutilah petunjuk yang telah
Apendisitis
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
Pranala luar
(Inggris) The Merck Manual of Diagnosis and Therapy: Appendicitis
(Inggris) Stanford Health Library: Appendicitis
Apendisitis terjadi jika ada sisa-sisa makanan yang terjebak dan tidak dapat keluar dari umbai cacing (apendiks), sehingga lama kelamaan umbai cacing tersebut akan membusuk dan akan timbul peradangan hingga menjalar ke usus buntu. Apabila umbai cacing tersebut tidak segera dibuang dengan cara di operasi lama kelamaan akan pecah. Dalam masa peradangan usus buntu tersebut ditandai dengan adanya nanah.
SEMBELIT
Sembelit
Foto hasil sinar-x seorang anak laki-laki yang sedang mengalami konstipasi. Lingkaran menunjukan area penumpukan tinja.
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.
Daftar isi
1Pencegahan
2Pengobatan
3Penyebab
4Tanda dan gejala
5Konstipasi dan wanita
6Gangguan kulit
7Epidemiologi
8Obstruksi semu
9Yang lainnya
10Lihat pula
11Referensi
12Pranala luar
Pencegahan[
Jangan jajan di sembarang tempat.
Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan lainnya setiap hari.[1]
Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar. Tidak perlu memaksa untuk buang air besar setiap hari bila tidak ada rangsangan karena siklus pencernaan tiap orang berbeda-beda.
Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
Tidur minimal 4 jam sehari.
Menambah bumbu herbal dalam makanan, kecuali cabe.
Diet secara tidak berlebihan.
Mengonsumsi makanan anti inflamasi, seperti avokad, apel, dan kelapa.
Push up
Pengobatan
Jogging merupakan salah satu olahraga yang dapat meredakan dan mencegah sembelit.
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut dan punggung,[2] minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training. Terapi tertawajuga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara refleks bergerak sehingga perut terpijat sehingga merangsang gerakan peristaltik usus dan melancarkan buang air besar.
Konstipasi dapat juga diredakan atau diatasi dengan merendam kaki ke dalam air dingin. Kaki direndam sampai terasa cukup dingin. Terapi ini juga dapat mengatasi kaki pegal, pendarahan hidung, dan insomnia.
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu dengan mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang kadang-kadang menyebabkan perut terasa melilit berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar), penghisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan).
Tekanan di dalam saluran pencernaan penderita kosntipasi terlalu rendah untuk mendorong keluar tinja dari dalam usus. Agar tekanannya menjadi tinggi, bagian atas usus perlu dibuat agar bertekanan lebih tinggi daripada bagian bawahnya, yakni dengan menempelkan air es di perut dan air hangat di pantat. Hal ini biasanya diterapkan untuk konstipasi yang datang secara tiba-tiba.[3]
Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:
Menahan buang air besar.
Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas.
Makan dalam porsi yang banyak.
Meminum minuman yang berkafein dan minuman ringan.
Mengkonsumsi makanan atau minuman dingin.
Penyebab[
Konstipasi atau sembelit adalah keluhan pada sistem pencernaan yang paling umum dan banyak ditemui di masyarakat luas termasuk di sekitar kita. Bahkan diperkirakan sekitar 80% manusia pernah mengalami konstipasi atau sembelit. Penyebab umum konstipasi atau sembelit yang berada disekitar kita antara lain:[butuh rujukan]
Kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.[4]
Menderita panas dalam.
Stres atau depresi dan aktivitas yang cukup padat.[5]
Pengaruh hormon dalam tubuh (misalnya dalam masa menstruasi atau kehamilan).
Usus kurang elastis (biasanya karena sedang dalam masa kehamilan atau usia lanjut).
Kelainan anatomis pada sistem pencernaan.
Gaya hidup dan pola makan yang kurang teratur (seperti diet yang buruk).
Efek samping akibat meminum obat yang mengandung banyak kalsium atau alumunium (misalnya obat antidiare, analgesik, dan antasida).[6]
Kekurangan asupan vitamin C dan kekurangan makanan berserat.
Merupakan gejala penyakit (misalnya tifus dan hernia).
Sering menahan rangsangan untuk buang air besar dalam jangka waktu yang lama.
Emosi, karena orang yang emosi atau cemas ususnya kejang, sehigga pertaltik usus terhenti dan usus besar menyerap kembali cairan feses. Akibatnya feses menjadi semakin keras.
Jarang atau kurang berolahraga.[6]
Kelebihan konsumsi serat.[7]
Kelebihan memakan daging. Terutama daging merah karena sulit dicerna dan memiliki banyak zat besi. Besi adalah zat yang membuat pengerasan tinja, membuatnya berwarna gelap dan hitam.[6]
Dari penyalahgunaan obat, seperti obat laksatif. Sebagai contoh, pemakaian pencahar berguna untuk melancarkan gerakan peristaltik. Lama-kelamaan usus menjadi terbiasa dan bergantung pada obat tersebut, mengakibatkan reaksi usus menjadi lamban, dan menghambat gerak peristaltik mandiri usus.
Makanan beku menghemat waktu dan energi tetapi menyebabkan banyak masalah kesehatan. Makanan beku memiliki serat yang sangat rendah dan banyak pengawet yang dapat mengganggu gerakan usus. Seperti es krim yang hampir tak mengandung serat sehingga tidak dapat membantu mengatur pergerakan usus ditambah lagi dengan kandungan gula dan susu di dalamnya dapat mengeraskan tinja.[8]
Memakan buah atau sayuran tertentu yang dapat memadatkan kotoran secara alami secara berlebihan seperti pisang.[8]
Tanda dan gejala
Penderita konstipasi biasanya harus mengejan dengan keras, karena tinja sulit dikeluarkan.
Tinja penderita konstipasi yang keras dan panas dapat bergesekan dengan anus sehingga seringkali menyebabkan wasir.
Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:
Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).
Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah.
Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perutterlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan sampai mengalami ambeien dan berkeringat dingin).
Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin).
Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.
Bau mulut.
Sedangkan untuk gejala psikologis yang dapat terjadi pada para penderita konstipasi antara lain:
Kurang percaya diri
Lebih suka menyendiri atau menjauhkan diri dari orang sekitar.
Tetap merasa lapar tetapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang.
Emosi meningkat dengan cepat.
Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres sehingga rentan sakit kepala atau bahkan demam.
Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.
Kurang bersemangat dalam menjalani aktivitas.
Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi tubuh terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun.
Nafsu makan dapat menurun.
Konstipasi dan wanita
Wanita yang merasa perutnya terasa tidak nyaman karena mengalami sembelit.
Sembelit adalah derita tersendiri buat kaum wanita. Berhari-hari tidak buang air besar tentu saja membuat perut jadi begah. Tak hanya itu saja, perut pun terasa membuncit karena proses pembuangan menjadi tidak lancar selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Perbandingannya empat wanita banding satu pria. Wanita pekerja yang berusia 18-55 tahun lebih cenderung mengalami gangguan pencernaan terutama sembelit.[9]
Penyebab wanita sering mengalami konstipasi antara lain:
Kekuatan sfingter dan otot perut wanita yang lebih lemah dari pria mempersulit wanita untuk buang air besar bila dibandingkan dengan pria.
Ketika ada keinginan untuk buang air besar di tempat umum atau di luar rumah, wanita cenderung merasa risih untuk buang air besar dengan alasan seperti rasa malu atau jijik pada toilet umum.[10]
Banyak wanita melakukan diet secara berlebihan. Gerakan peristaltik dari usus seakan terabaikan dengan pola diet yang tidak benar. Penyebab utamanya adalah karena kurangnya asupan serat.
Korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron dapat mengumpulkan kelembaban air di dalam tubuh. Akibatnya, cairan untuk melunakan tinja menjadi berkurang, sehingga tinja menjadi keras dan sulit untuk dikeluarkan (ini merupakan hormon fisiologi dari menstruasi dan kehamilan).
Pada awal kehamilan, ada rasa takut pada wanita apabila melakukan buang air besar nantinya akan menyebabkan janin ikut keluar hingga terjadi keguguran. Itu karena terdapat anggapan mengejan saat buang air besar sama dengan mengejan saat persalinan. Kebanyakan wanita hamil mengalami konstipasi pada saat hamil. Terutama saat kehamilan mencapai trimester tiga atau sekitar 7 bulan.
Bentuk panggul wanita yang lebar untuk mengeluarkan janin membuat usus dapat menjadi tidak stabil. Selain itu, untuk akumulasi lemak tubuh dan darah cenderung terkumpul di panggul juga.
Bentuk usus wanita memungkinkan akan terjadinya distorsi karena panggul wanita yang lebar, jadi kotoran keras mudah untuk terjebak di sana (contohnya bulb rektum).
Daerah abdomen wanita lebih padat karena ada rahim dan indung telur.[1]
Stres akibat sindrom iritasi usus (IBS) karena usus menjadi terdistorsi, kemudian menyebabkan obstruksi, sehingga tinja terjebak di sana.
Gangguan kulit
Konstipasi dapat menyebabkan wajah berjerawat.
Gangguan kulit biasanya jarang ditemukan pada penderita konstipasi biasa dan lebih rentan menyerang penderita obstipasi. Apabila si penderita memilliki daya tahan tubuh yang lemah maka gangguan tersebut akan semakin tampak. Penyebabnya karena racun atau toksin yang berasal dari tinja, termasuk juga karbon dioksida dan asam laktat hasil pencernaan makanan yang menumpuk di usus besar dan membebani kinerja hati. Karena kinerja hati terbebani, maka tubuh tidak mampu menghasilkan darah bersih dan metabolisme pun terganggu. Akibatnya, kekebalan tubuh berkurang, menyebabkan gejala akibat penyebaran toksin inilah yang dapat langsung terlihat pada kulit penderita.[11] Toksin-toksin yang terserap di usus besar juga bisa menghambat proses penyerapan nutrisi, menimbulkan reaksi alergi, bahkan menyebabkan penyakit jika sistem imun tubuh sedang lemah.[1]
Gangguan yang dapat terjadi misalnya kulit terlihat kusam, kulit terasa kasar, flek hitam, jerawat, eksem, dan sebagainya. Biasanya gangguan-gangguan ini hanya dapat hilang bila si penderita sudah sembuh dari konstipasi atau obstipasi.
Epidemiologi[
Setiap tahunnya di Amerika,kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter dan menghabiskan 725 juta dollar karena masalah konstipasi.
Kontipasi biasanya terjadi pada wanita (karena faktor fisik dan psikologis), orang berusia lanjut (karena kinerja sistem pencernaan pada orang tua mulai menurun), dan anak-anak (karena sistem pencernaan pada anak-anak belum terlalu sempurna).[12]
Sekitar 12% dari populasi penduduk di seluruh dunia mengalami konstipasi.[13]
Pendapatan dari pasien obstipasi menyumbang sekitar 3% dari total seluruh pendapatan rawat jalan.[14]
Kemungkinan seseorang terkena konstipasi dalam suatu masyarakat adalah sebesar 2 sampai 30%.[15]
Sekitar 50% penderita konstipasi yang berobat ke rumah sakit mengeluhkan bahwa buang air besar mereka seperti terhambat.[15]
Jumlah penderita konstipasi di Amerika dan Asia-Pasifik sekitar 17,3%, dua kali lebih banyak dibandingkan dengan Eropa yakni 8,75%.[16]
Sekitar 25% penderita konstipasi cenderung tidak melakukan apapun untuk menyembuhkan konstipasi yang diderita, dan mereka lebih memilih untuk membiarkannya sembuh dengan sendirinya.[16] Sekitar 20% penderita sembelit menyepelekan gejalanya walaupun mereka sudah mengalaminya dalam waktu berbulan-bulan dan menganggap hal tersebut sudah biasa.[17]
Kurang lebih sepertiga penderita konstipasi menggunakan pencahar, meskipun baru-baru ini ada tinjauan yang menunjukkan
bahwa obat pencahar adalah pengobatan yang aman dan efektif.[16]
Sekitar 18% penderita konstipasi tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya dan akibatnya sekitar 12% dari mereka juga tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik.[18]
Obstruksi semu[
Terkadang, orang-orang khawatir akan menderita sembelit, tetapi sebenarnya mereka tidak mengalami sembelit sama sekali. Merupakan persepsi yang salah jika seseorang tidak buang air besar setiap hari maka dikatakan ia mengalami sembelit. Itu hanya salah satu dari irama alami tubuh. Irama alami tubuh mengatur segalanya, termasuk "jadwal alami" untuk buang air besar. Beberapa orang sehat bahkan hanya buang air besar tiga kali seminggu.[19]
Setelah minum pencahar, pemakai akan terkadang mengalami waktu dimana ia tidak buang air besar. Hal ini karena usus besar sepenuhnya kosong (hampir tidak terdapat tinja), setelah pencahar menunjukkan efek. Biasanya akan memerlukan satu sampai dua hari sebelum usus besar terisi dan melakukan kontraksi untuk buang air besar.[19]
Yang lainnya[
Munculnya rasa mulas dan nyeri pada perut bukan selalu merupakan suatu tanda dan gejala, begitupula mulas dan nyeri yang tak tentu juga tidak menuju ke suatu gejala penyakit. Pada anak-anak,[4] konstipasi dapat mengarah
kepada soiling (enuresis dan encopresis).[20] Konstipasi memang mengganggu, tetapi konstipasi tetap dibutuhkan oleh tubuh untuk menyeimbangkan proses pencernaan dan mencegah divertikulosis.[21]
Lihat pula[
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Sistem Pencernaan
Pencernaan merupakan proses memperhalus makanan menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tubuh. Fungsi organ pencernaan utama adalah mencerna makanan untuk memberikan nutrisi bagi tubuh. Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan alur dari jalannya proses pencernaan adalah penguyahan, penelanan, dan pencampuran dengan enzim zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus. Organ penyusun sistem pencernaan pada manusia terdiri atas rongga mulut, kerongkongan, lambung, pankreas, usus, dan anus.
2. Sistem Pernapasan
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma. Sistem respirasi manusia dapat berlangsung berkat keberadaan alat-alat pernafasan. Alat pernafasan manusia terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bonliolus dan alveolus.
DAFTAR PUSTAKA
(http://www.artikelsiana.com/2015/03/bagian-alat-organ-organ-pencernaan-fungsi.html)
(http://www.zonabiokita.web.id/2013/09/organ-sistrem-ekskresi-pada-manusia.html)
(http://www.informasi-pendidikan.com/2015/organ-penyusun-sistem-pencernaan-pada.html)
(http://blog.unnes.ac.id/ayurizqiyani/2015/11/19/makalah-sistem-pernapasan-pada-manusia)
(http://www.artikelsiana.com/2015/03/bagian-alat-organ-organ-pencernaan-fungsi.html)
DAFTAR ISI
BAB I Sistem Pencernaan Pada Manusia
Tifus
Apendistis
Konstipasi/sembelit
BAB II Sistem Pernapasan Pada Manusia
Bronkitis
Sinusitis
Asidosis
BAB III
KESIMPULAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nyakepadakita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Pencernaan dan Pernapasan Pada Manusia
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Alat Pencernaan dan Pernapasan Pada Manusia.Taklupa kami ucapkan terimakasih kepada pengajar Mata Pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam atau IPA atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat di selesaikannya makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat member manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai sistem Pencernaan dan Pernapasan Pada manusia , khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Di Susun Oleh :
Nama : WIDIA RAHAYU
Kelas :VIIIC
SMP NEGERI 4 KECAMATAN LABUAH BADAS